Anda di halaman 1dari 6

Seorang Suami Mengaku Bujang ke Wanita

Lain
Saya mohon pencerahan..apa hukumnya mengaku ke perempuan lain
sebagai bujangan sementara kita punya istri.dan kita tiada sama sekali niat mentalak
istri,,melainkan untuk tipu muslihat kepada si perempuan itu

Dari: Sdr An.

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Sebelumnya kita perlu memahami macam-macam kalimat cerai. Ditinjau dari


lafadznya, kalimat cerai ada dua,

A. Lafadz sharih (jelas) adalah lafadz talak yang sudah bisa dipahami maknanya dari
ucapan yang disampaikan pelaku. Artinya lafadz talak sharih tidak bisa dipahami
maknanya kecuali perceraian. Misalnya: Kamu saya talak, kamu saya cerai, kamu saya
pisah selamanya, kita bubar, silahkan nikah lagi, aku lepaskan kamu, atau kalimat yang
semacamnya, yang tidak memiliki makna lain, selain cerai.

Imam as-Syafi’i mengatakan,


“Lafadz talak yang sharih intinya ada tiga: talak (arab: ‫)الطالق‬, pisah (arab: ‫)الفراق‬, dan
lepas (arab: ‫)السراح‬. Dan tiga lafadz ini yg disebutkan dalam Alquran.” (Fiqh Sunah,
2/253).

B. Lafadz kinayah (tidak tegas) adalah lafadz yang mengandung kemungkinan


makna talak dan makna selain talak. Misalnya pulanglah ke orang tuamu, keluar sana..,
gak usah pulang sekalian.., atau kalimat semacamnya.

Cerai dengan lafadz tegas hukumnya sah, meskipun pelakunya tidak meniatkannya.
Sayid Sabiq mengatakan,

‫ لظهور داللته ووضوح معناه‬،‫ يقع به الطالق من غير احتياج إلى نية تبين المراد منه‬:‫والصريح‬

“Kalimat talak yang tegas statusnya sah tanpa melihat niat yang menjelaskan apa
keinginan pelaku. Karena makna kalimat itu sangat terang dan jelas.” (Fiqh Sunah,
2/254)

Sementara itu, cerai dengan lafadz tidak tegas (kinayah), dihukumi sesuai dengan niat
pelaku. Jika pelaku melontarkan kalimat itu untuk menceraikan istrinya, maka status
perceraiannya sah. Bahkan sebagian ulama hanafiyah dan hambali menilai bahwa cerai
dengan lafadz tidak tegas bisa dihukumi sah dengan melihat salah satu dari dua hal;
niat pelaku atau qarinah (indikator). Sehingga terkadang talak dengan kalimat kinayah
dihukumi sah dengan melihat indikatornya, tanpa harus melilhat niat pelaku.

Misalnya, seorang melontarkan kalimat talak kinayah dalam kondisi sangat marah
kepada istrinya. Keadaan ‘benci istri’ yang dia ikuti dengan mengucapkan kalimat
tersebut, menunjukkan bahwa dia ingin berpisah dengan istrinya. Sehingga dia dinilai
telah menceraikan istrinya, tanpa harus dikembalikan ke niat pelaku.

Akan tetapi, pendapat yang lebih kuat, semata qarinah (indikator) tidak bisa jadi
landasan. Sehingga harus dikembalikan kepada niat pelaku. Ini merupakan pendapat
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin, sebagaimana keterangan beliau di Asy-
Syarhu al-Mumthi’ (11/9).

Suami Mengaku Jomblo di Depan Orang Lain


Lidah tak bertulang. Nampaknya ringan, tapi ternyata yang dia keluarkan bisa sangat
membahayakan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,

ِ‫َش ِرقِ وَالم َْغ ِرب‬ َّ ‫ار أَ ْب َع َد ِم‬


ْ ‫ما بَ ْينَ الم‬ ُّ
ِ ‫ ي َِزل بِهَا فِي ال َّن‬،‫ن فِيهَا‬
ُ َّ‫ مَا يَ َتبَي‬،‫ة‬ َ ِ‫الكل‬
ِ ‫م‬ ُ َّ ‫َكل‬
َ ِ‫م ب‬ َّ ِ‫إ‬
َ ‫ن ال َع ْب َد لَيَت‬
Sesungguhnya ada hamba yang dia mengucapkan satu kalimat, yang tidak dia pikirkan
dampaknya, namun menggelincirkannya di neraka sejauh timur dan barat. (HR.
Bukhari 6477 & Muslim 2988)

Banyak lelaki yang mengucapkan kalimat ini hanya sebatas guyon, godain cewek lain,
yang intinya dia tidak serius. Tapi apapun itu, kalimat ini adalah kedustaan. Dia
berdusta di hadapan orang lain. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau
mengatakan,

ُ ‫ و َُع ُق‬،‫ل ال َّن ْفس‬


‫وق‬ ِ ِ َّ ِ‫ك ب‬
ُ ‫ و ََق ْت‬،‫اَّلل‬ ُ ‫الش ْر‬
ِ ” :َ‫الكبَائِ ِر َف َقال‬
َ ‫ن‬ِ ‫م َع‬َ َّ ‫َسل‬
َ ‫هو‬ِ ‫َّللا صَلَّى هللاُ َعلَ ْي‬
ِ َّ ‫ل‬
ُ ‫َسو‬ُ ‫لر‬ َ ِ‫سئ‬ُ
ُّ ُ َ َ ْ َ ُّ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ ُ ُ َ ُ َ َ َ َ ْ َ
‫ور‬
ِ ‫ شهَادَة الز‬:َ‫ أو قال‬،‫ور‬ ِ ‫ قول الز‬:َ‫ أال أنبِئكم بِأكب َِر الكبَائِ ِر؟ قال‬:َ‫ فقال‬،‫ن‬ ِ ‫الوَالِدي‬

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang dosa-dosa besar, kemudian


beliau menjawab: “Menyekutukan Allah, membunuh jiwa, dan durhaka kepada kedua
orang tua.” Lalu beliau bersabda, ‘Maukah kusampaikan dosa yang paling besar?’
“Ucapan dusta” dalam riwayat lain, beliau mengatakan, “Persaksian dusta.” (HR.
Bukhari 5977 & Muslim 88)

Apakah Jatuh Cerai?


Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz al-Aqil menggolongkan kalimat seperti ini sebagai
bentuk kalimat cerai kinayah, karena mengandung dua kemungkinan makna, makna
talak dan selain talak. Karena itu, untuk bisa dihukumi cerai ataukah bukan, kembali
kepada niat orang yang mengucapkan.

Syaikh Abdullah al-Aqil ditanya, teks pertanyaannya,

‫ فما‬،‫ إني أمزح‬:‫ وقال‬،‫ ثم تبين أنه متزوج واعترف بذلك‬،‫ لست متزوجاً؛ يريد المزاح‬:‫رجل قال‬
‫حكمه؟‬

Ada seorang lelaki yang mengatakan, ”Saya belum menikah.” maksudnya bergurau.
Kemudian diketahui ternyata dia telah menikah dan diapun mengakuinya. Dia
beralasan, ”Saya hanya bergurau.” Bagaimanakah hukumnya?

Jawaban Syaikh Abdullah al-Aqil:

ِ ‫ وأراد الكذب ولم يَ ْن ِو ب‬.‫ ال‬:‫ ألك امرأة؟ فقال‬:‫ وهي إذا سئل رجل‬،‫ذكر الفقهاء مثل هذه المسألة‬
‫ه‬
‫ فال تطلق زوجته بذلك؛ ألنها كناية تفتقر إلى نية الطالق ولم توجد؛ وقد قال صلى هللا‬،‫الطالق‬
”‫ “وإنما لكل امرئ ما نوى‬:‫عليه وسلم‬
Para ulama telah menyebutkan masalah ini, ketika suami ditanya, ’Apakah anda punya
istri?’ lalu dia menjawab, ’Tidak.’ Dan maksud dia adalah dusta, sama sekali tidak
berniat cerai, maka istrinya tidak dianggap cerai. Karena kalimat ini adalah kalimat
kinayah, yang butuh niat talak, dan suami (pada kasus di atas) tidak berniat cerai. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah ebrsabda, ”Semua orang mendapatkan sesuai yang
dia niatkan.”

Sumber: http://ar.islamway.net/fatwa/28480

Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz al-Aqil adalah mantan kepala dewan kehakiman
tertinggi di saudi. Beliau wafat tahun 1432 H. Semoga Allah merahmati beliau.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)

Read more https://konsultasisyariah.com/21366-suami-ngaku-jomblo-apakah-jatuh-


cerai.html

Assalamu’alaikum wr. wb. Saya punya kakak perempuan, suaminya diam-diam ternyata telah
menikah dengan perempuan lain hingga punya anak. Ternyata suami kakak perempuan saya
berbohong dengan mengaku belum punya istri. Kakak perempuan saya benar-benar terpukul. Yang
ingin saya tanyakan,<> apa akibat hukum pengakuan suami kakak perempuan saya yang mengaku
belum punya istri dalam pandangan agama? Apakah bisa berarti menceraikannya? Terimakasih
atas penjelasan pak ustad. Wassalamu’alaikum wr. wb (Agus/Kendal)

Jawaban

Assalamu’alaikum wr. wb. Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah swt. Kasus-kasus
serupa, dimana seorang lelaki mengaku belum punya istri agar bisa menikahi perempuan yang
disukainya memang kerap terjadi. Ketika ditanya ngakunya masih single, padahal sebenarnya
sudah memiliki istri dan anak, bahkan kadang istrinya lebih dari satu.

Kami bisa memahami perasaan seorang istri yang mengetahui suaminya menikah lagi dengan
perempuan lain. Apalagi keberadaannya sebagai istri seolah-olah dinafikan. Hatinya pasti tersayat-
sayat, suami yang diyakini hanya mencintai dan menyayangi dirinya ternyata diam-diam menikah
lagi.
Sedang perempuan yang dinikahi suaminya tentu juga mengalami kekecewaan yang luar biasa
karena ternyata suaminya itu sebenarnya sudah mempunyai istri. Padahal menurut pengakuannya
masih single.

Klimkasnya, dua-duanya merasa dibohongi, ditipu, dan dikhianati sehingga acapkali mereka
menuntut cerai. Bahkan bukan hanya mereka berdua yang mengalami kekecewaan, tetapi keluarga
mereka juga sudah pasti kecewa.

Dan kebohogan tersebut jelas tidak diperbolehkan. Namun apakah dengan pengakuan palsunya,
yaitu mengatakan belum beristri padahal sebenarnya sudah beristri mengakibatkan jatuhnya
perceraian dengan istri pertamanya?

Untuk menjawab hal ini maka pertama-tama yang harus dipahami adalah bahwa salah satu rukun
perceraian adalah lafad atau kata yang digunakan. Menurut madzhab syafi’i, dalam konteks ini
terbagi menjadi dua, yaitu menggunakan kata sharih dan kinayah. Yang dimaksud dengan kata
sharih adalah bahwa kata tersebut tidak mengandung makna lain kecuali cerai. Maka dalam konteks
ini tidak diperlukan niat. Seperti kata ath-thalaq (cerai), al-firaq (pisah), as-sarah (lepas). Contohnya
adalah thallaqtuki (saya menceraikanmu), anti thaliq (kamu adalah orang yang tertalak),
dan sarrahtuki (saya melepaskanmu).

Sedang yang kedua adalah kata kinayah. Yang dimaksudkan adalah bahwa kata tersebut
mengandung kemungkinan makna cerai atau selainnya. Karena itu ketika diungkapkan
membutuhkan niat dari pihak yang mengucapkan.

ٌ‫ج إلَى نِيَّ ٍة َو ِكنَايَة‬ ُ ‫ق فَ ََل يَحْ تَا‬ َ ُ‫ص ِري ٌح َو ُه َو َما ََل يَحْ ت َ ِم ُل َظا ِه ُره‬
َّ ‫غي َْر ال‬
ِ ‫ط ََل‬ َ ‫َو ُه َو‬
...ُ‫س َراح‬
َّ ‫ق َوال‬ ُ ‫ط ََل‬َّ ‫ص ِري ُح ال‬َّ ‫ج إلَى نِيَّ ٍة فَال‬ُ ‫ي تَحْ تَا‬َ ‫غي َْرهُ فَ ِه‬
َ ‫ط ََلقَ َو‬ َّ ‫ي َما يَحْ ت َ ِم ُل ال‬
َ ‫َو ِه‬
ُ ‫وا ْل ِف َرا‬...."
‫ق‬ َ
“Yaitu yang sharih adalah kata yang zhahirnya tidak mengandung makna selain talak atau cerai, dan
dalam hal ini tidak diperlukan niat. Dan kinayah yaitu yang mengandung kemungkinan makna talak
dan selainnya, dan dalam konteks ini membutuhkan niat. Maka kata yang sharih adalah talak,
lepas… dengan difatha, dan pisah…” (lLihat, Zakariya al-Anshari, Asna al-Mathalib Syarh Raudl ath-
Thalib, tahqiq: Muhammad Muhammad Tamir, Bairut-Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, cet ke-1, 1422
H/2000 M, juz, 3, h. 269)

Jika penjelasan ini ditarik dalam konteks pertanyaan di atas, dimana seorang seorang laki-laki yang
sebenarnya sudah beristri mengaku kepada perempuan lain atau pihak keluarganya bahwa dirinya
tidak punya istri alias masih single, maka pengakuan tersebut sebenarnya bersifat kinayah.
Sebab pernyataan tersebut bisa mengandung makna menceraikan istrinya dan pengertian lain.
Dalam hal ini yang terpenting adalah niat si lelaki tersebut. Jika dengan pengakuannya ia berniat
menceraikan istrinya, maka jatuhlah talak kepada istrinya, namun jika tidak maka talak tidak jatuh.

ُ‫طَلَقَ لَ ْم ت ُ َطلَّقْ ِِلَنَّه‬َّ ‫َو ِإ ْن قَا َل لَهُ َر ُج ٌل أَلَكَ َز ْو َجةٌ؟ فَقَا َل “َلَ” فَ ِإ ْن لَ ْم َي ْن ِو ِب ِه ال‬
َ‫طَلَق‬َّ ‫طَلَقَ َوقَ َع ِِلَنَّهُ يَحْ ت َ ِم ُل ال‬َّ ‫ص ِريْحٍ َو ِإ ْن نَ َوى ِب ِه ال‬
َ ‫ْس ِب‬َ ‫لَي‬
“Seandainya seseorang bertanya kepada orang yang sudah beristri, apakah kamu sudah punya
istri? Lantas ia menjawab “tidak”. Jika ia tidak berniat menceraikan istrinya maka istrinya tidak
menjadi orang yang diceraikan atau (tertalak), karena ucapannya tidak jelas mengacu pada
perceraian. Namun jika ia berniat menceraikan, maka jatuhlah perceraian karena ucapannya
mengadung kemungkinan perceraian” (Abu Ishaq asy-Syirazi, al-Muhadzdzab fi Fiqh al-Imam asy-
Syafi’i, Bairut-Dar al-Fikr, tt, juz, 2, h. 82)

Demikian jawaban yang dapat kami kemukakan. Semoga kehidupan rumah tangga kakak
perempuan Anda selalu baik, diberi kesabaran lebih dan bisa menyelasaikan semua problem rumah
tangganya dengan kedamaian.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,


Wassalamu’alaikum wr. wb
(Mahbub Ma’afi Ramdlan)

Anda mungkin juga menyukai