Anda di halaman 1dari 8

26 Oktober 2021 | 19 Robiul Awwal 1443H

Bohong Yang Dibolehkan


BOHONG YANG DIBOLEHKAN
‫صلى ﷲ عليه‬- ‫ت اﻷ ُ َو ِل الﻼﱠتِى بَايَ ْع َن النﱠ ِب ﱠى‬ ِ ‫ع ْقبَةَ ْب ِن أ َ ِبى ُمعَ ْي ٍط َوكَانَتْ ِم َن ا ْل ُم َه‬
ِ ‫اج َرا‬ ٍ ُ ‫أ َ ﱠن أ ُ ﱠمهُ أ ُ ﱠم ُك ْلث‬
ُ َ‫وم ِب ْنت‬
‫ص ِل ُح بَ ْي َن‬ ُ ‫س ا ْل َكذﱠ‬
ْ ُ‫اب الﱠذِى ي‬ َ ‫ َو ُه َو يَقُو ُل » لَ ْي‬-‫صلى ﷲ عليه وسلم‬- ِ ‫سو َل ﱠ‬ ُ ‫س ِمعَتْ َر‬ َ ‫ أَ ْخبَ َرتْهُ أَنﱠ َها‬-‫وسلم‬
‫ِب ِإﻻﱠ‬ ُ ‫َى ٍء ِم ﱠما يَقُو ُل النﱠ‬
ٌ ‫اس َكذ‬ ْ َ ‫ب َولَ ْم أ‬
ُ ‫س َم ْع يُ َر ﱠخ‬
ْ ‫ص فِى ش‬ ِ ‫ قَا َل ا ْب ُن‬.« ‫اس َويَقُو ُل َخ ْي ًرا َويَ ْن ِمى َخ ْي ًرا‬
ٍ ‫ش َها‬ ِ ‫النﱠ‬
.‫ِيث ا ْل َم ْرأ َ ِة ز َ◌ ْو َج َها‬
ُ ‫الر ُج ِل ا ْم َرأَتَهُ َو َحد‬ ِ ‫ح بَ ْي َن النﱠ‬
ُ ‫اس َو َحد‬
‫ِيث ﱠ‬ ُ َ‫صﻼ‬
ْ ‫اﻹ‬
ِ ‫ب َو‬ ٍ َ‫فِى ثَﻼ‬
ُ ‫ث ا ْل َح ْر‬

“Ummu Kultsum binti ‘Uqbah bin ‘Abi Mu’aythin, ia di antara para


wanita yang berhijrah pertama kali yang telah membaiat Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mengabarkan bahwa ia mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak disebut
pembohong jika bertujuan untuk mendamaikan dia antara pihak yang
berselisih di mana ia berkata yang baik atau mengatakan yang baik
(demi mendamaikan pihak yang berselisih, -pen).”
JANGAN PERNAH BERDUSTA
Dusta atau bohong adalah perbuatan
haram. Tidak ada keringanan untuk
berdusta dalam Islam, kecuali karena
darurat atau kebutuhan yang mendesak.
Itu pun dengan batas yang sangat
sempit. Seperti tidak dijumpai lagi cara
yang lain untuk mewujudkan tujuan
yang baik itu, selain harus bohong.
MA’ARIDH atau TAURIYAH

Ada satu cara yang mirip dengan dusta tapi


bukan dusta. Dalam kondisi ‘kepepet’,
seseorang bisa menggunakan cara ini untuk
mewujudkan keinginannya tanpa harus
terjerumus ke jurang kedustaan. Cara itu,
bernama ma’aridh atau tauriyah.
Bentuknya, seseorang menggunakan kata
yang ambigu, dengan harapan agar dipahami
lain oleh lawan bicara.
Contoh Maaridh atau Tauriyah
Disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari, dari Abu
Hurairah radhiallahu ‘anhu:
Suatu ketika Nabi Ibrahim pernah bersama istrinya Sarah. Mereka
berdua melewati daerah yang dipimpin oleh penguasa yang zhalim.
Ketika rakyatnya melihat istri Ibrahim, mereka lapor kepada raja,
di sana ada lelaki bersama seorang wanita yang sangat cantik –
sementara penguasa ini punya kebiasaan, merampas istri orang dan
membunuh suaminya– Penguasa itu mengutus orang untuk
menanyakannya. “Siapa wanita ini?” tanya prajurit. “Dia
saudariku.” Jawab Ibrahim. Setelah menjawab ini, Ibrahim
mendatangi istrinya dan mengatakan,
‫ وإن هذا سألني‬،‫يا ســارة ليس على وجه اﻷرض مؤمن غيري وغيرك‬
‫فأخبرته أنك أختي فﻼ تكذبيني‬
“Wahai Sarah, tidak ada di muka bumi ini orang yang beriman selain aku
dan dirimu. Orang tadi bertanya kepadaku, aku sampaikan bahwa kamu
adalah saudariku. Karena itu, jangan engkau anggap aku berbohong…
dst.”
Nabi Ibrahim ‘alahis salam dalam hal ini menggunakan
kalimat ambigu. Kata “saudara” bisa bermakna
saudara seagama atau saudara kandung. Yang diiginkan
Ibrahim adalah saudara seiman/seagama, sementara
perkataan beliau ini dipahami oleh prajurit, saudara
kandung.
Inilah bohong yang dibolehkan, yakni bohong untuk
mewujudkan kemaslahatan atau menghindari bahaya
yang lebih besar. Diriwayatkan dari Ummu Kultsum
binti Uqbah, beliau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫ليس الكذاب الذي يصلح بين الناس فينمي خيرا أو يقول خيرا‬
“Bukan seorang pendusta, orang yang berbohong untuk mendamaikan
antar-sesama manusia. Dia menunbuhkan kebaikan atau
mengatakan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
BOHONG YANG DIPERBOLEHKAN

1- Berbohong Untuk 2- Kebohongan Dalam


Kebaikan Perang
Berbohong untuk kebaikan
biasanya dilakukan untuk Banyak sekali kebohongan
mendamaikan dua orang yang terjadi di dalam perang.
yang sedang bertikai. Kebohongan dalam perang
Kebohongan ini biasanya itu misalkan saat sedang
dengan melebih-lebihkan mengatur siasat perang.
kebaikan keduanya agar Kebohongan ini diperlukan
mereka tersadar dan untuk membuat mengecoh
bersedia untuk saling musuh dan membuat
memaafkan dan berdamai. mereka gentar dan
ketakutan.
3-Kebohongan Antara Suami
Istri *** Ketigah perkara di atas
janganlah menjadi alasan
Kebohongan antar suami istri yang
penyebab utama seseorang
dimaksud disini bukanlah dalam melakukan
kebohongan yang dilakukan untuk kebohongan. Sebab Islam
menyembunyikan kesalahan atau selamanya melarang umatnya
keburukan salah satu pasangannya, untuk berbohong karena
namun justru kebohongan yang berbohong hukumnya
dilakukan dengan tujuan untuk haram. Jikapun terpaksa
melakukannya haruslah dalam
menyenangkan hati pasangannya. keadaan yang memenuhi
Misalkan saja seorang suami yang syarat 3 perkara yang
memuji masakan istrinya dan membolehkan seseorang itu
mengatakan enak walau untuk berbohong, namun
sebenarnya tidak enak semata- tentu saja harus tetap dalam
mata demi menghargai jerih payah batas tertentu dan tidak
boleh berlebihan.
istrinya yang telah memasakkan
masakan itu untuknya..

Anda mungkin juga menyukai