Anda di halaman 1dari 10

KEBIJAKAN KOMUNIKASI EFEKTIF

RSIA CAHAYA BUNDA CIREBON


2018

1
JL.RayaPerjuangan No.8 Cirebon
Jawa Barat - Indonesia
Telp : (+62 231) 8333377/88/99
Fax (+62 231) 482121
Email :marketing@rsia-cahayabunda.com
www.rsia-cahayabunda.com

KEBIJAKAN KOMUNIKASI EFEKTIF

PERATURANDIREKTUR

RSIA CAHAYA BUNDA CIREBON

Nomor : 005/PER /DIR /PPK/RSIACB /VIII/ 2018 Rev.0

tentang

KEBIJAKAN KOMUNIKASI EFEKTIF

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di RSIA CAHAYA


BUNDA Cirebon, maka diperlukan Kebijakan Komunikasi Efektif dalam
proses pelayanan.

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud diatas perlu


adanya keputusan Direktur tentang Kebijakan Komunikasi Efektif RSIA
Cahaya Bunda Cirebon

Mengingat : a. Undang–undang Republik Indonesia Nomor : 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit;

b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran

c. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang

i
Kesehatan

d. Peraturan Direktur PT. Cipta Hasil Yasmin Nomor :011/BOD/CRB -


SK/0716 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja RSIA CahayaBunda
Cirebon Kelas C.

e. Surat Keputusan Direktur PT.Cipta Hasil Yasmin Nomor :010/BOD/CRB-


SK/0716 tentang Penunjukan Sebagai Direktur RSIA Cahaya Bunda
Cirebon;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Pertama : Menetapkan KEBIJAKAN KOMUNIKASI EFEKTIF RSIA Cahaya BundaCirebon

Kedua : Kebijakan Komunikasi Efektif digunakan sebagai acuan dalam menjalankan kegiatan
seluruh unit dalam hal berkomunikasi dilingkungan RSIA Cahaya Bunda Cirebon

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Cirebon, Agustus 2018

dr. Erwin Didi Purnama., MMRS

Direktur RSIA Cahaya Bunda Cirebon

ii
Lampiran
Peraturan Direktur RSIA Cahaya Bunda Cirebon
Nomor : 005/PER /DIR /PPK/RSIACB /VIII/ 2018 Rev.0

KEBIJAKAN KOMUNIKASI EFEKTIF


RSIA CAHAYA BUNDA CIREBON

A. Kebijakan Umum Komunikasi Efektif

1. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang tepat waktu, lengkap, tidak ragu-ragu dan
dimengerti oleh penerima instruksi

2. Komunikasi efektif dilakukan antara petugas kesehatan baik dilakukan secara lisan
maupun tulisan

3. Pelaporan hasil pemeriksaan melalui lisan atau melalui telepon dengan menggunakan
metode SBAR ( Situation, Background, Assesment, Recommendation )

4. Perintah lisan dan yang melalui telepon hasil pemeriksaan dituliskan secara legkap dan
didokumentasikan oleh penerima perintah.

5. Perintah lisan dan yang melalui telepon secara lengkap dibacakan kembali oleh
penerima perintah. Dalam membacakan ulang instruksi sebaiknya menggunakan
International Alfabetical untuk mencegah kesalahan dalam ejaan.

6. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfimasi ulang oleh individu yang memberi
perintah

iii
7. Perintah lisan atau melalui telepon dimintakan tanda tangan pemberi perintah dan di
sertai tanda tangan saksi.

8. Pada saat pembacaan ulang individu yang menerima instruksi atau hasil test,
mendengarkan informasi yang diberikan

9. Pada keadaan tertentu pembacaan ulang, mungkin tidak dapat dilaksanakan,


dikarenakan dapat membahayakan keselamatan pasien yaitu pada kondisi
kegawatdaruratan yang jelas seperti Cardiac Arrest.

B. Komunikasi Emergency

1. Pada keadaan emergency antara lain Code Red, Code Blue, Code Black, Early Warning
System, dan Laporan hasil kritis memiliki arti dan cara berkomunikasi yang berbeda.

2. Adanya penandaan lokasi atau peta untuk arah evakuasi, penandaan lokasi disimpan di
setiap ruang pelayanan. Untuk di setiap lorong diberikan petunjuk arah evakuasi.

3. Code Red merupakan kode dimana menunjukan adanya kebakaran. Jika code red ini
menyala maka langsung laporkan ke Tim Penanggulangan Bencana dan segera
melakukan evakuasi dan pemadaman api.

4. Code Blue merupakan kode yang mengindikasikan adanya kegawatdaruratan


khususnya henti jantung dan henti napas yang memerlukan tindakan resusitasi segera.
Petugas pertama yang menemukan pasien segera menghubungi Tim Code Blue.

5. Code Black merupakan kode yang menandakan ancaman bom yang terjadi. Ketika
code black ada maka segera laporkan ke Tim Penanggulangan Bencana.

6. Early Warning System merupakan sistem peringatan dini yang dapat diartikan sebagai
rangkaian sistem komunikasi informasi yang dimulai dari deteksi awal, dan pengambl
keputusaN selanjutnya.

7. Pelaporan Hasil kritis merupakan proses pengiriman pesan yang dilakukan dua arah
antara tenaga kesehatan atau PPRA dengan dokter secara lisan atau via telepom untuk

iv
melaporkan hasil pemeriksaan yang dianggap kritis. Hasil pelapporan tersebut dicatat
kedalam buku untuk hasil kritis kepada siapa dan kapan melaporkan hasil tersebut

C. Komunikasi Non Emergency

I. Managemen

1. RS menyediakan Nomor Telepon penting seperti nomor telepon instansi


pemerintahan seperti : Pemadam Kebakaran, PMI, PLN, Polres, Telkom, RS lain
dan instansi lainnya yang disimpan di customer service dan security.

2. Cara berkomunikasi dengan masyrakat RS maupun dengan masyarakat yang lain


adalah dengan adanya petunjuk lokasi RS di perempat jalan atau minimal jarak
100m dari RS.

3. RS menyediakan leaflet/ banner tentang pelayanan yang ada di RS, leaflet ini
disimpan di meja pendaftaran, r. perawat rawat jalan,r. perawat rawat inap, dan
juga di bagikan serta di informasikan kepada pasien pulang rawat inap.

4. Untuk mempermudah pasien menemukan tempat pelayanan yang dituju, maka


dipasangkan nama tempat pelayanan dan arah menuju ke unit pelayanan,
contoh: R. Pendaftaran, R. UGD, Farmasi, Administrasi.

5. Pada ruangan perawatan khusus atau ruang tertentu ada nya tanda “Pembatasan
Area”, seperti pada pintu masuk kasir, pendaftaran, farmasi, dan rekam medis
terpasang tulisan “Selain Petugas Dilarang Masuk”, untuk ruanga khusus seperti
Kamar Tindakan, Kamar Bersalin dan Kamar Operasi ada penandaan atau
petunjuk area yang boleh di masuki keluarga pasien dan ada area untuk tenaga
medis dan dokter.

6. Cara managemen berkomunkasi adalah dengan Rapat, jenis rapat yang ada di
RSIA Cahaya Bunda Cirebon antara lain :

a. Morning Meeting adalah petemuan rutin yang diselenggarakan setiap hari


Rabu jam 09.00-selesai di R. Meeting dengan tema evaluasi pelayanan selama
1 minggu
v
b. Rapat Komite Medik adalah pertemuan yang diselenggarakan setiap 3 (tiga)
bulan sekali (sesuai kebutuhan)

c. Rapat Komite Staf Medik Fungsional adalah pertemuan yang diselenggarakan


setiap 3 (tiga) bula sekali (sesuai kebutuhan)

d. Rapat Internal Unit Kerja / Instalasi adalah pertemuan rutin yang


diselanggarakan unit kerja / instalasi dengan tema evaluasi pelayanan /
kinerja unit dan pemberian informasi kepada karyawan pelaksana.

e. Rapat Kepala Ruangan / Koordinator adalah pertemuan rutin yang


dilaksanakan setiap hari Selasa, Kamis, Jumat jam 14.00-selesai denga tema
evaluasi pelayanan harian

f. Rapat Direksi dan Dewan Pengawas adalah pertemuan yang dilaksanakan


setiap 1 (satu) bulan sekali pada hari Jumat minggu pertama.

g. Rapat Briefing pagi adalah pertemuan kecil yang diselenggarakan unit, antara
pelaksana dengan coordinator atau kepala ruangan yang dilakukan setiap
pagi hari sebelum melakukan aktifitas yang berisi (doa, serah terima tugas,
kesiapan fasilitas, komplen pelanggan).

7. Setiap selesai pertemuan yang diarsipkan adalah Undangan Rapat, Daftar HAdiir
dan Notulen, rekomendasi dan rencana tindak lanjut.

8. Laporan bulanan berisikan laporan kinerja dan produktivitas dari unit masing-
masing yang dilakukan selama 1 bulan. Laporan bulanan ini di kumpulkan /
diserahkan kepada Direktur setiap tanggal 10 setiap bulannya. Setelah di
sampaikan ke direktur, disimpan di dokumen unit masing-masing.

9. Operan dinas merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan kondisi di setiap pergantian shift.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan dan dapat
berjalan dengan sempurna. Dalam operan dinas yang harus disampaikan anatara
lain : kondisi atau keadaan saat ini, menyampaikan hal yang sudah atau belum
vi
dilakukan, menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh
petugas selanjutnya dan menyusun rencana kerja untuk dinas selanjutnya.

10. Komunikasi managemen dengan masyarakat RS adalah dengan Promosi


Kesehatan di poliklinik, komunitas dan masyarakat sekitar RS. Selain itu
mengadakan seminar untuk awam.

II. Klinisi / Petugas Pemberi Asuhan

1. Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan ke ruang perawtan
/ ruang tindakan lain. Dalam proses transfer sebelumnya dilakukan pengkajian
dahulu untuk melihat apakah pasien tersebut untuk menentukan derajat transfer.
Dokumentasikan hal-hal yang perlu di operkan pada form transfer.

2. Komunikasi antara PPRA dan Dokter terdokumentasi dalam Formulir CPPT


(Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi).

3. Komunikasi antara Dokter dengan pasien berupa pemberian informasi dan


edukasi kepada pasien tentang diagnosis, rencana pengobatan yang akan
dilakukan, cara pencegahan dari penyakit tersebut dan rencana tidakan yang akan
dilakukan. Segala informasi yang diberikan oleh dokter kepada pasien tertulis
dalam Form Pemberian informasi dan Edukasi, dan Form Informed Consent.

vii
LEMBAR PENGESAHAN

PERATURAN DIREKTUR

Nomor : 005/PER /DIR /PPK/RSIACB /VIII/ 2018 Rev.0

Tentang

KEBIJAKAN KOMUNIKASI EFEKTIF

Di tetapkan : Cirebon
Tanggal : Agustus 2018

Dibuat Oleh :

Kepala Tim PPK : ( dr.Tiara Widyastuti )

Disetujuioleh :

Wakil Direktur Operasional : ( Rianti Krisnantini, SE. MMRS )

Ditetapkanoleh :

Direktur RSIA Cahaya Bunda Cirebon : (dr. H . Erwin Didi Purnama., MMRS)
viii
1

Anda mungkin juga menyukai