Alkohol Sbgai Pengencer
Alkohol Sbgai Pengencer
PARFUM
Parfum yang berasal dari tumbuhan didapat dari minyak atsiri yang diperoleh dari
berbagai bagian tertentu pada tumbuhan, seperti :
Hewan
Nama Bagian
Bahan Kimia
1. Isolat
(Wasitaatmadja, 1997)
R/
(Wasitaatmadja, 1997).
5. Tes Hedonik
Berkaitan dengan aroma parfum. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan
metode Qualitative Descriptive Analysis (QDA). QDA adalah teknik yang
dikembangkan dnegan menggunakan panel assesor atau evaluator yang
telah terlatih
6. Odor profiling
Odour profiling dilakukan dengan deskripsi parfum. Odour Profiling Map
dapat membantu evaluator bila aroma ingin diubah untuk alasan tertentu
8. Evaluasi Difusivitas
Evaluasi difusivitas dilakukan untuk memeriksa penyebaran aroma wangi
pada parfum. Aroma yang tersebar di udara disebut difusi. Dalam evaluasi
ini difusivitas tinggi itu sangat penting terutama untuk sediaan parfum
9. Evaluasi Substansivitas
Evaluasi substansivitas dilakukan untuk memeriksa ketahanan (lamanya
waktu) aroma wangi perfum berlangsung. Dalam evaluasi ini terdapat
interval waktu di mulai dari 6 jam, 12 jam, 24 jam atau lebih. Interval
waktu ini ditentukan oleh produk akhir.
Shaving Cream
Shaving Soap
Preshave Lotion
Aftershave Lotion
Formula :
Coconut oil 9%
Potassium hydroxide 8%
Sodium hydroxide 1%
Water 43%
Perfume q.s
Preservative q.s
Fungsi bahan :
Asam stearate
Sebagai pengikat dan pengental agar lebih lembut dan waktu simpan
lebih lama
Minyak Kelapa
Sebagai pelembut
Kalium hidroksida
Sebagai anticaking
Natrium hidroksida
Sorbitol
Air
Sebagai pelarut
Parfum
Pengawet
Cara pembuatan :
Panaskan minyak kelapa untuk 750C – 800C. alkali dilarutkan dengan air
dan menambah minyak kelapa. Ketika saponifikasi selesai, tambahkan asam
stearat yang telah meleleh (700) di aliran tipis diikuti oleh larutan sorbital,
pengawet dan sisa air. mixure kemudian didinginkan. parfum dapat ditambahkan
pada 350C atau setelah emulsi didinginkan sampai suhu kamar. Dilakukan
pengecekkan untuk kelengkapan saponifikasi dan kandungan asam lemak bebas
disesuaikan dengan 3 dan 5%. Produk dikemas ke dalam tabung (Gaud., R., S,
dkk, 2008).
Digunakan untuk :
Formula :
Propylene glycol 3%
Perfume 1%
Fungsi Bahan :
Cara Pembuatan :
Digunakan untuk :
Kelancaran mencukur tergantung pada pelembab dan busa yang diproduksi oleh
krim cukur. Kemampuan menghasilkan busa dan melembabkan, tergantung
banyak pada 'total substansi lemak 'dalam krim serta keseimbangan kuantitas air.
Indian Standard telah menetapkan bahwa krim harus memiliki setidaknya 30 per
persen zat lemak (Consumer Voice, 2013).
2. Daya Penyabunan
Busa yang dihasilkan oleh krim cukur membuat proses pencukuran lebih mudah.
Sebuah krim cukur pada dasarnya adalah merupakan sebuah sabun, oleh karena
itu kemampuan penyabunan sangatlah dibutuhkan. Menurut The national
standard stip-ulates, bahwa setidaknya harus ada 100 mililiter busa yang
dihasilkan oleh krim cukur (dalam silinder ukur untuk kuantitas tetap) (Consumer
Voice, 2013).
3. Kandungan Air
Sebuah krim cukur yang memiliki kandungan air yang lebih tinggi lebih mudah
untuk digunakan. Krim akan kurang kompak dan jika diletakkan pada jari, sediaan
tersebut pun akan mulai kehilangan bentuknya karena kandungan air yang tinggi.
Selain itu, dengan kadar air tinggi, maka kebutuhan untuk menerapkan krim
menjadi lebih banyak agar busa dapat bekerja. Standar nasional menetapkan
bahwa kadar air tidak boleh lebih dari 60 persen dari total massa krim (Consumer
Voice, 2013).
4. Pengemasan
Menurut Indian Standard, krim cukur harus dikemas dalam tabung aluminium
dilipat. Namun, sekarang-sekarang ini tidak lagi dikemas dalam tabung
aluminium, tetapi dalam tabung yang lebih baik yang dibuat bahan PVC seperti
yang digunakan oleh pasta gigi. Bahan ini cukup fleksibel dan mudah dilipat
(konsumen dapat menekan tabung dan mendapatkan banyak krim yang butuhkan)
(Consumer Voice, 2013).
5. Pelabelan
Nama produsen dan /atau nya diakui merek dagang, jika ada
Kandungan
Expired date
6. Berat bersih
7. Uji Kepekaan
8. Stabilitas
Krim cukur tidak boleh terpisahkan atau mengalami perubahan fisik yang buruk
selama kondisi normal penyimpanan dan penggunaan (Consumer Voice, 2013).
9. Konsistensi
Krim cukur harus konsisten dari segala aspek fisik dan kimia (Consumer Voice,
2013).
10. Homogenitas
Flick, Ernest W. 1989. Cosmetic and Toiletry Formulation Second Edition Vol. 1.
New Jersey : Noyes Publications.
Gaud R. S., Yadav A.V., Yeole P.G., Gokhale S.B. 2008. Pharmaceutics. Jakarta
: Nirali Prakashan.
Tranggono, R.I. dan Fatma Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik, Editor: Joshita Djajadisastra. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama.