Anda di halaman 1dari 11

Pendidikan Karakter Mandiri

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI

Mengacu kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, Depdikbud-Balai Pustaka, 1996, kata karakter ini memiliki

beberapa sinonim, antara lain: sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain;

tabiat; watak. Akhlak sinonimnya adalah budi pekerti; kelakukan. Watak sinonimnya adalah sifat batin manusia yang

mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku.; budi pekerti; tabiat. Budi pekerti sinonimnya adalah sikap; akhlak;

moral; kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin. Mental sinonimnya adalah

batin dan watak. Mentalitas artinya keadaan dan aktivitas jiwa (bathin), cara berfikir, dan berperasaan.

Dalam Oxford Advance Learner’s Dictionary of Current English, dalam Suparman Sumahamijaya (2003: 28) karakter adalah

keadaan mental atau moral seseorang, masyarakat, bangsa dan sebagainya; kualitas mental atau moral yang membentuk

seseorang, bangsa, dan sebagainya berbeda dari yang lain.

Pengetian kata mandiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah dalam keadaan dapat berdiri sendiri; tidak

bergantung pada orang lain. Kata bendanya adalah kemandirian yang artinya adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri

tanpa bergantung pada orang lain.sinonim dari kata mandiri adalah berdikari, yaitu berdiri di atas kaki sendiri; tidak

bergantung pada bantuan orang lain.

Dari pengertian di atas, Suparman (2003: 31) meyimpulkan bahwa pendidikan karakter mandiri adalah pendidikan yang

membentuk akhlak, watak, budi pekerti, dan mental manusia agar hidupnya tidak tergantung atau bersandar kepada

pihak-pihak lain, tidak bergantung pada bantuan orang lain. Pendidikan karakter mandiri bertujuan untuk insan-insan yang

percaya kepada dirinya sendiri dalam mengerjakan sesuatu urusan. Karakter mandiri mendorong dan memacu seseorang

untuk memecahkan sendiri persoalan hidup dan kehidupannya, sehingga dia termotivasi untuk berinisiatif, berkreasi,

berinovasi, proaktif dan bekerja keras. Pendidikan budi pekerti mandiri memacu keberanian seseorang untuk berbuat atau

bereaksi, tidak pasrah dan beku, tetap dinamis, energik dan selalu optimis menuju ke masa depan

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI

Pemuda Indonesia memerlukan karakter mandiri. Rakyat indonesia yang mencita-citakan derajat yang sama dengan

bangsa lain di dunia ini, lebih butuh pemimpin yang mempunyai karakter. Sebab itu mendidika karakter mandiri perlu

diupayakan secara optimal.

Seseorang yang berkarakter mandiri, setelah tamat sekolah ia akan menggunakan ilmunya untuk menciptakan lapangan

kerja dan menghasilkan uang. Sedangkan seorang yang bermental pegawai atau kuli, setelah menamatkan sekolahya, akan

menggunakan ilmunya untuk mencari kerja, dan memboros-boroskan uang, serta bergantung kepada pihak-pihak lain.

Dengan demikiansudah saatnya istilah siap pakai harus dikubur dalam-dalam, harus segera diganti dengan istilah siap

mandiri. Sebab dalam kata siap pakai terkandung konotasi negatif, sedangkan pada kata siap mandiri terkandung makna

positif. Siap pakai bersifat pasif, statis, dan bermental pengemis, sedangkan siap mandiri bersifat aktif, dinamis, kreatif dan

produktif dan progresif.

Keberhasilan merupakan syarat untuk mencapai kemandirian. Tiada keberhasilan tanpa kerja keras, tiada kerja keras tanpa

kemandirian, tiada kemandirian tanpa pendidikan dan pembentukan akhlak atau karakter mandiri.
KONSEP PEMBENTUKAN KARAKTER

Proses pembentukan karakter merupakan suatu perjalanan panjang. Diperlukan tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh

siapapun yang ingin membentuk suatu karakter, termasuk karakter mandiri.Ibnu Qayyim Alzauziyah mengilustrasikan suatu

rangkaian proses yang menggambarkan proses pementukan karakter secara utuh.

Proses pembentukan karakter harus diawali dari apa yang dilihat, didengar, dirasa, dan berbagai sarana perolehan

informasi. Informasi-informasi yang dihimpun, data dan fakta yang dipotret akan menjadi kepemilikan seorang

individu. Kemudian setiap individu akan mempersepsi informasi yang diperolehnya. Informasi dalam berbagai bentuknya

yang dipereh seorang individu secara berulang-ulang kemudian akan tersimpan di dalam memori. Penyimpanan data atau

informasi di memori memungkinkan individu “recall” atau memanggil kembali informasi ketika dibutuhkan. Data atau

informasi berupa audio, visual, audio-visual, dan kinestetik yang terseimpan lama di dalam memori akan menjadi pemikiran

seorang individu. Dan pemikiran seorang individu akan mewarnai dirinya. Uraian di atas, yang meliputi tiga tahap (lintasan

pikiran, ingatan, pemikiran) merupakan domain otak.

Pemikiran yang terus berulang-ulang dan berlangsung cukup lama kemudian akan turun ke dalam hati. Inilah yang disebut

dengan domain hati. Tahap pertama dari domain hati adalah gerak hati atau kata hati. Sesorang akan memiliki

kecenderungan tertentu sesuai dengan ingatan yang turun ke dalam hatinya. Kata hati ini menjadi potensi dasar yang

meimbulkan intrnsitas peran hati yang lebih tinggi

Tahap ke dua dari domain hati adalah sikap. Kata hati yang telah lama terbentuk dan tertahan lama akan menjadi suatu

nilai kebenaran bagi individu. Sistem nilai ini kemudian menjadi prereferensi dalam bereaksi atau beraksi.

Tingkat ketiga dari domain hati adalah tekad ( azzam). Tekan merupakan sikap yang bertahan lama sehingga memunculkan

keinginan yang kuat untuk mewujudkan sesuatu. Tahap ini merupakan yahan tertinggi dari domain hati. Azzam yang kuat

akan menimbulkan keinginan atau hasrat yang tinggi untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Azzam yang terus

tertanam akan turun ke domain amal.

Tahap pertama dari domain amal adalah munculnya suatu tindakan. Tindakan ini didorong oleh azzamyang kuat dari

seorang individu. Sikap ini dilandasi oleh akumulasi proses psikologi sayng panjang dari mulai lintasan pikiran.

Tahap kedua dari domain amal adalah kebiasaa. Perbuatan seseorang yang diulalukan secara rutin atau terus menerus

akan menimbulkan suatu kebiasaan atau habits. Dan padat tahap ketiga, kebiasaan yang terus menerus dan bertahan lama

akan menjadi karakter dari seorang individu.

Berdasarkan uraian di atas, ternyata proses pembentukan karakter merupakan jalan panjang yang tidak mungkin ditempuh

dalam waktu yang instant. Lebih dari itu, pembentukan karakter memerlukan treatment secara langsung maupun tidak

langsung, dan berjalan dalam waktu yang sangat lama.

Berdasarkan proses pembentukan karakter di atas, pendidikan persekolahan memiliki peran yang sangat signifikan namun

tidak absolut. Masih banyak hal-hal lain di luar pendidikan yang terlembagakan yang mempengaruhi pembentukan karakter

individu.

PROSES PENDIDIKAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI


Berdasarkan uraian tentang konsep pembentukan karakter di atas, kegiatan pendidikan harus sesuai dan memberikan

warna pada setap tahap dari tiga domain, yakni akal, hati dan amal. Untuk membentuk karakter mandiri siswa, sebenarnya

diperlukan pelajaran khusus yang berkenaan dengan pembentukan karakter mandiri, seperti kewirausahaan, sistem nilai

kemandirian, dan sebagainya. Namun mengingat jam belajar siswa di sekolah sudah cukup padat, maka alternatif yang

dapat diambil adalah dengan mengintegrasikan materi peklajaran yang ada dengan memunculkan muatan-muatan

pembentuk karakter mandiri siswa. Berkaitan dengan sekuensial tiga domain di atas, maka untuk membangun karakter

mandiri diperlukan tiga teknik yang merupakan suatu kesatuan. Teknik tersebut antara lain:

1. Proses Pembentukan Akal Kemandirian

Proses pembentukan karakter mandiri berawal dari pembentukan kemandirian akal. Akal merupakan penentu awal dari

pembentukan karakter. Untuk dapat membentuk akal mandiri, guru sebagai ujung tombak pendidikan harus melakukan

hal-hal berikut ini:


 Menjadi teladan dalam hal kemandirian bagi siswanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh atau
keteladanan merupakan media pembelajaran yang paling efektif. Pengetahuan yang diberikan yang tidak terintegrasi
dengan orang yang kepribadian guru akan mubadzir.Karena siswa lebih peka kepada apa yang dilakukan oleh gurunya dari
pada apa yang disampaikannya.
 Selain menjadi contoh, guru tentu harus menyampaikan pesan-pesan kemandirian dalam bentuk materi aja yang
terintegrasi dengan mata pelajaran yang sudah ada. Materi-materi tersebut harus diberikan secara rutin sehingga menjadi
kepemilikan pemikiran siswa.
 Sejarah merupaan catatan masa lalu yang dapat diambil pelajaran. Siswa rata-rata menyukai sejarah. Dalam
konteks pengembangan karakter mandiri, guru perlu menyampaikan sejarah atau profil orang-orang yang memiliki karakter
mandiri. Dengan kegiatan ini, diharapkan siswa dapat lebih termotivasi untuk menjadi insan yang mandiri.

2. Proses Pembentukan Hati Kemandirian

Inti dari proses pembentukan hati kemandirian adalah memunculkan kesadaran siswa untuk menjadi orang yang mandiri.

Berkenaan dengan hal tersebut, seyogyanya guru melakuka aktivitas berikut:


 Menggunakan stategi komunikasi pengajaran yang tepat dan relevan dengan dunia siswa. Di sini kemampuan
guru dituntut untuk melakukan persuasif kepada siswa. Sehingga akan muncul kesadaran akan pentingnya karakter
mandiri.
 Mata pelajaran nilai sangat berperan dalam pembentukan hati kemandirian. Beberapa mata pelajaran yang dapat
diintegrasikan secara tepat diantaranya adalah pelajaran agama, pelajaran moral, dan sebagainya.

3. Proses Pembentukan Amal Kemandirian

Hal yang paling menentukan dari karakter mandiri adalah amal atau perbuatan. Tingkat ini merupakan puncak dan bentuk

internalisasi kemandirian. Dalam konteks domain amal ini, guru harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
 Memberikan treatmen yang membuat siswa melakukan perbuatan-perbuatan yang mencerminkan kemandirian.
 Memberikan praktikum bentuk kemandirian seperti praktik berdagang, berproduksi dan sebagainya. Kegiatan
seperti ini dapat dilakukan pada mata pelajaran seperti ekonomi, kerajinan, dan sebagainya.

Secara lebih komprehensif, gagasan-gagasan di atas dapat dijadikan sebagai bahan untuk menyusun disain sistem

pengajarannya. Sehingga pembentukan karakter mandiri benar-benar dapat terpolakan dengan baik .

REFERENSI

Johnson K.A dan Foa L.J. (1989). Instructional Design. London: Collier Macmillan Publisher.

Sumahamijaya, Suparman et. all. (2003). Pendidikan Karakter Mandiri dan Kewiraswastaan. Bandung: Angkasa.

Sukmadinata, N.S. (1999). Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tjiptono, Fandy. (2003). Total Quality Management. Yogyakarta: Penerbit Andi


Diposting oleh Tarma di 07.10
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Karakter Mandiri dan Contohnya dalam Kehidupan – Dalam 18 Nilai Pendidikan Karakter
Bangsa dijelaskan salah satunya adalah Karakter Mandiri. Karakter mandiri adalah Sikap
dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-
tugas. Selain itu, beberapa pengertian dari berbagai referensi menyebutkan bahwa Mandiri
adalah sikap atau perilaku dalam bertindak yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan masalah atau tugas (Supinah dan Parmi, 2011). Menurut Knowless
(Rusman, 2011) peserta didik yang mandiri harus mempunyai kreativitas dan inisiatif
sendiri, serta mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya.

Sedangkan, menurut Prima Deli – dalam bdkpadang.kemenag.go.id dijelaskan bahwa


Kemandirian merupakan keadaan seseorang yang dapat berdiri sendiri yang tumbuh dan
berkembang karena disiplin dan komitmen sehingga dapat menentukan diri sendiri yang
dinyatakan dalam tindakan dan perilaku yang dapat dinilai. Kemandirian peserta didik
dalam belajar salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai hasil belajar yang
baik.
Kemandirian belajar merupakan kondisi aktivitas belajar yang mandiri tidak tergantung
orang lain, memiliki kemampuan, serta bertanggung jawab sendiri dalam menyelesaikan
masalah belajarnya. Kemandirian belajar akan tewujud apabila peserta didik aktif
mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan dalam proses pembelajaran. Pendidik
mengarahkan peserta didik agar berperan serta dalam memilih dan menentukan apa yang
akan dipelajarinya dan cara serta jalan apa yang akan ditempuhnya dalam belajar. Dengan
demikian, tugas pendidik yang cenderung mengarahkan secara berangsur-angsur
dapat dikurangi. Namun dibalik itu, tugas pendidik yang penting sesungguhnya adaah
merencanakan dan mempersiapkan situasi belajar mandiri sehingga apa yang dicapai
peserta didik sebenarnya sesuai dengan yang direncanakan dan diinginkan oleh pendidik
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuatnya.

Urgensi Pendidikan Karakter Mandiri


Pemuda Indonesia memerlukan karakter mandiri. Rakyat indonesia yang mencita-citakan
derajat yang sama dengan bangsa lain di dunia ini, lebih butuh pemimpin yang mempunyai
karakter. Sebab itu mendidika karakter mandiri perlu diupayakan secara optimal.

Seseorang yang berkarakter mandiri, setelah tamat sekolah ia akan menggunakan ilmunya
untuk menciptakan lapangan kerja dan menghasilkan uang. Sedangkan seorang yang
bermental pegawai atau kuli, setelah menamatkan sekolahya, akan menggunakan ilmunya
untuk mencari kerja, dan memboros-boroskan uang, serta bergantung kepada pihak-pihak
lain. Dengan demikiansudah saatnya istilah siap pakai harus dikubur dalam-dalam, harus
segera diganti dengan istilah siap mandiri. Sebab dalam kata siap pakai terkandung
konotasi negatif, sedangkan pada kata siap mandiri terkandung makna positif. Siap pakai
bersifat pasif, statis, dan bermental pengemis, sedangkan siap mandiri bersifat aktif,
dinamis, kreatif dan produktif dan progresif.

Keberhasilan merupakan syarat untuk mencapai kemandirian. Tiada keberhasilan tanpa


kerja keras, tiada kerja keras tanpa kemandirian, tiada kemandirian tanpa pendidikan dan
pembentukan akhlak atau karakter mandiri.

Contoh Karakter Mandiri dalam Kehidupan


Betapa pentingnya karakter mandiri harus membuat kita semua harus terus belajar dan
memulainya melalui hal-hal kecil dalam kehidupan. Berikut beberapa contoh membangun
karakter mandiri dalam kehidupan:

 Mencoba mengerjakan segalanya dengan diri sendiri tanpa bantuan apalagi di


suruh orang lain, seperti ketika mengutip sampah. Cobalah ambil sampah dengan
tangan sendiri tak perlu orang lain. atau dalam membersihka ruangan, cobalah tergerak
dengan hati sendiri.
 Mencoba bersikap mandiri ketika kamu bisa menentukan jalan hidup sendiri dan bisa
menentukan cita cita mulai sejak dini, tidak terlalu tergantung padang orang tua dan
orang lain dan percaya pada apa yang kamu perbuat.
 Bersikap rajin dan tidak tergantung pada orang lain. Selain itu, mencoba untuk selalu
berani dalam hal apapun.
Ingat, apa yang pernah diungkapkan oleh Kang Maman - "Seorang ayah ingin anaknya untuk
mandiri karena bila kami sudah tiada iya ingin anaknya dapat menghadapi semua masalahnya
sendiri, bukan karena iya tak mau tapi karena iya menginginkan yang terbaik untuk yang terbaik
dalam hidupmu."
Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK)
Sebelum berbicara tentang Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) terlebih
dahulu dibahas tentang PPK secara Umum, Nilai utama karakter bangsa, Tujuan PPK dan
Manfaat.

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) selain merupakan kelanjutan dan


kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010 juga
merupakan bagian integral Nawacita. Dalam hal ini butir 8 Nawacita: Revolusi Karakter Bangsa
dan Gerakan Revolusi Mental dalam pendidikan yang hendak mendorong seluruh
pemangku kepentingan untuk mengadakan perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir dan
cara bertindak, dalam mengelola sekolah. Untuk itu, Gerakan PPK menempatkan nilai karakter
sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku
pendidikan.

Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu
dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang
dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang
diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut,
menghargai perbedaan agama,menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan
Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter
religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan. Subnilai
religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh
pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan
kekerasan,persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan,
melindungi yang kecil dan tersisih.

2. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi,dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa
sendiri,menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul, danberprestasi, cinta tanah air,
menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin,menghormati keragaman budaya, suku,dan agama.

3. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan
mempergunakan segala tenaga, pikiran,waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-
cita.Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang,
profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
4. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan
bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan,
memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai gotong royong
antara lain menghargai, kerja sama,inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah
mufakat, tolongmenolong,solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap
kerelawanan.

5. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan,memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas
moral).
Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam
kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia,komitmen moral, anti
korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama
penyandang disabilitas).

Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri danberkembang sendiri-sendiri
melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis dan
membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun pendidikan karakter dimulai, individu
dan sekolah pertlu mengembangkan nilai-nilai utama lainnya baik secara kontekstual maupun
universal. Nilai religius sebagai cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
diwujudkan secara utuh dalam bentuk ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-
masing dan dalam bentuk kehidupan antarmanusia sebagai kelompok, masyarakat,maupun
bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa nilai – nilai religius dimaksud
melandasi dan melebur di dalam nilai-nilai utama nasionalisme, kemandirian, gotong royong,
dan integritas. Demikian pula jika nilai utama nasionalis dipakai sebagai titik awal penanaman
nilai-nilai karakter, nilai ini harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan yang tumbuh bersama nilai-nilai lainnya.

Prinsip-Prinsip Pengembangan dan


Implementasi PPK
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dikembangkan dan dilaksanakan dengan
menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Prinsip 1 – Nilai-nilai Moral Universal


Gerakan PPK berfokus pada penguatan nilai-nilai moral universal yang prinsip-prinsipnya dapat
didukung oleh segenap individu dari berbagai macam latar belakang agama, keyakinan,
kepercayaan, sosial,dan budaya.

Prinsip 2 – Holistik
Gerakan PPK dilaksanakansecara holistik, dalam arti pengembangan fisik (olah raga),
intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa), etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara utuh-
menyeluruh dan serentak, baik melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler, berbasis pada pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi
dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.

Prinsip 3 – Terintegrasi
Gerakan PPK sebagai poros pelaksanaan pendidikan nasional terutama pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan dan dilaksanakan dengan memadukan, menghubungkan, dan
mengutuhkan berbagai elemen pendidikan, bukan merupakan program tempelan dan tambahan
dalam proses pelaksanaan pendidikan.

Prinsip 4 – Partisipatif
Gerakan PPK dilakukan dengan mengikutsertakan dan melibatkan publik seluas-luasnya sebagai
pemangku kepentingan pendidikan sebagai pelaksana Gerakan PPK. Kepala sekolah, pendidik,
tenaga kependidikan, komite sekolah, dan pihak-pihak lain yang terkait dapat menyepakati
prioritas nilai-nilai utama karakter dan kekhasan sekolah yang diperjuangkan dalam Gerakan
PPK, menyepakati bentuk dan strategi pelaksanaan Gerakan PPK, bahkan pembiayaan Gerakan
PPK.

Prinsip 5 – Kearifan Lokal


Gerakan PPK bertumpu dan responsif pada kearifan lokal nusantara yang demikian beragam dan
majemuk agar kontekstual dan membumi. Gerakan PPK harus bisa mengembangkan dan
memperkuat kearifan lokal nusantara agar dapat berkembang dan berdaulat sehingga dapat
memberi indentitas dan jati diri peserta didik sebagai bangsa Indonesia.

Prinsip 6 – Kecakapan Abad XXI


Gerakan PPK mengembangkan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk
hidup pada abad XXI, antara lain kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif
(creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan
bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative learning).

Prinsip 7 – Adil dan Inklusif


Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keadilan, non-diskriminasi,
non-sektarian, menghargai kebinekaan dan perbedaan (inklusif), dan menjunjung harkat dan
martabat manusia.

Prinsip 8 – Selaras dengan Perkembangan Peserta Didik


Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan perkembangan peserta didik baik
perkembangan biologis, psikologis,maupun sosial, agar tingkat kecocokan dan
keberterimaannya tinggi dan maksimal. Dalam hubungan ini kebutuhan-kebutuhan
perkembangan peserta didik perlu memperoleh perhatian intensif.
Prinsip 9 – Terukur
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan prinsip keterukuran agar dapat
dimati dan diketahui proses dan hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini komunitas
sekolah mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang menjadi prioritas pengembangan di
sekolah dalam sebuah sikap dan perilaku yang dapat diamati dan diukur secara objektif;
mengembangkan program-program penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang mungkin
dilaksanakan dan dicapai oleh sekolah;dan mengerahkan sumber daya yang dapat disediakan
oleh sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan.

Struktur Kurikulum Pelaksanaan PPK


Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tidak mengubah kurikulum yang sudah ada,
melainkan optimalisasi kurikulum pada satuan pendidikan. Gerakan PPK perlu dilaksanakan di
satuan pendidikan melalui berbagai cara sesuai dengan kerangka kurikulum yaitu alokasi waktu
minimal yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, dan kegiatan
ekstrakurikuler yang dikelola oleh satuan pendidikan sesuai dengan peminatan dan karakteristik
peserta didik, kearifan lokal, daya dukung, dan kebijaksanaan satuan pendidikan masing-masing.

Pelaksanaan Gerakan PPK disesuaikan dengan kurikulum pada satuan pendidikan masing-
masing dan dapat dilakukan melalui tiga cara,
yaitu:

1. Mengintegrasikan pada mata pelajaran yang ada di dalam struktur kurikulum dan mata
pelajaran Muatan Lokal (Mulok) melalui kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler. Sebagai
kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, setiap guru menyusun dokumen perencanaan
pembelajaran berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai mata
pelajarannya masing-masing. Nilai-nilai utama PPK diintegrasikan ke dalam mata pelajaran
sesuai topik utama nilai PPK yang akan dikembangkan/dikuatkan pada sesi pembelajaran
tersebut dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing. Misalnya,mata
pelajaran IPA untuk SMP mengintegrasikan nilai nasionalisme dengan mendukung
konservasi energi pada materi tentang energi.
2. Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ditetapkan oleh
satuan pendidikan. Pada kegiatan ekstrakurikuler,satuan pendidikan melakukan penguatan
kembali nilai-nilai karakter melalui berbagai kegiatan. Kegiatan ekskul dapat dilakukan
melalui kolaborasi dengan masyarakat dan pihak lain/lembaga yang relevan, seperti PMI,
Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perdagangan,museum, rumah budaya, dan lain-lain,
sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas satuan pendidikan.
3. Kegiatan pembiasaan melalui budaya sekolah dibentuk dalam proses kegiatan rutin,
spontan, pengkondisian, dan keteladanan warga sekolah. Kegiatan-kegiatan dilakukan di luar
jam pembelajaran untuk memperkuat pembentukan karakter sesuai dengan situasi,
kondisi,ketersediaan sarana dan prasarana di setiap satuan pendidikan.

Basis Gerakan PPK


Gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada dan
mantap dimiliki oleh sekolah, yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan
masyarakat/komunitas (Albertus, 2015).

Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas


 Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata
pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran.
 Memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi pengajaran.
 Mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah.

Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya


Sekolah
 Menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian sekolah.
 Menonjolkan keteladanan orang dewasa di lingkungan pendidikan.
 Melibatkan seluruh ekosistem pendidikan di sekolah.
 Mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap potensi siswa melalui kegiatan
ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
 Memberdayakan manajemen dan tata kelola sekolah.
 Mempertimbangkan norma, peraturan, dan tradisi sekolah.

Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakata.


 Memperkuat peranan Komite Sekolah dan orang tua sebagai pemangku kepentingan utama
pendidikan.
 Melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumber pembelajaran seperti
keberadaan dan dukungan pegiat seni dan budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha, dan dunia
industri.
 Mensinergikan implementasi PPK dengan berbagai program yang ada dalam lingkup
akademisi, pegiat pendidikan, dan LSM.
 Mensinkronkan program dan kegiatan melalui kerja sama dengan pemerintah daerah,
kementerian dan lembaga pemerintahan, dan masyarakat pada umumnya

Tujuan PPK
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter
sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan.
2. Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika
perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21.
3. Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui harmonisasi
olah hati (etik dan spiritual), olahrasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah
raga (kinestetik)
4. Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru, siswa,
pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan implementasi pendidikan
karakter.
5. Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumber-sumber
belajar di dalam dan di luar sekolah.
6. Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM)

Manfaat dan Implikasi Gerakan PPK


Gerakan PPK memiliki manfaat dan implikasi sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai