Anda di halaman 1dari 9

PERANAN PROKALSITONIN PADA PNEUMONIA KOMUNITAS

1 2 2
Mirza Purwitasari , Erlina Burhan, , Priyanti Z. Soepandi
1
PPDS I Pulmonologi Dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2
RSUP Persahabatan, Departemen Pulmonologi RSUP Persahabatan

Abstrak : Keterbatasan dalam mendiagnosis infeksi respirasi dari klinis, gejala penyakit dan pemeriksaan
mikrobiologis, keberadaan biomarker dapat dijadikan informasi tambahan dalam meningkatkan diagnosis dan
prognosis yang membantu dalam keputusan pemberian terapi. Penggunaan prokalsitonin dapat membantu
diagnosis membedakan dari infeksi yang disebabkan oleh virus, menilai derajat risiko pasien dan keputusan
pemberian, penghentian dan durasi antibiotik yang optimal. Pneumonia komunitas masih menjadi masalah
kesehatan. Prokalsitonin pada akhir-akhir ini menjadi perhatian prognosis pada pneumonia komunitas. , baik
yang diakibatkan oleh bakter iatau pun bukan. Prokalsitonin juga mempunyai kemampuan yang lebih baik dari
pada C-reaktif protein sebagai biomarker petanda inflamasi dan mempunyai hubungan yang signifikan dengan
skor sistem yang menilai klinis dan angka kematian. Kata kunci: Pneumonia komunitas, prokalsitonin

Kata kunci: Pneumonia komunitas, prokalsitonin

PROCALCITONIN ROLE OF PNEUMONIA IN COMMUNITY


Abstract : In light of the limitations of clinical signs and symptoms and traditional microbiologic diagnostic for
respiratory infections, blood biomarkers that correlate with the presence and extent of bacterial infections may
provide additional useful information to improve diagnostic and prognostic efforts and help with therapeutic
decisions in individual patients. A growing body of evidence support the use of procalcitonin (PCT) to differentiate
bacterial from viral respiratory diagnoses, to help risk stratify patients, and to guide antibiotic therapy decisions
about initial need for, and optimal duration of, therapy.Communityacquired peneumonia (CAP) is a significant
clinical and public health problem. Recently, attention has been paid to the potential for procalcitonin (PCT) both
to differentiate the diagnosis and to indicate the prognosis of pneumonia. Procalsitonin has the ability to
supplement clinical information to determine whether or not the cause of the inection is likely to be bacterial. In
addition, PCT seems to be superior to the most prevalent inflammatory biomarker C-reactive protein and also
demonstrates a significant correlation between the current clinical scoring systems and actual mortality.

Key words : Community-acquired peneumonia, procalcitonin.

Korespondensi : terutama pada pasien lanjut usia dan


DR.dr.Erlina Burhan, M.Sc.SpP(K) pasien dengan penyakit komorbid seperti
Departemen Pulmonologi divisi infeksi FK UI Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK),
RSUP Persahabatan diabetes melitus, gagal jantung, penyakit
Jl. Persahabatan Raya No.1, Jakarta 13230
arteri koroner, keganasan, gangguan
Telepon:(021) 4891708
fungsi ginjal dan penyakit hati kronik.
Pneumonia di Indonesia termasuk dalam
PENDAHULUAN
10 besar penyakit rawat inap di rumah
sakit dengan proporsi kasus 53,95 % laki-
Pneumonia komunitas atau community
laki dan 46,05% perempuan dengan crude
acquired pneumonia (CAP) adalah
fatality rate (CFR) 7,6%, paling tinggi bila
pneumonia yang terjadi di masyarakat
dibandingkan dengan penyakit lainnya.1,2,3
yang merupakan salah satu penyakit
Prokalsitonin (PCT) sebagai salah satu
infeksi yang banyak terjadi dan penyebab
biomarker telah menunjukan toleransi
kematian dan kesakitan terbanyak di
yang baik dan efektif untuk evaluasi dan
dunia. Pneumonia komunitas menduduki
mengurangi penggunaan terapi antibiotik
urutan ke-3 dari 30 penyebab kematian di
serta dapat menggambarkan beratnya
dunia. Angka kematian pneumonia
infeksi bakteri sistemik. Prokalsitonin
komunitas pada rawat jalan 2 %, rawat
pertama kali digambarkan sebagai tanda
inap 5 – 20 % dan di ruang intensif > 50%.
spesifik infeksi bakteri. Kepekaan serum
Pneumonia komunitas menjadi suatu
PCT meningkat saat inflamasi sistemik,
penyakit yang sangat mengancam jiwa
khususnya ketika hal tersebut disebabkan

The Indonesian Journal of Infectious Disease 33


oleh bakteri. Kegunaan serum petanda PATOGENESIS
terhadap infeksi sistemik seperti C-reaktiv
protein (CRP) atau PCT untuk diagnosis Mekanisme pertahanan paru pada
banding menjadi pembicaraan yang orang sehat akan menyebabkan tidak
menarik beberapa tahun ini. Prokalsitonin terjadi pertumbuhan mikroorganisme di
merupakan salah satu petanda sepsis paru. Ketidakseimbangan antara daya
yang akurat. Kadar serum PCT atau tahan tubuh, mikroorganisme dan
petanda infeksi bakteri lain mungkin lingkungan yang terjadi akan
bisa membantu penentuan terapi menyebabkan mikroorganisme
3,4,5,6
antibiotik pada pasien pneumonia. berkembang biak dan mencapai saluran
napas. Ukuran mikroorganisme/bakteri
PNEUMONIA penyebab pneumonia berukuran 0,5-2,0
urn biasanya masuk secara inhalasi atau
Pneumonia didefmisikan sebagai suatu aspirasi. Mikroorganisme patogen ini akan
peradangan akut parenkim paru yang berkembang biak di dalam atau pada
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, epitel saluran napas dan menimbulan
virus, jamur, parasit). Pneumonia yang reaksi radang berupa edema seluruh
disebabkan oleh Mycobacterium alveoli disusul dengan infiltrasi sel poli
tuberculosis tidak termasuk. Peradangan morfo nuklear (PMN) dan diapedesis
paru yang disebabkan oleh eritrosit sehingga terjadi permulaan
nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, fagositosis sebelum terbentuk antibodi,
aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan peningkatan sekresi mukus, mengurangi
Iain-lain) disebut pneumonitis. Gejala yang fungsi mukosilier dan mengganggu fungsi
terjadi pada penumonia biasanya ditandai paru. Bakteri yang masuk ke paru masuk
dengan demam, menggigil, batuk dengan ke bronkioli dan alveoli menimbulkan
dahak mukoid atau purulen kadang reaksi peradangan yang menghasilkan
disertai darah, sesak napas dan nyeri cairan kaya protein dalam alveoli dan
dada. Pemeriksaan fisis dapat ditemukan jaringan interstitial. Pada tahap awal
peningkatan suhu tubuh melebihi 38°C, terjadi proses hepatisasi merah yaitu
pada auskultasi terdengar suara napas perembesan eritrosit dan beberapa
bronkovesikuler sampai bronkial yang leukosit dari kapiler paru. Pada tingkat
mungkin disertai ronki basah halus. Foto lebih lanjut aliran darah menurun, alveoli
toraks (postero anterior/lateral) penuh dengan leukosit, kuman
merupakan pemeriksaan penunjang utama difagositosis kemudian makrofag masuk
untuk menegakkan diagnosis. Gambaran ke alveoli, menelan leukosit dan kuman
radiologis dapat berupa infiltrat sampai yang berada di dalamnya dan paru masuk
konsolidasi. Pada pemeriksaan dalam tahap hepatisasi abu-abu. Secara
laboratorium terdapat peningkatan jumlah perlahan eritrosit yang mati dan eksudat
leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul dibuang dari alveoli terjadi resolusi
kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan sempurna dan paru kembali menjadi
pada hitung jenis leukosit terdapat normal. 1,10,11
pergeseran ke kiri. Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan PNEUMONIA KOMUNITAS
dahak, kultur darah dan serologi.
Pneumonia diklasifikasikan berdasarkan Pneumonia komunitas adalah
klinis dan epidemiologis, pneumonia peradangan akut pada parenkim paru
komunitas (CAP), pneumonia didapat di yang didapat di masyarakat. Pneumonia
rumah sakit ( Hospital -Acquired dapat disebabkan oleh berbagai macam
Pneumonia atau HAP), Health Care kuman, yaitu bakteri, virus, jamur dan
Associated Pneumonia (HCAP) dan protozoa. Penelitian di beberapa negara
pneumonia akibat pemakaian ventilator melaporkan bahwa bakteri gram positif
(Ventilator Associated Pneumonia atau penyebab utama pneumonia komunitas.
VAP). 1,7,8 Data dari beberapa rumah sakit di
Indonesia tahun 2012 menunjukan bahwa
penyebab terbanyak pneumonia

34 The Indonesian Journal of Infectious Disease


komunitas di ruang rawat inap dari bahan Diagnosis pneumonia didapatkan dari
sputum adalah kuman gram negatif anamnesis, pemeriksaan fisis, foto toraks
seperti Klebsiella pneumoniae, dan laboratorium. Diagnosis pasti
Acinetobacter baumanii, Pseudomonas pneumonia komunitas ditegakkan jika
aeruginosa, sedangkan gram positif pada foto toraks terdapat infiltrat / air
seperti Streptococcus pneumoniae, bronchogram ditambah dengan beberapa
Streptococcus viridans, Staphylococcus gejala berikut ini yaitu batuk, perubahan
aureus ditemukan dalam jumlah sedikit. karakteristik sputum/purulen, suhu tubuh >
Data survelans sentinel SARI (Severe 380C (aksila)/riwayat demam, nyeri dada,
Acute Respiratory Infection) 2010 yang sesak, pada pemeriksaan fisis dapat
dilakukan badan penelitian dan ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara
Pengembangan Kesehatan RI napas bronkial dan ronki, leukosit >
mendapatkan hasil biakan sputum yaitu 10.000 atau < 4500. Penilaian derajat
Klebsiella pneumoniae (29%), keparahan penyakit pneumonia komunitas
Acinetobacter baumanii (27%), dapat dilakukan dengan menggunakan
Staphylococcus aureus (16%), sistem skor menurut Pneumonia Severity
Streptococcus pneumoniae (12%), Index (PSI) seperti terlihat pada tabel 2
Acinobacter calcoaticus (8%), dan CURB-65 (Confusion, Urea,
Pseudomonas aeruginosa (6%) dan Respiratory, Blood pressure, dan umur >
Escherichia coli (2%).1,9 65 tahun) seperti yang terlihat pada tabel 3
di bawah ini :
Tabel 2. Pneumonia Severity Index (PSI)
Karakteristik Pasien Nilai
Faktor demografi
• Umur : laki-laki Umur (tahun)
perempuan Umur (tahun) – 10
• Penghuni panti wreda + 10
• Penyakit komorbid
Keganasan + 30
Penyakit hati + 20
Gagal jantung kongestif + 10
Penyakit serebrovaskular + 10
Penyakit ginjal + 10
Pemeriksaan fisis
• Gangguan kesadaran + 20
• Pernapasan > 30 kali/menit + 20
• Tekanan darah sistolik < 90 mmHg + 20
• Suhu tubuh < 35°C atau > 40°C + 15
• Frekuensi nadi > 125 kali/menit + 10
Hasil laboratorium / Radiologi
• pH < 7,35 + 30
• BUN > 30 mg/dL + 20
• Natrium < 130 mEq/liter + 20
• Glukosa > 250 mg/dL + 10
• Hematokrit < 30% + 10
• Tekanan oksigen dalam arteri < 60 mmHg + 10
• Efusi Pleura + 10
Dikutip dari (1)
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia PaO2/FiO2 kurang dari 250
(PDPI) merekomendasikan jika mmHg,foto toraks menunjukan infiltrat
menggunakan PSI kriteria yang dipakai multilobus, tekanan sistolik < 90
untuk indikasi rawat inap pneumonia mmhg, tekanan diastolik < 60 mmhg
komunitas adalah : 3. Pneumonia pada pengguna NAPZA
1. Skor PSI lebih dari 70 Total poin yang didapatkan dari PSI
2. Bila skor PSI kurang dari 70, pasien dapat digunakan untuk menentukan risiko,
tetap perlu dirawat inap bila dijumpai kelas risiko, angka kematian dan jenis
salah satu dari kriteria berikut ini ; perawatan, seperti yang terlihat pada table
frekuensi nafas > 30 kali/menit, 3.

The Indonesian Journal of Infectious Disease 35


Tabel 3. Derajat skor risiko PSI
Total Poin Risiko Kelas Risiko Angka Kematian Perawatan
Tidak Rendah I 0.1% Rawat jalan
diprediksi
<70 II 0.6% Rawat jalan
71-90 III 2.8% Rawat inap/jalan
91-130 Sedang IV 8.2% Rawat inap
>130 Berat V 29.2% Rawat inap
Dikutip dari (1)

Skor CURB-65 adalah penilaian Penilaian berat pnumonia dengan


terhadap setiap faktor risiko yang diukur. menggunakan sistem skor CURB-65
Sistem skor pada CURB-65 lebih ideal adalah sebagai berikut :
digunakan untuk mengidentifikasi pasien Skor 0-1 : risiko kematian rendah, pasien
dengan tingkat angka kematian tinggi. dapat berobat jalan
Setiap nilai faktor risiko dinilai satu, faktor Skor 2 : risiko kematian sedang, dapat
tersebut yaitu Confusion yaitu tingkat dipertimbangkan rawat jalan
kesadaran berdasarkan uji mental, Urea, Skor 3 : risiko kematian tinggi dan
frekuensi napas, tekanan darah dan dirawat harus di tatalaksana sebagai
umur > 65 tahun. Tingkat kesadaran pneumonia berat
dinilai berdasarkan Abbreviation Mental Skor 4 atau 5 : harus dipertimbangkan
Test (uji mental), terdapat 10 pertanyaan perawatan intensif
yg tiap pertanyaan bernilai 1. Setelah
didapatkan nilai untuk confusion maka PROKALSITONIN
kemudian dinilai yang lainnya yaitu urea,
frekuensi napas, tekanan darah dan Prokalsitonin pertama kali dikenali dari
umur. Mengingat keterbatasan BUN sel karsinoma medula tiroid yang terdiri
(Blood Urea Nitrogen) maka digunakan dari 116 asam amino yang memiliki
pemeriksaan ureum yang dengan susunan yang identik dengan pro-
mengkonversikan nilai ureum dengan hormone kalsitonin dengan berat molekul
membagi 2,14. Bila nilai urea >19 mg /dL 13 kDa protein, yang disandi oleh gen
maka diberi nilai 1 dan nilai urea < 19 CALC-1 di lengan pendek kromosom 11.
mg/dL dibei nilai 0. Total nilai dari faktor Urutan asam amino prokalsitonin pertama
risiko digunakan untuk menentukan kali ditemukan oleh Moullec et al. tahun
apakah pasien dapat berobat jalan atau 1984. Secara normal proklsitonin akan
rawat inap, dirawat di ruangan biasa atau dipecah oleh sel neuroendokrin yang
ruang intensif. Skor CURB-65 terlihat terdapat pada kelenjar tiroid, paru dan
pada tabel 4. pankreas sehingga menghasilkan 3 jenis
Tabel 4. Skor CURB-65 molekul yaitu kalsitonin, katacalcin dan
Confusion amino-procalcitonin yang terlihat pada
- Uji mental < nilai 8 skor 1 gambar 1. Kepekatan serum PCT sangat
- Uji mental > nilai 8 skor 0 rendah pada orang sehat yaitu < 0.1
Urea ng/mL 5,12-14
- Urea > 19 mg/dL skor 1
- Urea < 19 mg/dL skor 0
Respiratory rate (frekuensi nafas)
- RR > 30x/mnt skor 1
- RRS30x/mnt skor 0
Blood pressure (tekanan darah)
- Tekanan darah < 90/60 mmhg skor 1
- Tekanan darah > 90/60 mmhg skor 0
Umur
- Umur > 65 tahun skor 1
- Umur < 65 tahun skor 0

36 The Indonesian Journal of Infectious Disease


Gambar 1. Strktur primer polipeptida 116 prekusor kalsitonin

Prokalsitonin diinduksi oleh endotoksin terdeteksi (<0.1ng/ml). Pada keadaan


yang dihasilkan bakteri selama infeksi infeksi berat yang bermanifestasi sistemik,
sistemik. Infeksi yang disebabkan oleh kadar PCT meningkat hingga melebihi 100
protozoa, infeksi non bakteri (virus) dan ng/ml. Waktu paruh PCT terjadi antara 25-
penyakit autoimun tidak menginduksi 30 jam yang secara signifikan tidak
PCT. Produksi plasma PCT dapat berubah pada gagal ginjal, sehingga
diinduksi dari manusia sehat dengan kepekatan serum dapat digunakan untuk
injeksi lipopolisakarida (LPS) dalam kadar tujuan diagnostik pada penderita dengan
yang kecil. Kadar PCT meningkat cepat fungsi ginjal yang rusak. Hal ini berbeda
dalam 2 jam setelah rangsangan, dengan waktu paruh calsitonin yang
puncaknya setelah 12-48 jam dan secara hanya 10 menit. Pada keadaan inflamasi
perlahan menurun dalam 48-72 jam. akibat bakteri, kadar PCT selalu > 2ng/ml.
Induksi yang spesifik dan cepat oleh Kasus akibat infeksi virus, kadar PCT
stimulus yang adekuat akan menimbulkan >0.05 ng/ml tetapi biasanya <1ng/ml.5,15,16
produksi PCT pada pasien infeksi berat Prokalsitonin diukur pada serum
atau sepsis, sedangkan CRP tidak dengan menggunakan pemeriksaan
terdapat dalam 6 jam.5,18 Prokalsitonin iunoluminometrik. Pemeriksaan
termasuk kelompok yang terkait protein menggunakan dua antibodi monoklonal
termasuk kalsitonin, amylin, antigen spesifik, satu diarahkan ke
adrenomodulin (CAPA peptide family). calcitonin (menggunakan label
Prokalsitonin secara normal diproduksi sel luminescence) dan yang lainnya ke
C kelenjar tiroid. Kondisi normal PCT tidak katacalcin. Batas untuk mengetahui
dilepas ke dalam darah dan kadar PCT pemeriksaan adalah 0.1 ng/ml dan
serum sangat rendah pada individu yang koefisien variasinya 5 sampai dengan
sehat yaitu < 0,1 ng/ml. Selama infeksi 10% dengan rentang 1 sampai dengan
sistemis, PCT diproduksi oleh jaringan lain 1000 ng/ml. Pemeriksaan juga tidak
dan kadarnya meningkat pada kondisi dipengaruhi antibiotika, sedatif dan agen
infeksi berat, infeksi bakteri dan infeksi vasoaktif yang secara umum digunakan
jamur. Saat ini PCT merupakan petanda dalam unit perawatan intensif. Interpretasi
sepsis walaupun demikian beberapa PCT setelah pemberian antibiotika
penelitian menemukan peningkatan PCT menunjukkan keberhasilan bila kadar PCT
juga pada kasus pembedahan, trauma, turun 50%, tetapi bila tetap atau kadar
syok kardiogenik dan kondisi lain.5,13 PCT meningkat, berarti tidak ada
Prokalsitonin pada orang sehat diubah perubahan dengan pengobatan. Kadar
dan tidak ada sisa yang bebas ke aliran PCT pada berbagai keadaan inflamasi
darah, sehingga kadar PCT tidak dapat dapat terlihat pada tabel 3.5

The Indonesian Journal of Infectious Disease 37


Tabel 3. Kadar PCT pada berbagai keadaan inflamasi
Kondisi Kadar PCT (ng/ml)
Normal < 0.5
Inflamasi kronik dan penyakit autoimun < 0.5
Infeksi Virus < 0.5
SIRS, multiple trauma, luka bakar 0.5-2
Infeksi berat, sepsis, kegagalan beberapa organ > 2 (paling sering 10-100)
Dikutip dari (5)

Prokalsitonin dibandingkan dengan untuk menilai risiko klinis ini mempunyai


petanda inflamasi lain keterbatasan dalam penggunaannya
Beberapa penelitian menyebutkan secara praktis dan dapat terjadi kesalahan
bahwa PCT lebih sensitif dan spesifik dalam perhitungan pada pasien dengan
untuk mendiagnosis infeksi dibandingan populasi berbeda. Prokalsitonin dianggap
dengan CRP, interleukin (IL)-6 dan IL-8 sebagai sarana prognostik tambahan yang
pada beberapa situasi klinis. Prokalsitonin baru dan menarik sebagai biomarker
akan meningkat dengan cepat pada fase yang objektif dan pengukurannya
awal terjadi infeksi dan cepat menurun dilakukan secara cepat dan respons yang
setelah infeksi tertangani dengan cepat terhadap penyembuhan yang
penggunaan antibiotik. Stimulus untuk signifikan, reliable dengan informasi yang
transkripsi gen dan sekresi PCT baik yang dapat diketaui langsung setelah
secara langsung melalui racun mikroba pemeriksaan. Suatu penelitian di Amerika
dan tidak langsung melalui mediator secara kohort pada pasien CAP yang
inflamasi, seperti Interleukin (IL)-1, IL-6 diperiksa kadar PCT memberikan hasil
dan faktor-α nekrosis tumor (TNF-α).5 yang baik , pada pasien yang
Sitokin seperti TNF-α dan IL-6 akan diklasifikasikan risiko tinggi menggunakan
meningkat 1-3 jam pertama setelah proses skor PSI dengan nilai PCT < 0,1 ngr/L
inflamasi dan tetap tinggi hingga 8 jam. pada dasarnya mengeksklusi risio
Hiperprokalsitoninemia pada peradangan kematian terhadap pasien dengan risiko
sistemik atau infeksi terjadi selama 2-4 tinggi tersebut.2
jam dan mencapai konsentrasi puncak Suatu penelitian serupa di Jerman
dalam 8-24 jam selama proses terhadap pasien CAP dengan risiko
peradangan berlanjut. Waktu paruh PCT rendah, menemukan bahwa PCT dapat
adalah sekitar 24 jam, sehingga dijadikan alat prediksi kematian dan
konsentrasi mencapai normal secara kesakitan yang akurat serta secara
cepat dengan pemulihan pasien. C- signifikan dapat menilai perbaikan dari
reactive protein adalah reaktan fase akut skor derajat keparahan penyakit CAP.
yang pengukurannya seringkali digunakan Kadar di dalam serum akan meningkat
untuk diagnosis infeksi bakteri. Hati secara cepat pada infeksi bakteri tapi
mensintesis CRP sebagai respons lambat pada penyakit virus. Beberapa
terhadap IL-6 saat infeksi atau inflamasi penelitian menyebutkan bahwa PCT lebih
dengan cara mengikat lipopolisakarida tinggi pada bakteri gram negatif
patogen.12,17 Peningkatan kadar CRP dibadingkan dengan bakteri gram positif.
2,3
membutuhkan waktu 12-24 jam dan Penelitian yang dilakukan di India pada
menetap selama 3-7 hari dengan cut off tahun 2011-2013 yang bertujuan
point 6mg/l.13,16 membandingkan kegunaan PCT, CRP dan
jumlah total leukosit dengan nilai derajat
Peranan Prokalsitonin pada pneumonia keparahan penyakit PSI dan CURB65,
komunitas mendapatkan hasil bahwa PCT
Penilaian derajat keparahan penyakit merupakan prediktor yang lebih baik
pneumonia komunitas dengan dalam memprediksa kematian daripada
menggunakan PIS dan CURB-65 telah PSI dan CURB65 pada pasien dengan
diakui peranannya dan dianggap tepat risiko tinggi. Pasien dengan PCT < 0,25
sebagai sarana prognostik oleh berbagai ngr/L mempunyai risiko rendah pada
pedoman bagian infeksi respirasi. Skor kematian dalam 30 hari.8

38 The Indonesian Journal of Infectious Disease


Prokalsitonin akan menjadi meningkat penelitian dilakukan untuk membedakan
selama infeksi bakteri dan menurun antara infeksi bakteri dan virus
sejalan dengan perbaikan klinis pasien. prokalsitonin menunjukkan sensitifitas
Hal ini dapat membantu menentukan yang lebih tinggi (92% vs. 86%)
kepentingan pemberian AB dan durasinya. sedangkan spesifisitasnya sebanding
Terdapat 14 penelitian yang mengevaluasi (73% vs.70%).16 Hasil penelitian yang
efikasi dan keamanan penggunaan PCT dilakukan oleh Polzin dkk.26 menunjukkan
untuk keputusan pemberian antibiotik prokalsitonin pada pasien dengan CAP
berdasarkan nilai PCT. Semua penelitian atau HAP dan pasien yang dirawat
tersebut menggunakan protokol yang dengan PPOK eksaserbasi dibanding
serupa untuk memulai dan menghentikan kontrol orang sehat. Nilai median
terapi antibiotik berdasarkan nilai PCT. prokalsitonin lebih rendah dari cutt-off
Beberapa batasan titik potong PCT point 0,5 ng/ml sedangkan Hedlund dan
digunakan pada penelitian yang Hansson memperlihatkan dengan nilai
menggambarkan peningkatan kadar PCT cutt-off point 0,5 ng/ml dapat membedakan
pada penyakit yang disebabkan bakteri. etiologi bakteri atau atipik pada pasien
Protokol pada penelitian tersebut dewasa yang dirawat dengan CAP.18
menggambarkan cutt off berdasarkan Schleicher GK dkk.19 mendapatkan
keadaan klinis dan tingkat akut atau pada pasien dengan Human
tidaknya keadaan pasien. Pada keadaan Immunodeficiency Virus (HIV) positif
pasien dengan derajat akut yang rendah, dengan CAP memiliki peningkatan kadar
(misalnya pada pelayanan kesehatan PCT dan CRP dibanding dengan pasien
primer dan pada bronkitis), PCT utamanya yang menderita tuberkulosis. Peningkatan
digunakan untuk menilai keputusan level prokalsitonin merupakan penanda
pemberian antibiotik atau menundanya, spesifik sepsis disebabkan bakteri pada
sebaliknya pada keadaan infeksi saluran pasien HIV positif. Berbeda dengan CRP,
napas yang berat (misalnya pneumonia PCT tidak spesifik meningkat pada pasien
yang dirawat inap di RS) atau derajat akut tuberkulosis paru, sehingga dapat
yang lebih berat (misalnya sepsis atau digunakan sebagai alat diagnostik cepat
syok sepsis di ICU), PCT digunakan untuk dalam membedakan infeksi bakteri dengan
tidak menentukan mulainya pemberian mycobacterial. Kadar prokalsitonin
antibiotik, namun untuk menghentikan >3ng.ml-1 dan CRP >246 mg.L-1
antibiotik. merupakan tanda infeksi pneumonia dan
Semua pasien akan dinilai ulang dalam dapat menuntun diagnosis yang tepat.15
hal penghentian antibiotik atau apabila Crain C dkk.20 mengungkapkan bahwa
kondisi klinis tidak ada perbaikan dalam 1- PCT dapat digunakan sebagai pedoman
2 hari. Pada penelitian tersebut strategi itu strategi terapi dan berfungsi mengurangi
terbukti sangat efektif untuk mengurangi penggunaan antibiotik pada infeksi saluran
penggunaan antibiotik. Pada derajat akut napas bawah, karena PCT dapat
yang rendah, petunjuk PCT menunjukkan membedakan pasien dengan atau tanpa
40%-75% pada pasien pelayanan primer gejala klinis infeksi bakteri. Penelitian ini
dengan infeksi saluran napas atas dan melibatkan 243 pasien pneumonia,
bawah, 60%-75% pada pasien bronkhitis, bronkitis akut, asma atau gangguan
30%-45% pada pasien PPOK penyakit pernapasan yang dibagi menjadi
eksaserbasi. Pada keadaan derajat akut 2 kelompok. Kelompok pertama mendapat
yang lanjut, petunjuk PCT mengurangi pengobatan standar sebanyak 119 orang
durasi terapi 35%-55% pada pasien CAP dan kelompok yang menggunakan PCT
dan 35% pasien VAP. 2,3 sebagai acuan terapi sebanyak 124 orang
Penelitian Simon dkk.14 dilakukan untuk kemudian dari kelompok yang
membedakan antara infeksi bakteri menggunakan PCT sebagai acuan dibagi
dengan inflamasi non bakterial. lagi menjadi kelompok yang mendapat
Prokalsitonin mempunyai sensitifitas yang antibiotik bila kadar PCT > 0,25ng/ml dan
lebih tinggi (88% vs. 75%) dan spesifisitas kelompok yang tidak mendapat antibiotik
yang juga lebih tinggi (81% vs. 67%) bila kadar PCT < 0,25 ng/ml. Hasil
dibandingkan dengan CRP. Selain itu, penelitian ini menyatakan tidak ada

The Indonesian Journal of Infectious Disease 39


perbedaan hasil pengobatan secara klinis in community acquired pneumonia.
dan laboratorium antara 2 kelompok dan Curr Opin Infect Dis. 2013;26:159-67.
ditemukan pengurangan penggunaan 4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I.
antibiotik sebanyak 39%.20,21 Pneumonia. Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : Penerbit; IPD
KESIMPULAN FKUI;2006:965-71.
5. Buchori, Prihartini. Diagnosis sepsis
1. Prokalsitonin adalah prekursor menggunakan prokalsitonin.
kalsitonin yang berfungsi sebagai pro Indonesian Journal of linical
hormone dan berperan pada proses Pathology and Medical Laboratory.
inflamasi. 2006;12(3):131-7.
2. Prokalsitonin tidak dapat 6. Masia M, Gutiérrez F, Shum C,
mengidentifikasi secara spesifik Padilla S, Navarro JC, Flores E, et al.
penyebab infeksi, namun bakteri Usefulness of procalcitonin levels in
patogen akan meningkat secara community acquired pneumonia
signifikan dengan peningkatan nilai according to the patients outcomes
PCT. research team pneumonia severity
3. Kadar prokalsitonin serum sangat index. Chest. 2005;128:2223-9.
rendah pada individu sehat dan 7. Mandell LA, Wunderink RG, Azueto
kadarnya meningkat pada kondisi A. Infectious Diseases Society of
infeksi berat dan infeksi bakteri. America/American Thoracic Society
4. Prokalsitonin dapat digunakan sebagai consensus guidelines on the
petanda prognostik dan pedoman management of community-acquired
strategi terapi, sehingga dapat pneumonia in adults: Clin Infect Dis.
mengurangi penggunaan antibiotik 2007;44:s27-72.
pada infeksi saluran napas bawah 8. Agarwal S, Meena M, Misra A, Meena
khususnya pneumonia. L, Singh M. A study to compare
5. Prokalsitonin dapat mengeksklusi prognostic utility of procalcitonin with
penyebab infeksi dan sebagai informasi existing biomarkers (CRP and TLC)
tambahan dalam perkembangan and clinical risk score (PSI and
perbaikan klinis pasien dan terkait CURB65) in community acquired
dengan hasil biakan darah pasien. pneumonia. National Journal of
6. Prokalsitonin merupakan petanda yang Physiology, Pharmacy &
akurat untuk menentukan infeksi yang Pharmacology. 2015;5:28-32.
disebabkan oleh bakteri. 9. Mandell L, Marrie T, Grossman R.
7. Pada infeksi pernapasan akut akan Canadian guidelines for the initial
terjadi peningkatan kadar prokalsitonin management of community acquired
secara signifikan. pneumonia: an evidence based
update by the Canadian Infectious
Disease Society and the Canadian
DAFTAR PUSTAKA Thoracic Society. Clin Infect Dis.
2000;31:383-421.
1. Soepandi PZ, Burhan E, Nawas A, 10. Dasaraju PV, Liu C. Infections in
Giriputro S, Isbaniah F, Agustin H, et respiratory system. [cited on January,
al. Pneumonia komunitas. Jakarta : 1st 2009]. Available from :.
PDPI;2014:1-19. 11. Wunderink http://gsbs.utmb.edu/
2. Schuetz P, Amin DN, Greenwald JL, microbook/ch093.htm RG. A CAP on
Role of procalcitonin in managing antibiotic duration. Am J Respir Crit
adult patient with respiratory tract Care Med. 2006;174:3-5.
infection. Chest. 2012;141(4):1063- 12. Becker KL, Nyle’n ES, White JC,
73. Muller B, Snider RH. Procalcitonin
3. Schuetz P, Litke A, Albrich WC, and the calcitonin gene family of
Mueller B. Blood biomarker for peptides in inflammation, infection
personalized management decisionsb and sepsis : a journey from calcitonin

40 The Indonesian Journal of Infectious Disease


back to its precursors. J Clin
Endocrinol Metab. 2004;89:1512-25.
13. Kristopher AM, Baumann NA. Clinical
laboratory news: procalcitonin. AACC.
2009; 35(7).
14. Kibe S, Adams K, Barlow G,
Diagnostic and prognostic biomarkers
of sepsis in clinical care. J.Antimicrob
Chemoter. 2011;66(suppl 2):i33-40.
15. Vienna. Procalcitonin: a new marker
of the systemic inflammatory
response to infections. Clinic
Anesthestiology and Intensive Care.
Germany. April. 2000.
16. Korppi M, Remes S. Serum
prokalsitonin in pneumococcal
pneumonia in children. Eur Respir
J.2001;17:623-7.
17. Kiriyama Y, Nomura Y, Tokumitsu Y.
Calcitonin gene expression induced
by lipopolysaccharide in the rat
pituitary. Am J Physiology Endocrinol
Metab. 2002;282:1380-4.
18. Polzin A, Pletz M, Erbes R,
Raffenberg M, Mauch H, Wagner S et
al. Procalcitonin as a diagnostic tool in
lower respiratory tract infections
and,tuberculosis. Eur Respir J.
2003;939-4.
19. Schleicher GK. Procalcitonin and c-
reactive protein levels in HIVpositive
subject with tuberculosis and
pneumonia. Eur Respir
J.2005;25:688-92.
20. Crain C, Stolz DJ, Bingisser R,
Gencay MM, Huber PR, Tamm M et
al. Effect of procalcitonin-guided
treatment on antibiotic use and
outcome in lower respiratory tract
infections:cluster-
randomised,singleblinded
interventional trial. Lancet. 2004;
363:600-7.
21. Crain MC. Procalcitonin guidance of
antibiotic therapy in community
acquired pneumonia. Am J Respir Crit
Care Med. 2006;174:84-93

The Indonesian Journal of Infectious Disease 41

Anda mungkin juga menyukai