Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN

Disusun oleh :

1. Nita Andriyani (17030174018)


2. Haqqi Hidayatullah (17030174020)
3. Yulia Ervinawati (16030174046)
4. Rionaldy Ariansyah (16030174063)
5. Dinda Ayu Fatmalasari (16030174072)
6. Alfia Mahardika (16030174086)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN MATEMATIKA

S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada era modern seperti ini, banyak sekali lulusan sarjana yang menganggur. Mereka
kesulitan mencari lapangan pekerjaan yang sebanding dengan gelar mereka. Kurangnya
wawasan mereka untuk membuat lapangan pekerjaan membuat mereka hanya mengandalkan
ketersediaan lapangan pekerjaan saja. Padahal, jika mereka memiliki sedikit saja wawasan
atau bahkan memiliki inovasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat masa kini untuk
membuka lapangan pekerjaan yang relevan dengan gelar sarjana mereka, maka hal itu akan
membuahkan hasil minimal untuk mereka sendiri atau mungkin untuk orang lain. Bahkan ada
sebagian orang yang mengatakan, “Untuk apa sekolah tinggi – tinggi kalau hanya untuk
menjadi pedagang.”. Padahal, untuk berwirausaha itu sebenarnya tidak memandang bergelar
atau tidak bergelar, karena wirausawahan yang sukses itu bukan dari seberapa tinggi sekolah
mereka, namun seberapa hebat jiwa berwirausaha mereka untuk menciptakan inovai – inovasi
yang belum berkembang di masyarakat namun sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Dari persoalan diatas, maka makalah ini dibuat untuk membimbing dan memberikan
wawasan mengenai kewirausahaan. Tentang bagaimana menumbuhkan jiwa kewirausahaan,
tentang bagaimana memulai berwirausaha itu sendiri, tentang manfaat, sifat-sifat dan
sebagainya, semua ada dalam makalah ini. Sehingga diharapkan, ketika lulus menjadi sarjana
nanti mereka tidak kebingungan untuk mencari pekerjaan, melainkan mereka juga dapat
membuat lapangan pekerjaan atau mungkin menemukan inovasi kreatif yang memiliki nilai
jual yang tinggi. Untuk itu sangat penting sebenarnya memiliki jiwa berwirausaha yang mana
kewirausahaan itu sendiri juga fleksibel dapat dilakukan dimana dan kapan saja, tidak terikat
oleh apapun juga.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa konsep dasar kewirausahaan dan manfaat berwirausaha?
2. Apa saja motivasi berwirausaha itu?
3. Bagaimana proses kewirausahaan?
4. Apa saja sifat – sifat yang harus dimiliki wirausahawan?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar kewirausahaan dan manfaat wirausaha.
2. Mengetahui motivasi wirausaha.
3. Mengetahui proses kewirausahaan.
4. Mengetahui sifat – sifat yang harus dimiliki oleh wirausahawan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep kewirausahaan


Banyak konsep dan pandangan yang berbeda-beda tentang kewirausahaan, bergantung pada
konteks dan pendekatan yang digunakan. Untuk memudahkan pemahaman, mari kita pelajari konsep
kewirausahaan (enterpreneurship), wirausahawan (enterpreneur), dan konsep berwirausaha
(entrepreneurial).

Dalam kehidupan sehari-hari, Masih banyak orang yang memandang dan menafsirkan bahwa
kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki dan dilakukan oleh para pengusaha atau pelaku
bisnis (businessman). Pandangan tersebut kurang tepat, kewirausahaan tidak Selalu identik dengan
perilaku dan watak pengusaha saja karena sifat ini dimiliki juga oleh mereka yang bukan pengusaha,
seperti petani, karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru, arsitektur, seniman, artisan,
pemimpin proyek, peneliti, dan pekerjaan lainnya yang dilakukan secara kreatif dan inovatif. Jiwa
kewirausahaan ada pada setiap orang yang memiliki kemampuan kreatif dan inovatif, dan pada setiap
orang yang menyukai perubahan, pembaruan, kemajuan, dan tantangan. Seperti dikemukakan oleh
Soeparman soemahamidjaja (1980) bahwa kewirausahaan meliputi semua aspek pekerjaan, baik
karyawan swasta maupun pemerintah. Wirausahawan adalah mereka yang melakukan usaha-usaha
kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan
peluang dan perbaikan hidup (Soeharto Prawirokusumo, 1977: 5).

Memang, pada awalnya istilah kewirausahaan sangat populer dan berkembang dalam dunia
bisnis, akan tetapi akhir-akhir ini berkembang dalam berbagai aspek kehidupan, dan berbagai bidang,
seperti pendidikan, kesehatan, pemerintahan, dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Istilah
entrepreneurship sebenarnya berasal dari kata entrepreneur (wirausahawan). Menurut soeparman
soemahamidjaja (1977: 2), istilah enterpreneur pertama kali oleh Cantilon dalam essay sur nature du
commerce (1755), yaitu sebutan bagi para pedagang yang membeli barang di daerah-daerah dan
kemudian menjualnya dengan harga yang tidak pasti. Sementara itu, Soeharto prawirokusumo (1997:
1) menerjemahkan entrepreneurship sebagai kewirausahaan yang dapat diartikan sebagai The
Backbone of economy yaitu saraf pusat perekonomian atau sebagai tailbone of economy yaitu
pengendali perekonomian suatu bangsa.

Peter F. Sticker (1994) mengemukakan konsep kewirausahaan merujuk pada sifat, watak, dan
ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan
inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tanggung (Peter F.
Drucke, 1994). Menurut Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda. Secara sederhana kewirausahaan juga sering diartikan sebagai prinsip atau kemampuan
untuk berwirausaha (Ibnu Soedjono, 1993; meredith, 1996; Marzuki Usman, 1997). Kewirausahaan
identik dengan kemampuan seseorang yang kreatif, inovatif, berani menanggung resiko serta selalu
mencari peluang melalui potensi yang dimilikinya.

Secara terperinci, Thomas W. Zimmerer (1996: 51) mengemukakan “enterpreneurship is


applying creativity and Innovation to solve the problems and to exploit opportunities that people face
everyday”. Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan
upaya Memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari
kreativitas, inovasi, Dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk
membentuk dan memelihara usaha baru.

Kreativitas (creativity), oleh Zimmerer (1996: 51), diartikan sebagai kemampuan


mengembangkan ide ide dan menemukan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan
menghadapi peluang (creativity is the ability to develop new ideas and to discover new ways of
looking at the problems and opportunities). Sementara itu, inovasi (innovation) diartikan sebagai
kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang untuk
meningkatkan atau memperkaya kehidupan (Innovation is the ability to apply creativity solution to
those problems and opportunities to enhance or to enrich people live). Menurut Harvard Theodore
levitt, kreativitas adalah berpikir sesuatu yang baru (creativity is thinking new things), sedangkan
inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru (Innovation is doing new things) (Zimmerer, 1996: 51).
Para wirausahawan akan berhasil apabila berpikir dan melakukan sesuatu yang baru, nonton sesuatu
yang lama dikerjakan dengan cara baru (thinking and doing new things or old things in new ways). Ide
kreatif akan muncul apabila wirausahawan melihat sesuatu yang lama dan memikirkan sesuatu yang
baru atau berbeda (looking at something old and think something new or different) (Zimmerer, 1996:
51). Di samping itu, orang yang disebut sebagai wirausahawan, menurut Drucker (1985: 21)
didefinisikan sebagai berikut: “... Entrepreneur is one of who shift economic resource out of an area
of lower and into an area of high productivity and great yield “ (Lambing, 2000: 14).

Rumusan mengenai kewirausahaan yang berkembang sekarang sebenarnya banyak berasal


dari konsep Schumpeter (1934). Menurut Schumpeter, wirausahawan merupakan pengusaha yang
melaksanakan kombinasi-kombinasi baru dalam bidang teknik dan komersial ke dalam bentuk
praktik. Inti dari fungsi pengusaha (the core of enterpreneur functional) adalah pengenalan dan
pelaksanaan kemungkinan-kemungkinan baru dalam bidang perekonomian. Kemungkinan-
kemungkinan baru yang dimaksudkan oleh schumpeter adalah: pertama, memperkenalkan produk
atau kualitas baru suatu barang yang belum dikenal oleh konsumen. Kedua, melakukan metode
produksi dari penemuan ilmiah dan cara-cara baru untuk menangani suatu produk agar menjadi lebih
mendatangkan keuntungan. Ketiga, membuka suatu pasar baru, yaitu pasar yang belum pernah ada
atau belum pernah dimasuki cabang industri yang bersangkutan. Keempat, membuka suatu sumber
dasar baru, atau setengah jadi atau sumber-sumber yang masih harus dikembangkan. Kelima,
pelaksanaan organisasi baru (Yuyun Wirasasmita, 1982: 33-34).

Menurut Schumpeter (1934), fungsi pengusaha bukan sebagai pencipta atau penemu
kombinasi-kombinasi baru (kecuali kalau kebetulan), melainkan lebih sebagai pelaksana dari
kombinasi-kombinasi yang kreatif. Pengusaha biasanya memiliki sikap yang khusus, seperti Sikap
yang dimiliki pedagang, pemilik industri, dan bentuk-bentuk usaha lainnya yang sejenis. Schumpeter
mengemukakan dua tipe sikap dari dua subjek ekonomi, yaitu sikap pengusaha kecil biasa dan sikap
pengusaha sejati, sikap pengusaha yang sejatilah yang kemudian berkembang lebih cepat.
Kewirausahaan muncul Apabila seseorang berani mengembangkan usaha-usaha dan Ida Ida barunya.
Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan
perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha. Oleh sebab itu, wirausahawan adalah orang yang
memperoleh peluang dan menciptakan organisasi untuk mengejar peluang tersebut (Bygrave, 1995).

Menurut Meredith (1996: 9), berwirausaha berarti memadukan watak pribadi, keuangan, dan
sumber daya. Oleh karena itu, berwirausaha merupakan suatu pekerjaan atau karir yang harus bersifat
fleksibel dan imajinatif, mampu merencanakan, mengambil resiko, keputusan, dan tindakan untuk
mencapai tujuan. Syarat berwirausaha adalah harus memiliki kemampuan untuk menemukan dan
mengevaluasi peluang, mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan, dan bertindak untuk
memperoleh keuntungan dari peluang-peluang tersebut.

2.2. Motivasi Berwirausaha

Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan atau kegiatan tertentu, sehingga motivasi dapat diartikan sebagai pendorong
perilaku seseorang. Motivasi dalam kewirausahaan meliputi motivasi yang diarahkan untuk
mencapai tujuan kewirausahaan. Seorang wirausaha termotivasi untuk melakukan kegiatan
usaha dengan berbagai alasan antara lain:
 Indepedensi
 Pengembangan diri
 Pekerjaan yang tidak memuaskan
 Penghasilan

Berbagai macam teori motivasi juga mampu menjelaskan motivasi orang melakukan
kegiatan usaha sebagai seorang wirausaha:

A. Teori Hirarki Kebutuhan ( Abraham Maslow)

Teori hirarki kebutuhan Maslow mampu menjelaskan motivasi orang melakukan kegiatan usaha.
Maslow membagi tingkatan motivasi kedalam hirarki kebutuhan dari kebutuhan yang rendah
sampai yang berprioritas tinggi, dimana kebutuhan tersebut akan mendorong orang untuk
melakukan kegiatan usaha.

1. Physiological Need (Kebutuhan yang bersifat fisiologis)

Manifestasi kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan papan. Motivasi
seseorang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong untuk mampu memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan kebutuhan hidup yang layak.

2. Security Need (Kebutuhan keamanan dan keselamatan)

Motivasi melakukan kegiatan usaha, bisnis untuk memenuhi rasa aman akan sumber daya yang
dimiliki seperti: investasi, perumahan, asuransi dan lain-lain

3. Social Need (Kebutuhan sosial)

Motivasi seseorang melakukan keguatan usaha untuk memenuhi kebutuhan sosial, kebutuhan
akan kasih saying, dan bersahabat (kerjasama) dalam kelompok kerja atau antar kelompok

4. Estemm need (Kebutuhan akan prestasi

Motivasi melakukan kegiatan usaha dan bisnis untuk memenuhi rasa kebanggaan, diakuinya
potensi yang dimiliki dalam melakukan kegiatan bisnis dan kebutuhan akan kedudukan
5. Self-Actualization Need (Kebutuhan mempertinggi kapisitas kerja)

Motivasi melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Keinginan wirausaha
untuk menghasilkan sesuatu yang diakui secara umum bahwa hasil kerjanya dapat diterima dan
bermanfaat bagi masyarakat sehingga setiap orang ingin mengembangkan kapasitas kerjanya
dengan baik.

B. Teori Tiga Motif Sosial (David C. McClelland)


Seorang wirausaha melakukan kegiatan usaha didorong oleh kebutuhan untuk berprestasi,
berhubungan dengan orang lain, dan untuk mendapatkan kekuasaan baik secara financial maupun
secara sosial.

1) Motif berprestasi (need for achievement)

Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan mendapatkan prestasi dan
pengakuan dari keluarga maupun masyarakat.

2) Motif berafiliasi ( need for affiliation)

Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan untuk berhubungan dengan orang
lain secara sosial kemasyarakatan.

3) Motif kekuasaan ( need for power )

Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan mendapatkan kekuasaan atas
sumber daya yang ada. Peningkatan kekayaan, pengusahaan pasar sering menjadi pendorong utama
wirausaha melakukan kegiatan usaha.

2.3. Proses Kewirausahaan


Proses Awal Kewirausahaan

Seseorang yang memiliki kemauan berusaha biasanya diawali dengan adanya


suatu tantangan. Ada tantangan, maka ada usaha untuk berpikir kreatif dan bertindak
inovatif. Ada usaha pasti ada tantangan. Sebaliknya, bila tidak ada usaha, tidak akan
menemukan tantangan, dan seterusnya. Dengan adanya tantangan tersebut, seseorang
akan berpikir kreatif untuk melahirkan ide-ide, gagasan-gagasan, khayalan-khayalan,
dan dorongan untuk berinisiatif. Semua tantangan pasti memiliki risiko, yaitu
kemungkinan berhasil atau tidak berhasil. Oleh sebab itu, wirausahawan adalah orang
yang berani menghadapi risiko dan menyukai tantangan.
Pada hakikatnya manusia berkembang dari pengalaman, belajar dan berpikir.
Ide kreatif dan inobvatif wirausahawan kadang kala muncul melalui proses imitasi
(peniruan) dan duplikasi, kemudian berkembang menjadi proses pengembangan, dan
berujung pada proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda (inovasi).
Kemampuan berinovasi wirausahawan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang
berasal dari pribadi maupun dari lingkungan. Faktor pribadi yang memicu
kewirausahaan adalah dorongan untuk berprestasi, komitmen yang kuat, nilai-nilai
pribadi, pendidikan, dan pengalaman yang dimiliki. Faktor pemicu yang berasal dari
lingkungan pada waktu inovasi, yaitu peluang, model peran, dan aktivitas.
Bagaimana proses untuk menjadi wirausahawan yang sukses? Berikut adalah
proses menuju kewirausahaan yang sukses yang diawali dengan tantangan dan
diakhiri dengan keberhasilan.

Tantangan

Inovatif

Kreatif

Produktif

Value

Creative
New and

Keunggula

Peluang

Daya Saing

Sukses

Gambar 1. Model Proses Kewirausahaan

Adanya tantangan, seorang wirausahawan akan berpikir kreatif dan berusaha inovatif.
Orang berpikir kreaatif dan bertindak inovatif adalah orang yang produktif. Orang produktif
adalah orang yang selalu berpikir dan bertindak untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan
berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda tidak lain merupakan nilai tambah. Nilai tambah
memproyeksikan kualitas, dan kualitas memproyeksikan keunggulan. Keunggulan
menghasilkan daya saing. Daya saing merupakan peluang. Dengan demikian, orang kreatif
dan inovatif adalah orang yang produktif untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda, bernilai
tambah, unggul, berkualitas, berdaya saing, memiliki peluang, dan identik dengan
kesuksesan.

Bagaimana kita mengawali berwirausaha?

Wirausahawan

Loyalitas dan
Semangat dan Tanggung
Kemauan dan Kerja Keras Jawab
Ide Kemampuan

Gambar 2. Persyaratan Utama yang Harus Dipenuhi

Bila Anda ingin berwirausaha, pertama yang harus muncul adalah adanya ide. Akan
tetapi, ide itu muncul jika ada tantangan. Bila ide muncul, harus ada kemauan. Untuk menjadi
wirausahawan, ide dan kemauan saja tidak cukup harus memiliki kemampuan (pengetahuan
dan keterampilan). Wirausahawan akan berhasil dan tangguh, bila ada semangat dan kerja
keras. Semangat dan kerja keras inilah modal utama yang menentukan wirausahawan akan
mengalami keberhasilan ataupun kegagalan berwirausaha. Usaha dan pekerjaan yang
ditekuninya tersebut harus sungguh-sungguh jangan hanya bersifat asal-asalan, sampingan,
atau sambilan, tetapi harus betul-betul ditekuni. Keseriusan dan ketekunan inilah yang
disebut dengan loyalitas, komitmen, dan tanggung jawab.

Proses Perkembangan Kewirausahaan

Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996: 3), proses perkembangan
kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Carol Noore mengemukakan faktor-faktor
pemicu kewirausahaan dan model proses kewirausahaan ke dalam empat fase sebagai berikut.

Pertama, fase inovasi. Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya


inovasi. Inovasi dipicu oleh faktor pribadi dan lingkungan. Faktor individu yang
memengaruhi inovasi adalah pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan risiko, nilia-
nilai pribadi, pendidikan, dan pengalaman. Sementara itu, faktor eksternal yang berasal dari
lingkungan yang memengaruhi inovasi adalah peluang, model peran, dan aktivitas.

Kedua, fase kejadian pemicu. Setelah berinovasi semakin merangsang untuk terus
berproses dan timbulah kejadian pemicu. Kejadian pemicu dipengaruhi oleh faktor pribadi,
sosiologi, dan lingkungan. Faktor pribadi meliputi pencapaian locus of control, toleransi,
pengambilan risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan, pengalaman, keberanian menghadapi
risiko, ketidakpuasan, dan usia. Faktor peluang yang memicu terdiri atas peluang, model
peran, aktivitas, persaiangan, sumber daya, inkubator, dan kebijakan pemerintah. Selanjutnya,
faktor sosiologi yang memicu terdiri atas jaringan, kelompok, orang tua, keluarga, dan model
peran.
Ketiga, fase implementasi. Setelah ada pemicu, maka dalam implementasinya
dipengaruhi oleh faktor pribadi, lingkungan, dan sosiologi. Faktor pribadi yang memengaruhi
implementasi terdiri atas visi, komitmen, manajer, pemimpin, dan wirausahawan. Faktor
lingkungan yang memengaruhi implentasi terdiri atas pesaing, pelanggan, pemasok, investor,
bankir, inkubator, sumber daya, dan kebijakan pemerintah. Faktor sosiologi yang
memengaruhi imolementasi meliputi: jaringan, kelompok, orang tua, keluarga, dan model
peran.

Keempat, fase pertumbuhan. Implementasi mendorong pertumbuhan. Pada fase


pertumbuhan dipengaruhi oleh pribadi, organisasi, dan lingkungan. Faktor pribadi yang
memengaruhi pertumbuhan terdiri atas visi, komitmen, manajer, pemimpin, dan
kewirausahaan. Faktor organisasi meliputi: kelompok, strategi, struktur, budaya, dan produk.
Sementara itu, faktor lingkungan meliputi: pesaing, pelanggan, pemasok, investor, dan
bankir.

Orang yang berhasil dalam kewirausahaan adalah orang yang dapat menggabungkan
nilai, sifat utama (pola sikap), dan perilaku dengan bekal pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan praktis. Jadi, pedoman, pengharapan, dan nilai baik yang berasal dari pribadi
maupun kelompok, berpengaruh untuk membentuk perilaku kewirausahaan.

Proses Pertumbuhan Kewirausahaan

Pada umumnya proses pertumbuhan kewirausahaan pada usaha kecil memiliki tiga
ciri penting, yaitu mencakup hal-hal sebagai berikut.

1. Tahap imitasi dan duplikasi


2. Tahap duplikasi dan pengembangan
3. Tahap dalam penciptaan sendiri terhadap barang dan jasa baru yang berbeda

Tahap pertama, proses imitasi dan duplikasi. Para wirausahawan mulai meniru ide
dari orang lain, misalnya menciptakan jenis produk yang sudah ada, baik dari segi teknik
produksi, desain, pemrosesan, organisasi usaha, maupun pola pemasarannya. Keterampilan
pada tahan awal ini diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman pribadi, baik dari
lingkungan keluarga maupun orang lain. Akan tetapi, tidak sedikit pula wirausahawan yang
berhasil karena mempraktikkan hasil pengamatannya.

Tahap kedua, duplikasi dan pengembangan. Para wirausahawan mulai


mengembangkan ide-ide barunya. Dalam tahap duplikasi produk, misalnya wirausahawan
mulai mengembangkan produknya melalui diversifikasi dan diferensiasi dengan desain
sendiri, begitu pula dengan kegiatan organisasi usaha dan pemasaran. Meskipun pada tahap
ini terjadi perkembangan yang lambat dan cenderung kurang dinamis, namun sudah ada
sedikit perubahan. Pada tahap ini, ada yang gagal dan hanya mampu berimitasi, dan ini belum
menjadi wirausahawan dan kurang menghasilkan nilai tambah.

Tahap ketiga, menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Melalui ide-ide
sendiri, mereka menciptakan sendiri sesuatu yang baru dan berbeda sampai terus
berkembang. Pada tahap ini, wirausahawan biasanya mulai merasakan kebosanan dengan
proses produksi yang ada, keingintahuan dan ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah ada,
mulai timbul sehingga tercipta semangat dan keinginan untuk mencapai hasil yang lebih
unggul. Pada tahap ini, organisasi usaha juga mulai diperluas dengan skala yang lebih luas,
penciptaan produk sendiri berdasarkan pada pengamatan pasar dan kebutuhan konsumen
serta adanya keinginan untuk menjadi penantang, bahkan pemimpin pasar. Produk-produk
unik yang digerakkan oleh pasar mulai diciptakan dan disesuaikan dengan perkembangan
teknik yang ada. Beberapa industri kecil, misalnya industri sepatu dan koveksi mulai
menantang pasar, sedangkan industri lainnya yang menggunakan teknik produksi tradisional
dan semi modern masih menjadi pengikut pasar.

2.4. Sifat – Sifat yang Dimiliki Oleh Wirausahawan


1. Percaya Diri
Percaya diri dimulai dari pribadi yang mantap dan tidak mudah termbang-ambing oleh
pendapat orang lain. Akan tetapi, saran dari orang lain juga tidak ditolak melainkan dijadikan
pertimbangan dalam memutuskan sesuatu. Orang yang percaya dirinya tinggi adalah orang
yang matang jasmani dan rohaninya. Karakteristik seperti ini adalah pribadi yang independen,
optimis, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, objektif, dan berpikir kritis. Emosinya
boleh dikatakatan stabil, tidak gampang tersinggung dan naik pitam. Memiliki tingkat sosial
yang tinggi untuk menolong orang lain.
2. Berorientasi pada Tugas dan Hasil
Orang yang memilii sifat ini akan haus akan pretasi dan tidak mengutamakan prestise,
memiliki orientasi pada laba atau hasil. Berbagai motivasi akan muncul dalam wirausaha jika
kita menyingkirkan prestise. Kita akan mampu bekerja keras, enerjik tanpa malu dilihat
teman, penuh inisiatif, tekun dan tabah.
3. Pengambilan Risiko
Dalam berwirausaha akan penuh dengan risiko dan tantangan seperti persaingan, harga turun
naik, barang tidak laku, dan sebagainya. Namun semua tantangan harus dihadapi dengan
penuh perhitungan. Perhitungan yang matang akan menghasilkan pertimbangan dari berbagai
macam segi.
4. Kepemimpinan
Sifat kepemimpinan memang ada pada setiap individu. Namun, ini tergantung kepada
masing-masing individu dalam menyesuaikan diri dengan orang yang dipimpin. Ada
pemimpin yang disenangi bawahan, mudah memipin sekelompok orang, ia diikuti dan
dipercaya bawahannya. Namun, adapula pemimpin yang tidak disenangi bawahan, ia banyak
curiga terhadap bawahannya. Menanam kecurigaan kepada orang lain akan berakibat tidak
baik pada usaha yang dijalankan karena tidak adanya rasa saling percaya. Pemimpin yang
baik harus mau menerima kritis dari bawahan dan harus bersifat responsif.
5. Keorisinilan
Sifat orisinil tidak selalu ada pada diri seseorang. Yang dimaksud orisinil adalah ia tidak
hanya mengekor pada orang lain, tatpi memiliki pendapat sendiri. Ada ide orisinil dan
kemampuan untuk melakukan sesuatu. Orisinil tidak berarti baru sama sekali, tetapi
mencerminkan hasil kombinasi baru atau reintegrasi dan komponen-komponen yang sudah
ada sehingga menghasilkan sesuatu yang baru. Bobot kreativitas orisinil suatu produk tampak
dari peberdaan dari apa yang sudah ada sebelumnya.
6. Berorientasi ke Masa Depan
Seorang wirausaha harus perspektif, mempunyai visi ke depan sebab usaha bukan didirikan
untuk sementara melainkan selamanya. Untuk menghadapi pandangan ke depan, seorang
wirausaha akan menyusun perencanaan dan strategi agar jelas langkah-langkah yang
dilaksanan.
7. Komitmen dan Tekad yang Kuat
Memiliki komitmen dan tekad yang bulat untuk mencurahkan semua perhatian terhadap
usaha. Sikap yang setengah hati mengakibatkan besarnya kemungkinan untuk gagal dalam
berwirausaha.
8. Bertanggung Jawab
Memiliki rasa tanggung jawab dalam mengendalikan sumber daya yang digunakan dan
keberhasilan berwirausaha, oleh karena itu wirausahawan akan wawas diri secara internal.
9. Toleransi terhadap Risiko dan Ketidakpastian
Berambisi untuk selalu mencari peluang. Keberhasilan wirausahawan selalu diukur dengan
keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila terdapat peluang.
10. Kreatif dan Fleksibel
Berdaya cipta dan luwes. Salah satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi
perubahan permintaan. Kekakuan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia yang serba
cepat sering kali membawa kegagalan. Kemampuan untuk menanggapi perubahan yang cepat
dan fleksibel tentu saja memerlukan kreativitas yang tinggi.
11. Selalu Menginginkan Umpan Balik yang Segera
Wirausahawan selalu ingin mengetahui hasil apa yang telah dikerjakannya. Oleh karena itu,
dalam memperbaiki kinerjanya, wirausahawan selalu memiliki kemauan untuk menggunakan
ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya dan belajar dari kegagalan.
12. Memiliki Energi yang Tinggi
Wirausahawan yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih tinggi disbanding
kebanyakan orang sehingga ia lebih suka bekerja keras walaupun dalam waktu yang relative
lama.
13. Dorongan untuk Selalu Unggul
Wirausahan selalu ingin lebih unggul dan berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukannya
dengan melebihi dari standar yang ada, tidak mengerjakan sesuatu sama dengan standar
yang ada. Motivasi ini muncul dari dalam diri (internal) dan jarang dari factor eksternal.
14. Selalu Belajar dari Kegagalan
Wirausahawan yang berhasil tidak pernah takut akan kegagalan. Ia selalu menfokuskan
kemampuannya pada keberhasilan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep kewirausahaan memiliki
pandangan yang berbeda – beda dari beberapa ahli. Namun intinya adalah kewirausahaan merupakan
gabungan dari kreativitas, inovasi, Dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara
kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.

Sementara itu, motivasi berwirausaha juga memiliki beberapa teori dari berbagai pandangan
para ilmuwan yang juga sudah dijelaskan secara rinci pada uraian tersebut di atas. Secara garis besar,
kewirausahaan sangat diperlukan pada era sekarang, sehingga sangat penting jika sebelum
berwirausaha Anda mengetahui tentang kewirausahaan yang ada pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2013. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta


Suryana. 2013. Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba
Empat
Source: web.unair.ac.id/admin/file/f_20025_4k.docx diakses tanggal 24 Agustus 2018
Pukul 13.23

Anda mungkin juga menyukai