Anda di halaman 1dari 4

ENSEFALITIS HERPES SIMPLEKS

Rumah Sakit Tk.IV No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 4


Dr. Bratanata Unang
Panduan Praktik Tanggal Terbit Ditetapkan,
Klinis Kepala Rumah Sakit TK IV Dr. Bratanata
Unang Jambi

Dr. Arwansyah, Sp. THT-KL

Inflamasi parenkim otak yang disebabkan infeksi virus Herpes tipe 1


Definisi
(HSV-1) dan tipe 2 (HSV-2).
- Fase prodormal menyerupai influenz, kemudian diikuti dengan
gambaran khas ensefalitis (demam tinggi, kejang, penurunan
Anamnesis kesadaran)
- Sakit kepala, mual, muntah, atau perubahan perilaku
• Gangguan kesadaran
• Demam
• Disfasia
• Ataxia
Pemeriksaan Fisik • Kejang fokal > general
• Hemiparesis
• Gangguan saraf otak
• Hilangnya lapangan pandang dan papiledema.
Pada neonatus :
• temperatur tidak stabil
• Ubun-ubun besar menonjol
• Tanda traktus piramidalis
• Ikterus
• Renjatan
• Perdarahan
• Distres nafas
• Lesi kulit yang khas.
 Darah perifer lengkap. Pemeriksaan gula darah dan elektrolit
dilakukan jika ada indikasi. 1
 Pungsi lumbal : pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) bisa normal
atau menunjukkan abnormalitas jaringan sampai sedang1 :
- peningkatan jumlah sel 50-200/mm3
Pemeriksaan - hitung jenis didomonasi sel limfosit
penunjang - protein meningkat tapi tidak melebihi 200 mg/dl
- Glukosa normal.
 CT-scan atau MRI kepala menunjukkan edema otak baik umum
maupun fokal1
 Pemeriksaan EEG (elektroensefalografi) didapatkan gambaran
perlambatan atau gelombang epileptiform baik umum maupun fokal1
Terapi suportif berupa tatalaksana hiperpireksia, keseimbangan cairan
dan elektrolit, peningkatan tekanan intrakranial serta penatalaksanaan
kejang. Pasien sebaiknya dirawat di ruang intensif 1,2
- Untuk mencegah kejang berulang dapat diberikan fenitoin atau
fenobarbital sesuai standar terapi
- Peningkatan tekanan intrakranial dapat diatasi dengan pemberian
diuretik osmotik manitol 0,5-1gr/kg/kali atau furosemid 1
mg/kgBB/kali
- Pada anak dengan neuritis optika, mielitis, vaskulitis inflamasi dan
acute disseminated encephalomyelitis (ADEM) dapat diberikan
Penatalaksanaan kortikosteroid berupa dosis tinggi metilprednisolon 15mg/kg/hari
dibagisetiap 6 jam selama 3-5 hari dan dilanjutkan prednison oral 1-2
mg/kgBB/hr selama 7-10 hari.1,2
o Pada kecurigaan HSV; asiklovir 10 mg/kb setiap 8 jam selama 3
minggu
o Pada kecurigaan infeksi HSV yang resisten terhadap asiklovir dapat
diberikan Foscarnet 60 mg/kg setiap 8 jam selama 3 minggu
o Kecurigaan varicella zoster; asiklovir 10mg/kg setiap 8 jam
minimal selama 2 minggu.
o Pada kecurigaan oleh karena Epstein - Barr virus dapat diberikan
Asiklovir 10 mg/kg setiap 8 jam. Pada kecurigaan oleh karena
infeksi CMV dapat diberikan:
Terapi induksi (2-3 minggu)1
- Gansiklovir 5 mg/kg setiap 12 jam + Foscarnet 60 mg/kg setiap 8
jam
Terapi pemeliharaan:
- Gansiklovir 5 mg/kg/hari
- Foscarnet 60-120 mg/kg/hari
o HHV varian A dapat diberikan Foscarnet 60 mg/kg setiap 8 jam
o HHV varian B diberikan Foscarnet atau gansiklovir 5 mg/kgBB
setiap 12 jam
o Rocky mountain fever dapat diberikan Doxycycline 100 mg/12 jam
o Penatalaksanaan kejang dengan anti konvulsan sesuai dengan
protocol status epileptikus
o Pada kondisi Status epilepsy Refrakter pasien dirawat di ICU
dengan menggunakan ventilator dan obat-obat anastesi
o Sedative dapat diberikan bila pasien gelisah dengan clobazam 2x10
mg
o Anti nyeri dengan metamizole 3x1 g iv bila pasien mengalami
nyeri kepala
o Apabila didapatkan tanda-tanda tekanan intracranial yang
meningkat maka dapat diberikan manitol 20%, diberikan dengan
dosis awal 1-1,5 g/kg berat badan selama 20 menit, dilanjutkan
dosis 0,25-0,5 g/kg berat badan setiap 4-6 jam atau dengan
menggunakan cairan hypertonic saline NaCl 3% 2 ml/KgBB
selama 30 menit atau Natrium-laktat 1.2 ml/kgBB selama 15 menit
o Hemikraniektomi dekompresi, pemasangan EVD atau VP shunt
dapat dilakukan pada kondisi malignant intracranial hypertension
o Pemberian IVIG dengan dosis 0.4 mg/kgBB selama 5 hari dapat
dipertimbangkan pasien encephalitis viral yang mengalami super
refracter status epilepsy
- Jika keadaan umum sudah stabil, dapat dilakukan konsultasi ke
Departemen Rehabilitasi Medik untuk mobilisasi bertahap,
mengurangi spastisitas, serta menegah kontraktur
Prognosis 1. Tergantung dari penyebab ensefalitis
2. Ada atau tidaknya gejala sisa pasca rawat
1. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia 2009.Hal :
67-69
2. Acuan Panduan Praktik Klinis Neurologi. Perhimpunan Dokter
Referensi Spesialis Saraf Indonesia. 2016

Jambi,
Ketua Komite Medik Kepala SMF Bagian Ilmu Kesehatan Anak

DR. dr. BambangSutopo DT M&H Sp.PD dr. Pandji Prijadi Budojo , Sp.A
KGEH FINASIM.

Anda mungkin juga menyukai