Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PERSALINAN LETAK SUNGSANG

2.1 Definisi Letak Sungsang

Letak sungsang didefinisikan sebagai letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang
terendah (presentasi bokong) 1

2.2 Klasifikasi Letak Sungsang

Letak sungsang dibagi menjadi:

1. Letak bokong murni (frank breech), yaitu hanya bokong saja yang jadi bagian depan
sedangkan kedua tungkai bawah lurus ke atas.
2. Letak bokong kaki (complete breech), yaitu disamping bokong teraba kaki, baik teraba kedua
kaki atau satu kaki.
3. Letak kaki (footling breech/incomplete breech), yaitu salah satu atau kedua kaki terletak
sebagai bagian yang terendah.

Gambar 3 macam presentasi bokong 1

2.3 Etiologi Persalinan Letak Sungsang

1
Terjadinya presentasi bokong harus membuat kita waspada akan adanya sesuatu menghalangi
terjadinya presentasi kepala. Teori yang digunakan sekarang adalah teori akomodasi, yaitu presentasi
belakang kepala merupakan hasil akomodasi janin yang berbentuk ovoid sesuai dengan bentuk uterus.
Pada kehamilan aterm akomodasi bokong dan kedua tungkai yang terlipat lebih besar dari pada
fundus uteri. Oleh karena itu presentasi bokong terjadi apabila terdapat gangguan hubungan
akomodasi janin dengan akomodasi uterus.

Karena berbagai sebab yang belum begitu jelas, menjelang kehamilan aterm, kavum uteri
telah mempersiapkan janin pada posisi longitudinal dengan presentasi verteks, presentasi bokong
umumnya terjadi pada akhir trimester kedua kehamilan atau mendekati aterm 2.

Faktor predisposisi :

1. Pelvis : yaitu bentuk pelvis yang sempit.


2. Akomodasi uterus : misalnya bikornu, uterus berseptum, tumor pelvis, kelemahan dinding
uterus, hidramnion
3. Janin : yaitu bentuk atau ukuran janin yang tidak sesuai dengan akomodasi
uterus, seperti prematuritas, kehamilan ganda, hidrosefalus, kematian
janin intra uterin, trisomi kromosomal 18 dan 21 (sindrom down).
4. Plasenta : plasenta previa (1,2,3,4).

2.4 Diagnosis Letak Sungsang

 Subyektif
Pasien pada kehamilannya mungkin akan merasakan bahwa gerakan janin lebih terasa
dibagian bawah perutnya dan beberapa pasien mengeluh adanya rasa tekanan pada perut
bagian atas akibat tertekan oleh adanya janin

 Pemeriksaan abdomen

Secara klinis dapat di tegakkan diagnosis presentasi bokong dengan cara pemeriksaan
Leopold, yaitu :
 Leopold I : didapatkan kepala janin yang bulat dan keras menempati fundus
uteri.
 Leopold II : didapatkan punggung janin pada satu sisi, bagian kecil pada sisi lain.

2
 Leopold III : didapatkan bokong yang lunak diatas pintu atas panggul.

Pemeriksaan luar dengan Palpasi

 Pemeriksaan Dalam

Diagnosis presentasi bokong murni diperkuat dengan pemeriksaan vagina yaitu


dengan meraba, bagian-bagian khusus. Tuberositas iskiadika, sakrum maupun anus biasanya
teraba, dan setelah turun lebih jauh, genitalia eksterna dapat dibedakan(2). Pada presentasi
bokong lengkap, kaki dapat diraba disebelah bokong, sedangkan pada presentasi kaki, letak
salah satu kaki atau kedua kaki lebih rendah dari bokong(2).

 Pemerikasaan Utrasonografi
Presentasi bokong dapat ditentukan dengan pemeriksaan USG. Ukuran kepala,
diameter biparietal, derajat fleksi janin, kelainan janin, jumlah air ketuban, letak plasenta,
kehamilan ganda, abnormalitas uterus(2).

 Pemeriksaan Computered Tomografi (CT Scan)


Teknik imaging/scanning ini dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang
tipe presentasi bokong, ada tidaknya fleksi kepala bayi, dan pengukuran panggul secara akurat.2

2.5 Penatalaksanaan Persalinan Letak Sungsang

3
1.Dalam Kehamilan

Pada umur kehamilan 28 – 30 minggu, mencari penyebab letak sungsang yakni dengan USG
;seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus.Jika tidak ada kelainan
pada hasil USG dilakukan knee chest position jika tidak ada Kontra Indikasi.

2. Dalam Persalinan

Jenis Pimpinan persalinan sungsang

PERSALINAN PERVAGINAM

Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan pervaginam
dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Persalinan spontan (spontan bracht)


Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini disebut cara bracht.
Tahapan :
1) Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai pusar (skapula
depan). Disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk melahirkan bokong yaitu bagian
janin yang tidak berbahaya.

4
2) Tahap kedua : fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya mulut.
Disebut fase cepat karena fase ini kepala janin mulai masuk pintu atas panggul, sehingga
kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh karena itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali
pusat segera dilonggarkan. Bila mulutsudah lahir, janin dapat bernapas lewat mulut.
3) Tahap ketiga : fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus),
kedunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala harus dilahirkan secara
perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya perdarahan intrakranial.

Berikut ini prosedur melahirkan secara bracht 4 :

(1) Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva.
(2) Ketika timbul his ibu disuruh mengejan. Pada waktu mulai membuka vulva (crowning)
disuntikkan 2-5 unit oksitosin intra muskulus untuk merangsang rahim sehingga fase cepat
dapat diselesaikan dalam 2 his berikutnya.
(3) Saat bokong membuka dilakukan episiotomi. Segera setelah bokong lahir, bokong
dicengkram secara bracht yaitu kedau ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha
sedangkan jari jari lain memegang panggul.
(4) Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang,segera kendorkan tali pusat.
(5) Penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin untuk mengikuti gerakan rotasi anterior
dengan cara punggung janin didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini
tanpa melakukan tarikan.

Bersamaan dengan dimulainya gerakan hiperlordosis, asisten melakukan ekspresi


Kristeller pada fundus uterus sesuai dengan sumbu panggul. Maksud ekspresi Kristellar ini
adalah :
 Agar tenaga mengejan lebih kuat sehingga fase cepat dapat segera diselesaikan.
 Menjaga agar kepala janin tetap dalam posisi fleksi.
 Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uterus dan kepala janin sehingga
tidak terjadi lengan menjungkit.

5
(6) Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir pusar, perut, bahu dan lengan dan
akhirnya kepala.4

b). Prosedur manual aid (partial breech extraction)

Terdiri dari 3 tahapan :

1. Tahapan pertama : Bokong sampai umbilikus lahir secara spontan (pada frank breech) yang
memakai tenaga ibu sendiri.

2. Tahapan kedua :lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.

Cara digunakan untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :

a. Klasik (Deventer)
b. Mueller
c. Lovset
d. Bickenbach

6
3. Tahapan ketiga : Lahirnya kepala

a. Mauriceau
b. Prague terbalik

1) Tahap pertama, lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan tenaga ibu
sendiri.
2) Tahap kedua, Persalinan Bahu : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong

a. Klasik (Deventer)

i. Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini ialah melahirkan lengan belakang
terlebih dahulu, karena lengan belakang berada di ruangan yang lebih luas (sakrum) baru
kemudian melahirkan lengan depan yang berada dibawah simfisis.

ii. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan
di elevasi ke atas sejauh mungkin, sehingga perut janin mendekati perut ibu.

iii. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke jalan lahir dan dengan jari
tengah dan jari telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan
bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.
iv. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti dengan
tangan kanan penolong dan ditarik curam kebawah sehingga punggung janin mendekati
punggung ibu.

v. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.

vi. Bila lengan depan sukar dilahirkan maka harus diputar menjadi lengan belakang. Gelang
bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan kedua tangan penolong sedemikian
rupa sehingga kedua ibu jari penolong terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu
badan janin sedang jari-jari lain mencengkram dada. Putaran di arahkan ke perut dan dada
janin, sehingga lengan depan terletak dibelakang kemudian dilahirkan dengan teknik
diatas.1,4

7
Gambar Klasik Manuver

b. Persalinan bahu dengan cara Mueller

 Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis melalui ekstraksi ; disusul
melahirkan lengan belakang di belakang ( depan sacrum )
 Dipilih bila bahu tersangkut di Pintu Bawah Panggul

Gambar 1 (kiri) Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu dibantu
dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan

Gambar 2 (kanan) Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan telunjuk jari
tangan kiri penolong)

8
Tehnik pertolongan persalinan bahu cara Mueller :

1. Bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik”.


2. Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh janin sampai bahu
depan lahir (gambar 1 ) dibawah arcus pubis dan selanjutnya lengan depan dilahirkan dengan
mengait lengan depan bagian bawah.
3. Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan tangan kanan dan
dilakukan elevasi serta traksi keatas (gambar 2),, traksi dan elevasi sesuai arah tanda panah)
sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya. Bila tidak dapat lahir dengan sendirinya,
dilakukan kaitan untuk melahirkan lengan belakang anak (inset pada gambar 2) 1,4

Keuntungan penggunaan tehnik ini adalah oleh karena tangan penolong tidak masuk terlalu jauh
kedalam jalan lahir maka resiko infeksi berkurang.

c. Cara Lovset
1. Prinsip persalinan secara lovset ialah memutar badan janin dalam setengah lingkaran
bolak-balik sambil dilakukan traksi curam kebawah sehingga bahu yang sebelumnya
berada dibelakang akhirnya lahir dibawah simfisis.
2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curam ke bawah
badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan.
Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar kembali ke arah yang berlawanan
setengah lingkaran, demikian seterusnya bolak-balik, sehingga bahu belakang tampak
dibawah simfisis dan lengan dapat dilahirkan.
3. Bila lengan janin tidak dapat lahir dengan sendirinya, maka lengan janin ini dapat
dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan jari penolong.4

Gambar . Tubuh janin dipegang dengan pegangan femuropelvik.

Dilakukan pemutaran 1800 sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu belakang
menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan
9
Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh janin diputar 1800 kearah yang berlawanan sehingga
bahu depan menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

Gambar Tubuh janin diputar kembali 1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu belakang
kembali menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

d. Cara Bichkenbach’s

Prinsip persalinan secara Bickenbach’s merupakan kombinasi antara cara Mueller


dengan cara klasik.

e. Melahirkan lengan menunjuk (nucheal arm)


 Yang dimaksud lengan menunjuk ialah bila salh satu lengan janin melingkar di belakang
leher dan menunjuk ke suatu arah.

10
o

 Bila lengan belakang yang menunjuk, maka badan atas janin dicengkram dengan kedua
tangan penolong, sehingga kedua ibu jari diletakkan pada punggung janin sejajar sumbu
panjang badan. Sedang jari-jari lain mencengkram dada. Badan anak diputar searah
dengan arah lengan menunjuk ke arah belakang (sakrum), sehingga lengan tersebut
terletak didepan dada dan menjadi lengan belakang. Kemudian lengan ini dilahirkan
dengan cara klasik.
 Bila lengan depan yang menunjuk, maka dilahirkan dengan cara yang sama, hanya cara
memegang badan atas dibalik, yaitu ibu jari diletakkan di dada dan jari lain mencengkram
punggung.

f. Melahirkan lengan menjungkit

Yang dimaksud lengan menjungkit ialah bila lengan dalam posisi lurus keatas disamping
kepala. Cara terbaik untuk melahirkan lengan menjungkit ialah dengan cara Lovset.

3. Tahap ke III. Persalinan Kepala (after coming head)

Pertolongan untuk melahirkan kepala pada presentasi sungsang dapat dilakukan dengan
berbagai cara :

11
1. Cara Mouriceau ( Viet – Smellie)

Gambar 9. Tehnik Mouriceau

i. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan kedalam jalan lahir. Jari tengah
dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk, jari keempat mencengkram fosa kanina, sedang
jari lain mencengkram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong, seolah-
olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkram
leher janin dari arah punggung.

ii. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam kebawah sambil seorang asisten
melakukan ekspresi Kristellar. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong yang
mencengkram leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput tampak dibawah simfisis,
kepala janin di elevasi keatas dengan subosiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut
lahir dagu, mulut, hisung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahirlah seluruh kepala
janin.1,

2. Cara Prague Terbalik

Dilakukan bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka janin menghadap
simfisis.Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan punggung anak diletakkan diatas
telapak tangan tersebut.Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki dan kemudian di elevasi

12
keatas sambil melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa sehingga perut anak mendekati perut
ibu.Dengan larynx sebagai hypomochlion kepala anak dilahirkan.1

Gambar 10. Persalinan kepala dengan tehnik Prague terbalik

c). Prosedur Ekstraksi Sungsang


Yaitu janin dilahirkan sepenuhnya dengan menggunakan tenaga penolong. Ekstraksi sungsang
dilakukan jika ada indikasi seperti gawat janin, persalinan macet, tali pusat menumbung.4
1) Teknik ekstraksi kaki3
a. Tangan yang searah dengan bagian-bagian kecil janin dimasukkan secara obstetrik ke
dalam jalan lahir, sedang tangan yang lain membuka labia. Tangan yang didalam mencari
kaki depan dengan menelusuri bokong, pangkal paha sampai lurur, kemudian melakukan
abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang di
luar mendorong fundus uterus kebawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki
dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas
lutut.

13
b. Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakkan dibelakang
betis sejajar sumbu panjang betis. Dan jari-jari lain didepan betis. Dengan pegangan ini,
kaki janin ditarik curam kebawah sampai pangkal paha lahir.

c. Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu jari
dibelakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain didepan paha.

d. Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal
paha dengan pegangan yang sama dielevasi ke atas sehingga trokhanter belakang lahir.
Bila kedua trokhanter telah lahir berarti bokong lahir.

14
e. Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka akan lahir lebih dulu ialah
trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha ditarik
terus curam kebawah.
f. Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan
femuro-pelvik. Dengan pegangan ini badan janin ditarik curam kebawah sampai pusar
lahir.

g. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara persalinan yang sama
seperti manual aid.

2) Teknik ekstraksi bokong


a. Ekstraksi bokong dilakukan jika jenis letak sungsang adalah letak bokong murni, dan
bokong sudah berada di dasar panggul, sehingga sukar untuk menurunkan kaki.
b. Jari telunjuk tangan penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan ke
dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini,
pelipatan paha dikaitkan dan ditarik curam kebawah. Untuk memperkuat tenaga tarikan
ini, maka tenaga penolong yang lain mencengkram pergelangan tangan tadi dan turut
menari curam kebawah.

15
c. Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak dibawah simfisis, maka jari
telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam ke bawah
sampai bokong lahir.

d. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks, kemudian janin dapat
dilahirkan dengan cara manual aid.

Penyulit anak :

1. Sufokasi / aspirasi :
2. Asfiksia :
3. Trauma intrakranial:
4. Fraktura / dislokasi:
5. Paralisa nervus brachialis

16
BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Istri Suami
Nama : Ny. OS Nama : Tn. S
Umur : 26 tahun Umur : 25 Tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan PT
Agama : Islam Agama : Islam
Golongan darah : B / Rh (+)

Alamat : Fajar Agung


No.RM : 528679
Tanggal Masuk : 4 April 2017 jam 09.30
Kartu Pengenal : Umum

B. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada pasien pada tanggal 4 April 2017 jam 09.30

Keluhan Utama :
Keluar air sedikit-sedikit dari jalan lahir sejak ± 2 jam SMRS

Keluhan Tambahan :
Mules-mules sejak 2 hari SMRS

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien datang ke VK RSUD Kabupaten Pringsewu jam 09.30 siang atas rujukan bidan dengan
keluhan keluar air sedikit sedikit disertai mules yang jarang sejak ± jam 15.00 tanggal 9 Oktober
2013. Keluar lendir disertai darah (+).Pasien mengatakan ini merupakan kehamilan yang kedua
dengan usia kehamilan 9 bulan, dan tidak pernah keguguran. Pasien mengaku periksa rutin ke
bidan setiap 1 bulan sekali sejak bulan pertama kehamilan. Pasien mengetahui bayi dalam

17
kandungannya sungsang sejak usia kehamilan 5 bulan dan disarankan sering menungging oleh
bidan. Pasien juga mengaku perutnya sering diurut oleh paraji.

Riwayat penyakit dahulu :


Penyakit darah tinggi, kencing manis, jantung,paru, asma, alergi disangkal

Riwayat penyakit keluarga :


Penyakit darah tinggi, kencing manis, jantung, paru, asma, alergi disangkal

Riwayat menstruasi :
Mens Pertama : 15 tahun
Siklus : Teratur setiap 1 bulan sekali
Lama : 5-7 hari

Riwayat KB :
KB suntik tiga bulan sejak lahir anak pertama ± 5 tahun yang lalu sekitar 3x. Setelah itu KB
suntik setiap 1 bulan sampai ± 2 tahun yang lalu.

Riwayat Obstetri:
Paritas : G2 P1 A0
HPHT : 08 Juli 2016
HPL : 15 April 2017
Usia kehamilan : 39 minggu
No. Jenis Jenis Penolong Umur Anak BB lahir
Kelamin Persalinan

1 Laki-laki Normal Bidan 5 tahun 3300 gram

2 HAMIL INI

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit

18
Suhu : 36 oC
Pernafasan : 22 x/menit
Mata : Konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik
Paru : Suara Nafas Vesikuler di seluruh lapang paru , tidak ada suara nafas
tambahan
Jantung : Bunyi Jantung I , II Reguler Murni, tidak ada suara tambahan
Abdomen : Pembesaran perut yang simetris, bising usus (+),striae gravidarum (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

2. Status obstetri
a. Pemeriksaan luar
TFU : 30 cm
TBJ klinis : 155 gr x (30 cm-11) = 155 x 19 = 2.945 gram
Leopold I : Teraba bagian keras, bulat, simetris, melenting, kesan kepala
Leopold II : Teraba bagian keras memanjang di sebelah kanan, kesan punggung di
kanan dan bagian kecil-kecil menonjol di sebelah kiri, kesan ekstremitas di
kiri
Leopold III : Teraba bagian lunak, tidak melenting, asimetris, kesan bokong
His : 3 x 10’ = 30” 35” 30”
DJJ : 140-144 x/menit

b. Pemeriksaan dalam :

Vulva /Vagina : Keluar cairan yang mengalir berwarna sedikit kehijauan dan keruh.

Portio : Tebal, lunak

Pembukaan serviks : 2-3 cm

Selaput ketuban : (-)

Presentasi : Teraba bokong murni

c. Score Zatuchni dan Andros : 4

Pemeriksaan Laboratorium ( 4 April 2017)

19
Pemeriksaan Hematologi

Hemoglobin : 11 g/dl*
Leukosit : 6100 /mm
Eritrosit : 3,23
Hematokrit : 29,5
Trombosit : 184.000
LED : 25
HBSAG : Negatif
Lain Lain : Dalam batas normal

D. DIAGNOSIS KERJA
Ibu : G2 P1 A0 parturient 39 minggu Kala I fase laten dengan letak sungsang + KPD
Janin : Janin tunggal hidup intra uterin, dengan presentasi bokong murni, Djj : 140 x/menit.

E. RENCANA PENATALAKSANAAN
- Observasi tanda-tanda vital
- Rencana persalinan spontan
- Cefadroxil 500 mg 3x1
- Induksi persalinan dengan infus RL + Oxitosin 1 Amp 20 TPM

F. CATATAN KEMAJUAN

Tanggal, Jam Temuan Klinis dan Penatalaksanaan


Pemeriksaan

4 April 2017 S : Mules semakin sering, ibu mulai ingin mengedan


O : Kes : CM
Pukul 11.00 VT : Vulva /Vagina dalam batas normal, Pembukaan serviks :
7-8 cm, Teraba bokong murni.

A: G2 P1 A0 parturient 39 minggu kala I fase Aktif dengan letak


sungsang + KPD
P: Menolong persalinan

20
KALA II S : Mules semakin sering , pasien sudah ingin mengedan
Pukul 11.50 O : Kes : CM
VT : Vulva /Vagina dalam batas normal, Pembukaan serviks lengkap
, Teraba bokong murni.

Bayi lahir spontan dengan letak sungsang : Melahirkan dengan teknik


manual aid dan klasik. Bayi dengan jenis kelamin laki-laki BBL : 2800
gram, PB : 48 cm, A/S : 6/7, Anus (+), cacat (-)
A: Partus normal
P: Melakukan resusitasi, memotong tali pusat
Inj Oksitosin 1 Amp IV, Mengosongkan kandung kemih
Melahirkan plasenta

Kala III S: Bayi sudah lahir dan perut ibu masih terasa mulas
Pukul 12.03 O: Ku : baik TD: 100/70 mmHg N: 90x/menit R: 22x/menit
Plasenta lahir spontan lengkap dengan perdarahan ± 150cc,
perineum ruptur grade II, penjahitan robekan perineum, dan
kontraksi uterus baik.
A: P2 A0 Partus maturus kala III
P: - Melakukan massage uterus dan melakukan pengecekan kontraksi
uterus .
- Melakukan pengecekan robekan : Robekan perineum ruptur
grade II, Hecting 4 , luar dalam
Kala IV S: Ibu merasa lemas dan mules sedikit
Pukul 13.00 O: Ku: Baik TD: 110/60mmHg N: 81x/menit R: 22x/menit
Kontraksi uterus baik Perdarahan normal.
A: Partus maturus kala IV
P: - Mengobsevasi KU dan TTV
- Observasi kontraksi uterus
- Observasi luka jahitan dan pantau perdarahan
14.00 Observasi :
S: Os mengaku tidak ada keluhan.
O: KU : baik
TD : 110/80 mmHg Nadi : 80 x/menit
RR : 20x/menit S : 36 oC

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JH, WenstromKD. Breech
Presentation and Delivery in William Obstetrics, 21st edition.New York: Mc Graw Hill
Company, 2001;509-535.
2. Cunningham F Gary, MacDonald Paul C, Gant Norman F, Leveno Kenneth J. Gilstrap III Larry
C, eds Williams obstetrics. 19th ed. Connecticut: Appleton & Lange, 1993
3. Sastrawinata, et all. editor. Obstetri Patologi Edisi . Bandung:
4. Wiknjosastro H,Saifuddin AB,Rachimhadhi T, Ilmu bedah Kebidanan. Jakarta. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardo,2009.
5. Distosia (Patologi Persalinan) dalam Obstetri Patologi Bagian Obstetri dan Ginekologi, edisi
1979. Bandung: Elstar Offset: 169 – 18
6. Manuaba, Ida Bagus Gde. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Edisi 2001. Jakarta: EGC
7. RSUD Kabupaten Bekasi, data persalinan normal dan sungsang. Bekasi, 2012 – 2013
8. Prawirohardjo,Sarwono. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
2011.
9. Krishadi, Sofie R.et all.editor.Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi Rumah
Sakit Dr.Hasan Sadikin. Bagian Pertama.2005.Bandung.Bagian Obstetri dan Ginekologi FK
Unpad, Perjan RSHS
10. Manuaba.I.B.G. Ketuban Pecah Dini dalam Kapita Selekta Penatalaksanaan Obstetri
Ginekologi dan KB, EGC, Jakarta, 2001, hal : 221 – 225.
11. Norwitz ER, Schorge JO. At a glance obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga;2008.h.118-9.

22

Anda mungkin juga menyukai