Anda di halaman 1dari 143

Fitokimia

Dwi Hartanti
Fakultas Farmasi UMP
1
Metabolit
sekunder:

1. Terpenoid
2. Alkaloid
3. Glikosida

2
TERPENOID
3
Definisi Terpenoid

4
Terpenoid

Adalah golongan senyawa yang secara hipotetik tersusun atas pengulangan


unit isoprena.
Isoprena: senyawa hidrokarbon dengan 5 atom C5H8, merupakan hasil
pirolisis karet alam
kepala

D C ekor .
C

C C C C
C C
5
C C
kepala-ke-ekor
Ikatan tambahan

ekor-ke-ekor

Kepala ke ekor

Unit terpenoid yang


berukuran besar
limonene
6
Terpenoid

•Senyawa organik alami.

•Penyusun rasa dan aroma dari buah dan bunga.

•Bagi tumbuhan: sebagai penghambat pertumbuhan tumbuhan lain, insektisidal,


menarik serangga polinator, dan sebagai hormon pertumbuhan.

•Bagi manusia: sebagai parfum, minyak atsiri dan obat sejak 400-700 M

7
Struktur Kimia,
Penggolongan, Sifat,
Identifikasi dan Isolasi
Terpenoid
8
Penggolongan Terpenoid

9
Hemiterpena

10
Hemiterpena

•Adalah golongan senyawa terpena yang tersusun oleh 1 unit isoprena, 5 atom C.

•Kurang lazim ditemukan pada tanaman: <100 senyawa.

Phytochemical smoke.
•Phytochemical

•Terutama berfungsi sebagai pertahanan tumbuhan: menolak herbivora dan


menarik predator atau parasit dari herbivora

11
Contoh Senyawa Hemiterpena

Prinsepia utilis Ilex pubescens, aktif sebagai


anti agregasi platelet

12
Monoterpena

13
Monoterpena

•Adalah golongan senyawa terpena yang tersusun oleh 2 unit isoprena, 10 atom C

•Terdapat pada kelenjar minyak, chamber dan saluran resin tumbuhan tinggi,
serangga, jamur, dan organisme laut

•Merupakan komponen utama minyak atsiri tumbuhan

14
Contoh Monoterpena
C H 2O H

OH

geraniol menthol
rose and other flowers peppermint

camphor a-pinene
camphor tree turpentine 15
16
Mentha Pyrethrum cinerariaefolium
longifolia Insektisida alami

Miliusa sinensis

Paeonia suffruticosa
antibakteri
17
Sifat-Sifat Monoterpena

Monoterpena bebas mudah menguap pada suhu ruang.

Monoterpena teroksigenasi memiliki aroma dan aktivitas biologis tertentu sehingga


digunakan dalam pengobatan dan kosmetika.

Monoterpena dalam bentuk glikosida atau tersubstitusi dengan polihidroksil atau gugus
atom berat tidak mudah menguap.

Berupa cairan tidak berwarna, tidak larut dalam air, dan berbau harum.

Ada yang bersifat optik aktif.

Digunakan tumbuhan untuk menolak herbivora maupun menarik serangga polinator. 18


Seskuiterpena

19
Seskuiterpena

Adalah golongan senyawa terpena yang tersusun oleh 3 unit isoprena, 15 atom C

20
Contoh Seskuiterpena

Arnica montana Acorus calamus Hormon anti


Antitripanosomal pertumbuhan
Pohon juniper Taraxacum officinale
Dandelion
‘senyawa pahit’

Syzygium aromaticum Artemisia maritima


Cengkeh antihelmintik

Artemisia annua 21
antimalaria
Sifat-sifat Seskuiterpena

1. Titik didih hingga 240oC

2. Indeks refraksi tinggi

3. Lazim terjadi isomerisasi

4. Bisa berupa glikosida

22
Campuran Monoterpena dan
Seskuiterpena yang dihasilkan oleh
tumbuhan secara kolektif disebut
Minyak Atsiri

23
Minyak Atsiri
Adalah zat berbau yang terkandung pada tanaman berupa cairan kental yang
mudah menguap pada suhu kamar
Penting secara ekonomi: sebagai bahan dasar parfum dan flavouring agent
Memberikan aroma khas tanaman penghasilnya

24
Sifat-sifat Minyak Atsiri
1. Campuran.

2. Bau yang khas & spesifik tanaman penghasilnya.

3. Rasa getir, kadang tajam & menggigit , dengan kesan panas atau dingin.

4. Dalam keadaan bebasmenguap pada suhu kamar.

5. Tidak bisa disabunkan dan tidak bisa tengik.

6. Tidak stabil terhadap pengaruh oksigen, sinar UV dan panas.

7. Indeks biasnya tinggi.

8. Umumnya bersifat optis aktif.

9. Kelarutan dalam air kecil. 25


Penggunaan Minyak Atsiri

1. Pengobatan: antiseptik, analgesik, hemolitik, sedatif, dan stimulan


2. Aditif makanan: flavouring agent, untuk merangsang sekresi enzim pencernaan
3. Industri: parfum, bahan perekat, household needs
4. dll

26
Keberadaan Minyak Atsiri dalam Tanaman

Compositae,
Labiatae, Myrtaceae,
Pinaceae, Rosaceae, Pada berbagai jaringan
Rutaceae,
Umbelliferae.

27
Jaringan Penghasil dan Penyimpan Minyak
Atsiri
1. rambut kelenjar pada Labiatae 5. semua jaringan pada Coniferae
2. sel parenkim pada Piperaceae 6. mahkota bunga pada berbagai
bunga
3. saluran minyak (rittae) pada
Umbelliferae 7. korteks pada kayu manis
4. rongga skizogen & lisigen pada 8. perikarp buah pada Umbelliferae
Pinaceae & Rutaceae

28
Penggolongan Minyak Atsiri berdasar
Gugus Fungsinya
1. MA hidrokarbon: sabinena dan pinena pada minyak kemukus
2. MA alkohol : menthol pada minyak mint
3. MA fenol: eugenol pada minyak cengkeh
4. MA eter fenol: anetol, sineol pada minyak adas
5. MA oksida: sineol pada minyak kayu putih
6. MA ester: metil salisilat pada minyak gondopuro
7. MA aldehida: sinamaldehida pada kayu manis 29
Penggolongan Minyak Atsiri menurut
Guenther (1987)
1. MA Turunan Terpena: tersusun oleh isoprena, berupa
monoterpena atau seskuiterpena

2. MA Turunan Hidrokarbon Alifatik

3. MA Turunan Benzena

4. MA Senyawa lain-lain

30
1. Turunan Terpena

Sudah dibahas

31
2. Turunan Hidrokarbon Alifatik

Merupakan senyawa dengan struktur berupa rantai lurus, bisa berupa alkohol,
aldehida, keton, asam karboksilat, eter dan ester

Lazim ditemukan pada daun dan buah

32
2. Turunan Hidrokarbon Alifatik

2-metil oktana n-nonana, Hypericum japonicum 2-nonenol

n-heptana, Pinus sp.

33
3. Turunan Benzena
Diturunkan dari n-propil benzena.

Ditemukan dalam berbagai tingkat oksidasi:

cincin aromatik: gugus hidroksi, metoksi dan metilen dioksi

rantai cabang propil: hidroksil, karboksil atau lakton

safrol coumarin vanilin


eugenol 34
4. Senyawa Lain-lain

Kerangka
struktur yang
tidak bisa
dimasukkan ke
dalam salah
satu golongan
yang sudah
dibahas

Bau berbeda
35
Isolasi Minyak Atsiri
Konsentrasi yang kecil, membutuhkan banyak bahan awal

Isolasi bisa dilakukan dengan berbagai cara:

1. Destilasi (destilasi air, destilasi uap-air, destilasi uap)  rentan penguraian enzimatik, reaksi
oksidasi

2. Ekstraksi pelarut  semi polar – non polar, senyawa BM rendah dengan pelarut yang lebih polar

3. Aerasi (pengaliran udara)  MA dijerap dengah bahan hidrofob, atau derivatisasi menjadi
senyawa tak atsiri

4. CO2 superkritis

5. MA glikosida  dihidrolisis enzimatik terlebih dahulu

Menghasilkan campuran minyak atsiri


36
Isolasi Minyak Atsiri
Fraksinasi dilakukan dengan menggunakan distilasi atau kromatografi (dengan
kromatografi kolom partisi cair atau kromatografi gas)
Derivatisasi:
MA aldehida dan metil keton membentuk endapan tidak larut air dengan bisulfat  ekstrak
dilewatkan kolom bisulfit
MA aldehida dan metil keton membentuk endapan dengan 2,4-dinitrofenilhidrazon senyawa
atsiri lain dipisahkan dengan destilasi
MA aldehida membentuk endapaan tidak larut dengan dimedon
MA alkohol membentuk endapan uretan dengan isosianat  senyawa atsiri lain dipisahkan
dengan estilasi
MA alkohol membentuk endapan 3,5-dinitrobenzoat dengan 3,5-dinitrobenzoil klorida 
senyawa atsiri lain dipisahkan dengan destilasi
MA ester diderivatisasikan lalu dipisahkan dengan kromatografi
37
Identifikasi Minyak Atsiri: Pereaksi
Warna
MA alkohol + CS2 + NaOH  xantat
Xantat + asam molibdat  warna violet, larut kloroform

MA aldehida dan keton + 0,4% 2,4-dinitrofenilhidrazin  endapan merah

MA aldehida + pereaksi Schiff  warna merah jambu

MA ester +hidroksilamina (basa)  asam hidroksamat


Asam hidroksamat + FeCl3  warna lembayung
38
Identifikasi Minyak Atsiri: GC

Masing-masing fraksi hasil pemisahan dengan GC ditampung dengan


mengalirkannya pada karbon disulfida
Identifikasi berdasarkan spektroskopi IR atau massa

Alternatif: hyphenated technique dengan GC-MS

39
Identifikasi Minyak
Atsiri: GC-MS
Hyphenated technique, menggabungkan proses
pemisahan dengan kromatografi gas dan
identifikasi senyawa dengan spektroskopi
massa

40
Biosintesis Minyak Atsiri
1. Jalur asam mevalonat: untuk turunan terpena, akan
dibahas kemudian

2. Jalur asam sikimat: untuk turunan benzena

3. lain-lain

41
Biosintesis
Minyak Atsiri:
Jalur Asam
Sikimat

42
Biosintesis metileugenol pada Ocimum basilicum 43
Biosintesis Minyak Atsiri: Lain-lain

MA pisang: Biosintesis etilena:

MA dengan rantai bercabang berasal dari Berasal dari metionina


leusina dan valina
Senyawa antara berupa s-
Eter fenol dari fenilalanina adenosilmetionina dan 1-
aminoksiklopropana-1-karboksilat
Ester, alkohol dan keton berasal dari asam
lemak C2-C10 Produk akhir: etilen oksida, etilena glikol
dan glikosidanya, dan karbondioksida
Aldehida tak jenuh dari asam lemak tak
jenuh
44
Diterpena

45
Diterpena

Tersusun oleh 4 unit isoprena, 20 atom C

Bukan atsiri, titik didih tinggi

Sinonim: resin (sisa destilasi ekstrak)

Ditemukan pada tanaman tinggi (Euphorbiaceae, Labiatae, Asteraceae, Pinaceae),


mikroorganisme dan produk bahari

46
Contoh Diterpena

Montanoa tomentosa Salvia sp., Teucrium sp. Podocarpus sp.


Marrubium vulgare abortifasien antipakan antileukimia
vasorelaksan

Hormon pertumbuhan tanaman Taxus sp., yew


antikanker

47
Isolasi dan Identifikasi Diterpen
Diterpenaa
Turunan fitol dengan KLT preparatif:
fase diam silika gel
fase gerak n-heksana – etil asetat
deteksi dengan menggunakan H2SO4, antimon klorida, KMnO4, dll

hasil fitol (hRf 35), isofitol (hRf 50), geranil-linalool (hRf 44) dan fitil asetat (hRf 66)

Geranil-linalool

isofitol
Fitil asetat 48
49
Karakteristik Diterpena

Distribusi

Nama Isolat Neocaesalpin I

Struktur Kimia Isolat

Golongan

Cara Isolasi

Cara Identifikasi

50
Isolasi dan Identifikasi Diterpena
Distribusi Caesalpinia crista
Nama Isolat Neocaesalpin I
Struktur Kimia Isolat

Golongan Diterpena
Cara Isolasi The dried leaves (2.1 kg) of C. crista were extracted two times with distilled acetone at room
temperature, and the combined extracts were evaporated to dryness under reduced
pressure to yield greenish viscous syrup (127.4 g). The extract (120 g) was dissolved in
acetone and adsorbed on silica gel (120 g). The adsorbed material was transferred to a
silica gel column (600 g) packed in hexane. The column was eluted with the following
solvent system: hexane–ethyl acetate 9 : 1 (1000 ml), 4 : 1 (2000 ml), 3 : 1 (3000 ml), 2 : 1
(4000 ml), 1 : 1 (4000 ml), and acetone (2000 ml). Fractions of 500 ml each were taken and
26 fractions (fr. 1—fr. 26) were collected. Fr. 17 was evaporated and the residue was
subjected to a series of chromatographic separation by use of Sephadex LH-20 and RP-8
reversed-phase silica gel to afford semicrystalline crude materials. The crude materials were
finally purified by preparative thin layer chromatography followed by recrystallization from
MeOH–H2O to furnish neocaesalpin I (2; 127 mg) in pure forms.
Cara Identifikasi Titik leleh, optical rotary, spektroskopi IR, NMR, MS 51
Triterpena

52
Triterpena

Tersusun oleh 6 unit isoprena, 30 atom C

Biosintesis diturunkan dari skualena

Mengalami biosintesis lanjutan dan menghasilkan senayawa-senyawa turunan


triterpenoid (saponin, sterol, glikosida jantung).

Memiliki aktivitas farmakologi sebagai antidiabetes, mengobati gangguan


menstruasi, antidotum patukan ular, mengobati gangguan kulit, antimalaria,
hepatoprotektor, antifungi, pestisida, antipakan, antivirus dan antifertilit

53
Sifat-
Sifat -sifat Triterpena

Titik didih tinggi

Berupa padatan, kristal atau amorf

Tidak berwarna

54
C H3
CH3 OH CH3

CH3
CH3
Dimerisasi
CH3 CH3 ambrein ekor ke ekor
ambergis

55
Contoh Senyawa Triterpena

Antagonis hormon steroid serangga

Cucurbitaceae Azadirachta indica, mindi 56


Antagonis hormon steroid serangga antipakan
57
Turunan Triterpena:
Triterpena: Steroid
C H3
C H3

CH3

C H3
HO
CH3 CH3

rearrangements
Telah mengalami rearrangement, sehingga
saat dipecah tidak hanya menghasilkan
unit-unit isoprena penyusunnya saja
58
Contoh Senyawa Fitosteroid
Merupakan triterpenoid tetrasiklik,
berasal dari siklisasi dari skualen

Kacang tanah Sintesis steroid

Minyak kanola, alga Kedelai Artichoke

59
Cucurbitacin
Minyak kanola, sebagai hormon Cucurbitaceae, sebagai antipakan herbivora dan penarik lebah
pertumbuhan

Asparagus, sebagai repelan dengan


mekanisme memicu pergantian kulit Solanaceae, senyawa teratogenik yang
serangga termolabil

60
Turunan Triterpena: Glikosida Jantung
Struktur
Glikosida jantung tersusun oleh
•Bagian gula (glikon)
•Bagian bukan gula (aglikon), berupa steroid

61
Contoh Senyawa Glikosida Jantung

62
Penggolongan Glikosida Jantung
BUFADIENOLIDA KARDENOLIDA

Merupakan senyawa steroid C24 polihidroksi Merupakan senyawa steroid 23C yang mengikat
dengan cincin pentadienolida pada C-17 gugus butenolida pada C-17

Telah ditemukan lebih dari 250 senyawa, baik Ditemukan pada tumbuhan dalam bentuk
dari hewan maupun dari tumbuhan glikosida

Pada tumbuhan ditemukan sebagai glikosida Memiliki aktivitas sebagai kardiotonik,


dengan 3 molekul gula yang terikat pada gugus 3- insektisida
hidroksil
Contohnya: digoksin, digitoksigenin
Memiliki aktivitas sebagai kardiotonik,
insektisida dan antimikrobia Kupu-kupu raja toksik bagi burung  karena
ulatnya makan getah tanaman yang mengandung
kardenolid

63
Terutama diperoleh dari Digitalis purpurea,
D.lanata, dan Strophanthus kombe

Digitoksin: digitoksigenin (aglikon) + unit


gula (glikon)

Aktivitas farmakologis glikosida jantung lebih


ditentukan oleh kandungan aglikonnya

64
Turunan Triterpena: Saponin

Membentuk busa dalam air

Pahit

Toksik terhadap ikan

Digunakan sebagai sabun:


Chlorogalum pomeridianum

Quillaja saponara

Sapindus sapinara

Sapindus mukurossi
65
Contoh Senyawa Saponin

Panax ginseng
Glycyrrhiza glabra
imunostimulan
50-100 x lebih manis dari gula pasir
Ekspektoran, bakteriostatik dan antiviiral
66
Isolasi dan Identifikasi Triterpena
Isolasi terutama dengan KLT dan HPLC preparatif
Identitas dipastikan dengan penentuan titik leleh, putaran optik, GC-MS,
spektrum infra merah dan NMR
KLT selalu menggunakan fase diam silika gel
Penampak bercak dengan menggunakan:
1. Pereaksi Carr-Price (antimon klorida 20% dalam kloroform), dipanaskan 
berbagai warna pada sinar tampak dan lampu UV
2. Pereaksi Lieberman Burchard (asamosulfat pekat 1 mL, anhidrida asetat 20 mL,
kloroform 50 mL) dipanaskan 85-95 C selama 15 menit  berbagai warna
3. Asam sulfat (bisa diencerkan dengan air atau alkohol)
4. Air, spesifik untuk steroid
67
Jaringan kering dicuci dengan eter

Ekstraksi dengan metanol panas

Periksa dengan KLT hidrolisis

Periksa dengan KLT

Sistem KLT: fase diam silika gel, fase gerak heksana- etil asetat (1:1) atau kloroform- metanol (10:1), dengan
pendeteksi antimon klorida dalam kloroform

68
Cara tersebut kurang selektif  tidak bisa memisahkan
senyawa yang mirip
Alternatif:
1. Alfa-amirin dan beta-amirin dipisahkan dengan fase gerak n-
butanol-amonium hidroksida 2M (1:1)

69
Asam betulinat, asam oleanolat dan asam ursolat dipisahkan dengan:
• fase gerak eter minyak bumi-dikloroetilena-asam asetat (50:50:0,7)
menghasilkan hRf masing-masing 75, 50 dan 20,

• Fase gerak eter minyak bumi-etil format-asam format (93:7:0,7)


menghasilkan hRf masing-masing 87, 70 dan 20

70
Pemisahan sterol dengan turunan dihidronya:

fase diam silika gel-perak nitrat dalam metanol-air yang diaktifkan selama
30 menit pada 120oC
fase gerak kloroform
deteksi dengan asam sulfat-air (1:1)

71
Isolasi dan Identifikasi Saponin
Identifikasi
sederhana
dengan
mengocok
ekstrak
dengan
alkohol-air:
terbentuk
busa yg stabil
pada
permukaan

72
Identifikasi Saponin dengan KLT
Sistem fase gerak: Senyawa hRf dengan sistem fase gerak
1 2 3
Diosgenin 55 55 34
1. kloroform-
dimetilketon (4:1) Tigogenin 56 55 29
Smilagenin 62 61 -
2. kloroform-etil
asetat (1:1) Yamogenin 53 55 -
Hekogenin 41 32 19
3. heksana-
dimetilketon (4:1) Gitogenin 16 21 11

73
Tetraterpena

74
Tetraterpena
Merupakan senyawa pigmen kuning-merah pada bunga, buah, biji
dan daun.

Digunakan oleh tumbuhan untuk:


1. menyerap cahaya dalam batas tertentu dan meneruskannya ke klorofil untuk
membantu proses fotosintesis

2. menarik serangga polinator  bunga

3. menarik hewan untuk membantu penyebaran biji  buah

75
Contoh Senyawa Tetraterpena

Struktur dasar tetraterpenoid

76
Auroxantin (bunga & buah)

Fitofluena (biji & buah)

Fitoena (daun, biji & buah)

(daun, bunga & buah)

77
Pembentukan Tetraterpena
head-to-tail tail-to-tail

head-to-tail

b-carotene
wortel
78
Isolasi Tetraterpena

Merupakan pigmen yang tidak stabil: diekstraksi dari jaringan segar

1. mudah teroksidasi dan mengalami pengisomeran trans-sis selama ditangani

2. larutan yang mengandung karotenoid sebaiknya disimpan dalam tempat gelap,


temperatur rendah dan pelarut harus bebas peroksida.

79
Contoh Prosedur Fraksinasi Tetraterpena

80
Reaksi Penyabunan Tetraterpena

81
Isolasi Karotenoid setelah Fraksinasi

82
Kromatografi Kolom Preparatif Karotenoid

Sistem: Fase diam berpigmen kemudian


diekstraksi dengan menggunakan eter
Fase diam sukrosa
Fase gerak n-propanol 0,5% dalam
eter minyak bumi Bisa juga dengan menggunakan
KLT dan KKt
Deteksi: pada sinar tampak karena
senyawa berwarna, tapi intensitas
warnanya berkurang dengan Pengerokan dan ekstraksi
berjalannya waktu, dengan lampu UV dilakukan sebelum pelat
bila berupa prazat karotenoid yang mengering
tidak berwarna

83
Identifikasi Karotenoid dengan KLT
No Fase Diam Fase Gerak
1 MgO yang diaktifkan eter mb-benzena (1:1)
2 MgO yang diaktifkan eter mb-benzena (1:9)
3 Silika gel-kalsium hidroksida (1:6) eter mb-benzena(49:1)

4 Magnesium fosfat eter mb-benzena (9:1)


5 Silika gel diklorometana-etil asetat (4:1)
6 Kiselgur G dimpregnasi dengan aseton-metanol-air (3:15:2)
larutan trigliserida 8%
84
Pigmen Rf
1 2 3
Alfa karotena 66 80 88
Beta karotena 49 74 64
Gamma karotena 11 41 45
Epsilon karotena 70 84 -
Likopena 1 13 15

4 5 6

Lutein 10 35 56
Zeaxantin 5 24 55
Violaxantin 5 21 84
Kriptoxantin 54 75 7
Kapsantin 6 16 -
Neoxantin - - 85 95
Poliisoprena

86
Poliisoprena
Merupakan polimer yang tersusun oleh isopren yang memiliki BM besar.
Dibedakan menjadi:
Karet alam (rubber, terutama dihasilkan oleh Havea brazilliensis, Taraxacum sp. dan Parthenium sp.) adl
polimer yang mengandung 3000-6000 satuan isoprena

Guta dari Payena sp. dan Palaquium sp.

Chicle digunakan sebagai basis permen karet, dihasilkan oleh Manilkara sp.

87
Biosintesis Terpenoid

88
Dewick, P.M., 2002, Medicinal Natural Products –
A Biosynthetic Approach, John Wiley & Sons,
Chicester, UK

89
Isoprena tidak terlibat dalam biosintesis terpenoid

Yang aktif: dimethylallyl diphosphate (DMAPP) dan isopentenyl diphosphate (IPP)

C H3 C H3

H C H3 H CH2

P P O C H2 P P O CH2

DMAPP IPP
3,3-dimethylallyl isopentenyl
pyrophosphate pyrophosphate
90
DMAPP dan IPP disintesis melalui 2 jalur biosintesis:
1. Jalur asam mevalonat (mevalonic acid pathway, MVA)

2. Jalur deoksisilulosa fosfat (deoxyxylulose phosphate pathway, DXP)

MVA DMAPP --- DXP Asam


Asetil-CoA
IPP piruvat

Terpenoid 91
1.
Jalur
MVA

92
C H3 C S CoA
O
Acetyl-CoA

C H3 OH
C
C H2 C H2

C H2 C H2 C O O H
HO
mevalonic acid

Terpenoid

1.
Jalur Steroid 93
MVA
Pembentukan Asam Mevalonat dari Unit-unit Asetil-coenzim A

O O

HO C H2 C SCoA HO CH2 C SCoA


C NADPH C
H
3 acetylCoA H3C H3C
C H2 C SCoA C H2 C SCoA
O : ..O :
-

O
O O
HO CH2 C SCoA
HO C H2 C OH HO C H2 C SCoA C
C C H3C
H3C H3C NADPH CH2 C H
C H2 C H2 O H H2O C H2 C H2 O H
O
mevalonic acid HMG-CoA
1.
Jalur
94
MVA
1.
Jalur Pembentukan IPP dan DMAPP Asam Mevalonat
MVA O ADP O :B-Enz
HO C H2 C OH
2 ATP AMP P O C H2 C O H
C C
H3C H3C
C H2 C H2 O H CH2 CH2 O P P

mevalonic acid
These five-carbon
intermediates are
responsible for the
formation of all the C H3 C H3
terpenes. Enz-B: H+
H CH3 H CH2

P P O C H2 P P O CH2

DMAPP IPP
3,3-dimethylallyl isopentenyl
pyrophosphate pyrophosphate
95
Asetil CoA bereaksi dengan asetil CoA melalui kondensasi Claisen membentuk asetoasetil COA

Dikatalisis oleh acetoacetyl-CoA acetyltransferase

1.
Jalur
96
MVA
Asetoasetil CoA bereaksi dengan asetil CoA melalui adisi Aldol karbonil
membentuk 3-hydroxy-3-methylglutaryl CoA (HMG-CoA)

1.
Jalur
MVA 97
HMG CoA direduksi menjadi asam mevalonat

Dikatalisis oleh HMG CoA reductase, dengan bantuan NADPH

1.
Jalur
98
MVA
Asam mevalonat mengalami fosforilasi dan membentuk mevalonyl-PP

Mevalonil-PP mengalami kehilangan CO2 membentuk IPP

1.
Jalur
99
MVA
1.
Jalur
MVA

100
2.
Jalur
DXP

101
2.
Jalur
DXP

102
Isomerisasi IPP menjadi DMAPP dikatalisis oleh IPP isomerase melalui
karbokation

103
Pembentukan Terpenoid dari DMAPP-IPP

104
105
106
CH3 CH3

IPP H CH2 H CH3 DMAPP

OPP CH2 OPP C H2

C5
HEAD C H3 C10
:B C H2 O PP C5: isopentenyl-PP
H
3,3-dimethylallyl-PP
OPP C H2 C H2 O PP
H
TAIL C10: geranyl-PP
OPP

C20 C15: farnesyl-PP


C15

CH2 OPP
C20: geranyl-geranyl-PP
again
C H2 O P P

Setiap unit terbentuk dari kondensasi kepala ke ekor 107


KELOMPOK Atom C Isoprena Asal

HEMITERPENA C5 1 IPP atau DMAPP


MONOTERPENA C10 2 geranyl-PP

x2 SESQUITERPENA C15 3 farnesyl-PP


DITERPENA C20 4 geranyl-geranyl-PP
SESTERTERPENA C25 5 uncommon
x2 TRITERPENA C30 6 2 x (farnesyl-PP)
C35 7 uncommon
TETRATERPENA C40 8 2 x (geranyl-geranyl-PP)

Monoterpena, sesquiterpena, dan diterpena terbentuk dari kondensasi kepala ke ekor


Triterpena dan tetraterpena terbentuk dari kondensasi ekor ke ekor 108
Biosintesis Hemiterpena

Isoprena terbentuk dari stabilisasi DMAPP-IPP

109
Biosintesis Monoterpena
Monoterpena terbentuk dari stabilisasi GPP, yang terbentuk dari kondensasi
DMAPP dengan IPP

110
Konversi GPP menjadi monoterpena melibatkan intermediat karbokation dan
jalur reaksi multilangkah yang dikatalisis oleh terpene cyclase

111
112
H H H

OH O
O
geranial b-myrcene H
geranium oil hops
neral
geraniol lemon oil
geranium oil
OPP
OPP
OH
OPP

citronellol geranyl-PP (GPP) linalyl-PP (LPP) neryl-PP (NPP)


rose oil
H
OH
O
OH
OH

citronellal a-terprneol linalool nerol 113


citronella oil coriander oil rose oil
OPP
OPP
-
or methyl
+ a-terpinyl cation
ionize

+ +
LPP

+ 1,2-alkyl
- H+ + shift +
b-pinene

1,2-alkyl H2O
- H+ - H+
shift OH
a-pinene
+
H2O
borneol NADP+
O OH
O camphene
NADP+
camphor 114
fenchone fenchol
115
Biosintesis
Seskuiterpena

Sesquiterpena terbentuk dari


stabilisasi FPP, yang
merupakan hasil
penggabungan GPP dengan
IPP

116
117
118
119
120
121
122
Biosintesis Diterpena
Diterpena terbentuk dari
stabilisasi GGPP, yang
merupakan hasil
penggabungan FPP
dengan IPP

123
124
125
126
127
128
129
Biosintesis Triterpena

Triterpena terbentuk dari kondensasi dua unit FPP, dengan struktur


dasar squalena

130
131
132
133
134
135
Turunan
Triterpenoid

136
Pembentukan Isomer trans-cis pada Steroid

137
Biosintesis Tetraterpena

Tetraterpena terbentuk dari kondensasi dua unit GGPP,


dengan struktur dasar fitoena

138
139
140
141
142
Selamat belajar

143

Anda mungkin juga menyukai