Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini harga obat/alat kesehatan cukup tinggi/mahal dan diluar
jangkauan masyakat, utamanya bagi klien dirumah sakit yang mayoritas
menggunakan berbagai merek obat paten bagi etiap pasien. Penggunaan
berbagai jenis dan merek obat dengan harga yang cukup tinggi tersebut tentu
saja tidak hanya berpengaruh secara ekonomi semata; namun lebih dari itu;
resiko penyimpangan penggunaan obat diluar hal semestinya juga mampu
menimbulkan kerugian bagi klien itu sendiri. Resiko resistensi tubuh terhadap
obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat terjadi manakala konsumsi
obat oleh penderita tidaklah terkontrol dengan baik.
Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat; sebagai salah
satu peran perawat; perlu dilakukan suatu pola/alur yang sistematis sehingga
penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko-
resiko kerugian baik secara materiil maupun non materiil dapat dieliminir.
Upaya sistematik meliputi uraian terinci tentang pengelolaan obat secara ketat
oleh perawat diperlukan sebagai bentuk tanggung jawab perawat dalam
menyelenggarakan kegiatan keperawatan.
Namun dalam kenyataannya dirumah sakit; tidak jarang ditemukan
adanya jumlah tenaga yang tidak sesuai dengan kebutuhan; sehingga
beberapa tugas dan peran perawat harus “diserahkan” pada keluarga atau
klien itu sendiri. termasuk didalamnya adalah penggunaan obat. Untuk itu
perlu diupayakan langkah peningkatan mutu pelayanan dengan sentraliasi
obat dan pengontrolan keluarga dalam menciptakan suatu bentuk
“pendelegasian” peran dari perawat kepada keluarga; khususnya dalam
pengelolaan obat sehingga resiko-resiko penyimpangan dapat diminimalkan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan yang terdapat dalam makalah ini adalah:
1. Apakah Definisi Pengelolaan Obat?
2. Bagaimana Metode Pengelolaan Obat?
3. Apasaja Hal-Hal yang Perlu diperhatikan dalam Pengelolaan Obat?

Manajemen Keperawatan 1
4. Bagaiman Diagram Alur Sentralisasi Obat?
5. Bagaimana Mendidik Pasien Tentang Obat?
6. Bagaimana Peran Perawat dalam Pengelolaan Obat?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pebuatan makalah ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Definisi Pengelolaan Obat
2. Untuk Mengetahui Metode Pengelolaan obat
3. Untuk Mengetahui Hal-Hal yang Perlu diperhatikan dalam Pengelolaan
Obat?
4. Untuk Mengetaui Diagram Alur Sentralisasi Obat
5. Untuk Mengetaui Mendidik Pasien Tentang Obat
6. Untuk Mengetaui Peran Perawat dalam Pengelolaan Obat

Manajemen Keperawatan 2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Pengelolaan atau Kontroling Obat


Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
menyangkut aspek perencanaan/ seleksi, pengadaan, pendistribusian dan
penggunaan obat dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti
tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (metoda dan tatalaksana) dalam
upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
Sistem Pengelolaan Obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
meliputi aspek seleksi dan perumusan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian dan penggunaan obat.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing
tahap pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian yang terkait, dengan
demikian dimensi pengelolaan obat akan dimulai dari perencanaan pengadaan
yang merupakan dasar pada dimensi pengadaan obat di Rumah Sakit.
Tujuan dari pengadaan yaitu untuk memperoleh barang atau jasa yang
dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat
dipertanggung jawabkan, dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan
efisien, menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku. Sistem pengelolaan
obat mempunyai empat fungsi dasar untuk mencapai tujuan yaitu:
1. Perumusan kebutuhan atau perencanaan (selection)
2. Pengadaan (Procure ment)
3. Distribusi (Distribution)
4. Penggunaan (Use)
Keempat fungsi tersebut didukung oleh sistem penunjang pengelolaan
yang terdiri dari:
1. Organisasi (Organitation)
2. Pembiayaan dan kesinambungan (Financing and Sustainnability)
3. Pengelolaan informasi (Information Management)
4. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia (Human Resorces
Management)
Keempat tahap pengelolaan obat tersebut dapat didefinisikan sebagai :
1. Seleksi dan perumusan kebutuhan, yaitu kegiatan menyusun kebutuhan
perbekalan farmasi yang tepat dan sesuai kebutuhan, mencegah terjadinya
kekosongan atau kekurangan perbekalan farmasi serta meningkatkan
penggunaan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.

Manajemen Keperawatan 3
2. Pengadaan yaitu proses penyediaan obat yang dibutuhkan di unit
pelayanan kesehatan.
3. Distribusi yaitu suatu proses penyebaran obat secara merata yang teratur
kepada yang membutuhkan pada saat diperlukan.
4. Penggunaan yaitu proses peresepan dan penyerahan obat dan informasi
berdasarkan resep kepada dokter.
Pelaksanaan pengelolaan obat akan berjalan degan baik jika proses
pengelolaannya terutama perencanaan kebutuhan obat & evaluasi tidak
mengalami berbagai kendala dalam pelaksanaannya, yang terpenting pada
pengelolaan obat ini adalah membatasi jumlah & bermacam obat berdasarkan
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), pengunaan obat generik dengan
perencanaan yang baik & tepat. Adanya ketersediaan obat dengan jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan serta penyebarannya yang merata disemua
lapisan masyarakat dengan jenis obat yang sesuai bagi masyarakat yang
membutuhkannya merupakan salah satu tujuan utama pengeolaan obat demi
terciptanya pelayanan kesehatan yang diharapkan (Adiatma, 2003)
Obat merupakan suatu bahan yang menyebabkan perubahan fungsi-
fungsi biologis dalam tubuh melalui serangkaian proses kimia. Sedangkan
untuk definisi yang lebih lengkap, obat adalah bahan atau campuran yang
digunakan:
1. Pengobatan, peredaan, pencegahan diagnose suatu penyakit, kelainan fisik
atau gejala-gejalanya pada manusia atau hewan
2. Dalam pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi organik pada
manusia atau hewan.
Obat dapat merupakan bahan yang disintesis di dalam tubuh atau
merupakan bahan-bahan kimia yang tidak disintesis di dalam tubuh.
Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap seperti
diatas yaitu obat untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada
beberapa penggolongan obat yang lain, dimana penggolongan obat
dimaksdukan untuk peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta
pengamanan distribusi. (Syamsuni, 2006). Berdasarkan undang-undang obat
digolongkan dalam:
1. Obat bebas
2. Obat keras

Manajemen Keperawatan 4
3. Obat psikotropika dan narkotika

B. Metode Pengelolaan Obat


1. Desentralisasi
a. Definisi
Desentralisasi atau Pengelolaan obat kontrol tidak penuh
diserahkan kepada pasien atau keluarga mendapatkan pengertian yang
memadai seputar penggunaan obat dari perawat.
1) Penerimaan dan pencatatan obat
a) Obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada
perawat
b) Obat yang diserahkan dicatatan dalam buku masuk obat
c) Perawat menyerahkan kartu pemberian obat kepada
keluarga / pasien
d) Keluarga/ pasien mendapatkan penyuluhan tentang : rute
pemberian obat , waktu pemberian obat ,tujuan pemberian
dan efek samping yang mungkin timbul
e) Perawat menyerahkan kembali obat pada keluarga / pasien ;
pasien / keluarga mendatangi lembar penyuluhan
2) Pemberian obat
a) Obat diberikan oleh keluarga atau diminum sendiri oleh
klien,perawat melakukan kontroling terhadap pemberian obat
memungkan.
b) Obat yang telah diminum dicek adanya efek samping , juga
dilakukan pengecekan obat tiap hari ( pagi ) untuk
menentukan apakah obat benar-benar diminum tepat dosis.
c) Obat yang hilang / berkurang /jumlah tlarifikasikidak sesuai
dengan perhitungan ; diklasifikasikana pada keluarga/ pasien
3) Penambahan obat
a) Penambahan obat baru harus dilaporkan pada perawat untuk
dicatat dalam buku masuk obat
b) Bila terdapat obat jenis baru , maka dilakukan penyuluhan
khusus tentang obat baru tersebut sebelum di serahkan pada
pasien
4) Obat khusus
a) Penjelasan / penyuluhan tentang obat khusus akan diberikan
oleh perawat primer
b) Pemberian obat khusus sebaiknya dilakukan oleh perawat
b. Mempersiapkan daftar obat standar

Manajemen Keperawatan 5
Sifat pekerjaan kesehatan dan pengetahuan mengenai penyakit
dan pengobatannya harus berubah seiring dengan penemuan obat-obat
baru. Sebagian akibatnya, ‘daftar standar’ seringkali ‘ketinggalan
jaman’ atau tidak adekuat lagi daftar obat standar mungkin perlu
diubah atas alasan-alasan berikut ini :
1) Terdapat penyakit baru yang belum pernah ditangani , atau pasien
yang sebelumnya merupakan pasien rawat di rumah sakit ,
sekarang berobat jalan.
2) Terdapat obat-obat baru
3) Anggaran untuk membeli obat tidak cukup lagi untuk membeli
semua obat yang tertera dalam daftar sehingga diperlukan obat
pengganti yang lebih murah
c. Menghitung keperluan obat
Memesan obat lebih dari pada yang diperlukan mengakibatkan
pemborosan,karena sebagian obat akan tersisa sampai lewat batas
waktu penggunaanya memesan obat kurang dari pada yang diperlukan
akan mengakibatkan kekurangan , dan pasien tetap sakit karena tidak
dapat diobati. Oleh karena itu sangat penting diperkirakan dengan tetap
berapajumlah setiap obat yang diperlukan.
d. Mempersiapkan obat untuk bagian rawat jalan
Pengobatan dosis penu menggunakan tablet obat tertentu dapat
dipersiapkan dengan cara mengemasannya dalam amplop kecil atau
kertas terlipat sebelum klinik atau bagian rawat jalan dimulai.
Sehingga pada saat pasien memerlukannya obat-obatan tersebut sudah
siap .tindakan ini memiliki beberapa keuntungan :
1) Pasien menerima pengobatan dosis penuh yang tepat.
2) Menghemat waktu , sehingga menunggu dan antri saat taplet
dihitung dapat dihindari.
3) Dapat memberi petunjuk tercetak dalam bungkus atau dituliskan
di amplop untuk memberitaukan kepada pasien bagai mana dan
kapan obat di minum. Harus di pikirkan tanda khusus untuk
memberikan keterngan yang sama bagi pasien buta hurup , misal
gambar matahari terbit menandakan pagi hari .
4) Cara ini terutama barguna untuk klinik tertentu yang memberikan
pengopbatan standat kepada semua pasien, misal tablet besi dan
asam folat untuk wamita hamil

Manajemen Keperawatan 6
5) Pengamatan dan pengawasan pengeluaran obat menjadi lebih
mudah
2. Sentralisasi
a. Definisi
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat
yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan
sepenuhnya oleh perawat (nursalam,2002).
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara
bijaksana dan menghindari pemborosan,sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan pasien dapat terpenuhi.
Penggunaan obat hanya merupakan salah satu segi pelayanan
kesehatan tetapi merupakan yang paling penting. Obat itu penting
manajemen penyediaan obat-obatan dalam unit kesehatan Merupakan
salah satu tanggung jawab pekerja kesehatan Obat itu mempunyai
kekuatan obat harus digunakan dengan ketrampilan ,pengetahuan dan
ketepatan, bila obat dapat berbahaya obat itu mahal pemborosan dan
penggunaan obat yang salah dapat mengakibatkan berkurangnya
persediaan, yang menyebabkan beberapa pasien tidak dapat diobati
sebagaimana mestinya.
b. Tehnik pengolahan obat(sentralisasi)
Teknik pengelolaan obat adalah pengelolaan obat dimana
seluruh obat yang di berikan kepada pasien baik obat oral maupun obat
injeksi diserahkan sepenuhnya kepada perawat (Nursalam,2007).
Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang
secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk
(Nursalam.2002). Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan
oleh perawat dimana pasien atau keluarga wajib mengetahui dan ikut
serta mengontrol penggunaan obat tersebut : Prinsip Enam Benar.
1) Benar Pasien: Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus
diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau
ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien
tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat
dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran,
harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan

Manajemen Keperawatan 7
langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari
gelang identitasnya.
2) Benar Obat: Obat memiliki nama dagang dan nama generik.
Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar
namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi
apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan
obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca
permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label
botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak
boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika
pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi.
Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu
diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3) Benar Dosis: Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa
dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter
yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien.
Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya
lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis
yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1
amp, dosisnya 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8
mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg.
jadi harus tetap hati-hati dan teliti.
4) Benar Cara/Rute: Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute
yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik
ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang
diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral,
topikal, rektal, inhalasi.
a) Oral Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling
banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman.
Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual
atau bukal) seperti tablet ISDN.

Manajemen Keperawatan 8
b) Parenteral: Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti
disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar
usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena
(perset / perinfus).
c) Topikal yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran
mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d) Rektal: Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema
atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan.
Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal
seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien
yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat
perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan
pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak
semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
e) Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan.
Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat
luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara
lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin),
combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat
misalnya terapi oksigen.
f) Benar Waktu: Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang
efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus
diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang
diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat
dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan
bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat
itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum
setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan
pada lambung misalnya asam mefenamat.
5) Benar Dokumentasi: Setelah obat itu diberikan, harus
didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu
diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu
tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

Manajemen Keperawatan 9
a) Pengeluaran dan pemgagian obat sepenuhnya dilakukan oleh
perawat.
penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan
yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staff
yang ditunjuk.
b) keluaga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat.
c) Penerimaan Obat
1. Obat yang telah diresepkan di tunjukkan kepada perawat dan obat yang
telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima
lembar terima obat.
2. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan
dalam kartu control, dan diketahui oleh keluarga atau pasien dalam buku
masuk obat. Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan
kapan atau bilamana obat tersebut akan habis. Serta penjelasan tentang 6
benar.
3. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus
diminum beserta kartu sediaan obat.
4. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disampaikan oleh perawat dalam
kotak obat (Nursalam, 2002).
d) Pembagian obat
1. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam
buku daftar pemberian obat.
2. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh
perawat dengan memerhatikan alur yang tercantum dalam
buku daftar penerimaan obat: dengan terlebih dahulu
dicocokan dengan terapi yang diinstruksikan dokter dan
kartu obat yang ada pada pasien.
3. Pada saaat pemberian obat, perawat menjelaskan macam
obat, kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping.
Usahakan tempat atau wadah obat kembali ke perawat
setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada
pasien.
4. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi
oleh kepala ruang atau petugas yang ditujukan dan
didokumentasikan dalam buku masuk obat. Obat-obatan

Manajemen Keperawatan 10
yang hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga
dan kemudian dimintakan resep kepada dokter
penganggung jawab pasien (Nursalam, 2002).
e) Penambahan obat baru
1. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis,
dosis atau perubahan alur pemberian obat, maka informasi
ini aakan dimasukkan dalam buku masuk obat dan
sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat.
2. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin, maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan
selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan kartu
khusus obat (Nursalam, 2002).
3. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin(sewatu
saja), maka dokumentasi hanya dilakukan pada buku
masuk obat dan selanjutnya diinformasikan kepada
keluarga dengan kartu khusus obat (Nursalam, 2007).
f) Obat khusus
1. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga
yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang
cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau
hanya diberiakn dalam waktu tertentu.
2. Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu
kusus obat, dilaksanakan oleh perawat primer
3. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga :
nama obat, waktu pemberian, efek smping, penanggung
jawab, pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan
atau ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian.
Usahakan terdapat saksi dari keluarga saatb pemberian
obat (nursalam, 2002).
g) Pengembalian Obat: Bila klien pulang atau pindah ruangan
dan obat masih sisa maka obat dikembalikan kepada klien /
keluarga dengan ditanda tangani oleh klien / keluarga serta
tanggal dan waktu penyerahan. (Nursalam, 2002)
c. Menyimpan persediaan obat (sentralisasi obat)
1) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat,
dan menulis etiket dan alamat pasien (pedoman, 1997).

Manajemen Keperawatan 11
Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur dengan baik
merupakan bagian penting dari manajemen obat. Obat yang
diterima dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam kartu
persediaan (Nursalam,2007)
2) System kartu persediaan: Sebuah kartu persediaan (kartu stok)
kadang-kadang digunakan untuk menggantikan buku persediaan.
Kartu ini berfungsi seperti buku besar persediaan, yakni neraca
diseimbangkan dengan menambahkan barang yang diterima dan
mengurangi dengan jumlah barang yang dikeluarkan. Dalam buku
besar persediaan, masing-masing barang ditempatkan pada
halaman yang terpisah, tetapi dalam system kartu persediaan,
masing-masing barang dituliskan dalam kartu terpisah.
3) Lemari obat: Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan
lemari obat serta lemari pendingin. Periksa persediaan obat,
pemisahan antara obat untuk penggunaan oral (untuk diminum)
dan obat luar.
d. Contoh pelaksanaan sentralisasi obat (nursalam, 2007)
1) Kegiatan yang dilakukan dalam sentralisasi obat sebagai berikut :
a) Membuat informed consent
b) Membuat formulir pemberian obat oral dan injeksi, buku
serah terima obat dan kartu obat, format daftar sentralisasi
obat (buku serah terima obat).
c) Melakukan sosialisasi dikelompok untuk menyamakan
persepsi antara petugas.
d) Mensosialisasikan jadwal pemberian obat dan teknik
penulisan. Contoh:
Dengan rincian sebagai berikut :
Obat oral 2 x 1 : Jam 08.00 dan 18.00
3x1 : Jam 08.00, jam 12.00 dan jam 18.00
Obat Injeksi 2 x 1 : Jam 08.00 dan jam 20.00
3 x 1 : Jam 08.00, jam 16.00 dan jam 24.00
2) Kendala dalam pelaksanaan
a) Fasilitas : tempat penyimpanan obat terlalu sempit (almari)
b) Butuh waktu dan tenaga ekstra.
3) Keuntungan
a) Pemberian sesuai dengan prinsip 6 BENAR yaitu benar

Manajemen Keperawatan 12
pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu dan
benar dokumentasi
b) Pasien patuh terhadap program terapi.
c) Pemberian obat dapat dipertanggung jawabkan.

C. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pengelolaan Obat


1. Memeriksa ulang tas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat, dan
menulis eriket dan alamat pasien (Pedoman, 1997). Penyimpanan stok
(persediaan) yang teratur dengan baik merupaka bagian penting dari
manajemen obat.
2. Sistem kartu persediaan kadang-kadang digunakan untuk menggantikan
buku besar persediaan.karnu ini berfungsi seperti buku besar pesediaan,
yakni neraca diseimbangkan dengan menambahkan barang yang diterima
dan megurangi dengan jumlah barang yang dikeluarkan. Dalam hal ini
buku persediaan, masing-masing barang ditempakan pada halaman yang
terpisah, tetapi dalam sistem kartu persediaan, masing-masing barang yang
dituliskan dalam kartu yang terpisah.
3. Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemri obat serta
lemari pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan anatara obat untuk
penggunaan oral dan obat luar (Pedoman,1990).
4. Obat-obatan dikeluarkan dari tempat penyimpanan yang terkunci atau ari
lemari penyimpanan oleh orang-orang yang bertugas menangani
persediaan obat kepada bagian yang menggunakan obat itu.
5. Kegiatan yang dilakukan dalam pengawasan pengeluaran obat akan
memungkinkan perawat mengetahui kapan melakukan pemesanan ulang,
mencocokkan pemakain obat dengan pengobatan psien, segera tidak dasar
akan ketidakcocokan dalam pemberian obat, memeriksa peubahan
pemakain obat (Mc Mahon,1999).
Obat tanpa resep dokter merupakan obat yang aman digunakan/dibeli
tanpa menggunakan resep dokter, fungsi utamanya hanya untuk meringankan
gejala dan mengobati penyakit ringan, contoh obat ini adalah obat yang
mengandung parasetamol digunakan untuk meredakan rasa sakit dan
menurunkan panas. Obat bebas dapat digunakan hanya untuk beberapa hari
saja. Apabila gejala menetap, maka dapat dikonsultasikan ke dokter.

Tanda khusus obat bebas, ada beberapa tanda yaitu sebagai berikut

Manajemen Keperawatan 13
1. Lingkaran hijau adalah tanda khusus obat bebas

2. Lingkaran biru obat bebas terbatas yang keras. Biasanya ada tanda
peringatan untuk aturan pakai obat dan sebaiknya digunakan berdasarkan
resep dokter. Contohnya obat batuk yang mengandung Codeine atau
Caffein

Lampiran 1 : Format Serah Terima Obat


Nama Pasien : Ruangan
:
Umur : No,Reg
:

Tgl No Nama Dosis Ket, Diterima Tangan Keteranaga


Obat atau tangan / Nama n
Doserahkan Terang yag
diserahkan

Manajemen Keperawatan 14
Lampiran 2: Petunjuk Pengisian
1. Petunjuk Teknis Pengisian Format Surat Persetujuan Sentralisasi Obat
a. Nama, umur, jenis kelamin, alamat dapat diisi dengan nama pasien
sendiri, anak, istri, suami, orang tua dan lain-lain.
b. Nama psien, umur, jenis kelamin, alamat, no.reg diisi sesuai dengan
data pasien yang bersangkutan.
c. Ruangan diisi sesuai tempat pasien dirawat.
d. Pengisian tanggal sesuai tanggal pelaksanaan informed consent.
2. Petunjuk Teknis Pengisian Format Pemberian Obat Oral dan Obat Suntik
a. Pengisian nama pasien, no.register, umur dan ruangan.
b. Kolom obat diisi sesuai dengan obat yang diberikan sesuai dosis dan
nama dokter yag merawat.
c. Kolom tanggal diisi tanggal penerimaanobat, secara vertikal begitu juga
kolom terima yaitu jumlah obat yang diterima dan frekuensi obat yang
deberikan..
d. Kolom pemakain obat sesuai dengan setiap shift pagi, siang dan malam
yaitu jumlah obat beserta paraf perawat pada akhir dnas.
3. Petunjuk Teknis Pengisian Format Serah Terima Obar
a. Pengisian nama pasien, no.regester, umur, ruangan.
b. Kolom tanggal penerimaan obat diisi sesuai dengan tanggal serah
terima obat
c. Kolom nama obat, dosis dan jumlah ( sediaan ) diisi sesuai dengan
nama obat, dan jumlah yang diterima.
d. Kolom TT /nama terang yang diserahkan diisi oleh perawat atau
keluaraga yang menerima.
e. Kolom keterangan diisi bila ada hal-hal yang berkaitan dengan serah
terima obat

Hal-Hal lain yang harus diperhatikan


1. Penyimpanan
Gudang merupakan tempat penyimpanan sementara sediaan
farmasi dan alat kesehatan sebelum didistribusikan. Fungsi gudang adalah
mempertahankan kondisi sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
disimpan agar tetap stabil sampai ke tangan pasien (Siregar,2004). Tujuan
penyimpanan adalah :

Manajemen Keperawatan 15
a. Memelihara mutu sediaan farmasi
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c. Menjaga ketersediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan (Depkes RI,2008)
Penumpukan stok barang yang kadaluwarsa dan rusak dapat
dihindari dengan pengaturan sistem penyimpanan seperti fisrt expired fisrt
out (FEFO) dan fisrt in fisrt out (FIFO). Sistem FEFO adalah dimana obat
yang memiliki waktu kadaluwarsa lebih pendek keluar terlebih dahulu,
sedangkan dalam sistem FIFO obat yang pertama kali masuk adalah obat
yang pertama kali keluar (Quick,1997).
Obat-obatan sebaiknya disimpan sesuai dengan syarat kondisi
penyimpanan masing-masing obat. Kondisi penyimpanan yang dimaksud
antara lain adalah temperatur/suhu sekitar 20-250C, kelembaban dan atau
paparan cahaya. Tempat penyimpanan yang digunakan dapat berupa ruang
atau gedung yang terpisah, lemari, lemari terkunci, lemari es, freezer, atau
ruangan sejuk. Tempat penyimpanan tergantung pada sifat atau
karakteristik masing-masing obat (Siregar,2004). Pengaturan obat
digudang dapat dikelompokkan dengan 7 cara yaitu berdasarkan :
a. Kelompok farmakologi/terapeutik
b. Indikasi klinik
c. Kelompok alphabetis
d. Tingkat penggunaan
e. Bentuk sediaan
f. Random bin
g. Kode barang.
Selain disimpan dalam tempertur yang sesuai, barang-barang
sebaiknya disimpan dalam keadaan yang mudah terambil dan tetap
terlindung dari kerusakan (Siregar,2004).
Permenkes 28/MENKES/PER/I/1978 tentang penyimpanan
narkotika disebutkan bahwa RS harus memiliki tempat khusus untuk
menyimpan narkotika, dimana tempat tersebut harus seluruhnya terbuat
dari kayu atau bahan lain yang kuat, selain itu tempat penyimpanan
narkotika tersebut harus mempunyai kunci yang kuat dan tempat
penyimpanan terbagi menjadi 2 bagian masing-masing dengan kunci yang
berlainan.

Manajemen Keperawatan 16
2. Pengamatan mutu obat.
Istilah mutu obat dalam pelayanan farmasi berbeda dengan istilah
mutu obat secara ilmiah, yang umumnya dicantumkan dalam buku-buku
standard seperti farmakope. Secara teknis, kriteria mutu obat mencakup
identitas, kemurnian, potensi, keseragaman, dan ketersediaan hayatinya.
Beberapa hal berikut perlu mendapat perhatian sehubungan dengan
mutu obat, oleh karena di samping berkaitan dengan efek samping, potensi
obat, juga dapat mempengaruhi efek obat aktif, yaitu:
a. Kontaminasi. Beberapa jenis sediaan obat harus selalu berada dalam
kondisi steril, bebas pirogen dan kontaminan, misalnya obat injeksi.
Oleh sebab itu proses manufaktur, pengepakan, dan distribusi hingga
penyimpanannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Dalam
prakteknya kerusakan obat jenis ini umumnya berkaitan dengan
kesalahan dalam penyimpanan dan penyediaannya. Sebagai contoh, di
kamar suntik pusat pelayanan kesehatan acap kali ditemukan obat
injeksi yang diatasnya diletakkan jarum dalam posisi terbuka. Dengan
alasan apapun (misalnya segi kepraktisan saat pemindahan obat ke
dalam spuit), cara ini jelas keliru dan harus dihindari, oleh karena
memungkinkan terjadinya kontaminasi dengan udara luar dan
berbagai bakteri, sehingga prinsip obat dalam kondisi steril sudah
tidak tercapai lagi. Untuk sediaan lain seperti cream, salep atau sirup,
meskipun risikonya lebih kecil, tetapi sering juga terjadi kontaminasi,
misalnya karena udara yang terlalu panas, kerusakan pada
pengepakannya, dsb, yang tentu saja mempengaruhi mutu obatnya.
b. Medication error. Keadaan ini tidak saja dapat terjadi pada saat
manufaktur (misalnya kesalahan dalam mencampur 2 atau lebih obat
sehingga dosisnya menjadi terlalu besar atau terlalu kecil), tetapi dapat
juga terjadi saat praktisi medik ingin mencampur beberapa jenis obat
dalam satu sediaan sehingga menimbulkan risiko terjadinya interaksi
obat-obat. Akibatnya efek obat tidak seperti yang diharapkan bahkan
dapat membahayakan pasien.
c. Berubah menjadi toksik (toxic degradation). Beberapa obat, karena
proses penyimpanannya dapat berubah menjadi toksik (misalnya

Manajemen Keperawatan 17
karena terlalu panas atau lembab), misalnya tetrasiklin. Beberapa obat
yang lain dapat berubah menjadi toksik karena telah kadaluwarsa.
Oleh sebab itu obat yang telah expired (kadaluwarsa) atau berubah
warna, bentuk dan wujudnya, tidak boleh lagi dipergunakan.
d. Kehilangan potensi (loss of potency). Obat dapat kehilangan
potensinya sebagai obat aktif antara lain apabila ketersediaan
hayatinya buruk, telah melewati masa kadaluwarsa, proses
pencampuran yang tidak sempurna saat digunakan, atau proses
penyimpanan yang keliru (misalnya terkena sinar matahari secara
langsung). Setiap obat sebenarnya telah memiliki batas keamanan
(margin of safety) yang dapat dipertanggung jawabkan

D. Diagram Alur Sentralisasi Obat

Dokter

Pendekatan

Klien/keLuarg

Farmasi/apote
1. Surat persetujuan
Sentralisasi Obat
Klien/keluarga dari Perawat

2. Lembar serah
terima obat
Karu/pp/pa yang
3. Buku serah
terima / masuk
obat
Pengaturan/pengelolaan oleh perawat

Klien/keluarga

Manajemen Keperawatan 18
Manajemen Keperawatan 19
E. Mendidik Pasien Tentang Obat
Kadang-kadang pasien meminum obat degan carayang salah,baik
dengan mengurangi dosis agar pengobatannya lebih lama atau menembahnya
dengan harapan akan lebih cepat sembuh. Mereka minum obat pada waktu
yang tidak tepat atau lupa akan dosisnya. Pasien yang mendapat pengobatan
jangka panjang sering berhenti meminum obatnya terlalu dini. Hal ini tejadi
karena pasien tidak mengerti akan kerja obat dalam tubuh. Akibatnya, mereka
kadang-kadang tidak sembuh dan obat terbuang percuma.
Para pekerja kesehatan harus sangat peduli untuk menerangkan pada
pasien bagaimana cara meminum obat mereka, terangkan dengan cara
sederhana mengapa obat-obat tertentu harus diminum dengan cara tertentu.
Dengan demikian pasien akan belajar bahwa:
1. Masing-masing obat mempunyai cara kerja tersendiri. Obat yang dapat dipakai
pada satu keadaan tidak bermanfaat untuk keadaan lain.
2. Besarnya dosis sangat penting,bila terlalu sedikit cara kerjanya terlalu lemah
untuk memperbaiki keadaan, dan bila terlalu kuat dapat meracuni pasien. Dosis
untuk anak-anak lebih sedikit dari pada dosis untuk dewasa.
3. Pengobatan harus teratur untuk menjamain bahwa kadar obat yang diinginkan
dalam tubuh tercapai.
4. Semua tahapan pengobatan harus dijalani dengan lengkap, bila tidak pasien dapat
kembali jatuh sakit dengan keadaan yang lebih parah daripada sebelumnya.
5. Obat harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak, yang mungkin memakannya
karena mirip gula-gula dan dapat meracuni mereka.

F. Peran Perawat dalam Pengelolaan Obat


Peran dalam sentralisasi obat (Nursalam, 2007)
1. Peran Perawat Primer dan Perawat Associate
a.Menjelaskan tujuan dilaksanaannya sentralisasi obat
b. Menjelaskan manfaat dilaksanaanya sentralisasi obat
c.Memfasilitasi surat persetujuan pengelolaan dan pencatatan obat
d. Melakukan pencatatan dan control terhadap pemakaian obat selama
pasien dirawat
e.Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program terapi
2. Perawat primer lain dan supervisor

Manajemen Keperawatan 20
a. Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan
malpraktik
b. Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi
c. Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi

Manajemen Keperawatan 21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah sakit
yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan, karena ketidakefisienan dan ketidaklancaran pengelolaan obat
akan memberi dampak negatif terhadap rumah sakit, baik secara medik, sosial
maupun secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu – satu unit
di rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya pada
pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan obat / perbekalan kesehatan
yang beredar dan digunakan di rumah sakit

B. Saran
Makalah yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan. Dengan
dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta
wawasan pembaca. Selanjutnya penulis makalah mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.

Manajemen Keperawatan 22
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Yoga. 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta:


Universitas Indonesia

Nursalam. 2002. Managament keperawatan Ed 1. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. 2007. Managament Keperawatan Amplikasi dalam praktek


keperawatan Profesional Ed 2. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2008. Managament Keperawatan Ed 2. Jakarta : Salemba Medika

Siregar, Charles. JP. Amalia Lia, 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.
Cetakan. I, Penerbit EGC, Jakarta.

Syamsuni, H.A. Drs. Apt. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

WHO. 1996. Managament pelayanan kesehatan primer Ed 2.

WHO. 1999. Managament pelayanan keperawatan primer edisi 2. Jakarta: EGC

Manajemen Keperawatan 23

Anda mungkin juga menyukai