Tugas Analisa PT Satyam
Tugas Analisa PT Satyam
KASUS SATYAM
Oleh :
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
PROFIL PERUSAHAAN
Satyam atau Mahindra Satyam merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang informasi teknologi. Perusahaan ini didirikan oleh B. Ramalinga Raju atau disebut
Raju pada tahun 1987 di India. Spesialisasi jasa Satyam meliputi teknologi informasi,
business service, peranti lunak komputer, dan menjadikan Satyam perusahaan outsourcing
yang terdepan di India. Satyam melakukan penawaran pertamanya (IPO) di Bombay Stock
Exchange pada tahun 1991 dan sejak itu perusahaan berkembang pesat selama tahun 1990
hingga 2000an. Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia pun mulai melirik India untuk
mencari solusi teknologi informasi. Hal tersebut menjadikan Satyam perusahaan outsourcing
ke-4 terbesar di India. Satyam memperkerjakan 50,000 karyawan dan beroperasi di 67
negara. Satyam adalah salah satu perusahaan IT terbesar di India yang telah mencatatkan
perkembangan di bidang keuangan yang cukup pesat pada periode 2008. Menjadi rekanan
dari 654 perusahaan global, termasuk General Electric, Nestle, Qantas Airways, Fujitsu, dan
185 perusahaan lainnya. Sahamnya listed di India’s National Stock Exchange, The New York
Stock Exchange dan Euronext di Eropa. Didirikan dan dipimpin oleh Ramalinga Raju,
lulusan MBA Ohio University dan alumnus Harvard University.
Satyam mungkin dikenal karena kasusnya pada tahun 2009 mengenai pengakuan Raju
atas tindakan manipulasi laporan keuangan yang ia lakukan yaitu dengan menggelembungkan
laporan posisi keuangan dan laba rugi. Pada kesempatan kali ini, kami mengangkat kasus lain
dari Satyam yaitu indikasi adanya transaksi hubungan istimewa yang dianggap merugikan
beberapa pihak tertentu dan mengarah ke pengakuan Raju yang terjadi pada awal 2009.
Pada 16 Desember 2008, Satyam mengumumkan rencananya untuk mengakuisisi
controlling interest di Maytas Infrastucture dan Maytas Properties senilai $1,6 juta. Keluarga
dari Ramalinga Raju, yaitu pemilik Satyam, menguasai saham yang besar di dua perusahaan
Maytas tersebut. Kekhawatiran terhadap valuasi dari dua entitas tersebut, timing, metode
pembayaran dari para direktur independen menimbulkan penyelidikan yang lebih mendalam
oleh investor Satyam dan akhirnya terjadi pembatalan rencana akuisisi tersebut.Kejadian
tersebut kemudian diikuti dengan empat direktur independen mengundurkan diri dan Raju
mengakui atas tindakan manipulasi laporan keuangan sebesar $1 juta selama beberapa tahun
terakhir.
Pada tanggal 7 januari 2009, Raju menyampaikan surat ke Board of Directors dari
Satyam yang menyatakan bahwa ia telah memanipulasi angka-angka di laporan keuangan
selama bertahun-tahun. Raju menyatakan bahwa ia telah membuat aset di neraca Satyam
dicatat lebih (overstated) sebesar $ 1.47 billion. Sejumlah $ 1.04 billion dari utang bank dan
kas sebenarnya tidak ada. Satyam juga mencatat liabilitas kurang dari yang sebenarnya di
dalam neraca. Satyam telah mencatat lebih besar laba di setiap kuartal selama beberapa tahun
untuk memenuhi ekspektasi analisis.
Berikut adalah tampilan Neraca dan Laporan Laba Rugi Satyam per 30 September
2008 (Rs dalam crore)
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa perbedaan yang timbul antara laba operasi
aktual dan laba yang dicatat di laporan keuangan tersebut adalah akibat dari manipulasi yang
dilakukan telah bertambah besar selama bertahun-tahun. Perusahaan menjadi kesulitan untuk
mengelola karena perbedaan yang terlalu mencolok tersebut. Raju telah menegaskan bahwa
berbagai upaya telah dilakukan untuk menghilangkan perbedaan tersebut, akan tetapi hal
tersebut tidak membuahkan hasil sehingga usaha terakhir yang dapat dilakukannya adalah
dengan mengakuisisi Maytas dengan tujuan untuk menggantikan aset fiktif dengan aset riil
perusahaan. Tetapi, para pemegang saham (investor) memiliki anggapan bahwa upaya
tersebut merupakan upaya untuk mengalirkan kas keluar dari Satyam, yang dimana keluarga
Raju hanya memiliki jumlah kepemilikan saham yang sedikit, ke perusahaan yang
dikendalikan oleh Raju dan keluarganya.
Dalam sebuah proyek IT yaitu Idearc terjadi hubungan kemitraan antara Satyam
dengan PwC. Satyam menjadi pelaksana system integration business dan PwC menjadi
konsultan jasanya. SEC pada prinsipnya melarang kemitraan semacam ini, bahkan standar
audit di India juga melarang hal yang sama. Ini merupakan indikasi yang jelas bahwa PwC
memiliki benturan kepentingan yang memungkinkan mereka membantu Satyam dalam
menyiasati kecurangan dalam pelaporan keuangannya dan mengakibatkan auditor PwC
kehilangan keindependensianya.
Jadi, dapat disimpulkan permasalahan dari pekerjaan audit yang dilakukan PwC di
Satyam adalah terjadinya hubungan istimewa antara auditor PwC dan Manajemen Satyam.
