Anda di halaman 1dari 38

Praktik Keperawatan Kritis

MODUL PRAKTEK

CARA PENGGUNAAN ALAT


VENTILATOR

Tim Penyusun :

Tryas Novelina P. (P1337430316005)


Eka Fatmawati (P1337430316007)
Nurul Jannah (P1337430316014)
Jihan Fahira (P1337430316024)
Bardan Maula Faza P. (P1337430316031)
Animatur Rosyi (P1337430316032)
Dewi Rosawati (P1337430316045)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
2017/2018

1
Praktik Keperawatan Kritis

DA
MI
SI

VI
SI
N
N

DI
DI
W
G

K
II

O
A

N
A

R
L

E
A
P

P
T
VISI :
Menjadikan Prodi Keperawatan Pekalongan yang
menghasilkan tenaga keperawatan unggul dalam keperawatan
gawat darurat berbasis kearifan lokal dan diakui internasional
2025
MISI:
1. Meaksanakan tri dharma p e rg u r u a n tinggi sesuai
perkembangan dan kebutuhan masyarakat berdasarkan sistem
penjamin mutu poltekkes kemenkes semarang
2. Melaksanakan, mengembangkan pengelolaan program studi
secara terus menerus dalam menghasilkan lulusan yang
berkualitas, berdaya saing tingi dan berbudi pekerti luhur
3. Menghasilkan lulusan D III Keperawatn yang kompeten yang
unggul dalam pengelolaan keparawatan kegawat daruratan
4. Mengembangkan jejaring dengan pengguna lulusan, baik
berskala lokal, regional, nasional maupun internasional.

SASARAN MUTU:
Sarmut I
a . Te r w u j u d n y a p e n y e l e n g g a r a a n p e n d i d i k a n s e s u a i s t a n d a r
pelayanan pendidikan (standar ISO 9001:2008)
b . Te r s e l e n g g a r a n y a p e n g e m b a n g a n S D M
Sarmut II
a . Te r l a k s a n a n y a k e g i a t a n p e n e l i t i a n k e s e h a t a n o l e h s e t i a p
dosen minimal sekali dalam satu tahun
b. Keikutsertaan kegiatan proceeding penelitian baik tingkat
nasional minimal setahun sekali

2
Praktik Keperawatan Kritis

c . Te r s e l e n g g a r a n y a s o s i a l i s a s i h a s i l p e n e l i t i a n d a n
implementasinya kepada mahasiswa dan masyarakat
d . Te r s u s u n n y a r o a d m a p p e n e l i t i a n p r o g r a m s t u d i
Sarmut III
a . Te r s u s u n n y a r e n c a n a p r o g r a m p e n g a b d i a n k e p a d a
masyarakat
b . Te r l a k s a n a n y a k e g i a t a n p e n g a b d i a n k e p a d a m a s y a r a k a t
minimal sekali setiap semester
c . Te r b a n g u n n y a k e r j a s a m a l i n t a s p r o g r a m d a n s e k t o r a l d a l a m
program pemerintah untuk pembangunan kesehatan
masyarakat
d. Mengadakan pelatihan workshop terkait hasil penelitian
pada kegiatan pengabdian masyarakat
Sarmut IV
a . Te r c i p t a n y a k e g i a t a n p e m b e l a j a r a n d e n g a n a m a n , t e r t i b ,
bebas dari suasana keributan / kebisingan
b. Meningkatnya motivasi belajar mahasiswa di lingkungan
kampus
c. Berjalannya kegiatan kemahasiswaan yang dapat meng-
akomodir terhadap kreativitas mahasiswa
d . Te r s e d i a n y a s i s t e m k e a m a n a n d a n k e s e l a m a t a n b a g i s e l u r u h
civitas akademika
e . Te r c i p t a n y a p e g a u l a n s o s i a l a k a d e m i k y a n g m e n y e n s n g k a n
bagi seluruh civitas akademika.

3
Praktik Keperawatan Kritis

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan


Yang Maha Kuasa, Modul Pembelajaran keperawatan kritis telah dapat
diselesaikan. Modul pembelajaran ini disusun untuk memfasilitasi pembelajar
dalam membantu dan mengarahkan belajar mahasiswa sehingga memiliki
kemampuan internal untuk belajar secara mandiri.
Modul pembelajaran ini akan mengkondisikan mahasiswa belajar secara
mandiri karena dikemas secara interaktif yang didalamnya tersedia alat ukur (soal-
soal latihan dan tugas uji kompetensi dan sekaligus ber-feedback langsung
terhadap kesalahan yang dijawabkan mahasiswa dan mampu mengoreksi secara
cepat berkenaan seberapa tinggi keberhasilan mahasiswa dalam mempelajari unit
materi tertentu.
Ucapan terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada semua pihak yang
terlibat dalam penyusunan modul ini. Akhirnya, penulis berharap modul
pembelajaran ini dapat digunakan untuk mendukung belajar mahasiswa secara
optimal dan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Pekalongan, 22 Agustus 2018

Anggota Kelompok

4
Praktik Keperawatan Kritis

DAFTAR ISI

Visi dan Misi Poltekkes DIII Prodi Pekalongan...............................................2

Kata Pengantar..................................................................................................4

Daftar Isi...........................................................................................................5

BAB I Pendahuluan..........................................................................................6

1. Deskripsi Singkat.....................................................................................6

2. Relevansi..................................................................................................6

3. Petunjuk Belajar.......................................................................................6

4. Tujuan......................................................................................................6

BAB 2 Isi..........................................................................................................

1. Indikator Pembelajaran............................................................................

2. Uraian Materi...........................................................................................

a. Mempelajari materi tentang Alat Ventilator.......................................


b. Mahasiswa Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bantuan
Ventilasi Mekanik (Ventilator)........................................................
c. Melakukan tindakan Cara Penggunaan Alat Ventilator.....................
3. Latihan.....................................................................................................

BAB 3 Penutup.................................................................................................

1.Kesimpulan...............................................................................................

Daftar Pustaka...................................................................................................

Glosarium/Senarai............................................................................................
5
Praktik Keperawatan Kritis

BAB I PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat, Relevansi, Petunjuk Belajar dan Tujuan

DESKRIPSI SINGKAT

Modul ini memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dalam Cara


Penggunaan Alat Ventilator

RELEVANSI

Materi dalam modul ini berkaitan dengan materi pada mata kuliah
keperawatan Kritis

 PETUJUK BELAJAR

Pada modul ini, mahasiswa akan memberikan asuhan keperawatan


pada klien yang menggunakan alat bantu Ventilator dengan cara :

1. Mempelajari materi tentang Alat Ventilator

2. Mempelajari Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bantuan Ventilasi

Mekanik (Ventilator)

3. Melakukan tindakan Cara Penggunaan Alat Ventilator

TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu


memberikan asuhan keperawatan pada klien yang menggunakan alat bantu
Ventilator.

6
Praktik Keperawatan Kritis

B2
BA
tor ISI
tih
La

eri

Ur

laj

Pe
an

an

an

be

ka
M

In
ar

di
at

ai
,

,
RA

LA

KA
TO
BE
RA

PE
LA

KA
JA

TO
BE

DI
IN
PE
JA

DI
IN
N

R
N

R
1. Mahasiswa Mampu dan Mau Mempelajari materi tentang Alat
Ventilator

2. Mahasiswa Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bantuan Ventilasi

Mekanik (Ventilator)

3. Mahasiswa Mampu Melakukan Tindakan Cara Penggunaan Alat


Ventilator

URAIAN MATERI

1. Materi tentang Alat Ventilator

1. Pengertian
Ventilator adalah peralatan elektrik dan memerlukan sumber listrik.
Beberapa ventilator, menyediakan back up batere, namun batere tidak
didesain untuk pemakaian jangka lama. Ventilator adalah suatu metode
penunjang/bantuan hidup (life - support). Maksudnya adalah jika ventilator
berhenti bekerja maka pasien akan meninggal. Oleh sebab itu harus tersedia
manual resusitasi seperti ambu bag di samping tempat tidur pasien yang
memakai ventilator, karena jika ventilator berhenti bekerja dapat langsung
dilakukan manual ventilasi.

Sumber : https://www.scribd.com/document/336071725/Ventilator. Diakses pada


tanggal 21Agustus 2018. Pukul 09.00 WIB
7
Praktik Keperawatan Kritis

2. Indikasi Pemasangan Ventilator


a. Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)
Penyebab Gagal Napas
1. Penyebab sentral
a. Trauma kepala : Contusio cerebri.
b. Radang otak : Encepalitis.
c. Gangguan vaskuler : Perdarahan otak, infark otak.
d. Obat-obatan : Narkotika, Obat anestesi.
2. Penyebab perifer
a. Kelaian Neuromuskuler:
 Guillian Bare symdrom
 Tetanus
 Trauma servikal.
 Obat pelemas otot.
b. Kelainan jalan napas.
 Obstruksi jalan napas.
 Asma broncheal.
c. Kelainan di paru.
 Edema paru, atlektasis, ARDS
d. Kelainan tulang iga / thorak.
 Fraktur costae, pneumothorak, haemathorak.
e. Kelainan jantung.
 Kegagalan jantung kiri
b. Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi.
c. Post Trepanasi dengan black out.
d. Respiratory Arrest.
3. Kriteria Pemasangan Ventilator
Menurut Pontopidan seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik
(ventilator) bila :
 Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
 Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
 PaCO2 lebih dari 60 mmHg
 AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.

8
Praktik Keperawatan Kritis

 Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB

4. Macam-macam Ventilator.
Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu:
a. Volume Cycled Ventilator.
Perinsip dasarnya adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang
ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
b. Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasarnya adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang
telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan
ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan
komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga
pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe
ini tidak dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerjanya adalah cyclusnya berdasarkan wamtu ekspirasi
atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan
oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit)
Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2

5. Mode-Mode Ventilator.
Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan
menggunakan ventilator tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin
ventilator, tetapi tergantung dari mode yang kita setting. Mode mode tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Mode Control.
Pada mode ini mesin secara terus menerus membantu pernafasan
pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek,
lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol
pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang
telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk
mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan

9
Praktik Keperawatan Kritis

ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas


sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi),
tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi
pneumothorax. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled
Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten
Positive Pressure Ventilation)

b. Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized


Intermitten Mandatory Ventilation.
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang
seling dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan
mandatory diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan
apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi
fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi
terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan
mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV
diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal
sehingga masih memerlukan bantuan.
c. Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan
atau pasien yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup
karena nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali
untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka
udara pernafasan tidak diberikan.
d. CPAP : Continous Positive Air Pressure.
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan
diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.Tujuan
pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-
otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.

6. Hal yang harus di perhatikan Ventilator


Ada beberapa hal yang menjadikan tujuan dan manfaat penggunaan ventilasi
mekanik ini dan juga beberapa kriteria pasien yang perlu untuk segera
dipasang ventilator.
Tujuan Ventilator antara lain adalah sebagai berikut :
a. Mengurangi kerja pernapasan.
b. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
c. Pemberian MV yang akurat.
d. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.
10
Praktik Keperawatan Kritis

e. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat

7. Komplikasi Ventilasi Mekanik (Ventilator)


Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila
perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
a. Pada paru
1) Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli
udara vaskuler.
2) Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
3) Infeksi paru
4) Keracunan oksigen
5) Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
6) Aspirasi cairan lambung
7) Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
8) Kerusakan jalan nafas bagian atas
b. Pada sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya
aliran balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada
pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.
c. Pada sistem saraf pusat
1) Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2)
dibawah normal akibat dari hiperventilasi.
2) Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal
akibat dari hipoventilasi.
3) Peningkatan tekanan intra kranial
4) Gangguan kesadaran
5) Gangguan tidur.
d. Pada sistem gastrointestinal
1) Distensi lambung, illeus
2) Perdarahan lambung.
e. Gangguan psikologi

11
Praktik Keperawatan Kritis

8. Prosedur pemasangan Ventilator


Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada
ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar.
Sedangkan pengesetan awal adalah sebagai berikut:
o Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
o Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB

o Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit

o Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik

o PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir


ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema
paru dan untuk mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan
oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan oleh respon
pasien yang ditujunkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas)

9. Alat-alat yang disediakan


o Ventilator
o Spirometer
o Air viva (ambu bag)
o Oksigen sentral
o Perlengkapan untuk mengisap sekresi
o Kompresor Air

10. Kriteria Penyapihan


Pasien yang mendapat bantuan ventilasi mekanik dapat dilakukan
penyapihan bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
 Kapasitas vital 10-15 ml/kg BB
 Volume tidal 4-5 ml/kg BB
 Kekuatan inspirasi 20 cm H2O atau lebih besar
 Frekwensi pernafasan kurang dari 20 kali/menit.

12
Praktik Keperawatan Kritis

11.Fisiologi Pernapasan Ventilasi Mekanik


a. Napas Spontan
 diafragma dan otot intercostalis berkontraksi  rongga dada
mengembang terjadi tekanan (-)  aliran udara masuk ke paru dan
berhenti pada akhir inspirasi
 fase ekspirasi berjalan secara pasif

b. Pernapasan dengan ventilasi mekanik


 udara masuk ke dalam paru karena ditiup, sehingga tekanan rongga
thorax (+)
 pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif
 ekspirasi berjalan pasif.
12. Efek Ventilasi Mekanik
a. Pada Kardiovaskuler
 Akibat dari tekanan posistif pada rongga thorax  darah yang kembali
ke jantung terhambat  venous return menurun maka cardiac out put
menurun.
 Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi
microvaskuler akibat tekanan (+)  sehingga darah berkurang 
cardiac out put menurun.
 Bila tekanan terlalu tinggi  bisa terjadi ex oksigenasi.
b. Pada organ Lain
 Akibat cardiac out put menurun  perfusi ke organ lainpun akan
menurun seperti, hepar, ginjal, otak dan segala akibatnya.
 Akibat tekanan (+) di rongga thorax darah yang kembali dari otak
terhambat  TIK meningkat.

13. Terapi Oxigen

a. Setelah jalan nafas bebas, maka selanjutnya tergantung dari derajat


hipoksia atau hiperkabinya serta keadaan penderita.
b. Pontiopidan memberi batasan mekanik, oksigenasi dan ventilasi untuk
menentukan tindakan selanjutnya (lihat tabel)

Parameter Accaptable Fisioterapi Intubasi


Range (Tidak Dada, Terapi Tracheostomi

13
Praktik Keperawatan Kritis

Oksigen,
Perlu Terapi Ventilasi
Monitoring
Khusus) Mekanik.
Ketat
1. MEKANIK

- Frekwensi 12 – 25 25 – 35 > 35
nafas

- Vital capacity
(ml/kg) 70 – 30 30 - 15 < 15

- Inspiratori
force,
CmH2O 100 – 50 50 – 25 < 25

2. OKSIGENASI

- A - aDO2 100%
O2 mmHg
50 – 200 200 – 350 > 350
- PaO2 mmHg

100 - 75 200 - 70 < 70


3. VENTILASI
(Air) ( O2 Mask) ( O2 Mask )
- VD / VT

- PaCO2
0,3 - 0,4 0,4 - 0,6 0,6

35 - 45 5 - 60 60

Sumber : http://erfansyah.blogspot.com/2011/05/kep-icu-ventilasi-mekanik-
ventilator.html. Diakses pada tanggal 21 Agustus 2018, pukul 10.15 WIB

14
Praktik Keperawatan Kritis

14. Beberapa hal yang harus diperhatikan


a. Humidifasi dan Suhu
Ventilasi Mekanik yang melewati jalan nafas buatan meniadakan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap pelembaban dan penghangatan.
Dua proses ini harus ditambahkan pelembab (Humidifier) dengan
pengontrol suhu dan diisi air sebatas level yang sudah ditentukan (system
boiling water) terjadi Kondensasi air dengan penurunan suhu untuk
mencapai suhu 370 C pada ujung sirkuit ventilasi mekanik. Pada
kebanyakan kasus suhu udara ± sama dengan suhu tubuh.
Pada hypotermi suhu dapat dinaikkan lebih dari 37 0 C – 380 C.
Kewaspadaan dianjurkan karena lama dan tingginya suhu inhalasi
menyebabkan luka bakar pada trakea, lebih mudah terjadinya
pengentalan sekresi dan akibatnya obstruksi jalan nafas bisa terjadi.
Sebaliknya bila suhu ke pasien kurang dari 36 0 C membuat kesempatan
untuk tumbuhnya kuman. Humidifikasi lain yaitu system Heating wire,
kehangatan udara dialirkan melalui wire di dalam sirkuit dan tidak terjadi
kondensasi air. Pada kasus penggunaan Ventilasi Mekanik yang singkat
tidak lagi menggunakan kedua system diatas, tetapi humidifasi jenis
Moisture echanger yang di pasang pada ujung sirkuit Ventilasi Mekanik.
b. Perawatan jalan nafas
Perawatan jalan nafas terjadi dari pelembaban adequate, perubahan
posisi dan penghisapan sekresi penghisapan di lakukan hanya bila perlu,
karena tindakan ini membuat pasien tidak nyaman dan resiko terjadinya
infeksi, perhatikan sterilitas ! Selanjutnya selain terdengar adanya ronkhi
(auscultasi) dapat juga dilihat dari adanya peningkatan tekanan inspirasi
(Resp. rate) yang menandakan adanya perlengketan/penyempitan jalan
nafas oleh sekresi ini indikasi untuk dilakukan pengisapan. Fisioterapi
dada sangat mendukung untuk mengurangi atelektasis dan dapat
mempermudah pengambilan sekresi, bisa dengan cara melakukan
clapping, fibrasing perubahan posisi tiap 2 jam perlu dikerjakan untuk
mengurangi pelengketan sekresi.
c. Perawatan selang Endotrakeal
Selang endotrakeal harus dipasang dengan aman untuk mencegah
terjadinya migrasi, kinking dan terekstubasi, oleh itu fiksasi yang
adequate jangan diabaikan. Penggantian plesterfiksasi minimal 1 hari
sekali harus dilakukan karena ini merupakan kesempatan bagi kita untuk
melihat apakah ada tanda-tanda lecet/ iritasi pada kulit atau pinggir bibir
dilokasi pemasangan selang endotrakeal. Pada pasien yang tidak

15
Praktik Keperawatan Kritis

kooperatif sebaiknya dipasang mayo/gudel sesuai ukuran, ini gunanya


agar selang endotrakeal tidak digigit, dan bisa juga memudahkan untuk
melakukan pengisapan sekresi. Penggunaan pipa penyanggah sirkuit
pada Ventilasi Mekanik dapat mencegah tertariknya selang endotrakeal
akibat dari beban sirkuit yang berat. Bila pasien terpasang Ventilasi
Mekanik dalam waktu yang lama perlu di pertimbangkan untuk
dilakukan pemasangan Trakeostomi yang sebelumnya kolaborasi dengan
dokter dan keluarga pasien.
d. Tekanan cuff endotrakeal
Tekanan cuff harus dimonitor minimal tiap shift untuk mencegah
kelebihan inflasi dan kelebihan tekanan pada dinding trakea. Pada pasien
dengan Ventilasi Mekanik, tekanan terbaik adalah paling rendah tanpa
adanya kebocoran/penurunan tidal volume. Cuff kalau memungkinkan di
kempeskan secara periodik untuk mencegah terjadinya nekrosis pada
trakea.
e. Dukungan Nutrisi
Pada pasien dengan dipasangnya Ventilasi Mekanik dukungan nutrisi
harus diperhatikan secara dini. Apabila hal ini terabaikan tidak sedikit
terjadinya efek samping yang memperberat kondisi pasien, bahkan bisa
menimbulkan komplikasi paru dan kematian.
Bila saluran gastrointestinal tidak ada gangguan, Nutrisi Enteral
dapat diberikan melalui Nasogastric tube (NGT) yang dimulai dengan
melakukan test feeding terlebih dahulu, terutama pada pasien dengan post
laparatomy dengan reseksi usus.
Alternatif lain apabila tidak memungkinkan untuk diberikan nutrisi
melalui enteral bisa dilakukan dengan pemberian nutrisi parenteral.
Pemberian nutrisi ?
f. Perawatan Mata
Pada pasien dengan pemasangan Ventilasi Mekanik perawatan mata
itu sangat penting dalam asuhan keperawatan. Pengkajian yang sering
dan pemberian tetes mata/zalf mata bisa menurunkan keringnya kornea.
Bila refleks berkedip hilang, kelopak mata harus di plester untuk
mencegah abrasi kornea, kering dan trauma. edema sclera dapat terjadi
pada pasien dengan Ventilasi Mekanik bila tekanan vena meningkat. Atur
posisi kepala lebih atas/ekstensi.

Sumber : https://www.scribd.com/document/336071725/Ventilator. Diakses pada


tanggal 21Agustus 2018. Pukul 09.00 WIB

16
Praktik Keperawatan Kritis

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bantuan Ventilasi Mekanik


(Ventilator)
1. Pengkajian
a. Biodata
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama,
alamt, dll.Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar
belakang status sosial ekonomi, adat kebudayaan dan keyakinan spritual
pasien, sehingga mempermudah dalam berkomunikasi dan menentukan
tindakan keperawatan yang sesuai.
b. Riwayat penyakit/riwayat keperawatan
Informasi mengenai latar belakang dan riwayat penyakit yang
sekarang dapat diperoleh melalui oranglain (keluarga, tim medis lain)
karena kondisi pasien yang dapat bentuan ventilator tidak mungkin untuk
memberikan data secara detail. Pengkajian ini ditujukan untuk mengetahui
kemungkinan penyebab atau faktor pencetus terjadinya gagal
nafas/dipasangnya ventilator.
c. Keluhan
Untuk mengkaji keluhan pasien dalam keadaan sadar baik, bisa
dilakukan dengan cara pasien diberi alat tulis untuk menyampaikan
keluhannya. Keluhan pasien yang perlu dikaji adalah rasa sesak nafas,
nafas terasa berat, kelelahan dan ketidaknyamanan.

Sistem pernafasan
1. Setting ventilator meliputi:
 Mode ventilator
o CR/CMV/IPPV (Controlled Respiration/Controlled Mandatory
Ventilation/Intermitten Positive Pressure Ventilation)
o SIMV (Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation)
o ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)
o CPAP (Continous Possitive Air Presure)

17
Praktik Keperawatan Kritis

 FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan


 PEEP: Positive End Expiratory Pressure
 Frekwensi nafas

b. Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator


c. Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak
d. Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas

e. Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu tambahan


f. Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau
g. Humidifier: kehangatan dan batas aqua
h. Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau terlepas
i. Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen
j. Hasil foto thorax terakhir

2. Sistem kardiovaskuler
Penkajian kardiovaskuler dilakukan untuk mengetahui adanmya
gangguan hemodinamik yang diakibatkan setting ventilator (PEEP terlalu
tinggi) atau disebabkan karena hipoksia. Pengkajian meliputi tekanan darah,
nadi, irama jantung, perfusi, adakah sianosis dan banyak mengeluarkan
keringat.

3. Sistem neurologi
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran, adalah nyeri kepala, rasa
ngantuk, gelisah dan kekacauan mental.

4. Sistem urogenital
Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal)

5. Status cairan dan nutrisi


Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan
status nutrisi dn cairan akan memperberat keadaan. Seperti cairan yang
berlebihan dan albumin yang rendah akan memperberat oedema paru.

6. Status psycososial
Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang ventilator sering mengalami
depresi mental lyang dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan
orientasi, merasa terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.
18
Praktik Keperawatan Kritis

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan, proses
penyakitnya
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan
ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang endotracheal
d. Cemas berhubungan dengan penyakit kritis, takut terhadap kematian
e. Gangguan pemenuhan komunikasi verbal berhubungan dengan
pemasangan selang endotracheal
f. Resiko tinggi terjadinya infeksi saluran nafas berhubungan dengan
pemasangan selang endotracheal
g. Resiko tinggi terjadinya trauma atau cedera berhubungan dengan ventilasi
mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress
h. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ventilasi mekanis, letak
selang endotracheal
3. Perencanaan

1. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan peningkatan
produksi sekret
Tujuan:
Meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan napas.
Kriteria hasil:
 Bunyi napas terdengar bersih.
 Ronchi tidak terdengar.
 Tracheal tube bebas sumbatan.

19
Praktik Keperawatan Kritis

Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Auskultasi bunyi napas tiap 2-4 1 Mengevaluasi keefetifan jalan
jam dan kalau diperlukan. napas.
a. Dengan mengertinya tujuan
tindakan yang akan dilakukan
pasien bisa berpartisipasi aktif.
b. Memberi cadangan O2 untuk
menghindari hipoksia.
c. Mencegah infeksi
nosokomial.
d. Aspirasi lama dapat
menimbulkan hipoksia, karena
tindakan pengisapan akan
mengeluarkan sekret dan O2.
e. Tindakan negatif yang
berlebihan dapat merusak
mukosa jalan napas.
f. Memberikan cadangan
oksigen dalam paru.
g. Menjamin keefektifan jalan
napas.
Membantu mengencerkan skret.
2 Lakukan pengisapan bila 2
terdengar ronchi dengan cara:
a. jelaskan pada pasien tentang
tujuan dari tindakan pengisapan.
b. Berikan oksigen dengan O2 100
% sebelum dilakukan pengisapan,
minimal 4 - 5 X pernapasan.
c. Perhatikan teknik aseptik,
gunakan sarung tangan steril,

20
Praktik Keperawatan Kritis

kateter pengisap steril.


d. Masukan kateter kedalam selang
ET dalam keadaan tidak
mengisap (ditekuk), lama
pengisapan tidak lebih dari 10
detik.
e. Atur tekanan isap tidak lebih dari
100 - 120 mmHg.
f. Lakukan oksigenasi lagi dengan
O2 100 % sebelum melakukan
pengisapan berikutnya.
g. Lakukan pengisapan berulang-
ulang sampai suara napas bersih.

Pertahankan suhu humidifer tetap


3 hangat (35 - 37,8 o C
3
Monitor statur hidrasi pasien
4
4 Mencegah sekresi menjadi
Melakukan fisioterapi napas / dada
kental.
5 sesuai indikasi dengan cara
5 Memudahkan pelepasan sekret.
clapping, fibrasi dan pustural
Mengencerkan sekret.
drainage.
Menentukan lokasi penumpukan
6 Berikan obat mukolitik sesuai
6 sekret, mengevaluasi
indikasi / program.
kebersihan tindakan
7 Kaji suara napas sebelum dan
Deteksi dini adanya kelainan.
sesudah melakukan tindakan
8 pengisapan.
Observasi tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah melakukan
tindakan.

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan sekresi tertahan, proses
penyakitnya
Tujuan: Pertukaran gas kembali normal.
Kriteria hasil:
 Hasil analisa gas darah normal yang terdiri dari:
- PH (7,35 - 7,45)
- PO2 (80 - 100 mmHg)
21
Praktik Keperawatan Kritis

- PCO2 (35 - 45 mmHg)


- BE (-2 - + 2)
- Tidak sianosis

Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Cek analisa gas darah setiap 10 - 1 Evaluasi keefektifan setting
2 30 menit setelah perubahan 2 ventilator yang diberikan
3 setting ventilator. 3 Evaluasi kemampuan
4 Monitor hasil analisa gas darah 4 bernapas
(blood gas) atau oksimeteri Sekresi menghambat
selama periode penyapihan. kelancaran udara napas.
Pertahankan jalan napas bebas Diteksi dini adanya
dari skresi. kelainan.
Monitor tanda dan gejala
hipoksia

3. Diagnosa Keperawatan
Ketidak efektifan pola nafas sehubungan dengan kelelahan, pengesetan
ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang endotracheal
Tujuan: Pola napas efektif.
Kriteria hasil:
 Napas sesuai dengan irama ventilator.
 Volume napas adekuat.
 Alarm tidak berbunyi.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Lakukan pemeriksaan ventilator 1 Diteksi dini adanya kelainan
tiap 1 - 2 jam. atau gg. fungsi ventilator.
Bunyi alarm menunjukan
2 Evaluasi semua alarm dan 2 adanya gg. Fungsi
tentukan penyebabnya. ventilator.
3 Pertahankan alat resusitasi manual 3 Memudahkan melakukan
(bag & mask) pada posisi tempat pertolongan bila
tidur sepanjang waktu. sewaktu/waktu ada
gangguan fungsi ventilator.

22
Praktik Keperawatan Kritis

Mencegah berkurangnya
4 Monitor selang / cubbing 4 aliran udara napas.
ventilator dari terlepas , terlipat,
bocor atau tersumbat. Mencegah berkurangnya
5 Evaluasi tekanan atau kebocoran 5 aliran udara napas.
balon cuff. Mencegah tergigitnya
6 Masukan penahan gigi (pada 6 selang ETT
pemasangat ETT lewat oral) Mencegah terlepas /
7 Amankan selang ETT dengan 7 tercabutnya selang ETT.
fiksasi yang baik. Evaluasi keefektifan jalan
8 Monitor suara dan pergerakan 8 napas.
dada secara teratur.

4. Diagnosa Keperawatan
Cemas sehubungan dengan penyakit kritis, takut terhadap kematian
Tujuan: Cemas berkurang atau hilang
Kriteria hasil: Mampu mengekspresikan kecemasan, tidak gelisah,
kooperatif.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Lakukan komunikasi 1 Membina hubungan saling
terapiutik. percaya.
2 Dorong pasien agar mampu 2 Menggali perasaan dan
mengekspresikan permasalahan yang sedang
perasaannya. dihadapi klien.
3 Berikan sentuhan kasih 3 Mengurangi cemas.
sayang.
4 Berikan support mental. 4 Mengurangi cemas.
5 Berikan kesempatan pada 5 Kehadiran orang-orang yang
keluarga dan orang-orang dicintai meningkatkan
yang dekat dengan klien semangat dan motivasi untuk
untuk mengunjungi pada sembuh.
saat-saat tertentu.
6 Berikan informasi realistis 6 Memahami tujuan pemberian
pada tingkat pemahaman atau pemasangan ventilator.
klien.

23
Praktik Keperawatan Kritis

5. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pemenuhan komunikasi verbal sehubungan dengan pemasangan
selang endotracheal
Tujuan: Mempertahankan komunikasi
Kriteria hasil: Klien dapat berkomunikasi dgn menggunakan metode
alternatif.

Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Berikan papan, kertas dan 1 Mempermudah klien untuk
pensil, gambar untuk mengemukakan perasaan /
komunikasi, ajukan keluhan dengan
pertanyaan dengan jawaban berkomunikasi.
ya atau tidak.
2 Yakinkan klien bahwa suara 2 Mengurangi cemas.
akan kembali bila ETT
dilepas.

6. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terjadinya infeksi saluran nafas sehubungan dengan
pemasangan selang endotracheal
Tujuan:
Tidak terjadi infeksi saluran napas s/d pemasangan selang ETT / ventilator
Kriteria hasil:
 Suhu tubuh normal (36 - 37,5 C)
 Warna sputum jernih.
 Kultur sputum negatif.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Evaluasi warna, jumlah, 1 Indikator untuk menilai
konsistensi dan bauh sputum adanya infeksi jalan napas.
setiap kali pengisapan.
2 Lakukan pemeriksaan kultur 2 Menentukan jenis kuman dan
sputum dan test sensitifitas sensitifitasnya terhadap
sesuai indikasi. antibiotik.
3 Pertahanakan teknik aseptik 3 Mencegah infeksi
pada saat melakukan nosokomial.

24
Praktik Keperawatan Kritis

pengisapan (succion)
4 Jaga kebersihan bag & mask. 4
Lingkungan kotor merupakan
5 Lakukan pembersihan mulut, 5 media pertumbuhan kuman.
hidung dan rongga faring Lingkungan kotor merupakan
setiap shitf. media pertumbuhan kuman.

6 Ganti selang / tubing ventilator 6 Menjamin selang ventilator


24 - 72 jam. tetap bersih dan steril.
7 Monitor tanda-tanda vital yang 7 Diteksi dini.
8 menunjukan adanya infeksi. 8 Antibiotika bersifat
Berikan antibiotika sesuai baktericide.
program dokter.

7. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terjadinya trauma atau cedera sehubungan dengan ventilasi
mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress
Tujuan: Bebas dari cedera selama ventilasi mekanik.
Kriteria hasil:
 Tidak terjadi iritasi pada hidung maupun jalan napas.
 Tidak terjadi barotrauma.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Monitor ventilator terhadap 1 Peningkatan secara tajam dapat
peningkatan secara tajam. menimbulkan trauma jalan
napas (barutrauma)
2 Yakinkan napas pasien sesuai 2 Napas yang berlawanan
dengan irama ventilator dengan mesin dapat
menimbulkan trauma.
3 Mencegah terjadinya fighting 3 Napas yang berlawanan
kalau perlu kolaborasi dengan mesin dapat
dengan dokter untuk menimbulkan trauma.
4 memberi sedasi. 4 Diteksi dini.
Observasi tanda dan gejala
5 barotrauma. 5 Mencegah iritasi mukosa jalan
Lakukan pengisapan lendir napas.
dengan hati-hati dan gunakan
25
Praktik Keperawatan Kritis

kateter succion yang lunak


6 dan ujungnya tidak tajam. 6 Mencegah terekstubasinya
Lakukan restrain / fiksasi bila ETT (ekstubasi sendiri)
7 pasien gelisah. 7 Mencegah trauma akibat
Atur posisi selang / tubing penekanan selang ETT.
ventilator dengan cepat.

8. Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan ventilasi mekanis, letak selang
endotracheal
Tujuan: Merasa nyaman selama dipasang ventilator.
Kriteria hasil:
 Klien tidak gelisah.
 Klien dapat istirahat dan tidur dengan tenang.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Atur posisi selang ETT dan 1 Mencegah penarikan dan
penekanan.
2 Tubing ventilator. 2 Menurunkan upaya pasien
melakukan pernapasan.
3 Atur sensitivitas ventilator. 3 Meningkatkan rasa
nyaman.
4 Atur posisi tidur dengan 4 Mengurangi rasa nyeri
menaikkan bagian kepala tempat
tidur, kecuali ada kontra indikasi.
Kalau perlu kolaborasi dengan
kokter untuk memberi analgesik
dan sedasi.

Sumber : http://erfansyah.blogspot.com/2011/05/kep-icu-ventilasi-mekanik-
ventilator.html. Diakses pada tanggal 21 Agustus 2018, pukul 10.15 WIB

26
Praktik Keperawatan Kritis

C. Cara Penggunaan Alat Ventilator


SOP PENGGUNAAN VENTILATOR
Ventilator adalah alat yang mampu membantu sebagian
atau mengambil alih pertukaran gas di paru untuk
Pengertian mempertahankan hidup pasien. Semua mode untuk
membantu atau mengganti atau mengambil alih
dariproses pernafasan spontan
1. Memberikan kekuatan mekanisme pada sytem
pernafasan untuk mempertahankan ventilasi yang
fisiologis
2. Manipulasi air way pressure dan corak ventilasi untuk
Tujuan
memperbaiki efisiensi dan oksigenasi
3. Mengurangi kerja miocard dengan cara mengurangi
kerja nafas

Kebijakan Panduan pelayanan di ruang ICU


1. Pasien Dengan Gagal Nafas
Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti
nafas (apnu) maupun hipoksemia yang tidak teratasi
dengan pemberian oksigen merupakan indikasi
ventilasi mekanik. Idealnya pasien telah mendapat
intubasi dan pemasangan ventilasi mekanik sebelum
terjadi gagal nafas yang sebenarnya. Distres
Indikasi
pernafasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan
atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan
paru (seperti pada pneumonia) maupun karena
kelemahan otot pernafasan dada (kegagalan memompa
udara karena distrofi otot).
2. Insufisiensi jantung.
Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik

27
Praktik Keperawatan Kritis

memiliki kelainan pernafasan primer. Pada pasien


dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan
kebutuhan aliran darah pada sistem pernafasan
(sebagai akibat peningkatan kerja nafas dan konsumsi
oksigen) dapat mengakibatkan jantung kolaps.
Pemberian ventilasi mekanik untuk mengurangi
beban kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja
jantung juga berkurang.

3. Disfungsi neurologis.
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko
mengalami apnoe berulang juga mendapatkan ventilasi
mekanik. Selain itu ventilasi mekanik juga berfungsi
untuk menjaga jalan nafas pasien serta memungkinkan
pemberian hiperventilasi pada klien dengan
peningkatan tekanan intra cranial.
4. Tindakan operasi.
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan
anestesi dan sedative sangat terbantu dengan
keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas
selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah
bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi mekanik.
5. Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)
6. Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi.
7. Post Trepanasi dengan black out.
8. Respiratory Arrest.
Kriteria Pemasangan Ventilasi Mekanik
Menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu
mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator) bila :
1. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
Takipnea (> tingkat pernapasan 30 napas per menit)
2. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2
kurang dari 70 mmHg.
3. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
4. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350
mmHg.
5. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.
6. Bradypnea atau apnea dengan pernapasan

28
Praktik Keperawatan Kritis

7. Cedera paru-paru akut dan sindrom gangguan


pernapasan akut
8. Ventilasi yang lebih besar dari 10 L / menit
9. Tekanan Arteri parsial oksigen (PaO 2) dengan
tambahan fraksi oksigen inspirasi (Fio 2) kurang
dari 55 mm Hg
10. Alveolar-arteri gradien tekanan oksigen (Aa DO
2) dengan oksigen 100% lebih besar dari 450 mm
Hg
11. Kelelahan otot pernafasan
12. Obtundation atau koma
13. Hipotensi
14. Tekanan parsial akut karbon dioksida (RAPP 2)
lebih besar dari 50 mm Hg dengan pH arteri
kurang dari 7,25

15. Penyakit neuromuscular


1. Pneumothorax tanpa kateter pleura,
Pneumothorax yang belum diobati
2. Hipovolemia
Kontra Indikasi
3. Bronchopleural fistula
4. Peningkatan Tekanan intracranial
5. Pasien dengan COPD.

29
Praktik Keperawatan Kritis

o Persiapan
1. Alat :
 Set ventilator
 Aqua steril
 Oksigen
2. Pasien :
 Inform consent
 Pemberian penjelasan/informasi
 Pengaturan posisi sesuai dengan kebutuhan
Prosedur
3. Cara kerja
Hubungkan ventilator dengan sumber listrik
Hubungan ventilator dengan sumber oksigen dan
udara tekan
Isi humidifier dengan aqua steril sampai batas
yang ditentukan
 Pastikan breathing sirkuit apakah ada kebocoran
dan tes fungsi masing masing pre set dengan
menggunakan testlung ( kalibrasi )
1. ICU
Unit terkait 2. Instalasi Gawat Darurat

Sumber : https://www.scribd.com/document/318435084/Spo-Penggunaan-
Ventilator. Diakses pada tanggal 21Agustus 2018. Pukul 09.00 WIB

30
Praktik Keperawatan Kritis

Sumber: : https://www.google.com/search?
q=gambar+ventilator&safe=strict&client=firefox-b-
ab&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=2ahUKEwia-
aG3wordAhURbo8KHUFmBmMQ7Al6BAgFEB8&biw=1143&bih=554.
Diakses pada tanggal 21 Agustus 2018, pukul 10.30 WIB

Bagian-bgian dari Ventilator

31
Praktik Keperawatan Kritis

1. Flowmeter
Alat yang digunakan untuk mengetahui adanya suatu matrial (liquid, gas,
powder) dalam suatu jalur aliran, dengan segala aspek aliran itu sendiri,
yang meliputi kecepatan aliran atau flow rate dan total massa atau volume
dari matrial yang mengalir dalam jangka waktu tertentu atau sering disebut
dengan istilah totalizer.
2. Ventilator
Bertujuan untuk memberikan bantuan nafas pasien dengan cara
memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas yang
digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk
mempertahankan oksigenasi.
3. Bellow
Pada desain sistem sirkuit ganda, volume tidal diberikan dari seperangkat
bellow yang berisi bahan karet atau bebas latex didalam tabung plastik
yang transparan. Bellow pada desain ventilator sirkuit ganda
menggantikan fungsi kantong pernafasan pada sirkuit anestesi.
4. Vaporizer
Alat yang digunakan untuk memekatkan suatu larutan dengan cara
menguapkan cairan selain air.
5. APL Valve
Mampu mengatur besar kecil aliran gas dan uap terutama untuk tekanan
rendah.
6. Soda Lime
Digunakan untuk keperluan anestesi
7. Scavenging System
Berfungsi menampung dan membuang sisa/sampah gas untuk
meminimkan terpapar diruang operasi zat anesthesia yang berbahaya.

LATIHAN
32
Praktik Keperawatan Kritis

A. Pilihan ganda
1. Kriteria pemasangan ventilator menurut pontopidan yaitu, kecuali..............
a. Frekuensi napas lebihdari 30 menit
b. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
c. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 lebih dari 70 mmHg
d. AaDO2 dengan O2 100% hasilnya lebih dari 350 mmHg
e. Vital capasity kurang dari 15 ml/kg BB
2. Alat-alat yang disediakan untuk pemasangan ventilator kecuali....
a. Spet 10 cc
b. Spirometer
c. Air viva (ambu bag)
d. Oksigen sentral
e. Kompresor air
3. Beberapa yang harus diperhatikan dalam pemasangan ventilator yaitu....
a. Perawatan mulut
b. Humidifasi dan suhu
c. Perhatikan intake dan output cairan
d. Dukungan sosial
e. Perhatikan tekanan darah pasien
4. Pasien yang mendapat bantuan ventilasi mekanik dapat dilakukan penyapihan
bila memenuhi kriteria sebagai berikut keculi........
a. Kapasitas vital 10-15 ml/kgBB
b. Volume tidal 405 ml/kgBB
c. Kekuatan inspirasi 20 cm H2O atau lebih besar
d. Frekuensi pernapasan kurang dari 20 kali/menit
e. Frekuensi pernapasan 30 kali/menit
5. Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan bantuan ventilator antara
lain..............
a. Resiko tinggi gangguan tumbh kembang b/d BB menurun terus menerus
b. Resiko peningkatan suhu tubh b/d proses infeksi sekunder terhadap diare
c. Kerusakan mobilitas fisik b/d kersakan neurovaskuler
d. Ketidakefektifan pola nafas b/d kelelahan, pengesetan ventilator yang
tidak tepat, obstruksi selang endotracheal
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d output berlebih dan
intake yang kurang

B. Essay
1. Apa yang dimaksud dengan ventilator?

33
Praktik Keperawatan Kritis

2. Apa saja indikasi pemasangan ventilator?


3. Sebutkan macam-macam ventilator?
4. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan saat pemasangan ventilator!
5. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada perawatan ventilator

Jawaban:
1. Ventilator adalah peralatan elektrik dan memerlukan sumber listrik.
Beberapa ventilator, menyediakan back up batere, namun batere
tidak didesain untuk pemakaian jangka lama. Ventilator adalah
suatu metode penunjang/bantuan hidup (life - support). Maksudnya
adalah jika ventilator berhenti bekerja maka pasien akan meninggal.
Oleh sebab itu harus tersedia manual resusitasi seperti ambu bag di
samping tempat tidur pasien yang memakai ventilator, karena jika
ventilator berhenti bekerja dapat langsung dilakukan manual
ventilasi.

2. Indikasi Pemasangan Ventilator


a. Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)
Penyebab Gagal Napas
1. Penyebab sentral
a. Trauma kepala : Contusio cerebri.
b. Radang otak : Encepalitis.
c. Gangguan vaskuler : Perdarahan otak, infark otak.
d. Obat-obatan : Narkotika, Obat anestesi.
2. Penyebab perifer
a. Kelaian Neuromuskuler:
 Guillian Bare symdrom
 Tetanus
 Trauma servikal.
 Obat pelemas otot.
b. Kelainan jalan napas.
 Obstruksi jalan napas.
 Asma broncheal.
c. Kelainan di paru.
 Edema paru, atlektasis, ARDS

d. Kelainan tulang iga / thorak.


 Fraktur costae, pneumothorak, haemathorak.
e. Kelainan jantung.
34
Praktik Keperawatan Kritis

 Kegagalan jantung kiri


b. Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi.
c. Post Trepanasi dengan black out.
d. Respiratory Arrest.

3. Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu:


a. Volume Cycled Ventilator.
Perinsip dasarnya adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai
volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator
adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan
volume tidal yang konsisten.
b. Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasarnya adalah cyclusnya menggunakan tekanan.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai
tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup
inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian
pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume
udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang
setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak
dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerjanya adalah cyclusnya berdasarkan wamtu ekspirasi
atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas
permenit) Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2

4. Ada beberapa hal yang menjadikan tujuan dan manfaat penggunaan


ventilasi mekanik ini dan juga beberapa kriteria pasien yang perlu
untuk segera dipasang ventilator.
Tujuan Ventilator antara lain adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi kerja pernapasan.
2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
3. Pemberian MV yang akurat.
4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.
5. Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila
perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
a. Pada paru

35
Praktik Keperawatan Kritis

1) Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis,


emboli udara vaskuler.
2) Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
3) Infeksi paru
4) Keracunan oksigen
5) Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi,
tersumbat.
6) Aspirasi cairan lambung
7) Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
8) Kerusakan jalan nafas bagian atas
b. Pada sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya
aliran balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada
pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.
c. Pada sistem saraf pusat
1) Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2)
dibawah normal akibat dari hiperventilasi.
2) Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal
akibat dari hipoventilasi.
3) Peningkatan tekanan intra kranial
4) Gangguan kesadaran
5) Gangguan tidur.
d. Pada sistem gastrointestinal
1) Distensi lambung, ileus
2) Perdarahan lambung.
e. Gangguan psikologi
II
U

U
N

A
T

B
P

P
I

esi
pu
m
n
la

36
Praktik Keperawatan Kritis

Ventilator adalah suatu metode penunjang/bantuan hidup (life -


support). Maksudnya adalah jika ventilator berhenti bekerja maka pasien akan
meninggal. Oleh sebab itu harus tersedia manual resusitasi seperti ambu bag
di samping tempat tidur pasien yang memakai ventilator, karena jika
ventilator berhenti bekerja dapat langsung dilakukan manual ventilasi.

PU
AK

AF
TA
ST

D
A

https://www.scribd.com/document/336071725/Ventilator. Diakses pada tanggal


21Agustus 2018. Pukul 09.00 WIB

http://erfansyah.blogspot.com/2011/05/kep-icu-ventilasi-mekanik-ventilator.html.
Diakses pada tanggal 21 Agustus 2018, pukul 10.15 WIB

https://www.scribd.com/document/318435084/Spo-Penggunaan-Ventilator.
Diakses pada tanggal 21Agustus 2018. Pukul 09.00 WIB

https://www.google.com/search?
q=gambar+ventilator&safe=strict&client=firefox-b-
ab&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=2ahUKEwia-
aG3wordAhURbo8KHUFmBmMQ7Al6BAgFEB8&biw=1143&bih=554.
Diakses pada tanggal 21 Agustus 2018, pukul 10.30 WIB

37
Praktik Keperawatan Kritis

NA
RA

AR

GL
OS
SE
M/
IU
I
Expansi : Aktivitas memperbesar atau memperluas usaha
Ronkhi : Suara tambahan karena saluran nafas berisi sekret shingga saluran
nafas menyempit
Whezing : Penyempitan saluran nafas yang berat secara terus menerus
dengan suara seperti siulan

38

Anda mungkin juga menyukai