Anda di halaman 1dari 116

APEKSI

DOKUMENTASI BEST PRACTICE

KOTA-KOTA JILID 9

we serve the best to cities


DOKUMENTASI BEST PRACTICE KOTA-KOTA
Jilid Sembilan

Diterbitkan oleh:
Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI)
Rasuna Office Park Lantai 3 Unit WO. 06-09
Komplek Rasuna Epicentrum
Jl. Taman Rasuna Selatan - Kuningan
Jakarta 12960 - Indonesia
Tel. +62 (0)21 8370 4703, 9390 3890
Fax. +62 (0)21 8370 4733
Email: info@apeksi.or.id
Website: www.apeksi.or.id

Penanggung Jawab:
Dr. H. Sarimun Hadisaputra, M.Si
H. Suyanto

Tim Penulis:
Sri Indah Wibi Nastiti
Tri Utari
Dian Anggreini
Heffy Octaviani
Teguh Ardhiwiratno
Imam Yulianto

ISBN 978-602-17684-0-2 (no.jil.lengkap)


ISBN 978-602-17684-9-5 (jil.9)
DOKUMENTASI BEST PRACTICE

KOTA-KOTA JILID 9
Sanksi Pelanggaran Pasal 44:
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987
Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau
memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (Tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 100,000,000 (Seratus Juta Rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (Lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
50,000,000 (Lima Puluh Juta Rupiah).

Copyright © 2013 by APEKSI

All right reserved under International Copyright Convention. No part of this book may be reproduced or
transmitted in many form or by means, electronic or mechanical, including photocopy, recording, or any other
information storage and retrieval system, without written permission from publisher.

Funding for this publication is provided by APEKSI


we serve the best to cities

PENGANTAR

Otonomi daerah telah memberi ruang yang luas kepada kepala


daerah untuk melakukan inovasi pelayanan kepada
APEKSI masyarakat. Berbagai tantangan dan kendala yang muncul
dalam proses pelaksanaan otonomi daerah, menginspirasi para
kepala daerah untuk mewujudkan berbagai terobosan dalam
implementasi program, kegiatan dan kebijakan terhadap
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Berbagai
mekanisme dan strategi program yang tepat sasaran
diimplementasikan oleh para kepala daerah sesuai dengan
karakter, budaya, dan heterogenitas masyarakatnya.

Banyaknya pemerintah kota di Indonesia yang meraih prestasi


baik penghargaan nasional maupun internasional sebagai
pengakuan terhadap keberhasilan pemerintah kota dan jajaran
dalam proses pelaksanaan pembangunan yang inovatif. Apeksi
sebagai wadah dari pemerintah kota menjaring berbagai
informasi terhadap praktik baik program kegiatan kota dan
menjalin komunikasi agar praktik baik tersebut dapat
didokumentasikan. Praktik baik tersebut terangkum dalam
sebuah dokumentasi Best Practices Kota-Kota di Indonesia
yang merupakan program rutin Apeksi. Dalam
menginventarisasi informasi dari kota, kami melakukan
berbagai tahapan eksplorasi dari berbagai media baik internet
maupun berkirim surat ke kota, turun lapangan, verifikasi, dan
konfirmasi.

Buku Dokumentasi Best Practice Kota-Kota di Indonesia Jilid 9


saat ini, menghadirkan berbagai tema praktik terbaik kota dalam
mewujudkan pelayanan inovatif terhadap masyarakat. Edisi kali
ini meliputi program dari berbagai bidang kesehatan,
kesejahteraan, reformasi birokrasi, revitalisasi pariwisata,
kebersihan dan lingkungan hidup.

Kami dari tim penulis menyadari masih terdapat berbagai


kekurangan dalam proses penyusunan buku jilid 9 ini, untuk itu
kami selalu terbuka untuk menerima masukan, saran dan kritik
sebagai perbaikan untuk program ke depan. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kota Denpasar,
Yogyakarta, Pekalongan, Tegal, Tangerang, Malang,
Sawahlunto dan Bogor dan seluruh pihak lain atas segala
dukungan dan kerjasama dalam proses penyusunan buku ini.

Jakarta, Desember 2013

Tim Penulis

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


iv
we serve the best to cities

SAMBUTAN
KETUA DEWAN PENGURUS

Kebijakan otonomi daerah mendorong kemandirian proses


pemerintahan di daerah. Masyarakat yang mandiri dapat
menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan dan dirasakan seperti pemilihan kepala daerah,
berpartisipasi dalam merumuskan program pembangun yang
sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah. Sinergitas
pemerintah daerah dan masyarakat dalam membangun daerah
sangat diperlukan seiring dan sejalan agar terwujudnya
perkembangan masyarakat yang peka terhadap kemajuan
pemikiran teknologi, pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi,
Ketua Dewan Pengurus
budaya dan lingkungan. Terangkum dalam kebijakan dan
Dr. Ir. GS Vicky Lumentut,
pelayanan terbaik bagi masyarakat serta memberikan aspirasi SH, M.Si, DEA
bagi pemerintah kota. Walikota Manado

Pemerintah kota mampu berbuat dan melakukan berbagai


terobosan sehingga tercapai keberhasilan. Produktivitas hadir
dari berbagai tantangan, kendala dan permasalahan yang
dihadapi daerahnya sehingga muncul praktik baik. Dengan
adanya praktik baik dari kota-kota dapat memotivasi kota lainya
yang terkadang menghadapi sedikitnya permasalahan yang
sama. Proses belajar dan berbagi pengalaman dengan tema
yang berbeda sebagai refferensi dalam proses replikasi kota.

Buku Best Practice Kota-Kota Jilid 9 diharapkan mampu


mempromosikan keberhasilan para pemerintah kota dan
menularkan praktik-praktik terbaik kepada pemerintah kota
lainya sebagai pemicu dalam proses pembangunan. Penulisan
dalam dua bahasa agar mampu lebih memperluas penyebaran
informasi keberhasilan kota-kota hingga jaringan internasional.

Saya menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam


pendokumentasian best practice ini, namun pembelajaran dan
perbaikan akan terus kami lakukan. Apeksi juga memiliki
program Best Practice Transfer Program (BPTP) yaitu program
proses transfer dari satu kota kepada kota model lainya untuk
direflikasikan sesuai kondisi daerah yang akan mereplikasi.
Saat ini Apeksi sedang menjalankan Program BPTP dalam
bidang lingkungan khususnya perubahan iklim. Sehingga tidak
hanya mendokumentasikan praktik terbaik saja namum juga
sudah pada proses belajar dan transfer antar kota.

Jakarta, Desember 2013

Dr. Ir. G.S. Vicky Lumentut, SH., M.Si., DEA


Ketua Dewan Pengurus APEKSI

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


v
we serve the best to cities

DAFTAR ISI

PENGANTAR .................................................................................................................. IV
SAMBUTAN KETUA DEWAN PENGURUS ................................................................. V
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... VI
PEMBERDAYAAN PENGRAJIN TENUN TRADISIONAL SEBAGAI
UPAYA MENOPANG EKONOMI LOKAL KOTA DENPASAR ................................... 1
KOTA LAYAK ANAK KOTA DENPASAR .................................................................. 12
PROGRAM MULTIGUNA (JAMINAN KESEHATAN) KOTA
TANGERANG................................................................................................................. 24
SISTEM KOMPUTERISASI PELAYANAN KESEHATAN DASAR
PUSKESMAS (PROGRAM LAYANAN KESEHATAN BERBASIS IT
SIMPUSKOTA TEGAL)................................................................................................. 38
TAMAN PINTAR YOGYAKARTA ALTERNATIF LAYANAN PUBLIK
PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA .......................................................................... 48
REVITALISASI KAWASAN KOTA LAMA, SAWAHLUNTO MENUJU
KOTA WISATA .............................................................................................................. 58
DARI AMPAS TAHU TERBITLAH ENERGI BARU, KOTA
PEKALONGAN .............................................................................................................. 76
PEMANFAATAN LIMBAH MINYAK JELANTAH MENJADI
BIODIESEL DI KOTA BOGOR..................................................................................... 86
PENGELOLAAN SAMPAH KOTA MALANG MELALUI BANK
SAMPAH ......................................................................................................................... 96

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


vi
APEKSI we serve the best to cities
we serve the best to cities

PEMBERDAYAAN PENGRAJIN TENUN TRADISIONAL SEBAGAI


UPAYA MENOPANG EKONOMI LOKAL KOTA DENPASAR

Profil Kota

Kota Denpasar terdiri dari 4 kecamatan dan 43 desa/kelurahan dengan luas wilayah
12.780 km2 atau 2,18% luas Pulau Bali. Berdasarkan data BPS tahun 2010, jumlah
penduduk Denpasar adalah 649.762
jiwa, dengan 329.718 laki-laki dan
320.044 perempuan. Data tahun
2010 juga memperlihatkan bahwa
terdapat 3.348 perempuan yang
menjadi kepala rumah tangga.
Dilihat dari aspek jenjang
pendidikan, untuk siswa dan lulusan
SD dan SMP masih didominasi laki-
laki dan untuk SMA didominasi
perempuan.

Seperti halnya daerah lain di


Indonesia, Bali khususnya Denpasar
sangat kaya dengan budaya
tradisional, termasuk tenun, yang
disebut tenun endek. Di masa lalu,
produk lokal ini menikmati masa
kejayaannya.

Namun, seiring perjalanan jaman,


termasuk masuknya pengaruh
budaya asing ke Bali sebagai
destinasi pertama wisatawan
mancanegara di Indonesia,
ditambah dengan terjadinya krisis
ekonomi di tahun 1997 dan tragedi
bom pada tahun 2005, tenun
tradisional ini mengalami
keterpurukan.

Situasi Sebelum Inisiatif

Tenun tradisional Denpasar adalah


tenun endek. Sejak periode walikota
terdahulu, tenun endek sudah mulai
dipakai sebagai seragam
pemerintah kota, namun masih dalam batas kalangan pemerintah kota saja. Sejalan
dengan perkembangan penggunaan kain tradisional di tanah air sebagai busana
keseharian, tidak hanya busana pada waktu-waktu khusus, tenun endek pun
dipandang layak menjadi busana keseharian khususnya di Denpasar.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


1
we serve the best to cities

Kendati demikian, keterpurukan tenun yang terjadi paska krisis ekonomi dan tragedi
bom Bali menjadi tantangan besar bagi Denpasar untuk bisa bangkit memanfaatkan
potensi yang ada ini. Beberapa aspek mengapa tenun mengalami keterpurukan,
selain akibat krisis dan tragedi bom, adalah:
1. Tenun endek dianggap eksklusif hanya untuk kepentingan formal dan khusus
2. Tenun endek mempunyai harga yang cukup mahal, karena tingkat pembuatan
yang lama serta dibutuhkannya ketelatenan dan ketrampilan khusus.
3. Bahan baku benang yang masih merupakan produk impor, karena produk
lokal masih belum mampu menghasilkan produk yang kualitasnya memadai.
4. Mayoritas pekerja tenun adalah generasi tua dan semakin langka
5. Tenun endek belum mampu merambah pasar nasional, bahkan sangat
terbatas dijumpai pada pasar lokal.
6. Tenun endek juga belum dikembangkan menjadi produk jadi seperti baju
maupun produk lain seperti taplak meja, sandal, hiasan dinding, dompet, tas
dan sebagainya.

Dalam praktik pelayanan publik oleh Pemerintah Kota Denpasar khususnya dalam
pengembangan tenun tradisional untuk peningkatan ekonomi lokal di Kota Denpasar
masih banyak terdapat kelemahan maupun kendala yang dihadapi, antara lain yaitu:
1. Pemerintah kota belum cukup mampu membaca potensi unggulan yang
mampu mengangkat perekonomian daerah.
2. Pemerintah kota belum cukup kapasitas dalam membaca tren pasar yang
berkembang dengan mengoptimalkan potensi daerah yang dimiliki.
3. Pemerintah kota belum memiliki kapasitas yang memadai dalam memfasilitasi
pengrajin/industri kecil yang memiliki potensi unggulan untuk lebih
berkembang.
4. Pemerintah kota belum mampu membangun sinergi antarlembaga yang
berpotensi berperan dalam pengembangan ekonomi lokal.

Inisiatif

Berangkat dari persoalan di atas, Pemerintah Kota Denpasar dalam hal ini Walikota
Denpasar memiliki gagasan untuk membangkitkan geliat tenun endek baik melalui
penguatan pengrajin maupun promosi tenun endek secara gencar ke berbagai
kalangan. Pemikiran ini lahir sebagai wujud keprihatinan pemerintah atas
terpuruknya industri tenun endek, kurang populernya endek di kalangan lokal
sendiri, dan sulitnya pemasaran. Gagasan ini sekaligus bertujuan untuk mengangkat
perekonomian para pengrajin tenun.

Pengembangan ide ini dilakukan secara bersama antara Dekranasda dengan


pembinaan dari Sekretariat Daerah Kota Denpasar, berintegrasi dengan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar. Dekranasda Kota Bali
menggerakkan peran Asosiasi Bordir, Endek dan Songket (Asbest) untuk aktif dalam
kegiatan pembinaan pengrajin dan penenun serta mewadahi dalam upaya promosi
produk. Sedangkan Disperindag melakukan upaya pembinaan, pengawasan serta
juga memfasilitasi proses promosi produk dengan bekerja sama dengan SKPD
lainnya, seperti Dinas Infokom.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


2
we serve the best to cities

Strategi yang Dijalankan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengembangan tenun tradisional sebagai


upaya melestarikan budaya Denpasar maupun meningkatkan ekonomi masyarakat
adalah sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi data pengrajin tenun di wilayah Denpasar serta
kebutuhan dari para pengrajin. Hal ini dilakukan oleh Disperindag. Dari
identifikasi tersebut diketahui bahwa jumlah pengrajin tenun dianggap masih
terbatas, bahkan mayoritas penenun adalah orangtua. Selain itu diketahui
juga bahwa banyak pengrajin yang membutuhkan dukungan alat tenun agar
lebih mampu memenuhi permintaan jumlah kain tenun dari pasar.
2. Komitmen Pemerintah Kota Denpasar untuk mengembangkan tenun endek
diwujudkan dengan pembagian peran dalam struktur pemerintah. Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) sendiri menjadi leading sector
untuk proses pengembangan baik aspek teknologi pembuatan tenun maupun
pengembangan SDM pelaku indutri tenun sendiri. Sedangkan
pengembangan promosi tenun menjadi tugas dari Dekranasda yang berada
di bawah naungan Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah.
3. Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, pemerintah kota
memfasilitasi upaya pengembangan tenun melalui beberapa kegiatan:
a. Memberikan pelatihan
bagi generasi muda
untuk belajar
menenun endek dan
songket. Hal ini
dilakukan sekaligus
untuk lebih
memperkenalkan
budaya tradisional
kepada generasi
muda termasuk
memperkenalkan
salah satu peluang
usaha yang dapat
dikembangkan untuk
Salah seorang alumni pelatihan generasi
membangun jiwa muda yang sekarang telah menjadi
wirausaha bagi pekerja tenun
generasi muda.
b. Memfasilitasi penyediaan alat tenun kepada para pengrajin untuk lebih
memenuhi permintaan pasar yang sudah lebih besar atas tenun dan
songket. Disamping tenun endek, belakangan tenun songket Denpasar
juga sedang berkembang. Meski demikian, alat tenun songket masih
terbatas jumlahnya, untuk itu pemerintah kota membantu memfasilitasi
pengadaan alat tenun songket.
c. Membentuk Tim Tekstil yang terdiri dari beberapa pakar dan praktisi
dalam bidang tekstil. Tim ini akan bekerja untuk memberikan masukan
dan ide dari kreativitas desain tekstil, khususnya tenun, untuk disarankan
kepada para pengrajin. Tim Tekstil ini dibentuk dengan SK Walikota
Nomor 188.45/535/HK/2011 tanggal 22 September 2011.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


3
we serve the best to cities

d. Menguatkan para pengrajin, penenun, dan pembordir dengan


memfasilitasi pembentukan Asosiasi Bordir, Endek, dan Songket
(Asbest) untuk menjadi wadah para pengrajin, penenun, dan pembordir
melakukan penguatan kapasitas, wawasan, serta promosi. Melakukan
pengembangan program pelatihan tidak hanya terkait teknik membuat
tenun, namun juga dari aspek produk tekstil dan desain fashion dengan
tujuan untuk meningkatkan pengetahuan perajin terhadap produk
fashion. Kegiatan ini difasilitasi oleh Dekranasda Kota Denpasar yang
bekerjasama dengan DDO (Design Development Organization) Wilayah
Denpasar yang melibatkan Asbest Kota Denpasar sebagai peserta
pelatihan.
4. Selain upaya pengembangan tenun, maka Pemerintah Kota Denpasar juga
melakukan upaya promosi gencar ke berbagai kalangan mulai tingkat lokal
hingga internasional. Langkah-langkah promosi yang dilakukan Pemerintah
Kota Denpasar antara lain:
a. Penggunaan tenun endek sebagai seragam kerja di jajaran Pemerintah
Kota Denpasar, yang sudah dimulai sejak walikota terdahulu. Untuk itu,
saat ini praktik ini dikembangkan dengan memberlakukan peraturan itu
menjadi 2 kali dalam seminggu, yaitu pada hari Kamis dan Jumat,
dimana Kamis adalah seragam endek sedangkan Jumat adalah tenun
endek bebas.
b. Walikota Denpasar mengeluarkan Surat Edaran berupa himbauan
kepada DPRD, BUMN/BUMD, pelaku usaha, dan siswa sekolah yang
berdomisili di Denpasar untuk menggunakan pakaian endek bebas pada
hari Jumat.
c. Melaksanakan
beberapa even
pameran, khususnya
di wilayah Denpasar,
seperti Denpasar
Festival serta aktif
mengikuti berbagai
pameran maupun
kegiatan kesenian di
tingkat lokal seperti
Pesta Kesenian Bali,
Sanur Village Denpasar Festival yang menghadirkan berbagai
model baru kreasi baju dari endek oleh para
Festival, dan perancang muda
sebagainya.
d. Mengikuti berbagai kegiatan promosi/pameran baik skala nasional
maupun internasional, seperti Pameran Inacraft, Jakarta Fashion and
Food Festival (JFFF), Trade Expo Indonesia, dan promosi di ajang
internasional. Yang pernah diikuti yaitu Festival Indonesia 2012 di
Melbourne, Australia.
e. Memfasilitasi tempat pemasaran dan penunjang kreativitas bagi
pengembangan tenun bordir, endek, dan songket Kota Denpasar yang
terletak di Pasar Kumbasari lantai V yaitu dengan nama Imperium
Kumbasari. Keberadaan imperium ini atas dukungan dari Pemda Kota
Denpasar dan PD Pasar Kota Denpasar kepada Dekranasda Kota
Denpasar untuk memanfaatkan ruang tersebut sebagai pusat promosi

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


4
we serve the best to cities

bordir, endek, dan songket Denpasar. Dalam memfasilitasi para perajin


untuk mempromosikan produk tekstil unggulannya, Dekranasda Kota
Denpasar bekerjasama dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Area
Denpasar, khususnya dari program bina lingkungannya. Selanjutnya
manajemen pengelolaan imperium tersebut diserahkan kepada Asbest
dan APPMI.

Keterlibatan Publik dan Instansi Pemerintah Lainnya


Program pemberdayaan ini tidak akan berjalan baik tanpa adanya keterlibatan
publik dan instansi lain. Program ini memang menjadikan masyarakat dalam hal
ini para pengrajin tenun menjadi subyek pelaksanaan sehingga memberikan
manfaat langsung bagi mereka maupun bagi pengembangan tenun sebagai
budaya lokal untuk mengangkat potensi daerah. Tanpa melibatkan seluruh
pihak tidak mungkin tercapai sukses promosi hingga mampu mengangkat tenun
menjadi bagian dari budaya Kota Denpasar.

Anggaran Penerapan Good Practice


Pelaksanaan program pengembangan tenun tradisional sebagai upaya
mengangkat budaya daerah dan penguatan ekonomi lokal di Kota Denpasar ini
merupakan kerja integrasi antara beberapa SKPD, terutama Dinas Perindag
dan Bagian Ekonomi dan Pembanguan Setda Kota, disamping Dinas Infokom.
Dengan demikian, anggaran dialokasikan oleh masing-masing SKPD sejak
program dikembangkan. Dalam hal ini anggaran dialokasikan untuk berbagai
kegiatan seperti pelatihan bagi generasi muda, fasilitasi alat tenun songket,
keberadaan Tim Tekstil sebagai pemberi masukan pemerintah, program
peningkatan kapasitas bagi aparat agar mampu mendampingi masyarakat,
berbagai kegiatan promosi tenun baik lokal maupun nasional bahkan
internasional, serta memfasilitasi tempat pemasaran produk tenun.

Hasil yang Dicapai

Program pengembangan tenun tradisional untuk penguatan ekonomi lokal, telah


memberikan hasil yang menggembirakan, yaitu antara lain:

1. Terfasilitasinya sejumlah
pengrajin industri tenun
endek, bordir, dan
songket Bali melalui
bantuan alat tenun
songket sebanyak 19
buah dan 1 buah
persiapan lusi/pakan dan
4 tahap pelatihan tenun
songket yang diikuti oleh
perajin tenun di Kota
Denpasar serta
melibatkan generasi
muda.
2. Seluruh kantor Penenun songket Bali yang menggunakan
pemerintah dan swasta di alat tenun bantuan Pemerintah kota

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


5
we serve the best to cities

Kota Denpasar telah


menggunakan tenun
endek sebagai baju
seragam setidaknya
sekali dalam seminggu.
Kantor Pemerintah Kota
Denpasar sendiri
menggunakan seragam
tenun sebanyak 2 kali
seminggu. Hari Kamis
menggunakan seragam
pemerintah kota endek
berwarna ungu,
sedangkan Hari Jumat
dipersilahkan staf Ni Wayan Ria Mariani, Bendahara Asbest
menggunakan baju dari dengan 15 orang pekerja bordir dan penjualan
tenun endek secara endek telah merasakan asil signifikan
dari usahanya
bebas. Demikian
juga,sekolah-sekolah
sudah menggunakan tenun endek untuk menjadi salah satu seragam sekolah
mereka.
3. Terbentuknya Tim Tekstil yang berperan untuk memberikan masukan dan
ide kreativitas desain tenun termasuk teknologi yang perlu dikembangkan
dalam pengembangan tenun.
4. Terbentuknya Asosiasi Bordir, Endek, dan Songket (Asbest) sebagai wadah
para pengrajin, penenun, dan pembordir untuk melakukan penguatan
kapasitas, wawasan serta promosi. Anggota Asbest saat ini berjumlah 35
pengrajin, yang mayoritasnya adalah perempuan.
5. Terpromosikannya tenun endek, songket, dan bordir Denpasar kepada
kalangan masyarakat Denpasar dan Bali khususnya maupun masyarakat
Indonesia secara umum melalui beberapa ajang pameran dan fashion show
baik di lokal Denpasar
dan Bali, maupun di
tingkat nasional bahkan
internasional.
6. Tersedianya tempat
sebagai media
pemasaran dan
penunjang kreativitas
bagi pengembangan
tenun bordir, endek, dan
songket Kota Denpasar
yang terletak di Pasar
Kumbasari lantai V yaitu
dengan nama Imperium
Kumbasari. Keberadaan
Imperium yang berada di lantai V Pasar
imperium ini atas Kumbasari dan Imperium Kumbasari sebagai
dukungan dari Pemda tempat show room dan fashion show anggota
Kota Denpasar dan PD Asbest dan APPMI
Pasar Kota Denpasar

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


6
we serve the best to cities

kepada Dekranasda Kota


Denpasar untuk
memanfaatkan ruang
tersebut sebagai pusat
promosi bordir, endek,
dan songket Denpasar.
Dalam memfasilitasi para
perajin untuk
mempromosikan produk
tekstil unggulannya,
Dekranasda Kota
Denpasar bekerjasama
dengan PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk Area
Denpasar dari program
Pasar Kumbasari
bina lingkungannya yang
selanjutnya manajemen
pengelolaan imperium tersebut diserahkan kepada Asbest dan APPMI
(Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia).
7. Terjadi peningkatan secara signifikan permintaan jumlah tenun endek dan
songket kepada pengrajin akibat tingginya kebutuhan penggunaan endek
untuk seragam dan songket untuk dipasarkan sebagai contoh dapat dilihat
dari data produksi dan peningkatan salah satu industri pengrajin, Sekar
Jepun berikut ini:

Tenaga Kerja Penjualan (dalam


Tahun Produksi (meter)
(orang) seribu Rupiah)
2008 18 2.520 384.300
2009 18 3.096 472.140
2010 18 3.300 503.250
2011 21 3.720 737.490
2012 21 4.140 820.752

8. Terjadi peningkatan omzet dari even Denpasar Festival untuk komoditi


tekstil, yaitu sebesar Rp 422.099.500 pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp
821.383.000 pada tahun 2011.
9. Terjadi peningkatan penjualan oleh Asbest yaitu Rp 2.204.250.000 pada
tahun 2010 dan Rp 2.270.373.000 pada tahun 2011.
10. Saat ini produk tenun endek sudah bukan komoditi lokal saja tetapi sudah
diekspor ke negara lain, seperti Jepang dan rencananya ke Australia. Para
pengrajin maupun asosiasi mampu mengakomodir peningkatan permintaan
pasar dari tingkat lokal hingga internasional.

Jika diilustrasikan perbedaan kondisi pengembangan tenun tradisional sebagai


upaya penguatan ekonomi lokal sebelum dikembangkan dan sesudahnya adalah
sebagai berikut:

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


7
we serve the best to cities

SITUASI SEBELUM PENGEMBANGAN SITUASI SESUDAH PENGEMBANGAN

Pengrajin tenun yang minim fasilitas dan Pengrajin tenun telah terpenuhi fasilitas
kapasitas untuk mampu merambah pasar lokal pengembangan produknya dengan dukungan
bantuan alat dan promosi gencar hingga pasar
internasional
Budaya pembuatan tenun yang hanya ditekuni Mulai merambahnya minat pembuatan tenun
generasi tua dengan jumlah terbatas oleh generasi muda yang telah mendapat
peningkatan wawasan dalam pelatihan
maupun terinformasi melalui promosi bahkan
akan diperkenalkan kepada siswa sekolah
melalui kurikulum dalam sekolah-sekolah
kejuruan
Tenun endek dianggap eksklusif dengan harga  Pemakaian tenun endek sebagai seragam
mahal, tidak banyak dijumpai di beberapa pemerintah kota bahkan himbauan melalui
pasar wisata lokal Surat Edaran W alikota untuk kantor
BUMN/BUMD, swasta dan sekolah
menjadikan tenun endek semakin populer
dan permintaan akan produk semakin tinggi
 Tenun endek semakin populer di kalangan
lokal dengan upaya promosi gencar seperti
Denpasar Festival, dsb.
Tenun endek belum mampu merambah pasar Dengan promosi kuat pemerintah kota, tenun
nasional endek sudah merambah pasar nasional
bahkan internasional yaitu dengan mengikuti
berbagai even pameran nasional maupun
internasional hampir setiap tahun.
Pengusaha tenun belum memiliki Terbentuknya Asosiasi Bordir, Endek dan
kapasitas/pengetahuan yang memadai terkait Songket (Asbest) menjadikan para pengusaha
promosi dan pasar tenun dan pengrajin tenun memiliki wadah untuk
meningkatkan wawasan, kapasitas, dan ruang
untuk promosi.
Aparat pemkot yang kurang peka dengan  Dengan dibangunnya gagasan oleh
kebutuhan dan kurang memfasilitasi pengrajin pimpinan untuk mengangkat tenun
tenun tradisional maka jajaran aparat Pemkot
Denpasar khususnya Disperindag dan
Bagian Ekbang Setda lebih tanggap dan
lebih berkemampuan untuk memfasilitasi
para pengusaha dan pengrajin tenun.
 Jajaran aparat Pemkot Denpasar semakin
bersinergi untuk mengangkat tenun
tradisional sebagai ikon daerah yang
mampu meningkatkan ekonomi lokal.

Keberlanjutan

Inisiatif Pemerintah Kota Denpasar untuk pengembangan tenun tradisional untuk


mengangkat budaya daerah dan penguatan ekonomi lokal tersebut sejalan dengan
visi Kota Denpasar, yaitu “Denpasar kreatif berwawasan budaya dalam
keseimbangan menuju keharmonisan” dengan salah satu misinya adalah
meningkatkan pelayanan publik menuju kesejahteraan masyarakat yang tertuang
dalam Peraturan Walikota No. 30 Tahun 2010 tentang RPJMD 2010-2015.

Upaya pemerintah kota ini dalam rangka menyelamatkan budaya tenun tradisional
agar tidak punah dilakukan untuk menguatkan pengrajin, penenun endek dan

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


8
we serve the best to cities

songket Bali, dan pembordir agar dapat terus bertahan. Ini dilakukan dengan
mengajak generasi muda agar mengenal, mencintai dan membangun kemampuan
untuk membuat tenun sebagai peluang untuk membangun lapangan kerja serta
upaya mempromosikan tenun endek di kalangan masyarakat Bali dan masyarakat
Indonesia. Upaya yang dilakukan sudah melibatkan berbagai kalangan, termasuk
usia sekolah.Dalam proses keberlanjutannya Pemerintah Kota Denpasar akan
mengenalkan praktik pembuatan kain tenun kepada generasi muda melalui
ekstrakurikuler, khususnya di sekolah-sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kota
Denpasar.

Upaya memperkenalkan tenun ke berbagai kalangan, yang sudah dirintis sejak lama
oleh walikota sebelumnya, bahkan terus dikembangkan oleh walikota saat ini.
Dengan Surat Edaran yang dikeluarkan, himbauan pemakaian tenun endek sebagai
seragam kerja tidak hanya terbatas untuk kalangan pemerintah kota namun juga
untuk kalangan swasta.

Setiap daerah di Indonesia memiliki produk dan tradisi lokal yang mempunyai nilai
sejarah maupun nilai jual yang tinggi. Pengalaman baik Kota Denpasar dengan
upaya serius mengangkat tenun tradisional dalam berbagai upaya promosi menjadi
pembelajaran penting bagi daerah lain. Untuk pengembangan potensi lokal, ini tentu
baik untuk menjadi pelajaran bagi daeran lain. Untuk dapat mereplikasi kegiatan ini
setidaknya terdapat beberapa prakondisi yang dapat dilihat dari faktor sukses utama
yang teridentifikasi di bawah ini.

Pelajaran yang Dapat Diambil

Kunci keberhasilan pelaksanaan program ini antara lain adalah:


1. Komitmen kuat pimpinan daerah dan kesungguhan seluruh aparat untuk
memahami potensi daerahnya yang mempunyai nilai jual tinggi dan
mengangkat potensi tersebut sebagai alat promosi daerah serta untuk
penguatan ekonomi pengrajin tradisional maupun ekonomi daerah.
2. Sinergi dan kerjasama seluruh pihak terkait yang kuat dalam mengangkat
potensi tersebut menjadi sesuatu yang mempunyai nilai pasar yang mampu
mengangkat ekonomi lokal.
3. Seluruh jajaran pemerintah kota maupun komponen masyarakat juga
mempunyai kesamaan pemahaman dan kesadaran tinggi pentingnya
menyelamatkan budaya tradisional baik dari tenun maupun produk lain seperti
makanan untuk potensi pengembangan ekonomi lokal.

Dalam pengembangan program ini tidak lepas dari berbagai tantangan yang
dihadapi, antara lain:
1. Rendahnya minat generasi muda untuk terlibat dalam upaya pelestarian
budaya tradisional khususnya tenun sehingga penenun mayoritas masih dari
kalangan generasi tua.
2. Bahan baku tenun yang masih merupakan barang impor sehingga
menyebabkan masih mahalnya harga tenun.
3. Proses pembuatan tenun dan alat yang masih tradisional masih
membutuhkan waktu lama sehingga target produksi masih belum mampu
memenuhi permintaan pasar.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


9
we serve the best to cities

Tenun endek, bordir, maupun songket Denpasar ini dalam pengembangannya


memang masih harus banyak bersaing dengan tenun-tenun dari daerah lain yang
banyak muncul di Denpasar maupun di pasar nasional. Namun, dengan promosi
yang terus dilakukan Pemerintah Kota Denpasar serta kekhasan tenun yang
menjadi ciri tersendiri, rasa optimis terus dibangun agar tenun endek, songket, dan
bordir Denpasar ini terus membudaya dan berkembang.

Keberhasilan Pemerintah Kota Denpasar dalam upaya menjadikan tenun tradisional


sebagai icon kota untuk peningkatan ekonomi tidak terlepas atas langkah koordinatif
dari berbagai SKPD.

Kemampuan untuk Ditransfer

Seperti dengan Denpasar maupun Bali secara umum, daerah di Indonesia lainnya
memiliki kekayaan tradisional yang tak ternilai yang belum tentu dimiliki wilayah lain.
Kekayaan tersebut salah satunya adalah kerajinan tradisional seperti tenun
tradisional. Jika bisa dioptimalkan keberadaan, pengembangan, dan
pemanfaatannya, kerajinan tradisional bisa menaikkan harkat martabat daerah juga
mampu meningkatkan perekonomian lokal khususnya masyarakat. Hal ini yang
menyebabkan praktik pengembangan tenun endek oleh Kota Denpasar dalam
berbagai upaya hingga mampu mengangkat geliat endek baik di pasar lokal maupun
nasional sangat potensial untuk dilakukan di wilayah lain Indonesia, yang masing-
masing sangat kaya dengan kerajinan tradisionalnya.

Tentunya untuk bisa mengembangkan hal yang hampir senada perlu ada prakondisi
yang perlu diperhatikan :
1. Komitmen kuat daerah terutama pemimpin atau pengambil kebijakan untuk
upaya mengangkat potensi daerahnya untuk mengangkat harkat martabat
daerah disamping untuk peningkatan ekonomi daerahnya
2. Adanya dukungan yang kuat dari berbagai pihak baik swasta, akademisi
terutama masyarakat dalam pencapaian upaya tersebut
3. Aparat pemerintah daerah perlu membenahi diri dengan menyusun kerangka
program yang jelas, kapasitas yang memadai, dan pengembangan kreativitas
serta kemauan mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak yang
mendukung.

Kontak

1. I Dewa Made Agung, SE., M.Si


Jabatan pada saat pengambilan data:
Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kota Denpasar
Jl. Gajah Mada No. 1, Denpasar
Tel. 0361 234831 ext. 321
Jabatan saat ini:
Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Denpasar
Graha Sewaka Dharma Lumintang Lantai 3, Denpasar
Tel. 0361 431229

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


10
we serve the best to cities

2. Si Gde Sudarsana, B.Sc


Kepala Seksi Pengawasan Bidang Industri
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar
Jl. Melati No. 31, Denpasar
Tel. 0361 224 548 Fax. 0361 244 648

3. Sri Indah Wibi Nastiti


Direktur Pengembangan Program dan Advokasi APEKSI
Rasuna Office Park III Lantai 3 Unit WO. 06-09
Komplek Rasuna Epicentrum
Jl. Taman Rasuna Selatan, Jakarta Selatan 12960
Tel. 021 8370 4703 Fax. 021 8370 4733
HP: 0811 928 995
Email: indah@apeksi.or.id

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


11
we serve the best to cities

KOTA LAYAK ANAK KOTA DENPASAR

Sebagai karunia Tuhan, dalam diri anak melekat harkat dan martabat sebagai
manusia seutuhnya. Di dalam masyarakat, anak memiliki kedudukan yang sangat
penting karena mereka merupakan generasi penerus bangsa dan sumberdaya
manusia yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan masa mendatang.
Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan terhadap anak merupakan hal yang
sangat penting, di samping ini merupakan hak asasi anak itu sendiri. Kemajuan
suatu bangsa dapat diukur dari tingkat kesejahteraan anaknya sebagai salah satu
komponen penting masyarakat. Karena itu, merupakan salah satu tugas pemerintah
untuk memenuhi kebutuhan anak sebagai bagian dari masyarakat.

Kota Denpasar terdiri dari 4 kecamatan dan 43 desa/kelurahan dengan luas wilayah
12.780 km2 atau 2,18% luas Pulau Bali. Penduduk Kota Denpasar mencapai
788.589 jiwa (2010) dengan usia 0-19 tahun sejumlah 183.513 jiwa (tahun 2010).
Tingkat pertumbuhan penduduk di Denpasar sesungguhnya tidak terlalu besar,
namun sebagai kota besar, Denpasar memiliki tingkat urbanisasi yang cukup tinggi.
Hal ini cukup dimaklumi mengingat Denpasar mempunyai daya tarik bagi sebagian
masyarakat baik dari kabupaten di Bali maupun daerah lain di Indonesia, mengingat
potensinya di bidang pariwisata, pendidikan, jasa, dan sebagainya.

Sebagai ibukota dari pulau yang mempunyai sebutan Pulau Dewata, Denpasar
memiliki visi: “Denpasar kreatif berwawasan budaya dalam keseimbangan menuju
keharmonisan”, dengan salah satu misinya adalah: Meningkatkan pelayanan publik
menuju kesejahteraan masyarakat.

Situasi Sebelum Inisiatif

Dengan kondisi demografi di atas, Kota Denpasar tidak lepas dari permasalahan
yang terjadi di kalangan anak-anak. Permasalahan tersebut antara lain: pertama,
masih belum semua anak mempunyai akta kelahiran; kedua, masih belum semua
anak diasuh oleh orang tua, keluarga, maupun orang tua asuh atau wali dengan
baik; ketiga, masih belum semua anak mendapatkan pendidikan yang memadai;
keempat, masih belum semua anak mempunyai kesehatan yang optimal; kelima,
masih belum semua anak-anak dalam pengungsian, daerah konflik, korban bencana
alam, anak-anak korban eksploitasi, kelompok minoritas, dan anak yang
berhadapan dengan hukum mendapat perlindungan khusus.

Selama ini ketersediaan data mengenai permasalahan anak masih sangat terbatas,
sehingga hal ini menyulitkan para penentu kebijakan untuk menyusun program-
program yang sesuai untuk mengatasi masalah kesejahteraan dan perlindungan
anak (KPA).

Inisiatif

Dengan kesadaran bahwa anak-anak merupakan bagian terpenting dari komponen


masyarakat, mereka merupakan subyek yang harus mendapatkan layanan terbaik
dari pemerintah. Sejalan dengan program nasional yang dilaksanakan pemerintah
pusat tentang Kota Layak Anak, serta dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


12
we serve the best to cities

pelayanan yang maksimal bagi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa,


Pemerintah Kota Denpasar mencanangkan pengembangan Kota Layak Anak.
Walikota Denpasar I. B. Rai D. Mantra mencanangkan Denpasar Kota Layak Anak
ini pada bulan Februari 2010.

Strategi yang Dijalankan

Sebagai wujud komitmen Kota Denpasar untuk mewujudkan visinya, kebijakan


pemerintah kota dituangkan dalam RPJMD 2010-2015. Inisiatif pencanangan
Denpasar menjadi Kota Layak Anak ini merupakan perwujudan salah satu misi
untuk meningkatkan pelayanan publik untuk kesejahteraan masyarakat.

Sehubungan dengan hal itu, Kota Denpasar juga merumuskan Visi Denpasar Kota
Layak Anak yang berbunyi: Denpasar Kota Kreatif Layak Anak Berwawasan Budaya
dalam Keseimbangan Menuju Keharmonisan.
Sementara, misi KLA Denpasar adalah:
1. Penguatan jati diri anak Kota Denpasar berlandasan budaya Bali.
2. Memberdayakan anak Kota Denpasar berlandasan kearifan lokal melalui
budaya kreatif.
3. Mewujudkan pemerintahan yang baik untuk anak (good governance) melalui
menegakkan dan perlindungan hukum.
4. Meningkatkan pelayanan publik untuk anak menuju kesejahteraan
masyarakat melalui kegiatan bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan
sosial, lingkungan hidup, ekonomi dan pariwisata, dan peningkatan
infrastruktur.
5. Mempercepat pertumbuhan dan memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat
khususnya anak dari kalangan miskin melalui sistem ekonomi kerakyatan.

Sebagai wujud pelaksanaannya, Denpasar menyusun visi dan misi Denpasar Kota
Layak Anak. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
merupakan leading sector pelaksana program ini. Dalam pengembangan program
ini melalui beberapa program kerja, Badan KB dan PP melakukan koordinasi
dengan SKPD lain, seperti Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dispora), Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil), Dinas Kesehatan, Dinas Infokom,
serta berbagai instansi maupun pihak lain di luar pemerintah seperti perguruan
tinggi, LSM, dan media massa.

Kota Layak Anak di Kota Denpasar dikembangkan melalui beberapa program


inovatif, yaitu antara lain:
1. Penyusunan profil Denpasar Kota Layak untuk menjadi data acuan dalam
penyusunan kebijakan pada tahun 2010. Penyusunan Profil Anak ini
dilakukan bekerja sama dengan Pusat Studi Wanita dan Anak Universitas
Udayana dengan waktu penyusunan selama 60 hari kalender. Data anak ini
dimutakhirkan setiap tahun dan penyusunannya sesuai dengan Kepmeneg
PPPA RI.
2. Pemberian fasilitas hak-hak sipil, fasilitas anak-anak, atau pelayanan bagi
anak sekolah, yaitu pemberian akta kelahiran gratis dan jamkesda serta
penyediaan fasilitas diskon di beberapa toko buku di Denpasar bagi seluruh
siswa sekolah apabila menggunakan seragam sekolah atau menunjukkan
kartu pelajar. Pada tahun 2013 dilakukan peningkatan lokasi taman bermain

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


13
we serve the best to cities

di 4 Kecamatan. Akte Kelahiran gratis ini disosialisasikan baik secara


langsung ke masyarakat maupun melalui media elektronik Bali TV dan RPKD
92.6 FM. Untuk mencapai angka kepemilikan akte 100%, Dinas Catatatan
Sipil juga bekerja sama dengan klinik bersalin, rumah sakit, dan Puskesmas,
selain juga dilaksanakan melalui mobil keliling.
3. Pengintegrasian keberadaan posyandu, PKK, dan PAUD untuk meningkatkan
kualitas proses tumbuh kembang anak/remaja demi mewujudkan keluarga
sehat dan sejahtera. Ini dilakukan melalui pengembangan Bina Keluarga
Balita (BKB), dengan membentuk Tim Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal)
BKB mulai tingkat kota, kecamatan, dan desa/kelurahan dengan SK
pembentukan kelompok KBK. Pembinaan dan bimbingan kelompok BKB
maupun kader BKB dilakukan secara rutin oleh Penyuluh KB (sebagai Tim
Pokjanal BKB tingkat desa/kelurahan) sementara monitoring dan evaluasi
dilakukan secara berkala oleh Tim Pokjanal kecamatan dan kota. Pokja
melakukan pertemuan koordinasi secara rutin untuk membahas program kerja
dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk memfasilitasi posyandu di
seluruh desa/kelurahan. Sudah selama 3 tahun ini pemerintah memfasilitasi
pendanaan 30 posyandu dengan alokasi sekitar 600 juta rupiah setiap
tahunnya.
4. Kegiatan BKB merupakan sistem pelayanan terpadu dan dinamis di mana
diberikan pelayanan program KB, kesehatan, pendidikan, serta program lain
yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat. Pelayanan yang diberikan di
BKB bersifat terpadu dengan kegiatan posyandu, dengan tujuan untuk
memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat dalam
memperoleh pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama.
Untuk meningkatkan kualitas SDM dari para kader, dilakukan pelatihan,
pendampingan tenaga/kader, dan berbagai lomba dalam memotivasi
terbentuknya lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak, seperti
lomba administrasi Sepuluh Pokok PKK, lomba HKG (Hari Kesatuan Gerak)
PKK, lomba perilaku bersih dan hidup sehat (PBHS), lomba makanan sehat
bergizi, lomba membuat APE (alat permainan edukatif), lomba membuat
gendongan, lomba
membuat sampian, dan
lomba mesatua Bali.
Kegiatan pelatihan untuk
kader posyandu yang
dilakukan setiap tahun
adalah melakukan gerakan
kebersihan melalui
pemilahan sampah.
Posyandu juga telah
mengembangkan sistem
administrasi lebih baik
yaitu dengan memiliki
Sistem Informasi
Posyandu dan juga 6 buku
tambahan, antara lain
buku pendaftaran.
Seorang anak berkebutuhan khusus sedang
Pengembangan Pusat
belajar dengan tenaga pendamping
Tumbuh Kembang Anak

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


14
we serve the best to cities

Berkebutuhan Khusus dilakukan sejak tahun 2010. Pemerintah memberikan


dukungan fasilitas tempat dan peralatan pendukung. Dukungan lain pun
datang dari beberapa kelompok pemerhati anak berkebutuhan khusus.
Pengelolaan sekolah tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus di Kota
Denpasar berjalan baik dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Bahkan
peran serta swasta juga terlihat tinggi terhadap pendidikan anak
berkebutuhan khusus, melalui skema Corporate Social Responsibility (CSR)
yang sangat peduli terhadap tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus.
Kota Denpasar mampu mengintegrasikan berbagai program pendidikan
khususnya bagi anak berkebutuhan khusus. Pusat tumbuh kembang anak
berkebutuhan khusus ini telah berdampingan dengan sekolah biasa. Program
terhadap anak-anak penyandang cacat, termasuk berkebutuhan khusus,
termasuk pemberian kesempatan untuk tampil dalam berbagai even kesenian.
Sebelumnya pusat tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus berada di
bawah Badan KB dan PP. Namun mulai tahun 2012, pusat tumbuh kembang
anak berkebutuhan khusus berada di bawah Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga. Keberadaan pusat ini merupakan satu-satunya yang ada di
Indonesia yang dibiayai melalui APBD (Dinas Pendidikan Kota Denpasar).
Untuk mengembangkan anak berkebutuhan khusus agar lebih mandiri,
Pemerintah Kota Denpasar melaksanakan berbagai lomba. Lomba-lomba
seperti memasang kaos kaki, mewarnai, membawa kelereng, memasang
fuzzela, dan lomba memasukkan bola dalam keranjang yang bertujuan untuk
memberikan kesempatan anak-anak untuk mengembangkan kreativitasnya.
Lebih spesifik lagi untuk anak-anak berkebutuhan khusus, aktivitas serupa
diharapkan dapat mendorong interaksi sosial sehingga membantu proses
perkembangannya. Dengan inisiatif dari Ibu Ketua K2S Kota Denpasar, Ny.
Selly D. Mantra, dibuat sebuah film tentang anak penyandang disabilitas yang
berjudul Widya Jari Jemariku menari.
5. Kota Denpasar terus gencar memberikan penyuluhan dan workshop
mengenai konvensi hak anak bagi guru Bimbingan Konseling (BK) tingkat
SMP se-Kota Denpasar dengan melibatkan Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2). Workshop juga memberikan
pemahaman terhadap guru-guru BK tentang perlindungan anak sehingga
mereka mampu melakukan pendekatan terhadap anak-anak, khususnya
anak-anak yang bermasalah. Ini juga merupakan langkah untuk mendorong
citra guru BK sebagai alternatif pendamping untuk pemecahan masalah bagi
anak-anak di sekolah, dan bukannya ditakuti oleh anak-anak karena dianggap
sebagai polisi sekolah.
6. Mengembangkan fasilitas Pojok ASI di berbagai terminal, pasar tradisional,
pusat perbelanjaan melalui Surat Edaran Walikota. Tujuan prakarsa ini adalah
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui penurunan
angka kematian ibu (AKI) saat hamil, melahirkan, dan masa nifas serta angka
kematian bayi (AKB). Lebih lanjut dikatakan, Gerakan Sayang Ibu (GSI)
adalah gerakan bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk
meningkatkan kualitas hidup perempuan, utamanya dalam percepatan
penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
Kegiatan penyuluhan pemberian ASI eksklusif, yang diikuti oleh para kader
GSI, seringkali dilaksanakan untuk meningkatkan cakupan anak mendapatkan
ASI serta kesadaran ibu untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


15
we serve the best to cities

7. Memberikan peningkatan pengetahuan/kemampuan kepada anak-anak.


Denpasar bekerja sama dengan pihak swasta menyelenggarakan berbagai
kegiatan peningkatan kapasitas/pengetahuan. Contohnya adalah kerja sama
dengan PT Bamboomedia Cipta Prasada dalam menyelenggarakan Workshop
Teknologi yang diikuti pelajar SMP dan SMU/SMK se-Kota Denpasar untuk
meningkatkan ketrampilan membuat situs web, membuat program aplikasi pada
telepon genggam, serta membuat cerita animasi.
Untuk mengantisipasi dampak kemajuan informatika dan teknologi yang begitu
pesat terhadap anak, Pemerintah Kota Denpasar melalui Badan Keluarga
Berencana (KB) dan Pemberdayaan Perempuan (PP) Kota Denpasar terus
gencar memberikan perhatian khusus terhadap anak-anak melalui kegiatan
NGOBAR (Ngobrol Bareng), yang menghadirkan 500 anak-anak yang terdiri dari
anak SD, SMP, SMA/K, anak panti, anak jalanan, dan Karang Taruna. Kegiatan
ini diisi dengan materi remaja dengan HIV/AIDS, remaja dengan narkoba, remaja
dengan lingkungan, remaja dengan geng motor, remaja dengan geng drunk yang
akan disajikan dalam bentuk teatrikal dan kartunis.
Pemerintah juga telah memfasilitasi anak pekerja kasar di Pasar Badung dengan
program baca tulis hitung sejak tahun 2009. Ini ditempuh dengan bekerja sama
dengan Lembaga Anak Bangsa, melalui kegiatan pelayanan kesehatan, program
calistung, life skill dan seni budaya, juga kerjasama Dinkes, PD Pasar, dan WHDI
(Wanita Hindu Dharma Indonesia).
8. Menyelenggarakan berbagai kegiatan, lomba, dan pertunjukan untuk
membangun kreativitas anak, antara lain:
 Pentas dalam rangka
17 Agustus selama 3
bulan setiap hari
Kamis-Minggu, pentas
setiap Sabtu sore
untuk setiap sanggar
seni, dan sebagainya
 Memfasilitasi aktivitas
anak-anak di saat libur
sekolah atau waktu
luang melalui berbagai
lomba, pelatihan sesuai
kebutuhan anak-anak,
lomba pesantian, dan Berbagai lomba dan kegiatan Supercamp untuk
kegiatan camping anak-anak di saat libur sekolah
dengan nama
“Supercamp”. Tujuannya adalah agar anak-anak/remaja memanfaatkan waktu
luang dan libur sekolah untuk kegiatan positif, membangun karakter remaja
untuk mengurangi terjadinya kenakalan, dan sebagai upaya untuk
menanggulangi permasalahan anak-anak remaja.
 Kegiatan yang sudah berjalan sejak tahun 2011 dan ini merupakan komitmen
Walikota Denpasar dalam mendukung Kota Denpasar menuju Kota layak
Anak, di mana walikota menegaskan keterlibatan seluruh SKPD. Program ini
khususnya dikerjasamakan dengan Dinas Kebudayaan dan juga melibatkan
beberapa CSR. Ada yang bentuknya pemberian kesempatan untuk magang
untuk anak-anak SMK, ada juga tempat-tempat kursus yang memberikan
harga spesial pada saat liburan sekolah ini. Kegiatan yang disediakan oleh

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


16
we serve the best to cities

SKPD selama liburan sekolah adalah latihan tabuh, latihan rebab, latihan
suling, kemah budaya, lomba pesantian sekolah, fasilitas perkembangan
keragaman budaya, serta pembinaan dan pelatihan seni rupa. Selain kegiatan
camping, melalui Badan KB dan PP juga diselenggarakan berbagai lomba
pada peringatan Hari Anak Nasional (HAN) seperti melukis bersama orang
tua untuk anak TK, lari sambil menggendong anak untuk anak TK, lomba
menyalin aksara Bali, lomba menulis aksara Bali di atas daun lontar, dan
lomba melukis. Pada saat liburan sekolah anak-anak TK, SD, SMP, dan SMA
mengisi liburannya dengan latihan marching band dan ini akan ditampilkan
pada saat puncak peringatan HAN.
 Dalam upaya pelestarian budaya kepada generasi muda, sudah selama enam
tahun Dinas Pendidikan dan Olah Raga menyelenggarakan Kemah Budaya
yang melibatkan seluruh sekolah SMA/SMK Se-kota Denpasar. Hingga kini,
program yang digagas Walikota IB Rai D. Mantra dalam rangka mengisi
liburan panjang ini mendapat sambutan luar biasa dari pihak sekolah,
terutama kalangan generasi muda. Ini terbukti dari terus bertambahnya jumlah
peserta setiap tahun. Hingga kini telah tercatat 350 orang kader pelestari
budaya yang tersebar di seluruh sekolah negeri maupun swasta, dengan
agenda berbagai kegiatan lomba budaya seperti lomba karya tulis, membuat
canang sari, kwangen, dan ngelawar. Dari kegiatan ini nantinya para generasi
muda diharapkan semakin paham tentang karakteristik budayanya sekaligus
mencintai budayanya sendiri.
 Menyelenggarakan Pekan Seni Remaja (PSR) tingkat SMP dan SMA/SMK
serta Lomba Seni tingkat TK dan SD Kota Denpasar setiap tahun. Kegiatan ini
merupakan pembinaan dan pembibitan anak didik sejak usia dini agar lebih
mencintai kesenian, mengingat Bali melekat dengan faktor unggulannya, yaitu
seni budaya. Selain itu, inisiatif ini juga mendukung Kota Denpasar sebagai
kota berwawasan budaya. Kegiatan ini juga sebagai upaya mempersiapkan
artis-artis seni sebagai duta kontingen Kota Denpasar dalam rangkaian
Porsenijar Provinsi Bali dan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang akan datang.
 PKK Kota Denpasar melaksanakan berbagai lomba bidang kewanitaan yang
dikaitkan dengan PKB ke-35 Kota Denpasar. Di mana peserta lomba adalah
siswa-siswi SD, diadakan lomba busana. Ada juga lomba pakaian endek
untuk undangan ulang tahun tingkat anak-anak TK. Lomba merangkai bunga
lokal untuk podium ditujukan untuk tingkat SMA/SMK, sedangkan lomba
membuat peras pengambaian melibatkan untuk PKK desa.
 Lomba-lomba tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan dan
melestarikan budaya lokal khususnya di kalangan anak-anak, karenanya
salah satunya termasuk pembuatan sarana persembahyangan yang
dibutuhkan sehari-hari. Terdapat lomba untuk membuat kulit ketupat yang
diikuti anak-anak SMP serta SLB, serta lomba membuat kuangen dan
membuat canang sari yang diikuti anak-anak SD serta SLB. Meski anak-anak
sudah mendapat pelajaran membuat banten dalam ekstrakurikuler di sekolah,
namun ini merupakan bentuk motivasi dalam mengembangkan kreativitas.
 Selain lomba yang melibatkan anak-anak, dilaksanakan pula lomba untuk
para kader PKK desa/kelurahan dalam membuat Alat Permainan Edukatif
(APE) tradisional. Alat permainan yang dibuat dari barang-barang bekas yang
tidak membahayakan ini diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk
membuat APE tradisional sehingga tidak harus membeli permainan anak. Di

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


17
we serve the best to cities

samping itu, anak-anak akan memiliki lebih banyak pilihan permainan yang
edukatif.
 Pemerintah Kota Denpasar juga menjalankan lomba kreativitas belajar siswa
berbasis ICT, yang sejalan dengan program cyberschool. Lomba ini diikuti
guru dan siswa SMP, SMA, dan SMK se-Kota Denpasar. Kegiatan ini
bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi guru serta siswa dalam
memperkaya media pembelajaran, menyamaratakan content yang ada pada
situs cyberschool serta diharapkan mampu mengubah paradigma dalam
proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered)
menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).
Sementara, lomba bahan ajar yang diikuti oleh para guru diharapkan mampu
mendorong dan menumbuhkembangkan kreativitas guru di bidang
perancangan (desain), pengembangan (development), pemanfaatan
(utilization), pengelolaan (managemen) dan penilaian (evaluation) multimedia
pembelajaran.

9. Membentuk Forum Anak Kota Denpasar (FAD) di setiap banjar (desa), yang aktif
dalam berbagai kegiatan hingga tingkat kota dengan melakukan kegiatan adat
karena di banjar ditekankan untuk pelestarian budaya, seni, dan tradisi. FAD
berperan untuk
mengadvokasi pemerintah
agar mereka terlibat dalam
proses penyusunan
perencanaan. FAD
mengadakan pertemuan 3
bulan sekali.
Proses pembentukan FAD
diawali dengan bersurat ke
kecamatan dan ke sekolah,
kemudian membuka
pendaftaran melalui internet
kerjasama dengan FAD
Provinsi Bali. Anak-anak Forum Anak Denpasar mengikuti pelatihan untuk
yang terdaftar akan diberi pengembangan wawasan
sosialisasi tentang FAD
kemudian diseleksi dan diwawancara. FAD juga merupakan wadah yang dikelola
dari dan oleh remaja, terutama dalam memberikan informasi dan pelayanan
konseling tentang program genre yang mampu meminimalkan permasalahan-
permasalahan di kalangan remaja. Selain itu, FAD merupakan tempat
menyalurkan bakat dan minat siswa-siswi dalam berorganisasi dan
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat.
Selain Forum Anak Kota Denpasar, juga terdapat Forum OSIS SMA/K dan juga
Forum OSIS SMP se-Kota Denpasar. Forum ini merupakan perwakilan dari ketua
OSIS masing-masing sekolah dan memiliki kegiatan yang sangat aktif (info lebih
lanjut dapat menghubungi Sdri. Vany (08563722336)).

Payung hukum
Program Kota Layak Anak di Kota Denpasar ini dikuatkan posisinya dengan
pengaturan dalam berbagai peraturan walikota, yaitu antara lain: Perwal No. 25A
Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Perwal No. 8 Tahun 2011 tentang

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


18
we serve the best to cities

Pemberian Santunan Kematian Bagi Pemegang Kartu Tanda Penduduk WNI dan
Kartu Identitas Anak WNI Kota Denpasar, Perwal No. 12 Tahun 2011 tentang
Perlindungan Anak, Perwal No. 20 Tahun 2011 tentang Pembebasan Biaya Akta
Kelahiran, Keputusan Walikota No. 188.45/275/HK/2012 tentang Pembentukan
Sekretariat Tetap dan Tim Gugus Tugas Kota Layak Anak Kota Denpasar.

Koordinasi dan Pengorganisasian Proses


Pelaksanaan program ini dilakukan secara terkoordinasi dengan melibatkan
berbagai pihak baik dari SKPD Pemerintah Kota Denpasar maupun dengan pihak-
pihak lain seperti perguruan tinggi, LSM, dan media massa. SKPD yang terlibat
dalam program Kota Layak Anak adalah Bappeda, Badan KB dan PP, Dinas
Kesehatan, Dinas Pemuda dan Olahraga, Dinas Capil, dan Dinas Infokom. Selain
koordinasi antar SKPD untuk pelaksanaan Kota Layak Anak ini, yang turut berperan
untuk pembinaan, pengawasan dan membantu pengembangan program adalah
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Pengembangan program ini tidak lepas dari berbagai tantangan yang dihadapi,
antara lain tidak mudahnya merangkul seluruh SKPD dalam mewujudkan tujuan
program ini. Budaya patriarki di masyarakat yang masih kuat juga membuat tidak
mudah untuk membangun pemahaman kesetaraan gender dalam penguatan
kapasitas anak-anak untuk mampu menjawab tantangan masa depan. Dalam hal
internal pemerintahan, tentunya aspek anggaran menjadi tantangan utama,
mengingat kebutuhan daerah yang cukup besar dengan alokasi anggaran daerah
yang terbatas membuat program ini harus bersaing ketat dalam proses
penyusunannya.

Skema Anggaran dari APBD untuk berbagai program pendukung


Kota Layak Anak

Anggaran
No Program/Kegiatan SKPD
2010 2011 2012
1 Penguatan kelembagaan Dikpora, Badan KB 1.294.221.000 6.725.793.790 4,718,183,400
(pelatihan bagi aparat, dan PP, Diskes,
pendamping, kampanye, Capil,
sosialisasi, dll) (Disnakertransos,
BPM dan Pemdes
2 Hak sipil dan kebebasan (akta Capil, Dikpora, 180.345.000 6.115.678.400 8,688,374,200
kelahiran, penyediaan fasilitas Badan KB dan PP,
perpustakaan, fasilitas Disbud, Badan Arsip,
teknologi informasi, fasilitas Kominfo, Bagian
kelompok anak, fasilitas Kesra
kegiatan partisipasi anak, dll)
3 Lingkungan keluarga dan Badan KB dan PP, 306.992.000 1.093.410.200 2,621,031,600
pengasuhan alternatif BPM dan Pemdes,
(pembinaan keluarga balita Dikpora, Diskes,
dan remaja, penyediaan dan Disnakertransos
pemeliharaan fasilitas &
tenaga konsultasi, penyediaan
dan pemeliharaan LKSA/panti,
dll)
4 Kesehatan Dasar dan Diskes, Badan KB 139.106.925 622.664.625 126,149,570,669
Kesejahteraan (gizi, imunisasi, dan PP, BPM,
penanggulangan penyakit, dll) Disnakertransos,
BLH

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


19
we serve the best to cities

5 Pendidikan, pemanfaatan Dikpora, Disbud, PU, 10.638.184.417 16.957.430.921 135,167,205,794


waktu luang dan kegiatan Tata Kota, Dinas
budaya (pendidikan anak Perijinan, DKP, Dinas
usia dini, wajib belajar 12 Perhubungan, Dinas
tahun, pengadaan, Pariwisata, BLH
pemeliharaan, fasilitas
rekreasi, pengembangan
kreativitas anak, dll)
6 Perlindungan khusus Disnakertransos, 244.250.000 292,800,000
(pelayanan, pengadaan dan Badan KB dan PP,
pemeliharaan fasilitas) LPA, Dikpora

Hasil yang Dicapai

Dengan program Denpasar Kota Layak Anak ini, beberapa hasil yang telah dicapai
antara lain:
1. Adanya profil Denpasar Kota Layak Anak sebagai acuan untuk penyusunan
kebijakan terkait perlindungan dan pengembangan anak.
2. Seluruh anak di Kota Denpasar telah memiliki akta kelahiran dengan gratis
dan memiliki kartu jamkesda.
3. Tersedianya pusat tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus yang
difasilitasi oleh Pemerintah Kota Denpasar sejak tahun 2010. Saat ini pusat
sudah memfasilitasi sekitar 73 anak, sementara ini daftar tunggu pada tahun
2013 ini sudah mencapai 146 anak.
4. Terintegrasinya peran posyandu, PKK, dan PAUD dalam berbagai program
untuk membangun kondisi yang mendukung terbentuknya lingkungan yang
baik dan berkualitas dalam proses tumbuh kembang anak. Sebanyak 30
Posyandu mendapat dukungan dana APBD setiap tahunnya. Terjadi
peningkatan signifikan jumlah bayi penerima imunisasi, yaitu saat ini sudah
mencapai 100%.
5. Persentase pernikahan usia muda menurun setiap tahunnya. Ini akibat
proses KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) reproduksi, dialog interaktif
di radio, dan sosialisasi di sekolah.
6. Menurunnya angka kematian bayi (2010: 3; 2011: 27; 2012: 0).
Meningkatnya persentase ASI eksklusif (2010: 41,6%; 2011: 65,21%). Ada
konselor ASI di setiap desa/kelurahan/kecamatan, 29 Pojok ASI.
7. Telah terbentuk 199 kelompok BKB (Bina Keluarga Bahagia) dan 35 BKR
(Bina Keluarga Remaja), Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anak (P2TP2A), Pos Curhat, dan Lembaga Konsultasi
Keluarga di Kota Denpasar. Keberadaan lembaga-lembaga ini mampu
meningkatkan peran aktifnya dalam mengembangkan kualitas dan kreativitas
anak/remaja.
8. Terfasilitasinya anak-anak/remaja untuk menyalurkan bakat dan minat pada
waktu liburan sekolah dalam berbagai kegiatan pelatihan sesuai kebutuhan
anak maupun camping, yang disebut Supercamp. Anak-anak merasakan
kepuasan dan hasil positif oleh karenanya mereka meminta acara ini
diadakan secara regular.
9. Sebanyak 40 anak pekerja kasar di Pasar Badung telah terfasilitasi program
baca tulis hitung, pelayanan kesehatan, program calistung, life skill, dan seni
budaya.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


20
we serve the best to cities

10. Seluruh pelajar sekolah memiliki fasilitas diskon sebesar 10-15% di


beberapa toko buku di Denpasar apabila berbelanja menggunakan seragam
sekolah atau menunjukkan kartu pelajar.
11. Siswa dapat mengurus kartu kuning, dimana Dinas Tenaga Kerja akan hadir
di sekolah dalam memberikan pelayanan pembuatan kartu kuning, sehingga
siswa tidak terganggu dalam mengurus administrasi kebutuhan kerja.
Pemerintah Kota Denpasar juga yang telah membangun pelayanan satu
pintu di Gedung Graha Pelayanan Publik Sewaka Dharma di Lumintang.
12. Kota Denpasar telah memiliki film tentang anak disabilitas yang berjudul
Widya Jari Jemariku Menari, yang dapat diakses di web Kota Denpasar:
www.denpasarkota.go.id dan web Kota Layak Anak di www.kla.or.id.
13. Seluruh sekolah di Denpasar telah memiliki fasilitas cyberschool, di mana
seluruh siswa dapat mengakses internet di lingkungan sekolah dengan
fasilitas seluruh materi pelajaran sekolah di dalamnya tanpa terancam situs-
situs yang tidak layak bagi anak, yang sudah diblokir.
14. Adanya media hiburan maupun diskusi khusus untuk anak lewat Radio
RPKD, yang memiliki acara-acara khusus untuk anak.
15. Hasil kerjasama dengan
BUMN atau swasta dalam
bentuk dukungan dana
dari bank-bank swasta
maupun BUMN melalui
K3S Kota Denpasar,
berupa alat bermain (BPD
kepada RSU), beasiswa,
doorprize, penataan
taman kota, dan lain-lain.
16. Adanya Forum Anak Kota
Denpasar yang terdapat
di setiap banjar, yang SMUN 3 Denpasar sebagai salah satu
dikukuhkan pada 24 Sekolah Ramah Anak dengan siswa yang
Februari 2010. FAD aktif mengikuti kegiatan budaya
terfasilitasi dengan
berbagai program pelatihan dan pendampingan oleh Pemerintah Kota
Denpasar.
17. Semua sekolah sudah ramah anak karena ada UKS, menerapkan lingkungan
bersih dan sehat, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Beberapa
sekolah telah mendapat Adiwiyata dan MOS berbasis budaya.
18. Selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2011 - 2013, Pemerintah Kota
Denpasar terus mendapatkan penghargaan Kota Layak Anak (KLA),
Penghargaan Pakarti Utama I bidang Kesatuan Gerak PKK-KB-Kesehatan
tahun 2010, Manggala Karya Kencana dan Prakerti utama sebagai
pelaksana terbaik lomba Kesatuan Gerak PKK-Kes, Posyandu, dan PBHS
tahun 2011. Di samping itu, Pemerintah Kota Denpasar juga meraih
penghargaan atas Kebijakan Pemberian Akta Kelahiran Secara Gratis.
19. Pemerintah Kota Denpasar mengalami peningkatan prestasi pada tahun
2011 setelah tahun sebelumnya hanya meraih penghargaan untuk kategori
Madya, kemudian pada tahun 2012 meraih penghargaan untuk kategori
Nindya. Denpasar mendapatkan penghargaan karena memenuhi lima kluster
hak anak yang harus dipenuhi, yakni hak sipil dan kebebasan, lingkungan

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


21
we serve the best to cities

keluarga dan pengasuhan alternatif, kesehatan dasar, pendidikan


pemanfaatan waktu luang, serta perlindungan khusus kepada anak.

Keberlanjutan

Kebijakan KLA ini dipandang akan berkelanjutan, karena telah diatur secara hukum
melalui Perwal No. 12 Tahun 2011 tentang Perlindungan Anak, Perwal No. 20
Tahun 2011 tentang Pembebasan Biaya Akta Kelahiran, dan Keputusan Walikota
No. 188.45/275/HK/2012 tentang Pembentukan Sekretariat Tetap dan Tim Gugus
Tugas Kota Layak Anak Kota Denpasar. Pada tahun 2013 ini sedang diajukan 2
Ranperda yaitu tentang Perlindungan Anak dan Perlindungan Perempuan serta
Anak Korban Kekerasan.

Program Kota Layak Anak Denpasar ini memberikan hasil dan dampak positif yang
signifikan bagi kondisi anak-anak Kota Denpasar pada khususnya dan masyarakat
Kota Denpasar secara umum. Anak-anak sebagai generasi masa depan di kota ini
semakin diakui sebagai bagian dari warga yang mempunyai hak untuk dipenuhi
kebutuhannya oleh negara, dalam hal ini pemerintah kota. Pengakuan keberadaan,
kemampuan, dan peran serta anak-anak dalam berbagai aspek membuat anak-anak
maupun masyarakat keseluruhan merasakan hal ini sebagai kebutuhan yang
berkelanjutan.

Komitmen kuat pemimpin daerah untuk mewujudkan keberlanjutan program ini


ditunjukkan dengan tengah disiapkannya 2 Ranperda, yaitu tentang Perlindungan
Anak dan Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan. Pemerintah Kota
Denpasar tahun 2013 sudah mengadakan seminar tentang komitmen Pemerintah
Kota Denpasar tentang kota ramah anak, ramah lansia, dan kota hijau dalam kota
sehat. Komitmen ini akan dimasukkan dalam RPJMD tahun 2015, dan pada tahun
2014 akan dimantapkan lagi dengan workshop. Pemerintah Kota Denpasar juga
melakukan kerjasama dengan UNESCO tentang Kota Inklusi.

Pelajaran yang Dapat Diambil

Kunci keberhasilan pelaksanaan program Kota Layak Anak di Denpasar ini adalah
komitmen kuat pimpinan daerah dan kesungguhan seluruh aparat untuk saling
bekerjasama dengan tujuan menguatkan kualitas generasi penerus. Selain arahan
yang jelas dari pimpinan daerah, aparat pelaksana baik SKPD kota maupun pihak-
pihak terkait mempunyai konsentrasi yang fokus dalam pelaksanaan program yang
terintegrasi ini. Seluruh komponen mempunyai kesamaan pemahaman bahwa anak
sebagai generasi penerus mempunyai peran sangat penting dalam kehidupan
berbangsa, dan untuk itu dibutuhkan penanganan dan sentuhan yang mampu
menjadikan mereka sesuatu yang strategis.

Kemampuan untuk Ditransfer

Anak-anak adalah komponen vital dalam masyarakat dan menjadi sangat krusial
karena merupakan generasi penerus bangsa. Persoalan yang terjadi tentang anak-
anak niscaya terjadi di hampir seluruh daerah dengan karakteristik yang berbeda.
Persoalan anak-anak tentunya erat kaitannya dengan pendidikan, kesehatan,

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


22
we serve the best to cities

ekonomi, kemiskinan dan banyak aspek lainnya. Untuk itu, contoh pengalaman baik
Kota Denpasar ini cukup mampu ditularkan ke daerah lain.

Dalam proses untuk mempelajari proses yang telah terjadi di Denpasar, maka
prakondisi yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Komitmen kuat dari pimpinan dan seluruh jajaran pemerintah daerah
2. Koordinasi yang baik antarlembaga dalam pemerintah daerah serta kemitraan
dengan pihak-pihak yang mendukung
3. Aparat yang siap bekerja penuh dan serius dengan masyarakat.

Pengalaman baik Kota Denpasar ini telah banyak didatangi dan dipelajari oleh
pemerintah-pemerintah daerah lain yaitu, antara lain Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKDB) Kota Magelang, (Politeknik
Kesehatan) Poltekes Surakarta, Kabupaten Tebo Jambi, Kabupaten Bangkinang,
Kabupaten Kampar, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
(BPPKB) Jawa Barat, DPRD dan Sekretariat DPRD Jawa Tengah, Kedutaan Besar
Ameriksa Serikat di Jakarta, DPRD Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan, DPRD Kota
Binjai, serta Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB)
Provinsi Kalimantan Barat.

Kontak

1. Ir. I Gusti Agung Laksmi Dharmayanti, M.Si


Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota
Denpasar
Jl. Gatot Subroto VI/J, Denpasar
Tel. 0361 428380

2. Dra. I Gusti Agung Sri Wetrawati, M.Si


Kabid PP dan PA
Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Denpasar
Jl. Gatot Subroto VI/J, Denpasar
Tel. 0361 428380
HP: 0812 360 8633
Email: sriwetrawati@yahoo.com

3. Sri Indah Wibi Nastiti


Direktur Pengembangan Program dan Advokasi APEKSI
Rasuna Office Park III Lantai 3 Unit WO. 06-09
Komplek Rasuna Epicentrum
Jl. Taman Rasuna Selatan, Jakarta Selatan 12960
Tel. 021 8370 4703 Fax. 021 8370 4733
HP: 0811 928 995
Email: indah@apeksi.or.id

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


23
we serve the best to cities

PROGRAM MULTIGUNA (JAMINAN KESEHATAN)


KOTA TANGERANG

Profil Kota

Kota Tangerang terletak di Provinsi Banten, tepatnya di sebelah utara, selatan dan
barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang dan di wilayah timur berbatasan

dengan DKI Jakarta. Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta
ketiga terbesar di kawasan Jabodetabek setelah Jakarta. Kota Tangerang
mencakup wilayah seluas 18.378 Ha (termasuk kawasan Bandara International
Soekarno Hatta seluas 1.969 Ha) dan merupakan wilayah dataran rendah dengan
ketinggian rata-rata 30 meter dpl. Secara administratif, kota ini terbagi menjadi 13
kecamatan, yang terdiri dari 104 kelurahan, 931 RW, dan 4.587 RT. Jumlah

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


24
we serve the best to cities

penduduknya berdasarkan sensus BPS Provinsi Banten tahun 2010 adalah


1.798.601 jiwa dengan pertumbuhan 1,81%.

Tangerang adalah pusat manufaktur dan industri di Pulau Jawa dan memiliki lebih
dari seribu pabrik. Banyak perusahaan-perusahaan internasional yang memiliki
pabrik di kota ini. Tangerang memiliki cuaca yang cenderung panas dan lembab,
dengan sedikit hutan.

Situasi Sebelum Inisiatif

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) merupakan program


kesehatan yang diharapkan dapat menjaga masyarakat agar tetap sehat dan
produktif serta melindungi pesertanya dari resiko pengeluaran kesehatan yang
berdampak pada bencana keuangan dan mata rantai kemiskinan. Sasaran program
Jamkesmas ini adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia
yang tidak mempunyai jaminan kesehatan lainnya.

Hingga tahun 2012, peserta yang dijamin dalam Program Jamkesmas tersebut
meliputi:
a. Masyarakat miskin dan tidak mampu, yang telah ditetapkan oleh Surat
Keputusan (SK) Bupati/Walikota tahun 2008 berdasarkan kuota kabupaten/kota
(BPS) yang dijadikan basis data (database) nasional.
b. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, serta masyarakat miskin yang
tidak memiliki identitas (atau kerap disebut sebagai “peserta non-kartu”).
c. Semua peserta Program Keluarga Harapan (PKH) (baik yang sudah atau yang
belum mempunyai kartu Jamkesmas).
d. Semua penderita penyakit Thalasemia mayor.
e. Semua pasien yang menerima Jaminan Persalinan (Jampersal).

Kepesertaan Jamkesmas memiliki masa berlaku, yaitu semenjak ditetapkannya


penggunaan kartu Jamkesmas oleh Kementerian Kesehatan hingga ditetapkannya
penggunaan kartu yang baru, yang berarti tidak berlakunya lagi kartu yang lama.

Dengan adanya program ini tidak berarti semua masyarakat memiliki jaminan
kesehatan, karena terdapat kuota dari pemerintah pusat. Hal ini menimbulkan
kesulitan bagi masyarakat karena harus mengurus surat keterangan tidak mampu
dengan tahapan mulai dari tingkat RT, RW, Lurah, Camat dan Puskesmas.

Inisiatif

Adanya program Jamkesmas yang hanya mencakup sebagian masyarakat dengan


sejumlah syarat dan ketentuan yang berlaku, mendorong Walikota Tangerang,
Wahidin Halim, untuk menginisiasi program kesehatan bagi masyarakat yang tidak
terdaftar dalam Jamkesmas dan jaminan kesehatan lain bagi para PNS, pegawai
swasta dan lainnya yang belum memiliki asuransi. Pemerintah kota meluncurkan
Kartu Jaminan Kesehatan dengan nama Kartu Multiguna pada Tahun 2008
sebagai pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dengan menitikberatkan
programnya pada (1) Pembangunan Sarana dan Prasarana Kesehatan dan (2)
Penyediaan Layanan Kesehatan Gratis melalui Program Kartu Multiguna.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


25
we serve the best to cities

Program ini juga sesuai dengan amanah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H
dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yang menetapkan
bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap
individu, keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap
kesehatannya, dan negara bertanggung jawab untuk mengatur agar hak hidup sehat
bagi penduduknya, termasuk masyarakat miskin dan tidak mampu, terpenuhi.

Tujuan diluncurkannya Kartu Multiguna ini adalah sebagai berikut:


 Berkurangnya jumlah penduduk miskin di wilayah Kota Tangerang.
 Meningkatnya aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar
terutama pendidikan, kesehatan, dan prasarana dasar termasuk air minum
dan sanitasi.
 Berkurangnya beban pengeluaran masyarakat miskin terutama untuk
pendidikan dan kesehatan, prasarana dasar khususnya air minum dan
sanitasi, pelayanan KB dan kesejahteraan ibu, serta kecukupan pangan dan
gizi.
 Meningkatnya kualitas keluarga miskin.
 Meningkatnya pendapatan dan kesempatan berusaha kelompok masyarakat
miskin, termasuk penerbitan sertifikat tanah rumah tangga miskin,
meningkatnya akses masyarakat miskin terhadap permodalan, bantuan
teknis, dan berbagai sarana dan prasarana produksi.

Strategi yang Dijalankan

Embrio awal terbitnya program Kartu Multiguna adalah tidak mencukupinya kuota
bagi peserta Jamkesmas, dan hal ini memberi inspirasi dibuatnya program yang
dapat membantu masyarakat miskin dalam bidang kesehatan. Namun, rencana
besar Walikota Tangerang terhadap program kesehatan sebenarnya tidak hanya
sebatas mengobati peserta yang sakit atau tindakan kuratif saja. Pemerintah Kota
Tangerang juga memberikan tekanan lebih pada tindakan preventif, dalam arti
masyarakat diajak untuk bersama-sama belajar mencegah terjangkitnya berbagai
penyakit.

1. Sarana Prasarana Kesehatan


Langkah ini dimulai dengan dibangunnya sarana prasarana kesehatan. Di
Kota Tangerang terdapat 30 unit puskesmas tanpa fasilitas perawatan.
Perbandingan puskesmas dengan jumlah kecamatan yang ada di Kota
Tangerang adalah 1,92, berarti setiap kecamatan mempunyai 1 - 2
puskesmas. Rasio jumlah puskesmas terhadap jumlah penduduk Kota
Tangerang tahun 2008 adalah 1 : 61.267 penduduk. Dilihat dari ratio
tersebut jumlah puskesmas di Kota Tangerang belum memadai, karena bila
mengacu pada ketentuan bahwa setiap 30.000 penduduk dilayani oleh satu
buah puskesmas, maka diperlukan penambahan 27 buah puskesmas lagi.
Namun demikian, jumlah sarana pelayanan kesehatan baik balai
pengobatan, rumah bersalin, praktik dokter perorangan, maupun praktik
bidan sudah cukup banyak keberadaannya sehingga kurangnya jumlah
puskesmas belum merupakan masalah.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


26
we serve the best to cities

Untuk mengantisipasi
keterbatasan tersebut,
pada tahun 2008
dibangun puskesmas
pembantu, yang
berfungsi untuk
meluaskan jangkauan
puskesmas, sejumlah 13
buah. Ratio puskesmas
pembantu berbanding
puskesmas adalah 0,52.
Artinya, setiap 2 (dua)
buah puskesmas
mempunyai 1 (satu)
buah puskesmas
pembantu. Sementara Puskesmas Pembantu
itu jumlah puskesmas
keliling pada tahun 2008 sebanyak 14 buah. Ratio puskesmas keliling
terhadap puskesmas pada tahun 2008 sebesar 0,56.
2. Program 1000 Posyandu
Selain membangun
sarana prasarana
kesehatan, Pemerintah
Kota Tangerang juga
melakukan upaya
mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada
masyarakat dengan
suatu pendekatan
terpadu di tingkat desa
melalui posyandu
sebagai wadah peran
serta masyarakat yang
dibina oleh puskesmas.
Jumlah posyandu yang Posyandu
ada di Kota Tangerang
pada tahun 2008 ada
979 buah. Dibandingkan
dengan jumlah
puskesmas, maka setiap
puskesmas rata-rata
membina 39 buah
posyandu. Dalam rangka
mengoptimalkan
pelaksanaan posyandu,
maka perlu adanya
koordinasi lintas sektoral
serta melibatkan
masyarakat serta Posyandu Flamboyan Komplek Pengayoman
menggalang Jl. Pidana Raya RT 03/12 Kelurahan Sukasari

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


27
we serve the best to cities

kemandirian masyarakat dalam kegiatan kesehatan. Selain posyandu juga


telah berkembang bentuk-bentuk upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Posyandu Plus, Posyandu Usila,
Dana Sehat, Pos UKK, Toga, Polindes, Saka Bakti Husada, dan Pos
Kesehatan Kelurahan. Klasifikasi posyandu yang ada di Kota Tangerang
adalah sebagai berikut:
 Posyandu Pratama: 320 Posyandu (34%)
 Posyandu Madya: 416 Posyandu (42%)
 Posyandu Purnama: 244 Posyandu (23%)
 Posyandu Mandiri: 17 Posyandu (2%)
Kegiatan Posyandu (terintegrasi) meliputi:
 Kesehatan ibu dan anak
 Imunisasi
 Keluarga Berencana (KB)
 Pelatihan Kader
 Perpustakaan
 Pemberdayaan ketahanan ekonomi keluarga
 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
 Peningkatan gizi
 Penanggulangan diare
 Sanitasi dasar
 Penyediaan obat esensial
Sebagai wujud kepedulian, Pemerintah Kota Tangerang memberikan dana
insentif kepada kader posyandu sebesar Rp 6 juta per tahun.
3. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Tujuan dari MTBS adalah:
 Menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian yang terkait
dengan penyebab penyakit utama pada balita
 Melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan
fasilitas kesehatan dasar
 Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
kesehatan anak dan mengatasi masalah kematian balita yang
disebabkan oleh Infeksi Pernafasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria,
kurang gizi, dan yang sering merupakan kombinasi dari keadaan
tersebut. MTBS diperkenalkan WHO dan UNICEF di Indonesia pada
tahun 1997, diterapkan Depkes setelah melalui proses adaptasi bersama
UKK IDAI.
4. Promosi Kesehatan (Kegiatan PHBS – Perilaku Hidup Bersih Sehat)
Sebagai upaya Pemerintah Kota Tangerang dalam mencegah timbulnya
berbagai penyakit diwajibkan juga melakukan tindakan pencegahan sebagai
berikut:
 Pemberlakuan Peraturan Daerah tentang Kebersihan, Keindahan dan
Ketertiban secara konsisten, yang diterapkan oleh Pemerintah Kota
Tangerang demi mewujudkan Kota Tangerang yang bersih, indah dan
tertib. Praktiknya dicontohkan langsung oleh walikota beserta seluruh
aparatur pemerintah kota kepada masyarakatnya.
 Perwal Larangan Merokok di lingkungan sekolah dan perkantoran milik
Pemerintah Kota Tangerang.
 Dibentuknya Kelurahan Siaga.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


28
we serve the best to cities

 Pembudayaan hidup bersih dan sehat sedini mungkin pada anak sekolah
melalui kegiatan UKS dan UKGS, penyuluhan dan sikat gigi bersama
pada murid TK, SD kelas I, II dan III, pemeriksaan dan tindakan
sederhana pada murid TK, SD kelas I, tindakan melapisi Fissure Gigi
untuk mencegah karies / lubang gigi. Ditargetkan terdapat 1 SD
percontohan maupun puskesmas. Saat ini terdapat 30 SDN sebagai SD
percontohan.
5. Klinik Metadon
Klinik Metadon dibentuk dengan latar belakang:
 Meningkatkan kewaspadaan terhadap peningkatan kasus HIV AIDS
 Resiko penularan tertinggi HIV AIDS pada saat ini sudah bergeser dari
resiko hubungan seks bebas ke arah resiko penggunaan narkoba jarum
suntik
 Grafik pengguna
narkoba jarum suntik
yang beresiko terkena
HIV AIDS sebagian
besar berasal dari
golongan usia
produktif yang menjadi
masa depan bangsa
 Angka Penderita HIV
AIDS akibat narkoba
jarum suntik semakin
meningkat dan dapat Klinik Metadon
berakhir dengan
kematian
 Masih banyak pengguna narkoba suntik yang beresiko tinggi terkena HIV
AIDS yang menutup diri sehingga mempersulit penanggulangan HIV AIDS di
Kota Tangerang
Kilinik ini merupakan klinik pertama di Provinsi Banten (Outlet Metadon
Cibodasari) dan merupakan klinik pertama dengan layanan gratis di Indonesia
serta klinik pertama dengan gedung tersendiri (terpisah dari Puskesmas). Klinik
ini mulai beroperasi pada tanggal 16 Februari 2009 yaitu Outlet Metadon
Cibodasari dan di Outlet Metadon Cipondoh pada tanggal 22 April 2010.

Program Terapi Rumatan Metadon di Kota Tangerang memiliki fasilitas antara


lain:
 Buka setiap hari
 Dilayani oleh tim khusus yang terdiri dari 1 dokter, 2 perawat dan 1 ahli
farmasi terlatih
 Program Harm Reduction Dinkes Kota Tangerang
 Pendekatan berbeda (melalui pertemuan orang tua dan pertemuan
pasien serta penjangkau dan pendampingan)
 Terintegrasi dengan Klinik VCT dan CST (Tempat layanan konseling, Tes
HIV, Perawatan dan Theraphi) yang tersebar di empat lokasi, yaitu:
 VCT Edelweis (Puskesmas Cibodasari)
 VCT Sehati (Puskesmas Gondrong)
 VCT Anggrek (Puskesmas Ciledug)
 VCT dan CST Bugenvil (RSUD Tangerang)

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


29
we serve the best to cities

Kegiatannya di Klinik
Metadon ini antara lain:
a. Dalam Gedung
 Konsultasi dan
Konseling
Metadon
 Pendaftaran (bila
memenuhi syarat)
 Pelayanan
Metadon
 Analisis Urine Test
 Pertemuan Para
Pasien
 Pertemuan Orang
Walikota dengan Kader Posyandu
Tua Pasien
 Visitasi oleh RS
Pengampu
b. Luar Gedung
 Sosialisasi kepada
masyarakat
 Home Visit Pasien
 Koordinasi dengan
lintas sektoral
 Pertemuan RS
Pengampu
dengan satelit-
satelit di RS
Fatmawati

Hal-hal tersebut merupakan


langkah dan upaya
Pemerintah Kota Tangerang
dalam program kesehatan
yang menunjang masyarakat
agar memahami tindakan
pencegahan.

Program Kartu Multiguna


merupakan sistem jaminan
pembiayaan bagi masyarakat
miskin dan masyarakat rentan Penimbangan Balita
Kota Tangerang. Sistem
Pembiayaan Multiguna bertujuan untuk memberikan akses terhadap pelayanan
kesehatan kepada seluruh masyarakat sangat miskin, miskin, dan mendekati miskin
di Kota Tangerang sehingga derajat kesehatan masyarakat miskin dapat meningkat
dan secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber
daya manusia. Program Kartu Multiguna diawali dengan melakukan pendataan
terhadap masyarakat miskin, menjalin kerjasama dengan rumah sakit yang ada di
Kota Tangerang, melibatkan Dinas Kesehatan, kelurahan, dan kecamatan.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


30
we serve the best to cities

Seiring berjalannya waktu,


Kartu Multiguna sudah tidak
digunakan lagi karena
adanya kendala. Perbedaan
kategori/indikator
masyarakat miskin (versi
BPS, Bappenas, dan
lembaga lain)
menyebabkan perbedaan
sasaran miskin dan
mengakibatkan harus
adanya SK Parsial (SK baru
bagi para peserta baru).
Hampir setiap bulan Kartu Multiguna
Walikota harus
mengeluarkan SK karena adanya masyarakat miskin dengan kategori lain, sehingga
banyak masalah lain muncul, di samping tidak efisien dari sisi anggaran.

Dengan berbagai kendala yang ditemui, Walikota Tangerang memutuskan bahwa


mereka yang memiliki KTP dan KK (bagi pasien dengan usia di bawah 17 tahun)
Kota Tangerang dapat berobat secara gratis (rawat inap kelas 3) di semua rumah
sakit yang ada di Kota Tangerang. Rumah sakit yang sudah menjalankan kerjasama
dengan Pemerintah Kota Tangerang memiliki spanduk untuk memudahkan
masyarakat yang akan berobat. Saat ini, dengan menggunakan KTP atau KK saja,
masyarakat sudah dapat dilayani di rumah sakit Kota Tangerang. Program Kartu
Multiguna telah berganti nama menjadi “Program Multiguna” sebagai program
pembangunan Kota Tangerang.

Program Multiguna ini meliputi pelayanan bidang:


1. Kesehatan
 Pelayanan kesehatan dasar di seluruh puskesmas se-Kota Tangerang
 Pelayanan persalinan normal di bidan desa yang telah ditunjuk puskesmas
 Pelayanan rawat jalan pasca operasi di rumah sakit
 Rawat inap di rumah sakit
2. Pendidikan, meliputi pelayanan pendidikan gratis pada sekolah negeri untuk
Tingkatan SD, SMP, SMA dan SMK di wilayah Kota Tangerang.
3. Sosial, meliputi pembagian beras miskin dan subsidi lainnya. Tempat
pelayanan pembagian beras miskin adalah di masing-masing kecamatan atau
lokasi yang telah ditunjuk.

Media sosialisasi dan informasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang
terhadap Program Multiguna diantaranya melalui dialog Walikota Tangerang dengan
masyarakat (forum formal dan informal), media cetak lokal “Koran Kota Benteng”
yang terbit setiap hari Kamis per minggunya, pola seperti “MLM” (Multi Level
Marketing) dengan masyarakat yang sudah merasakan manfaat program akan
bercerita, menyebarkan informasi, dan mengajak para tetangga dan saudara akan
adanya program gratis di Kota Tangerang ini.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


31
we serve the best to cities

Dari tahun ke tahun, terdapat perkembangan sasaran program


Tahun 2008 Masyarakat Miskin
Tahun 2009 Masyarakat Miskin dan Rentan
Tahun 2010 Masyarakat Miskin, Rentan dan Kader
Masyarakat Miskin, Rentan, Kader, Guru Ngaji, Peg TKK, PNS Gol I,
Tahun 2011
Supir, Tenaga Kebersihan
Tahun 2012 Seluruh Penduduk Kota Tangerang
Tahun 2013 Seluruh Penduduk Kota Tangerang

Program ini juga telah menjalin kerjasama dengan 35 rumah sakit


1. RSU Tangerang 19. RSU Melati
2. RSU Usada Insani 20. RS Sari Asih Sangiang
3. RS Sari Asih Karawaci 21. RSIA Bunda Sejati
4. RSIA Hermina 22. RSU Ariya Medika
5. Mayapada Hospital 23. RS Dinda
6. RS Awal Bros 24. RS Annisa
7. RSIA Pratiwi 25. RSK Sitanala
8. RSIA Keluarga Ibu 26. RSISA Ar-Rahmah
9. RS Sari Asih Ciledug 27. RSU Mulya
10. RSIA Mutiara Bunda 28. RSU Bhakti Asih
11. RSU Aminah 29. RS Karang Tengah Medika
12. RS Medika Lestari 30. RS Siloam Karawaci
13. RSIA Karunia Bunda 31. RSUD Cengkareng
14. RS Permata Ibu 32. RSIA Aqidah
15. RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo 33. RSUP Fatmawati
16. RSIA As Syifa 34. RS Jiwa Soeharto Heerdjan
17. RS Daan Mogot 35. RS Jantung Harapan Kita
18. RSAB Harapan Kita

Fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kota Tangerang meliputi rawat jalan
dan rawat inap baik di puskesmas maupun di rumah sakit yang bekerja sama. Jenis
pelayanan yang diterima adalah semua pelayanan diberikan sesuai standar
pelayanan medis yang berlaku, meliputi:
1. Pelayanan rawat jalan, yang mencakup:
 Pelayanan haemodialisa
 Pelayanan kemoterapi
 Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis pada unit rawat jalan
(kontrol paska operasi, kontrol paska non operasi dan kontrol paska
kemoterapi) dengan jangka waktu maksimal 30 (tiga puluh) hari setelah
pasien pulang
 Pelayanan One Day Care (ODC)
2. Pelayanan rawat inap, yang mencakup:
 Perawatan kelas III
 Pemeriksaan dokter
 Pemeriksaan penunjang
 Obat-obatan dan alat kesehatan
 Tindakan medik

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


32
we serve the best to cities

 Observasi
 Perawatan perinatologi, ICU, HCU, ISOLASI, NICU, dan ICCU.
3. Pelayanan gawat darurat, yang meliputi:
 Pemeriksaan dokter
 Pemeriksaan penunjang
 Obat-obatan dan alat kesehatan
 Tindakan medik
4. Pelayanan Kamar Operasi dan Kamar Bersalin, yang meliputi:
Pelayanan dan tindakan di kamar operasi dan kamar bersalin, termasuk kasus
gawat darurat, di mana pasien harus segera dilakukan pertolongan,
dan tindakan dikerjakan sesuai dengan standar medis yang berlaku.
5. Pelayanan kesehatan diberikan kepada peserta pelayanan kesehatan bagi
masyarakat Kota Tangerang di wilayah Kota Tangerang dengan tanpa
membatasi jenis penyakit.
6. Obat-obatan, alat kesehatan, alat kedokteran, dan penunjang medis yang tidak
termasuk dalam tarif kesepakatan, maka harus mendapatkan persetujuan dari
PIHAK PERTAMA.
7. Pelayanan transportasi (ambulance) dapat diberikan di dalam wilayah Kota
Tangerang dan di luar wilayah Kota Tangerang (rumah sakit yang bekerja sama
dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang).

Pemerintah Kota Tangerang sudah mengadakan kerja sama dengan rumah sakit
yang berada di DKI Jakarta (RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, RS Fatmawati,
RSUD Cengkareng, RS Jiwa Soeharto Heerdjan, RS Jantung Harapan Kita, dan
RSAB Harapan Kita).

Skema pendanaan:
Sumber dana Program Multiguna berasal dari APBD, DPA, Dinas Kesehatan,
dengan mata anggaran program upaya kesehatan masyarakat, kegiatan
pembiayaan kesehatan bagi masyarakat Kota Tangerang.

Realisasi Pembiayaan Jaminan Pelayanan Kesehatan Kota Tangerang


di Rumah Sakit
Tahun Anggaran Realisasi (Rupiah) Persentase
2010 10 Milyar 9.999.989.348 99,99%
2011 20 Milyar 20.000.000.000 100%
2012 100 Milyar 64.816.891.360 64,94%
2013 50 Milyar Januari - Juli 100%
49.647.175.267

Ada sejumlah kendala yang ditemui dalam Program Multiguna, yakni:


 Indikator dan kategori miskin berbeda-beda (misalnya versi BPS berbeda
dengan Bappenas), dan menimbulkan potensi konflik terhadap sasaran
miskin.
 Sering terjadinya salah sasaran penerima Kartu Multiguna karena status
sosial (kaya/miskin).
 Banyak masyarakat yang tidak terdaftar atau bertambah di luar data karena
mobilitas penduduk Kota Tangerang (adanya perpindahan dan pertumbuhan
penduduk).
 Banyak masyarakat yang protes karena tidak mendapat “Kartu Multiguna”.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


33
we serve the best to cities

 Selalu membuat SK Parsial (SK baru) setiap bulan karena adanya tambahan
peserta Kartu Multiguna.
 Kendala pada fasilitas dan prasarana kesehatan:
 Keterbatasan Ruang Perawatan kelas III di Rumah Sakit
 Belum semua RS yang bekerja sama memiliki Ruang ICU/Fasilitas
Perawatan Khusus
 Belum semua RS memiliki tenaga dokter subspesialis
 Masih adanya masyarakat yang tidak memiliki dokumen kependudukan.

Beberapa upaya ditempuh oleh Pemerintah Kota Tangerang, di antaranya:


 Membuat kebijakan untuk tidak menggunakan Kartu Multiguna, dan diganti
dengan menunjukkan KTP dan KK (bagi masyarakat usia di bawah 17
tahun). Ini berlaku bagi seluruh masyarakat Kota Tangerang, yang berhak
berobat gratis di 35 rumah sakit yang sudah bekerja sama dengan
Pemerintah Kota Tangerang.
 Rapat evaluasi pelaksanaan Program Multiguna oleh walikota setiap senin
minggu pertama setiap bulannya dengan SKPD, kepala rumah sakit, camat,
lurah, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD).
 Sidak langsung ke puskesmas dan rumah sakit yang ada di Kota Tangerang.
 Kunjungan kerja ke 13 kecamatan satu bulan sekali untuk berdialog dengan
masyarakat Kota Tangerang karena Program Multiguna juga terintegrasi
dengan program pembangunan lainnya.
 Untuk menghindari KTP ganda dan penyalahgunaan KTP dari mereka yang
sebenarnya bukan masyarakat Kota Tangerang diterapkan syarat pembuatan
KTP yang ketat.
 Membangun Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang.

Hasil yang Dicapai

1. 80% pelayanan sudah tercapai dari jumlah penduduk Kota Tangerang


1.918.556 orang (sumber BPS Kota Tangerang, profil tahun 2012)
terpenuhinya jaminan pemeliharaan kesehatan masyakarat Kota Tangerang
tanpa membedakan status sosial (kaya/miskin).

Jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit


Tahun 2010 2011 2012 2013 (Januari-Juli)
Rawat Jalan 5.295 8.294 40.567 37.366
Rawat Inap 3.362 6.320 17.380 9.539
Jumlah 8.657 14.614 57.947 46.905

2. Pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan meningkat karena


terintegrasinya program kesehatan dengan program pembangunan lainnya.
Pola pikir masyarakat mulai berubah pada tindakan preventif. Upaya preventif
dan promotif terus ditingkatkan Dinas Kesehatan Kota Tangerang,
Puskesmas dan kegiatan Posyandu melalui penyuluhan-penyuluhan
kesehatan oleh petugas puskesmas maupun melalui pemberdayaan
masyarakat. Saat ini sampai dengan akhir tahun 2013 sudah terbentuk 104
Kelurahan Siaga di Kota Tangerang. Dengan demikian upaya promotif dan
preventif menjadi hal penting dan tanggung jawab bersama masyarakat

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


34
we serve the best to cities

dengan pemerintah kota, dan ini berdampak pada penurunan angka


kesakitan.
3. Angka Harapan Hidup dan angka kematian: 69,3 (sumber: Litbang Statistik
Kota Tangerang, Angka kematian bayi : 1,2 per 1000 kelahiran hidup, Angka
Kematian Ibu : 36,2 per 100 ribu).
4. Dengan hanya menggunakan KTP dan KK untuk berobat gratis, memberikan
dampak positif baik bagi Dinas Kependudukan dalam tertibnya pendataan
identitas masyarakat Kota Tangerang yaitu validitas data kependudukan Kota
Tangerang lebih baik.
5. Program Multiguna Kota Tangerang meraih penghargaan Innovative
Govermnet Award (IGA) tahun 2012 dari Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri) RI untuk kategori Pelayanan Publik karena Pemerintah kota
Tangerang dinilai berhasil mengembangkan program inovatif dalam
meningkatkan pelayanan dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, lewat
program jaminan gratis atau Program Multiguna ini.
6. Program ini juga mampu memberikan kemudahan dan mempersingkat alur
pelayanan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat.

Perbandingan Pelayanan Sebelum dan Sekarang

Sebelum Program Multiguna Sekarang


Alur Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang:

Dinas Rumah Rumah


Puskesmas Kecamatan Puskesmas
Kesehatan Sakit Sakit

Administrasi Pelayanan:

Masyarakat yang memiliki Kartu Multiguna KTP seluruh masyarakat


(Terdata dalam SK Walikota), KTP dan KK Kota Tangerang

Alur Pelayanan ke RS lintas kota (RS Besar):

RS yang
Dinas Rumah Sakit (RSCM, RS
Bekerjasama
Kesehatan Fatmawati, RS Jantung dan
Puskesmas dengan
(Surat Pembuluh Darah Harapan Kita,
Pemkot
Jaminan) dll)
(Rujukan)

Keberlanjutan

Program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat Kota Tangerang tertuang


dalam Program Multiguna mengalami proses yang cukup panjang. Program ini
bermetamorfosa dari penggunaan ‘Kartu Multiguna” hingga hanya dengan
menggunakan identitas KTP dan KK saja untuk dapat berobat secara gratis.
Program ini diperkuat dengan payung hukum:
 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 903/MENKES/PER /V/2011 tentang
Pedoman Jaminan Kesehatan Masyarakat. Bahwa pemerintah daerah
berkontribusi dalam menunjang dan melengkapi pembiayaan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin di daerahnya masing-masing.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


35
we serve the best to cities

 Undang-Undang No.32 pasal 14 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah:


Bidang kesehatan menjadi urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah.
 Peraturan Walikota:
a. Nomor 24 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Program Multiguna Bidang
Kesehatan Kota Tangerang.
b. Nomor 13 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota
Nomor 24 Tahun 2010.
c. Nomor 4 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Program
Multiguna Bidang Kesehatan Kota Tangerang.
d. Nomor 31 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Program Pelayanan
Kesehatan Masyarakat.

Mengakomodir keterbatasan
jumlah tempat tidur (pasien
rawat inap) di rumah sakit
yang bekerja sama dengan
Pemerintah Kota Tangerang,
maka sedang dibangun
Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Tangerang dengan
menerapkan Rumah Sakit Non
Kelas (tidak ada kelas 1,2,3),
yang berarti semua tipe kamar
sama. Tujuannya adalah agar
RSUD Kota Tangerang dapat
memberikan pelayanan yang
RSUD Kota Tangerang maksimal terhadap
masyarakat dalam rangka
implementasi Program Multiguna. Pihak yang terlibat dalam pembangunan rumah
sakit ini adalah Dinas Tata Kota Tangerang, Dinas Kesehatan Kota Tangerang,
Bappeda, Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD), dan Badan Kepegawaian
Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kota Tangerang. RSUD Kota Tangerang
diresmikan pada Oktober tahun 2013.

Pelajaran yang Dapat Diambil

Keberhasilan program di daerah tidak terlepas dari banyaknya kendala dan


tantangan yang dihadapi sebelumnya, tidak terkecuali bagi Pemerintah Kota
Tangerang dalam upaya memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
masyarakat. Pada awalnya, ketika program mulai berjalan ternyata pola yang
diterapkan kurang menyentuh sasaran. Hal ini memberikan inspirasi bagi kepala
daerah dan jajaran SKPD untuk terus berproses pada implementasi yang lebih baik.

Berbagai proses telah berjalan, evaluasi dan monitoring terlaksana demi


terwujudnya masyarakat yang sehat dan memiliki pengetahuan kesehatan.
Koordinasi dan komunikasi antara pemangku kepentingan, kepala rumah sakit, dan
jajaran pemerintahan diperlukan untuk saling bersinergi dalam tujuan yang sama
memberikan pelayanan dan pengetahuan kesehatan secara adil dan merata bagi

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


36
we serve the best to cities

masyarakat Kota Tangerang. Kesehatan adalah hak dasar, semua masyarakat yang
memiliki identitas (KTP dan KK) Kota Tangerang memiliki hak yang sama terhadap
jaminan pemeliharaan kesehatan.

Kemampuan untuk Ditransfer

Progam Multiguna Kota Tangerang bisa diterapkan pada kota lain karena setiap
masyarakat Indonesia memiliki hak yang sama terhadap jaminan pemeliharaan
kesehatan. Kemampuan dan kemauan kepala daerah beserta jajaran aparatur
pemerintahan ditantang untuk mendesain program sesuai dengan karakter dan
kondisi daerah masing-masing. Tersedianya sarana prasarana dan infrastruktur
serta kedisiplinan mengawal jalannya pelaksanaan program, evaluasi, dan
perbaikan yang terus-menerus, mengantarkan pada kesuksesan program di daerah.

Daerah lain yang sudah melakukan kunjungan ke Kota Tangerang adalah Kota
Probolinggo, Kota Bandung, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Bantul, Kabupaten
Sangir Talaud, Kabupaten Bangka Belitung, Kabupaten Padang Barat dan Kota
Semarang.

Kontak

1. Drg. Televisianingsih
Kabid Pengembangan Sumber Daya
Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Tel. 021 55764118
HP: 0816162346
E-mail: jamkesdakotatangerang@yahoo.com

2. Tina Wijaya
Kasubag Pemberitaan Humas dan Protokol
Setda Kota Tangerang
HP: 083699005000

3. Heffy Octaviani
Manager Peningkatan Kapasitas APEKSI
Rasuna Office Park III Lantai 3 Unit WO. 06-09
Komplek Rasuna Epicentrum
Jl. Taman Rasuna Selatan, Jakarta Selatan 12960
Tel. 021 8370 4703 Fax. 021 8370 4733
HP: 0818 798 037
Email: octaviani.heffy@apeksi.or.id

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


37
we serve the best to cities

SISTEM KOMPUTERISASI PELAYANAN KESEHATAN DASAR PUSKESMAS


(PROGRAM LAYANAN KESEHATAN BERBASIS IT SIMPUS KOTA TEGAL)

Profil Kota

Secara admistratif, Kota Tegal berbatasan langsung dengan Kabupaten Brebes


dan Kabupaten Tegal. Batas wilayah Kota Tegal secara administratif adalah

Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Tegal di sebelah timur, Kabupaten


Tegal di sebelah selatan, dan Kabupaten Brebes di sebelah barat. Kota Tegal
terbagi ke dalam 4 kecamatan, yakni Tegal Barat, Tegal Timur, Tegal Selatan,
dan Margadana, dengan 27 kelurahan. Kecamatan Tegal Barat memiliki wilayah
paling luas, yakni sekitar 15,13 km², disusul Kecamatan Margadana seluas
11,76 km², Kecamatan Tegal Selatan seluas 6,34 km², dan Kecamatan Tegal
Timur seluas 6,36 km².

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


38
we serve the best to cities

Berdasarkan data Kota Tegal Dalam Angka tahun 2007, jumlah penduduk Kota
Tegal adalah 245.728 jiwa dengan kepadatan 6.193 jiwa/km². Jumlah penduduk
terbanyak ada di wilayah Kecamatan Tegal Timur, yakni sejumlah 73.641 jiwa
dengan kepadatan 11.579 jiwa/km². Sementara, jumlah penduduk terendah ada
di Kecamatan Margadana dengan jumlah 51.828 jiwa dan kepadatan 4.407
jiwa/km².

Perdagangan dan jasa merupakan sektor utama perekonomian Kota Tegal. Kota
ini menjadi tempat pengolahan akhir dan pemasaran berbagai produk dari
kawasan Jawa Tengah bagian Barat. Usaha kecil dan menengah yang cukup
pesat kemajuannya adalah industri logam rumahan di kawasan Jalan Cempaka
dan kerajinan Batik Tegalan di Kelurahan Kalinyamat. Untuk mendukung denyut
perekonomian, Pemerintah Kota Tegal telah membangun Pusat Promosi dan
Informasi Bisnis (PPIB). Di bidang pelayanan kesehatan Pemerintah Kota Tegal
telah menyiapkan 1 rumah sakit yakni RSUD KARDINAH, 8 puskesmas, 21
puskesmas pembantu, 1 Balai Pengobatan Paru, serta 1 Laboratorium
Kesehatan Lingkungan, di samping beberapa layanan kesehatan oleh pihak
swasta.

Situasi Sebelum Inisiatif

Pelayanan kesehatan dasar puskesmas di Kota Tegal mengalami beberapa


kendala yaitu: antrian pasien di puskesmas selalu lama, tingkat penularan
penyakit tinggi karena antrian yang lama, terlalu banyak pekerjaan administrasi
yang dilakukan oleh petugas, sebagian besar pukesmas kekurangan tempat
untuk mengarsip kartu pasien, sering dijumpai hilangnya kartu medis pasien,
serta persepsi masyarakat tentang pelayanan kesehatan dasar yang
diselenggarakan puskesmas/pemerintah kurang berkualitas, sehingga
memberikan kesan bahwa puskesmas hanya untuk masyarakat ekonomi
menengah ke bawah.

Inisiatif

Pemerintah Kota Tegal melakukan perubahan terhadap mekanisme pelayanan


kesehatan dasar puskesmas, mulai dari kondisi yang berjalan secara manual
menjadi berbasis IT Simpus (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas), yaitu
dengan menjadikan pelayanan di puskesmas menggunakan sistem
komputerisasi, dimana seluruh pelayanan terhadap pasien dilakukan secara
komputerisasi online (elektronik).

Pendaftaran pasien dengan ID (Kartu Identitas/KTP) dan barcode scanner,


resep dokter dengan PIN dan ter-print out otomatis di apotek/obat, layar daftar
antrian dan ruang tunggu pasien terpusat. Pada saat awal pelaksanaan
program, satu puskesmas, yakni Puskesmas Margadana menjadi pilot project
selama 2 tahun dan mendapat pendampingan dari Republik Korea, sebagai
projek kerjasama dengan KOICA (Korea Internasional Cooperation Agency).
Tujuh puskesmas dan puskesmas pembantu lainnya kemudian murni
dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tegal, melalui Dinas Kesehatan bersama
puskesmas.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


39
we serve the best to cities

Strategi yang Dijalankan

Pemerintah Kota Tegal dalam hal ini Dinas Kesehatan melakukan langkah-
langkah awal dalam mewujudkan program ini:

Tahap Perumusan
 Melakukan identifikasi masalah melalui analisis problem dari hasil telaah tim
audit internal Puskesmas Margadana serta masukan dan keluhan
masyarakat berkaitan dengan waktu tunggu memperoleh pelayanan.
 Proses pengambilan keputusan yang diolah oleh Tim Mutu Puksesmas dan
KOICA serta Tim Dinas Kesehatan Kota Tegal dan diserahkan kepada
Walikota Tegal.
 Hasil telaah tim dibuat proposal dan rencana kegiatan.

Tahap Pelaksanaan
 Pemerintah Kota Tegal melalui Puskesmas Margadana – Dinas Kesehatan
Kota Tegal dan Korea Junior Expert (KJE) menyusun rencana anggaran
yang dibutuhkan dan
membuat proposal.
 Proposal dipresentasikan
oleh Kepala Puskesmas
Margadana selaku
perwakilan Pemerintah
Kota Tegal di hadapan
manajemen KOICA
Republik Korea di
Jakarta.
 Pengecekan
lapangan/survei oleh
manajemen KOICA ke
Puskesmas Margadana.
 Rapat Tim Korea Junior Puskesmas Margadana
Expert (KJE) dan
manajemen KOICA untuk memberikan persetujuan terhadap proposal
Pemerintah Kota Tegal.
 Menyiapkan hardware bersama konsultan yang ditunjuk KOICA.
 Menyiapkan software (kerjasama puskesmas dan KOICA).
 Dana operasional sistem ditanggung Pemerintah Kota Tegal lewat anggaran
Dinas Kesehatan atau sumber lain.

Kebijakan Walikota Tegal


 Pembentukan tim akselerasi SIMPUS, Tim Pengajar, dan Tim Pemantau
oleh Kepala Dinas Kesehatan agar semua puskesmas dapat menggunakan
sistem berbasis IT.
 Intstruksi Walikota Tegal tentang e-government untuk memperkuat
pelaksanaan program.

Tugas Tim Akselerasi Dinas Kesehatan Kota Tegal

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


40
we serve the best to cities

Tugas Tim Akselerasi


implementasi Sistem
Informasi Manajemen
berbasis informasi dan
teknologi di puskesmas dan
Dinas Kesehatan Kota Tegal
Tahun 2012 terdiri dari:
 Menyiapkan
sarana/prasarana
 Menyiapkan SDM yang
menangani aplikasi di
puskesmas dan Dinas
Kesehatan
 Memastikan
keberlangsungan aplikasi Layanan Monitor Antrian
sistem
 Berkoordinasi dengan tim pemantau untuk mengatasi permasalahan yang
muncul
 Menyusun laporan pelaksanaan program secara berkala dan menyampaikan
kepada Kepala Dinas Kota Tegal.

Tim Pengajar bertanggung jawab untuk mengampu mata ajar:


 Pentingnya sistem elektronik dalam pelayanan kesehatan
 Komitmen organisasi dalam resistance to change (resistensi terhadap
perubahan)
 Sistem mutu kaitan dengan Dokumen Rekam Medis
 Implementasi Simpus dan laporan
 EMR (Electronic Medical Record) Poli Umum
 EMR Poli Gigi
 EMR Poli KIA-KB
 EMR Kamar Obat
 EMR laboratorium
 EMR Poli Anak
 EMR Poli Lansia
 Laporan keuangan
 Treatment Prasarana EMR

Tim Pemantau bertanggung jawab untuk:


 Memantau kemajuan program dan menginventarisir permasalahan yang
muncul.
 Berkoordinasi dengan Tim Pelaksana untuk mengatasi permasalahan yang
muncul.
 Menyusun laporan kemajuan program secara berkala dan menyampaikan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal.

Pihak yang terlibat dalam program sebagai pelaku dan mitra:


 Puskesmas Margadana dan 7 puskesmas lainnya yang ada di Kota Tegal.
 KOICA Republik Korea menyediakan anggaran awal yang dibutuhkan,
membantu mengarahkan program agar sesuai dengan standar
global/internasional.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


41
we serve the best to cities

 Dinas Kesehatan selaku supervisor dan pelaku pemantauan program.


 Bappeda sebagai pemberi usulan dan monitoring evaluasi kerjasama
dengan Sampan (Sapta Mitra Pantura) dalam kegiatan KOICA Republik
Korea.
 Sampan (Sapta Mitra Pantura) menginisiasi kedatangan KOICA di Kota
Tegal serta pemantauan kegiatan. Sampan merupakan kerjasama regional
pemerintah daerah 7 kabupaten/kota Pantura.
 Koordinasi kegiatan antar-SKPD di bawah kendali Sekretariat Daerah Kota
Tegal.
 Keahlian yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program ini adalah satu orang
programer komputer dalam setiap unit pelaksana.

Skema Pendanaan:
Pada awal pelaksanaan program, Puskesmas Margadana dipilih sebagai pilot
project-nya. Program ini bekerja sama dengan KJE/KOICA yang juga berlaku
sebagai penyedia anggaran yang sesuai dengan kebutuhan sistem, namun
hanya selama 2 (dua) tahun. Sementara, pembiayaan operasional dan
pengembangan puskesmas lainnya senilai kurang lebih sebanyak Rp 700 juta
ditanggung oleh Pemerintah Kota Tegal.

Kendala dalam pelaksanaan program:


 Belum adanya puskesmas di Indonesia yang menggunakan sistem
komputerisasi, sehingga tidak ada contoh sebagai perbandingan/acuan
(pada saat awal pelaksaanaan program Tahun 2008).
 Banyaknya alur atau tahapan yang harus dilalui para pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
 Banyaknya petugas medis (paramedis) yang belum mengenal dan paham
penggunaan perangkat komputer.

Upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala:


 Menciptakan kerangka alur sistem (Application Architecture) yang biasa
digunakan dalam pelayanan di puskemas.
 Membuat rancangan diagram alur/mekanisme (Application System Flow)
yang akan digunakan di puskesmas.
 Tim Akselerasi Pengembangan Simpus Dinas Kesehatan Kota Tegal bekerja
sama dengan konsultan IT mengumpulkan dan menerjemahkan bahasa
laporan manual yang biasa digunakan di puskesmas ke dalam bahasa
program komputer.
 Tim Pengajar memberikan pelatihan penggunaan sistem komputerisasi
kepada seluruh tenaga medis, paramedis, dan seluruh staf puskesmas.
 Tim Pemantau melaksanakan fungsi monitoring dan evaluasi perkembangan
Simpus.

Hasil yang Dicapai

Program Sistem Informasi Manajemen dalam meningkatkan pelayanan yang


berbasis IT Kota Tegal menunjukkan perubahan hasil dibandingkan kondisi
sebelumnya:
 Misalnya dalam hal pelayanan di puskesmas, standar waktu pendaftaran
pasien 5 (lima) menit sebelum diterapkannya penggunaan Simpus berubah

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


42
we serve the best to cities

menjadi 5 (lima) detik untuk pasien lama dan 3 (tiga) menit untuk pasien
baru. Informasi terhadap urutan antrian/queue system diperoleh oleh pasien
di masing-masing unit layanan melalui monitor di ruang tunggu. Kecepatan
pelayanan dan keakuratan data lebih meningkat, sehingga efisiensi waktu
dan efektifitas kerja meningkat.
 Penggunaan Barcode Scanner di kartu pasien dapat mempercepat proses
pelayanan di loket pendaftaran. Penggunaan Barcode Scanner bagi petugas
medis dan paramedis sangat mudah, karena tinggal meng”klik” pada item
pemeriksanaan yang sudah tersedia lengkap pada Simpus termasuk kode
penyakit dengan International Code Diagnostc/ICD X (Laporan audit internal
ISO Puskesmas Margadana Kota Tegal 2011).

Barcode scanner pada kartu pasien

 Kemudahan dalam menemukan rekam medis/medical record setiap pasien


yang datang berobat ke Puskesmas.
 Penggunaan Simpus pada Puskesmas Kota Tegal menjadi percontohan dan
diadopsi oleh Kementerian Kesehatan RI sebagai pelayanan kesehatan
dasar berbasis IT.
 Sudah terjalin MoU No.PL.03.01/1/92739/12 dengan Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan
Dinas Kesehatan Kota Tegal tentang Pengembangan Aplikasi Software
Simpus secara nasional, di Kota Tegal.
 Kelebihan penggunaan Simpus Kota Tegal: mudah untuk mencari data yang
berkaitan dengan pasien, laporan bulanan, data penyakit. Data bisa di-print
out sesuai dengan tingkat kebutuhan, dan mudah dipelajari karena
menggunakan simple design, automatic warning, web base platform, SMS
Gateaway, Barcode System, Support Systemantrian monitor, dan resep
elektronik. Memiliki fitur medical record: Full ICD X, Editable data pada saat
tanggal pemeriksaan maupun hari sebelumnya, warning and locked sistem
alergi obat , warning and locked sistem obat kadaluarsa, dan locked system
obat habis.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


43
we serve the best to cities

Tampilan Sistem: Loket pendaftaran

 Hasil perhitungan survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Puskesmas di


Kota Tegal Tahun 2012 memberikan nilai antara 76,76 - 88,75 (Kategori
baik dan sangat baik), pada kecepatan dan ketelitian pelayanan seluruh
Puskesmas di Kota Tegal berkategori baik dan sangat baik (90-97%). Untuk
hasil tertinggi (97%) berdasarkan Laporan survei IKM Dinas Kesehatan Kota
Tegal Tahun 2012 adalah Puskesmas Margadana, hal ini dikarenakan
puskesmas ini merupakan penggunaan Simpus paling lama (Tahun 2008).
 Standar pelayanan sudah diakui sesuai dengan ISO 9001: 2008 (16
Desember 2009) mengenai rujukan antarunit, pemasangan KB implat 6
kapsul, dan pelayanan lansia.
 Kecepatan pelayanan berkat alur proses yang sudah sederhana dan
meningkatnya keakuratan data sehingga efisiensi waktu dan efektifitas
kerja meningkat.
 Masyarakat tidak
banyak
menghabiskan waktu
di puskesmas dan
dapat melanjutkan
pekerjaan atau
aktivitas lain setelah
dari puskesmas.
 Memperoleh
Penghargaan Citra
Pelayanan Prima Unit
Pelayanan Publik
terbaik Nasional
Tahun 2010 dari Penyerahan Piala Citra Pelayanan Prima Unit
Presiden Republik Pelayanan Publik Terbaik Nasional 2010
Indonesia kepada oleh Wakil Presiden
Puskesmas

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


44
we serve the best to cities

Margadana dan Kepala Puskesmas Margadana terpilih sebagai Tenaga


Kesehatan Teladan Tingkat Nasional tahun 2011.
 Saat ini seluruh 8 (delapan) puskesmas di Kota Tegal telah
menggunakan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus)
berbasis elektronik.

Skema Integrasi Data

Keberlanjutan

Program Sistem Informasi Manajemen (Simpus) berbasis elektronik ini dapat terus
berlanjut karena skema ini dapat diterapkan pada unit pelayanan lainnya selain
bidang kesehatan. Program ini juga mudah untuk dipelajari serta memiliki desain
yang sederhana. Simpus Kota Tegal akan mengalami perkembangan lebih lanjut
dimana semua puskesmas telah menjalankan aplikasi Simpus, maka masing-
masing puskesmas dapat mengirimkan data elektronik ke Dinas Kesehatan Kota
Tegal yaitu SIMDINKES (Sistem Informasi Manajemen Dinas Kesehatan) dan
semua data puskesmas di Kota Tegal akan terintegrasi dengan Dinas Kesehatan
Kota Tegal.

Pengiriman data dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan dilakukan melalui email,


website Dinas Kesehatan, tower jaringan, dan USB. SIMDINKES nantinya akan
mengolah data dari Puskesmas yang bersifat agregat, merekap data secara
otomatis dari data yang masuk, menampilkan data secara real time. Harapannya,
setelah terwujudnya SIMDINKES dapat dicapai efisiensi waktu, tenaga, dan
pemikiran dalam proses integrasi data. Semua laporan dari puskesmas sama dalam
bentuk laporannya dan format yang terkini, semua bentuk laporan dapat disimpan
dalam format excel dan outputnya berupa SP3 (Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Puskesmas).

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


45
we serve the best to cities

Bagan Sistem Komputerisasi

Kebijakan implementasi Program SIMPUS Kota Tegal berdasarkan Instruksi


Walikota No. 1 Tahun 2008 tentang Penerapan Elektronik Government (E-Gov) di
Lingkungan Pemerintah Kota Tegal. Pembentukan Tim Akselerasi SIMPUS oleh
Kepala Dinas Kesehatan agar semua puskesmas dapat menggunakan sistem
pelayanan berbasis elektronik. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota
Tegal Nomor 050/001 Tahun 2012 tentang Pembentukan Tim Akselerasi
Implementasi Sistem Informasi Manajemen Berbasis informasi dan Teknologi di
Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Tegal.

Sistem Informasi Manajemen Kesehatan

Pelajaran yang Dapat Diambil

Kualitas pelayanan Puskesmas dapat ditingkatkan melalui penerapan sistem


elektronik/komputerisasi, sehingga secara penampilan pelayanan di puskesmas
mampu beriringan secanggih RS swasta. Kecepatan dan kemudahan

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


46
we serve the best to cities

pelayanan dapat dirasakan baik oleh dokter dan paramedis maupun masyarakat
sebagai penerima manfaat. Pelayanan berbasis elektronik dapat diwujudkan
tanpa harus merasa takut akan menyerap anggaran yang sangat besar, karena
dengan koordinasi, kerjasama, kemauan, dan kemampuan untuk belajar, hal-hal
baru dapat terealisasi. Tidak semua tenaga kesehatan juga harus berlatar
pendidikan komputer atau IT. Teknologi dapat dipelajari dan disesuaikan
dengan kebutuhan manusia.

Kemampuan untuk Ditransfer

Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) berbasis elektronik


dapat dilakukan oleh unit lain di luar bidang kesehatan dan puskesmas di kota lain
karena:
 Sistem rancangan yang sederhana, operasional dan penerapannya mudah
untuk dipelajari. Pada awalnya, paramedis yang ada di Puskesmas
Margadana, yang tidak berlatar belakang ilmu komputer, tidak paham
penggunaan komputer, namun akhirnya semua dapat menggunakan sistem
yang ada demi pelayanan terbaik bagi masyarakat Kota Tegal.
 Dukungan Pemerintah Kota Tegal, Dinas Kesehatan dan komitmen
puskesmas untuk menerapkan kualitas pelayanan berbasis elektronik.

Kota yang sudah melakukan kunjungan belajar ke Kota Tegal: Kabupaten


Pemalang, Kota Yogyakarta, Kabupaten Tegal, Kabupaten Batang, Kabupaten
Banjarnegara, dan Kabupaten Pekalongan.

Kontak

1. Drg. Agus Dwi Sulistyantono, MM


Kabid P3PL Dinas Kesehatan, Ketua Tim Akselerasi Simpus Kota Tegal
Jl. Proklamasi 16, Tegal
Tel. 0283 353351
HP: 0816 640 582
Email: agoes.dwee@yahoo.com

2. Siswoyo, AMK
Staf P3PL, Dinas Kesehatan, Anggota Tim Akselerasi Simpus Kota Tegal
Jl. Proklamasi 16, Tegal
Tel. 0283 353351
HP: 0856 4254 2224
Email: m3siswoyo@gmail.com

3. Heffy Octaviani
Manager Peningkatan Kapasitas APEKSI
Rasuna Office Park III Lantai 3 Unit WO. 06-09, Komplek Rasuna Epicentrum
Jl. Taman Rasuna Selatan, Jakarta Selatan 12960
Tel. 021 8370 4703 Fax. 021 8370 4733
HP: 0818 798 037
Email: octaviani.heffy@apeksi.or.id

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


47
we serve the best to cities

TAMAN PINTAR YOGYAKARTA ALTERNATIF


LAYANAN PUBLIK PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA

Profil Kota

Luas Wilayah Administrasi: 32,5 km2 atau 1,02% dari luas wilayah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (Kota Yogyakarta dalam angka Tahun 2009). Jumlah

penduduk di wilayah administrasi: 444.236 (jiwa) atau 88.847 KK (data tahun 2008).
Jumlah penduduk miskin: 81.334 (jiwa). Jumlah kecamatan: 14 Kecamatan. Jumlah
Kelurahan: 45 kelurahan. Jumlah RW: 362 RW. Jumlah RT: 2.523 RT.

Kota Yogyakarta terletak di daerah dataran lereng aliran gunung Merapi dengan
kemiringan 0-2 derajat dan berada pada ketinggian rata-rata 114 meter dari

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


48
we serve the best to cities

permukaan laut. Penggunaan lahan paling banyak adalah untuk perumahan yakni
sebesar 106,338 hektar dan bagian terkecil adalah lahan kosong dengan luas
20,041 hektar.

Sebagai ibukota Provinsi DIY, Kota Yogyakarta menjadi pusat kegiatan pelayanan
dan pemerintahan di provinsi ini. Kota Yogyakarta juga memiliki atribut kota budaya,
kota pendidikan, dan kota pariwisata. Sebagai kota pendidikan, aktivitas kota banyak
diwarnai oleh kegiatan pendidikan untuk segala tingkatan. Untuk mendukung
predikat tersebut, Kota Yogyakarta membangun sebuah “icon” yang disebut sebagai
Taman Pintar. Taman Pintar merupakan sebuah wahana atau pusat pembelajaran
sains dan teknologi bagi anak-anak.

Di Taman Pintar, anak-anak dan seluruh kalangan usia dapat mencintai sains dan
teknologi. Pemerintah kota berharap masyarakat dapat memperbaiki kualitas
hidupnya dengan memahami dan mencintai dunia sains dan teknologi.

Situasi Sebelum Inisiatif

Sebelum tahun 2004, Kota Yogyakarta yang mempunyai predikat sebagai kota
pendidikan dan kota wisata ini belum memiliki “icon” yang dapat mengemban
sebutan tersebut. Karena itu pemerintah kota memandang perlu adanya sebuah
“tool” untuk mewujudkan fasilitas layanan publik yang dapat mencerminkan
keunggulan kompetitif kota sekaligus untuk menguatkan kapasitas warganya.

Inisitiatif

Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 2004 menggagas pembangunan sebuah


“taman pintar” untuk mewujudkan kepedulian pemerintah kota terhadap dunia
pendidikan. Inovasi yang diambil oleh pemerintah kota tidak hanya dilakukan
dengan menuangkan konsep sains dan teknologi ke dalam alat peraga, tetapi juga
membentuk varian baru dalam pemenuhan layanan dasar. Pelayanan pendidikan
yang merupakan kebutuhan dasar dirancang menjadi sebuah pelayanan publik
modern dan canggih yang mengkombinasikan antara ruang terbuka publik dengan
fasilitas pembelajaran dan pengajaran untuk semua kalangan
.
Lokasi pembangunan Taman Pintar berada di kawasan Shopping Center yang
dulunya dikenal sebagai kawasan perdagangan buku murah untuk kalangan pelajar
dan mahasiswa. Pembangunan Taman Pintar yang menggunakan konsep “gedung
tumbuh” dimulai sejak tahun 2004 dan dilaksanakan secara bertahap, baik pada
pembangunan gedung maupun fasilitas layanannya. Lokasi Taman Pintar dibuat
berhubungan dengan lokasi yang sebelumnya telah memiliki nilai sejarah, yakni
berdekatan dengan Taman Budaya Yogyakarta, Benteng Vredeburg, Gedung
Agung, Kawasan Malioboro, Alun-alun, dan Keraton Yogyakarta.

Strategi yang Dijalankan

a. Pembentukan Kelembagaan dan Struktur Organisasi

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


49
we serve the best to cities

Pada awal penyelenggaraan Taman Pintar, sebelum membentuk organisasi


permanen, Pemerintah Kota Yogyakarta membentuk Tim Pengembang
Taman Pintar. Tim Pengembang bekerja sama dengan pemangku
kepentingan lain khususnya institusi-institusi pendidikan yang berada di
Kota Yogyakarta antara lain, yakni UGM, STTNas, dan Akprind, untuk
menyusun berbagai konsep untuk mengisi dan membangun berbagai
infrastruktur untuk mendukung operasional Taman Pintar.

Pada awal pembentukannya sesuai dengan Peraturan Walikota Yogyakarta


No. 22 Tahun 2007 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pengelola
Taman Pintar, lembaga pengelola berada di bawah Dinas Pendidikan Kota
Yogyakarta. Seiring dengan perkembangannya sesuai dengan Peraturan
Daerah No. 9 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, dan
Tugas Pokok Lembaga Teknis Daerah, pengelolaan Taman Pintar berubah
menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dalam bentuk Kantor
Pengelolaan Taman Pintar.

b. Tujuan dan Filosofi


Taman Pintar dibentuk dengan visi menjadikannya sebagai wahana
ekspresi, apresiasi, dan kreasi sains terbaik se-Asia Tenggara dalam
suasana yang menyenangkan. Filosofi Taman Pintar adalah niteni
(memahami), niroake (menirukan), dan nambahi (mengembangkan).

Tujuan pembentukan Taman Pintar adalah:


1. Menyediakan sarana pembelanjaran sains bagi siswa yang mendukung
kurikulum pendidikan.
2. Memotivasi anak dan generasi muda untuk mencintai sains.
3. Membantu guru dalam mengembangkan pengajaran di bidang sains.
4. Mengenalkan budaya lokal bagi anak dan masyarakat secara umum.
5. Menyebarkan informasi ilmu pengetahuan sains dan teknologi sesuai
dengan perkembangan usia anak.
6. Memberikan alternatif wisata sains.

Sebagai sebuah pusat sains, Taman Pintar tidak hanya mengembangkan


wahana dan konten yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sebagaimana lembaga sejenis baik di Indonesia maupun di luar negeri,
tetapi juga mengembangkan wahana dan konten yang berdasar pada
kearifan lokal (local wisdom), misalkan pengetahuan tentang budaya Jawa
dan kesultanan.

c. Skema Pembiayaan
Pada awal pengelolaan Taman Pintar, pendanaannya menggunakan
anggaran belanja daerah. Pembangunan gedung Taman Pintar dibebankan
pada Dinas Bangunan dan Aset Daerah, sedangkan pengelolaan dilakukan
oleh Dinas Pendidikan, yang pada tahun 2004 masih berupa UPT. Seiring
dengan perkembangan yang semakin pesat, termasuk dalam kebutuhan
pemeliharaan dan operasional, maka mulai tahun 2007 UPT Taman Pintar
Yogyakarta mulai menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD). Selanjutnya pada tahun 2009, secara kelembagaan
manajemen Taman Pintar ditingkatkan statusnya menjadi Kantor

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


50
we serve the best to cities

Pengelolaan Taman Pintar dan Tahun 2010 sudah menerapkan pola


pengelolaan keuangan daerah dengan status penuh.

Tabel Biaya Operasional Taman Pintar 2009-2012


Biaya Operasional Jasa Layanan APBD Total
2009 3.529.811.201 2.155.612.371 5.685.423.572
2010 5.301.145.270 2.022.056.813 7.323.202.083
2011 8.732.067.558 522.943.840 9.255.011.398
2012 9.587.008.243 651.935.172 10.238.943.415
Keterangan: Belanja dari APBD mulai 2011 dan seterusnya hanya untuk gaji PNS saja.

d. Pembangunan Konten dan Wahana


Pada awal penyusunan konsep pembangunan Taman Pintar, Pemerintah
Kota Yogyakarta melibatkan berbagai SKPD dan para pemangku
kepentingan lainnya (Dinas Pendidikan, Bagian Organisasi, Bagian
Pengendali Pembangunan, Bappeda, dan akademisi) untuk memikirkan,
mengawal, dan mengembangkan Taman Pintar sebagai pusat sains.

Sesuai dengn konsep awal yakni “gedung tumbuh”, maka pembangunan


Taman Pintar juga dilakukan secara bertahap. Berikut tahapan-tahapan
pembangunan Taman Pintar sampai dilakukannya grand opening-nya:

 20 Mei 2006:
Pembangunan dan selanjutnya peresmian pertama (soft opening I) zona
layanan playground dan Gedung PAUD Barat dan Timur, yang dilakukan
oleh Menteri Pendidikan Nasional RI (Bambang Sudibyo)

 9 Juni 2007:
Pembangunan dan selanjutnya peresmian soft opening II fasilitas
Gedung Oval Lantai 1 & 2 serta Gedung Kotak lantai 1, yang dilakukan
oleh Menteri Pendidikan Nasional (Bambang Sudibyo) dan Menteri Riset
dan Teknologi (Kusmayanto Kadiman) serta dihadiri oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono X.

 16 Desember 2008:
Grand opening dilaksanakan oleh Presiden RI (Susilo Bambang
Yudhoyono), meliputi semua fasilitas layanan Taman Pintar termasuk
Gedung Kotak lantai 2 dan 3, Tapak Presiden, dan Gedung Memorabilia.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


51
we serve the best to cities

Peresmian Taman Pintar oleh Presiden RI

Suasana Ruang Oval

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


52
we serve the best to cities

Hasil yang Dicapai

Taman Pintar ini pada awalnya digagas untuk melayani keinginan warga masyarakat
Kota Yogyakarta mulai dari usia pra sekolah sampai sekolah menengah untuk
memperdalam pemahaman soal materi-materi pelajaran, khususnya sains, dengan
cara yang menarik. Dalam perkembangannya, fungsi Taman Pintar tidak hanya
melayani warga masyarakat di sekitar Yogyakarta, tetapi juga memenuhi kebutuhan
pengetahuan tentang sains dan teknologi untuk para turis domestik maupun luar
negeri dari berbagai kalangan dan usia.

Saat ini Taman Pintar telah memiliki berbagai fasilitas yaitu:


A. Zonasi Taman Pintar
1. Zona Playground, merupakan ruang publik dan penyambutan bagi
pengunjung Taman Pintar. Menyediakan berbagai alat peraga yang
menyenangkan bagi anak dan keluarga. Karena berada di halaman Taman
Pintar, maka fasilitas ini dapat diakses oleh para pengunjung secara gratis.
Zona Playground menampilkan: prasasti, tapak presiden, gong
perdamaian, tapak prestasi, sistem katrol, taman air menari, labirin, forum
batu, pipa bercerita, spektrum warna, dinding berdendang, parabola
berbisik, klimatologi mini, wahana bahari, desaku permai, rumah batik, dan
rumah gerabah.
2. Zona PAUD Barat dan PAUD Timur, menampilkan berbagai alat peraga
dan permainan edukasi anak-anak, khususnya untuk anak usia Pra-TK
sampai dengan TK. Zona PAUD Barat dan Timur menempati sebuah
bangunan cagar budaya (heritage) peninggalan Belanda yang masih tetap
dijaga keasliannya. Gedung PAUD terdiri dari ruang tunggu, ruang sains
dan teknologi, ruang religi dan budaya, ruang susun balok, ruang
petualangan, ruang profesi dan ruang pertunjukan.
3. Gedung Oval, menampilkan berbagai alat peraga berbasis edukasi sains
yang dikemas menyenangkan dan dapat diperagakan. Gedung ini terdiri
dari: aquarium air tawar, zona kehidupan prasejarah, zona dome area,
zona titian sains, zona nuklir, zona kelistrikan, zona cuaca, iklim dan
gempa bumi, zona teknologi komputer, zona teknologi telekomunikasi.
4. Gedung Kotak, menampilkan lorong ilusi, zona pengolahan minyak dan
gas bumi, zona teknologi pengolahan susu, zona agro, zona air untuk
kehidupan, zona jembatan sains, zona warisan leluhur, zona city planning,
zona perpustakaan, zona teknologi informasi dan komunikasi dan zona
teknologi otomotif.
5. Gedung Memorabilia, menampilkan berbagai alat peraga tentang
pengetahuan sejarah Indonesia, seperti sejarah Kesultanan Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pakualaman Yogyakarta, tokoh-tokoh
pendidikan, dan tokoh-tokoh Presiden R.I dari awal hingga saat ini.
6. Planetarium, menampilkan alat peraga berbentuk pertunjukan film
pengetahuan tentang antariksa dan tata surya.

B. Zona Sarana Pelengkap


Terdiri dari: exhibition hall, ruang audio visual, radio anak Jogja, musholla,
masjid, lift, food court, souvenir counter, ATM center.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


53
we serve the best to cities

Zona Iklim dan Gempa Bumi Zona Hewan Purba

Halaman & Gedung Oval Taman Pintar

Pertunjukan di Taman Pintar Zona Playground/Rumah Batik

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


54
we serve the best to cities

Secara sederhana, indikator keberhasilan Taman Pintar dapat dilihat dari grafik
pergerakan jumlah pengunjung setiap tahunnya. Dalam satu tahun rata-rata
masyarakat yang berkunjung ke Taman Pintar Yogyakarta mencapai 1 juta orang,
dan tidak terbatas dari wilayah Pulau Jawa, namun juga dari seluruh wilayah di
Indonesia, bahkan juga para wisatawan mancanegara. Dari sisi keuangan, target
kinerja keuangan atau pendapatan Taman Pintar tidak pernah kurang dari yang
telah ditentukan pada setiap tahunnya.

Target dan Realisasi Pendapatan Taman Pintar 2009 - 2012


Total Pendapatan Target Realisasi Persentase
2009 5.000.000.000 6.574.249.016 131,48%
2010 5.800.000.000 7.139.754.885 123,10%
2011 8.340.000.000 9.402.739.303 112,74%
2012 9.333.000.000 10.254.353.598 109,87%

Perkembangan Pengunjung Taman Pintar


2011 - 2013
200,000
180,000
160,000
Jumlah pengunjung

140,000
120,000
100,000 2011
80,000 2012
60,000 2013
40,000
20,000
0

Tabel IKM Tahun 2010 - 2012


Tahun Jumlah Responden Waktu survey Hasil Keterangan

Belum mengacu
2010 - - 76,2
KEP/25/M.PAN/2/2004
Berdasar
2011 150 responden Januari – Juli 2011 79,57
KEP/25/M.PAN/2/2004
Oktober – Berdasar
2012 1.000 responden 81,53
November 2012 KEP/25/M.PAN/2/2004

Dengan keberadaan Taman Pintar, masyarakat semakin menyadari adanya


kepedulian yang tinggi Pemerintah Kota Yogyakarta terhadap dunia pendidikan.
Masyarakat sangat menikmati belajar sekaligus berwisata di Taman Pintar.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


55
we serve the best to cities

Hal ini dapat dilihat dari


pengukuran Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) yang setiap
tahun dilakukan, yang
menunjukkan kepuasan dengan
skor di atas 75% (lihat tabel).
Sebagai lembaga layanan publik,
Taman Pintar memiliki komitmen
untuk menyediakan sarana
pembelajaran sekaligus alternatif
wisata serta layanan masyarakat
yang berkualitas. Komitmen
tersebut diupayakan secara
terus menerus sehingga pada
tahun 2010 Taman Pintar telah
berhasil meraih dan menerapkan
Piala Penghargaan CLP
sistem manajemen mutu ISO
1900:2008, sekaligus meraih
penghargaan Citra Layanan Prima Tingkat Nasional.

Keberlanjutan

Sejalan dengan dokumen perencanaan RPJMD Kota Yogyakarta, Taman Pintar


dirancang untuk terus-menerus dikembangkan, dengan menyediakan wahana atau
zonasi baru setiap tahun. Dengan konsep ini, maka diharapkan pengunjung yang
sudah pernah datang ke Taman Pintar sebelumnya tidak akan merasa bosan ketika
mereka mengunjungi tempat ini untuk kedua kalinya. Dari sisi kerangka aturan,
keberadaan Taman Pintar telah sah secara legal. Dengan demikian, keberadaan
organisasi ini telah secara penuh diakui dan tidak terpengaruh kepada masa
kepemimpinan seseorang. Sampai dengan saat ini dalam setiap perkembangannya,
kebijakan tentang Taman Pintar, baik pada pengelolaan keuangan, bentuk layanan,
dan sebagainya senantiasa didasarkan pada peraturan yang dikeluarkan baik oleh
Walikota Yogyakarta maupun oleh Kepala Pengelolaan Taman Pintar.

Dalam pengembangannya, Taman Pintar Yogyakarta juga menjalin kerjasama


dengan berbagai pihak (Microsoft Indonesia, Toyota Astra Motor, Aqua Danone,
Sari Husada, BATAN, BMKG, dll), baik kerjasama dalam bidang pengembangan
dan pembangunan zona atau konten maupun dalam bidang pengembangan
kegiatan, promosi dan lain sebagainya. Hal ini dapat menekan anggaran yang
cukup signifikan, khususnya dalam hal pengembangan maupun penyegaran
(refresh) zona dan konten.

Pelajaran yang Dapat Diambil

Pemerintah Kota Yogyakarta berupaya untuk menunjukkan pemenuhan layanan


dasar pendidikan bagi warga masyarakatnya dalam bentuk yang berbeda.
Selama ini layanan dasar pendidikan hanya difokuskan pada layanan gratis.
Pembangunan Taman Pintar diupayakan untuk memenuhi kebutuhan dunia
pendidikan yang tidak hanya dapat menyentuh seluruh kalangan tetapi juga

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


56
we serve the best to cities

dapat memberikan multiflier effect yang lain (meningkatnya pendapatan ekonomi


lokal juga pendapatan asli daerah Pemerintah Kota Yogyakarta).

Kemampuan untuk Ditransfer

Secara umum keberadaan Taman Pintar sudah dikenal dalam skala nasional,
maupun internasional (Taman Pintar tergabung dalam Asia Pacific Network of
Science and Technology Center (ASPAC) sejak tahun 2008). Dan sejak berdiri
sampai saat ini sudah banyak lembaga pemerintah dari seluruh wilayah
Indonesia yang melakukan studi banding ke Taman Pintar untuk mempelajari
dan mengembangkan lembaga sejenis di daerah masing-masing, misalnya
Pemerintah Provinsi Lampung, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi DKI Jakarta,
Kabupaten Belitung, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Surabaya, Kementerian
Pekerjaan Umum, dan museum. Replikasi juga sudah dilakukan diantaranya oleh
Bali (Rumah Pintar), Bandung (Taman Pintar Olympic), dan Kalimatan Selatan.

Bagi kota atau daerah lain yang ingin mengembangkan konsep taman pintar di
daerahnya, Pemerintah Kota Yogyakarta menjelaskan bahwa pada awal
pembentukannya, Taman Pintar Yogyakarta mengalami keterbatasan untuk
melakukan pengembangan program, kemitraan, dan promosi. Hal ini disebabkan
karena Taman Pintar merupakan instansi pemerintah yang harus tunduk dan
patuh pada peraturan yang berlaku, sehingga hal ini dipandang sedikit
“menghambat” adanya inovasi dan kreatifitas yang ingin diterapkan. Untuk
mengatasi hal ini maka Pemerintah Kota Yogyakarta sepakat untuk terus
menerus melakukan konsultasi, koordinasi, dan diskusi dengan instansi terkait,
baik di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta, Provinsi DIY, maupun
Pemerintah Pusat.

Hal-hal pendukung lainnya yang harus diperhatikan bagi daerah/kota lainnya


adalah dukungan dari Kepala Daerah, kemampuan berinovasi, kemitraan, serta
menerapkan paradigma layanan pada masyarakat.

Kontak

1. Drs. Yunianto Dwisutono


Kepala Kantor Pengengolaan Taman Pintar Yogyakarta
Jl. Panembahan Senopati 1-3, Yogyakarta
Tel. 0274 583 631 Fax. 0274 583664

2. Afia Rosdiana, M.Pd


Kasie Humas dan Pemasaran Taman Pintar Yogyakarta
Email: afi@tamanpintar.com

3. Tri Utari
Manajer Advokasi APEKSI
Rasuna Office Park III Lantai 3 Unit WO. 06-09, Komplek Rasuna Epicentrum
Jl. Taman Rasuna Selatan, Jakarta Selatan 12960
Tel. 021 8370 4703 Fax. 021 8370 4733
Email: triutari@apeksi.or.id

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


57
we serve the best to cities

REVITALISASI KAWASAN KOTA LAMA,


SAWAHLUNTO MENUJU KOTA WISATA

Profil Kota

Kota Sawahlunto dikenal sebagai kota tambang dengan luas wilayah 27.345 Ha
atau 273.45 Km2. Secara administrasi terdiri dari 4 Kecamatan, 10 Kelurahan dan 27
desa. Jarak dari Kota Sawahlunto
ke Kota Padang (Ibu Kota Provinsi)
adalah 95 Km yang dapat dicapai
melalui jalan darat dengan kondisi
baik dalam waktu 2 jam dengan
kendaraan roda empat. Dari luas
wilayahnya, yang terluas yakni
Kecamatan Talawi dengan 9.939
Ha, disusul Kecamatan Barangin
8.854,7 Ha Kecamatan Lembah
Segar dengan 5.528 Ha dan terakhir
Kecamatan Silungkang dengan luas
3.293 Ha.

Kota Lama Sawahlunto dengan luas


area 5,8 km² terletak pada daerah
berbentuk cekungan yang dikelilingi
oleh perbukitan. Kondisi fisik ini
menyimpan potensi-potensi
panorama dari dua sisi, yaitu dari
pusat kota ke perbukitan dan dari
perbukitan ke pusat kota. Wilayah
kota yang tidak terlalu luas juga
memberikan keuntungan tersendiri
dari sisi aksesibilitas di dalam kota.
Mengelilingi keseluruhan Kota Lama
hanya memerlukan waktu beberapa
jam saja dengan berjalan kaki.

Situasi Sebelum Inisiatif

Sejarah Kota Sawahlunto tidak bisa


dilepaskan dari tambang batu bara.
Daerah terpencil itu menjadi
berpenghuni dan berkembang
sebagai kota tambang kecil ketika
pemerintah Hindia Belanda menginvestasikan 5,5 juta gulden untuk menggarap
tambang batu bara Ombilin, Sawahlunto.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


58
we serve the best to cities

Karena sangat bergantungnya


Sawahlunto pada batu bara
sebagai urat nadi
perekonomian, jumlah
penduduknya pun mengalami
naik turun seiring dengan maju
mundurnya pertambangan batu
bara.

Pada 1930, Sawahlunto yang


mencakup area seluas 778 ha
itu dihuni 43.576 jiwa,
termasuk 564 orang Belanda.
Ketika produksi batu bara Pesta Rakyat di depan Gedung Kantor Ombilin
Ombilin merosot pada periode
1940 hingga akhir 1970-an, perekonomian ikut surut. Pada 1980, jumlah penduduk
Sawahlunto susut menjadi 13.561 jiwa. Pertambangan batu bara kembali menggeliat
di awal 1980-an. Jumlah penduduk pada 1990 tercatat bertambah menjadi 15.279.
Pada 1995, penduduk Sawahlunto tercatat 55.090 jiwa dengan cakupan wilayah
yang bertambah dari 778 ha menjadi 27.344 ha. Pada 2000, jumlah penduduk
Sawahlunto berkurang sekitar 8% menjadi 50.668 jiwa. Pada masa itu pamor emas
hitam itu mulai redup. Memasuki milenium kedua, produksi batu bara Ombilin terus
merosot tajam seiring dengan mengeringnya batu bara tambang luar.

PT Bukit Asam Unit Penambangan Ombilin (PT BA UPO) terus mengalami kerugian
belasan hingga puluhan miliar rupiah per tahun. Pada tahun 2012 saja sudah merugi
Rp 34 miliar akibat bertambah turunnya harga batu bara di pasar dunia hingga 25%.
Pemerintah daerah dan masyarakat setempat merasa terpukul perekonomian
mereka goncang. Kota Sawahlunto hampir seperti daerah mati. Pada siang hari
sepi, dan malam harinya sunyi.

Kota penambangan tertua ini akan kehilangan sumber ekonomi utamanya semenjak
perusahaan penambangan yang saat itu beroperasi, yakni PT Bukit Asam telah
membawa eksploitasi terowongan tambang ini kepada suatu kesimpulan akan
ditutup dan telah mengurangi jumlah tenaga kerjanya secara bertahap.

Inisiatif

Di sisi lain, Sawahlunto dikelilingi oleh alamnya yang indah dan dikarenakan
beroperasinya industri penambangan sejak zaman Belanda, kotanya memiliki
koleksi bangunan historis yang cukup banyak.

Pada masa Walikota Subari Sukardi keistimewaan ini sudah disadari oleh
Pemerintah Kota Sawahlunto untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata di
masa datang, sehingga dapat menghasilkan sumber ekonomi utama yang baru. Hal
ini terbukti dikeluarkannya Perda visi dan misi Nomor 2 Tahun 2001. yaitu
“Mewujudkan Sawahlunto tahun 2020 menjadi Kota Wisata Tambang yang
Berbudaya”. Kemudian di tahun yang sama, dalam menyikapi perumusan visi dan
misi tersebut, maka dilakukanlah langkah kedua, yaitu Penyusunan Buku Rencana
Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP). Penyusunan buku ini bekerjasama dengan

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


59
we serve the best to cities

Lembaga Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Bandung (LPM-ITB) guna


melakukan riset sumberdaya di Kota Sawahlunto yang berpotensi wisata. Hasilnya
dijabarkan dalam strategi dan agenda 2002-2020 serta program pelaksanaan 2002-
2006.
Kemudian oleh Walikota terpilih tahun 2003 Amran Nur, kajian tersebut lebih
dikonkritkan dengan melakukan serangkaian program revitalisasi fasilitas dan
gedung-gedung tua peninggalan zaman Belanda untuk dijadikan museum atau
cagar budaya yang menarik.

Strategi yang Dijalankan

Pada tahun 2004, pemerintah kota melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
menghubungi “Program Pengiriman Manajer” Belanda (PUM : Programma
Uitzending Managers) dengan aplikasi yang menaruh perhatian kepada revitalisasi
kawasan historis pusat kota.

Singkat cerita, PUM mendukung aplikasi dari pemerintah kota dan mengirimkan Mr.
Peter van Dun, seorang ahli dalam bidang perencanaan konservasi terpadu dan
merupakan pensiunan dari Departemen Konservasi Belanda, untuk membantu
pemerintah kota. Hal terpenting dalam kegiatan ini pula adalah dukungan kerjasama
dan informasi yang disediakan oleh Badan Warisan Sumatera Barat (BWSB). BWSB
merupakan LSM yang mempunyai kepedulian terhadap bangunan dan benda-benda
bersejarah di wilayah Sumatera Barat. BWSB telah melakukan inventori khusus
terhadap bangunan-bangunan tua di Kota Sawahlunto pada tahun 2002, yang
bermanfaat untuk dipergunakan sebagai titik awal yang efektif bagi proyek tersebut.

Pemerintah kota membentuk tim, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota


Sawahlunto sebagai dinas yang bertanggung jawab. Kemudian dibantu oleh SKPD
lain, seperti Dinas PU, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, Koperasi
dan Tenaga Kerja; Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga; Dinas Kesehatan dan
Sosial; Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah; Dinas
Pertanian dan Kehutanan; Bappeda; BLH; Badan Kesbangpol dan Penanggulangan
Bencana; kecamatan dan kelurahan.

Kemudian pemerintah kota menyusun kebijakan-kebijakan, seperti :


1. Menetapkan dan memantapkan fungsi kawasan cagar budaya melalui Perwal
maupun Perda.
2. Mengkonservasi dan merehabilitasi kawasan cagar budaya.
3. Memberikan insentif pada bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau
bernilai tinggi.
4. Meningkatkan fungsi bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau
bernilai tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai
sejarah sebagai obyek wisata budaya.

Untuk mewujudkan ide tersebut, maka pemerintah kota membuat beberapa


kegiatan, seperti:
1. Melakukan kajian tentang upaya peningkatan dan perbaikan kawasan kota
lama. Kegiatan ini bekerjasama dengan BWSB dan PUM Belanda pada tahun
2003, University of Malaka Malaysia pada tahun 2004 sekaligus mengirimkan

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


60
we serve the best to cities

para tokoh masyarakat


untuk belajar ke University
of Malaka, dan Dirjen
Cipta Karya-Kementerian
Pekerjaan Umum pada
tahun 2004.
2. Melakukan sosialisasi
program ke masyarakat
secara terus menerus
melalui berbagai media
yang ada di Sawahlunto.
3. Melakukan pelatihan,
Salah satu bentuk media sosialisasi yang
lokakarya dan workshop dilakukan dengan membagikan piring dan
mengenai pentingnya asbak ke seluruh rumah makan di Sawahlunto
revitalisasi kota kepada
jajaran aparat pemkot.
4. Melakukan studi banding tentang revitalisasi bagi pegawai pemkot khususnya
bidang perencanaan dan teknis ke kota-kota di Indonesia maupun di luar
negeri.
5. Berdasarkan inventaris yang telah dilakukan sejak tahun 2001 dan 2002,
maka pemerintah kota mulai melakukan peningkatan pedestrian kawasan
Pasar Remaja, jalan menuju Gudang Ransoem, kawasan SMP 1 dan Mesjid
Agung. Kemudian pembangunan kawasan bermain dan RTH di lapangan
Segitiga, kawasan Silo dan sizing plan. Pemkot pun mulai merenovasi
bangunan-bangunan bersejarah, seperti gudang ransum, stasiun kereta api
sekaligus mengembalikan lokomotif uap seri E.1060 menjadi kereta api wisata
Mak Itam dan lubang Mbah Soero; perbaikan fasade bangunan masyarakat di
kawasan Pasar Remaja dan kawasan Tanah Lapang serta membangun
tempat-tempat penunjang kegiatan wisata, seperti gedung info box, iptek
center, water boom dan kebun binatang.

Adapun program yang telah dilaksanakan oleh Kota Sawahlunto pada lima
tahun terakhir terkait penataan dan pelestarian pusaka lengkapnya sebagai
berikut:

a. Proyek revitalisasi dan konservasi TAHAP I – Tahun 2005


(Rp 3.400.000.000)

1. Rehabilitasi instalasi gawat


darurat RSUD

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


61
we serve the best to cities

2. Rehabilitasi Mess Antarsita

3. Rehabilitasi rumah jaksa

4. Rehabilitasi rumah dokter

5. Konservasi Stasiun Kereta Api menjadi Museum Kereta Api ke II di


Indonesia

6. Konservasi kawasan Gudang Ransum/Dapur Umum pekerja tambang


menjadi Museum Goedang Ransoem

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


62
we serve the best to cities

7. Revitalisasi Lapangan Segitiga

b. Proyek Revitalisasi dan Konservasi TAHAP II – Tahun 2006


(Rp 6.705.000.000)

1. Pemugaran fasade bangunan sepanjang koridor Jl. A. Yani (13 unit)

2. Penataan parkir, bangku taman dan tempat sampah di Jl. A. Yani


dan Yos Sudarso

3. Lanjutan penataan Lapangan Segitiga (penanaman pohon, track


refleksi, lampu taman, taman bermain, teater terbuka, kolam, street
furniture, atraksi wisata)

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


63
we serve the best to cities

4. Rehab Bank Mandiri menjadi Pusat Kebudayaan / Gedung


Pertemuan Masyarakat

5. Lanjutan pemugaran Gudang Ransum/dapur umum

6. Konservasi rumah Pek Sin Kek

7. Revitalisasi pedestrian sepanjang Jl. A. Yani, Jl. Yos Sudarso dan


pelataran plasa Gedung Pusat Kebudayaan

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


64
we serve the best to cities

8. Perencanaan site plan museum tambang


9. Studi perencanaan museum tambang
10. Revitalisasi pemandian air dingin Muaro Kalaban menjadi water
boom
11. Revitalisasi bekas tambang menjadi lapangan pacu kuda tingkat
nasional
12. Revitalisasi gudang es, galeri melaka dan ex heler gudang padi
(kompl. Gudang ransum)
13. Penataan ruang terbuka terminal dan pasar
14. Penataan Museum Kereta Api (parkir, vegetasi)

15. Penataan lapangan olahraga dan taman bermain


16. Pembangunan jalan lingkar utara dan selatan

c. Proyek Revitalisasi dan Konservasi – Tahun 2007


(Rp 7.323.236.500)

1. Pemugaran fasadebangunan sepanjang koridor Jl. A. Yani Kota


Sawahlunto (17 unit bangunan)
2. Pemugaran rumah ex karyawan tambang sebagai pilot project di
kawasan tangsi baru

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


65
we serve the best to cities

3. Vegetasi sepanjang jalan di tangsi


baru

4. Perencanaan dan pembangunan


Gedung Info Box

5. Pemugaran Loebang Mbah Soero

6. Perencanaan gudang padi menjadi


Gedung IPTEK Center

7. Perencanaan dan pembangunan


pelataran dan pagar ex gudang padi

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


66
we serve the best to cities

8. Pembangunan trotoar dan lampu jalan tangsi baru

9. Pelataran Museum Goedang Ransum


10. Pemasangan papan penunjuk arah Museum Goedang Ransum

11. Pembangunan Musholla Goedang


Ransum

d. Proyek Revitalisasi dan Konservasi – Tahun 2008


(Rp 8.212.976.250)

1. Pemugaran fasadebangunan sepanjang koridor Jl. A. Yani Kota


Sawahlunto (7 unit bangunan)
2. Revitalisasi gudang padi menjadi gedung Iptek Center
3. Pelataran parkir dan pagar iptek center

4. Perencanaan dan
pembangunan outdoor iptek
center

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


67
we serve the best to cities

5. Pengaspalan jalan tangsi baru

6. Pelataran mesjid agung

7. Pemugaran daam sepanjang


Jl. Proklamasi

8. Pedestrian jalan RSUD


9. Penanaman vegetasi di sepanjang jalan RSUD
10. Penataan vegetasi di terminal dan pasar

d. Proyek Revitalisasi dan Konservasi – Tahun 2009


(Rp 5.299.902.500)

1. Penataan Kawasan dan Lingkungan Tanah Lapang subsidi


pemerintah kepada masyarakat

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


68
we serve the best to cities

Tahap I

2. Konservasi Bangunan ex Paviliun Wanita menjadi Mess Pemda


(terdiri dari 2 buah bangunan yang sama disainnya).

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


69
we serve the best to cities

3. Rehabilitasi gedung ex Kelurahan Lembah segar menjadi Souvenir


Shop

e. Proyek Revitalisasi dan Konservasi – Tahun 2010


(Rp 5.246.826.500)

1. Lanjutan Penataan Kawasan dan Lingkungan Tanah Lapang berupa


pemberian subsidi kepada masyarakat

Tahap II

2. Konservasi Bangunan ex Rumah Kepala Pengadilan menjadi


Rumah Dinas Pemda

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


70
we serve the best to cities

3. Pekerjaan Penataan jalan pedestrian


pada kawasan dan Tanah Lapang

4. Penataan Pedestrian bagi pejalan kaki

f. Proyek Revitalisasi dan Konservasi – Tahun 2011


(Rp 6.581.573.000)

1. Lanjutan Penataan Kawasan dan Lingkungan Tanah Lapang berupa


pemberian subsidi kepada masyarakat

Tahap III

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


71
we serve the best to cities

2. Revitalisasi Fasade di Kawasan


Pasar Remaja (15 Unit)

3. Pekerjaan Penataan jalan


pedestrian pada kawasan
Kota Lama dan sepanjang
DAS Batang Sumpahan dan
DAS Batang Lunto

Setelah kegiatan-kegiatan tersebut terealisir, pemerintah kota pun terus melakukan


pengembangan-pengembangan program dengan tujuan membuat Sawahlunto
ramai kembali,seperti :

1. Pemerintah kota selalu mengagendakan setiap malam minggu digelar


pagelaran musik di lapangan Segitiga dan terminal pasar remaja. Selain itu,
mengaktifkan kembali suara sirine PT Bukit Asam setiap jam 07.00, 12.00
dan 16.00 yang menjadi salah satu ikon kota Sawahlunto.
2. Bekerjasama dengan Pemprov Sumatera Barat untuk menjadikan
Sawahlunto menjadi salah satu kota yang dilalui para atlet di event Tour
Singkarak. Dan kegiatan ini sudah lima kali diadakan bahkan pada tahun
kemarin, pembukaan dan start-nya dilakukan di Kota Sawahlunto.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


72
we serve the best to cities

3. Setiap pada tanggal ulang tahun kota, yakni tanggal 1 Desember,


pemerintah kota sudah berhasil menyelenggarakan empat kali pagelaran
Sawahlunto International Music Festival yang diikuti oleh perwakilan negara
dari lima benua.
4. Pemerintah kota pun memberikan penghargaan berupa uang sebesar Rp 5
juta/rumah untuk enam pemenang, selain uang bantuan sebesar Rp 10 juta
yang diberikan ke setiap rumah warga yang dapat mempertahankan keaslian
bangunannya.
5. Pemerintah kota pun memberikan gelas/piring yang bertuliskan Sawahlunto
heritage, dan foto-foto sejarah Kota Sawahlunto untuk ditampilkan di tempat-
tempat usaha mereka, seperti rumah makan, wisma/hotel, toko kelontong
atau apa saja.

Namun semua yang telah dilakukan oleh pemerintah kota, sepertinya belum banyak
ditangkap peluangnya oleh masyarakat. Hal ini terbukti dari masih banyak
masyarakat yang memilih tutup usahanya dan pulang kampung saat liburan,
padahal pada hari itulah para wisatawan berkunjung ke Sawahlunto.

Perbandingan Total Pendapatan 3 Obyek Wisata di Kota Sawahlunto


No Obyek Wisata 2010 2011
1 Museum Gudang Ransoem 14.800.000 22.930.000
2 Museum Kereta Api 4.099.000 5.278.000
3 Lobang Mbah Soero 21.600.000 29.952.000

Perbandingan Total Kunjungan Obyek Wisata di Kota Sawahlunto


No Obyek Wisata 2010 2011
1 Museum Gudang Ransoem 5.640 8.014
2 Museum Kereta Api 2.477 2.569
3 Lobang Mbah Soero 2.801 3.891
4 Hotel/wisma 4.742 7.875

Selain itu, dengan program tersebut, beberapa penghargaan telah diraih oleh Kota
Sawahlunto, seperti :
1. Pada tahun 2007 meraih Invesment Award;
2. Pada tahun 2008 meraih penghargaan Perdagangan, Pariwisata, dan
Investasi Daerah dari PT Asahan Aluminium;
3. Pada tahun 2011 meraih penghargaan Indonesia Tourism Award;
4. Pada tahun 2012 meraih anugerah kunjungan wisata sebagai kota paling
berinovasi dalam pengembangan pariwisata.

Keberlanjutan

Pemerintah Kota Sawahlunto telah berkomitmen untuk menjaga, memelihara dan


terus mengembangkan potensi kotanya, yakni melestarikan wisata kota lama. Salah
satu wujud komitmen tersebut adalah dengan diterbitkannya kebijakan-kebijakan
yang mendukung program tersebut, seperti :
1. SK Walikota Sawahlunto Nomor 84 Tahun 2007 tentang Penetapan Kawasan
Bersejarah, Bangunan, Gedung, Komplek Bangunan, Situs dan Fitur Sebagai
Benda Cagar Budaya

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


73
we serve the best to cities

2. Perda Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Benda Cagar Budaya


3. Perda Nomor 2 Tahun 2010 tentang Penataan Kawasan Kota Lama.

Regulasi pun didukung dengan implementasi di lapangan, dimana pemerintah kota


telah membuat alur ijin mendirikan bangunan (IMB) di Kota Sawahlunto dengan
mengharuskan kepada setiap masyarakat yang akan mengajukan IMB untuk
melampirkan persetujuan atau rekomendasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan,
khususnya Bidang Peninggalan Bersejarah.

Alur Rekomendasi dan Perizinan IMB

Dalam pengelolaan obyek-obyek wisata, untuk obyek-obyek wisata bersejarah


dikelola oleh Bidang Peninggalan Bersejarah, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
sedangkan untuk obyek-obyek wisata yang baru yang bertujuan untuk meramaikan
Kota Sawahlunto, seperti water boom, kebun binatang dikelola oleh BUMD.

Pelajaran yang Dapat Diambil

Pemkot Sawahlunto telah berhasil menemukan potensi daerahnya. Potensi yang


menjadi ciri khas dari sebuah daerah yang berhasil dikemas untuk dijadikan salah
satu daya tarik. Dan pemerintah kota terus mengembangkan potensi tersebut,
sehingga dari kota yang hampir mati dapat hidup kembali. Kota yang tadinya ramai
dengan fasilitas yang serba murah karena difasilitasi oleh PT BA UPO, namun sejak
PT BA UPO mengalami kebangkrutan sehingga tidak dapat memberikan fasilitas
lagi, maka banyak penduduk yang pergi meninggalkan Sawahlunto. Sekarang
perlahan tapi pasti, Sawahlunto kembali ramai.Hal itu hanya dapat dicapai dari
komitmen yang kuat dari kepala daerah, DPRD, para tokoh masyarakat, dan kerja
keras yang dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat Kota Sawahlunto.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


74
we serve the best to cities

Kemampuan untuk Ditransfer

Bagi kota-kota lain yang akan mencontoh keberhasilan Kota Sawahlunto, maka
terdapat beberapa prasyarat, seperti:
1. Komitmen yang sangat kuat dari kepala daerah.
2. Dukungan sumber daya manusia yang cukup.

Dari program tersebut, Pemerintah Kota Sawahlunto telah menjadi salah satu
percontohan kota yang berhasil mengelola kawasan kota lamanya menjadi daya
tarik. Oleh karenanya telah banyak kota-kota, baik dalam maupun luar negeri yang
berkunjung ke kota tersebut. Kota-kota itu diantaranya, Kota Surakarta, Kota
Semarang, Kota Bukittinggi dan lain sebagainya.

Kontak

1. Kurnia Febra, ST
Plt Kepala Bidang Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman
Kantor Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Pemkot Sawahlunto
Jl. Abdulrahman Hakim No. 1, Sawahlunto
Tel. 0754 61985

2. Rahmat Gino, ST
Kepala Seksi Peninggalan Bersejarah
Kantor Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Pemkot Sawahlunto
Jl. Abdulrahman Hakim No. 1, Sawahlunto
Tel. 0754 61985

3. Imam Yulianto
Manajer Humas dan Kerjasama APEKSI
Rasuna Office Park III Lantai 3 Unit WO. 06-09, Komplek Rasuna Epicentrum
Jl. Taman Rasuna Selatan, Jakarta Selatan 12960
Tel. 021 8370 4703 Fax. 021 8370 4733
Email: imam@apeksi.or.id

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


75
we serve the best to cities

DARI AMPAS TAHU TERBITLAH ENERGI BARU,


KOTA PEKALONGAN

Profil Kota

Kota Pekalongan terbagi atas 4 (empat) kecamatan yang terbagi lagi menjadi 47
kelurahan dengan luas keseluruhan mencapai 45,25 Km² atau sekitar 0,14% dari
luas wilayah Jawa Tengah.

o o o
Kota Pekalongan membentang antara 6 50’42” - 6 55’44” LS dan 109 37’55” -
109o42’19” BT. Batas wilayah administrasi Kota Pekalongan, yaitu:
 Utara : Laut Jawa
 Selatan: Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang
 Barat : Kabupaten Pekalongan
 Timur : Kabupaten Batang

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


76
we serve the best to cities

Jumlah Penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2009 adalah 276.158 jiwa, yang
terdiri dari 134.332 jiwa laki-laki (48,64%) dan 141.826 jiwa perempuan (51,36%).
Dengan jumlah rumah tangga sebanyak 82.473 KK dan setiap rumah tangga rata-
rata beranggotakan 3-4 jiwa, Kota Pekalongan memiliki penduduk dalam kategori
rumah tangga kecil. Rata-rata kepadatan penduduk adalah sebesar 6.484 jiwa per
km², yang termasuk tingkat kepadatan tinggi relatif terhadap Provinsi Jawa Tengah
secara keseluruhan (1.002 jiwa/km²).

Kota Pekalongan terletak di jalur Pantura yang menghubungkan Jakarta, Semarang,


dan Surabaya. Pekalongan berjarak 101 km sebelah barat Semarang dan 384 km
sebelah timur Jakarta. Kota ini mendapat julukan kota batik, karena batik
Pekalongan memiliki corak yang khas dan variatif. Kota Pekalongan memiliki
pelabuhan perikanan terbesar di Pulau Jawa.

Pelabuhan ini sering menjadi transit dan area pelelangan hasil tangkapan laut oleh
para nelayan dari berbagai daerah. Selain itu di Kota Pekalongan banyak terdapat
perusahaan pengolahan hasil laut, seperti ikan asin, terasi, sarden, dan kerupuk
ikan, baik perusahaan berskala besar maupun industri rumah tangga.

Situasi Sebelum Inisiatif

Bermula dari keinginan memperbaiki lingkungan yang kumuh di kampung penghasil


tahu, masyarakat berembuk untuk mengundang aparat pemerintah kota dalam
rangka konsultasi perbaikan kondisi lingkungan di pemukiman mereka. Saat itu
limbah tahu sebanyak 192 m3 langsung dibuang ke tanah, sehingga merusak
keindahan lingkungan, menimbulkan bau tak sedap, dan menyebabkan tanah
menjadi tidak subur. Berdasarkan hasil pertemuan dilakukan pemetaan
permasalahan yang terjadi di daerah-daerah penghasil tahu yang ada di
Pekalongan. Melalui pemetaan tersebut dihasilkan kesimpulan bahwa penyebab
kekumuhan di kampung-kampung penghasil tahu di Kota Pekalongan adalah tidak
terkelolanya limbah tahu yang dihasilkan. Di 70 unit usaha tahu di Kelurahan
Duwet dengan kapasitas produksi mencapai 1.980 kilogram/hari pada waktu
asesmen dilakukan, para pengrajin membuang sisa limbah tahu langsung ke Sungai
Baros.

Tempat pengolahan limbah yang dimanfaatkan sebagai taman

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


77
we serve the best to cities

Jika hal ini dibiarkan maka


pemerintah dan masyarakat
tidak bisa mewujudkan visi
Kota Pekalongan, yakni
mewujudkan kota jasa yang
berwawasan lingkungan.
Bidang lingkungan hidup
merupakan salah satu titik
berat pembangunan yang
dilaksanakan di Kota
Pekalongan, mengingat faktor
lingkungan mempunyai daya
dukung dan daya tampung Reaktor Kubah/Dome Aerob
yang terbatas. Jika tidak
dilakukan upaya untuk
mencegah maupun mengurangi kerusakan akibat pertumbuhan penduduk,
kebiasaan penduduk yang kurang baik dan proses pembangunan yang cepat akan
mengabaikan kelestarian alam.

Limbah tahu yang ditengarai merupakan salah satu kontributor gas rumah kaca
berusaha dikurangi dampaknya dengan memanfaatkannya sebagai sumber energi
bagi masyarakat di daerah penghasil tahu.

Inisiatif

Sebenarnya masyarakat di sentra-sentra penghasil tahu secara bertahun-tahun


telah memanfaatkan ampas tahu sebagai campuran pakan ternak, sementara
limbah cairnya langsung dibuang ke lingkungan. Limbah tahu yang dibuang ke
lingkungan merupakan limbah organik yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme
secara alamiah sehingga mudah membusuk, dan akibatnya menghasilkan bau tidak
sedap. Mengingat limbah cair tahu dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi biogas,
Pemerintah Kota Pekalongan mengajukan usulan kegiatan dimaksud dan bekerja
sama dengan penyedia jasa yang kompeten dan berpengalaman dalam
pembangunan sarana dan prasarana biogas agar hasilnya dapat maksimal dan
berguna bagi masyarakat sekitar. Program ini dimulai pada tahun 2010 dengan
pembangunan sarana dan prasarana biogas industri tahu. Tujuan dari pengolahan
limbah ini adalah untuk menjaga lingkungan agar terpelihara dengan menjaga kadar
air limbah serta memanfaatkan biogas yang dihasilkan dari limbah tahu menjadi
alternatif energi untuk masyarakat sekitarnya. Pengelolaan limbah ini juga
merupakan amanat dari PP No. 82 Tahun 2001 mengenai Pengelolaan kualitas air
dan pengendalian kualitas air.

Strategi yang Dijalankan

Pekalongan memiliki industri kecil penghasil tahu yang tersebar di beberapa


kelurahan di wilayah Kota Pekalongan, yaitu Kelurahan Duwet, Kertoharjo, Kuripan
Kidul, Banyurip Ageng, dan Banyurip Alit. Setiap industri kecil membawa dampak
pencemaran air namun sekaligus memiliki potensi untuk pengembangan energi
alternatif. Untuk itu KLH Kota Pekalongan berkonsultasi dengan beberapa
universitas untuk mencoba mengubah dampak pencemaran itu menjadi manfaat

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


78
we serve the best to cities

yang positif. Reaktor pertama pengolah limbah tahu yang dibangun di kota hanya
berfungsi selama setahun setelah pembangunan sehingga limbah tahu kembali
mencemari sungai. Akhirnya setelah berkonsultasi ditemukan bahwa terjadi
kesalahan dalam pembangunan reaktor pertama. Oleh karena itu, setelah
berkonsultasi dengan beberapa universitas, ditemukan solusi bentuk dome yang
lebih sederhana dan tertutup untuk pembangunan reaktor selanjutnya. Jadi,
pembangunan reaktor selanjutnya menggunakan bentuk reaktor dome aerob.

Adapun total jumlah industri kurang lebih 13 unit dengan penyebaran sebagai
berikut:

Potensi Terbangun Belum Terbangun


No Kelurahan
(Unit) (Unit) (Unit)
1 Duwet 5 3 2
2 Kertoharjo 2 - 2
3 Kuripan Kidul 2 - 2
4 Banyurip Ageng 2 1 1
5 Banyurip Alit 2 - 2
Jumlah 13 4 9

Pengolahan limbah ampas tahu dari industri yang ada di atas merupakan bagian
dari upaya penataan lingkungan yang kumuh akibat aktivitas industri tahu,
pemanfaatan limbah menjadi biogas yang akan dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar, dan pada akhirnya dapat meningkatkan tingkat perekonomian
masyarakat.

Tahapan strategi pelaksanaan adalah sebagai berikut:


 Survei ke sentra industri tahu yang layak secara teknis
 Pembuatan dokumen perencanaan, yang dalam prosesnya pemerintah
mendengarkan pendapat masyarakat serta berkonsultasi pada para
akademisi
 Proses pengadaan
 Pembangunan instalasi dan fasilitas, dengan desain dan pembangunannya
dilakukan oleh pihak swasta
 Sosialisasi mengenai proses perawatan instalasi dan sosialisasi mengenai
proses pengolahan limbah tahu tersebut kepada masyarakat

Pemerintah Kota Pekalongan telah membangun 4 (empat) unit instalasi biogas


dengan deskripsi sebagai berikut:

Kapasitas Jumlah Pemanfaat


No Lokasi IPAL BIOGAS Pendana
(m 3) (Industri)
1 Bapak Musa (Kelurahan 30 8 APBD Prov. Jateng
Banyurip Ageng)

2 Bapak Faizin (Kelurahan 50 8 DAK – LH dan APBD 2010


Duwet)

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


79
we serve the best to cities

3 Bapak Mudzakir (Kelurahan 150 15 DAK – LH dan APBD 2011


Duwet)

4 Bapak Imron (Kelurahan 150 17 Dana Hibah AUSAID dan


Duwet) APBD 2011

Untuk mewujudkan ide tersebut Kantor Lingkungan Hidup Kota Pekalongan


mencoba mengajukan pendanaan melalui penggunaan Dana Alokasi Khusus
bidang Lingkungan Hidup, mengakses dana hibah dari AUSAID, dan
mempergunakan APBD Kota Pekalongan.

Selain itu, pemerintah kota juga menggandeng lembaga pemerintahan lain untuk
membangun jaringan dan reaktor pengolahan limbah tahu. Sebagai contoh, untuk
membangun sebuah instalasi pengolahan limbah tahu beserta jaringannya di
Kelurahan Duwet, Kecamatan Pekalongan Selatan, dana pembangunan IPAL
diperoleh dari DAK sebesar 99 juta rupiah dan Dana Hibah sebesar 150 juta rupiah.
Adapun pengadaan lahan tempat instalasi diperoleh melalui sumbangan dari warga
setempat.

Anggaran
No Tahun Lokasi DAK Pedamping Total
AUSAID

1 2010 Kelurahan Duwet 45.454.545 0 5.372.682 50.827.227

2 2011 Kelurahan Duwet 150.000.000 21.665.000 171.665.000

3 2011 Kelurahan Duwet 90.000.000 12.677.500 102.677.500

4 2013 Kelurahan Duwet 75.000.000 3.270.000 78.270.000

Proses pengolahan dan pemanfaatan gas metan sari ampas tahu menjadi
Biogas

Proses pembuatan tahu banyak menggunakan air sehingga limbah cair lebih banyak
dibandingkan limbah padat tahu. Limbah cair dari industri tahu banyak mengandung
bahan organik yang baik untuk perkembangan zat yang dapat dimanfaatkan untuk
menciptakan energi alternatif yang dapat dimanfaatkan masyarakat.
Pada industri tahu, sebagian besar limbah cair yang dihasilkan berasal dari lokasi
pemasakan kedelai, pencucian kedelai, peralatan proses, dan lantai. Karakter
limbah cair yang dihasilkan berupa bahan organik padatan tersuspensi (kulit, selaput
lendir, dan bahan organik lain). Kunci untuk mengurangi pencemaran adalah
mencegah bahan-bahan yang masih bermanfaat terbawa limbah cair. Larutan bekas
pemasakan dan perendaman dapat didaur ulang kembali dan digunakan sebagai air
pencucian awal kedelai. Perlakuan hati-hati juga dilakukan pada gumpalan tahu
yang terbentuk; ini harus dilakukan seefisien mungkin untuk mencegah protein yang
terbawa dalam air dadih.

Limbah cair industri tahu sendiri sebenarnya sebagian dimanfaatkan kembali untuk
membuat nata de coco sedangkan sisanya dibuang. Sisa yang dibuang ini yang
kemudian mencemari air dan tanah karena mengandung metana. Perombakan
(degradasi) limbah cair organik akan menghasilkan gas metana, karbondioksida,
dan gas-gas lain serta air. Perombakan tersebut dapat berlangsung secara aerobik

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


80
we serve the best to cities

maupun anaerobik. Pada proses aerobik limbah cair kontak dengan udara,
sebaliknya pada kondisi anaerobik limbah cair tidak kontak dengan udara luar.

Air bersih setelah pengelolaan limbah Air limbah layak buang

Air limbah yang dibuang dari para pengrajin kemudian ditampung pada bak pengurai
yang kedap udara anaerob. Dari bak tersebut air dialirkan beberapa kali ke bak
pengolahan lanjutan yang kemudian memisahkan air dan gas. Gas yang terkumpul
dialirkan ke rumah penduduk melalui pipa-pipa gas. Di tiap rumah penduduk
dilengkapi dengan pengukur tekanan gas. Jika tekanan gas di alat pengukur
tersebut mencapai 7 bar penduduk dapat memanfaatkan gas dari reaktor.

Biasanya biogas dibuat dari limbah peternakan yaitu kotoran hewan ternak maupun
sisa makanan ternak, namun pada prinsipnya biogas dapat juga dibuat dari limbah
cair. Biogas sebenarnya adalah gas metana (CH4). Gas metana bersifat tidak
berbau, tidak berwarna, dan sangat mudah terbakar. Pada umumnya metana di
alam tidak berbentuk sebagai gas murni namun dalam campuran dengan gas lain
yaitu 65% metana, 30% karbondioksida, 1% hidrogen disulfida, dan gas-gas lain
dalam jumlah yang sangat kecil. Biogas sebanyak 1000 ft3 (28,32 m3) mempunyai
nilai pembakaran yang sama dengan 6,4 galon butana (1 US gallon=3,785 liter) atau
5,2 galon gasolin (bensin) atau 4,6 gallon minyak diesel. Untuk memasak pada
rumah tangga dengan 4-5 anggota keluarga cukup digunakan 150 ft3 metana per
hari.

Proses Proses Pengolahan Ampas Tahu

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


81
we serve the best to cities

Proses dekomposisi limbah cair menjadi biogas memerlukan waktu sekitar 8 sampai
10 hari. Proses dekomposisi melibatkan beberapa mikroorganisme baik bakteri
maupun jamur, antara lain:
a. Bakteri selulolitik
Bakteri selulolitik bertugas mencerna selulosa menjadi gula. Produk akhir yang
dihasilkan akan mengalami perbedaan tergantung dari proses yang digunakan.
Pada proses aerob dekomposisi limbah cair akan menghasilkan karbondioksida,
air dan panas, sedangkan pada proses anaerobik produk akhirnya berupa
karbondioksida, etanol, dan panas.
b. Bakteri pembentuk asam
Bakteri pembentuk asam bertugas membentuk asam-asam organik seperti
asam-asam butirat, propionat, laktat, asetat dan alkohol dari substansi-substansi
polimer kompleks seperti protein, lemak dan karbohidrat. Proses ini memerlukan
suasana yang anaerob. Tahap perombakan ini adalah tahap pertama dalam
pembentukan biogas atau sering disebut tahap asidogenik.
c. Bakteri pembentuk metana
Golongan bakteri ini aktif merombak asetat menjadi gas metana dan
karbondioksida. Tahap ini disebut metanogenik yang membutuhkan suasana
yang anaerob, di mana
pH tidak boleh terlalu
asam karena dapat
mematikan bakteri
metanogenik.

Sampai saat ini gas dapat


dimanfaatkan secara cuma-
cuma oleh masyarakat yang
berada di sekitar industri tahu.
Sebagian digunakan untuk
memasak dalam proses
pembuatan tahu bagi pelaku
produksi tahu, sedangkan
bagi warga bukan pengolah Hasil biogas tahu dimanfaatkan sebagai
bahan bakar alternatif bagi warga
tahu, gas dimanfaatkan untuk
kebutuhan rumah tangganya.

Hasil yang Dicapai

Pengelolaan limbah tahun ini memberikan hasil antara lain:


1. Berkurangnya tingkat pencemaran lingkungan akibat limbah tahu bagi
masyarakat sekitar, yang dapat dilihat dari tabel di bawah.
2. Dihasilkannya biogas dari sumur IPAL sebagai bahan bakar alternatif untuk
keperluan memasak.
3. Penataan lingkungan sekitar IKM menjadikan tidak lagi kumuh sehingga
meningkatkan tingkat kesehatan dan kenyamanan bagi masyarakat sekitar.
4. Dihasilkannya 28,32 - 30 m 3 gas setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan
memasak bagi 18 - 24 rumah warga sekitar.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


82
we serve the best to cities

5. Penghematan sebesar rata-rata Rp 60.000/bulan untuk pengeluaran


memasak bagi rumah tangga yang dialiri biogas dari ampas tahu, sehingga
membantu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
6. Proses ini mampu mengurangi penggunaan kayu bakar, minyak tanah,
maupun LPG sehingga dapat mengurangi emisi GRK yang dihasilkan.
7. Saat ini telah terbangun IPAL biogas industri tahu sejumlah 4 (empat) unit
yang sudah dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat sekitar.
8. Dengan inovasi bidang pemanfaatan limbah menjadi energi yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat otomatis dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pemerintah daerah mengingat terjadi penghematan terhadap
konsumsi bahan bakar untuk kebutuhan energinya, sekaligus menyumbang
upaya mengurangi emisi GRK Kota Pekalongan.
9. Berkat proses yang dikembangkan, Pemerintah Kota Pekalongan dapat
menjaring pendanaan dari pusat atau yang dimasukkan dalam kegiatan
untuk memperbaiki sanitasi perkotaan (setiap tahun pembiayaan untuk
pembangunan instalasi biogas melalui DAK-LH dan tahun 2011
mendapatkan bantuan dana hibah AUSAID).

Hasil Uji Sampel Awal Tahun 2013


Industri Tahu Industri Tempe Hasil Analisa
Beban Beban
No Parameter Kadar Kadar Satuan
Pencemaran Pencemaran
Maksimal Maksimal Inlet Outlet
Maksimal Maksimal
(mg/L) (mg/L)
(kg/ton) (kg/ton)
1 Temperatur 38º C - 38º C - 29.3 29.1 °C

2 BOD5 150 3 150 1.5 3.03 3.17 mg/L

3 COD 275 5.5 275 2.75 977.08 289.71 mg/L

4 TSS 100 2 100 1 174 128 mg/L

5 pH 6,0 - 9,0 6,0 - 9,0 6,0 - 9,0 6,0 - 9,0 5.65 6.70
20 m³/ton 20 m³/ton 10 m³/ton 10 m³/ton
6 Debit Maksimum - - m³/ton
kedelai kedelai kedelai kedelai
*METODE UJI MENGACU PADA: SNI untuk pengujian kualitas air dan air limbah

Hasil Uji 31 Oktober 2013


Industri Tahu Industri Tempe Hasil Analisa
Beban Beban
No Parameter Kadar Kadar Satuan
Pencemaran Pencemaran
Maksimal Maksimal Inlet Outlet
Maksimal Maksimal
(mg/L) (mg/L)
(kg/ton) (kg/ton)
1 Temperatur 38º C - 38º C - 29.5 28.7 °C

2 BOD5 150 3 150 1.5 685 48 mg/L

3 COD 275 5.5 275 2.75 747.92 205.25 mg/L

4 TSS 100 2 100 1 256 180 mg/L

5 pH 6,0 - 9,0 6,0 - 9,0 6,0 - 9,0 6,0 - 9,0 3.39 7.55
20 m³/ton 20 m³/ton 10 m³/ton 10 m³/ton
6 Debit Maksimum - - m³/ton
kedelai kedelai kedelai kedelai
*METODE UJI MENGACU PADA: SNI untuk pengujian kualitas air dan air limbah

Keberlanjutan

Untuk periode kepemimpinan pasangan Walikota dan Wakil Walikota Pekalongan


tahun 2010-2015, pembangunan aspek lingkungan menjadi prioritas utama karena
tertuang dalam visi dan misinya yang tertuang pada RPJP No. 15 Tahun 2009.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


83
we serve the best to cities

Penurunan kualitas lingkungan di Kota Pekalongan akan menjadi isu strategis


dimana nampak secara nyata pada kondisi sungai yang tercemar baik oleh sampah,
limbah domestik maupun limbah industri. Siapa pun pucuk pimpinan yang berkuasa
di Kota Pekalongan akan berusaha dengan keras untuk mengembalikan kondisi
sungai menjadi bersih dan bebas limbah dan menciptakan lingkungan yang asri dan
sehat.

Instansi pengelola lingkungan hidup juga akan terus berusaha untuk mencegah
penurunan kualitas lingkungan dari beberapa aspek. Berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup tentang Petunjuk Teknis Pemanfaatan Dana Alokasi
Khusus (DAK) Bidang Lingkungan Hidup selama beberapa tahun, kegiatan
pembangunan sarana prasarana biogas, baik dari limbah ampas tahu maupun
limbah kotoran ternak termasuk dalam prioritas kegiatan yang dapat didanai dari
DAK-LH. Dengan adanya potensi yang belum dibuatkan instalasi biogas pada
beberapa sentra, pendanaannya dapat diajukan melalui DAK-LH untuk beberapa
tahun ke depan.

Terkait rencana pengembangan berdasarkan potensi sentra IKM tahu yang belum
terolah, beberapa tahun ke depan Pemerintah Kota Pekalongan masih dapat
melaksanakan kegiatan sejenis. Selain pengolahan limbah tahu menjadi biogas, ada
potensi biogas dari kotoran ternak serta pengembangan biogas dari program
sanitasi berbasis masyarakat.

Untuk memelihara komitmen dari masyarakat untuk IPAL dan pengolahan limbah
tahu, pemilik tanah yang tanahnya dijadikan tempat instalasi pengelolaan limbah
dibuatkan surat perjanjian peminjaman tanah antara Kepala BLH dan pemilik tanah
atau bahwa pemilik tanah memberikan tanahnya sebagai hibah.

Masih adanya potensi pada sentra industri tahu yang belum terbangun instalasi
pengolahan limbahnya menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kota Pekalongan
untuk dapat merealisasikannya. Pemerintah Kota Pekalongan akan mengusahakan
setiap sentra IKM tahu dapat diolah limbahnya menjadi biogas agar dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dan tetap mengawal dan memelihara
keberlangsungan proses di setiap instalasi agar dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.

Pelajaran yang Dapat Diambil

Berdasarkan potensi yang belum digarap, masih ada peluang pemanfaatan limbah
tahu menjadi biogas dengan pembangunan instalasinya menggunakan pendanaan
dari berbagai sumber. Penanganan yang serius akan mendatangkan manfaat dalam
penataan lingkungan sekitar industri dari kekumuhan, pemanfaatan energi yang
dihasilkan, serta penurunan emisi gas rumah kaca.

Program pembangunan instalasi biogas dianggap cukup inovatif karena


menggunakan teknologi tepat guna untuk mengolah limbah menjadi produk yang
bermanfaat bagi masyarakat. Pengelolaan limbah tahu menjadi biogas ini dianggap
kreatif, strategis, dan memiliki sesuatu yang baru atau merupakan hasil
pengembangan, sesuatu yang unik/berbeda dengan praktik yang mungkin sama
dilakukan kota lain sehingga mencirikan kekhasan lokal.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


84
we serve the best to cities

Kendati bukan sesuatu yang baru, yang perlu ditekankan di sini adalah pengolahan
limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan sekaligus membawa keuntungan bagi
masyarakat, pelaku bisnis, perekonomian, dan teknologi.

Kemampuan untuk Ditransfer

Setiap kota memiliki sentra industri tahu karena makanan tersebut merupakan
makanan populer sehari-hari masyarakat Indonesia. Umumnya tahu dihasilkan oleh
industri kecil dan menengah yang seringkali kesulitan mengelola limbah cair yang
dihasilkannya. Oleh karena itu perlu upaya dari masyarakat, pemerintah daerah,
akademisi dan pihak swasta untuk bekerja sama membangun fasilitas pengelolaan
limbah tersebut. Program pengembangan destinasi pariwisata seperti yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekalongan sangat mungkin untuk dilakukan oleh
kota-kota lainnya. Dari upaya pengembangan pariwisata melalui Kampung Wisata
Batik, sudah banyak daerah yang melakukan kunjungan untuk belajar langsung, di
antaranya dari Banjar, Bumiayu, Blitar, Tegal, dan Provinsi Kepulauan Riau.

Kontak

1. Ir. Slamet Budiyanto


Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kota Pekalongan
Jl.Singosari No. 2, Pekalongan
Tel. 0285 422581 Fax. 0285 424061
Email: klhkotapekalongan@gmail.com
Website: www.pekalongankota.go.id

2. H. Imron Rosadi
Pengelola Biogas Tahu Duwet
Kelurahan Duwet, Pekalongan Selatan
HP: 085701286499

3. Dian Anggreini
Manager Pembangunan Perkotaan APEKSI
Rasuna Office Park III Lantai 3 Unit WO. 06-09, Komplek Rasuna Epicentrum
Jl. Taman Rasuna Selatan, Jakarta Selatan 12960
Tel. 021 8370 4703 Fax. 021 8370 4733
E-mail: diananggreini@apeksi.or.id

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


85
we serve the best to cities

PEMANFAATAN LIMBAH MINYAK JELANTAH MENJADI BIODIESEL


DI KOTA BOGOR

Profil Kota

Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106o48’ BT dan 6o26’ LS. Luas
wilayah Kota Bogor adalah 11.850 Ha, yang secara administratif terbagi ke dalam 6
wilayah kecamatan, dengan 31 kelurahan dan 37 desa, 210 dusun, 623 RW dan
2.712 RT.

Lima dari 37 desa di Kota Bogor, yakni Desa Pamoyanan, Genteng,


Balungbangjaya, Mekarwangi, dan Sindangrasa, merupakan desa tertinggal.

Wilayah Kota Bogor dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Bogor, dan berbatasan
dengan kecamatan-kecamatan sebagai berikut di kabupaten tetangganya tersebut:

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


86
we serve the best to cities

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan


Kecamatan Sukaraja.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi.
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Darmaga dan Kecamatan
Ciomas.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan
Caringin.

Jumlah penduduk Kota Bogor menurut data tahun 2006 adalah 750.250 jiwa,
dengan penduduk laki-laki sebanyak 379.446 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 370.804 jiwa. Kota Bogor memiliki potensi yang strategis bagi
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, dan merupakan pusat kegiatan
nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata.

Situasi Sebelum Inisiatif

Krisis minyak bumi di dunia memang tidak mungkin terhindarkan, karena suatu saat
bahan bakar fosil itu tidak akan dapat diproduksi lagi. Salah satu alternatif yang
masing memungkinkan untuk dikembangkan adalah biodiesel, yakni bahan bakar
alternatif untuk mesin diesel yang dibuat dari minyak tumbuh-tumbuhan atau lemak
binatang. Pengembangan biodiesel di Indonesia dan dunia menjadi sangat penting
seiring dengan semakin menurunnya cadangan bahan bakar diesel berbasis minyak
bumi, isu pemanasan global, serta isu tentang polusi lingkungan. Pengembangan
biodiesel di dunia sudah dilakukan sejak tahun 1980-an sehingga pada saat ini di
beberapa bagian dunia telah dilakukan komersialisasi bahan bakar ramah
lingkungan ini.

Bahan baku (feed stock) biodiesel terus mengalami pengembangan melalui


berbagai eksperimen di seluruh dunia. Dari awalnya berbasis tumbuhan kanola
(rapeseed), biodiesel kemudian dikembangkan pembuatannya dari kelapa sawit,
pohon jarak, sampai minyak jelantah. Pengembangan biodiesel secara umum bisa
dikatakan cukup sederhana, tidak memerlukan unit-unit operasi dengan tingkat
kerumitan maupun resiko yang tinggi. Pabrik-pabrik biodiesel dapat diadakan dalam
skala kecil, sehingga bisnisnya bisa dilakukan pada skala-skala koperasi dan
keuntungannya bisa langsung dinikmati oleh lingkungannya.

Biodiesel yang dibuat dari reaksi kimia antara alkohol dan minyak nabati,
menggunakan process transesterification, bisa digunakan dengan mudah. Bahan
bakar ini dapat bercampur dengan minyak solar dengan segala komposisi,
mempunyai sifat-sifat fisik yang mirip dengan solar biasa, dan karenanya dapat
diaplikasikan langsung untuk mesin-mesin diesel yang ada hampir tanpa modifikasi.
Bahan bakar ini juga dapat terdegradasi dengan mudah (biodegradable), 10 kali
tidak beracun dibanding minyak solar biasa, memiliki angka setana yang lebih baik
dari minyak solar biasa, asap buangannya tidak hitam, tidak mengandung sulfur
serta senyawa aromatic sehingga emisi pembakaran yang dihasilkan ramah
lingkungan serta tidak menambah akumulasi gas karbondioksida di atmosfer.
Dengan demikian, penggunaan biodiesel berdampak mengurangi efek pemanasan
global karena memiliki emisi CO2 yang rendah.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


87
we serve the best to cities

Salah satu bahan yang dapat diolah menjadi biodiesel seperti disebut di muka
adalah limbah minyak jelantah. Minyak jelantah (waste cooking oil) adalah sisa dari
minyak goreng (CPO) yang telah dipakai lebih dari 3 kali. Masyarakat Indonesia
pada umumnya, termasuk di Kota Bogor, sangat menyukai masakan yang digoreng,
baik untuk lauk seperti ayam goreng dan ikan goreng, maupun untuk makanan kecil
seperti pisang dan singkong goreng. Dengan demikian, minyak jelantah adalah hal
yang jamak ditemui, dan masyarakat terbiasa menggunakannya untuk menggoreng
secara berulang-ulang.

Sementara, diketahui bahwa penggunaan minyak goreng lebih dari 3 kali akan
menyebabkan kerusakan minyak goreng secara kimia. Minyak Goreng yang
digunakan untuk menggoreng dengan suhu minyak mencapai 200-3000°C akan
mengalami kerusakan ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuhnya, sehingga
tinggal asam lemak jenuh saja. Minyak goreng yang dipanaskan hingga 3000°C
kemudian teroksidasi, dan dapat memacu pertumbuhan sel kanker pada hati dan
merusak fungsi hati. Penggunaan minyak goreng lebih dari 3 kali juga
mengakibatkan tercampurnya
minyak dengan air yang berasal
dari bahan makanan yang
digoreng. Fungsi nutrisi dari
minyak goreng menurun, dan
bahkan bisa berpengaruh
negatif terhadap tubuh, yaitu
meningkatnya kolesterol darah.
Kondisi inilah yang
menyebabkan minyak jelantah
memiliki sifat karsinogenik.
Karena itu, dampak negatif dari
penggunaan minyak jelantah
secara berlebihan ini benar-
Minyak jelantah pedagang gorengan
benar perlu disosialisasikan
yang berwarna gelap pekat
kepada masyarakat.

Dengan latar belakang perlunya kampanye kesehatan pengurangan penggunaan


minyak jelantah, dilakukannya program yang berkontribusi pada perbaikan
lingkungan, dan fakta bahwa pengolahan limbah minyak jelantah menjadi biodiesel
dapat dilakukan dengan proses yang sangat sederhana, bahkan dalam skala rumah
tangga, maka Pemerintah Kota Bogor meluncurkan inisiatif pemanfaatan limbah
minyak jelantah menjadi biodiesel.

Inisiatif

Sejak Tahun 2007 Kota Bogor sudah menjadi anggota dari International Council for
Local Environment (ICLEI), yaitu asosiasi dari kurang lebih 600 kota sedunia yang
berkomitmen untuk melestarikan lingkungan hidup dengan mengendalikan
pemanasan global, melalui Program Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, yang salah
satunya berasal dari emisi kendaraan bermotor. Bertitik tolak dari hal tersebut, sejak
tahun 2007 pula Pemerintah Kota Bogor melaksanakan kegiatan pengolahan limbah
minyak jelantah menjadi bahan bakar (biodiesel), dimana biodiesel yang dihasilkan
dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar alat transportasi ramah lingkungan

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


88
we serve the best to cities

(bus Trans Pakuan). Dinas yang pertama kali mengusulkan inisiatif tersebut adalah
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor.

Perkembangan wilayah yang sedemikian pesat menuntut upaya perencanaan,


pemanfaatan dan pengendalian pembangunan dari segala sektor yang ada secara
sinergis, berkesinambungan dan pro lingkungan. Pemanfaatan limbah minyak
jelantah untuk diolah menjadi biodiesel bahan bakar ramah lingkungan merupakan
langkah nyata program implementasi untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, mengendalikan tingkat pencemaran lingkungan akibat limbah minyak
jelantah, dan mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh emisi gas buang
kendaraan di Kota Bogor.

Strategi yang Dijalankan

Langkah awal yang dilakukan untuk pengembangan kegiatan pemanfaatan


minyak jelantah menjadi biodiesel adalah:
 Melakukan inventarisasi potensi minyak jelantah di Kota Bogor.
 Melakukan sosialisasi kepada aparat, masyarakat secara umum, dan
pengusaha kuliner di Kota Bogor tentang bahaya minyak jelantah dan polusi
udara di Kota Bogor. Materi sosialisasi adalah bahaya mengkonsumsi minyak
jelantah dan upaya mengendalikan polusi udara yang disebabkan oleh emisi
gas buang karbondioksida dan pencemaran lingkungan (air dan tanah).
Sosialisasi juga disampaikan melalui media informasi dan edukasi di sekolah-
sekolah, leaflet, stiker, dan poster.
 Membuat pilot project pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel dan
memanfaatkan biodiesel yang dihasilkan sebagai campuran bahan bakar Bus
Trans Pakuan.

Langkah ini dilakukan sejak tahun 2007 hingga sekarang dan melibatkan Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor, Bagian Perekonomian Sekretariat
Daerah Kota Bogor, sekolah-sekolah di Kota Bogor, mayarakat umum,
pengusaha kuliner, kerja sama dengan Chevron Geothermal Salak Ltd, PT
Carrefour Indonesia, PT Fast Food Indonesia, koperasi pasar, dan PKK Kota
Bogor.

Program ini mempunyai tujuan secara umum yaitu:


Memberikan pemahaman kepada masyarakat akan bahaya mengkonsumsi
minyak jelantah, sehingga diharapkan derajat kesehatan masyarakat meningkat.

Secara khusus bertujuan untuk:


Menurunkan tingkat pencemaran air dan tanah akibat pembuangan minyak
jelantah dan mengurangi polusi udara dengan menggunakan bahan bakar
biodiesel yang berasal dari limbah minyak jelantah.

Langkah-langkah yang dijalankan adalah sebagai berikut:


 Menyusun program dan capaian program
 Menyediakan anggaran
 Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dan kerja sama dengan
stakeholders untuk mendukung program pemanfaatan minyak jelantah
menjadi biodiesel

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


89
we serve the best to cities

Kebijakan yang dikeluarkan termasuk aturan di daerah yang dikeluarkan untuk


memayungi inovasi tersebut adalah:
1. Perda Kota Bogor No. 4 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Surat Keputusan Walikota Bogor No. 900.45-462 Tahun 2012 tentang Standar
Biaya Minyak Jelantah pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota
Bogor Tahun Anggaran 2013.

Untuk dapat mengembangkan pelaksanaan program ini dibutuhkan keahlian


manajerial, teknik lingkungan, hubungan masyarakat, dan teknis pengolahan
minyak jelantah menjadi biodiesel.

Tahapan pelaksanaan:
Langkah-langkah pelaksanaan Program:
1. Persiapan awal.
2. Penentuan sasaran (sumber potensi minyak jelantah).
3. Menetapkan strategi pencapaian program.
4. Sosialisasi program kepada seluruh pemangku kepentingan di Kota Bogor.
5. Pelaksanaan program pengumpulan minyak jelantah menjadi biodiesel.
6. Monitoring dan evaluasi.

Mekanisme pelaksanaan kegiatan pemanfaatan minyak jelantah menjadi


biodiesel yaitu:
1. Pengumpulan minyak jelantah dari berbagai sumber (masyarakat, sekolah,
pengusaha kuliner, koperasi pasar).
2. Pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel oleh PT Mekanika Elektrika
Egra (PT MEE).
3. Pemanfaatan biodiesel sebagai bahan bakar Bus Trans Pakuan oleh PD Jasa
Transportasi Kota Bogor.

Pada tahun 2007 dan 2008 dilakukan sosialisasi kepada masyarakat dan
inventarisasi potensi sumber minyak jelantah di Kota Bogor. Pengumpulannya
direalisasikan sejak tahun 2009.

Pengambilan Jelantah di Pengambilan Jelantah di


SMPN 5 Bogor Carrefour

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


90
we serve the best to cities

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup membangun sejumlah kemitraan dalam


pengumpulan minyak jelantah. Kerjasama ini melibatkan pihak-pihak sebagai
berikut:
No Pihak yang bekerja sama Keuntungan
1 Chevron Geothermal Salak Meningkatkan proper perusahaan
2 PT Carrefour Indonesia Meningkatkan proper perusahaan
3 PT Fast Food Indonesia Meningkatkan proper perusahaan
4 Perkumpulan Gereja Mendukung program lingkungan di gereja
5 Koperasi Pasar di Kota Bogor Mendukung program lingkungan pemerintah
6 Sekolah-sekolah di Kota Bogor Mendukung program sekolah adiwiyata

Pengumpulan minyak jelantah


Anggaran kegiatan Pengumpulan Minyak sebelum tahun 2009 dilakukan
Jelantah ini bersumber dari APBD
oleh Bagian Perekonomian
Kota Bogor dan Indikasi peningkatan
jumlah tiap tahun Sekretariat Daerah Kota Bogor
Anggaran APBD Kota dan dikumpulkan di Kantor
Tahun Balaikota Bogor. Sejak tahun
Bogor
2008 75.000.000 2009 hingga sekarang
2009 75.000.000 pengumpulan minyak jelantah
2010 75.000.000 dilakukan oleh Badan
2011 150.000.000 Pengelolaan Lingkungan Hidup
2012 175.000.000 (BPLH). Proses pengumpulan
2013 500.000.000 minyak jelantah dilakukan baik di
Jumlah 1.100.000.000 Kantor BPLH oleh masyarakat
langsung atau pengambilan oleh
aparat BPLH dari beberapa titik.

Secara rutin dilakukan pengumpulan minyak jelantah setiap bulan di kelurahan,


kecamatan, dan sekolah se-Kota Bogor. BPLH menyediakan anggaran untuk
penggantian minyak jelantah kepada masyarakat yaitu sebesar Rp 3.000/liter.

Minyak jelantah yang terkumpul kemudian disalurkan ke pihak pengolah minyak


jelantah menjadi biodiesel. Dalam hal pengolahan menjadi biodiesel ini, Pemerintah
Kota Bogor bekerja sama dengan pihak swasta yaitu PT MEE.

Proses pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


91
we serve the best to cities

Biodiesel hasil olahan tersebut dibeli oleh PD Jasa Transportasi untuk bahan bakar
Bus Trans Pakuan dengan kombinasi dengan bahan bakar solar dengan komposisi
biodiesel : solar = 20 : 80.

Bus Trans Pakuan Bogor yang menggunakan bahan bakar campuran biodiesel
dari minyak jelantah

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan antara lain adalah:


a. Kendala teknis berupa kurangnya koordinasi pada tahap pengumpulan jelantah.
b. Belum mandirinya kegiatan ini karena masih menggantungkan anggaran dari
pemerintah kota.
c. Belum meratanya penyebaran informasi mengenai pengumpulan minyak
jelantah.
d. Belum terpenuhinya syarat angkut dari kendaraan operasional
e. Belum adanya gudang penyimpanan yang memenuhi syarat.
f. Belum menyebarnya tempat penampungan minyak di tingkat masyarakat.

Upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan kendala tersebut antara lain:


a. Peningkatan koordinasi dan pembentukan tim pengumpulan minyak jelantah
sampai tingkat kecamatan
b. Penambahan jumlah wilayah pada tingkat sosialisasi
c. Penyebaran informasi secara luas dengan membuat brosur dan leaflet.
d. Penambahan wadah tampungan/jerigen sebagai wadah minyak jelantah.

Hasil yang Dicapai

Hasil yang telah dirasakan dari program ini adalah sebagai berikut:
 Adanya upaya pemanfaatan minyak jelantah menjadi bahan bakar alternatif yaitu
biodiesel menjadi pioner sebagai upaya energi alternatif di luar energi fosil yang
semakin berkurang pasokannya.
 Meningkatnya kesadaran masyarakat akan bahaya minyak jelantah bagi
kesehatan.
 Meningkatnya kesadaran masyarakat atas nilai ekonomis minyak jelantah untuk
didaur ulang.
 Pengumpulan minyak jelantah tahun 2013 menghasilkan 6400 liter biodiesel dan
bisa memfasilitasi 8 Bus Trans Pakuan dari 10 bus yang ditargetkan.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


92
we serve the best to cities

 Penggunaan biodiesel B20 mampu menurunkan kadar CO gas buang sebesar


21,53% jika dibandingkan dengan menggunakan solar.
 Pengendalian pencemaran air dan tanah akibat pembuangan minyak jelantah ke
lingkungan sekitar.
 Pengurangan polusi udara dengan penggunaan bahan bakar biodiesel yang
berasal dari limbah minyak jelantah.
 Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan mengurangi konsumsi
minyak jelantah yang melebihi batas kesehatan (tidak lebih dari 2 kali
pemakaian).

Rekapitulasi Data Pengumpulan Minyak Jelantah yang diolah menjadi Biodiesel


Realisasi
Tahun Minyak Jelantah Biodiesel Keterangan
(liter) (liter)
2007 - - Masih tahap sosialisasi dan
inventarisasi potensi minyak
2008 - - jelantah di Kota Bogor
2009 3.596 2.876 Realisasi
2010 10.950 8.760 Realisasi
2011 16.804 11.685 Realisasi
2012 23.142 16.658 Realisasi
2013 77.000 61.600 Realisasi
Jumlah 50.896 37.103

Keberlanjutan

Upaya pengembangan energi alternatif untuk bahan bakar kendaraan ini


dikembangkan dengan payung hukum Peraturan Daerah Kota Bogor tentang
Perlindungan dan Pengelolahan Lingkungan Hidup.

Pemerintah Kota Bogor menyadari tantangan dan kendala yang dihadapi masih
sangat besar, yaitu pasokan minyak jelantah yang masih sangat kurang. Namun
Pemerintah Kota Bogor terus optimis bahwa program ini akan berkelanjutan,
mengingat aspek ekonomis bagi masyarakat penghasil minyak jelantah serta
aspek ekologis yang sangat baik bagi lingkungan terutama kualitas udara. Untuk
itu Pemerintah Kota Bogor terus melakukan sosialisasi secara rutin kepada
masyarakat, sekolah, dan pelaku ekonomi serta menjalin kerja sama/kemitraan
kepada pihak ketiga.

Skema pendanaan yang masih dialokasikan oleh Pemerintah Kota Bogor


memperkirakan bahwa cost recovery terjadi jika masyarakat sudah benar-benar
sadar dan memahami bahaya mengkonsumsi minyak jelantah, untuk itu upaya
penyadaran terus dilakukan.

Pelajaran yang Dapat Diambil

Upaya Kota Bogor untuk mendapatkan energi alternatif bahan bakar kendaraan
ini perlu mendapat apresiasi tinggi mengingat Indonesia maupun dunia saat ini
sudah pada titik kritis akan ketersediaan bahan bakar minyak/fosil. Walaupun
upaya di Kota Bogor ini masih belum mampu memenuhi konsumsi bahan bakar

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


93
we serve the best to cities

kendaraan di Kota Bogor, namun upaya ini telah mampu memberikan angin
segar bahkan inspirasi bagi daerah lain dalam upaya penerapan energi alternatif
serta upaya pengurangan emisi dengan penggunaan bahan bakar yang lebih
ramah lingkungan.

Upaya ini dapat terlaksana atas komitmen serius Pemerintah Kota Bogor untuk
melakukan pengurangan emisi dari kendaraan bermotor dengan penggunaan
energi alternatif agar terwujud kualitas lingkungan khususnya udara yang lebih
bersih dan sehat. Selain itu upaya ini juga bertujuan mengurangi konsumsi
minyak jelantah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Bahkan minyak
jelantah ini mampu memberikan nilai tambah ekonomis bagi masyarakat dengan
menjualnya kepada pemerintah kota. Dengan kemitraan berbagai pihak maka
proses pengumpulan minyak jelantah ini diharapkan mampu memenuhi target
pasokan untuk menjadi bahan bakar biodiesel di Kota Bogor.

Kemampuan untuk Ditransfer

Konsumsi minyak goreng


adalah hal yang umum di
Indonesia, mengingat
masyarakat Indonesia sangat
menyukai makanan gurih.
Karena itu, minyak jelantah
menjadi barang yang
melimpah keberadaannya.
Hampir di semua rumah
tangga, warung, restoran
besar dan kecil,
supermarket/hypermarket,
hotel, bahkan rumah sakit
semua menghasilan minyak
jelantah. Adanya pasokan di Diani Budiarto, Walikota Bogor pada saat
seluruh daerah di Indonesia ini peresmian penggunaan biodiesel dari minyak
jelantah pada Bus Trans Pakuan
merupakan potensi bagi daur
ulang.

Pemanfaatan minyak jelantah ini tidak sulit; untuk itu daerah lain yang ingin
melakukan hal yang sama perlu memperhatikan prakondisi yang dibutuhkan untuk
menerapkan, yaitu:
 Komitmen serius untuk meningkatkan kualitas lingkungan atau udara secara
khusus dengan pengurangan emisi.
 Perlunya kajian tentang kebutuhan pasokan minyak jelantah yang ada di
wilayahnya serta potensi lainnya untuk dimanfaatkan.
 Pelibatan seluruh lapisan masyarakat dalam proses pengumpulan minyak
jelantah dan dilakukannya kemitraan dengan pihak swasta dalam proses
pengolahan minyak jelantah menjadi bahan bakar biodiesel.

Pengalaman Kota Bogor ini sudah banyak dipelajari oleh daerah lain yaitu antara
lain Provinsi Kalimantan Timur, Kota Surabaya, Kota Palembang, dan Kota

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


94
we serve the best to cities

Pontianak. Praktik ini bahkan sudah diterapkan di Kota Bontang, Kota Palembang,
dan Kota Surabaya. Pengalaman Kota Bogor ini juga telah disampaikan dalam
beberapa konferensi internasional, di antaranya di Republik Korea Selatan.

Kontak

1. Dra. Lilies Sukartini, MM


Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor
Jl. Senam No. 1, Tanah Sareal, Kota Bogor
Tel. 0251 8340057 Fax. 0251 8340057
HP: 0818411071
Email: lilies.sukartini@gmail.com

2. Teguh Ardhiwiratno
Manager Informasi dan Komunikasi APEKSI
Rasuna Office Park III Lantai 3 Unit WO. 06-09, Komplek Rasuna Epicentrum
Jl. Taman Rasuna Selatan, Jakarta Selatan 12960
Tel. (021) 83704703, Fax. (021) 83704733
Email: teguh@apeksi.or.id.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


95
we serve the best to cities

PENGELOLAAN SAMPAH KOTA MALANG


MELALUI BANK SAMPAH

Profil Kota

Dengan jumlah penduduk 895.338 jiwa, Kota Malang merupakan kota kedua
terbesar di wilayah Provinsi Jawa Timur setelah ibukota provinsi ini, Kota Surabaya.

Luas wilayah Kota Malang adalah 110.056 Km², yang secara administratif terbagi
menjadi 5 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Klojen, Kecamatan Blimbing,
Kecamatan Kedung Kandang, Kecamatan Sukun, dan Kecamatan Lowokwaru. Lima
kecamatan tersebut terbagi menjadi 57 kelurahan.

Terkenal sebagai kota yang beriklim sejuk, kota ini juga dikenal dengan buah apel
dan makanan bakso/bakwan malangnya termasuk supporter sepak bolanya yang
fanatik (Aremania).

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


96
we serve the best to cities

Situasi Sebelum Inisiatif

Sebelum tahun 2011, Kota Malang belum menerapkan pengelolaan sampah dengan
metode 3R (reduce, reuse and recycle) mulai dari sumbernya. Untuk sampah rumah
tangga, umumnya masyarakat langsung membuang sampah ke tempat-tempat
sampah untuk diambil oleh petugas gerobak, baik yang dikelola oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan (DKP) maupun yang merupakan partisipasi
masyarakat/RW. Dari sini sampah akan diangkut ke tempat pembuangan sementara
(TPS), di mana petugas DKP akan mengangkutnya ke TPA Supiturang. Jumlah
sampah yang diangkut ke TPA Supiturang setiap harinya mencapai kurang lebih 400
ton. Tanpa metode 3R, masih banyak terlihat tumpukan sampah di lingkungan
masyarakat dan TPS. Kondisi ini membuat lingkungan menjadi kotor dan dapat
menjadi sumber penyakit.

Kondisi ini menimbulkan keprihatinan dari DKP Kota Malang dan Kader Lingkungan
Kota Malang. Bersama-sama dengan Tim Penggerak PKK Kota Malang, mereka
langsung terjun ke masyarakat untuk mengajak menumbuhkembangkan kepedulian
sosial untuk lingkungan.

Dengan inisiatif dari Ibu Ketua


Tim PKK, Ibu Hj. Dra. Heri
Puji Utami, M.AP dan Kepala
DKP Kota Malang, Drs.
Wasto, SH, MH selaku
Penasehat Kader Lingkungan
Kota Malang, dilakukan
sosialisasi dan pelatihan
terkait dengan pengelolaan
sampah. Masyarakat diajari
mengelola sampah mulai dari
hulu, yaitu sampah rumah
tangga, dengan pemilahan
sampah organik (basah) dan
sampah an-organik (kering).
Selain itu, dilatih pula Salah seorang nasabah sedang
pemanfaatan sampah, yaitu bertransaksi di kantor BSM
sampah basah untuk
dijadikan kompos dan biogas, sementara sampah kering digunakan untuk kerajinan
daur ulang dan dijual untuk didaur ulang oleh pabrik (plastik, kertas, botol, besi, dan
lain sebagainya).

Setelah dilakukan pemilahan dan pemanfaatan sampah ini, muncul persoalan lain,
yakni belum adanya pasar untuk menampung atau membeli sampah an-organik.
Sementara, disadari bahwa sampah an-organik perlu ditampung dengan orientasi
tidak semata-mata mencari keuntungan atau bisnis, namun juga untuk mendapatkan
nilai tambah bagi masyarakat dari aspek lingkungan (bersih dan sejuk), aspek sosial
(munculnya kegotong-royongan/kepedulian), dan aspek ekonomi (penambahan
pendapatan) dengan adanya transaksi sampah an-organik tersebut.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


97
we serve the best to cities

Inisiatif

Beranjak dari tantangan tersebut, inisiator program bersama beberapa orang dari
Kader Lingkungan Kota Malang mencari pengalaman ke daerah-daerah lain serta
belajar dari para pemulung tentang pengelolaan sampah. Mereka akhirnya sepakat
untuk mendirikan Bank Sampah Malang atau disingkat BSM pada tanggal 26 Juli
2011 dengan bentuk kelembagaan koperasi. BSM diaktekan ke Notaris pada
tanggal 12 Agustus 2011 dan mendapat pengesahan dari Walikota Malang pada
tanggal 16 Agustus 2011, sebelum diresmikan oleh Menteri Lingkungan Hidup pada
tanggal 15 November 2011.

Dengan berbadan hukum koperasi, maka BSM diperuntukkan sebagai wadah untuk
membina, mengumpulkan, dan mengelola sampah rumah tangga yang bertujuan
sebagai berikut:

Aspek Lingkungan:
1. Membantu pemerintah kota dalam mengurangi volume sampah yang ada di
Kota Malang, terutama TPS dan TPA.
2. Mengubah cara pandang dan perilaku masyarakat terhadap sampah, di
mana dahulu sampah dijauhi atau dimusuhi, sekarang didekati dengan
mengolah dan memanfaatkannya serta menjadi “rupiah” dengan ditabung di
BSM. Dengan demikian, nantinya diharapkan masyarakat tidak membuang
sampah sembarangan lagi.

Aspek Sosial:
Lahirlah rasa kepedulian dan kegotongroyongan masyarakat dengan dibentuk unit
BSM di masing-masing RT/RW dan kelurahan guna membentuk lingkungannya
menjadi bersih dan sejuk.

Aspek Pendidikan:
Terdapat pendidikan lingkungan pada masyarakat dan siswa-siswa sekolah yang
tergabung dalam unit BSM, sehingga mereka akan mengetahui bahaya dari sampah
yang tidak terolah dan manfaat sampah dari pengelolaan sampah yang langsung
dari sumbernya (rumah tangga).

Aspek Pemberdayaan:
Terdapat pemberdayaan di semua unsur di tingkat keluarga (orang tua, anak)
sampai di tingkat lingkungan RT/RW dengan bergabung dalam unit BSM dalam
pengelolaan sampah.

Aspek Ekonomi Kerakyatan:


Terdapat sistem menabung sampah yang dihargai rupiah oleh BSM di semua
kalangan masyarakat yang tergabung dalam unit BSM dan terdapat sistem
peminjaman uang dengan menyicil pakai sampah yang ditabung. Selain itu, sistem
akan menambah lapangan pekerjaan baru berkat pengelolaan sampah tersebut,
terutama bagi ibu-ibu rumah tangga dan karang taruna.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


98
we serve the best to cities

Strategi yang Dijalankan

Awalnya pemerintah kota sudah mempunyai Paguyuban Kader Lingkungan yang


dibentuk oleh DKP pada bulan Desember tahun 2010. Paguyuban ini telah ikut
membantu melakukan sosialisasi tentang lingkungan kepada masyarakat, terutama
dalam hal pengelolaan sampah, meski baru sebatas himbauan serta penyadaran
dan belum sampai tahap implementasi secara menyeluruh. Para kader lingkungan
telah memperkenalkan metode 3R dalam pemilahan sampah kepada masyarakat.
Dalam satu tahun pertama telah terhimpun 16.000 kader. Setiap tahun selalu
diselenggarakan peringatan ulang tahun DKP, Kader Lingkungan, BSM, masyarakat
pengguna IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah), dan masyarakat pengguna gas
metan, dan panitia mencarikan sponsor untuk hadiah dalam kegiatan gathering.

Selanjutnya pemerintah kota dan kader lingkungan mendirikan BSM yang berbentuk
koperasi fungsional kader lingkungan. Dengan bentuk koperasi dan memiliki
AD/ART, lembaga lebih fokus
pada misi sosial. Jumlah
Struktur Organisasi BSM
personil BSM adalah 21 orang
yang terdiri dari lima orang
dari DKP dan 16 orang dari
masyarakat dengan
periodisasi kepengurusan
selama 3 (tiga) tahun. Untuk
mengetahui sejauh mana
manfaat dan keuntungan
sampah dengan adanya BSM,
maka DKP membentuk tim
untuk melakukan need
assesment ke masyarakat
pada bulan April 2011.

Tim ini pun aktif mengikuti


rapat kerja nasional bank
sampah, seperti di Kota
Yogyakarta dan sempat
magang di Kota Surabaya
selama tiga hari. Belajar dari
survei dan kunjungan kerja
tersebut, BSM menyepakati 77
jenis sampah yang harus
diterima oleh BSM.

BSM pernah menempati


bekas kantor Panwaslu di
Jalan Sawojajar, namun
kemudian didemo oleh
masyarakat sekitar yang
khawatir terkena dampak dari
lingkungan yang kumuh dan
lain sebagainya. Akhirnya

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


99
we serve the best to cities

BSM berpindah ke gedung


bekas tempat persemayaman
jenazah di Jl. S. Supriyadi
No.38 A dan pada tanggal 1
Oktober 2011 BSM resmi
berkantor di gedung tersebut.
Agar gaungnya lebih luas,
BSM bekerjasama dengan
Ketua PKK dan Dinas
Pendidikan melakukan
sosialisasi ke seluruh
masyarakat, terutama ibu-ibu
dan anak-anak sekolah.
Kepala DKP Kota Malang, Wasto tengah
Sosialisasi terus
melakukan sosialisasi tentang BSM
dikembangkan dengan
ke sekolah dasar di Kota Malang
menggandeng Bagian Hukum
Pemerintah Kota Malang dan media cetak maupun elektronik lokal. BSM dan DKP
mensosialisasikan perda tentang pengelolaan sampah dan gerakan menabung
dengan sampah, bayar listrik dengan sampah, rekreasi sekolah dengan sampah,
beli pulsa dengan sampah dan lain sebagainya. BSM pun mulai bekerjasama
dengan PT Jasa Tirta yang menangani sungai agar DAS Brantas bersih dari
sampah. Bentuk kegiatannya seperti bergotong royong membersihkan lingkungan
dengan masyarakat di bantaran sungai Berantas.

Pada satu tahun pertama, BSM masih mengalami kerugian yang cukup besar,
karena BSM masih banyak terlibat sosialisasi dan masih belum memiliki sistem
pengambilan, pemilahan, dan pengemasan sampah. Saat itu DKP telah membantu
menyediakan mesin pencacah plastik, alat timbangan, buku tabungan, serta
seragam untuk petugas BSM. BSM mendapatkan dana hibah pada awal
pendiriannya pada tahun 2011 dari Pemerintah Kota Malang sebesar Rp
250.000.000. Pada tahun 2012 BSM telah dapat mencapai Break Event Point (BEP),
artinya selisih biaya antara operasional dan pendapatan sama dengan nol.

Persyaratan menjadi nasabah BSM adalah:


1. Secara individu/perorangan, yaitu masyarakat langsung ke Kantor BSM
dengan membawa sampah yang akan ditabung.
2. Secara kelompok/unit, yaitu melalui Kelompok Binaan BSM dengan
ketentuan:
a. Membentuk Pengurus Kelompok Binaan terdiri atas Ketua, Sekretaris dan
Bendahara.
b. Mencari anggota kelompok binaan, yaitu untuk masyarakat minimal 20
orang dalam rumah tangga/KK, dan untuk sekolah minimal 40 siswa.
3. Fotokopi identitas diri/KTP/SIM untuk calon nasabah baik individu maupun
kelompok/unit (hanya pengurus saja).

Keuntungan menjadi nasabah BSM adalah:


1. Sampah yang dipilah oleh Kelompok Binaan/unit BSM akan diambil oleh
Petugas BSM sesuai jadwal atau kesepakatan.
2. Mendapat pelatihan dan pembinaan oleh BSM terkait dengan pengelolaan
lingkungan terutama pada pengelolaan persampahan (pembuatan kompos,

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


100
we serve the best to cities

biogas, kerajinan daur ulang, pemilahan sampah layak jual, dll) dan
pengelolaan penghijauan (pembibitan dan penanaman tanaman hias, bunga,
toga, produktif, dll).
3. Pengurus Kelompok Binaan/unit akan mendapatkan keuntungan finansial
dari BSM, karena terdapat selisih harga sampah untuk anggota
binaan/masyarakat dengan harga BSM.

Dari paparan di atas, nampak bahwa nasabah BSM terdiri dari kelompok binaan,
individu, sekolah, dan instansi. Kepada seluruh nasabah, BSM selalu mengadakan
pembinaan agar semakin bertambah kepedulian mereka terhadap pengelolaan
sampah. Nasabah BSM memiliki hak antara lain mendapatkan pelatihan-pelatihan,
seperti pelatihan daur ulang sampah, pelatihan pemilahan sampah untuk nilai
tambah, pelatihan pembuatan kompos dan biogas, dan pelatihan budidaya cacing.
Sedangkan kewajiban nasabah hanya satu, yaitu menabung sampah ke BSM.

Persyaratan peminjaman bagi nasabah adalah harus sudah menjadi nasabah


minimal selama 6 bulan, dan pengajuannya harus ditandatangani RT dan RW.
Skema pembiayaan bagi nasabah BSM adalah 80 : 20, artinya bila tabungan
nasabah Rp 100 ribu maka nasabah dapat mengajukan pinjaman maksimal sebesar
Rp 150 ribu, dan ia dapat mencicil selama 10 bulan, dimana cicilan setiap bulannya
sebesar Rp 15.000, berarti nasabah harus menyetor minimal sebesar Rp 20.000.

BSM melakukan pembinaan rutin, minimal 2 (dua) kali pertemuan dalam satu tahun.
Selain itu, untuk memelihara dan mengembangkan semangat masyarakat agar
peduli kebersihan lingkungannya, diadakan berbagai lomba setiap tahun, seperti
lomba gerak jalan sampah, dimana masyarakat mendaftar dengan menukarkan
sampah sebagai alat pembayarannya, lomba RW BERSINAR (bersih, sehat, indah,
dan rapi), dengan berbagai hadiah.

BSM menjalin hubungan kemitraan, bukan persaingan, dengan lapak-lapak


pemulung yang ada di Kota Malang dan sekitarnya. Umumnya lapak-lapak berfungsi
mengumpulkan barang bekas dengan jenis yang terbatas dan bertransaksi jual-
putus. Sementara, BSM menerima semua jenis sampah, kecuali steroform, dan juga
dapat memproduksi. Oleh karena itu lapak-lapak tersebut seringkali menawarkan
barang kumpulannya kepada BSM.

Harga Pembelian Sampah Pada Bank Sampah Malang (BSM)


Per Tanggal 22 November 2013 (Dalam Rupiah)

Harga Anggota Keuntungan Kelompok


Harga BSM
Kelompok Binaan
No Jenis Plastik/Kg Kode
Langsung Ditabung Langsung Ditabung Langsung Ditabung

1 PP Bening (Toko) P1 1,600 1,800 1,800 2,000 200 200

2 PP Bening Kotor P2 800 900 900 1,000 100 100

3 PP Sablon P3 350 425 425 500 75 75

PP Blok (Bungkus Mie


4 P4 150 225 225 300 75 75
Instant)

5 Kresek / Sunligh Kecil P5 150 225 225 300 75 75

6 PE Bersih P6 550 650 650 750 100 100

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


101
we serve the best to cities

7 PE Kotor P7 350 425 425 500 75 75

8 Plastik Sunlight Besar P8 400 500 500 600 100 100

9 PE Slopan (Bimoli) P9 350 425 425 500 75 75

10 PP Aqua Gelas Bersih P10 4,500 5,000 5,000 5,500 500 500

11 PP Gelas Aqua Kotor P11 4,100 4,300 4,300 4,500 200 200

12 Gelas Ale2 P12 2,100 2,300 2,300 2,500 200 200

13 PET Botol Bening Bersih P13 4,400 4,600 4,600 4,800 200 200

14 PET Botol Bening Kotor P14 3,400 3,600 3,600 3,800 200 200

15 PET Botol Warna Bersih P15 2,600 2,800 2,800 3,000 200 200

16 PET Botol Warna Kotor P16 2,100 2,300 2,300 2,500 200 200

17 PP Bak Warna P17 2,100 2,300 2,300 2,500 200 200

18 PP Bak Hitam P18 1,000 1,150 1,150 1,300 150 150

19 HDPE Blowing P19 2,100 2,300 2,300 2,500 200 200

20 Jurigen P20 3,100 3,300 3,300 3,500 200 200

21 Kulit Kabel P21 600 700 700 800 100 100

22 Paralon P22 600 700 700 800 100 100

23 LDPE Infus P23 4,000 4,200 4,200 4,400 200 200

Karpet /Talang Plastik/Jas


24 P24 350 425 425 500 75 75
Hujan

25 Tutup Aqua Galon P25 1,800 2,000 2,000 2,200 200 200

26 Tutup Botol Warna P26 1,700 1,850 1,850 2,000 150 150

27 Tali PET P27 500 600 600 700 100 100

28 Selang Air P28 400 550 550 700 150 150

29 Glangsi Utuh 50kg/biji P29 350 425 425 500 75 75

30 Glangsi Utuh 25kg/biji P30 150 225 225 300 75 75

31 Glangsi Utuh 10kg/biji P31 150 225 225 300 75 75

32 Glangsi Rusak P32 150 225 225 300 75 75

33 Plastik Keras P34 400 500 500 600 100 100

34 Plastik Keras Bening P35 2,200 2,350 2,350 2,500 150 150

35 CD/DVD/MP3/Kaset PS P36 2,400 2,600 2,600 2,800 200 200

Galon PC rusak utuh/tidak


36 P37 3,100 3,300 3,300 3,500 200 200
putus/biji

37 Aki kecil AK 1 6,000 7,000 7,000 8,000 1,000 1,000

38 AKI Besar Tanggung AK 2 13,000 14,000 14,000 15,000 1,000 1,000

39 AKI Besar Mobil 50 Jet AK 3 18,000 19,000 19,000 20,000 1,000 1,000

Harga Anggota Keuntungan Kelompok


Harga BSM
No Jenis Kertas/Kg Kode Kelompok Binaan
Langsung Ditabung Langsung Ditabung Langsung Ditabung
1 Buku Tulis K1 1,400 1,550 1,550 1,700 150 150

2 HVS K2 1,400 1,550 1,550 1,700 150 150

3 Koran K3 1,700 1,850 1,850 2,000 150 150

4 Kertas Semen K4 1,300 1,450 1,450 1,600 150 150

5 Majalah/Duplek K5 350 450 450 550 100 100

6 Karton/ Kardus K6 1,100 1,250 1,250 1,400 150 150

8 Kertas Campur K8 800 900 900 1,000 100 100

9 Kertas Buram/CD K9 800 900 900 1,000 100 100

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


102
we serve the best to cities

Harga Anggota Keuntungan Kelompok


Harga BSM
No Jenis Logam/Kg Kode Kelompok Binaan
Langsung Ditabung Langsung Ditabung Langsung Ditabung
1 Seng Omplong S1 1,200 1,350 1,350 1,500 150 150

2 Seng Biasa S2 400 550 550 700 150 150

3 Besi Super BS1 2,600 2,800 2,800 3,000 200 200

4 Besi Biasa/Monel Maspion BS2 1,400 1,550 1,550 1,700 150 150

5 Slender Cop/Seher A1 10,500 11,500 11,500 12,500 1,000 1,000

6 Antena/ Panci/Wajan A2 9,000 9,500 9,500 10,000 500 500

7 Kaleng Alumunium A3 9,000 9,500 9,500 10,000 500 500

8 Plat A4 9,500 10,500 10,500 11,500 1,000 1,000

9 Siku A5 14,100 14,300 14,300 14,500 200 200

10 Tutup Botol Alumunium A6 3,100 3,300 3,300 3,500 200 200

11 Perunggu A7 5,000 5,500 5,500 6,000 500 500

12 Stenlis Monel A8 12,000 13,000 13,000 14,000 1,000 1,000

13 Kuningan KN 25,500 26,500 26,500 27,500 1,000 1,000

14 Tembaga Biasa T1 43,000 44,000 44,000 45,000 1,000 1,000

15 Tembaga Super T2 48,000 49,000 49,000 50,000 1,000 1,000

Harga Anggota Keuntungan Kelompok


Harga BSM
No Jenis Botol & Kaca Kode Kelompok Binaan
Langsung Ditabung Langsung Ditabung Langsung Ditabung
1 Botol Kecil/biji B1 25 25 25 25 - -

2 Botol Marjan/Biji B2 100 100 100 100 - -

3 Botol Orson/Biji B3 100 100 100 100 - -


Botol Kecap/Saos
4 B4 350 450 450 550 100 100
Besar/biji
5 Botol Bensin/biji B5 350 450 450 550 100 100

6 Botol Bir/biji B6 500 600 600 700 100 100

7 Botol Coca Cola/Sprite/biji B7 150 200 200 250 50 50

8 Beling/Kg B8 50 50 50 50 - -

Harga Sewaktu-waktu dapat berubah sesuai kondisi pasar & Informasi pengambilan, Hubungi 0341 341618, 7779914

Hasil yang Dicapai

Upaya serius Pemerintah Kota Malang ini mampu sedikit demi sedikit mengubah
cara pandang dan perilaku masyarakat Kota Malang dalam mengelola sampah.
Sampai bulan April 2013, sudah ada 282 unit BSM masyarakat, 169 unit BSM
sekolah, 23 BSM instansi baik pemerintah maupun swasta, 420 BSM individu, dan
nasabahnya mencapai 21 ribu.
Sedangkan sampah di Kota
Malang yang terambil per hari
mencapai 2,5 ton dari nasabah
BSM, dari lapak 0,5 ton, dan
transaksi per hari dari BSM ini
sebesar 3-4 juta rupiah. Dalam
konteks ini, BSM telah menjadi
percontohan nasional.

Sejak keberadaan BSM,


jumlah pembuangan sampah
di Kota Malang mengalami
penurunan yang cukup Armada operasional BSM dari PT PLN
signifikan. Kapasitas Distribusi Jawa Timur CSR

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


103
we serve the best to cities

pembuangan/pengangkutan sampah melalui gerobak sampah menurun hingga


kurang lebih 50% dari total harian.

BSM telah mendapatkan dukungan dana CSR dari PT PLN Distribusi Jawa Timur
sebesar Rp 30 juta pada tahun 2011, Rp 93 juta pada tahun 2012, dan Rp 150 juta
pada tahun 2013. Oleh BSM, dana tersebut diperuntukkan untuk pembelian mobil
pick up dan mesin pencacah plastik. Secara aset, BSM saat ini telah memiliki 4
mobil pick up, 3 mesin pencacah plastik, dan Rp 230.000.000 dana nasabah.

Saat ini BSM juga telah memiliki Sistem Informasi Manajemen (SIM), yang berisikan
aplikasi input pembelian dan output penjualan sampah terekam dalam komputer,
baik secara berat maupun secara rupiah, baik harian, mingguan, maupun bulanan,
serta transaksi-transaksi nasabah, baik pengambilan, peminjaman, dan lain-lain.
SIM pun dapat dipergunakan untuk analisa keuangan dan evaluasi untung-rugi
sekaligus dapat juga dibuat menjadi SIM keuangan yang terintegrasi dengan SIM
bank sampah. Seluruh informasi tersebut dapat diakses oleh pegawai BSM sesuai
kewenangannya dan nasabah untuk transaksi tabungannya.

Program ini telah berhasil mengantarkan Kota Malang meraih piala Adipura
Kencana pada tahun 2013, setelah terakhir kali meraihnya pada tahun 1993.
Kepastian meraih Adipura Kencana ini tertuang dalam SK Menteri Lingkungan Hidup
No. 192 Tahun 2013 tentang Penghargaan Adipura 2013. Yang terbaru, Kota
Malang mendapatkan penghargaan AMPL 2013 bidang terobosan manajemen pada
KSAN 2013.

Rahmat Hidayat menunjukkan BSM memperoleh bantuan CSR dari


Piala Adipura untuk Kota Malang PT PLN Distribusi Jawa Timur

Keberlanjutan

Berdasarkan amanat UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan


Perda No. 10 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah, pemerintah kota
berkomitmen menuangkan dalam kebijakan menjadikan Kota Malang yang clean
and green, sehingga pemerintah kota akan melanjutkan dan mengembangkan

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


104
we serve the best to cities

program ini. Dalam penanganan masalah sampah yang menyeluruh dari hulu hingga
hilir, pemerintah kota mengklasifikasikannya sebagai berikut:
1. Di tingkat hulu, pemerintah kota mendirikan BSM, kompos yang dibuat oleh
masyarakat akan dibeli oleh DKP, kemudian saat ini pun sedang
dikembangkan budidaya cacing, dan diadakan berbagai lomba kebersihan.
2. Di tingkat antara/TPS, dari 73 TPS yang ada, pemerintah kota mendampingi
12 TPS, rumah-rumah kompos, dan mengadakan pembinaan bagi para
pemulung.
3. Di tingkat hilir, mulai tahun 2012 pemerintah kota secara swakelola telah
memanfaatkan penangkapan gas metan yang dihasilkan oleh timbunan
sampah di TPA Siputurang. Pemanfaatan gas metan ini telah disalurkan ke
300 KK menggantikan fungsi gas elpiji di sekitar TPA Siputurang, bahkan ada
yang memanfaatkannya untuk usaha tambal ban. DKP sedang melakukan uji
coba memasukkan gas metan ke tabung gas dan sebagai sumber bahan
bakar motor.

Selain itu, saat ini sedang dilakukan sinergi dengan budidaya cacing dengan
pakannya dari sampah organik, selain dijadikan kompos. Cacing ini nantinya dijual
ke perusahaan kosmetik di Jawa Timur sebagai bahan pelembab kulit dan lipstick,
yang sampai sekarang permintaannya belum dapat dicukupi. Dengan harga cacing
mencapai Rp 30.000/kg, pemerintah giat menggalakkan budidaya cacing ke
masyarakat dengan pelatihan-pelatihan dan pemberian modal bibit cacing. Dengan
demikian, akan semakin sedikit sampah organik yang dibuang dan malah sampah
dapat memberikan nilai ekonomi bagi yang mengolahnya.

Secara hukum, BSM telah memiliki akte, SIUP, TDP, HO dan ijin usaha industri
(IUI). BSM pun sedang merintis pembentukan paguyuban lapak-lapak dengan
harapan agar terbentuk etika dalam usaha.

BSM telah mampu menyelenggarakan pelatihan manajemen pengelolaan sampah


beserta software databasenya seharga Rp 10 juta (di luar akomodasi dan
transportasi), selain telah berhasil memproduksi mesin pencacah plastik dengan
kapasitas 1-1,5 ton seharga Rp 35 juta.

BSM terus melakukan pengembangan sistem. Saat ini BSM tengah bekerjasama
dengan Sekolah Politeknik Malang untuk membuat sistem informasi online, dan
dengan Universitas Machung Malang untuk teknologi sms gateway.

Adanya rekaman keberhasilan di atas tidak berarti bahwa program ini berjalan tanpa
kendala. Kendala yang termasuk sulit adalah menjaga agar semangat masyarakat
tidak turun, karena nilai sampah tidak seberapa. Selain itu, terdapat tantangan
dalam hal pendanaan, karena BSM hanya sekali mendapatkan dukungan dana
hibah dari pemerintah kota, sebesar Rp 250 juta. Di luar itu BSM memperoleh dana-
dana CSR, seperti dari PT PLN dan sedang dijajaki dengan PT Philips. BSM
mengharapkan tetap adanya alokasi anggaran rutin oleh pemerintah kota,
mengingat biaya operasional BSM per bulan adalah sebesar Rp 16 – 20 juta.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


105
we serve the best to cities

Pelajaran yang Dapat Diambil

Pertumbuhan penduduk di suatu daerah akan memberikan dampak terhadap


penimbunan sampah yang dihasilkan. Oleh karenanya, permasalahan sampah perlu
segera diantisipasi dengan pengelolaan yang benar agar nantinya tidak
menimbulkan bencana. Pemerintah Kota Malang telah menunjukkan bahwa dengan
pengelolaan yang baik, yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, maka sampah
dapat dijadikan teman dan memberikan nilai tambah bagi kita semua. Ternyata tidak
selamanya sampah merugikan; jika dikelola dengan baik, sampah justru akan
memberikan banyak keuntungan.

Kemampuan untuk Ditransfer

Bagi pemerintah daerah lain yang akan mencontoh program ini, maka pra kondisi
yang perlu menjadi perhatian adalah:
1. Komitmen yang kuat dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan sampah
di daerahnya. Agar bank sampah tidak menjadi pengepul barang bekas,
diperlukan pendampingan pemerintah sehingga jenis sampah yang diterima
oleh bank sampah tidak dibatasi.
2. Bila bank sampahnya berbentuk koperasi, maka disarankan untuk menjadi
koperasi fungsional DKP. Hal ini akan mengikat personil DKP untuk selalu
menjadi bagian penting dari bank sampah sekaligus refresentasi dari
keterwakilan pemerintah daerah. Kalau bank sampah ke depannya akan
diharapkan memberikan kontribusi pada PAD, maka tidak menutup
kemungkinan dapat dijadikan BUMD.
3. Memiliki pengetahuan mengenai sampah, baik jenis, pemilahan,
pengemasan, dan pemasarannya.
4. Memiliki gudang, alat timbang, kendaraan angkut dan lain sebagainya.
5. Mengetahui manajemennya, seperti bagaimana pemberdayaannya, sistem
menabungnya, administrasinya, peminjamannya, pembentukan kelompoknya,
sampai daftar harga barangnya.
6. Agar memperoleh dana dari luar, seperti dana CSR, maka lembaga harus
mampu menunjukkan program yang nyata, selain melakukan proses lobi
secara kontinyu.

Hingga saat ini telah banyak lapisan masyarakat yang berkunjung untuk belajar
mengenai bank sampah ke BSM, baik dari pemerintahan (di antaranya Pemerintah
Kota Yogyakarta, Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Pemerintah Kota
Probolinggo, Pemerintah Kabupaten Pamekasan); lembaga pendidikan, seperti ITB,
IPB, Unbraw; serta LSM peduli lingkungan.

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


106
we serve the best to cities

Kontak

1. Drs. Wasto, SH., MH


Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang
Jl. Bingkil No.1, Malang
Tel. 0341 369377

2. Rahmat Hidayat, ST
Ketua Bank Sampah Malang
Jl. S. Supriyadi No. 38, Malang
Tel. 0341 341618
HP: 0812 35214545

3. Imam Yulianto
Manajer Humas dan Kerjasama APEKSI
Rasuna Office Park III Lantai 3 Unit WO. 06-09, Komplek Rasuna Epicentrum
Jl. Taman Rasuna Selatan, Jakarta Selatan 12960
Tel. 021 8370 4703 Fax. 021 8370 4733
Email: imam@apeksi.or.id

DOKUMENTASI | BEST PRACTICE | 09


107

Anda mungkin juga menyukai