KELAS : IX MIPA 4
Banyak orang yang memilih Islam karena merasa lebih rasional dan lebih cocok dengan hati
nuraninya, tetapi tidak sedikit pula yang memilih Islam karena terpaksa, tidak ada pilihan lain,
“ikut-ikutan” pada pilihan orangtua yang sudah Islam lebih dulu.
Walaupun mengikuti tradisi (asal tradisi yang baik) akan berdampak yang baik juga, namun
karena Allah SWT sudah memberikan potensi akal dan nurani kepada manusia, maka akan lebih
baik jika kedua potensi tersebut disyukuri dengan cara memaksimalkan penggunaanya sesuai
keinginan Sang Maha Pemberi dan Pengatur, yakni Allah SWT.
Sedangkan Islam menurut istilah adalah dīn atau agama yang bersumber dari Allah SWT
yang di bawah melalui para Rasul-Nya, sejak Nabi pertama: Adam as hingga Nabi terakhir:
Muhammad saw untuk kemaslahatan manusia di dunia dan di akihirat.
Di antara alasan kenapa Islam satu-satunya yang dianggap sebagai dīn di sisi Allah SWT
sehingga pantas dijadikan sebagai pilihan hidup adalah karena:
Itulah sebabnya penyebutan manusia di dalam Al-Qur’an disebut berulang kali dengan
berbagai istilah seperti: al-Insān sebnyak 63 kali, al-Nās sebanyak 240 kali, Bani Adam sebanyak
6 kali, dan basyar sebanyak 25 kali. Dalam ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun saja (Q.S.
Al-Alaq: 1-5) kata al-insān di sebut 2 kali.
Selain itu, sosok Nabi yang dikirmkan Allah SWT sebagai teladan dan pemberi kabar untuk
umat manusia dari kalangan manusia. Perjalanan hidupnya (biografinya) tercatat dalam sejarah
ummat manusia, yang menunjukkan keberdaanya tak terbantahkan oleh sejarah. Dalam banyak
kesempatan, Al-Qur’an selalu memperkuat unsur kemanusian Nabi Muhammad saw, seperti:
Yang dimaksud dengan moderat atau seimbang di sini adalah keseimbangan anatara dua
hal yang saling berhadapan, di mana salah satu dari dua hal yang saling berhadapan, di mana
salah satu dari keduanya tidak bisa berpengaruh dengan sendirinya dengan mengabaikan yang
lain.
Contoh dua hal yang saling brhadapan adalah antara: ruhiyyah (sipiritualisme) dengan
maddiyah (materealisme), fardiyyah (individu) dengan jama’iyyah (kolektif), Waqi’iyyah
(kontekstual) dengan mitsaliyyah (idealisme), dan antara tsabat (konsisten) dengan tathawwur
(perubahan).
Penciptaan alam semesta beserta isinya adalah fenomena tawazun. Allah berfirman:
Islam bukan bukan dianut oleh kaum atheis (sama sekali tidak percaya adanya Tuhan) dan
bukan pula kaum polytheis (meyakini banyak Tuhan), tetapi Islam mengajak beriman pada
Tuhan Yang Satu, Yang Maha Agung, Tidak ada sekutu baginya, Tidak beranak, dan tidak
diperanakkan.
Demikian ceramah agama yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua. Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan.