Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya (Brunner & Suddarth, 2002). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang yang biasanya disertai dengan cedera jaringan lunak, kerusakan otot rupture
tendon, kerusakan pembuluh darah dan luka organ-organ tubuh (Sari Fatimah, 2003).
Femur merupakan tulang terpanjang dan terbesar di dalam tulang kerangka pada
bgian pangkal yang berhubungan dengan asetabolum membentuk kepala sendi yang
disebut kaput femoris.(Syaifudin, 1995). Fraktur femur adalah terputusnya hubungan
kontinuitas di jaringan tulang pada bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabolum
membentuk kepala sandi yang disebut kaput femoris.
II. Etiologi
Fraktur bisa disebabkan oleh pukulan langsung gaya majemuk, gerakan memutar
mendadak dan bahkan kontraksi otot eksterm, meskipun tulang patah. Jaringan sekitarnya
juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak perdarahan ke otot dan
sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah
(Brunner & Sudddarth 2002).
III. Manifestasi Klinik
A. Deformitas: Perubahan struktur dan bentuk.
B. Pembengkakan atau penumpukan cairan atau darah karena kerusakan pembuluh
darah.
C. Nyeri karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat oleh
penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur.
D. Spasme otot karena kontraksi involunter disekitar fraktur.
E. Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal
F. Kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf di mana saraf ini
dapat terjepit atau terputus oleh fragmen tulang.
G. Pergerakan abdnormal.
IV. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas tulang.
V. Gambar

VI. Penatalaksaan
Tujuan pengobatan fraktur adalah untuk menempatkan ujung dari patah tulang
supaya satu sama lain saling berdekatan, selain itu menjaga agar tulag tetap menempel
sebagaimana mestinya. Proses penyembuhan memerlukan waktu 4 minggu tetapi pada
usia lanjut biasanya memerelukan waktu yang lebih lama, setelah sembuh tulang
biasanya kuat dan kembali berfungsi.
A. Traksi
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain unutk menangani
kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot, tujuan traksi adalah untuk menangani
fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha memperbaiki deformitas dan
mempercepat penyembuhan. Traksi di perlukan selama 24 jam untuk mengatasi
spasme otot dan mencegah pemendekan dan fragmen harus ditopang di posterior
untuk mencegah perlekukan.
B. Pembidaian
Pembidaian adalah pertolongan pertama pada ceder/ trauma system musculoskeletal
unutk mengisitirahatkan bagian tubuh kita yang mengalami cedera.
VII. Pemeriksaan Diagnostik
A. Rontgen : menentukan lokasi, luasnya fraktur dan jenis fraktur
B. Scan tulang, scan/MRI, tomogram : memperlihatkan tingkat keparahan fraktur
C. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler
D. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi atau cedera
hati.
VIII. Asuhan Keperawatan Teoritis
A. Data Fokus Pengkajian
a. Pengumpulan data yang meliputi :
1) Biodata klien dan penanggung jawab klien : Terdiri dari nama, umum,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, tanggal masuk,
rumah sakit, No. Mederc dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama : Pada saat dikaji klien mengalami fraktur dan
memobilisasikan alasannya yaitu mengeluh tidak dapat melakukan
pergerakan nyeri: lemah dan tidak dapat melakukan sebagian aktivitas
sehari-hari
3) Riwayat Kesehatan Sekarang : Menceritakan kapan klien mengalami
fraktur dimana dan bagaimana terjadinya sehingga mengalami fraktur,
klien yang mengalami fraktur akan mengeluh nyeri pada daerah tulang
yang luka sehingga dengan adanya nyeri klien tidak dapat menggerakan
anggota badannya yang terkena fraktur nyeri dirasakan bisa pada saat
bergerak saja atau terus menerus akibat tidak bisa bergerak yang
disebabkan karena nyeri akan menyebabkan klien tidak dapat memenuhi
ADL-nya secara maksimal.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu : Perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien
pernah mengalami sesuatu penyakit yang berat atau penyakit tertentu yang
memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatan sekarang.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga : Perlu diketahui untuki menentukan apakah
dalam keluarga terdapat penyakit keturunan/penyakit karena lingkungan
yang kurangt sehat yang berdampak negatif pada seluruh anggota keluarga
termasuk pada klien sehingga memungkinkan untuk memperbesar
penyakitnya.
6) Riwayat Psikososial : Pengkajian yang dilakukan pada klien imobilisasi
pada dasarnya sama dengan pengkajian psikososial pada gangguan sistem
lain yaitu mengenal konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri dan
identitas diri) dan hubungan serta interaksi klien baik dengan anggota
keluarga maupun dengan lingkungan di mana ia berada.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Pada klien imobilisasi biasanya mengalami, kelemahan
kebersihan diri kurang bentuk tubuh kurus akibat penurunan berat badan
kesadarannya kompementis.
2) Sistem Pernapasan : Dikaji ada tidaknya sekret, gerak dada saat bernapas
auskultasi bunyi napas, ada tidaknya nyeri tekan pada daerah dada serta
frekuensi napas.
3) Kajian Nyeri :  Klien mengeluh nyeri pada kaki kanan
 Mengeluh kaki kanannya tidak bisa digerakkan
Saat dikaji skala nyeri 1 – 10 klien mengatakan nyerinya
berada di no.6
B. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1 Ds : ( yang pasien katakan ) trauma Gangguan rasa
Do : ( yang kita lihat ) nyaman nyeri
terputusnya kontinuitas
jaringan

pengeluaran epineprin dan


non epineprin

dihantarkan ke
hipotalamus

nyeri
2 Ds : ( yang pasien katakan ) trauma Gangguan
Do : ( yang kita lihat ) mobilitas fisik
terputusnya kontinuitas
jaringan

fraktur tertutup

perubahan fragmen tulang


kerusakan pada jaringan
dan pembuluh darah

perdarahan lokal

hematoma pada daerah


fraktur

aliran darah ke daerah


distal berkurang atau
terhambat

nadi lemah, sianosis

kerusakan neuromuskular

gangguan fungsi organ


distal

gangguan mobilitas fisik


C. Masalah Keperawatan
A. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan
B. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuscular
C. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai
darah ke jaringan.
D. Intervensi Keperawatan
DX Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
A. Gangguan Setelah 1. Pertahankan 1. Menghilangkan
rasa nyaman dilakukan imobilisasi nyeri dan
bagian yang mencegah
nyeri tindakan
sakit dengan kesalahan posisi
berhubungan keperawatan tirah baring tulang/tegangnya
dengan selama 2x24 2. Tinggikan dan jaringan yang
dukung cedera
terputusnya jam nyeri
ekstremitas 2. Meningkatkan
kontinuitas pasien dapat yang terkena aliran balik vena
jaringan hilang 3. Lakukan dan menurunkan
awasi rentang oedema dan
dengan
gerak menurunkan rasa
kriteria aktif/pasif nyeri
hasil: 4. Berikan obat
1. sesuai indikasi
B. Gangguan 1. Kaji derajat 1. Pasien mungkin
mobilitas immobilitas dibatasi oleh
yang pandangan diri
fisik
dihasilkan tentang
berhubunga oleh keterbukaan fisik
n dengan cedera/pengob aktual
atan dan dan memerlukan
kerusakan
perhatian infor-
rangka persepsi masi/intervensi u
neuromuscu pasien ntuk
terhadap meningkatkan
lar
immo-bilisasi kemajuan
2. Ubah posisi kesehatan
secara periode
3. Beri
penjelasan
pada keluraga
tentang
kondisi klien

E. Daftar Pustaka
A. Doenges, Marilynn., et.all. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC Jakarta
B. Engram Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, volume 2,
EGC Jakarta
C. Suddarth Brunner, 2001, Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah, volume 3,
EGC Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai