Anda di halaman 1dari 11

ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

KASUS SATYAM

Oleh :

I Putu Eka Adiputra (1707612002)

PROGRAM PROFESI AKUNTAN (PPAk)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2018
PROFIL PERUSAHAAN
Satyam atau Mahindra Satyam merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang informasi teknologi. Perusahaan ini didirikan oleh B. Ramalinga Raju atau disebut
Raju pada tahun 1987 di India. Spesialisasi jasa Satyam meliputi teknologi informasi,
business service, peranti lunak komputer, dan menjadikan Satyam perusahaan outsourcing
yang terdepan di India. Satyam melakukan penawaran pertamanya (IPO) di Bombay Stock
Exchange pada tahun 1991 dan sejak itu perusahaan berkembang pesat selama tahun 1990
hingga 2000an. Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia pun mulai melirik India untuk
mencari solusi teknologi informasi. Hal tersebut menjadikan Satyam perusahaan outsourcing
ke-4 terbesar di India. Satyam memperkerjakan 50,000 karyawan dan beroperasi di 67
negara. Satyam adalah salah satu perusahaan IT terbesar di India yang telah mencatatkan
perkembangan di bidang keuangan yang cukup pesat pada periode 2008. Menjadi rekanan
dari 654 perusahaan global, termasuk General Electric, Nestle, Qantas Airways, Fujitsu, dan
185 perusahaan lainnya. Sahamnya listed di India’s National Stock Exchange, The New York
Stock Exchange dan Euronext di Eropa. Didirikan dan dipimpin oleh Ramalinga Raju,
lulusan MBA Ohio University dan alumnus Harvard University.
Satyam mungkin dikenal karena kasusnya pada tahun 2009 mengenai pengakuan Raju
atas tindakan manipulasi laporan keuangan yang ia lakukan yaitu dengan menggelembungkan
laporan posisi keuangan dan laba rugi. Pada kesempatan kali ini, kami mengangkat kasus lain
dari Satyam yaitu indikasi adanya transaksi hubungan istimewa yang dianggap merugikan
beberapa pihak tertentu dan mengarah ke pengakuan Raju yang terjadi pada awal 2009.
Pada 16 Desember 2008, Satyam mengumumkan rencananya untuk mengakuisisi
controlling interest di Maytas Infrastucture dan Maytas Properties senilai $1,6 juta. Keluarga
dari Ramalinga Raju, yaitu pemilik Satyam, menguasai saham yang besar di dua perusahaan
Maytas tersebut. Kekhawatiran terhadap valuasi dari dua entitas tersebut, timing, metode
pembayaran dari para direktur independen menimbulkan penyelidikan yang lebih mendalam
oleh investor Satyam dan akhirnya terjadi pembatalan rencana akuisisi tersebut.Kejadian
tersebut kemudian diikuti dengan empat direktur independen mengundurkan diri dan Raju
mengakui atas tindakan manipulasi laporan keuangan sebesar $1 juta selama beberapa tahun
terakhir.

Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Page 1


Rencana awalnya adalah mentransfer uang kas sebesar 60 juta rupee dari pemegang
saham Satyam ke keluarga Raju (yang merupakan pemegang saham defacto dengan
kepemilikan sebesar 8%) dan kedua perusahaan Maytas. Hal tersebut mengagetkan reksa
dana dan investor institusi di India dan mereka mengancam adanya tindakan hukum. Rencana
akuisisi tersebut diumumkan oleh Satyam setelah pasar India telah ditutup pada 16
Desember, tetapi harga saham Satyam di Amerika turun 50% pada pembukaan. Kesepakatan
tersebut-pun dibatalkan keesokan harinya. Meskipun telah dibatalkan, harga sahamnya tetap
turun 30% dan terus turun. Kejadian tersebut diikuti dengan pengakuan dari Raju.
Dalam suratnya, Raju mengaku telah menggelembungkan dana yang sebenarnya tidak
terjadi di akun kas sebesar 3 juta rupee, piutang bunga 3,7 juta rupee, dan menurunkan hutang
sebesar 12 juta rupee.

Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Page 2


Jelaskan mekanisme yang digunakan Raju untuk memanipulasi laba selama bertahun-
tahun !

Pada tanggal 7 januari 2009, Raju menyampaikan surat ke Board of Directors dari
Satyam yang menyatakan bahwa ia telah memanipulasi angka-angka di laporan keuangan
selama bertahun-tahun. Raju menyatakan bahwa ia telah membuat aset di neraca Satyam
dicatat lebih (overstated) sebesar $ 1.47 billion. Sejumlah $ 1.04 billion dari utang bank dan
kas sebenarnya tidak ada. Satyam juga mencatat liabilitas kurang dari yang sebenarnya di
dalam neraca. Satyam telah mencatat lebih besar laba di setiap kuartal selama beberapa tahun
untuk memenuhi ekspektasi analisis.

Berikut adalah tampilan Neraca dan Laporan Laba Rugi Satyam per 30 September
2008 (Rs dalam crore)

Aktual Dilaporkan Selisih


Saldo Kas dan Bank 321 5.361 5.040
Bunga diakru atas deposito bank Nil 376 376
Liabilitas disajikan lebih rendah 1.230 None 1.230
Piutang disajikan lebih tinggi 2.161 2.651 490
Total
Pendapatan 2.112 2.700 588
Laba Operasi 61 649 588

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa perbedaan yang timbul antara laba operasi
aktual dan laba yang dicatat di laporan keuangan tersebut adalah akibat dari manipulasi yang
dilakukan telah bertambah besar selama bertahun-tahun. Perusahaan menjadi kesulitan untuk
mengelola karena perbedaan yang terlalu mencolok tersebut. Raju telah menegaskan bahwa
berbagai upaya telah dilakukan untuk menghilangkan perbedaan tersebut, akan tetapi hal
tersebut tidak membuahkan hasil sehingga usaha terakhir yang dapat dilakukannya adalah
dengan mengakuisisi Maytas dengan tujuan untuk menggantikan aset fiktif dengan aset riil
perusahaan. Tetapi, para pemegang saham (investor) memiliki anggapan bahwa upaya
tersebut merupakan upaya untuk mengalirkan kas keluar dari Satyam, yang dimana keluarga
Raju hanya memiliki jumlah kepemilikan saham yang sedikit, ke perusahaan yang
dikendalikan oleh Raju dan keluarganya.

Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Page 3


Menurut Anda, apa permasalahan dari pekerjaan audit yang dilakukan PwC di
Satyam?

Dalam sebuah proyek IT yaitu Idearc terjadi hubungan kemitraan antara Satyam
dengan PwC. Satyam menjadi pelaksana system integration business dan PwC menjadi
konsultan jasanya. SEC pada prinsipnya melarang kemitraan semacam ini, bahkan standar
audit di India juga melarang hal yang sama. Ini merupakan indikasi yang jelas bahwa PwC
memiliki benturan kepentingan yang memungkinkan mereka membantu Satyam dalam
menyiasati kecurangan dalam pelaporan keuangannya dan mengakibatkan auditor PwC
kehilangan keindependensianya.

Jadi, dapat disimpulkan permasalahan dari pekerjaan audit yang dilakukan PwC di
Satyam adalah terjadinya hubungan istimewa antara auditor PwC dan Manajemen Satyam.
Yang mengakibatkan terjadinya kecurangan atau fraud yang dilakukan oleh pihak manajemen
satyam dalam membuat sebuah laporan keuangan dengan memanipulasi akun kas, bank serta
revenue Satyam dan berkerja sama dengan pihak auditor PwC untuk menutupi segala
kejanggalan atas laporan keuangan yang dapat menghasilkan laporan keuangan yang terlihat
wajar namun palsu guna mewujudkan keinginan Ramalinga Raju (CEO) untuk mendapatkan
izin perolehan dana dari bank untuk melakukan ekspansi Satyam di beberapa perusahaan
yang ditargetkan. Berdasarkan kasus tersebut auditor PwC telah melakukan pelanggaran kode
etik profesi akuntan yang bertentangan dengan prinsip prinsip dasar etika profesi akuntan.
Adapun prinsip prinsip yang dilanggar ialah :

 Prinsip Integritas
Prinsip integritas ini mewajibkan setiap akuntan (professional) bersikap lugas dan
jujur dalam semua hubungan professional dan hubungan bisnisnya. Namun dalam
kasus ini, pihak manajemen Satyam mengelembungkan saldo kas, bank serta revenue
Satyam yang disertai dengan persengkokolan atau kerja sama dengan pihak Auditor
PwC untuk menutupi hal tersebut dan dengan sengaja tidak mengungkapkan segala
kejanggalan atas laporan keuangan pihak Satyam.
 Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mewajibkan seluruh anggota bersikap adil, jujur secara
intelektual, tidak memihak, tidak berprasangka atau bias, bebas dari benturan
kepentingan atau pengaruh yang tidak sepantasnya dari pihak lain. Pada kasus ini,
Pihak Auditor sudah tidak jujur secara intelektual, dan sudah terpengaruh oleh pihak

Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Page 4


lain yaitu pihak manajemen Satyam itu sendiri. Hal tersebut di buktikan lewat adanya
kerjasama antara pihak manajemen dan auditor dalam memalsukan isi dari laporan
keuangan tersebut guna memenuhi keinginan pihak tertentu selama bertahun tahun.
 Perilaku Profesional
Prinsip perilaku professional mewajibkan setiap akuntan professional mematuhi
ketentuan hukum serta peraturan yang berlaku dan menghindari setiap perilaku yang
dapat mengurangi kepercayaan pada profesi. Pada kasus ini, sudah jelas bahwa pihak
auditor PwC tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang Auditor secara
professional dan mematuhi aturan aturan yang berlaku karena auditor PwC menutupi
segala kejanggalan dan ketidak wajaran atas laporan keuangan Satyam.
 Tanggung Jawab profesi
Seorang Akuntan dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai professional, harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional terhadap semua
kegiatan yang dilaksanakannya Pada kasus ini, pihak auditor PwC sudah tidak
mempunyai tanggung jawab secara profesi untuk memeliharan dan mempertahankan
kepercayaan dari masyarakat sebagai seorang auditor. Hal tersebut dikarenakan pihak
auditor PwC berkerjasama dalam memalsukan dan memanipulasi isi dari sebuah
laporan keuangan yang dapat di lihat oleh pihak internal dan juga eksternal.
 Kompetensi Dan Kehati-Hatian Profesional
Dalam kasus ini seharusnya PwC, berdasarkan prinsip kehati-hatian, telah
mempertimbangkan segala risiko yang dapat terjadi dan tindakan memberikan opini
yang tidak sesuai dengan kondisi Satyam, namun PwC tidak melakukannya dan malah
berkerja sama dengan manajemen untuk memanipulasi isi laporan keuangan.
 Standar Teknis
Setiap anggota akuntan professional dalam melaksanakan jasa profesionalnya harus
sesuai dengan standar profesional yang relevan. Namun pada kasus ini, auditor PwC
tifdak mematuhi standar Profesional karena sudah ikut berkejasama untuk
memanipulasi dan menutupi ketidak wjaaran laporan keuangan Satyam selama
bertahun tahun untuk kepentingan tertentu.

Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Page 5


Lakukan analisis pelaksanaan prinsip Pengungkapan dan Transaparansi di Satyam !
Berdasarkan prinsip-prinsip OECD, terdapat empat prinsip utama Corporate
Governance secara umum yaitu:
1. Fairness (Kewajaran)
Kewajaran (fairness) merupakan suatu bentuk perlakuan yang adil dan setara didalam
memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan
perundangan yang berlaku.
2. Transparency (Keterbukaan Informasi)
Transparansi merupakan keterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan
keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan
mengenaiperusahaan.
3. Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertangungjawaban organ
perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
4. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian (patuh) di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang
berlaku.
Dalam kerangka tata kelola perusahaan harus memastikan bahwa kesesuaian waktu
dan akurasi pengungkapan telah dibuat dengan berbagai hal terkait dengan perusahaan,
termasuk kondisi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata kelola perusahaan.

 Dalam hal mengungungkapkan harus termasuk, namun tidak terbatas pada informasi
material berikut ini:
1. Kinerja keuangan dan operasi perusahaan.
2. Tujuan perusahaan.
3. Kepemilikan dan hak suara utama.
4. Kebijakan remunerasi untuk anggota Dewan Komisaris dan Direksi dan
informasi mengenai anggota dewan, termasuk kualifikasinya, proses seleksi,
jabatan direktur dan komisaris perusahaan yang lain dan apakah mereka
independen.
5. Transaksi pihak berelasi.
6. Faktor-faktor risiko yang diketahui.
7. Isu terkait karyawan dan pemangku kepentingan lain.

Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Page 6


8. Struktur dan kebijakan tata kelola, terutama kode atau kebijakan tata kelola
yang ada dan proses implementasinya.

Dalam kasus ini diketahui bahwa Raju telah memanipulasi laporan keuangan Satyam
dengan cara:

 Mencatat nilai aset lebih besar dari seharusnya (overstated) yaitu sebesar
$1.47 juta,
 Mencatat utang bank dan kas sebesar $1.04 juta yang dimana sebenarnya nilai
tersebut tidak ada, dan
 Selain itu juga Raju membuat pencatatan kurang liabilitas serta memanipulasi
laba untuk memenuhi keinginan pemegang saham (investor).

Pada kasus ini juga auditor eksternal Satyam yakni PwC telah melakukan hal-hal yang
tidak seharusnya dilakukan oleh auditor. Auditor PwC dalam melakukan pemeriksaan
terhadap Satyam diketahui telah mengabaikan fakta-fakta yang seharusnya menjadi perhatian
mereka. Beberapa hal yang dimaksud seperti tidak melakukan sampling pengujian terhadap
seluruh invoice dan juga tidak melakukan verifikasi yang memadai atas piutang yang dimiliki
Satyam serta auditor PwC juga tidak melakukan tugasnya dengan baik dalam memverifikasi
saldo kas dan bank (kas setara kas). Hal serupa juga telah dinyatakan langsung oleh salah satu
partner PwC itu sendiri yakni S Goplakrishnan and S Talluri yang dimana mereka tidak
menggunakan mekanisme pengujian yang independen, akan tetapi menggunakan alat
investigasi Satyam.

Selama 9 tahun PwC dalam melakukan pemeriksaan terhadap Satyam tidak


mengungkapkan kelemahan pengendalian pada Satyam yang seharusnya diketahui oleh
pemegang saham Satyam sehingga pemegang saham tidak memperoleh informasi sebagai
pertimbangan untuk pengambilan keputusan mereka.

Jadi, berdasarkan hal tersebut yang dilakukan Raju dapat disimpulkan bahwa Satyam
telah melanggar prinsip pengungkapan dan transparansi informasi khususnya terkait berbagai
hal yang seharusnya disampaikan kepada para pengguna informasi tersebut seperti saluran
yang digunakan untuk penyebaran informasi harus memberikan akses yang adil, tepat waktu,
dan efisien bagi pengguna informasi. Kerangka tata kelola perusahaan harus dilengkapi
dengan pendekatan efektif yang menyediakan dan mendorong analis, brokers, agen
pemeringkat, dan pihak lain untuk melakukan analisis atau memberikan nasihat yang relevan

Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Page 7


untuk investor, yang bebas dari konflik kepentingan yang dapat memengaruhi integritas
analisis atau nasihat pihak-pihak tersebut.. Namun dalam kasus ini Satyam tidak
menyampaikan seluruh informasi penting yang seharusnya diketahui oleh seluruh pengguna
informasi (investor) sehingga berdampak kepada para pengguna informasi (investor) tersebut
menjadi tidak dapat melakukan analisis yang baik dalam mengambil suatu keputusan serta
pada kasus ini juga dapat dikatakan bahwa PwC sebagai auditor eksternal tidak melakukan
pemeriksaan sebagaimana mestinya atau dapat dikatakan ada indikasi bahwa independensi
PwC dalam bekerja dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti audit fee yang mereka terima
dari Satyam jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahan sejenis.

Lakukan analisis pelaksanaan prinsip Tanggungjawab Dewan di Satyam, termasuk di


dalamnya komposisi dewan, pelaksanaan tugas dewan, peran komite audit peran
direktur keuangan, unit internal audit, dan akuntan internal terhadap penipuan yang
dilakukan Satyam !

 Komposisi Dewan
Komposisi dewan di perusahaan Satyam terdiri dari 6 orang dewan non executive
board, yaitu:
 1 orang sebagai mantan sekretaris cabinet dari pemerintah India,
 1 orang sebagai mantan CEO dari perusahaan teknologi,
 4 orang akademisi, dan
 Direktur independen Satyam memiliki jabatan sebagai anggota dewan di 8
perusahaan lain.
Berdasarkan data tersebut bahwa secara komposisi dewan, dewan pada perusahaan
Satyam sudah dapat dikatakan baik. Namun sebaiknya direktur independen Satyam di
satu perusahaan saja karena menurut prinsip OECD hal tersebut dilarang karena dapat
menganggu kinerja dari seorang direktur itu sendiri.
 Pelaksanaan Tugas Dewan
 Terdapat 5 dari 9 directors yang ada disebutkan Satyam adalah sebagai
independent directors. Salah satu dari independent directors Satyam itu adalah
Profesor dari Harvard Business School yaitu Krishna Palepu yang menerima
pembayaran sebesar $200,000 setahun terkait dengan jasa profesional yang

Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Page 8


diberikannya kepada perusahaan. Akan tetapi yang paling terlibat dalam kasus
ini justru adalah independent directors itu sendiri.
 Di Satyam yang memegang posisi sebagai chairman dan CEO dipegang oleh 2
orang, akan tetapi keduan orang tersebut memiliki hubungan persaudaraan
yaitu Ramalinga Raju dengan B. Rama Raju.
 Dalam kasus ini terdapat lemahnya pengendalian internal Satyam, yang
dimana yang menjabat sebagai independent directors sama sekali tidak
mempertanyakan mengenai tingginya nilai saldo kas yang dimiliki Satyam
(sebagaimana disajikan dalam laporan keuangan perusahaan yang
dimanipulasi).
 Peran Komite Audit, Direktur Keuangan, Unit Internal Audit, dan Akuntan Internal
Pada kasus yang terjadi di Satyam ini terjadi karena beberapa hal berikut ini:
 Satyam mengakui pada bulan Agustus 2008 bahwa mereka tidak memiliki
anggota komite audit yang ahli keuangan, dalam regulator pasar modal di
Amerika Serikat mengharuskan memiliki hal tersebut. Padahal peran komite
audit disini sangat penting yaitu untuk memastikan transparansi laporan
keuangan dan pengungkapan keuangan yang diharapkan dapat memberikan
informasi yang tepat, memadai, dan dipercaya serta meminimalisir kasus
penipuan, iregularitas, dan kegagalan pengendalian internal perusahaan.
Namun Satyam, komite auditnya gagal di dalam menjalankan fungsi tersebut
dikarenakan komite audit Satyam tidak memiliki keahlian dibidang keuangan.
 Auditor eksternal Satyam yaitu Pricewaterhouse Coopers (PwC) juga tidak
menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal tersebut di
karenakan auditor PwC :
 Tidak menggunakan mekanisme pengujian yang independen,
 PwC juga tidak melaporkan ke pemegang saham adanya kelemahan
pengendalian dalam sistem informasi dan eksposur risiko dari
penipuan, walaupun mereka sudah mengobservasi adanya kelemahan
pengendalian tersebut, dan
 PwC mengabaikan fakta-fakta yang diungkapkan oleh kepala internal
audit Satyam, VSP Gupta, yang menyatakan bahwa cakupan sumber
daya internal audit Satyam tidak memadai untuk ukuran bisnis

Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Page 9


perusahaan, meskipun demikian PwC tetap memberikan sertifikat atas
perusahaan.
 PwC bahkan tidak melakukan pengujian 1% dari seluruh invoice dan
juga tidak melakukan verifikasi yang memadai atas piutang perusahaan
serta tidak memverifikasi dengan baik saldo kas dan bank. Seharusnya
jika perusahaan mengklaim memiliki saldo kas dan bank dengan
jumlah tertentu maka auditor sebaiknya melakukan pengecekan atas
kebenaran saldo tersebut.
 Di tahun 2003-2008 terjadi kejanggalan dikarenakan audit fee yang
dibayarkan Satyam ke PwC mengalami peningkatan tiga kali lipat.
Audit fee ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan audit fee yang
dibayarkan perusahaan lain yang sejenis, seperti TCS, Infosys, Wipro,
ke auditor mereka.
 Laporan SFIO juga menyatakan bahwa PwC melakukan outsourching
fungsi audit ke KAP lain (Lovelock and Lewis), tanpa meminta
persetujuan dari Satyam.

Etika Profesi & Tata Kelola Korporat Page 10

Anda mungkin juga menyukai