“Ummu Kultsum binti ‘Uqbah bin ‘Abi Mu’aythin, ia di antara para
wanita yang berhijrah pertama kali yang telah membaiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mengabarkan bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak disebut pembohong jika bertujuan untuk mendamaikan dia antara pihak yang berselisih di mana ia berkata yang baik atau mengatakan yang baik (demi mendamaikan pihak yang berselisih, -pen).” JANGAN PERNAH BERDUSTA Dusta atau bohong adalah perbuatan haram. Tidak ada keringanan untuk berdusta dalam Islam, kecuali karena darurat atau kebutuhan yang mendesak. Itu pun dengan batas yang sangat sempit. Seperti tidak dijumpai lagi cara yang lain untuk mewujudkan tujuan yang baik itu, selain harus bohong. MA’ARIDH atau TAURIYAH
Ada satu cara yang mirip dengan dusta tapi
bukan dusta. Dalam kondisi ‘kepepet’, seseorang bisa menggunakan cara ini untuk mewujudkan keinginannya tanpa harus terjerumus ke jurang kedustaan. Cara itu, bernama ma’aridh atau tauriyah. Bentuknya, seseorang menggunakan kata yang ambigu, dengan harapan agar dipahami lain oleh lawan bicara. Contoh Maaridh atau Tauriyah Disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu: Suatu ketika Nabi Ibrahim pernah bersama istrinya Sarah. Mereka berdua melewati daerah yang dipimpin oleh penguasa yang zhalim. Ketika rakyatnya melihat istri Ibrahim, mereka lapor kepada raja, di sana ada lelaki bersama seorang wanita yang sangat cantik – sementara penguasa ini punya kebiasaan, merampas istri orang dan membunuh suaminya– Penguasa itu mengutus orang untuk menanyakannya. “Siapa wanita ini?” tanya prajurit. “Dia saudariku.” Jawab Ibrahim. Setelah menjawab ini, Ibrahim mendatangi istrinya dan mengatakan, وإن هذا سألني،يا ســارة ليس على وجه اﻷرض مؤمن غيري وغيرك فأخبرته أنك أختي فﻼ تكذبيني “Wahai Sarah, tidak ada di muka bumi ini orang yang beriman selain aku dan dirimu. Orang tadi bertanya kepadaku, aku sampaikan bahwa kamu adalah saudariku. Karena itu, jangan engkau anggap aku berbohong… dst.” Nabi Ibrahim ‘alahis salam dalam hal ini menggunakan kalimat ambigu. Kata “saudara” bisa bermakna saudara seagama atau saudara kandung. Yang diiginkan Ibrahim adalah saudara seiman/seagama, sementara perkataan beliau ini dipahami oleh prajurit, saudara kandung. Inilah bohong yang dibolehkan, yakni bohong untuk mewujudkan kemaslahatan atau menghindari bahaya yang lebih besar. Diriwayatkan dari Ummu Kultsum binti Uqbah, beliau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ليس الكذاب الذي يصلح بين الناس فينمي خيرا أو يقول خيرا “Bukan seorang pendusta, orang yang berbohong untuk mendamaikan antar-sesama manusia. Dia menunbuhkan kebaikan atau mengatakan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim). BOHONG YANG DIPERBOLEHKAN
1- Berbohong Untuk 2- Kebohongan Dalam
Kebaikan Perang Berbohong untuk kebaikan biasanya dilakukan untuk Banyak sekali kebohongan mendamaikan dua orang yang terjadi di dalam perang. yang sedang bertikai. Kebohongan dalam perang Kebohongan ini biasanya itu misalkan saat sedang dengan melebih-lebihkan mengatur siasat perang. kebaikan keduanya agar Kebohongan ini diperlukan mereka tersadar dan untuk membuat mengecoh bersedia untuk saling musuh dan membuat memaafkan dan berdamai. mereka gentar dan ketakutan. 3-Kebohongan Antara Suami Istri *** Ketigah perkara di atas janganlah menjadi alasan Kebohongan antar suami istri yang penyebab utama seseorang dimaksud disini bukanlah dalam melakukan kebohongan yang dilakukan untuk kebohongan. Sebab Islam menyembunyikan kesalahan atau selamanya melarang umatnya keburukan salah satu pasangannya, untuk berbohong karena namun justru kebohongan yang berbohong hukumnya dilakukan dengan tujuan untuk haram. Jikapun terpaksa melakukannya haruslah dalam menyenangkan hati pasangannya. keadaan yang memenuhi Misalkan saja seorang suami yang syarat 3 perkara yang memuji masakan istrinya dan membolehkan seseorang itu mengatakan enak walau untuk berbohong, namun sebenarnya tidak enak semata- tentu saja harus tetap dalam mata demi menghargai jerih payah batas tertentu dan tidak boleh berlebihan. istrinya yang telah memasakkan masakan itu untuknya..