Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

SINUSITIS MAKSILARIS

Andik Sunaryanto
0402005114

Pembimbing
dr. Luh Made Ratnawati, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK
FK UNUD - RS SANGLAH
DENPASAR
2008
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “sinusitis
maksilaris pada dewasa” ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini dibuat sebagai prasyarat untuk menyelesaikan KKM di
Departemen Telinga Hidung Tenggorok dan kepala Leher FK UNUD/RS Sanglah
Denpasar.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis memperoleh banyak bimbingan,
petunjuk dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. I Wayan Suardana, Sp.THT-KL (K) selaku kepala Lab/UPF Ilmu
Penyakit THT FK UNUD RS Sanglah Denpasar
2. dr. Luh Made Ratnawati, Sp.THT-KL selaku pembimbing dalam menyusun
laporan kasus di Lab/UPF Ilmu Penyakit THT FK UNUD RS Sanglah Denpasar
3. Semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu, atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan
kepada penulis dalam penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan kasus ini masih banyak terdapat
kekurangan, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
laporan kasus ini.

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar isi ii
Abstrak 1
Pendahuluan 2
Tinjauan Pustaka 3
Definisi 3
Etiologi 3
Epidemiologi 3
Patogenesis 4
Diagnosis 5
Diagnosis banding 6
Penatalaksanaan 6
Standar baku penatalaksanaan sinusitis PERHATI KL 8
Laporan Kasus 9
Diskusi 10
Kesimpulan 11
Daftar Pustaka 12
Lampiran 14

ii
ABSTRAK

Sinusitis adalah salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di masyarakat kira – kira
50 persen dari kasus rinologi. Sinusitis dikelompokkan menjadi akut, subakut, dan
kronis. Selain itu sinusitis juga dikelompokkan berdasarkan lokasinya, yaitu frontalis,
maksilaris, etmoidalis, sfenoidalis. Sinus yang paling sering terkena adalah sinus
maksila. Gejala yang dirasakan penderita sinusitis adalah nyeri wajah, keluar ingus
kental, hidung buntu. Ketiganya adalah gejala klasik dari sinusitis, tetapi seringkali
disertai dengan panas, sakit telinga. Pada pemeriksaan didapatkan bengkak pada wajah.
Selain itu dilakukan pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan
transluminasi dan perlu dibuat foto polos sebagai skrining sinusitis. Pemeriksaan
bakteriologi perlu dilakukan, sehingga pasien tersebut perlu dirujuk ke ahli THT.
Prinsip penatalaksanaan dari sinusitis adalah: mengembalikan fungsi silia mukosa,
memperbaiki drainase, eradikasi bakteri, dan menghilangkan keluhan nyeri Telah
dilaporkan suatu kasus dengan sinusitis maksilaris akut dekstra dan sinistra disertai
rinofaringitis akut pada dewasa. Setelah dilakukan irigasi, keluhan menghilang.

ABSTRACT

Sinusitis is one of infectious disease that common in public about 50% of rhinology
cases. Sinusitis is grouped into acute, sub-acute, and chronic. Otherwise, based on the
location of the infection, sinusitis is also grouped into maxilla, frontal, ethmoid, and
sphenoid. The most common sinus that usually got infections is sinus maxilla. The
Symptom that usually occurs is mid-face pain, purulent nasal discharge, nasal
obstruction. All of them are classic symptom of sinusitis. But the symptom also
associated with fever and otalgia. From the physical examination, reveal facial edema.
Anterior and posterior Rhino-scope, transluminance examination also be done for the
diagnosis. We also have to make plain photo as a screening test. To do Bacteriology
test, we must consult to Otolaryngologist. In general, medication is intended to restore
normal mucociliary function and drainage, eradicate bacteria, and provide analgesia.
We have report one case with acute sinusitis maxilla Dexter and Sinister associated with
acute rhino-pharyngitis on adult. After the irrigation had been done, the complaint was
relieved.

1
BAB 1
PENDAHULUAN

Sinus paranasalis (maksilaris, frontalis, etmoidalis, dan sfenoid) adalah rongga di sekitar
hidung yang selalu terisi udara dan berhubungan dengan saluran hidung melalui ostium
yang kecil.1 Sinus paranasalis mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk
melembabkan, menyaring dan mengatur suhu udara yang akan masuk ke paru-paru.2
Kondisi inflamasi dari sinus paranasalis mempunyai dampak sosial ekonomi
yang signifikan setiap tahunya, berhubungan dengan biaya kesehatan dan berkurangnya
jam kerja akibat sakit.3 Sinusitis mewakili salah satu dari penyakit yang paling sering
yang membutuhkan pengobatan dengan antibiotika pada populasi dewasa.3 Tantangan
bagi para klinisi dalam mengevaluasi pasien dengan kemungkinan sinusitis adalah
untuk mencoba membedakan infeksi virus saluran nafas atas atau rinitis alergika, yang
tidak membutuhkan pengobatan dengan antibiotika, dengan sinusitis kronis atau akut
yang memberikan respon dengan pengobatan dengan antibiotika.3
Kebanyakan infeksi bakteri terjadi pada keadaan dimana terjadi gangguan
fungsi, obstruksi anatomi, inflamasi, drainase yang terganggu, dan perkembangan
bakteri yang berlebihan. Kemudian sinus akan dipenuhi dengan cairan purulen.1 Hal
tersebut terjadi karena proses inflamasi menyebabkan peningkatan sekresi dan edema
pada mukosa sinonasal.2 Dengan progresifnya komponen inflamasi, sekret tersebut
tertahan di dalam sinus paranasal yang dapat terjadi karena gangguan fungsi silia dan
obstruksi dari ostium sinus yang relatif kecil. Posisi ostium yang melawan gravitasi
secara tidak langsung juga menyebabkan buruknya drainase.2,4 Obstruksi tersebut
menyebabkan pengurangan tekanan parsial oksigen di dalam sinus dan menyebabkan
kondisi anaerobik di dalam sinus.2 Faktor-faktor inilah menyebabkan kondisi yang ideal
dalam pertumbuhan bakteri patogen, dan menyebabkan sinusitis.2 Rinitis alergi dan
infeksi virus pada saluran nafas atas yang berkepanjangan dapat menyebabkan
terjadinya sinusitis.3,5 Sinus maksilaris adalah sinus yang paling sering terkena infeksi.4
Sinusitis khususnya sinusitis maksilaris adalah penyakit yang sering sekali
terjadi di masyarakat, sehingga perlu sekali bagi mahasiswa kedokteran untuk
mempelajari penyakit ini sehingga dapat menjadi bekal dalam melakukan praktek
sebagai general practitioner. 6

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Sinusitis adalah kondisi klinis yang karakteristiknya adalah radang pada mukosa
3,4,6,7
sinus paranasalis. Sinusitis maksilaris adalah peradangan atau inflamasi pada
mukosa sinus maksilaris. Sinusitis maksilaris diklasifikasikan menjadi akut, sub akut
dan kronik.3,4 Sinusitis akut bila gejalanya berlangsung beberapa hari sampai 4 minggu,
sinusitis subakut bila berlangsung dari 4 minggu sampai 3 bulan, dan sinusitis kronis
bila berlangsung lebih dari 3 bulan.4 Dalam menentukan secara pasti apakah sinusitis
tersebut akut, sub akut atau kronis, harus menggunakan pemeriksaan histopatologis.4
Sinusitis akut bila terdapat tanda-tanda radang akut, sinusitis subakut bila tanda-tanda
radang akut sudah reda, dan sinusitis kronik bila terjadi perubahan histologis mukosa
sinus yang irreversible.4 Diagnosis sinusitis digunakan sebagai diagnosis infeksi sinus
oleh bakteri.3

2.2Etiologi
Penyebab tersering dari Sinusitis maksilaris adalah infeksi saluran nafas atas
karena virus, seperti rinitis akut, campak, dan batuk rejan.7,8 Hanya 10% diakibatkan
oleh radang pada gigi molar atau premolar.8 Penyebab lain yang jarang adalah karena
menyelam dan fraktur tulang maksila dan tulang frontal.8,9 Sinusitis yang terjadi karena
menyelam disebabkan menyelam dengan kaki yang masuk air terlebih dahulu tanpa
menjepit hidung.9

2.3 Epidemiologi
Prevalensi Sinusitis tinggi di masyarakat. Di bagian THT Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSCM Jakarta, pada tahun 1999 didapatkan data sekitar 25 % anak-
anak dengan ISPA menderita sinusitis maksila akut.7 Sedang pada Departemen Telinga
Hidung dan Tenggorok sub bagian Rinologi didapatkan data dari sekitar 496 penderita
rawat jalan, 249 orang terkena sinusitis (50%). Di Amerika Serikat diperkirakan 0,5%

3
dari infeksi saluran nafas atas karena virus dapat menyebabkan sinusitis akut. Sinusitis
kronis mengenai hampir 31 juta rakyat Amerika Serikat.6

2.4 Patogenesis
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae telah disepakati sebagai
patogen primer pada sinusitis bakterial, selain itu M. Catarrhalis juga didapatkan pada
sinusitis maksilaris (40% pada anak-anak).2,7 Di RS Sanglah, bakteri penyebab sinusitis
maksilaris terbanyak adalah Streptococcus dan Staphylococcus.8
Faktor – faktor predisposisi sinusitis maksilaris adalah obstruksi mekanik, rinitis
kronis, serta rinitis alergi, polusi, udara dingin dan kering, riwayat trauma, menyelam,
renang, naik pesawat, riwayat infeksi pada gigi, infeksi pada faring.4 Rinitis adalah
faktor predisposisi yang paling penting dalam terbentuknya sinusitis.3
Pada saat terjadi infeksi, akan terjadi reaksi radang yang salah satunya berupa
edema, edema tersebut terjadi di daerah kompleks ostiomeatal yang sempit. Mukosa
yang saling berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan
lendir tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drainase dan ventilasi di dalam
sinus, lendir yang diproduksi oleh mukosa sinus menjadi kental. Lendir yang kental
tersebut menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri patogen. Bila sumbatan
berlangsung terus menerus, akan terjadi hipoksia dan retensi lendir sehingga timbul
infeksi oleh bakteri anaerob.2,3,4,5

2.5 Diagnosis
Subjektif
1. Rhinorrhea yang kental dan bewarna agak hijau dan kadang berbau 7 hari
hingga 14 hari 2,4,10
2. Sakit pada wajah
3. Hidung buntu
Gejala yang disebutkan di atas ini adalah gejala klasik dari sinusitis akut, gejala klasik
tersebut sering juga disertai dengan gejala lain seperti yang tersebut di bawah ini:
4. Sakit pada pipi dan dapat juga pada kepala
5. Demam dan rasa lesu
6. Batuk

4
7. Nyeri pada telinga
8. Penurunan atau gangguan penciuman (decreased or altered sense of smell)
Bila telah menjadi kronik dapat juga terdapat komplikasi di paru-pari berupa bronchitis
atau bronkiektasis atau asma bronkiale sehingga terjadi penyakit sinobronkitis.4

Objektif
Pemeriksaan fisik
1. Tampak pembengkakan di daerah pipi dan kelopak mata bawah sisi yang
terkena.
2. Pada rinoskopi anterior, mukosa konka tempak hiperemi dan edema, selain itu
tampak mukopus atau nanah di meatus media.
3. Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring.
Pemeriksaan penunjang
1. Dengan pemeriksaan tranluminasi, sinus yang sakit akan terlihat suram atau
gelap.4,8 Akan lebih bermakna hasilnya bila hanya salah satu sisi sinus saja yang
sakit, sehingga terlihat sekali perbedaanya antara yang suram atau sakit dengan
yang normal.4,8
2. Pemeriksaan radiologi, yaitu foto Waters, PA, dan lateral. Akan tampak
perselubungan atau penebalan mukosa atau air- fluid level pada sinus yang
sakit.4,8 CT scan merupakan tes yang paling sensitive dalam mengungkapkan
kelainan anatomis selain melihat adanya cairan dalam sinus, tetapi karena mahal,
CT scan tidak dipakai sebagai skrining dalam mendiagnosis sinusitis.1
3. Pemeriksaan kultur, sample diambil dari sekret dari meatus medius atau meatus
superior.4,8 Pasien harus dirujuk ke otolaringologis untuk aspirasi maksila dan
kultur, bila tidak sembuh dengan pengobatan antibiotika yang sesuai dan
adekuat.

2.6 Diagnosis Banding4


Vakum sinus
Infeksi gigi geraham atas
Benda asing dalam rongga hidung.

5
2.7 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan dari sinusitis adalah: mengembalikan fungsi silia
mukosa, memperbaiki drainase, eradikasi bakteri, dan menghilangkan keluhan nyeri.3
Seringkali sinusitis, tidak perlu dirujuk ke ahli THT, tetapi bila gagal dengan
pengobatan medikamentosa, maka harus dirujuk ke ahli THT untuk penanganan lebih
lanjut seperti terapi bedah, irigasi, dll.
Medikamentosa
Antibiotika golongan penisilin selama 10-14 hari4, menurut pedoman terapi di bagian
THT RS Sanglah tahun 1992, pemberian antibiotika selama 5-7 hari.
Ampisilin 4x500mg
Amoksisilin 3x500mg
Eritromisin 4x500mg
Kotrimoksasol 2x1tablet
Doksisiklin 2x100mg/hari diikuti 100 mg/hari hari ke 2 dan berikutnya.
Vasokonstriktor local dan dekongestan lokal untuk memperlancar drainase sinus
Solusio efedrin 1-2% tetes hidung
Solusio Oksimetasolin HCl 0,05% semprot hidung
(untuk anak-anak memakai 0,025%)
Tablet pseudoefedrin 3x60mg (dewasa)
Analgetika untuk menghilangkan rasa nyeri
Parasetamol 3x500mg
Metampiron 3x500mg
Bila dengan pengobatan medikamentosa gagal, maka harus konsultasi dengan ahli
THT.3
Tindakan non invasif
Diatermi dengan gelombang pendek, digunakan pada sinusitis subakut sebanyak 5-6
kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus. Bila belum
membaik dilakukan pungsi sinus dan irigasi sinus yang harus dilakukan oleh ahli THT.
Tindakan pembedahan
Dilakukan bila pengobatan konservatif gagal, yaitu dengan mengangkat mukosa yang
patologis dan membuat drainase sinus yang terkena. Tipe pembedahan yang dilakukan
adalah antrostomi intra nasal dan operasi Caldwell-Luc.8 Selain itu ada pembedahan non

6
radikal yaitu dengan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF), yang telah menjadi
tindakan pembedahan utama untuk menangani sinus, yang prinsipnya dengan membuka
dan membersihkan daerah ostio-meatal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi
hingga ventilasi dan drainase menjadi lancar kembali melalui ostium alami.3,4 Tingkat
keberhasilan BSEF mencapai 90% dengan tanpa meninggalkan jaringan parut.3
Penanganan sinusitis dapat dilihat pada lampiran di halaman berikutnya.
Panduan baku penanganan sinusitis ini dikeluarkan oleh Perhati KL.

7
BAB 3
LAPORAN KASUS

Pasien laki-laki umur 51 tahun datang ke poliklinik THT Rumah Sakit Sanglah pada
tanggal 9 Mei 2008 dengan keluhan utama keluar air dan sakit pada hidungnya.
Keluhan tersebut berlangsung sejak 1 minggu sebelum datang ke rumah sakit.
Sebelumnya penderita sering menderita pilek, kira-kira sejak 2 bulan yang lalu.
Penderita pernah menjalani operasi sinusitis pada bagian kanan 5 tahun yang lalu.
Riwayat batuk berdahak (+). Penderita juga menderita sakit kepala sejak 1 minggu yang
lalu, dan bertambah berat.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan di poliklinik RS Sanglah. Tidak ada
kelainan pada pemeriksaan telinga. Sedangkan pada pemeriksaan hidung, kavum nasi
menjadi sempit pada kedua sisi; tidak terdapat deviasi; tidak terdapat tumor; terdapat
discharge yang mukoid pada kedua lubang hidung; mukosa hiperemi; konka kongesti.
Pada pemeriksaan tenggorok tidak didapatkan pembesaran tonsil; terdapat karies pada
gigi molar 1 kiri atas dan gigi molar 1 kanan atas. Tidak terdapat pembesaran kelenjar
leher. Laring tidak dievaluasi. Tes-tes pendengaran normal, tes keseimbangan tidak
dilakukan
Pada foto Waters (10 Mei 2008), terdapat penebalan mukosa pada sinus
maksilaris kanan dan kiri (pada sisi kanan lebih tebal), tampak juga penebalan mukosa
kavum nasi. Deviasi septum nasi tidak tampak. Sinus frontalis, sinus etmoidalis, sinus
sphenoid tampak normal. Kesan umum yang didapatkan adalah sinusitis maksilaris
dextra dan sinistra (kanan lebih berat) dan penebalan mukosa kavum nasi (suspek
rhinitis).
Pasien ini didiagnosis dengan sinusitis maksilaris dextra dan sinistra eksaserbasi
akut dengan Rinofaringitis akut
Pada tanggal 11 mei 2008 dilakukan irigasi sinus maksilari dextra, tidak
didapatkan adanya pus. Pasien diberikan antibiotika siproflokasin 2x500mg selama 10
hari, ambroxol 3x1. Lalu direncanakan untuk foto Water ulang untuk mengetahui
keberhasilan penanganan.

8
BAB 4
PEMBAHASAN

Adanya hidung buntu, rinore selama seminggu lebih dan sakit kepala adalah tanda
penting dalam diagnosis sinusitis, yang didapatkan pada pasien ini. Pemeriksaan fisik
mengungkapkan adanya edema, hiperemi dan banyaknya discharge pada hidung, yang
juga ada pada pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini. Rinitis yang lama, menjadi
faktor penting penyebab dari sinusitis juga didapatkan pada pasien ini, pasien ini
menderita rhinitis sudah selama kira – kira 2 bulan. Selain itu, pasien ini juga terdapat
karies gigi pada geraham 1 kiri dan kanan atas yang juga menjadi salah satu faktor
penyebab sinusitis maksilaris.
Sinusitis akut harus dipikirkan sebagai abses atau empiema2 sehingga
pengobatannya harus bertujuan untuk drainase dan eradikasi infeksi lokal dan sistemik.
Pada kebanyakan pasien drainase dan eradikasi dapat diselesaikan dengan
medikamentosa saja. Pada pasien ini pengobatan tidak cukup hanya dengan
medikamentosa, karena pasien ini adalah penderita berulang dari sinusitis, maka perlu
juga dilakukan dengan irigasi atau tindakan non invasif. Pemberian antibiotika
siproflokasin disesuaikan dengan pola resistensi kuman di RS Sanglah terbaru, di mana
pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan bakteriologi dari sekret sinus. Pemberian
ambroxol bertujuan untuk mengatasi batuk berdahak sebagai mucolytic agent.
Sebenarnya tindakan yang terbaik adalah dengan menggunakan BSEF yang menjadi
modalitas utama dalam penanganan sinus, tetapi sayangnya tidak semua pusat kesehatan
di Indonesia terdapat alat ini, termasuk RS Sanglah. BSEF dapat membuka dan
membersihkan daerah ostio-meatal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi
hingga ventilasi dan drainase menjadi lancar kembali melalui ostium alami tanpa
meninggalkan jaringan parut pada pasien.3,4

9
BAB 5
KESIMPULAN

Telah dilaporkan satu kasus dengan sinusitis maksilaris akut dekstra dan sinistra disertai
rinofaringitis akut pada dewasa. Seseorang yang datang dengan keluhan pilek selama
lebih dari 7 hari (7-14 hari), nyeri pada wajah, dan hidung buntu patut dicurigai
menderita sinusitis. Penanganan dengan antibiotika yang adekuat dan irigasi didapatkan
hasil yang memuaskan. Irigasi sinus harus dilakukan oleh ahli THT, sehingga harus
dirujuk ke ahli THT.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Van David C. ENT Emergencies Disorders of The Ear, Nose, Sinuses,


Oropharynx, & Mouth. in: Stone C, Humprhries R, editors. Current Emergency
diagnosis and treatment 4th editions (Lange current series). Mc Graw Hill,
Philadelphia, 2004, p 348-350.
2. Johnson Jonas T, Ferguson Berylin J. Paranasal Sinuses. in: Cummings CW,
Frederickson JM, Harker LA, Krause CJ, Richardson M, editors.
Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Mosby, St Luois-Missouri, 1998, p
1059-1118.
3. Handley John G, Tobin Evan, Tagge bryan. The Nose and Paranasal Sinuses. in:
Rakel Robert E, editors. Textbook of family practice 6th editions. WB Saunders
Company, Philadelphia, 2001, p 446-453.
4. Mangunkusumo Endang, Rifki nusjirwan. Sinusitis. in: Soepardi Efiaty A,
Iskandar Nurbaiti, editor. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
edisi 4. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2000, p 121-125.
5. Shames Richard S, Kishiyama Jeffrey L. Disorders of The Immune System. in:
McPhee Stephen J, Lingappa Vishwanath R, Ganong William F, editors.
Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine 4th editions.
Mc Graw Hill, Philadelphia, 2003, p 31-57.
6. Dykewicz Mark S, Corren Jonathan. Rhinitis, Nasal Polyps, Sinusitis, and Otitis
Media. in: Adelman Daniel C, Casale Thomas B, Corren Jonathan, editors.
Manual of Allergy and Immunology: diagnosis and therapy 4th editions.
Lippincott Williams & Wilkins Publishers, New York, 2002, p 316-324.
7. Soetjipto Damayanti. Patogenesis, Diagnosis dan Penatalaksanaan Medik
Sinusitis. disampaikan dalam: Simposium Penatalaksanaan Otitis Media
Supuratifa Kronik, Sinusitis, dan Demo Operasi timpanoplasti 22-23 Maret
2003, Denpasar, Bali.
8. Suardana W, et al. Rhinologi. in: Suardana W, Bakta M, editor. Pedoman
Diagnosis dan Terapi. Komite Medik RSUP Sanglah, Denpasar, 2000.

11
9. Pracy R, Siegler J, Stell PM. Sinusitis Akuta. in: Pelajaran Ringkas Telinga,
Hidung, Tenggorok. Gramedia, Jakarta, 1985, p 81-91.
10. Sadovsky R. Antibiotic Therapy for Severe Acute Maxillary Sinusitis. Journal
of American Academy of Family Physicians, June 15th 2004.

12
LAMPIRAN

Status Poliklinik Penyakit Hidung Telinga dan Tenggorok

IDENTITAS
Nama : INS
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Umur : 51 tahun
Alamat : Br Susila Panjer Denpasar
Tanggal Pemeriksaan 9 Mei 2008
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Hidung sakit
Pasien mengeluh hidung sakit, pilek sejak satu minggu SMRS. Riwayat pilek lama kira-
kira 2 bulan. Riwayat operasi sinus kanan 5 tahun yang lalu. Batuk (+) dahak (+) sakit
kepala (+).
TELINGA HIDUNG
Sekret Sekret
Tuli Tersumbat
Tumor Tumor
Tinitus Pilek
Sakit Sakit
Korpus alienum Korpus alienum
Vertigo Bersin
TENGGOROK
Riak
Gangguan
Suara
Tumor
Batuk
Korpus alienum
Sesak nafas

13
PEMERIKSAAN
TELINGA HIDUNG
Daun Telinga Hidung luar
Liang telinga Kavum Nasi
Discharge Septum
Membran timpani Discharge
Tumor Mukosa
Mastoid Tumor
Konka
Sinus Koana
Tes Pendengaran TENGGOROK
Berbisik Dispneu Stridor
Weber Sianosis Suara
Rinne Mukosa Tonsil
Schwabach Dinding belakang faring
LARING
Tes Keseimbangan Epiglotis
Aritenoid
Kel Limfe Leher Plika Ventrikularis
Plika Vokalis
Rima Glotis

DIAGNOSIS

PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

14

Anda mungkin juga menyukai