Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

FALSAFAH DAN SPIRIT KEWIRAUSAHAAN

Dosen Pengampu :
Bias Nur Elmira, S.Pi., M.M.

Disusun Oleh Kelompok :


Arminto Ghana Purbaya (203303027)
Rada Sakti Anggara (203303043)
Reyhan Yusuf Kalyana (203303041)

PROGRAM DIPLOMA III MESIN OTOMOTIF


JURUSAN TEKNIK
POLITEKNIK NEGERI MADIUN
MADIUN
2021
FALSAFAH DAN SPIRIT KEWIRAUSAHAAN

A. Pengertian Wirausaha

Wirausaha secara histories sudah dikenal sejak diperkenalkan


oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Diluar negeri, istilah
kewirausahaan telah dikenal sejak abad XVI, sedangkan di
Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Beberapa istilah
wirausaha seperti di Belanda dikenal dengan ondernemer, di Jerman
dikenal dengan unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai
dirintis sejak 1950-an dibeberapa Negara seperti di Eropa, Amerika,
dan Canada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang
mengajarkan entrepreneurship atau small business management.
Pada tahun 1980-an,hampir 500 sekolah di Amerika Serikat
memberikan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia,
kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau
perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan
tantangan seperti adanya krisis ekonomi, maka pemahaman
kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-
pelatihan kewirausahaan di segala lapisan masyarakat menjadi
berkembang.
Istilah kewirausahaan sudah lama menjadi wacana di
Indonesia baik pada tingkat formal di perguruan tinggi dan
pemerintahan ataupun pada tingkat non formal pada kehidupan
ekonomi di masyarakat. Dilihat dari terminologi, dulu dikenal
adanya istilah wiraswasta dan kewiraswastaan. Sekarang tampaknya
sudah ada semacam konvensi sehingga istilah tersebut menjadi
wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship).
Wiraswasta terdiri dari tiga kata yaitu “Wira” yang memiliki
arti manusia unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani,
pahlawan/pendekar kemajuan dan memiliki keagungan watak. Kata
kedua yaitu “Swa” yang berarti sendiri dan kata ketiga “Sta”
memiliki arti berdiri (Soemanto, 1984). Dengan demikian secara
etimologis wiraswasta berarti keberanian, keutamaan serta
keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan
masalah hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri.
Wirausaha (entrepreneur) adalah orang yang mendobrak
sistem ekomomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa
yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau
mengolah bahan baku baru (Joseph, 1994). Konsep
entrepreneurship (kewirausahaan) memiliki arti yang luas. Salah
satunya, entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kecakapan
tinggi dalam melakukan perubahan, memiliki karakteristik yang
hanya ditemukan sangat sedikit dalam sebuah populasi. Definisi
lainnya adalah seseorang yang ingin bekerja untuk dirinya.
Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah kegiatan individu
atau kelompok yang membuka usaha baru dengan maksud
memperoleh keuntungan (Profit), memelihara usaha dan
membesarkannya, dalam bidang produksi atau distribusi barang dan
jasa. Tedapat banyak definisi kewirausahaan yang pada intinya
relative sama. Prinsipnya bahwa seorang dikatakan sebagai
wirausahawan apabila memiliki segenap ciri-ciri wirausaha tangguh,
dan wirausahawan unggul. Beberapa definisi tentang kewirausahaan
yang dikemukakan para ahli tersebut diantaranya adalah :
1. Richard Cantillon (1775)

Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-


employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat
ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan
datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih
menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko
atau ketidakpastian
2. Jean Baptista Say (1816)

Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan


berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari
produksinya.
3. Frank Knight (1921)

Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi


perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan
wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada
dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan untuk
melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti
pengarahan dan pengawasan
4. Joseph Schumpeter (1934)

Wirausahawan adalah seorang inovator yang


mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar
melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut
bisa dalam bentuk (1) memperkenalkan produk baru atau
dengan kualitas baru, (2) memperkenalkan metoda produksi
baru, (3) membuka pasar yang baru (new market), (4)
Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen
baru, atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu
industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep
inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta
mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
5. Penrose (1963)

Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-


peluang di dalam system ekonomi.Kapasitas atau
kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas
kewirausahaan.
6. Harvey Leibenstein (1968, 1979)

Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang


dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan
perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau
belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi
produksinya belum diketahui sepenuhnya.
7. Israel Kirzner (1979)

Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar.

8. Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio

Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi,


mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan.
Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang
lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari
proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk
pada kondisi resiko atau ketidakpastian.
9. Peter F. Drucker

Kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan


sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung
maksud bahwa seorang wirausahan adalah orang yang
memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru,
berbeda dari yang lain. Atau mampu menciptakan sesuatu
yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.
10. Zimmerer

Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas


dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan
peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha). Salah satu
kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian
tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai
fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yang
muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar
berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input
yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan
menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering
dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif.
Definisi entrepreneurship dari Ekonom Austria Joseph
Schumpeter menekankan pada inovasi, seperti: produk baru, metode
produksi baru, pasar baru dan bentuk baru dari organisasi.
Kemakmuran tercipta ketika inovasi-inovasi tersebut menghasilkan
permintaan baru. Dari sudut pandang ini, dapat didefinisikan fungsi
entrepreneur sebagai mengkombinasikan berbagai faktor input
dengan cara inovatif untuk menghasilkan nilai bagi konsumen
dengan harapan nilai tersebut melebihi biaya dari faktor-faktor input,
sehingga menghasilkan pemasukan lebih tinggi dan berakibat
terciptanya kemakmuran/kekayaan.
Joseph A. Schumpeter juga mengatakan bahwa perilaku dan
sifat entrepreneur yang khas adalah kemampuannya, kecerdasannya
dan keberaniannya yang ditopang oleh ketetapan hatinya dan
keteguhan jiwanya untuk melancarkan usaha yang serba baru dengan
melihat pada kemungkinan-kemungkinan potensial di masa depan
dan berhasil menjelmakan menjadi kenyataan efektif. Satu hal dari
pandangan Schumpeter yang menggugah adalah penilainnya tentang
entrepreneur yang sama sekali berbeda dengan pengusaha
(businessman). Entrepreneur memiliki “sikap jeli” terhadap
kemungkinan potensial yang terbayang dalam perkembangan masa
depan, kemudian mampu merintis dan mengatur inovasi, menempuh
pola baru dalam penggunaan sumber dana dan daya produksi dalam
suatu kombinasi optimal yang baru pula.
Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses
penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan
usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko finansial,
psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa
moneter dan kepuasan pribadi.

B. Falsafah Wirausaha

Setiap orang harus belajar banyak tentang dirinya sendiri,


jika bermaksud untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang
paling diinginkan dalam hidup ini. Kekuatan anda datang dari
tindakan diri sendiri dan bukan dari tindakan orang lain. Meskipun
resiko kegagalan selalu ada, para wirausaha mengambil resiko
dengan jalan menerima tanggungjawab atas tindakan mereka sendiri.
Kegagalan harus diterima sebagai pengalaman belajar. Belajar dari
pengalaman lampau akan membantu anda menyalurkan kegiatan
anda untuk mencapai hasil yang lebih positif dan keberhasilan
merupakan buah dari usaha yang tidak mengenal lelah.
Kewirausahaan bukan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir
(enterpreneurship are born not made) serta tidak hanya dapat
dilakukan melalui pengalaman langsung di
lapangan saja. Seseorang yang memilki bakat kewirausahaan dapat
mengembangkan bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang
menjadi enterpreneur adalah orang-orang yang mengenal potensi
(traits) dan belajar mengembangkan potensi untuk menangkap
peluang serta mengorganisir usaha dalam mewujudkan cita-citanya.
Oleh karena itu, untuk menjadi wirausaha yang sukses, memilki
bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memilki pengetahuan
mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuni.
Kewirausahaan adalah kemampuan diri seseorang dalam
menentukan dan mengevaluasi peluang-peluang usaha dengan
mengelola sumber-sumber daya yang ada. Oleh karena itu
kewirausahaan melekat pada diri manusia, sementara keberadaan
manusia di dunia ini merupakan mahluk utama dan titik sentral
berkembangnya peradaban masyarakat. Sehubungan dengan hal
tersebut, ada 4 elemen pokok yang perlu disadari akan eksistensi
keberadaan manusia dalam memahami falsafah/hekekat wiarausaha
yaitu :
1. Hakekat Keberadaan Manusia

adalah pekerja dan tanpa bekerja fungsi diri sebagai manusia mahluk
utama di muka bumi akan kehilangan makna, dengan demikian
bekerja adalah indikator eksistensi manusia
2. Kewajiban Manusia Dalam Hidupnya

Manusia dalam hidupnya wajib bekerja, artinya bekerja disini adalah


berbuat sesuatu agar kehidupan lebih bermakana atau berperadaban,
karena manusia bekerja untuk mempertahanakan hidup dan
kelangsungan hidup. Dengan bekerja kehidupan lebih bergairah,
dinamis dan menyenangkan sehingga keberadaan diri manusia
menjadi nyata dan bernilai.
3. Etos Kerja

merupakan salah satu unsur inner dynamic factor (faktor dinamika


yang berada dalam diri manusia). Dengan etos kerja, bekerja berarti
menghasilkan sesuatu baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Dalam hubungan tersebut ada 2 (dua) variabel pengukur hasil kerja
yaitu : (1) Manfaat/Kegunaan; (2) Produktivitas.
4. Kebutuhan Hidup

Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam


rangka mempertahankan kelansungan hidup. Dari perjalanan
peradaban manusia, kebutuhan manusia mengalami proses
perkembangan dan sangat beragam. Maslow mempertimbangkan
kebutuhan manusia sebagai motivasi dan perilaku manusia dalam
sebuah model hierarki kebutuhan berdasarkan urutan kadar
pentingnya sebagai berikut :
C. Spirit Wirausaha

Awalnya kewirausahaan didefinisikan secara sederhana. Pada


zaman dahulu orang sering memutuskan untuk pergi ke suatu tempat
yang berbeda dalam rangka melakukan pertukaran atau perdagangan
yang biasa disebut go-between (Robert . Entrepreneurship.6 Edition.
Boston:McGraw Hill). Ia melakukan kesepakatan kontrak kerja atas
permintaan suatu barang, pada saat itu rempah-rembah dengan
seseorang yang akan menukar yaitu pembeli dengan sejumlah uang
atas jerih payahnya. Awal dari kewirausahaan adalah contractor
yaitu orang yang melakukan kesepakatan kontrak kerja atas sejumlah
pekerjaan yang ditentukan sebelumnya dengan kompensasi sejumlah
uang yang segala risikonya ditanggung oleh penerima kontrak. Oleh
sebab itu , kewirausahaan pada zaman dahulu disebut risk taker
(pengambil risiko).
Pada era industri kewirausahaan adalah orang yang berani
mengambil risiko dan tidak memiliki modal yang selalu diukur oleh
uang yang melakukan kesepakatan dengan pemilik modal untuk
mengerjakan proyek-proyek tertentu atas sumber dayanya namun
tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Mereka yang berani
mengambil risiko pada zamannya disebut sebagai kewirausahaan
berbasis join venture

capital (satu pihaknya adalah intelectual capital, pihak lainnya


adalah equety capital). Pada abad ini yang menjadi tulang punggung
kesuksesan dalam sebuah bisnis adalah kreativitas seorang
wirausahawan itu sendiri (Creativepreneur).
Perkembangan ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, politik,
budaya, teknologi dan kesejahteraan telah menciptakan gap diantara
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut . Misalnya
gap yang terjadi akan menciptakan perubahan status sosial, perilaku,
gaya hidup, kebutuhan,keinginan, selera sehingga
bisamembangkitkan sebuah inspirasi bisnis yang pada akhirnya
memunculkan peluang bisnis. Munculnya peluang bisnis yang baru
akan akan menstimulus munculnya entrepreneur muda. Hal inilah
yang mendorong timbulnya wirausaha seiring dengan perubahan dan
perkembangan ekonomi. Terdapat beberapa hal yang menstimulus
spirit of entrepreneurship, yaitu:
1. Evolusi produk

Perubahan produk akan menimbulkan perubahan kebutuhan


yang memunculkan sebuahpeluang baru.
2. Evolusi ilmu pengetahuan.

Perubahan ilmu pengetahuan akanmenimbulkan keinginan


akan produk yangberbeda.
3. Perubahan gaya hidup, selera dan hobi.

Perubahan gaya hidup yang akan mempengaruhi keinginan


produk yang berbeda
4. Perubahan teknologi.

Berkembangnya teknologi dan semakin canggihnya


teknologi akan menciptakan produk , suasana dan gaya hidup
yang berbeda.
5. Perubahan budaya

Berkembangnya gaya hidup, pendapatan, selera , teknologi


dan sebagainya akan mengubah budaya seseorang, sehingga
hal ini mempengaruhi kebutuhan akan produk yang berbeda
di setiap tempat.
6. Perubahan struktur pemerintahan dan politik.

Perubahan politik akan mempengaruhi perubahan struktur


pemerintahan yang berujung pada perubahan peraturan,
kebijakan dan arah perekonomian, sehingga muncullah
sebuah gap kebutuhan akan produk yang lalu dan pasca
perubahan.
7. Intrapreneurship

Kemampuan intrapreneurship yang semakin baik dan kuat


akan memunculkan gairah entrepreneur. Hal ini disebabkan
karena kreativitas, inovasi, ketatnya persaingan, hasrati ingin
tantangan yang lebih baru, perubahan organisasi dan lain-
lain. Jadi organisasi secara tidak langsung mengembangkan
jiwa kewirausahaan seseorang.

Entrepreneur cenderung menggunakan enerjinya untuk


melakukan dan membangun suatu kegiatan, ketimbang hanya
melakukan pengamatan dan analisis. Dengan visinya, entrepreneur
itu dengan sadar memperhitungkan risiko – baik secara personal
maupun finansial – dan kemudian melakukan apa saja agar bisa
mengurangi risiko dan kemungkinan gagal. Kewirausahaan adalah
kemampuan untuk mengindera (sensing) suatu peluang, ketika yang
lain masih melihatnya sebagai chaos, suatu yang kontradiksi, dan
membingungkan. Entrepreneur itu memiliki know- how bagaimana
menemukan sesuatu, merangkai, dan mengendalikan sumber-sumber
(yang kadang- kadang dimiliki oleh orang lain) untuk mewujudkan
tujuannya. Modal paling mendasar menjadi wirausahawan adalah tekad
dan keberanian mengambil dan menghitung resiko. Tanpa ini, diberi
modal sebesar apapun, tidak akan pernah menjadi wirausahawan. Kalau
sudah ada keberanian, kita beri kesempatan bagaimana mengelola bisnis
dengan baik
Daftar Pustaka
Hendro, 2011. Dasar – dasar Kewirausahaan, Earlangga :
jakarta murdaka, Bambang. dkk. 2015. Kewirausahaan, Andi :
Yogyakarta Meredith, Geoffrey G. dkk. 1996. Kewirausahaan: Teori
dan praktek, Ikrar Mandiriabadi : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai