Case Hipoglikemia
Case Hipoglikemia
TUTORIAL 1 part 1
Tn. Deni Malik, 60 tahun, dibawa ke UGD RS Prikasih oleh keluarganya karena tidak sadarkan
diri sejak 3 jam lalu. Menurut anggota keluarganya, pasien menderita Diabetes Melitus selama 5
tahun terakhir dan mendapat pengobatan tablet glibenklamide 5 mg. Sebelum terjadi penururnan
kesadaran, pasien mengeluh badannya terasa dingin, berkeringat, jantung berdebar-debar, lemah
dan cemas setelah mengkonsumsi obat di pagi hari sebelum sarapan dan kemungkinan karena
lupa setelah sarapan Tn. Deni Malik minum obat yang sama. Riwayat minum alkohol atau obat-
obatan disangkal.
TUTORIAL 1 part 2
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadarannya soporus comatus, TD: 90/50 mmHg, HR :
120x/mnt dan suhu tubuh : 36 derajat C, reflex fisiologis menurun serta tidak ada kelainan lain
yang ditemukan pada pemeriksaan fisik lainnya. Pemeriksaan glukosa darah diperiksa oleh
dokter yang bertugas menggunakan glukometer darah digital, menunjukan hasil 38 mg/dl (N: 70-
110mg/dL).
TUTORIAL 2 part 3
Di IGD pasien mendapatkan terapi bolus Dextrose 50% 40ml selama 1-3 menit disertai infuse
Dextrose 10%. Setelah pasien sadar, segera dimulai pemberian makanan per oral. Infuse
dilanjutkan sampai 3 hari dengan monitor kadar glukosa darah tiap 3-6 jam. Kadar glukosa darah
dipertahankan mencapai 90-180 mg/mL.
1
TERMINOLOGI
Bolus Dextrose monosakarida, D-glukosa monohidrat; terutama dipakai sebagai cairan dan
pengganti makanan, dan juga dipakai sebagai cairan dan pengganti makanan, dan juga dipakai
sebagai diuretika dan berbagai keperluan klinik. Dikenal sebagai D-glukosa dalam biokimia dan
fisiologi.
PROBLEM
1. Apa yang menyebabkan Deni Malik tidak sadarkan diri?
2. Apakah riwayat DM 2 dan obat yang dikonsumsi mempengaruhi tingkat kesadaran
pasien?
3. Mengapa pasien mengeluh badannya terasa dingin, berkeringat, jantung berdebar, lemah
dan cemas setelah mengkonsumsi obat di pagi hari sebelum sarapan?
4. Apakah pengaruh dari pengobatan gilbenklamid?
5. Apakah efek dari glibenklamid apabila dikonsumsi lebih dari satu?
6. Perbedaan apa antara lobus dextrose dengan infuse dextrose?
7. Mengapa harus di infuse selama 3 hari?
HIPOTESIS
1. Hipoglikemia
2. Iya, mempengaruhi
3. Hipertiroid
4. Peningkatan sekresi insulin
5. Hipoglikemi
6. Bentuk sediaan
7. Untuk menstabilkan kadar glukosa dalam darah
2
MEKANISME
MORE INFO?
1. Kadar glukosa
- GDP
- Post prandial
- Sewaktu
2. Vital sign
3. Kadar insulin
3
- Hipoglikemi pada neonates
2. Pingsan
Mekanisme pingsan
3. Glibenklamid
- Mekanisme kerja
- Efek terapik dan samping
4
HIPOGLIKEMIA
DEFINISI
Konsentrasi glukosa darah yang berkurang secara abnormal (N sewaktu : 75-115 gr/dl)
Hipoglikemia secara harfiah berarti kadar glukosa darah di bawah batas normal. Hipoglikemia
dianggap telah terjadi bila kadar glukosa darah < 50 mg/ dL.(Fisiologi Manusia, Lauralee Sherwood Hal. 672)
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada diabetes melitus,
terutama karena terapi insulin.
Harus ditekankan bahwa serangan hipoglikemia adalah berbahaya, bila sering terjadi atau terjadi
dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen atau bahkan
kematian. Fisiologi Manusia, Lauralee Sherwood Hal. 672)
KLASIFIKASI
- Hipoglikemia akut
- Hipoglikemia kronis
Penurunan relatif lambat glukosa plasma di sebabkan turunnya produksi glukosa hati
sebagai respon terhadap hiperinsulinemia
Hipoglikemi akut
1. Ringan, Simtomatik dapat di atasi sendiri, tidak ada gangguan aktivitas sehari0hari
yang nyata.
5
3. Berat. Sering (tidak selalu) tidak simtomatik karena gangguan kognitif pasien tidak
dapat mengatasi sendiri.
ETIOLOGI
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar glukosa darahnya.
d.
Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan gukosa dihati. (Endokrinologi
Francis S. Greenspan 828)
GEJALA KLINIS
b. Gugup
c. Tremor
e. Palpitasi
f. Bicara ngacau
g. Kekaburan penglihatan
h. Kejang
i. Kehilangan kesadaran
j. Pusing
k. Sakit kepala
6
PATOFISIOLOGI
a. Kelebihan insulin biasanya terjadi akibat terlalu tingginya dosis insulin atau obat
antidiabetes oral yang di gunakan selama pengobatan diabetes melitus.
b. Adanya gangguan pada hati yang menyebabkan penurunan pemecahan asam amino.
(Endokrinologi Francis S. Greenspan 828)
Klasifikasi hipoglikemia :
7
Kebanyakan pasien diabetes tergantung insulin mengalami kehilangan
respons glukagon terhadap hipoglikemia. Jadi mereka hanya
mengandalkan respons otonom adnergenik untuk dapat pulih dari
hipoglikemia da khususnya untuk mengenali gejala-gejala peringatan
hipoglikemia yang mengancam sebagai sinyal untuk menelan glukosa atau
jus buah.
2. Overdosis sulfonilurea
Tiap sulfonilurea dapat menyebabkan hipoglikemia. Klorpopamid dengan waktu paruh
yang panjang (35 jam) adalah penyebab tersering golongan ini. Pasien-pasien tua
terutama mereka yang dengan gangguan fungsi ginjal dan hati khususnya rentan terhadap
hipoglikemia yang diinduksi sulfonilurea (buku endokrinologi klinis dan dasar greenspan,
edisi 4, 1998).
Bila pasien juga mendapat obat-obatan seperti warfarin, fenilbutazon, atau
beberapa sulfonamida, maka efek hipoglikemik dari sulfonilurea dapat nyata memanjang
(buku endokrinologi klinis dan dasar greenspan, edisi 4, 1998).
3. Pemakaian insulin atau sulfonilurea secara sembunyi-sembunyi
Biasanya terjadi pada orang yang gangguan psikiatris (buku endokrinologi klinis dan
dasar greenspan, edisi 4, 1998).
4. Hipoglikemia autoimun
Hipoglikemia autoimun itu terjadi akibat tingginya antibodi yang mampu bereaksi
dengan insulin endogen yang menyebabkan hipoglikemia (buku endokrinologi klinis dan
dasar greenspan, edisi 4, 1998).
5. Hipoglikemia induksi pentamidin
Semakin sering pemakaian atau penggunaan pentamidin untuk pengobatan infeksi
pneumocystic carinii pada pasien-pasien AIDS, makin sering timbul laporan kasus
hipoglikemia induksi pentamidin. Penyebab hipoglikemia akut tampaknya adalah efek
litik obat pada sel-sel β, yang menimbulkan hiperinsulinemia akut pada sekitar 10-20%
pasien yang mendapat obat ini (buku endokrinologi klinis dan dasar greenspan, edisi 4,
1998).
8
PENATALAKSANAAN
1. Glukosa Oral
- Pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10-20 g glukosa oral. Dalam bentuk tablet, jelly atau
150-200 mL minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar.
- Bila belum ada jadwal makan dalam 1-2 jam perlu diberikan tambahan 10-20 g
karbohidrat kompleks.
- Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian
madu atau gel glukosa lewat mukoosa rongga mulut.
2. Glukagon intramuskular
- Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon di ikuti pemberian glukosa oral 20 g dan di
lanjutkan 40 g KH dalam bentuk tepung untuk mempertahankan pemulihan.
- Pada keadaan puasa yang panjang/ hipoglikemi yang di induksi alkohol pemberian
glukagon tidak efektif.
3. Glukosa Intravena
- Pemberian glukosa dengan konsentrasi 50 % terlalu toksik untuk jaringan dan 75-100 mL
glukosa 20 % atau 150-200 mL glukosa 10 % dianggap lebih aman.
9
MEKANISME PINGSAN
Berkurangnya Efek Insulin Terhadap
Otak agak berbeda dengan sebagian besar jaringan tubuh lainnya karena insulin sedikit
berpengaruh atau tak memiliki pengaruh sama sekali terhadap ambilan atau penggunaan glukosa.
Bahkan, sel-sel otak bersifat permeabel terhadap glukosa dan dapat menggunakan glukosa tanpa
perantaraan insulin.
Sel-sel otak juga cukup berbeda dari sebagian besar sel tubuh lain karena sel-sel otak
secara normal hanya menggunakan glukosa sebagai sumber energi dan mengalami kesulitan
untuk dapat menggunakan sumber energy lain, seperti lemak. Oleh karena itu, kadar glukosa
darah harus selalu dipertahankan diatas nilai kritis, yang merupakan salah satu fungsi terpenting
dari sistem pengaturan kadar glukosa darah. Bila kadar glukosa darah turun terlalu jauh, yakni
mencapai kisaran antara 20 sampai 50 mg/100 ml, gejala syok hipoglikemik akan timbul, yang
ditandai dengan adanya iritabilitas saraf progresif yang menyebabkan pasien menjadi pingsan,
kejang dan bahkan timbul koma.
10
GLIBENKLAMID
OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL
SULFONILUREA
BIGUANIDA
Golongan Sulfonilurea
Merupakan obat generasi kedua golongan sulfonylurea. Obat ini memiliki reaksi
hipoglikemi yang lebih poten dibandingkan dari obat generasi pertama sebelumnya.
Dikemas dalam bentuk tablet 1,25 ; 2,5 ; dan 5 mg. Dosis yang dianjurkan dalam perhari
yaitu 5-10mg. Dosis melebihi 20 mg tidak dianjurkan.
Mempunyai waktu paruh yaitu 1-2 jam dan efeknya bertahan selama 24 jam. Sehingga
diberikan secara dosis tunggal.
STRUKTUR
Golongan obat ini memiliki inti asam sulfonat-urea yang di setiap ujungnya terdapat cincin-
cincin karbon siklik.inti tersebut dapat dimodifikasi melalui penggantian kimia untuk
menghasilkan obat yang memiliki kerja kualitatif serupa namun berbeda dalam potensinya.
11
Gliburid (glibenklamid)
Definisi:
Senyawa sulfonylurea yang digunakan sebagai obat hipoglikemik pada pengobatan DM tipe II
,yang diberikan secara per oral,disebut juga glibenklamid.(Dorland)
Mekanisme Kerja
12
tidak akan berpengaruh terhadap feedback negative yang diterima dari pancreas, obat ini
akan terus mensekresikan insulin hingga efek dari obat ini habis. Oleh karena itu, dosis
pemakaian obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian yang besar.
Efek samping utama dari obat ini yaitu efek hipoglikemiknya. Terlebih lagi obat ini lebih
poten 200x dari obat sulfonylurea generasi pertama, jadi efek hipoglikemiknya pun lebih
besar perbandingannya.
Obat ini di indikasikan untuk pasien dengan penderita hiperglikemi. Namun obat ini tidak
diindikasikan untuk pasien dengan diagnosis DM tipe 1 karena obat ini membutuhkan sel
b untuk menghasilkan efeknya, sedangkan pada orang dengan DM tipe 1 sel b nya sudah
tidak ada. Obat ini juga tidak diindikasikan untuk pasien dengan kelainan hati dan ginjal
dan empedu, karena eliminasi dari obat ini melalui dari ketiga organ tersebut.
Farmakokinetik
Berbagai sulfonylurea mempunyai sifat kinetic berbeda,tetapi saluran cerna cukup efektif
Makanan dan keadaan hipoglikemia→↓absorpsi
Untuk mencapai plasma,sulfonylurea akan lebih efektif bila diminum 30 menit sebelum
makan
Gliburid potensinya 200 kali lebih kuat dari tolbutamid,memiliki T1/2 sekitar 4 jam.
Efek samping
Efek terapi
-↑sekresi insulin
Indikasi
13
-Diindikasikan untuk pasien non-obese dengan diabetes awitan dewasa ringan dimana
hipoglikemia tidak berespon terhadap diet
Kontra indikasi
14
DAFTAR PUSTAKA
Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
Greenspan, Francis S. 2000. Endokrinologi: Dasar dan Klinik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. 2008. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Robbins., Kumar., Cotran. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: InternaPublishing
Sherwood, Lauralee. 2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.
15