Anda di halaman 1dari 33

TUGAS SISTEM REPRODUKSI

“FISIOLOGI FETUS DAN PLASENTA”

Dosen Pengampu : Yudha Vika S.Kep.Ns M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok - 05

1. Ghifari Zaka Wali (201502092)


2. Rekno Puji Lestari (201502107)
3. Sifti Nachdiatul U (201502109)
4. Trise Ananda E (201502112)
5. Vika Ayu Budiyani (201502114)
6. Eko Bagus P (201402014)

KELAS 6C
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN AJARAN 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada makalah ini akan dibahas mengenai pertumbuhan dan perkembangan plasenta
yang lebih spesifik. Plasenta merupakan organ berbentuk cakram yg menghubungkan
janin dengan dinding rahim yang menjadi jalan perantara bagi pernapasan, pemberian
makanan, dan pertukaran zat buangan antara janin dan darah ibu. Plasenta berbentuk mirip
gumpalan hati mentah dengan diameter 15-20 cm dan tebal ± 2,5 cm, berat rata-rata 500
gram, terdiri dari 200 lebih pembuluh dan vena halus.Plasenta terletak di depan atau di
belakang dindinguterus, agak ke atas kearah fundus uteri, dikarenakan alasan fisiologis,
permukaan bagian atas korpus uterilebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk
berimplementasi.
Janin di dalam kandungan memerlukan makanan dan nutrisi yang menjadikannya
tumbuh dan berkembang. Di dalam rahim ibu , janin mempunyai saluran pengikat antara
ibu dan bayi yang biasa kita sebut sebagai plasenta. Plasenta tumbuh saat janin berusia
kurang lebih satu minggu pertama. Pada plasenta terdapat berbagai macam fungsi
diantaranya sebagai respirasi, ekskresi dan produksi hormone, sehingga terjadi pertukaran
zat antara ibu dan janin.
Plasenta atau ari-ari merupakan sebuah organ yang sangat luar biasa, dan hanya sedikit
ibu yang pernah melihatnya. Mereka tahu keberadaannya namun hanya sebagian kecil
yang menanyakan atau memperhatikan kumpulan jaringan pendukung utama kehidupan
bayi di dalam rahim.
Plasenta terdiri dari 200 lebih pembuluh dan vena halus,
berbentuk mirip gumpalan hati mentah. Permukaan maternal yang menempel pada rahim,
tampak kasar dan berongga. Warnanya merah tua dan terbagi dalam 15-20 tonjolan
cotyledon, yang merupakan villi atau tonjolan berbentuk jari. Permukaan fetus amat
lembut, dengan tali pusar biasanya terdapat di bagian tengah. Bila tali pusar di bagian
pinggir disebut battledore plasenta. Plasenta yang sudah dewasa, berbentuk seperti
piringan datar. Beratnya sekitar 500 gram, diameternya 20 cm (8 inci) tebal
bagian tengahnya 2,5 cm (1 inci). Ukuran dan berat plasenta disesuaikan dengan ukuran
janin. Plasenta biasanya berada pada bagian atas rahim, tapi bila terdapat di bagian bawah,
maka disebut Plasenta Previa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep fisiologi pada Fetus ?
2. Bagaimana konsep Fisiologi dari Plasenta ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Konsep Fisiologi pada Fetus (Janin)
2. Untuk Mengetahui Konsep Fisiologi pada Plasenta.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 FISIOLOGI PERTUMBUHAN FETUS


Kehamilan berlangsung selama 40 minggu, dengan perhitungan bahwa satu bulan berumur
28 hari.Kehamilan dianggap lewat bulan bila lebih dari 42 minggu.Untuk
memperhitungkan waktu kelahiran dipakai rumus Naegle, yaitu tanggal haid pertama
ditambah ujuh sedangkan bulannya ditambah Sembilan. Perkiraan persalinan dapat
diperhitungkan dengan mempergunakan ultrasonografi bila tanggal haid tidak diketahui.
1. Pembentukan darah janin
Pembentukan darah janin memerlukan persediaan Fe dalam hati, limpa dan sumsum
tulang ibu. Pada permulaan, sel darah janin dibentuk oleh kantung yolk dalam bentuk
megablas. Selanjutnya darah janin dibentuk oleh hati dan sumsum tulang dalam
bentuk megalosit dan makrosit. Normosit dibuat setelah aktivitas penuh sumsum
tulang.
Fetal hemoglobin (F) mempunyai kemampuan untuk mengikat O2 dalam konsentrasi
tertentu dari darah ibu dan dengan mudah dapat melepaskan CO2 ke darah ibu.
Menjelang persalinan janin membuat adult hemoglobin (A) sebagai persiapan
kelahiran sehingga dapat menghisap o2 dengan pernafasan yang telah aktif.
2. Pernapasan janin
 Pada kehamilan 22 minggu, sistem kapiler terbentuk dan paru sudah memiliki
kemampuan untuk melakukan pertukaran gas.
 Pada saat aterm, sudah terbentuk 3 – 4 generasi alvoulus. Epitel yang semula
berbentuk kubis merubah menjadi pipih saat pernafasan pertama.
 Pada kehamilan 24 minggu, cairan mengisi alvolus dan saluran nafas lain. Saat
ini, paru mengeluarkan surfactan lipoprotein yang memungkinkan
berkembangnya paru janin setelah lahir dan membantu mempertahankan volume
ruangan udara dalam paru. Sampai kehamilan 35 minggu jumlah surfactan masih
belum mencukupi dan dapat menyebabkan terjadinya hyalin membrane disease.
 Janin melakukan gerakan nafas intrauterin yang menjadi semakin sering dengan
bertambahnya usia kehamilan
 Pertukaran gas pada janin berlangsung di plasenta. Pertukaran gas sebanding
dengan perbedaan tekanan partial masing-masing gas dan luas permukaan dan
berbanding terbalik dengan ketebalan membran. Jadi plasenta dapat dilihat
sebagai “paru” janin intrauterin.
 Tekanan parsial O2 (PO2) darah janin lebih rendah dibandingkan darah ibu, namun
oleh karena darah janin mengandung banyak HbF maka saturasi oksigen janin
yang ada sudah dapat mencukupi kebutuhan.
 PCO2 dan CO2 pada darah janin lebih tinggi dibandingkan darah ibu sehingga
CO2 akan mengalami difusi dari janin ke ibu.
 Aktivitas pernafasan janin intrauterin menyebabkan adanya aspirasi cairan
amnion kedalam bronchiolus, untuk dapat masuk jauh kedalam alveolus
diperlukan tekanan yang lebih besar. Episode hipoksia berat pada kehamilan
lanjut atau selama persalinan dapat menyebabkan “gasping” sehingga cairan
amnion yang kadang bercampur dengan mekonium masuk keparu bagian dalam.

Tabel perkembangan janin didalam Rahim


Umur Hamil Panjang Janin Pembentukan Organ
4 minggu 7,5-10 mm  Rudimeter : hidung, telinga dan
mata

8 minggu 2,5 cm  Kepala kea rah dada


 Hidung, telinga, mata mulai
terbentuk

12 minggu 9 cm  Daun kuping terbentuk


 Kelopak mata tampak
 Leher terbentuk
 Alat genetalia luar mulai tampak

16 minggu 16-18 cm
 Genetalia eksterna tampak
 Hidung dan telinga tampak jelas

 Kulit makin tebal


20 minggu 25 cm
 Rambut kepala tumbuh
 Rambut laguno tampak
 Kelopak mata tumbuh alis dan bulu
24 minggu 30-32 cm mata
 Kulit keriput dan jelas
 Kepala besar
 Pernapasan mulai berfungsi hidup
beberapa jam

 Bayi cukup bulan


 Kulit berambut dengan baik
40 minggu 50-55 cm  Kulit kepala tumbuh baik
 Testis telah turun ke skrotum
 Pusat penulangan pada tibia
proksimal

De Haase mengemukakan rumus untuk panjang janin sebagai berikut :


Umur Hamil (bulan) Panjang Janin Berat Badan (g)
1 1 X 1 cm = 1 cm -
2 2 X 2 cm = 4 cm 5
3 3 X 3 cm = 9 cm 15
4 4 X 4 cm = 16 cm 120
5 5 X 5 cm = 25 cm 280
6 6 X 5 cm = 30 cm 600
7 7 X 5 cm = 35 cm 1.000
8 8 X 5 cm = 40 cm 1.800
9 9 X 5 cm = 45 cm 2.500
10 10 X 5 cm = 50 cm 3.000

Pada persalinan, paru-paru berkembang dengan sendirinya karena rangsangan


mekanis saat membersihkan jalan pernafsan dan juga terdapatnya lesitin dan
spigomielin yang memberikan peluang berkembangnya paru-paru.

3. Peredaran darah janin


System peredaran darah janin berbeda dengan sistem peredaran darah orang dewasa
karena paru-paru janin belum berkembang sehingga O2 diambil melalui perantara
plasenta. Oleh karena itu, system peredaran darah janin ditentukan oleh factor-faktor
sebagai berikut :
1. Foramen Ovale antara kedua atrium.
2. Duktus arteriosus Bothalli antara arteri pulmonalis dengan aorta.
3. Duktus venosus Arantii di dalam hepar menuju vena kava inferior.
4. Pada umbilicus terdapat satu vena umbilikalis dan dua arteri umbilikalis.
Peredaran darah janin berlangsung sebagai berikut :
a. Darah yang kaya dengan nutrisi dan O2 dilarikan melalui vena umbilikalis menuju
hati, dimana terdapat duktus venosus Arantii, langsung menuju dan masuk ke ena kava
inferior lalu masuk ke atrium kanan jantung janin.
b. Dari atrium kanan janin sebagian besar darah masuk ke atrium kiri melalui foramen
ovale.
c. Sebagaian kecil darah dari atrium kanan masuk ke ventrikel kanan.
d. Darah yang masuk ke atrium kiri akan dipompa ke ventrikel kiri dan dari ventrikel kiri
dipompa masuk ke aorta dan selanjutnya dialirkan ke seluruh tubuh janin.
e. Cabang aorta dibagian bawah menjadi dua rteri hipogastrika interna, yang mempunyai
cabang arteria umbikalis.
f. Darah dari ventrikel kanan dipompa menuju paru-paru, tetapi karena paru-paru belum
berkembang maka darah yang terdapat pada arteri pulmonalis dialirkan menuju aorta
melalui duktus arteriosus Bothalli.
g. Darah yang dialirkan menuju paru-paru akan dialirkan kembali menuju jantung
melalui vena pulmonalis.
h. Darah yang menuju plasenta melalui arteri umbilikalis terpecah menjadi kapiler untuk
mendapatkan nutrisi dan O2 untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
i. Sisa metabolisme janin dan CO2 dilepaskan kedalam sirkulasi retroplasenter untuk
selanjutnya dibuang melalui alat pembuangan yang terdapat di tubuh ibu.
Peredaran darah janin berlangsung selama kehidupan intrauterine, dimana plasenta
memegang peranan yang sangat penting. Kegagalan fungsi plasenta dapat menimbulkan
berbagai penyulit dalam pertumbuhan dan perkembangan janin.Bagaimana perubahan
peredaran darah janin setelah kelahiran? Factor penting yang mengubah peredaran darah
janin menuju peredaran darah dewasa ditentukan :
a. Berkembangnya paru-paru janin
Berkembangnya paru-paru menyebabkan tekanan negative dalam paru sehingga
dapat menampung darah, untuk melakukan pertukaran CO2 dan O2 dari udara.
Dengan demikian duktus arteriosus Bothalli tidak berfungsi dan akan mengalami
obliterasi. Tekanan di dalam atrium kiri makin meningkat, sehingga dapat menutup
foramen ovale.Tekanan yang tinggi pada atrium kiri disebabkan darah yang mengalir
ke atrium kanan, kini langsung menuju pau-paru dan selanjutnya dialirkan ke atrium
kiri melalui vena pulmonalis.Dua factor ini menyebabkan tekanan di atrium kiri
meningkat.
b. Terputusnya hubungan peredaran darah antara ibu dan janin dengan dipotongnya tali
pusat.
c. Pemotongan tali pusat sebaiknya dilakukan setelah bayi menangis dengan nyaring
atau tali pusat berhenti berdenyut karena dapat menambah darah dari plasenta sekitar
50 ml sampai 75 ml yang sangat berarti bagi pertumbuhan bayi.
d. Membuat adult hemoglobin (tipe A) sehingga siap melakukan pertukaran CO2 dan
O2 melalui paru-paru.
Menjelang persalinan disiapkan pembuatan adult hemoglobin (A) sehingga setelah
lahir langsung dapat menangkap O2 dan melepaskan CO2 melalui pernapasan.

4. Pencernaan makanan
a. Sebelum dilahirkan, traktus gastrointestinal tidak pernah menjalankan fungsi yang
sebenarnya.
b. Sebagian cairan amnion yang ditelan berikut materi seluler yang terkandung
didalamnya melalui aktivitas enzymatik dan bakteri dirubah menjadi mekonium.
Mekonium tetap berada didalam usus kecuali bila terjadi hipoksia hebat yang
menyebabkan kontraksi otot usus sehingga mekonium keluar dan bercampur dengan
cairan ketuban. Dalam beberapa kadaan keberadaaan mekonium dalam cairan amnion
merupakan bentuk kematangan traktus digestivus dan bukan merupakan indikasi
adanya hipoksia akut.
c. Pada janin, hepar berperan sebagai tempat penyimpanan glikogen dan zat besi
d. Vitamin K dalam hepar pada neonatus sangat minimal oelh karena pembentukannya
tergantung pada aktivitas bakteri. Defisiensi vitamin K dapat menyebabkan
perdarahan neonatus pada beberapa hari pertama pasca persalinan.
e. Proses glukoneogenesis dari asam amino dan timbunan glukosa yang memadai dalam
hepar belum terjadi saat kehidupan neonatus. Lebih lanjut, aktivitas kadar hormon
pengatur karbohidrat seperti cortisol, epinefrin dan glukagon juga masih belum
efisien. Dengan demikian, hipoglikemia neonatal adalah merupakan keadaan yang
sering terjadi bila janin berada pada suhu yang dingin atau malnutrisi.
f. Proses glukoronidasipada kehidupan awal neonatus sangat terbatas sehingga bilirubin
tak dapat langsung dikonjugasi menjadi empedu. Setelah hemolisis fisiologis pada
awal neonatus atau adanya hemolisis patologis pada isoimunisasi nenoatus dapat
terjadi kern icterus.
g. Ginjal terbentuk dari mesonefros, glomerulus terbentuk sampai kehamilan minggu ke
36. Ginjal tidak terlampau diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.
h. Plasenta, paru dan ginjal maternal dalam keadaan normal akan mengatur
keseimbangan air dan elektrolit pada janin. Pembentukan urine dimulai pada minggu
9 – 12. Pada kehamilan 32 minggu, produksi urine mencapai 12 ml/jam, saat aterm
28 ml/jam. Urine janin adalah komponen utama dari cairan amnion.

5. Sistem Imunologi
a. Pada awal kehamilan kapasitas janin untuk menghasilkan antibodi terhadap antigen
maternal atau invasi bakteri sangat buruk. Respon imunologi pada janin diperkirakan
mulai terjadi sejak minggu ke 20
b. Respon janin dibantu dengan transfer antibodi maternal dalam bentuk perlindungan
pasif yang menetap sampai beberapa saat pasca persalinan.
c. Terdapat 3 jenis leukosit yang berada dalam darah: granulosit – monositdan limfosit
d. Granulosit : granulosit eosinofilik – basofilik dan neutrofilik
e. Limfosit : T-cells [derivat dari thymus] danB-cells [derivat dari “Bone Marrow”]
f. Immunoglobulin (Ig)adalah serum globulin yang terdiri dari IgG – IgM – IgA - IgD
dan IgE
g. Pada neonatus, limpa janin mulai menghasilkan IgG dan IgM. Pembentukan IgG
semakin meningkat 3 – 4 minggu pasca persalinan.
h. Perbandingan antara IgG dan IgM penting untuk menentukan ada tidaknya infeksi
intra uterin. Kadar serum IgG janin aterm sama dengan kadar maternal oleh karena
dapat melewati plasenta. IgG merupakan 90% dari antibodi serum janin yang berasal
dari ibu. IgM terutama berasal dari janin sehingga dapat digunakan untuk menentukan
adanya infeksi intrauterin.

6. Sistem Endokrinologi
a. Thyroid adalah kelenjar endokrin pertama yang terbentuk pada tubuh janin.
b. Pancreas terbentuk pada minggu ke 12 dan insulin dihasilkan oleh sel B pankreas.
Insulin maternal tidak dapat melewati plasenta sehingga janin harus membentuk
insulin sendiri untuk kepentingan metabolisme glukosa.
c. Semua hormon pertumbuhan yang disintesa kelenjar hipofise anterior terdapat pada
janin, namun peranan sebenarnya dari hormon protein pada kehidupan janin belum
diketahui dengan pasti.
d. Kortek adrenal janin adalah organ endokrin aktif yang memproduksi hormon steroid
dalam jumlah besar. Atrofi kelenjar adrenal seperti yang terjadi pada janin
anensepali dapat menyebabkan kehamilan postmatur.
e. Janin memproduksi TSH – thyroid stimulating hormon sejak minggu ke 14 yang
menyebabkan pelepasan T3 dan T4 .

7. Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim


Pertumbuhan dan perkembangan janin dipengaruhi beberapa factor yaitu sebagai
berikut :
a. Factor ibu
 Keadaan kesehatan ibu saat hamil
 Penyakit yang menyertai kehamilan (TB paru, ginjal, jantung, dm, asma)
 Penyulit kehamilan
 Kelainan pada uterus
 Kehamilan tunggal atau ganda atau triplet
 Kebiasaan ibu (merokok, alcohol dan kecanduan)
b. Faktor janin
 Jenis kelamin janin
 Penyimpangan genetic: kelainan kongenital, pertumbuhan abnormal
 Infeksi intrauterin
c. Factor plasenta
Plasenta adalah akarnya janin untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik dalam Rahim. Karena itu plasenta sangat penting artinya untuk menjamin
kesehatan janin dalam rahim, yang ditetapkan dengan indeks plasenta.

Indeks plasenta = Berat plasenta

Berat bayi

Pada kehamilan berumur 20 minggu indeks plasenta adalah 0,30; 28 minggu


0,25; 38 minggu 0,15. Jadi makin tua kehamilan makin rendah indeks
plasenta, artinya plasenta makin kurang mampu memberikan nutrisi kepada
janinya.Keadaan bertambah gawat bila terjadi penyakit atau komplikasi hamil
yang dapat menimbulkan infark, fibrosis dan gangguan fungsi plasenta,
sehingga dapat membahayakan sampai terjadi kematian janin intrauterine.
Komplikasi yang perlu mendapat perhatian adalah
 Hamil dengan diabetes mellitus
 Hamil dengan hipertensi
 Hamil yang lewat
 Komplikasi hamil, pre-eklampsia dan eklampsia
 Hamil dengan infeksi virus, malaria, sifilis
Dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu hamil maka pengawasan hamil
sangat penting dilaksanakan dengan teratur. Dengan melakukan pengawasan hamil,
penyakit yang menyertai hamil dan penyulit hamil dapat ditentukan sehingga mendapat
pengobatan yang adekuat.
2.2 FISIOLOGI PLASENTA
2.2.1 Pengertian
Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat
pertukaran zat antara ibu dan anak sebaliknya. Pertumbuhan Plasenta makin lama
makin bear dan luas, umumnya mencapai pembentukan lengkap pada usia
kehamilan sekitar 16 minggu. Jiwa anak tergantung plasenta, baik tidaknya anak
tergantung pada baik buruknya plasenta. Plasenta merupakan organ sementara
yang menghubungkan ibu dengan janin. Plasenta memproduksi beberapa hormon
penting dalam kehamilan yaitu Human Chorionic Gonatropin (HCG) dan Human
Plasenta Lactagen (PHL).
Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu
dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Meskipun ruang amnion
membesar sehingga amnion tertekan ke arah korion, namun amnion hanya
menempel saja, tidak sampai melekat pada korion.
Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus , agak ke
atas arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas
korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Bila
diteliti benar ,maka sebenarnya plasentanya berasal dari sebagian besar dari bagian
janin, yaitu villi koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian
ibu yang berasal dari desidua basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang
berada di desidua basalis. Pada sistole darah di semprotkan dengan tekanan 70-80
mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic
plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua
villi koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena
di desidua.
Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang
lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa
tempat terdapat pula suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah yang
berasal dari ruang interviller di atas. Ruang ini di sebut sinus marginalis.
Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta di perkirakan menarik dari 300
ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan
40 minggu. Seluruh ruang interviller tanpa villi koriales mempunyai volume lebih
kurang 150-250 ml. Permukaan semua villi koriales di perkirakan seluas lebih
kurang 11 m kuadrat. Dengan demikian, pertukaan zat-zat makanan terjamin benar.
2.2.2 Anatomi Plasenta
Istilah plasenta mulai diperkenalkan pada zaman Renaissance oleh Realdus
Columbus pada tahun 1559. Plasenta diambil dari istilah Latin yang memberi arti
flat “cake”. Plasenta adalah struktur yang berfungsi sebagai media
penyambung/penghubung antara organ fetus dan jaringan maternal agar pertukaran
fisiologi dapat terjadi.
Pada persalinan aterm, plasenta yang dilahirkan berbentuk cakram dengan
ukurannya dapat mencapai diameter 22 cm, tebal 2,5 cm, dan berat sekitar 450-500
gram.
Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu bagian maternal dan fetal. Pada
bagian maternal, permukaan plasenta lebih kasar dan agak lunak, dan mempunyai
struktur poligonal yang disebut sebagai kotiledon. Setiap kotiledon terbentuk
berdasarkan penyebaran cabang dari pembuluh darah fetal yang akan
menvaskularisasi stem vili dan cabang-cabangnya. Permukaan plasenta bagian
maternal berwarna merah tua dan terdapat sisa dari desidua basalis yang ikut
tertempel keluar.
BAGIAN FETAL

BAGIAN MATERNAL

GAMBAR 4: Skema potongan melintang sirkulasi


plasenta yang aterm.
Dikutip dari kepustakaan 3
Selaput korion akan tersebar menjadi lapisan luar untuk 2 membran, yaitu yang
menutupi plat korion pada plasenta bagian fetal dan cairan amnion. Amnion
merupakan lapisan membran yang tipis dan avaskuler yang membungkus fetus,
dapat dipisahkan dari korion setelah lahir. . Di bawah lapisan amnion, pembuluh
darah korion bersambungan dengan pembuluh darah fetus membentuk struktur
yang dinamakan tali pusat. Biasanya panjang tali pusat dapat mencapai 30 – 90
sentimeter dan berinsersi pada tengah permukaan plasenta, tetapi ada juga yang
berinsersi di pinggir plasenta. Tali pusat berisi 2 arteri, 1 vena umbilikalis dan
massa mukopolisakarida yang disebut jeli Wharton. Vena berisi darah penuh
oksigen sedangkan arteri yang kembali dari janin berisi darah kotor. Pembuluh
darah tali pusat berkembang dan berbentuk seperti heliks agar terdapat fleksibilitas.
Struktur plasenta hampir keseluruhannya dibentuk oleh vili korion yang
memanjang dan menyebar didalam rongga intervili yang berisi darah. Oleh itu
plasenta sebagai organ yang mempunyai fungsi sebenarnya adalah rongga yang
beisi darah ibu, yang pada sisi maternal tertempel pada plat desidua, dan pada sisi
fetal ditutupi oleh plat korion dengan vili-vili korion yang bercabang ke dalam
takungan darah ibu.
Rongga intervili adalah kolam yang berisi takungan darah ibu yang keluar dari
pembuluh darah yang ada pada lapisan desidua. Terdapat sinus-sinus arteri dan
vena yang tersebar pada plat desidua yang berfungsi untuk mensuplai dan aliran
keluar darah dari rongga ini.
Sebelum plasenta terbentuk dengan sempurna dan sanggup untuk memelihara
janin, fungsinya dilakukan oleh korpus luteum gravidarum yang dikonversi dari
korpus luteum normal akibat pengaruh hormon korionik gonadotropin (hCG) yang
dihasilkan setelah beberapa jam berlakunya proses implantasi.
GAMBAR 5:
(a) Plasenta manusia berbentuk
discoidal
(b) Kapilari yang menghubungkan
feto-maternal tersusun dalam
bentuk pohonan vili yang
terapung di dalam bendungan
darah ibu.
(c) Barier feto-maternal pada
plasenta tipe hemokorion
terdiri dari vili dari trofoblas
yang berkontak langsung
dengan bendungan darah ibu.
(d) Peredaran darah feto dan
maternal terdiri dari peredaran
multivilus.

Dikutip dari kepustakaan 3

2.2.3 Bentuk dan Ukuran Plasenta


1. Placenta normal
a. Ukuran dan bentuk
Plasenta berbentuk cakram yang bundar atau lonjong (oval), mempunyai
ukuran 20 × 15 cm dan tebal 1.5 sampai 2.0cm berat placenta, yang
biasanya 20 persen dari berat janin , berkisar antara 425 dan 550 g
b. Organisasi
Pada sisi uterus terdapat delapan atau lebih cotyledon maternal yang
dipisahkan oleh alur alur (fissura) istilah cotyledon fetal mengacu kepada
bagian placenta yang mendapat suplai darah. Dari pembuluh villus utama
dan cabang cabangnya permukaan maternal ditutupi oleh lapisan deciduas
dan fibrin yang ikut keluar bersama sama placenta pada kelahiran. Sisi fetal
ditutupi oleh membran atau selaput ketuban
c. Lokasi
Secara normal placenta tertanam pada bagian atas uterus kadang kadang
placenta berada pada segmen bawah dan adakalanya terletak diatas cervix.
Keadaan terakhir ini disebut dengan istilah placenta previa dan menjadi
penyebab timbulnya perdarahan dalam trimester ketiga kadang kadang
pemeriksaan ultrasonik pada kehamilan dini menunjukan adanya placenta
dibagian bawah yang merupakan indikasi bagi placenta previa, tetapi dalam
pemeriksaan ulang pada kehamilan lanjut ditemukan placenta pada segmen
atas mungkin pertumbuhan normal placenta menjauhi cervix disamping itu,
uterus membesar lebih cepat dari pada placenta dan dengan semakin
lanjutnya kehamilan daerah dinding uterus yang ditempati oleh placenta
secara proporsional akan semakin kecil belum pernah dilaporkan adanya
kasus- kasus dengan migrasi placenta bawah
2.2.4 Perkembangan Plasenta
a. Perkembangan Trofoblas
Setelah nidasi, trofoblas terdiri atas 2 lapis, yaitu sitotrofoblas dan
sinsiotrofblas. Endometrium atau sel desidua di mana terjadi nidasi menjadi
pucat dan besar disebut sebagai reaksi desidua yang berfungsi sebagai pasokan
makanan. Sebagian lapisan desidua mengalami fagositosis oleh sel trofoblas.
b. Stadium Pre- Lakuna
Pada hari ke-7-8 setelah konsepsi, blastosis tertanam sepenuhnya di dalam
endometrium. Embrio yang terbentuk telah dikelilingi oleh plasenta yang
sedang berkembang, dimana pada stadium ini terdiri daripada dua subtipe asas
trofoblas, yaitu sinsiotrofoblas yang berhubungan langsung dengan jaringan
tisu ibu serta sitotrofoblas yang akan berkembang menjadi vili.
c. Stadium Lakuna
Pada hari ke 8-9 pasca-konsepsi, vakuola kecil berisi cairan muncul dalam
lapisan sinsitiotrofoblas, dan merupakan awal lacunar stage. Vakuola tumbuh
dengan cepat dan bergabung membentuk satu lakuna, yang merupakan
prekursor pembentukan ruang intervillosa. Lakuna dipisahkan oleh pita
trabekula, dimana dari trabekula inilah nantinya villi berkembang.
Pembentukan lakuna membagi trofoblas kedalam 3 lapisan, yaitu: (1) Plat
korion primer (sebelah dalam), (2) sistim lakuna yang akan membentuk ruang
intervillosa bersama trabekula yang akan menjadi anchoring villi serta
perkembangan cabang yang akan membentuk floating villi, dan (3) plasenta
bagian maternal yang terdiri dari trofoblas yang akan membentuk plat basal.
Aktifitas invasif lapisan sinsitiotrofoblas menyebabkan disintegrasi pembuluh
darah endometrium (kapiler, arteriole dan arteria spiralis). Kalau invasi terus
berlanjut maka pembuluh darah – pembuluh darah ini dilubangi, sehingga
lakuna segera dipenuhi oleh darah ibu. Pada perkembangan selanjutnya lakuna
yang baru terbentuk bergabung dengan lakuna yang telah ada dan dengan
demikian terjadi sirkulasi intervillosa primitif. Peristiwa ini menandai
terbentuknya “hemochorial” placenta, dimana darah ibu secara langsung
meliputi trofoblas.

GAMBAR 6: Struktur plasenta


Dikutip dari kepustakaan 5

d. Stadium Villi
Stadium ini bermula dari hari ke-12 setelah konsepsi dan merupakan stadium
pembentukan vili.
e. Invasi ateri spiralis
Pada awalnya, trofoblas endovaskular memasuki lumen arteri spiralis
membentuk plak. Kemudian, ia merusakkan endotelium vaskular secara
mekanisme apoptosis, menginvasi dan melakukan modifikasi pada media
pembuluh darah. Akhirnya, menyebabkan fibrin menggantikan otot polos dan
jaringan tisu melapisi vaskular. Proses invasi ini melibatkan dua fase, pertama
berlaku sebelum minggu ke-12 setelah fertilisasi yang hanya melibatkan
setinggi batas desidua dan miometrium, dan fase kedua berlaku diantara
minggu ke 12-16 dan melibatkan invasi segmen intramiometrium arteri
spiralis. Proses ini mengubah lumen ateri yang sempit, dan berotot kepada
pembuluh darah utero-plasenta yang lebih berdilatasi dan kurang resistensi.
GAMBAR 8: Perubahan fisiologi yang berakibat dilatasi arteri
maternal 1/3 bagian dalam miometrium. Perubahan ini
berakibat konversi pasokan darah uteroplasenta kedalam
vaskularisasi yang bersifat “low resistance – high flow
vascular bed” yang diperlukan untuk tumbuh kembang janin
intra uterin.
Dikutip dari kepustakaan 6

f. Pembentukan Sirkulasi Utero-fetoplasental


Pada akhir trimester pertama, plak trofoblas menjadi lama dan darah ibu
masuk ke rongga intervili membentuk aliran darah arteri pertama ke plasenta.
Aliran masuk bermula pada bagian atas plasenta yaitu bagian yang lebih dekat
dengan epitelium endometrium (Gambar 8). Disebabkan bagian ini
berkembang paling akhir berbanding bagian bawah yang mulai berkembang
sejak awal setelah implantasi, maka plak yang terbentuk lebih senang untuk
dipenetrasi oleh sel darah. Pada stadium ini, vili plasenta akan berdegenerasi
menjadi lebih luas dan krion menjadi lebih licin. Regresi ini kemudian
menyebabkan pembentukan membran fetus atau korion leave dan bagian
selebihnya menjadi korion frondosum- yaitu bentuk definit cakera plasenta.3
GAMBAR 9: Skema yang menunjukkan embrio yang sedang
berkembang. Aliran masuk bermula pada bagian atas plasenta
yaitu bagian yang lebih dekat dengan epitelium endometrium
Dikutip dari kepustakaan 6

g. Pematangan plasenta
Setelah mencapai batas usia tertentu, plasenta mengalami penuaan,
ditandai dengan terjadinya proses degeneratif pada plasenta. Proses ini meliputi
komponen ibu maupun janin. Perubahan pada villi meliputi : 1),. Pengurangan
ketebalan sinsitium dan munculnya simpul sinsitium (agregasi sinsitium pada
daerah kecil pada sisi villi, 2). Hilangnya sebagian sel-sel Langhan’s, 3).
Berkurangnya jaringan stroma termasuk sel Hofbauer, 4) obliterasi beberapa
pembuluh darah dan dilatasi kapiler, 5). Penebalan membrana basalis endotel
janin dan sitotrofoblas, dan 6) deposit fibrin pada permukaan villi. Perubahan
pada desidua berupa deposit fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch pada
bagian luar sinsitiotrofoblas, sehingga menghalangi invasi desidua selanjutnya
oleh trofoblas . Pada ruang intervillus juga terjadi degenerasi fibrinoid dan
membentuk suatu massa yang melibatkan sejumlah villi disebut dengan white
infarct, berukuran dari beberapa milimeter sampai satu sentimeter atau lebih.
Klasifikasi atau bahkan pembentukan kista dapat terjadi daerah ini. Dapat juga
terjadi deposit fibrin yang tidak menetap yang disebut Rohr’s stria pada dasar
ruang intervillus dan disekitar villi.
RINGKASAN PERKEMBANGAN PLASENTA4
Hari setelah ovulasi Korelasi antara morfologi-fungsi
6-7 Implantasi blastosis
7-8 Proliferasi dan invasi blastosis. Terbentuknya sintiotrofoblas
9-11 Periode Lakunar. Pembuluh darah endomertrium diinvasi.
13-18 Pembentukan vili pimer dan sekunder, body stalk, dan amnion
18-21 Vili tertier terbentuk. Mesoblas menginvasi vili membentuk dasar.
Pembentukan sirkulasi fetoplasenta.
21-40 Korion frondosum, pembentukan plat korion
40-50 Pembentukan kotiledon
80-225 Plasenta terus berkembang sehingga matur. Kotiledon yang terbentuk
sekitar 10-12 biji, dengan tekanan darah maternal pada ruang intervili
mencapai 40-60mmHg. Plat basal ditaik oleh vili ankor untuk
membentuk septa
225-267 (aterm) Proliferasi seluler berkurang, tetapi hipertrofi seluler tetap lanjut.

2.2.5 FUNGSI PLASENTA


Plasenta merupakan struktur utama yang menjadi penghubung antara fetus
dan sekelilingnya. Umumnya, lapisan trofoblas dan lapisan endotel pembuluh
darah fetus berfungsi sebagai membran semi permeabel. dimana molekul air dan
molekul yang mempunyai berat molekul yang rendah dapat melepasi membran
mengikuti hukum osmotik. Selain tu, ada juga mekanisme difusi aktif supaya
proses difusi dapat dipercepatkan dan molekul besar seperti protein dapat melewati
plasenta. Fungsi plasenta antara lain adalah untuk respirasi, nutrisi, obat serta
sebagai organ endokrin. Secara garis besar, fungsi plasenta melibatkan proses
transfer molekul dari ibu ke anak, dan proses ini adalah proses difusi, yaitu
pepindahan molekul dari larutan yang berkosentrasi tinggi ke larutan yang
berkosentrasi rendah melalui membran semi-permeabel. Proses difusi yang telibat
adalah difusi pasif, yaitu difusi sederhana dan difusi terfasilitasi, dan difusi aktif,
tansfer yang menggunakan ATP sebagai sumber tenaga.
a. Respirasi
Vaskularisasi yang luas di dalam vili dan perjalanan darah ibu dalam ruang
intervilus yang relatif pelan memungkinkan pertukaran oksigen dan CO2 antara
darah ibu dan janin melalui difusi pasif. Pertukaran diperkuat dengan saturasi
dalam ruang intervilus sebesar 90 – 100% dan PO2 sebesar 90 – 100 mmHg.
Setelah kebutuhan plasenta terpenuhi, eritrosit janin mengambil oksigen
dengan saturasi 70% dan PO2 30 – 40 mmHg, sudah memadai untuk memenuhi
kebutuhan janin.
CO2 melewati plasenta dengan difusi
pasif. Ion Hidrogen, bicarbonate dan
asam laktat dapat menembus plasenta
melalui difusi sederhana sehingga
status keseimbangan asam-basa
antara ibu dan anak sangat berkaitan
erat. Oleh karena transfer
berlangsung perlahan, janin dapat
melakukan “buffer” pada kejadian
penurunan pH, kecuali bila asidosis
maternal diperberat dengan dehidrasi
atau ketoasidosis sebagaimana yang
terjadi pada partus lama dimana janin
dapat mengalami asidosis.
Efisiensi pertukaran ini tergantung
pada pasokan darah ibu melalui arteri
spiralis dan fungsi plasenta. Bila

GAMBAR 12: Perbedaan kosentrasi oksigen dan karbon


pasokan darah ibu terbatas seperti
dioksida pada pembuluh darah ibu dan fetus. yang terjadi pada penyakit hipertensi
Dikutip dari kepustakaan 6
dalam kehamilan, penuaan plasenta
sebelum saatnya, kehamilan postmatur, hiperaktivitas uterus atau tekanan
talipusat, maka ketoasidosis pada janin dapat terjadi secara terpisah dari
asidosis maternal.
b. Transfer Nutrien
Sebagian besar nutrien mengalami transfer dari ibu ke janin melalui
metode transfer aktif yang melibatkan proses enzimatik. Nutrien yang
kompleks akan dipecah menjadi komponen sederhana sebelum di transfer dan
mengalami rekonstruksi ulang pada villi chorialis janin. Glukosa sebagai
sumber energi utama bagi pertumbuhan janin (90%), 10% sisanya diperoleh
dari asam amino. Jumlah glukosa yang mengalami transfer meningkat setelah
minggu ke 30. Sampai akhir kehamilan, kebutuhan glukosa kira-kira 10 gram
per kilogram berat janin, kelebihan glukosa dikonversi menjadi glikogen dan
lemak. Glikogen disimpan di hepar dan lemak ditimbun disekitar jantung,
belakang skapula. Pada trimester akhir, terjadi sintesa lemak 2 gram perhari
sehingga pada kehamilan
40 minggu 15% dari berat
janin berupa lemak. Hal
ini menyebabkan adanya
cadangan energi sebesar
21.000 KJ dan diperlukan
untuk fungsi metabolisme
dalam regulasi suhu tubuh
janin pada hari-hari
pertama setelah lahir.
Pada bayi preterm
atau dismatur, cadangan energi lebih rendah sehingga akan menimbulkan
permasalahan. Lemak dalam bentuk asam lemak bebas sulit untuk di transfer.
Lemak yang mengalami proses transfer di resintesa kedalam bentuk fosfat dan
lemak lain dan disimpan dalam jaringan lemak sampai minggu ke 30. Setelah
itu, hepar janin memiliki kemampuan untuk sintesa lemak dan mengambil alih
fungsi metabolisme.
GAMBAR 13: Gambaran skematik untuk transfer
c. Transfer Obat nutrisi antara maternal dan fetal. Glukosa, keton,
Membran pada plasenta dan beberapa asam amino melewati plasenta dari
ibu ke fetus melalui mekanisme difusi. Trigleserida
bertindak sebagai
dalam darah ibu dihidrolase di dalam plasenta
‘barrier’ untuk transfer menghasilkan asam lemak yang ada di dalam
bahan ke fetus sirkulasi fetus. Insulin dan glukagon tidak dapat
melewati plasenta tetapi secara tidak langsung
termasuklah tranfer obat. dapat merubah kosentrasi nutrisi ibu.
Bahan yang dapat Dikutip dari kepustakaan 7

melewati membran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:


1. Kelarutan dalam Lemak: sama seperti membran yang lain, obat lipofilik
mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk melewati sawar
plasenta. Misalnya adalah teofental, obat yang umumnya digunakan
untuk cesarean section, dapat melewati plasenta dengan cepat dan
menyebabkan efek sedasi atau apnea pada fetus.
2. Besar ukuran molekul: berat molekul juga turut menyumbang dalam
transfer obat melalui plasenta. Obat dengan berat molekul 200-500 dapat
menembusi sawar plasenta dengan mudah; tergantung juga kepada
keterlautan dalam lemak dan tingkat ionisasi obat, 500-1000 masih dapat
melewati sawar plasenta tetapi agak susah, dan obat yang memiliki berat
molekul lebih dari 1000 tidak dapat melewati sawar plasenta. Misalnya
jelas dapat dilihat pada pemilihan antikoagulan pada wanita hamil.
Heparin mempunyai berat molekul yang sangat besar (dan polar), oleh itu
tidak boleh melewati plasenta berbanding warfarin yang teratogenik.
3. Protein transpor: dalam beberapa dekade terakhir ini, jumlah transpor
protein untuk obat semakin banyak diidentifikasi. Contohnya seperti P-
glikoprotein yang diencode oleh gen MDR1. Inhibisi transporter ini bisa
menyebabkan akumulasi obat di dalam fetus.
4. Pengikat protein: tingkat obat mengikat pada protein plasma (terutama
albumin) juga menyumbang pada kadar serta jumlah obat yang melewati
plasenta. Akan tetapi, jika obat itu sangat larut dalam lemak, ia tidak akan
dipengaruhi oleh faktor pengikatan protein ini seperti gas-gas anestesi.
Antara contoh obat yang toksik pada kehamilan adalah:

GAMBAR 14: Tabel diatas menunjukkan beberapa obat yang toksik pada kehamilan
Dikutip dari kepustakaan 9

d. FUNGSI ENDOKRIN PLASENTA


Plasenta adalah tempat pembuatan hormon-hormon, khususnya korionik
gonadotropin, korionik somato-mammotropin (placental lactogen), estrogen,
dan progesteron. Korionik tirotopin dan relaksin juga dapat diisolasi dari
jaringan plasenta.
1. Gonadotropin Korion
Penanda pertama diferensiasi trofoblas dan produk plasenta pertama yang
dapat terukur adalah gonadotropin korion (hCG). Pada minggu-minggu
pertama kehamilan, memuncak pada kehamilan sepuluh minggu dan
kemudian lahan-lahan menurun pada trimester ketiga hingga satu minggu
post partum hCG tidak ditemukan lagi di dalam serum dan air kencing.
Fungsi hCG adalah untuk mempertahankan korpus luteum yang membuat
estrogen dan progesteron sampai saat plasenta terbentuk sepenuhnya dan
dapat membuat sendiri cukup estrogen dan progesteron.
2. Laktogen Plasenta
Hormon polipeptida plasenta kedua, yang juga homolog dengan suatu
protein hipofisis, disebut laktogen plasenta (hPL) atau somatomamotropin
korion (hCS). hPL terdeteksi pada trofoblas muda, namun kadar serum yang
dapat dideteksi belum tercapai hingga minggu kehamilan ke-4-5. hPL adalah
suatu protein yang serupa dengan hormon pertumbuhan (GH) dan memiliki
ciri-ciri struktural yang mirip dengan prolaktin (PRL). Meskipun tidak jelas
terbukti sebagai agen mamotropik, hPL ikut berperan dalam perubahan
metabolisme glukosa dan mobilisasi asam lemak bebas; menyebabkan
respons hiperinsulinemik terhadap beban glukosa; dan berperan dalam
terjadinya resistensi insulin perifer yang khas pada kehamilan.
3. HORMON-HORMON STEROID PLASENTA
Sangat berbeda dengan kemampuan sintesis yang mengagumkan dalam
produksi protein plasenta, maka plasenta tidak terlihat memiliki kemampuan
mensintesis steroid secara mandiri. Semua steroid yang dihasilkan plasenta
berasal dari prekursor steroid ibu atau janin. Namun begitu, tidak ada
jaringan yang dapat menyerupai sinsitiotrofoblas dalam kapasitasnya
mengubah steroid secara efisien. Aktivitas ini dapat terlihat bahkan pada
blastokista muda, dan pada minggu ketujuh kehamilan, yaitu saat korpus
luteum mengalami penuaan relatif, maka plasenta menjadi sumber hormon-
hormon steroid yang dominan.
4. Progesteron
Plasenta bergantung pada kolesterol ibu sebagai substratnya untuk produksi
progesteron. Enzim-enzim plasenta memisahkan rantai samping kolesterol,
menghasilkan pregnenolon yang selanjutnya mengalami isomerisasi parsial
menjadi progesteron; 250-350 mg progesteron diproduksi setiap harinya
sebelum trimester ketiga dan sebagian besar akan masuk ke dalam sirkulasi
ibu. Kadar progesteron plasma ibu meningkat progresif selama kehamilan
dan tampaknya tidak tergantung pada faktor-faktor yang normalnya
mengatur sintesis dan sekresi steroid. Jika hCG eksogen meningkatkan
produksi progesteron pada kehamilan, maka hipofisektomi tidak memiliki
efek. Pemberian ACTH atau kortisol tidak mempengaruhi kadar
progesteron, demikian juga adrenalektomi atau ooforektomi setelah minggu
ketujuh. Progesteron perlu untuk pemeliharaan kehamilan. Produksi
progesteron dari korpus luteum yang tidak mencukupi turut berperan dalam
kegagalan implantasi, dan defisiensi fase luteal telah dikaitkan dengan
beberapa kasus infertilitas dan keguguran berulang. Lebih jauh, progesteron
juga berperanan dalam mempertahankan keadaan miometrium yang relatif
tenang. Progesteron juga dapat berperan sebagai obat imunosupresif pada
beberapa sistem dan menghambat penolakan jaringan perantara sel T. Jadi
kadar progesteron lokal yang tinggi dapat membantu toleransi imunologik
uterus terhadap jaringan trofoblas embrio yang menginvasinya.
5. Estrogen
Produksi estrogen oleh plasenta juga bergantung pada prekursor-prekursor
dalam sirkulasi, namun pada keadaan ini baik steroid janin ataupun ibu
merupakan sumber-sumber yang penting. Kebanyakan estrogen berasal dari
androgen janin, terutama dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA sulfat).
DHEA sulfat janin terutama dihasilkan oleh adrenal janin, kemudian diubah
oleh sulfatase plasenta menjadi dehidroepiandrosteron bebas (DHEA), dan
selanjutnya melalui jalur-jalur enzimatik yang lazim untuk jaringan-jaringan
penghasil steroid, menjadi androstenedion dan testosteron. Androgen-

GAMBAR 16: Skema pembentukan hormon estogen oleh plasenta


Dikutip dari kepustakaan 2
androgen ini akhirnya mengalami aromatisasi dalam plasenta menjadi
berturut-turut estron dan estradiol. Sebagian besar DHEA sulfat janin
dimetabolisir membentuk suatu estrogen ketiga : estriol. Langkah kunci
dalam sintesis estriol adalah reaksi 16-α-hidroksilasi molekul steroid.
Bahan untuk reaksi ini terutama DHEA sulfat janin dan sebagian besar
produksi 16- α-hidroksi-DHEA sulfat terjadi dalam hati dan adrenal janin,
tidak pada plasenta ataupun jaringan ibu. Langkah-langkah akhir yaitu
desulfasi dan aromatisasi menjadi estriol berlangsung di plasenta. Tidak
seperti pengukuran kadar progesteron ataupun hPL, maka pengukuran kadar
estriol serum atau kemih mencerminkan tidak saja fungsi plasenta, namun
juga fungsi janin. Dengan demikian, produksi estriol normal mencerminkan
keutuhan sirkulasi dan metabolisme janin serta plasenta. Kadar estriol serum
atau kemih yang meninggi merupakan petunjuk biokimia terbaik dari
kesejahteraan janin. Jika assay estriol dilakukan setiap hari, maka suatu
penurunan bermakna (> 50%) dapat menjadi suatu petunjuk dini yang peka
adanya gangguan pada janin. Terdapat keadaan-keadaan di mana perubahan
produksi estriol tidak menandai gangguan pada janin, tetapi merupakan
akibat kecacatan kongenital ataupun intervensi iatrogenik. Estriol ibu tetap
rendah pada kehamilan dengan defisiensi sulfatase dan pada kasus-kasus
janin anensefali. Pada kasus pertama, DHEA sulfat tak dapat dihidrolisis;
pada yang kedua, hanya sedikit DHEA yang diproduksi janin karena tidak
adanya rangsang adrenal janin oleh ACTH.
Fungsi dari plasenta lebih jelasnya pada table dibawah ini:
1. Nutrisi, plasenta mempunyai banyak enzim dan dapat
menyintesis karbohidrat, protein, lemak, vit B dan C yang larut
dalam air dan garam-garam mineral.
2. Produk limbah dikembalikan ke peredaran darah maternal
System pertukaran
lewat vili karion seperti bilirubin dan nitrogen
3. Gas:oksihemoglobin maternal dipecah menjadi oksigen dan
hemoglobin yang akan dialirkan melewati plasenta untuk
membentuk oksihemoglobin fetus.

System perlindungan 1. Melindungi jaringan fetus dari penolakan meternal


2. Perlindungan parsial terhadap infeksi

System ekskresi Ekskresi HCG, estrogen, progesterone, relaksin, Human Placental


Lactogen (HPL)

Stabilisasi Vili karion yang masuk sangat dalam ke dalam desidua dan
menambatkan plasenta dengan erat

2.2.6 Kelainan-kelainan placenta


a. Lobus succenturiata
Ini merupakan lobus tambahan atau lobus asesorius yang berada dengan jarak
tertentu dari placenta utama. Pembuluh darah yang mensuplai lobus ini berjalan
menembus selaput ketuban dan dapat terputus ketika selaput ketuban tersebut
robek atau pada saat kelahiran, lobus succenturiata bisa tertinggal setelah
melahirkan dan menyebabkan perdarahan postpartum.
b. Placenta circumvallate
Selaput ketuban melipat kebelakang pada permukaan janin dan berinsersio
kedalam placenta itu sendiri, placenta berada di sebelah luar chorion.
c. Amnion nodosum
Ini berupa nosulus kuning dengan diameter 3 sampai 4cm yang terletak pada
permukaan fetal amnion. Nodulus ini berisi fibrin, sel sel yang mengelupas
(deskuamasi) dan rambut lanugo, amnion nodosum dapat berbentuk sebuah
kista, keadaan ini disertai oligohydramnions
d. Infrak
Infrak yang terlokalisir sering dijumpai maka klinisnya tidak dapat diketahui
sekalipun jika keadaan ini berlebihan, maka kapasitas fungsional placenta dapat
berkurang
e. Perubahan warna (diskoloriasisi)
Warna merah berhubungan dengan adanya perdarahan, warna hijau disebabkan
oleh meconium dan dapat merupakan indikasi adanya hipoksia pada janin
f. Placenta kembar
Pada kembar monochorionik, placenta membentuk suatu masa sedangkan pada
kembar dichorionik, placenta dapat menyatu atau berpisah
g. Berat
Placenta yang beratnya lebih dari 600g atau dibawah 400g biasanya
berhubungan dengan kehamilan yang abnormal

1. Placenta pada berbagai keadaan


a. Prematuritas
Placenta kecil dan sering pucat
b. Postmaturitas
Ukuran dan berat placenta biasanya normal, terlihat warna meconium jika terdapat
infrak atau fibrosis yang luas, fungsi placenta dapat berkurang
c. Reterdasi pertumbuhan intrauterine
Placenta cenderung kecil, kurangnya berat placenta sebanding dengan berat bayi
d. Diabetes mellitus
Placenta biasanya lebih besar dari pada normal, tetapi pada kasus kasus yang berat
dengan sirkulasi darah ibu yang terganggu, placenta dapat berukuran kecil
e. Toxemia gravidarum
Tidak terlihat perubhan yang khas, sering placenta tampak normal
f. Erythroblastosis
Placenta tampak lapuk, berwarna [pucat sampai kuning dan beratnya dapat
mencapai 2,000g
g. Syphillis kongenital
Placenta lebar dan pucat
h. Amnionitis
Selaput ketuban suram (opaque) dan berubah warna menjadi kuning, placenta
mungkin mengeluarkan bau yang busuk
2. Retensio placenta
Retensio placenta dalam uterus dapat dibagi menjadi 4 kelompok
1) Terpisah dari tertahan: disini tidak ada tenaga yang dalam keadaan normal
mendorong placenta keluar
2) Terpisah tapi terperangkap (inkarserata): konstriksi rahim yang berbentuk jam-
pasir (hourglass) atau spasme cervix menyebabkan placenta terperangkap dalam
segmen atas uterus
3) Melekat tapi dapat dipisahkan (adhesiva): dalam situasi ini, placenta tidak dapat
terlepas sendiri dari dinding rahim, penyebabnya mencakup kegagalan kontraksi-
normal dan retraksi pada kala tiga, defek anatomis dalam uterus dan abnormalitas
decidua yang mencegah terbentuknya lempeng pemisahan decidua yang normal
4) Melekat tapi tidak dapat dipisahkan: disini berupa placenta acreta dengan berbagai
derajat decidua normal tidak ada, dan villi choralis melekat langsung serta
menembus myometrium.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran
zat antara ibu dan anak sebaliknya. Pertumbuhan Plasenta makin lama makin bear dan
luas, umumnya mencapai pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16
minggu. Jiwa anak tergantung plasenta, baik tidaknya anak tergantung pada baik
buruknya plasenta.
 Kehamilan berlangsung selama 40 minggu, dengan perhitungan bahwa satu bulan
berumur 28 hari.Kehamilan dianggap lewat bulan bila lebih dari 42 minggu.Untuk
memperhitungkan waktu kelahiran dipakai rumus Naegle, yaitu tanggal haid pertama
ditambah ujuh sedangkan bulannya ditambah Sembilan. Perkiraan persalinan dapat
diperhitungkan dengan mempergunakan ultrasonografi bila tanggal haid tidak
diketahui.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rachimhadji T., Wiknjosastro G.H., Ilmu Kebidanan: Pembuahan, Nidasi dan Plasentasi,
Plasenta dan Cairan Amnion, 4th ed, 2008, Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, pg 143-155
2. John C., Hauth C., Leveno K. J., Gilstrap III L., Bloom Steven, Wenstrom KD.,Williams
Obstetrics: Implantation, Embryogenesis, and Placental Development, 23nd ed, 2010,
USA, McGraw-Hill Companies, Inc., pg 34-46
3. Huppertz B., Kingdom J., Dewhurst’s Textbook of Obstetrics & Gynaecology: The
Placenta and Fetal Membranes, 7th ed, 2007, India, Blackwell Publishing, pg 19-26
4. Aghajanian P., Ainbinder SW., Akhter MW., Andrew DE., Anti D., Archie CL., eds.-
LANGE: Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology: Maternal-Placental-
Fetal Unit; Fetal & Early Neonatal Physiology, 10th ed, 2007, McGraw-Hill Companies,
USA, pg 1-11
5. Chamberlain G., Obstetrics by Ten Teachers: Anatomy & Physiology of The Placenta,
cord, & membranes, 16th ed, 1995, Edward Arnold, London, pg 7-12
6. Hanretty K., Ramsden I., Callender R., Obstetrics Illustrated: Placental Development and
Physiology, 6th ed, Churchill-Livingstone Elsevier, China, pg 9-13
7. Buchanan AT, Effects of Maternal Diabetes Mellitus on Intrauterine Development, 2004,
Online, [2011, 18/10], Available at:
http://www.msdlatinamerica.com/diabetes/sid1531220.html
8. Koren G., Basic & Clinical Pharmacology: Special Aspects of Perinatal & Pediatric
Pharmacology, 9th ed, 2004, McGraw- Hill Companies,Inc., Singapore, pg 995-6
9. Foley MR., Merck Manual: Drug Use During Prenancy, 2007, Online, [2011, 18/10],
Available at: http://www.merckmanuals.com/home/womens_health_issues

Anda mungkin juga menyukai