Makalah TMJ
Makalah TMJ
PENDAHULUAN
1
Gambaran radiografi panoramik memberikan gambaran kondilus, ramus,
dan badan mandibula dalam satu foto. Gambaran ini biasanya penting untuk
mengevaluasi kondilus yang mengalami erosi tulang yang luas, pertumbuhan atau
patahan dari fraktur.
Selain itu, di dalam foto panoramik terlihat regio prossessus kondilaris dan
subkondilaris pada kedua sisi sehingga bisa langsung dilakukan perbandingan
antara kondilus kanan dan kiri. Hal ini sangat bermanfaat untuk mendiagnosa
fraktur kondilus. Sedangkan perbandingan sendi penting dalam hubungannya
dengan pertumbuhan yang abnormal, seperti yang diperlihatkan pada agenesis
kondilaris, hyperplasia, atau hipoplasia serta ankilosis
1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Dan Epidemiologi TMJ
2
TMJ atau sendi rahang adalah sendi yang menghubungkan temporal dan
mandibula yang terdiri dari:
1. Tulang mandibula dengan kondilusnya (ujung membulat)
2. Diskus yaitu jaringan penyambung antara kondilus dengan soketnya pada
tulang temporal
3. Sistem neurovaskuler
Persendian ini di lapisi oleh lapisan tipis dari kartilago dan dipisahkan oleh
diskus. Persendian ini secara konstan terpakai saat makan, berbicara dan menelan.
3
Sekitar 60-70% populasi umum mempunyai setidaknya satu gejala
gangguan temporomadibualr. Tetapi, hanya seperempatnya yang menyadari
adanya gangguan tersebut. Lebih jauh lagi, hanya 5% dari kelompok orang
dengan satu atau dua gejala gangguan temporomandibular yang pergi ke dokter
Kelainan ini paling banyak dialami perempuan (1:4), dan sering terjadi pada awal
masa dewasa.
4
arthritis dan jenis-jenis inflamasi lainnya didaerah persendian ini yang akan
menimbulkan sensasi nyeri juga. Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa
nyeri akibat inflamasi yang diakibatkan gesekan ujung-ujung tulang penyusun
sendi. Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis (RA)
merupakan suatu penyakit autoimun dengan karakteristik sinovitis erosif simetris
sebagian besar pasien menunjukkan gejala penyakit kronik hilang timbul dan
apabila tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan persendian dan deformitas
sendi progresif yang berakhir pada disabilitas.
dilihat dari aspek anterior C.Basis rahang dilihat dari bawah. Fossa glenoidalis
(yang ditunjukkan oleh anak panah) dan angulasinya terhadap bidang koronal.
5
Gb.5. Diagram potongan sagital kanan TMJ
Klinisi juga perlu mengetahui jenis dan luasnya pergerakan sendi dan
bagaimana gambaran dari sendi yang berubah karena berbagai gerakan tersebut.
Untuk mendapatkan gambaran radiografi dapat dilakukan dalam beberapa teknik
pemotretan yaitu : transkranial, transfaringeal, panoramik, tomografi, computed
tomography (CT)
6
Kronik postural head tilting
2. Palpasi
Masticatory muscle examination: Pemeriksaan dengan cara
palpasi sisi kanan dan kiri pada dilakukan pada sendi dan otot pada
wajah dan daerah kepala.
Muscular Resistance Testing: Tes ini penting dalam membantu
mencari lokasi nyeri dan tes terbagi atas 5, yaitu :
Resistive opening (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri
pada ruang inferior m.pterigoideus lateral)
7
Resistive closing (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri
pada m. temporalis, m. masseter, dan m. pterigoideus
medial)
Resistive lateral movement (sensitive untuk mendeteksi rasa
nyeri pada m. pterigoideus lateral dan medial yang
kontralateral)
Resistive protrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri
pada m. pterigoideus lateral)
Resistive retrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri
pada bagian posterior m. temporalis)
Pemeriksaan tulang belakang dan cervical : Dornan dkk
memperkirakan bahwa pasien dengan masalah TMJ juga
memperlihatkan gejala pada cervikal. Pada kecelakaan kendaraan
bermotor kenyataannya menunjukkan kelainan pada cervikal
maupun TMJ.
3. Auskultasi
4. Range of motion
8
c. Pemeriksaan lain (penunjang)
9
penggunaan rahangnya secara tepat dan benar. Pasien harus turut ikut berperan
dalam melawan stress dan penyakit yang dideritanya.
2. Self-care dan perubahan kebiasaan pasien
Pasien harus mulai menghentikan kebiasaan penggunaan rahangnya yang
tidak berguna dalam kehidupan sehari-hari (seperti menggertakkan gigi, posisi
rahang, ketegangan otot rahang, berpangku tangan pada rahang, dan lain-lain).
Kebiasaan-kebiasaan tersebut akan memberikan beban pada rahang sehingga
memperberat penyakit. Perubahan pada kebiasaan tersebut akan mengurangi
nyeri yang diderita pasien dan progresifitas penyakit. Pasien disarankan untuk
mengalihkan perhatiannya ke kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik (tidak
memberi beban pada rahang). Pasien juga dianjurkan untuk mengistirahatkan
rahangnya bila sakit, mengompres dingin rahang pasien selama 10 menit
setiap 2 jam pada serangan akut.
3. Fisioterapi
Berdasarkan penilitian, fisioterapi terbukti lebih baik daripada placebo
walaupun tidak ditemukan perbedaan dari berbagai fisioterapi yang dilakukan.
Baik terapi pasif maupun aktif umumnya terdapat pada fisioterapi. Terapi
postur direkomendasikan untuk menghindari posisi yang dapat mempengaruhi
posisi mandibula dan otot mastikasi (seperti kepala maju ke depan).Modalitas
pasif seperti ultrasound, laser dan transcutaneus electrical nerve stimulation
(TENS) biasa digunakan untuk memulai fisioterapi dengan tujuan mengurangi
nyeri dan membantu penyembuhan pasien.TENS menggunakan tegangan
listrik rendah bifasik dalam berbagai frekuensi yang mempunyai efek
counterstimulation dari saraf sensorik untuk mengontrol nyeri.Terapi
ultrasound dapat menghasilkan panas yang ditransmisikan ke dalam jaringan
sehingga lebih efektif daripada penghangatan dari luar. Latihan gerak
dilakukan adalah latihan gerak peningkatan jangkauan gerak rahang,
penarikan pasif untuk meningkatkan gerakan mandibula dan pelatihan isotonik
dan isotmetrik. Latihan membuka dan menutup mulut dalam satu garis lurus di
depan kaca atau lidah menempel pada palatum merupakan latihan membuka
mulut yang umum dilakukan pada fisioterapi. Pilihan dari terapi ini bersifat
individual dan ilmu fisioterapi ini masih belum begitu berkembang.
4. Penggunaan alat-alat intraoral
10
Penggunaan alat intraoral seperti splints, orthotics, orthopedic appliances, bite
guards, nightguards atau bruxing guards biasa digunakan dalam terapi
kelainan temporomandibular. Alat-alat ini biasa digunakan dokter gigi untuk
melakukan terapi pada pasien mereka. Alat-alat ini memiliki banyak desain
dan terbuat dari berbagai material, namun yang paling sering digunakan
adalah splint yang berbentuk flat-plane yang terbuat dari acrylic keras. Splint
ini digunakan untuk meningkatkan stabilitas sendi, melindungi gigi,
meratakan tekanan, merelaksasi otot elevator dan mengurangi bruxism.Splint
ini juga didesain untuk menghindari perubahan posisi rahang. Penggunaan
alat-alat medis ini harus dievaluasi seiring dengan kemungkinan terjadinya
perubahan postur mandibula. Pada awal terapi, alat ini harus digunakan saat
tidur dan saat bekerja, hal ini harus dimonitor untuk menentukan saat-saat
paling efektif dari penggunaan alat ini. Untuk menghindari perubahan oklusi,
alat ini tidak boleh digunakan terus menerus.
5. Farmakoterapi
Analgesik ringan, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs),
antiansietas, antidepresan trisiklik dan pelemas otot adalah obat-obat yang
biasa digunakan untuk mengobati kelainan temporomandibular.Di dalam
penelitian, penggunaan benzodiazepine kerja panjang seperti klonazepam akan
mengurangi nyeri pada kelainan temporomandibular. Opiod dicadangkan
untuk nyeri kronik yang kompleks. Terapi medikasi pada kelainan kelainan
temporomandibular mengikuti prinsip umum terapi analgesik untuk nyeri dan
diberikan dengan metode fixed-dose.
AINS (antiinflamasi nonsteroid) lazim digunakan untuk mengendalikan nyeri
pada terapi kelainan temporomandibular. Golongan AINS yang dapat
digunakan antara lain penghambat enzim siklooksigenase-2 seperti celecoxib
dan rofecoxib (efek analgesic sama dengan golongan penghambat COX
nonspesifik, tetapi efek samping gastrointestinal berkurang); ibuprofen (400
mg 4 kali sehari); naproxen; diklofenak dan nabumetone. Penghambat COX-2
harus diberikan selama 2 minggu dengan metode fixed-dose untuk menilai
efektivitas terapi. Selain itu, dapat juga digunakan secara topical, seperti
diklofenak yang telah dikemas dalam bentuk jel atau krim capsaicin (0.025%-
11
0.075%) yang digunakan empat kali sehari. Namun, capsaicin memiliki efek
samping rasa terbakar sehingga membatasi kegunaannya.
Anti ansietas berguna terutama saat eksaserbasi akut nyeri otot, obat ini
digunakan pada malam hari untuk menghindari efek sedasinya dan potensi
ketergantungan menghambat penggunaan obat ini dalam jangka panjang.
Penggunaan obat pelemas otot seperti carisoprodol, methocarbamol, derivat
trisiklik cyclobenzaprine terbukti efektif mengurangi nyeri dengan cara
menginhibisi interneuron dan kerja sistem saraf pusat. Karena efek sedasinya,
pelemas otot juga digunakan pada malam hari.
Antidepresan trisiklik, terutama amitriptilin, telah terbukti efektif dalam
mengatasi nyeri orofasial kronik. Pada dosis rendah, amitriptilin memiliki efek
analgesik, efek sedasi dan merangsang tidur nyenyak; semua efek ini dapat
berguna bagi pasien. Namun, efek antikolinergik yang dimiliki obat ini (mulut
kering, peningkatan berat badan, sedasi dan euphoria) menyebabkan obat ini
tidak disukai. Dosis dapat dimulai dari 10 mg pada malam hari dan dapat
ditingkatkan sampai 75-100 mg, tergantung dari toleransi pasien.
12
Terapi perilaku-kognitif, yang seringkali meliputi teknik relaksasi, mengubah
pola pikir yang negatif. Hipnosis dan terapi perilaku-kognitif diperkirakan
bekerja dengan menghambat nyeri untuk memasuki alam sadar dengan
mengaktifkan sistem atensi limbic frontal yang menghambat transmisi impul
listrik dari thalamus ke korteks serebri. Biofeedback adalah metode terapi
yang menyediakan umpan balik secara bersinambung, umumnya dengan
memantau aktivitas listrik otot dengan elektroda permukaan atau memantau
suhu perifer. Alat pemantau ini memberikan informasi fisiologis kepada
pasien, sehingga pasien dapat mengubah fungsi fisiologis untuk menghasilkan
respons yang serupa dengan terapi relaksasi. Dengan kata lain, pasien
melakukan terapi relaksasi yang ditujukan untuk menurunkan aktivitas listrik
otot atau meningkatkan suhu perifer.
Hambatan yang seringkali ditemui dalam pelaksanaan modalitas ini adalah
protokol standar pelayanan medis yang seringkali mengabaikan isu psikososial
dan hal-hal yang dialami pasien selama sakit. Selain itu, terapi ini seringkali
time-intensive dan tidak dicakup dalam asuransi kesehatan.
7. Trigger point therapy
Trigger point therapy menggunakan dua modalitas, yaitu mendinginkan kulit
di atas otot yang terlibat dan kemudian merentangkannya; dan suntikan
anestesi lokal langsung ke dalam otot.
Terapi semprot dan regang (spray and stretch) dilakukan dengan
mendinginkan kulit dengan fluoromethane (spray pendingin) dan dengan
lembut meregangkan otot yang sakit. Tindakan pendinginan ini dilakukan
dengan tujuan memungkinkan peregangan dil;akukan tanpa rasa sakit, yang
akan memicu reaksi kontraksi atau strain. Pasien yang merespons modalitas
ini dapat menggunakan variasi lain seperti menghangatkan otot tersebut,
kemudian dengan cepat medinginkannya dan setelah itu dengan lembut
meregangkan otot yang sakit.
Injeksi titik picu (trigger point) intramuskular dilakukan dengan
menyuntikkan zat anestesi lokal, cairan fisiologis, atau air steril atau dry
needling tanpa memasukkan cairan atau obat. Metode yang dianjurkan untuk
injeksi titik picu intramuskular adalah prokain yang diencerkan sampai 0.5%
dengan cairan fisiologis karena toksisitas terhadap otot rendah. Selain itu,
13
dapat pula digunakan lidokain 2% (tanpa vasokonstriktor). Sampai saat ini
belum ada protokol yang mengatur pemberian injeksi titik picu ini, tetapi
umumnya suntikan diberikan pada sekelompok otot setiap minggu selama 3-5
minggu. Jika respons terhadap terapi tidak adekuat, terapi ini harus segera
dihentikan.
2.7. PENATALAKSANAAN
Dalam penatalaksaan TMD di lakukan secara bedah dan non bedah, sesuai
dengan indikasi.
Jaw Rest (Istirahat Rahang): Sangat menguntungkan jika membiarkan
gigi-gigi terpisah sebanyak mungkin. Adalah juga sangat penting
mengenali jika kertak gigi (grinding) terjadi dan menggunakan metode-
metode untuk mengakhiri aktivitas-aktivitas ini. Pasien dianjurkan untuk
menghindari mengunyah permen karet atau makan makanan yang keras,
kenyal (chewy) dan garing (crunchy), seperti sayuran mentah, permen-
permen atau kacang-kacangan. Makanan-makanan yang memerlukan
pembukaan mulut yang lebar, seperti hamburger, tidak dianjurkan.
Terapi Panas dan Dingin: Terapi ini membantu mengurangi tegangan dan
spasme otot-otot. Bagaimanapun, segera setelah suatu luka pada sendi
rahang, perawatan dengan penggunaan dingin adalah yang terbaik.
Bungkusan dingin (cold packs) dapat membantu meringankan sakit.
14
waktu dari aktivitas otot yang meningkat dan spasme dan menyediakan
metode-metode untuk membantu mengontrol mereka.
Terapi Occlusal: Pada umumnya suatu alat acrylic yang dibuat sesuai
pesanan dipasang pada gigi-gigi, ditetapkan untuk malam hari namun
mungkin diperlukan sepanjang hari. Ia bertindak untuk mengimbangi
gigitan dan mengurangi atau mengeliminasi kertakan gigi (grinding) atau
bruxism.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Temporomandibular joint (TMJ) adalah persendiaan dari kondilus mandibula
dengan fossa gleinodalis dari tulang temporal. Temporomandibular merupakan
satu-satunya sendi yang ada di kepala yang bertanggung jawab terhadap
pergerakan membuka dan menutup rahang, mengunyah serta berbicara yang
letaknya dibawah depan telinga Apabila terjadi sesuatu kelainan pada salah satu
sendi ini, maka seseorang akan mengalami masalah yang serius yaitu terasa nyeri
saat membuka mulut, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan
dapat menyebabkan mulut terkunci. Kelainan temporomandiblar joint disebut juga
dengan disfungsi/penyakit temporomandibular joint. Penanganan terhadap
disfungsi atau penyakit temporomandibular joint sangat tergantung dari gambaran
klinis dan diagnosis.
3.2 Saran
Demikianlah makalah kami ini kami buat untuk melengkapi tugas akhir
semester. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, Kami mohon saran dan kritik dari pembaca.
16
Daftar Pustaka
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-13678-Chapter1-77703.pdf
http://www.google.co.id/Diagnosa_Kelainan_Sendi_TMJ
http://www.stronghealth.com/services/surgical/ENT/tmj.cfm.
http://www.ctds.info/tmj.html
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/temporomandibularjointdysfunction.html
http://www.healthscout.com/ency/1/130/main.html#TreatmentofTemperomandibul
arJoint(TMJ)Disorder
17