Halaqah yang pertama dari Silsilah Ilmiyyah yang kelima Beriman Kepada Hari Akhir adalah
tentang “Makna Dan Dalil Beriman Kepada Hari Akhir”.
Tidak ada lagi hari yang kita kenal yang dimulai dari dengan terbitnya matahari dan diakhiri
dengan tenggelamnya.
◆ Makna beriman kepada hari akhir adalah beriman dengan segala hal yang berkaitan dengan
hari akhir tersebut,
Beriman kepada hari akhir termasuk Rukun Iman yang tidak sah iman seseorang bila tidak
beriman dengannya.
Allāh berfirman :
وَﻣَنْ ﻳَكْﻔُرْ بِاهلل وَﻣَلَاﺋِكَﺘِهِ وَكُﺘُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْﺂﺧِرِ ﻓَﻘَدْ ﺿَﻞهَ ﺿَلَالًا بَعِيدًا
◆ Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda ketika ditanya tentang apa itu iman.
ِأَﻥْ تُﺆْﻣِنَ بِاهلل وَﻣَالَﺋِكَﺘِهِ وَكُﺘُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ اﻵﺧِرِ وَتُﺆْﻣِنَ بِالْﻘَدَرِ ﺧَيْرِﻩِ وَﺷَرهِﻩ
◆ Tidak ada yang mengetahui kepada terjadinya hari kiamat kecuali Allāh Subhānahu wa
Ta’āla.
ۚ َﻳَسْﺄَلُوﻧَﻚَ عَنِ السهَاعَةِ أَﻳهَاﻥَ ﻣُرْسَاﻫَا ۖ ﻗُﻞْ ﺇِﻧهَمَا عِلْمُﻬَا عِﻨْدَ رَبهِﻲ ۖ لَا ﻳُﺠَلهِيﻬَا لِوَﻗْﺘِﻬَا ﺇِلهَا ﻫُو
“Mereka bertanya kepadamu tentang hari kiamat kapan terjadinya. Katakanlah sesungguhnya
ilmunya di sisi Rabbku, tidak mengetahui waktunya kecuali Dia”. (QS Al-A’rāf: 187)
◆ Malaikat Jibrīl ‘alayhissalām pernah menjelma menjadi seorang laki-laki dan datang kepada
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan bertanya tentang kapan hari kiamat terjadi.
(HR Muslim)
Apabila malaikat Jibrīl yang paling dekat dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan Rasūlullāh
shallallāhu ‘alayhi wa sallam, nabi yang paling dekat dengan Allāh tidak mengetahui kapan
terjadinya hari kiamat, maka bagaimana selain keduanya bisa mengetahuinya?
Yang lebih penting dari itu bagi seseorang hamba yang berakal adalah mempersiapkan bekal
yang cukup untuk menghadapi hari tersebut.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang pertama ini, dan sampai bertemu kembali
pada halaqah selanjutnya.
للا وبركاته
ّ السالم عليكم ورحمة
الحمد هلل والصالة و السالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين
Halaqah yang ke-2 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir, adalah tentang “Bekal Perjalanan Menuju
Negeri Akhirat”.
Seorang hamba membutuhkan bekal yang cukup agar sampai ke dalam surga Allāh Subhānahu wa Ta’āla
dengan selamat.
“Dan hendaklah kalian berbekal maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah ketakwaan.”
✓Melaksanakan perintah Allāh berdasarkan dalil yang shahih dengan niat mengharap pahala dari Allāh
Subhānahu wa Ta’āla.
✓Menjauhi kemaksiatan kepada Allāh berdasarkan dalil yang shahih karena takut dengan adzab Allāh
Subhānahu wa Ta’āla.
◆ Orang yg berbahagia kelak adalah Orang yang bersabar di dunia ini dan Istiqomah untuk
mengumpulkan bekal yang cukup bagi perjalanan yang sangat panjang tersebut.
⇒ Merekalah orang-orang yang tidak akan takut dengan apa yang akan mereka hadapi.
⇒ Mereka tidak akan bersedih dengan apa yang sudah mereka tinggalkan.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami adalah Allāh’, kemudian mereka
beristiqamah maka tidak ada ketakutan atas mereka dan mereka tidak akan bersedih.”(QS Al-Ahqāf: 13)
Allāh berfirman:
“Sesungguhnya mereka mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan hari yang berat yang ada di
belakang mereka.”
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang bertaqwa.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke-2 ini, dan sampai bertemu kembali pada halaqah-
halaqah selanjutnya.
للا وبركاته
ّ السالم عليكم ورحمة
الحمد هلل والصالة و السالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين
Halaqah yang ke-3 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir, berjudul “Menjalankan Perintah Allāh Bekal
Menuju Akhirat”.
Perintah Allāh Subhānahu wa Ta’āla apabila dijalankan dengan ikhlas dan sesuai dengan sunnah
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam maka akan menjadi hasanah (pahala) dan bekal menuju akhirat
bagi seorang hamba.
Perintah yang paling dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah apa yang Allāh wajibkan.
ِوَمَا تَقَﺮَّﺏَ إِلَىَّ عَﺒْﺪِى بِﺸَىْﺀٍ أَحَﺐَّ إِلَىَّ مِﻤَّا افْﺘَﺮَﺿْﺖ عَلَﻴْه
“Dan tidaklah hambaKu bertaqarrub kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari pada apa yang
sudah Aku wajibkan atasnya.” (HR Bukhāri)
Oleh karena itu seorang Muslim hendaknya memperhatikan kewajiban-kewajiban yang telah Allāh
wajibkan atasnya dan melaksanakan kewajiban tersebut dengan sebaik-baiknya.
• Tauhid
• Shalat 5 waktu
• Puasa Ramadhān
• Dan lain-lain.
• Dan lain-lain.
Kemudian, apabila seorang hamba memiliki waktu dan kemampuan maka hendaknya dia menambah
bekal dengan berbagai amal shalih yang mustahab (disunnahkan), seperti:
• Shalat-shalat sunnah
• Puasa-puasa sunnah
• Shadaqah sunnah
• Membaca Al Qurān
• Dan lain-lain.
⇒Memilih di antara amalan tersebut yang bisa dia kerjakan dengan baik dan bisa dilakukan secara terus
menerus.
• Dzikrullāh
• Dan lain-lain.
◆ Orang yang sibuk dengan sesuatu yang menjadi kewajibannya sehingga tidak bisa mengerjakan
sesuatu yang mustahab (sunnah) maka dia mendapatkan udzur.
◆ Adapun orang yang sibuk dengan sesuatu yang mustahab kemudian dia lalai dengan kewajiban dia
maka orang tersebut adalah orang yang tertipu.
Mintalah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla pertolongan di dalam beramal dan mintalah kepadaNya
supaya amalan tersebut diterima. Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memasukkan kita ke dalam
surgaNya dengan sebab amal kita yang sedikit dan penuh dengan kekurangan ini. Dan rahmat serta
kasih sayang Allāh Subhānahu wa Ta’āla lebih kita harapkan dari pada amalan kita. Itulah yang bisa kita
sampaikan pada halaqah yang ke-3 ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah-halaqah selanjutnya.
للا وبركاته
ّ السالم عليكم ورحمة
الحمد هلل والصالة و السالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين
Halaqah yang ke-4 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir, adalah “Meninggalkan Kemaksiatan
Merupakan Bekal Menuju Akhirat”.
Meninggalkan kemaksiatan apabila dilakukan karena takut kepada Allāh berdasarkan dalil yang shahih
maka ini akan menjadi pahala bagi seorang hamba.
Sebaliknya, kemaksiatan apabila dilakukan seorang hamba maka itu akan menjadi sayyi’ah (dosa) yang
membahayakan keselamatan dia di akhirat kelak.
◆ Dosa itu bertingkat-tingkat, dan dosa yang paling berbahaya adalah dosa yang mengekalkan
pelakunya di dalam neraka, apabila dia mati dan tidak bertaubat dari dosa tersebut.
Yaitu menentang apa yang dibawa oleh seorang utusan Allāh Subhānahu wa Ta’āla seperti:
⑴ Menentang tauhid.
⑶ Mengingkari syari’at yang Beliau bawa padahal dia mengetahui bahwa itu adalah syari’atNya.
⑷ Mengejek dan mengolok-olok Allāh, RasulNya dan juga ayat-ayatNya.
⑸ Dan lain-lain.
Allāh berfirman :
َوَالَّﺬِيﻦَ كَﻔَﺮوا وَكَﺬَّبﻮا بِﺂيَاتِﻨَا أولَٰﺌِﻚَ أَصْﺤَاﺏ الﻨَّارِ ۖ هﻢْ فِﻴهَا خَالِﺪون
“Dan orang-orang yang kufur dan mendustakan ayat-ayat Kami, merekalah penghuni neraka, mereka
kekal di dalamnya”. (QS Al Baqarah: 39)
Syirik ini lebih khusus dari kekufuran; setiap syirik adalah kekufuran dan tidak setiap kekufuran adalah
syirik.
Allāh berfirman :
إِنَّه مَﻦْ يﺸْﺮِﻙْ بِاللَّهِ فَقَﺪْ حَﺮَّمَ اللَّه عَلَﻴْهِ الْﺠَﻨَّةَ وَمَﺄْوَاﻩ الﻨَّار ۖ وَمَا لِلﻈَّالِﻤِﻴﻦَ مِﻦْ أَنْﺼَار
“Sesungguhnya barangsiapa yang menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, maka sungguh Allāh
Subhānahu wa Ta’āla akan mengharamkan atasnya surga dan tempat kembalinya adalah neraka dan
tidak ada penolong bagi orang-orang yang berbuat zhalim.” (QS Al Maidah: 72)
Yaitu menyembunyikan kekufuran di dalam hati dan menampakkan keimanan dengan lisan dan
perbuatan.
Orang munafik termasuk orang kafir, bahkan lebih besar dosanya dari pada orang kafir yang
menampakkan kekafirannya dan di akhirat adzab mereka lebih dahsyat.
إِنَّ الْﻤﻨَافِقِﻴﻦَ فِﻲ الﺪَّرْﻙِ الْﺄَسْﻔَﻞِ مِﻦَ الﻨَّارِ وَلَﻦْ تَﺠِﺪَ لَهﻢْ نَﺼِﻴﺮًا
“Sesungguhnya orang-orang munafik berada di lapisan paling bawah dari neraka dan engkau tidak akan
mendapatkan penolong bagi mereka.” (QS An Nisā: 145)
Alhamdulillāh… yang telah memberikan kita petunjuk kepada Islam. Kalau bukan karena Allāh
Subhānahu wa Ta’āla niscaya kita tidak mendapatkan petunjuk. Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla
memberikan kita ketetapan hati di atas agama Islam ini sampai kita bertemu denganNya.
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة