Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS FASIES DAN PETROFISIKA FORMASI TALANG AKAR

SUB-CEKUNGAN JAMBI SUMATERA SELATAN

Andriansyah Permana1*, Faisal Helmi1, Vijaya Isnaniawardhani1, Yusi Firmansyah1.


1
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, Bandung

*Korespondensi: andriansyahprmn@gmail.com

ABSTRAK
Pada penelitian ini digunakan data well logging dari tiga sumur eksplorasi di daerah Sub-cekungan Jambi,
Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui lingkungan pengendapan Formasi Talang Akar
sehingga dapat mengetahui gambaran kualitas dari reservoir berdasarkan karakteritik tekstur pada
lingkungan pengendapan hasil analisis fasies yang kemudian dibuktikan dengan data petrofisikanya
sebagai data kuantitatif reservoir tersebut. Untuk penentuan lingkungan pengendapan dilakukan analisis
fasies dari elektrofasies dan lithofasies. Dari elektrofasies diperoleh bentuk kurva log gamma ray Bloky,
Bloky Serrated, Funnel, Funnel Serrated, Bell, dan Bell Serrated. Kemudian diperoleh juga lithofasies
yang pada umumnya pada bagian bawah setiap sumur tersusun atas batupasir konglomratik sampai
batupasir sangat kasar dan pada bagian atas tersusun atas batulempung dengan keterdapatan lapisan
batubara dan batugamping sebagai sisipan. Berdasarkan analisis tersebut ditentukan lingkungan
pengendapan pada Formasi Talang Akar yaitu berada pada lingkungan darat (fluvial) sampai transisi
(estuarine). Analisis kuantitatif berupa perhitungan petrofisika ini dilakukan dengan bantuan perangkat
lunak, dalam perhitungan volume shale rumus yang digunakan adalah rumus linear, perhitungan porositas
dan saturasi air menggunakan metode Dual Water, dan perhitungan permeabilitas digunakan rumus
Timur. Hasil petrofisika ini menunjukan adanya reservoir pada Formasi Talang Akar dengan porositas
dan permeabilitas baik-istimewa.
Kata Kunci : Lingkungan pengendapan, Reservoir, Formasi Talang Akar.

ABSTRACT
In this research we use well logging data from three exploration wells in Sub-basin Jambi, South
Sumatera. With the aim of research to know the deposition environment of Talang Akar Formation so as
to know the description of the quality of the reservoir based on the texture characteristic in the
environment of sedimentation of facies analysis which then proved with petrophysical data as proof of the
quantitative of the reservoir. For the determination of the sedimentary environment, facies analysis of
electrofacies and lithofacies was performed. From elektrofasies gamma ray curve obtained log forms
Bloky, Bloky Serrated, Funnel, Funnel Serrated, Bell, and Bell Serrated. Lithofasies are generally
obtained at the bottom of each well composed of conglomerate sandstones to very coarse sandstones and
at the top is composed of claystone with the availability of coal seams and limestone as inserts. Based on
the analysis determined the deposition environment on Talang Akar Formation is located in the land
environment (fluvial) until transition environment (estuarine). Quantitative analysis of the calculation of
petrophysics is done with the help of software, in calculating the volume shale of the formula used is a
linear formula, porosity calculation and water saturation using Dual Water method, and calculation of
permeability used Timur formula. The results of this petrophysics show the existence of reservoir on
Talang Akar Formation with porosity and permeability good-special.

Keywords : Deposition environment, Reservoir, Formasi Talang Akar.

1. PENDAHULUAN

27
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.02, No. 01, Februari 2018: 27-37

Keterbatasan cadangan minyak dan satu daur besar yang terdiri atas transgresi
gas bumi pada cekungan-cekungan yang dan diikuti regresi, Kelompok Telisa yang
sedang berproduksi mengindikasikan terdiri atas Formasi Talang Akar, Formasi
perlunya eksplorasi minyak dan gas bumi Baturaja dan Formasi Gumai merupakan
sebagai pengadaan kebutuhan sumber daya formasi-formasi yang terbentuk dalam fase
alam tersebut. Pada dasarnya pengertian transgresi. Sedangkan Kelompok
eksplorasi tidak selalu seperti usaha untuk Palembang yang terdiri atas Formasi Air
menambah lapangan minyak baru atau Benakat, Formasi Muara Enim dan Formasi
perluasan daerah produksi, akan tetapi Kasai merupakan formasi-formasi yang
eksplorasi juga bagian dari peningkatan terbentuk dalam fase regresi. Fase
suatu usaha produksi untuk sedimentasi tersebut terjadi pada saat fase
mempertahankan besarnya cadangan. Salah tektonik basin sag sampai compression.
satu kegiatan eksplorasi adalah interpretasi
Formasi Talang Akar
data well logging karena dapat memberikan
gambaran mengenai kondisi bawah Menurut Pulunggono (1976),
permukaan berdasarkan sifat-sifat batuan Formasi Talang Akar berumur Oligosen
dan fluidanya, sehingga gambaran kondisi Akhir-Miosen Awal yang diendapkan tidak
bawah permukaan tersebut dapat dijadikan selaras dengan Formasi Lahat. Spruyt
sebagai acuan untuk pencarian zona (1956) dalam Pulunggono (1984), membagi
hidrokarbon. formasi ini menjadi dua anggota yaitu
Tujuan dari penelitian ini untuk anggota gritsand mb (GRM) dan anggota
mengetahui lingkungan pengendapan transitional mb (TRM). Anggota GRM atau
Formasi Talang Akar sehingga dapat Talang Akar Bagian Bawah terdiri atas
mengetahui gambaran kualitas dari batuapasir konglomeratan, batupasir kuarsa,
reservoir berdasarkan karakteritik tekstur serpih dan lapisan batubara yang menyisip.
pada lingkungan pengendapan hasil analisis Anggota TRM atau Talang Akar Bagian
fasies yang kemudian dibuktikan dengan Atas terdiri atas perselingan sedimen klastik
data petrofisikanya sebagai bukti kuantitas berukuran sedang sampai halus, yaitu
reservoir tersebut. Dalam penelitian ini batupasir, serpih dan batulanau berwarna
digunakan data well logging sebagai objek abu-abu kehitaman dengan sisipan batubara
penelitian pada tiga sumur eksplorasi di bituminous dan batulempung, kemudian
Sub-cekungan Jambi Sumatera Selatan. terdapat juga mineral gaukonit yang
berlimpah. Formasi ini juga diendapkan
2. TINJAUAN PUSTAKA selaras dan berangsur dengan endapan laut
terbuka berupa endapan batugamping
Sub-cekungan Jambi merupakan terumbu dan batugamping pasiran dari
cekungan yang merupakan bagian dari Formasi Baturaja.
Cekungan Sumatera Selatan. Jenis
cekungan ini adalah cekungan belakang Lingkungan Pengendapan dan Fasies
busur (back arc basin) dengan bentuk Lingkungan pengendapan adalah
relatif segi empat memanjang berarah barat bagian dari permukaan bumi dengan
laut-tenggara. keterjadian proses fisika, kimia dan biologi
Berdasarkan Gambar 1, extensional yang berbeda dengan daerah yang
faulting merupakan pemicu proses berbatasan dengannya (Selley, 1970).
terjadinya sedimentasi di Cekungan Umumnya penulis membagi lingkungan
Sumatera Selatan, sehingga pada waktu pengendapan berdasarkan tiga bagian besar
tersebut sedimen-sedimen mengisi graben- dari permukaan bumi yaitu darat, transisi,
graben dengan material hasil erosi dari dan laut. Pada Gambar 2, Boyd dan kawan
daerah tinggian disekitarnya. Kemudian kawan (1992) dalam Posamentier dan
menurut Jackson (1961) dalam Walker (2006) mengklasifikasikan
Koesoemadinata (1980), fase sedimentasi di lingkungan pengendapan pada lingkungan
Cekungan Sumatera Selatan merupakan

28
Analisis Fasies Dan Petrofisika Formasi Talang Akar Sub-Cekungan Jambi Sumatera Selatan
(Andriansyah Permana)

transisi yang dipengaruhi oleh naik turun Perbandingan ini dinyatakan dalam satuan
muka air laut. persen atau fraksi.
Kemudian berdasarkan pada penciri
fisika, kimia dan biologi pada batuan maka
dapat direkonstruksi lingkungan tempat
dimana proses batuan sedimen diendapkan.
Keterangan : Vp = Volume pori
Proses rekonstruksi tersebut merupakan
Vb = Volume bulk
analisis fasies (Gambar 3). Fasies sendiri
batuan
merupakan penciri fisika, kimia dan biologi
3. Saturasi air
dari suatu satuan batuan sedimen. Konsep
Kejenuhan atau saturasi didefinisikan
fasies ini juga dapat diperluas tidak hanya
sebagai perbandingan antara volume fluida
dalam batuan yang bisa diobservasi akan
yang menempati pori dengan volume pori
tetapi perbedaan karakteristik pola log pada
dari batuan tersebut. Perbandingan ini
penampang kurva log juga dapat digunakan
dinyatakan dalam satuan persen atau fraksi.
fasies log (Walker dan Posamentier, 2006).
Petrofisika
Analisis petrofisika bertujuan untuk
mengevaluasi data log secara tepat dengan Keterangan : S = Saturasi
mengkoreksi data terhadap kondisi Vf = Volume fluida
lingkungan, serpih, dan hidrokarbon,
sehingga setelah mengevaluasi data log Dalam proses perhitungan porositas dan
maka dapat diperoleh informasi nilai saturasi air digunakan metode Dual Water.
parameter petrofisika batuan. Berikut Metode ini disebut Dual Water karena
parameter-parameter petrofisika yang mempertimbangkan dua resistivitas, yaitu :
dihitung dalam penelitian ini, yaitu : air dalam ruang pori dan air yang terikat
1. Volume shale dalam shale, sehingga sesuai dengan
Volume shale adalah derajat volume yang kondisi batuan Formasi Talang Akar yang
menyatakan perbandingan volume lempung didominasi oleh batupasir dan lempung atau
terhadap volume total suatu formasi. kondisi reservoir shally sand.
Rumus yang digunakan adalah persamaan 4. Permeabilitas
linear. Permeabilitas adalah kemampuan batuan
dalam melewatkan atau meloloskan fluida
melalui pori-pori. Dalam penentuan
permeabilitas pada penelitian ini digunakan
persamaan Timur.
Keterangan :
GR max = Dibaca pada defleksi log
maximum
GR min = Dibaca pada defleksi log
minimum Keterangan: K =
GR log = Dibaca pada defleksi log di Permeabilitas (darcy)
zona yang bersangkutan PHIE = Porositas efektif
2. Porositas Swi = Saturasi
Terdapat dua jenis porositas yaitu irreducible
porositass total dan prorositas efektif. Cut off
Porositas total merupakan perbandingan
antara volume pori dengan volume bulk Pada dasarnya cut off pada reservoir
batuan, sedangkan porositas efektif adalah merupakan suatu nilai batas dari parameter
perbandingan antara ruang pori yang saling reservoir. Menurut Keener (1967)
berhubungan dengan volume bulk batuan. penentuan nilai cut off dilakukan dengan
menggunakan tiga parameter cut-off untuk

29
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.02, No. 01, Februari 2018: 27-37

net pay, yaitu volume shale, porositas, dan merupakan sebuah proses yang mengubah
saturasi air. Akan tetapi nilai ini tetap resolusi objek yang halus menjadi lebih
dihubungkan dengan nilai permeabilitas, kasar (grid) atau perata-rataan nilai variabel
karena berdasarkan “Rule of Thumb”: pada volume dengan skala yang lebih kecil.
batuan yang mengandung gas mempunyai Teknik perata-rataannya dapat digunakan
permeabilitas >= 0,1md sebagai net pay dan metode Aretmatika (Petrel 2002).
batuan yang mengandung minyak Metode yang digunakan untuk
mempunyai permeabilitas >= 1md sebagai simulasi ini adalah metode stokastik dengan
net pay. Sequential Gaussian Simulation berbasis
Proses ini dilakukan agar dapat grid. Pengertian Gaussian adalah proses
mengetahui ketebalan batupasir sebagai sampling yang dilakukan berdasarkan
reservoir sampai untuk mengetahui proses distribusi Gaussian, sedangkan
besarnya cadangan hidrokarbon. Berikut sequential adalah nilai yang telah
istilah-istilah dalam perhitungan ketebalan disimulasikan yang akan digunakan sebagai
reservoir, yaitu: data masukan ke dalam daerah yang tidak
 Gross sand merupakan lapisan ada data berikutnya.
batuan yang mengandung batupasir
dan telah mengalami porses cut off 3. METODE
volume shale. Pada penelitian Formasi Talang
 Net reservoir merupakan lapisan Akar ini yang berlokasi di Sub-cekungan
gross sand yang telah mengalami Jambi, Sumatera Selatan, digunakan tiga
proses cut off porositas efktif. sumur eksplorasi yang telah tersedia data
 Net pay merupakan zona produktif well log nya (Gambar 4). Sehingga objek
utama yang menjadi bahan penelitian ini
reservoir yang tersaturasi oleh
yaitu data kurva well log, data well log
hidrokarbon sehingga lapisan ini tersebut dapat mengetahui sifat-sifat fisika
juga merupakan net reservoir yang batuan di bawah permukaan. Namun
telah mengalami proses cut off adanya data hasil penelitian terdahulu pada
saturasi air. laporan penelitian sumur-sumur ini, seperti
jenis lithologi pada kedalaman tertentu serta
Pemodelan Petrofisika top-bottom Formasi Talang Akar, maka
Pemodelan ini dilakukan untuk data tersebut juga menjadi bahan
mengetahui sebaran parameter-parrameter pertimbangan dalam melakukan interpretasi
petrofisika dengan cara pendekatan saat pengolahan data kualitatif maupun
geostatistika, kemudian memodelkannya kuantitatif seperti contoh dalam melakukan
dengan metode Sequential Gaussian penentuan lithologi pada sumur, data
Simulation. lithologi sidewall core pada titik tertentu
Geostatistika merupakan teknik dijadikan acuan karakteritik pola dan nilai
statistika yang dipakai untuk mencari kurva well log pada jenis lithologi-nya.
hubungan antar ruang, yaitu dari Penentukan lingkungan
sekelompok variabel terhadap lokasi lain pengendapan dilakukan dengan cara
yang tidak memiliki data, dengan hasil analisis elektrofasies dan analisis
ektrapolasi data akan menurun dengan lithofasies, sehingga suksesi fasiesnya
bertambahnya jarak. Fungsi korelasi saat sampai asosiasi fasiesnya dapat
pendistribusian sampel sehingga hubungan memperlihatkan lingkungan tempat proses
jarak tersebut dapat dikuatifikasikan sedimentasinya.
merupakan pengertian dari variogram. Kemudian untuk mengetahui zona
Sebelum melakukan pemodelan hidrokarbon dilakukan analisis kualitatif
petrofisika, setiap log parameter petrofisika dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif
perlu dilakukan scale up. Scale up dilakukan dengan memberikan batas atas
dan bawah zona yang menarik atau gross

30
Analisis Fasies Dan Petrofisika Formasi Talang Akar Sub-Cekungan Jambi Sumatera Selatan
(Andriansyah Permana)

berdasarkan anomali log porositas dan log Berdasarkan Tabel 1, lapisan


resistivity. Hasil analisis tersebut kemudian Formasi Talang Akar yang relatif tebal
dianalisis secara kuantitatif berdasarkan pada Sumur WA-2 ini mencirikan
parameter-parameter petrofisikanya lingkungan pengendapan yang sangat
sehingga diperoleh sebuah net pay. memadai untuk akumulasi sedimen.
Berdasarkan data elektrofasies dan data
lithologi, maka dapat diduga lingkungan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengendapan Formasi Talang Akar ini
4.1 Penentuan Lingkungan Pengendapan berada pada daerah darat sampai transisi,
variasi lithologi yang menunjukan material
Pada Sumur WA-2 terdapat jenis batuan
darat seperti batupasir tebal konglomratan,
dengan kedalaman tertentu, berikut adalah
namun terdapat juga material laut seperti
ringkasannya, yaitu :
batugamping, kemudian bentuk
 Pada kedalaman 5700-7180ft (1738.5-
elektrofasies bloky serrated, funnel dan
2189.9 m), jenis batuan yaitu: funnel Serrated yang menunjukan adanya
perselingan batulempung, batupasir lapisan perselingan yang relatif tipis-tipis
(batupasir dominan sangat kasar dan dengan energi pengendapan yang relatif
batupasir sangat halus-halus), batulanau, konstan dan lapisan yang mengkasar ke atas
batubara, argillite, batugamping, dan dengan energi pengendapan yang
kuarsit. membesar ke arah atas, dapat diasumsikan
lingkungan pengendapan darat-transisi pada
 Pada kedalaman 7180-7296ft (2189.9- bagian fluvial pada channel bar-floodplain,
2223.8m), jenis batuannya dominan estuary-shelf.
batupasir konglomratan dengan sisipan
batulempung. Pada Sumur WA-3 terdapat jenis
 Pada kedalaman 7296-7387ft (2223.8- batuan dengan kedalaman tertentu, berikut
adalah ringkasannya, yaitu :
2251.6m), jenis batuannya perselingan
 Pada kedalaman 1411-1470m, jenis
batulempung, batupasir dan batulanau.
batuannya shale lanauan warna abu-abu,
 Pada kedalaman 7387-7438ft (2251.6-
batupasir berbutir halus sampai kasar
2267.1m), jenis batuannya perselingan
dan argilisious, dan batubara kadang
batulempung, batupasir dan batulanau.
muncul beberapa lapisan.
 Pada kedalaman 7387-7450ft (2251.6-
2270.8m), batupasir konglomratan. Berdasarkan Tabel 2, data
 Pada kedalaman 7450-7478ft (2270.8- elektrofasies dan data lithologinya
2279.294m), perselingan batupasir memperlihatkan lingkungan pengendapan
konglomratan dengan batulempung Formasi Talang Akar pada Sumur WA-3 ini
berada pada daerah transisi, variasi lithologi
karbonatan dan sedikit batulanau. yang menunjukan material darat seperti
 Pada kedalaman 7478-7530ft (2279.294- batupasir halus-kasar yang tebal seperti
2295.144m), perselingan batulanau pada endapan channel serta batubara yang
dengan batulempung dan batupasir umumnya muncul pada rawa-rawa di
konglomratan. daerah transisi, kemudian bentuk
elektrofaies bloky serrated dan funnel
 Pada kedalaman 7530-7590ft (2295.144-
serrated yang menunjukan adanya lapisan
2314.02m), dominan batulempung (bed perselingan yang relatif tipis-tipis dengan
warna merah) dengan sedikit batulanau. energi pengendapan yang relatif konstan
 Pada kedalaman 7590-7650ft (2314.02- dan lapisan yang mengkasar ke atas dengan
2332.32m), perselingan batupasir energi pengendapan yang membesar ke
konglomratan dengan batulempung dan arah atas, dapat diasumsikan lingkungan
metasedimen dengan warna beragam.

31
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.02, No. 01, Februari 2018: 27-37

pengendapan transisi pada estuary pada bay elektrofasies funnel, bell, dan bloky pada
head delta atau tidal fluvial channel. lingkungan pengendapan transisi ini
menunjukan bahwa proses pengendapan
Pada Sumur WA-4 terdapat jenis
yang sangat intensif dibarengi oleh naiknya
batuan dengan kedalaman tertentu, berikut
adalah ringkasannya, yaitu : muka air laut, sehingga tercermin dari tidak
 Pada kedalaman 1742-1976m, terdapat kalah tebalnya lapisan batupasir terhadap
batas Gumai yang selaras, yaitu batulempung ke arah atas.
ditandai oleh batulempung warna merah
yang berasosiasi dengan lapisan coal, 4.2 Analisis Kualitatif Zona
Hidrokarbon
tanda perubahan lingkungan terrestrial
Talang Akar ke lingkungan fluvial/delta- Pada anaisa kualitatif di sumur
marin Lower Gumai. Batuannya berupa WA-2 ditemukan 14 zona yang menarik
lapisan perselingan batubara, bervariasi untuk dianalisis lebih lanjut dan diduga
batulempung dan batupasir kuarsa halus- mengandung hidrokarbon, berikut zona-
sedang (secara lokal berbutir kasar) pada zonanya dengan rata-rata ketebalan 6.4m,
bagian atas, semakin ke bawah sekuen yaitu : Zona A (MD 6181-6197.5ft), Zona
berubah menjadi bervariasi batulempung B (MD 6217-6229.5ft), Zona C (MD
dan batupasir sedang pemilahan buruk 6253.5-6264ft), Zona D (MD 6374.5-
sampai batupasir konglomratik. 6402ft), Zona E (MD 6418-6436.5ft), Zona
Batupasir umumnya porous walaupun F (MD 6684-6706.5ft), Zona G (MD 6812-
secara lokal tersementasi oleh pirit. Pada 6834ft), Zona H (MD 6875.5-6899.5ft),
bagian bawah muncul lapisan tipis Zona I (MD 6908-6927ft), Zona J (MD
barugamping hasil rombakan yang 6946.5-6956.5ft), Zona K (MD 7192-
langsung menindihi basement. 7242ft), Zona L (MD 7344-7357.5ft), Zona
M (MD 7399.5-7426.5ft), dan Zona N (MD
Berdasarkan Tabel 3, data 7455-7475.5ft). Batupasir pada zona A-J
elektrofasies dan data lithologinya, mempunyai ukuran yang sangat kasar
memperlihatkan lingkungan pengendapan sampai halus, dengan karakteristik
Formasi Talang Akar pada Sumur WA-4 ini elektrofasies bloky-bell yang tegas, serta
berada pada daerah transisi, variasi lithologi munculnya material karbonan dan mineral
yang menunjukan material darat seperti glauconite diasumsikan batupasir pada
batupasir konglomratik, namun terdapat lithofasies perselingan batulempung dan
juga material laut seperti batugamping, batupasir dominan saangat kasar tebal
kemudian bentuk elektrofaies bloky, bloky dengan batugamping muncul sebagai
serrated, bell, bell serrated, funnel, dan sisipan ini diendapkan di lingkungan
funnel serrated yang menunjukan adanya transisi pada bay head delta atau tidal
lapisan perselingan yang relatif tipis-tipis fluvial channel, kemudian pada zona K-N
dengan energi pengendapan yang relatif mempunyai batupasir dengan karakteristik
konstan dan lapisan yang mengkasar serta konglomratan, serta elektrofasies yang
menghalus ke atas dengan energi sangat bloky dan tegas diasumsikan
pengendapan yang membesar juga batupasir pada lithofasies perselingan
mengecil ke arah atas, dapat diasumsikan batulempung dan batupasir konglomratan
lingkungan pengendapan transisi pada tebal ini diendapkan di lingkungan darat
bagian estuary pada bay head delta atau pada fluvial-channel.
tidal fluvial channel. Adanya bentuk

32
Analisis Fasies Dan Petrofisika Formasi Talang Akar Sub-Cekungan Jambi Sumatera Selatan
(Andriansyah Permana)

Pada anaisa kualitatif di sumur WA-3 bagus untuk reservoir minyak dan gas.
ditemukan 1 zona yang menarik untuk Menurut Koesoemadinata (1980) harga
dianalisis lebih lanjut dan diduga permeabilitas yang lebih dari 1000md pada
mengandung hidrokarbon, berikut zonanya lapisan reservoir ini merupakan kualitas
dengan ketebalan 8.54m, yaitu : Zona A yang istimewa, kemudian harga porositas
(MD 1422.04-1430.58m). Pada zona A berkisar 0.16-0.23 pada lapisan reservoir
mempunyai batupasir kasar-halus ini juga merupakan kualitas yang baik-
argillaceous, serta elektrofasies yang sangat baik. Adanya lapisan batulempung
cenderung bloky diasumsikan batupasir yang relatif tebal dengan tercermin dari
pada lithofasies batupasir halus-kasar tebal data v-shale yang tinggi serta permeabilitas
dan batulempung ini diendapkan di yang sangat rendah menunjukan lapisan
lingkungan transisi pada bay head delta tersebut dapat berperan sebagai lapisan
atau tidal fluvial channel. seal.
Pada anaisa kualitatif di sumur WA-4 Pada Tabel 5, lapisan Formasi
ditemukan 6 zona yang menarik untuk Talang Akar pada sumur ini
dianalisis lebih lanjut dan diduga memperlihatkan adanya suatu lapisan yang
mengandung hidrokarbon, berikut zona- bagus untuk reservoir minyak dan gas.
zonanya dengan rata-rata ketebalan 7.29m, Menurut Koesoemadinata (1980) harga
yaitu : Zona A (MD 1784.45-1792.22m), permeabilitas yang lebih dari 1000md pada
Zona B (MD 1797.25-1801.06m), Zona C lapisan reservoir ini merupakan kualitas
(MD 1805.48-1811.58m), Zona D (MD yang istimewa, kemudian harga porositas
1821.48-1827.28m), Zona E (MD 1832.15- berkisar 0.2 pada lapisan reservoir ini juga
1844.34m), dan Zona F (MD 1946.76- merupakan kualitas sangat baik.
1954.83m). Pada zona A-E mempunyai Pada Tabel 6, lapisan Formasi
batupasir batupasir kuarsa halus-sedang Talang Akar pada sumur ini
(secara lokal berbutir kasar), serta memperlihatkan adanya suatu lapisan yang
elektrofasies yang cenderung bloky-funnel bagus untuk reservoir minyak dan gas.
pada lithofasies perselingan batupasir Menurut Koesoemadinata (1980) harga
halus-kasar tebal dan batulempung dengan permeabilitas yang lebih dari 1000md pada
batubara muncul sebagai sisipan, kemudian lapisan reservoir ini merupakan kualitas
pada zona F mempunyai batupasir sedang yang istimewa, kemudian harga porositas
pemilahan buruk sampai batupasir berkisar 0.16-0.21 pada lapisan reservoir
konglomratik umumnya porous, serta ini juga merupakan kualitas yang baik-
elektrofasies yang cenderung bloky pada sangat baik. Adanya lapisan batulempung
lithofasies batulempung dan batupasir yang relatif tebal dengan tercermin dari
konglomratik tebal dengan batugamping data v-shale yang tinggi serta permeabilitas
muncul sebagai sisipan, diasumsikan yang sangat rendah menunjukan lapisan
batupasir-batupasir tersebut diendapkan di tersebut dapat berperan sebagai lapisan
lingkungan transisi pada bay head delta seal.
atau tidal fluvial channel.
4.3.1 Analisis Kuantitatif Zona
4.3 Analisis Kuantitatif Petrofisika Hidrokarbon
Pada analisa kuantitatif berupa Pada Sumur WA-2 diperoleh nilai
perhitungan parameter-parameter cut off berdasarkan nilai permeabilitas
petrofisika ini digunakan dengan bantuan efektif >= 1md, yaitu : nilai volume shale
software pertofisika, berikut secara
<= 0.7, porositas >= 0.07 dan saturasi air
berurutan hasil perhitunga petrofisika pada
sumur WA-2, sumur WA-3, dan sumur <= 0.67. Sehingga diperoleh net pay pada
WA-4. setiap zona reservoir, yaitu :
Pada Tabel 4, lapisan Formasi  Sumur WA-2, ketebalan net pay A
Talang Akar pada sumur ini 5.94m, net pay B 4.5m, net pay C
memperlihatkan adanya suatu lapisan yang

33
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.02, No. 01, Februari 2018: 27-37

4.34m, net pay D 9.07m, net pay E Formasi Talang Akar pada setiap sumur
7.09m, net pay F 7.24m, net pay G mencerminkan morfologi saat sedang
6.25m, net pay H 8.23m, net pay I diendapkannya Formasi Talang Akar.
3.35m, net pay J 3.05m, net pay K
12.04m, net pay L 5.41m, net pay M Berdasarkan Gambar 5a, 5b dan 5c,
8.46m, dan net pay N 6.4m. terlihat jelas sebaran parameter petrofisika
pada batuan Formasi Talang Akar, yaitu :
Pada Sumur WA-3 diperoleh
semakin ke arah timur laut semakin dalam,
nilai cut off berdasarkan nilai kemudian volume shale, porositas dan
permeabilitas efektif >= 1md, yaitu : saturasi air mempunyai nilai-nilai tertentu
nilai volume shale <= 0.69, porositas >= pada perlapisan-perlapisan tertentu, namun
0.083 dan saturasi air <= 0.52. Sehingga kecendrungan arah sebarannya cukup
diperoleh net pay pada setiap zona berkaitan dengan parameter-parameter
reservoir, yaitu : petrofisika lainnya, seperti semakin
besarnya nilai volume shale maka porositas
 Sumur WA-3, ketebalan net pay A mengecil. Berikut statik model atau model
8.69m. sebaran volume shale, porositas efektif, dan
Pada Sumur WA-4 diperoleh saturasi air dengan variogram major
nilai cut off berdasarkan nilai direction orientation azimuth 50o (relatif
permeabilitas efektif >= 1md, yaitu : barat laut-tenggara) sesuai pola struktur dan
nilai volume shale <= 0.69, porositas >= sebaran batuan
0.075 dan saturasi air <= 0.57. Sehingga
diperoleh net pay pada setiap zona 5. KESIMPULAN
reservoir, yaitu : Berdasarkan analisis fasies
 Sumur WA-4, ketebalan net pay A diketahui lingkungan pengendapan pada
7.16m, net pay B 3.05m, net pay C daerah penelitian ini, yaitu berada pada
4.11m, net pay D 5.49m, net pay E lingkungan darat-transisi secara spesifik
fluvial-estuarin.
11.43m, dan net pay F 8.53m.
Dari hasil analisis kualitatif didapat
zona yang menarik untuk dianalisis lebih
lanjut yang diperkirakan terdapat
4.4 Model Sebaran Parameter hidrokarbon, yaitu : pada Sumur WA-2
Petrofisika terdapat 14 zona, pada Sumur WA-3
Diketahui bahwa pada bagian atas terdapat 1 zona, dan pada Sumur WA-4
Formasi Talang Akar mengandung terdapat 6 zona. Kemudian dilakukan
batulempung yang tebal dengan batuan analisis kuantitatif sehingga diketahui
penyisip berupa batupasir, batubara dan kualitas reservoir, yaitu : baik-istimewa.
batugamping. Variasi batuan tersebut Diperoleh juga net pay berdasarkan nilai-
mencirikan hasil pengendapan proses nilai cut off pada masing-masing sumur,
transgresi pada lingkungan transisi. yaitu :
Pengendapan batulempung saat proses  Pada Sumur WA-2 ketebalan yang
genang air laut ini akan menyebabkan paling tebal net pay Zona K
sebaran batuannya jauh melampar pada 12.04m, dan yang paling tipis net
morfologi yang digenanginya, sehingga pay Zona J 3.05m.
korelasi antar bagian atas Formasi Talang  Pada Sumur WA-3, ketebalan net
Akar pada setiap sumur ini cukup bisa pay Zona A 8.69m.
diterima dan dapat dilakukan. Kemudian Pada Sumur WA-4, ketebalan yang
bagian bawah Formasi Talang Akar yang paling tebal net pay Zona E 11.43m, dan
tidak selaras dengan Formasi Lahat yang paling tipis net pay Zona B 3.05m
menyebabkan korelasi antar bagian bawah

34
Analisis Fasies Dan Petrofisika Formasi Talang Akar Sub-Cekungan Jambi Sumatera Selatan
(Andriansyah Permana)

UCAPAN TERIMAKASIH South Sumatera Basins,


Terimakasih kepada Bapak Yusi Proceedings Indonesian
Firmansyah S.Si., MT. dan Faisal Helmi Petroleum Association (IPA) 13th
ST., MT. selaku dosen pembimbing, karena Annual Convention.
berkat beliau karya tulis ilmiah ini bisa
Pulunggono, A., 1976., Recent knowledge
tersusun, saran-saran serta masukan-
of hydrocarbon potensials in
masukannya yang membangun akan selalu
sedimentary basins of Indonesia,
bermanfaat bagi penulis.
AAPG Memoir 25.

DAFTAR PUSTAKA Sardjito, Fadianto, E., Djumlati, Hansen, S.,


De Coster, G. L., 1974, The Geology of the 1991. Hydrocarbon Prospect of
Central and South Sumatera Pre Tertiary Basement in Kuang
Basin, Proceedings 3rdAnnual Area, South Sumatera, Proceeding
Convention IPA, Juni 1974, IPA 20th Annual Convention, vol.
Jakarta. 1, p. 255-277.

Gafoer, S dan R. Pardede. 1988. Laporan Schlumberger, 1991, Log Interpretation


Geologi Lembar Baturaja. Pusat Principles and Application,
Penelitian dan Pengembangan Schlumberger Educational
Geologi, Bandung. Service, Houston, Texas, USA.

Keener, M. H. L., 1967. Computer Selley, R. C., 2000, Applied sedimentology,


Coordinated Core and Log 2nd Ed. Academic Press, San
Interpolation, Trans., dalam Francisco.
SPWLA 6th Annual Logging
Selley, R.C., 1970, Ancient Sedimentary
Symposium.
Environments, Chapman and Hall,
Koesoemadinata R.P., 1980. Geologi London.
Minyak dan Gas Bumi. Edisi
Selley, R.C, 1985, Elements of Petroleum
kedua, Jilid 2. Penerbit ITB.
Geology. W. H Freeman &
Petrel, 2002, Petrel 2002 : Manual. Company. New York.
Schlumberger, Houston.
Spruyt, J. N, 1956, Subdivisions and
Posamentier, H.W. dan Walker R.G., 2006. nomenclature of the Tertiary
Facies Models. Revisited Sepm sediments of the Djambi
(Society for Sedimentary Palembang area, Pertamina
Geology), Oklahoma: Special Internal Report.
Publications SEPM Special Sumber dari internet :
Publication 84 Tulsa, U.S.A. (https://www.spec2000.net/12-
phivisual.htm, diakses tgl 1 April
Pulunggono, A. dan Cameron, N.R., 1984, 2017)g.
Sumatera Microplates, Their
Characteristics and Their Role in
the Evolution of the Central and

35
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.02, No. 01, Februari 2018: 27-37

36
Analisis Fasies Dan Petrofisika Formasi Talang Akar Sub-Cekungan Jambi Sumatera Selatan
(Andriansyah Permana)

37

Anda mungkin juga menyukai