Yang mengakibatkan terjadinya kecurangan atau fraud yang dilakukan oleh pihak manajemen
satyam dalam membuat sebuah laporan keuangan dengan memanipulasi akun kas, bank serta
revenue Satyam dan berkerja sama dengan pihak auditor PwC untuk menutupi segala
kejanggalan atas laporan keuangan yang dapat menghasilkan laporan keuangan yang terlihat
wajar namun palsu guna mewujudkan keinginan Ramalinga Raju (CEO) untuk mendapatkan
izin perolehan dana dari bank untuk melakukan ekspansi Satyam di beberapa perusahaan
yang ditargetkan. Berdasarkan kasus tersebut auditor PwC telah melakukan pelanggaran kode
etik profesi akuntan yang bertentangan dengan prinsip prinsip dasar etika profesi akuntan.
Adapun prinsip prinsip yang dilanggar ialah :
Prinsip Integritas
Prinsip integritas ini mewajibkan setiap akuntan (professional) bersikap lugas dan
jujur dalam semua hubungan professional dan hubungan bisnisnya. Namun dalam
kasus ini, pihak manajemen Satyam mengelembungkan saldo kas, bank serta revenue
Satyam yang disertai dengan persengkokolan atau kerja sama dengan pihak Auditor
PwC untuk menutupi hal tersebut dan dengan sengaja tidak mengungkapkan segala
kejanggalan atas laporan keuangan pihak Satyam.
Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mewajibkan seluruh anggota bersikap adil, jujur secara
intelektual, tidak memihak, tidak berprasangka atau bias, bebas dari benturan
kepentingan atau pengaruh yang tidak sepantasnya dari pihak lain. Pada kasus ini,
Pihak Auditor sudah tidak jujur secara intelektual, dan sudah terpengaruh oleh pihak
Dalam hal mengungungkapkan harus termasuk, namun tidak terbatas pada informasi
material berikut ini:
1. Kinerja keuangan dan operasi perusahaan.
2. Tujuan perusahaan.
3. Kepemilikan dan hak suara utama.
4. Kebijakan remunerasi untuk anggota Dewan Komisaris dan Direksi dan
informasi mengenai anggota dewan, termasuk kualifikasinya, proses seleksi,
jabatan direktur dan komisaris perusahaan yang lain dan apakah mereka
independen.
5. Transaksi pihak berelasi.
6. Faktor-faktor risiko yang diketahui.
7. Isu terkait karyawan dan pemangku kepentingan lain.
Dalam kasus ini diketahui bahwa Raju telah memanipulasi laporan keuangan Satyam
dengan cara:
Mencatat nilai aset lebih besar dari seharusnya (overstated) yaitu sebesar
$1.47 juta,
Mencatat utang bank dan kas sebesar $1.04 juta yang dimana sebenarnya nilai
tersebut tidak ada, dan
Selain itu juga Raju membuat pencatatan kurang liabilitas serta memanipulasi
laba untuk memenuhi keinginan pemegang saham (investor).
Pada kasus ini juga auditor eksternal Satyam yakni PwC telah melakukan hal-hal yang
tidak seharusnya dilakukan oleh auditor. Auditor PwC dalam melakukan pemeriksaan
terhadap Satyam diketahui telah mengabaikan fakta-fakta yang seharusnya menjadi perhatian
mereka. Beberapa hal yang dimaksud seperti tidak melakukan sampling pengujian terhadap
seluruh invoice dan juga tidak melakukan verifikasi yang memadai atas piutang yang dimiliki
Satyam serta auditor PwC juga tidak melakukan tugasnya dengan baik dalam memverifikasi
saldo kas dan bank (kas setara kas). Hal serupa juga telah dinyatakan langsung oleh salah satu
partner PwC itu sendiri yakni S Goplakrishnan and S Talluri yang dimana mereka tidak
menggunakan mekanisme pengujian yang independen, akan tetapi menggunakan alat
investigasi Satyam.
Jadi, berdasarkan hal tersebut yang dilakukan Raju dapat disimpulkan bahwa Satyam
telah melanggar prinsip pengungkapan dan transparansi informasi khususnya terkait berbagai
hal yang seharusnya disampaikan kepada para pengguna informasi tersebut seperti saluran
yang digunakan untuk penyebaran informasi harus memberikan akses yang adil, tepat waktu,
dan efisien bagi pengguna informasi. Kerangka tata kelola perusahaan harus dilengkapi
dengan pendekatan efektif yang menyediakan dan mendorong analis, brokers, agen
pemeringkat, dan pihak lain untuk melakukan analisis atau memberikan nasihat yang relevan
Komposisi Dewan
Komposisi dewan di perusahaan Satyam terdiri dari 6 orang dewan non executive
board, yaitu:
1 orang sebagai mantan sekretaris cabinet dari pemerintah India,
1 orang sebagai mantan CEO dari perusahaan teknologi,
4 orang akademisi, dan
Direktur independen Satyam memiliki jabatan sebagai anggota dewan di 8
perusahaan lain.
Berdasarkan data tersebut bahwa secara komposisi dewan, dewan pada perusahaan
Satyam sudah dapat dikatakan baik. Namun sebaiknya direktur independen Satyam di
satu perusahaan saja karena menurut prinsip OECD hal tersebut dilarang karena dapat
menganggu kinerja dari seorang direktur itu sendiri.
Pelaksanaan Tugas Dewan
Terdapat 5 dari 9 directors yang ada disebutkan Satyam adalah sebagai
independent directors. Salah satu dari independent directors Satyam itu adalah
Profesor dari Harvard Business School yaitu Krishna Palepu yang menerima
pembayaran sebesar $200,000 setahun terkait dengan jasa profesional yang