Anda di halaman 1dari 17

QALBU DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI

Duriana1 & Anin Lihi1

ABSTRACT
This research is about the concept Qalbu in the view of al-Ghazali. The subject matter is what is
meant by al-Ghazali's hearts as well as how it functions on the formation of human personality.
The discussion is seen to approach history and mysticism and discussed using literature study with
descriptive qualitative analysis. Based on the results of the study found that Qalbu according to al-
Ghazali, is the container and the center of the human body, he who ruled the body to do anything
he wants. Qalbu is something subtle (al-Lathiifah) and smooth it is the essence of man which is
related to the subtle human nature, that he felt anxiety and happiness. If the heart of a good, it will
better the entire human body. There are four potential influence hearts, namely: Fu'aad, Sadr, Eve
and Nafs, each of which has its own function and the potential to do something. Qalbu can serve to
form the human personality well if the heart and four potential influence hearts are located on the
territory of taqwa is the approach yourself and always called and given the (remembrance) to
Allah., The human personality is formed properly depending on how the net hearts it from nature-
charasteristic deplorable and diseases be contagious

Keywords: Al-Ghazali. Qalbu function, Formation of personality.

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tentang konsep Qalbu menurut pandangan al-Ghazali. Pokok
permasalahan adalah apa yang dimaksud qalbu menurut al-Ghazali serta bagaimana fungsinya
terhadap pembentukan kepribadian manusia. Pembahasan ini dilihat dengan pendekatan sejarah
dan tasawuf serta dibahas dengan menggunakan studi kepustakaan dengan analisis kualitatif
deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa Qalbu menurut al-Ghazali, ialah wadah
dan pusat dari tubuh manusia, ia yang memerintah tubuh untuk melakukan sesuatu yang ia
inginkan. Qalbu adalah sesuatu yang halus (al-Lathiifah) dan yang halus inilah hakikat dari diri
manusia yang halus ini berkaitan dengan sifat–sifat manusia, ia yang merasakan kegundahan dan
kebahagiaan. Apabila qalbu baik maka akan baik pula seluruh tubuh manusia. Terdapat empat
potensi yang mempengaruhi qalbu, yaitu: Fu’aad, Sadr, Hawa dan Nafs yang masing-masing
memiliki potensi dan fungsi tersendiri untuk melakukan sesuatu. Qalbu dapat berfungsi
membentuk kepribadian manusia dengan baik jika qalbu dan empat potensi yang mempengaruhi
qalbu ini berada pada wilayah taqwa yaitu pendekatan diri dan selalu menyebut dan mengingat
(zikir) kepada Allah swt., kepribadian manusia akan terbentuk dengan baik tergantung seberapa
bersihnya qalbu itu dari sifat-sifat tercela dan penyakit-penyakit yang menjangkitinya.

Kata Kunci :Al-Ghazali. Fungsi Qalbu, Pembentukan kepribadian.

28 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 28-45


1. PENDAHULUAN

     


Menurut al-Ghazali kaum empirisme
telah membatasi pengetahuan atas indra, hal
inilah yang mempersempit Rahmat Allah swt.  
yang luas, sehingga kesadaran untuk menemukan
Artinya:
kebenaran sulit dipecahkan. begitu juga kaum “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah
rasionalisme, mereka sangat mengandalkan orang mengerjakan yang ma’ruf, serta
“akal”, padahal akal hanya menjelaskan pada berpaling dari pada orang-orang yang
lingkungan yang terbatas, seperti di katakan Ibnu bodoh”. (Q.S. al-A’raaf [7]:199). 3 2F

Khaldun tidak memiliki kapasitas yang cukup Inilah yang paling penting yaitu
untuk menilai persoalan–persoalan ketuhanan, menyuruh untuk berbuat baik dalam membentuk
keadaan yang bersifat emosional, perkara– kepribadian manusia, melalui perbaikan hati dari
perkara akhirat dan semacamnya, jika penyakit-penyakit dan sifat-sifat yang
dipaksakan maka seperti timbangan emas yang mengotorinya.
oleh pemiliknya digunakan untuk menimbang berkaitan dengan hal yang mengotori
1
gunung. hati, Nabi saw. memberikan gambaran:
Menurut ahli psikologi sebagaimana ‫ﻋﻦ ﻋﺎﻣﺮ ﻗﺎﻝ ﺳﻤﻌﺖ ﺍﻟﻨﻌﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﺑﺸﻴﺮ‬
dikutip dari Yusuf al-Qardlawi pengingkaran
‫ ﺳﻤﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ‬: ‫ﻳﻘﻮﻝ‬
sebagian ahli “pikir” terhadap kebenaran Tuhan (
‫ ﺍِ ﱠﻥ ﻓِﻰ ْﺍﻟ َﺠ َﺴ ِﺪ‬: ‫ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ‬
Allah swt. ) seperti tipu muslihat untuk
membenarkan penyelwengan mereka dan untuk َ ُ‫ﺻﻠُ َﺢ ْﺍﻟ َﺠ َﺴ ُﺪ ُﻛﻠﱡﻪ‬
‫ﻭﺍِ َﺫﺍ‬, َ ‫ﺖ‬ ْ ‫ﻠﺤ‬ َ ‫ﺍﺻ‬َ ‫ُﻣﻀْ ُﻐﺔً ﺃِ َﺫ‬
mempertahankan kebejatan moral, disamping itu ُ‫َﺕ ﻓَ َﺴﺪ َْﺍﻟ َﺠ َﺴ ُﺪ ُﻛﻠﱡﻪُ ﺃَ َﻻ َﻭ ِﻫ َﻲ ْﺍﻟﻘَ ْﻠﺐ‬
ْ ‫ﻓَ َﺴﺪ‬
untuk menutupi kelemahan dan ketakberdayaan Artinya:
Dari ‘Amir berkata: saya telah
terhadap hawa nafsu, dengan ini para nabi tidak mendengar Nu’man bin Basyir
lagi berkepentingan untuk membahas kebenaran berkata: saya telah mendengar
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa
Tuhan ( Allah swt. ) karena sudah diketahui dan sallam bersabda: Sesungguhnya
diterima oleh seluruh umat Islam, dibalik itu di dalam tubuh ada segumpal
(darah) daging, apabila ia baik
tugas Nabi adalah membersihkan iman dari maka baiklah seluruh tubuh. dan
debu-debu kesyirikan menyuruh yang ma’ruf apabila gumpalan (darah)
daging itu rusak, maka rusaklah
dalam membentuk kepribadian manusia. 2 seluruh tubuh. Ketahuilah ia
Allah berfirman: adalah hati. (HR. Bukhari dan
Muslim). 4 3F

1 3
Fu’ad Farid Isma’il & Abdul Hamid Mutawalli, Departemen Agama RI, al-Qur’an dan
Cara Mudah Belajar Filsafat (Barat dan Islam) (Cet I; Terjemahannya (Jakarta: PT Toha Putra Semarang, 1989),
Jogjakarta: Ircisod, 2012), h. 189. h. 255.
2 4
Yusuf al-Qardlawi, Eksistensi Allah , Terj. Al-Imam al-Hafiz Abu Abdullah Muhammad bin
Mukhlisin Sa’ad, (td.), h. 2. Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari. Terj. Muhammad

Qalbu Dalam Pandangan Al-Ghazali | 29


Jadi apabila hati manusia itu baik, maka skripsi ini lebih difokuskan pada qalbu
baik pula manusia, dan jika hati manusia jelek dalam pandangan al-Ghazali, dan
maka jelek pula manusia. Sehingga hati memiliki fungsinya dalam membentukan
peran yang sangat penting, perlu dirawat dan kepribadian manusia.
dijaga dengan baik karena hatilah yang menjadi
barometer untuk membentuk kepribadian. B. Tinjauan Teori
Dari penjelasan di atas, maka pemikiran a. Qalbu menurut bahasa adalah
al-Ghazali tentang qalbu dipandang perlu untuk segumpal daging atau sesuatu yang
dijadikan sebagai bahan kajian dalam penelitian dapat membalik atau berbolak balik,
ini, mengingat sebagian umat Islam sekarang, dalam bahasa arab disebut qalbun
telah dikuasai hawa nafsu, kecintaan terhadap jamaknya qulubun. 5 Qalbu ini amat
materi dunia, degradasi moral dan kehampaan berpotensi untuk tidak konsisten al-
spiritual. Qur’an pun menggambarkan
demikian, ada yang baik, adapula
A. Rumusan Masalah dan Batasan sebaliknya. 6
Masalah b. Sedangkan menurut istilah,
1) Rumusan Masalah - Al-Ghazali mendefinisikan qalbu
Berdasarkan latar belakang sebagai tempat yang befungsi untuk
permasalahan di atas, maka penulis dapat menyerap ilmu pengetahuan atau
merumuskan permasalahan pokok yang yang disebut, sesuatu yang halus ( al-
menjadi inti permasalahan dalam skripsi Lathiifah ), yaitu sebuah “Tempat” (
ini yaitu Qalbu Dalam Pandangan al- Ruang ) dimana ilmu dapat melekat
Ghazali. Permasalahan tersebut dibagi padanya. Sesuatu yang halus inilah
dalam dua sub pokok bahasan yaitu: hakikat manusia yang tidak bisa
1. Bagaimana pandangan al- diselami oleh akal dan pikiran, tetapi
Ghazali tentang qalbu.? dengan perasaan, dan perasaan ini
2. Bagaimana fungsi qalbu dalam harus diikat dengan al-Qur’an dan
membentuk kepribadian Sunnah supaya bisa terarah kepada
manusia.? kebenaran Allah swt. 7
2) Batasan Masalah
5
Agar pembahasan ini tidak meluas, A.W. Munawir Muhammad Fairuz, Kamus al-
Munawir Indonesia Arab Terlengkap (Cet I; Yogyakarta :
dan agar lebih terarah kajiannya, maka Pustaka Progresif, 2007), h. 314.
6
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir
perlu ada batasan masalah. Permasalahan Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung : Mizan
Pustaka Khazanah Ilmu-Ilmu Islam, 1996), h. 381.
7
Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumuddin Terj. Ismail
Iqbal. Jilid 1. No 52. Edisi Indonesia (Cet I; Jakarta; Yakub, Mengembangkan Ilmu-Ilmu Agama, Jilid 2 ( Cet
Pustaka al-Sunnah, 2010), h. 112. II; Singapoera: Pustaka Nasional PTE. LTD, 1992), 899.

30 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 28-45


- Syaikh Nasir Makarim Syirazi dalam 2. Untuk mengetahui fungsi qalbu
tafsirnya menjelaskan bahwa, qalbu dalam membentuk kepribadian
ialah pusat emosi, yaitu hati yang manusia.
berada di sebelah kiri dada, ia yang 2) Kegunaan
membangkitkan emosi pertama kali 1. Tulisan ini diharapkan bisa
dari diri manusia. 8 menjadi bahan masukan
- Menurut Syekh Abu al-Hasan Ali bin terhadap para pembaca yang
Muhammad bin Ali al-Husaini al- hendak mencari informasi yang
Jurjaniy di dalam kitabnya "al- berkaitan dengan persoalan yang
Ta'rifat": Qalbu adalah sifat dikaji.
lembutnya ketuhanan yang terdapat 2. Agar dapat memberikan suatu
9
dalam jiwa manusia. konstribusi bagi umat Islam
- Syekh Robert Frager Phd, seorang dalam kaitanya dengan
mursyid dari Amerika menjelaskan pembentukan kepribadian
bahwa, yang dimaksud dengan qalbu manusia melalui qalbunya.
ialah hati spiritual. Sedangkan
menurut dasar disiplin-spiritual sufi D. Kajian Riset Sebelumnya
10
lainya, qalbu ialah rumah Cinta. Pemikiran al-Ghazali dalam bidang
tertentu telah diulas oleh beberapa penulis.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Pandangan tentang manusia pernah ditulis oleh
1) Adapun tujuan yang hendak dicapai Dr. Muhammad Yasin Nasution, dengan judul
dari penelitian ini adalah: Mansuia Menurut al-Ghazali, dalam buku
1. Untuk mengetahui dan tersebut sumber utamanya adalah al-Qur’an dan
menguraikan pandangan al- Hadits serta pembahasan buku tersebut lebih
Ghazali tentang qalbu. dipusatkan pada hakikat dan tujuan hidup
manusia dan intisari dari manusia tidak terlepas
dari pembahasan qalbu.
8 Skripsi yang ditulis oleh Aziz Tidore
Syaikh Nasir Makarim Syirazi, Tafsir al-Amtsal,
Terj. Ahmad Sobandi, Husain Alkaf dan Irwan kurniawan. dengan judul Hakikat Manusia Menurut al-
Jilid 1. ( Beirut: Mua’asasah al-Bi’itsah, 1992), h. 77.
9
Syekh Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Ali Ghazali (Suatu Tinjauan Filsafat Islam), di
al-Husaini al-Jurjaniy, lihat dalam Gumawa, Apa Arti Hati
dan atau Qalbu, http://www.kompasiana./nadanada/apa- dalam pembahasan skripsi ini lebih banyak
arti-hati-dan atau qalbu?option= com mengulas inti dari hakikat manusia yaitu qalbu.
_Conten&task=View&i=552b6edf6e=a834d4498=b45,
(02 Nopember 2015). jiwa dikategorikan sebagai subtansi diri manusia
10
Robert Frager, Heart, Self, & Soul: The Sufi
Psychology of Growth Balance, and Harmony, Terj. yang berdiri sendiri. Jiwa menjadi hakikat
Hasmiyah Rauf, Psikologi Sufi “ Untuk Transpormasi
Hati, Jiwa dan Ruh” (Cet. I: Jakarta: Zaman, 2014), h. 32.
manusia sebagai makhluk spiritual serta

Qalbu Dalam Pandangan Al-Ghazali | 31


meyakini Tuhan sebagai pengatur jasad melalui bidang studi ilmu keislaman yang memusatkan
jiwa manusia. perhatian pada pembersihan aspek rohani
Oleh karena itu, penelitian ini akan diulas manusia melalui qalbu, yang selanjutnya dapat
berbeda dengan buku dan skripsi yang dijelaskan menimbulkan kepribadian mulia. 12 Data–data
di atas sehingga terlihat sifat–sifat dan potensi- yang diperoleh kemudian diolah dengan metode
potensi qalbu dan bagaimana fungsi qalbu dalam kualitatif, selanjutnya di interprestasikan dengan
membentuk kepribadian manusia. Metode Deskriptif Analitis; yaitu pembahasan
bertujuan untuk membuat gambaran terhadap
E. Metode Penelitian data–data yang telah tersusun dan terkumpul
1. Jenis Penelitian dengan metode memberikan tafsiran. 13
Jenis penelitian ini adalah penelitian 3. Teknik Pengumpulan Data.
kepustakaan ( library Research ) yaitu Dalam penelitian ini penulis
pengumpulan data dengan jalan menghimpun mengumpulkan sumber–sumber tertulis baik
data dari berbagai literatur. Literatur yang diteliti berupa dokumen, buku–buku pengetahuan,
tidak terbatas pada buku–buku, tetapi juga kitab–kitab, jurnal dan lainnya yang ditulis dan
berupa bahan–bahan, konsep–konsep, majalah, dicetak atau diterbitkan oleh penerbit baik yang
jurnal, laporan penelitian, dan lain-lain. yang dipublikasikan secara umum atau tidak. Karena
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. penelitian ini adalah penelitian sejarah yaitu
Penekanan penelitian ini, ingin menemukan meneliti kembali pemikiran al-Ghazali yang
teori, pendapat, gagasan, dalil. Yang dapat sudah berpuluh tahun yang lalu, maka dalam
dipakai untuk menganalisis dan memecahkan penelitian sejarah, kedudukan sumber primer
masalah yang diteliti. dapat dipercaya. yang dimaksud dengan sumber
2. Pendekatan primer adalah sumber yang ditulis dan
Pendekatan penelitian ini adalah dikemukakan sendiri pihak yang berperan
Pendekatan sejarah/historis yaitu melihat sejarah langsung peristiwa tersebut. 14 dan Sumber
masa lalu untuk dijadikan sebagai pegangan sekunder dijadikan sebagai data tambahan yaitu
dalam merumuskan masalah, yaitu tulisan mengenai sejarah berdasarkan bukti-bukti
mendeskripsikan riwayat hidup serta sejarah dari sumber pertama.
perkembangan pemikiran al-Ghazali melalui
sejarah biografi al-Ghazali. 11 Juga menggunakan
12
pendekatan Tasawuf, dikarenakan dalam Ibid., h. 365.
13
Lihat, Elib Unikom, Objek dan Metode
pembahasannya berkaitan dengan kajian Penelitian, http://elib.-unikom.ac.id/-files/-disk1/534/jbpt-
uni-kompp-gdl-gyanherlia-26682-6-unikom_g-i.pdf. h. 39.
tasawuf, dimana tasawuf adalah salah satu lihat pula, Idtesis. Com, https://-idtesis-.com-/-metode-
deskriptif/, (23 Nopember 2015).
14
Lihat, Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia
11
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam Bebas, Naskah sumber, https://-id.-wikipedia.org/-
(Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1998), h.283. wiki/Naskah_sumber (23 Nopember 2015).

32 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 28-45


2. LATAR BELAKANG KEHIDUPAN AL- Jenazah al-Ghazali di kebumikan di
GHAZALI makam al-Thabiran, berdekatan dengan makam
A. Riwayat Hidup al-Ghazali al-Firdaus seorang ahli sya’ir yang termahsyur,
Al-Ghazali adalah seorang ulama dan sebelum meninggal, al-Ghazali pernah
pemikir yang sangat jenius, karena mengucapkan kata–kata yang kemudian
kejeniusannya al-Ghazali dapat meraih gelar diucapkan kembali oleh Francis Bacon seorang
Hujjah al-Islam (Pembela Agama), Zain al-Din filosof Inggris, yaitu: “Kuletakan arwahku di
(Hiasan Agama), Bahrun Muhriq (Lautan tak hadapan Allah dan tanamkanlah jasadku dilipat
Bertepi). Namanya kadang diucapkan Ghazzali bumi yang sunyi senyap. Namaku akan bangkit
dengan dua Z, artinya tukang pintal benang, kembali menjadi sebutan dan buah bibir umat
karena pekerjaan ayah al-Ghazali ialah tukang manusia di masa depan”. 18
pintal benang. Sedangkan yang lazim disebut
ialah Ghazali dengan satu Z, yang diambil dari B. Pendidikan
kata Gazalah nama kampung kelahirannya. Al- Sebelum ayah al-Ghazali wafat beliau
Ghazali lahir pada tahun 450 H/1058 M, di desa mewasiatkan al-Ghazali dan saudaranya Ahmad
Thus, wilayah Khurasan ( Iran ). 15 kepada sahabatnya seorang sufi dengan harapan
Al-Ghazali dikaruniai seorang anak laki– agar kedua anaknya menjadi seorang fakih dan
laki yang bernama Hamid, maka beliau dipanggil memberi nasehat kepada sesamanya. Namun
dengan panggilan akrab “Abu Hamid” (Bapak Si setelah harta warisan ayahnya habis digunakan
Hamid). Dengan itulah al-Ghazali dipanggil Abu untuk biaya pendidikan sedang sahabatnya
Hamid Muhammad bin Muhammad bin dalam keadaan melarat maka tidak ada jalan lain
Muhammad bin Ahmad al-Ghazali al-Thusi. 16 kecuali menganjurkan kepada kedua anak itu
Al-Ghazali wafat pada 14 Jumadil al-Akhir untuk masuk asrama (dengan ongkos percuma).
tahun 505 H ( 19 Desember 1111 M) setelah Asrama yang dimaksud adalah asrama yang di
melalui zaman dalam kehidupan yang indah al- dirikan oleh Perdana Menteri Nizam al-Mulk di
Ghazali mengakhiri hayatnya di tempat kota kabupaten yang bernama Thus. 19 Al-
permulaanya. 17 Ghazali Belajar di beberapa kota antara lain:
a. Thus: Kota Thuslah Mula–mula al-Ghazali
belajar Agama, al-Ghazali belajar ilmu fikhi
15
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran al-Ghazali dengan tekun dari Syeh Ahmad bin
Tentang Pendidikan (Cet. I; Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Offset, 1998), h. 9.
16 18
Asrifin, Tokoh – Tokoh Sufi (Surabaya : Karya Al-Ghazali ‘Ihya’ ‘Ulumiddin Terj: Ismail
Utama, t.th.), h. 179. Yakub. Ihya’ al-Ghazali, Jilid I. (Cet IX; Jakarta: CV
17
Burhanudin Tidore, dalam sebuah Jurnal Faizan, 1986), h. 25.
19
Theologi Dialektika pada Jurusan Aqidah filsafat dan Duriana, Serangan al-Ghazali Terhadap Para
Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Filosof dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Filosof
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon (2008): h. Islam (Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin, Ujung
360. Pandang, 1987), h. 32.

Qalbu Dalam Pandangan Al-Ghazali | 33


Muhammad al-Razikani, dan belajar ilmu diberi gelar kehormatan dengan “Imam
tasawuf kepada Yusuf al-Nassaj seorang sufi Haramain” ( Imam dari dua kota Makkah
20
terkenal waktu itu. Pada awal studinya al- dan Madinah ). Dari beliau inilah al-Ghazali
Ghazali mengalami peristiwa yang memperoleh ilmu pengetahuan agama yang
kemudian mendorong kemajuannya dalam bermacam–macam, seperti ilmu fiqhi, ushul
pendidikan, suatu hari al-Ghazali dihadang fiqhi, ilmu kalam dan filsafat secara terus
segerombolan perampok, mereka merampas menerus sehingga ia mampu bertukar
semua bawaan al-Ghazali, termasuk catatan pikiran dengan segala aliran dan agama,
kuliahnya, al-Ghazali meminta perampok itu bahkan mulai mengarang buku–buku ilmiah
agar mengembalikan catatannya yang dalam berbagai disiplin ilmu. 24
baginya sangat bernilai, kepala perampok d. Bagdad: Pada tahun 484 Hijrah, Niżam al-
malah menertawakannya dan mengejeknya, Mulk melantik al-Ghazali sebagai professor
Tanggapan al-Ghazali terhadap peristiwa itu di al-Madrasah al-Niżamiyyah, dalam usia
positif, ejekan itu digunakan untuk 34 tahun al-Ghazali telah diberikan gelar
mencambuk dirinya dan menajamkan Syaikh al-Islaam, yakni setinggi-tinggi
ingatannya dengan menghafal semua catatan pangkat dari segi akademik dan keagamaan
kuliahnya selama tiga tahun. 21 yang rasmi. 25 Pada tahun 488 H/1095 M ia
b. Jurjan: Pada tahun 465 H, al-Ghazali menderita krisis rohani sebagai akibat sikap
berangkat ke Jurjan untuk melanjutkan kesangsiannya (Syak) yang oleh orang barat
pelajaranya, berguru kepada Imam Abi dikenal skeptisisme. Akibat sakit ini ia
Nashr al-Ismaili. 22 Pada tahun 470 al- menderita sakit selama 2 bulan sehingga
Ghazali kembali lagi Thus, setelah itu dokter kehabisan daya mengobatinya. 26
terbesiklah hatinya untuk lebih e. Makkah: Karena peristiwa itu al-Ghazali
memperdalam ilmunya, mencari sekolah memutuskan untuk meletakan jabatan yang
yang lebih tinggi. 23 di pangkunya seperti Rektor dan Guru besar
c. Naisabur: Pada tahun 473 H, al-Ghazali di Bagdad, ia mengembara ke Damaskus,
berangkat ke Naisabur memasuki Akademi mengisolasi diri ( ‘Uzlah ) untuk beribadah
Nizamiyah, dengan pimpinanya termahsyur selama dua tahun. Lalu pada tahun 490
dalam ilmu pengetahuan agama bernama H/1098 M, ia menuju Palestina berdoa
Abu Ma’alin Phisauddin al-Juwaini yang disamping kuburan Nabi Ibrahim a.s.

20 24
Duriana, Ibid,. h. 33. Fuad mahbub Siraj, Al-Ghazali Pembela Sejati
21
Abidin Ibnu Rusn, op. cit,. h. 10. Kemurnian Islam (Cetakan Pertama Jakarta : Dian Rakyat,
22
Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumuddin, op. cit. h. 24. 2012), h. 8.
23 25
Lihat, Wikipedia, Ensiklopedia Bebas, Abu Lihat, Wikipedia, Ensiklopedia Bebas,….
26
Hamid al-Ghazali http://wikipedia-ensiklopedia- Lihat, fiqkofallah, http://warasatul-
bebas.blogspot.co.id/2013/07/abu-hamid-al-ghazali.html. anbiyak.blogspot.co.id/2013/07/hujjatul-islam-imam-
(15 Nopember 2015). ghazali.html. (15 Nopember 2015).

34 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 28-45


kemudian ia berangkat menuju tanah suci ajarannya, seperti kebaruan al-Qur’an,
Makkah al-Mukarramah guna menunaikan Manusia dengan akalnya semata dapat
ibadah haji dan berziarah ke makam mengetahui adanya Tuhan, cara–cara
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam., pembenaran agama dengan alasan pikiran
akhirnya ia terlepas dari goncangan jiwa ini Inilah yang dikoreksi dan dikritik al-
dengan jalan tasawuf. 27 Ghazali. Contoh lain adalah aliran
Asy’ariah, yang dipelopori oleh Abu al-
C. Perkembangan Pemikiran al-Ghazali Hasan Ali Asy’ari. diantara ajaran yang
Kondisi pemikiran Islam pada masa al- dibawakan oleh tokoh ini yang berbeda
Ghazali banyak diwarnai pertentangan berbagai dengan pandangan al-Ghazali adalah taqlid
aliran. Dari semua aliran, mengklaim pendapat buta yang melekat di dada para pengikutnya.
mereka adalah benar. Al-Ghazali Akibat dari kefanatikannya yang sering
mengklasifikasikan kelompok aliran tersebut menimbulkan tuduhan kafir kepada orang
pada: lain yang berbeda pendirian. al-Ghazali juga
1. Teologi/Ilmu kalam tidak membentuk aliran baru dalam ilmu
Al-Ghazali mengkritik aliran dalam kalam, karena menurut al-Ghazali menum-
ilmu kalam, seperti aliran Mu’tazilah yang buhkan itu semua hanya akan melemahkan
di pelopori oleh Washil bin Atha dan Amar umat. Memahami Islam cukup dengan tiga
bin ‘Ubaid, kedua tokoh ini berpendapat warisan; al-Qur’an, Hadits, dan Ulama. 29 28F

bahwa orang mukmin yang melakukan dosa Ketiga hal di atas sanggup mengantar-
besar dia tidak kafir tidak mu’min tapi kan manusia menuju tujuannya yaitu
berada dalam dua posisi (al-Manzila baina sebagaimana firman Allah swt. :

    


al-Manzilatain ), pendapat ini sangat
berbeda dengan pendapat kaum muslimin
pada umumnya. saat itu, Washil bin Atha Artinya:
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan
memisahkan diri dengan gurunya Hasan al-
hanya kepada-Mu kami meminta
Bashri dan membangun aliran teologi. 28
pertolongan”. (Q.S. al-Fatihah [1]: 5) 30 29F

Aliran ini mendapat pengaruh kuat


Al-Ghazali meletakan warisan Rasul
dari orang–orang Yahudi dan Nasrani, aliran sebagai standar untuk menilai semua
mazhab dan aliran dalam kalangan
ini mempelajari filsafat Yunani. Aliran ini
mutakallimin yang berkembang saat itu,
mengutamakan akal, al-Qur’an dan Hadits tanpa ragu al-Ghazali menentang ajaran
yang tidak sesuai dengan sumber Islam atau
dijadikan bahan kedua, hal ini tampak dalam
ajaran yang diterimannya secara taqlid. Al-
27
Ghazali berkata: aku tidak ragu atas
fiqkofallah,………
28
M. Amin Nurdin, Sejarah Pemikiranm Islam
29
Teologi Ilmu Kalam (Cetakan Pertama; Jakarta: Amzah, Abidin Ibnu Rusn, op. cit., h. 14.
30
2012), h. 52. Departemen Agama RI, op. cit., h. 1.

Qalbu Dalam Pandangan Al-Ghazali | 35


keberhasilan mutakallimin dalam namun hanya tiga dari dua puluh masalah
mengadakan pembaruan yang hanya
tersebut yang disangkal al-Ghazali
diterima oleh sebagian kelompok. Tapi perlu
diingat, bahwa keberhasilan itu sudah menyalahi nash syar’i, selain dari itu,
demikian kaburnya dan telah bercampur
mengatakan para filosof telah berbuat
aduk dengan taqlid. 31
“bid’ah”. 32
2. Filosof
Tiga masalah tersebut adalah sebagai
Setelah mengadakan koreksi terhadap
berikut:
kaum mutakallimin al-Ghazali mulai berfikir
a) Masalah keqadiman alam.
dan mendalami filsafat. Yang menjadi
b) Allah tidak mengetahui partikularia-
perbincangan al-Ghazali tentang filsafat
partikularia ( hal-hal kecil ).
adalah cara pandang para filosof dalam
c) Pengingkaran para filosof akan
mengkaji suatu permaslahan. Al-Ghazali
kebangkitan jasmani pada hari akhir.
melontarkan sanggahan yang sangat keras
Atas dasar inilah al-Ghazali
terhadap para filosof, dalam hal ini kepada
menentang para filosof, karena bertentangan
Aristoteles dan Plato, juga al-Farabi dan
dengan prinsip agama.
Ibnu Sina karena kedua filosof ini harus
3. Aliran Kebatinan
bertanggung jawab atas penerimaan dan
Setelah Rasulullah saw. wafat, tidak
penyebarluasan filosof Yunani ke dunia
ada lagi Nabi yang patut dijadikan pedoman
Islam. Adapun penyebar luasan filsafat
hidup kecuali tiga perkara: al-Qur’an, Hadits
Aristoteles oleh al-Farabi dan Ibnu Sina
dan Ulama. Tetapi terhadap ketiga nas di
adalah sebagai berikut:
atas, pertama dan kedua tidak menjadi
a) Filsafatnya tidak perlu disangkal,
persoalan, karena keduannya jelas. Namun
dengan arti dapat diterima,
terhadap yang ketiga (Ulama), sebagian
b) Filsafatnya yang harus dipandang
umat Islam menganggap ulama sebagai
bid’ah,
pewaris para nabi “ ‫ ُﻋﻠَ َﻤﺎ ُء َﻭ َﺭ َﺳﺔُ ْﺍﻷَ ْﻣﺒِﻴَﺎْ ِء‬yaitu
c) Filsafatnya yang harus dipandang kafir.
orang alim yang persis seperti nabi: suci dari
Menurut al-Ghazali filsafat dapat di
dosa (ma’sum min al-dzunuub) atau dalam
kelompokan menjadi beberapa bagian yakni
istilah kebatinan (Mahfudh). Inilah fatwa–
matematika, logika, fisika, etika dan
fatwanya yang wajib diikuti. Selain dari
metafisika (ketuhanan). Selain masalah
mereka, tidak benar. 33
ketuhanan, ilmu–ilmu itu dapat diterima
32 F

Mula–mula al-Ghazali melakukan


karena tidak bertentangan dengan syariat
penelitian terhadap kitab-kitab yang dijadi-
Islam. Ada dua puluh masalah yang dikritik
oleh al-Ghazali dalam Tahafut al-Falasifah, 32
Al-Ghazali,Tahafut al-Falaasifah, Terj. Ahmadi
Toha, Kerancuan Para Filosof (Mesir: Dar el Ma’arif,
1966), h. xvi.
31 33
Abidin Ibnu Rusn, op. cit,. h. 15. Abidin Ibnu Rusn, op. cit, . h.19.

36 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 28-45


kan dasar oleh kaum kebatinan, kemudian cabang keyakinan dan Hub ( Cinta ) adalah
al-Ghazali menanyakan dimana Imam cabang dari mengenal. Bukti Khauf adalah
Ma’sum yang dianggap suci itu dan kapan lari dari dosa, bukti Raja’ adalah mencari
bisa dijumpai, ternyata tidak satupun Allah swt. dan bukti Hub adalah memutlak-
pengikut aliran kebatinan yang mampu kan atau mengutamakan zat yang dicintai.
menunjukkannya. Ketidak mampuan Perumpamaan tiga hal ini adalah Masjid al-
pengikut aliran kebatinan untuk menge- Haram, masjid, dan ka’bah. Barang siapa
mukakan argumen dan menunjukan bukti masuk Masjid al-Haram, maka ia pasti aman
dimana Imam Ma’sum itu, maka al-Ghazali dari gangguan makhluk. Barang siapa masuk
berkesimpulan bahwa yang dimaksud Imam masjid ( masjid umum ), tubuhnya harus
Ma’sum oleh kaum kebatinan itu hanyalah dijaga dari melakukan maksiat. Barang siapa
ada dalam angan-angan saja tidak dalam masuk Ka’bah, maka hatinya aman dari
kenyataan. 34 mengingat selain Allah swt. 36
4. Sufi
Tasawuf atau sufisme adalah bagian D. Karya-Karya al-Ghazali
dari Syari’ah Islamiah. Tasawuf bermanfaat Dr. ‘Abd al-Rahman Badawi mencatat,
untuk menciptakan sikap mental dalam bahwa karya oleh sang Hujjah al-Islam al-
membersihkan hati dan beribadah, sederha- Ghazali mencapai, setidaknya 457 buah, dan
na dan memperoleh hubungan yang baik berisi kajian dengan ragam pendekatan. 37 Namun
dengan Allah. 35 hanya sebagian karya–karya al-Ghazali yang
Ada tiga prinsip utama yang ditulias diketahui. 38
oleh al-Ghazali dalam mendekatkan diri

Bidang Filsafat Bidang Agama a. Kamiya-u Saadat


1. Aqidah ( Ilmu kalam ) b. Tibru al-Mabu
1. Maqasid al-Falasifah a. Al-Risalah al-Qudsiyah c. Ayyub al-Walad
2. Tahafut al-Falasifah b. Al-Qithas al-Mustaqiim 3. Akhlak dan Tasawuf
3. Al-Ma’arif al-‘Aqliyah c. Faisal al-Tafriqah al-Islam wa al- d. Ihya’ ‘Ulumuddin
4. Fajsal al-Tafriqa Zindiqah e. Al-Munqiz Min al-Dhalal
bajna al-Zindiqah d. Iljam al-Awwal min Ilm al-Kalam f. Al-Adab fi al-Din
e. Qawaia’ al-Aqa’id g. Al-Qawaid al-Anshara
f. Al-Istiqshad fi al-A’tiqad h. Maqashid al-Hasan Syarh
2. Fiqih Asma Ilahy al-Husna
a. Al-Mustasfa min Ushul Fiqh i. Minhaj al-Abidin
j. Nasihat al-Talmiz
36
Imam al-Ghazali, Majmu’ah Rasa’il, Terj. Umar
Faruq. Jalan Hidup Kaum Sufi (Cet I; Surabaya: Pustaka
kepada Allah swt. yaitu: Khauf ( Takut )
Media Press, 2004 ), h. 10.
37
adalah cabang ilmu, Raja’ (Berharap) adalah Al-Ghazali, Hikmah Penciptaan Alam Semesta,
Terj. Kamran As’ad Irsyady. (Cetakan Pertama;
Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2013), h. xiii.
34 38
Abidin Ibnu Rusn, Ibid. h. 20. Al-Ghazali, Menyingkap Rahasia Keajaiban
35
Duriana, Tasawuf di Dunia Islam (Cet.Pertama; Ilmu Gaib Laduni, Terj. Abu Farhad (Surabaya: Amelia,
Jakarta: Hiliana Press, 2007), h. 19. t.th), h. vi.

Qalbu Dalam Pandangan Al-Ghazali | 37


3. HASIL DAN PEMBAHASAN tidak bisa ditangkap khayalan. Allah
A. Penegertian Qalbu. swt. berfirman:

        


Al-Ghazali membagi qalbu pada dua
pengertian:
Artinya:
a) Makna kata yang pertama: daging yang
“Sesungguhnya pada yang
berbentuk pohon cemara atau kerucut 39 demikian benar-benar terdapat
yang terletak disisi kiri dada dan di peringatan bagi orang-orang yang
mempunyai hati (qalbu)” (Q.S.
dalamnya terdapat rongga yang berisi al-Qaaf [17]: 37). 42 41F

darah hitam. Ia merupakan sumber dan Qalbu berada dalam hati badaniah
berkaitan dengan yang halus (lathiifah)43 dan
pusat dari ruh. Hati dalam pengertian 42F

ini, juga ada di dalam jasad binatang yang halus ialah hakikat manusia. 44 terdapat 43F

empat unsur yang mempengaruhi qalbu dan


dan orang yang sudah meninggal.40
Sehingga pengertian qalbu yang masing-masing memiliki potensi tersendiri.
1. Fu’aad: disebut juga hati yang murni 45
pertama tidak menjadi fokus
4F

pembahasan. merupakan potensi qalbu yang berkaitan

b) Makna kedua: sesuatu yang halus (al- dengan indrawi, mengolah informasi

Lathiifah), ketuhanan (Rabbaniyah) dan yang selalu dilambangkan berada dalam

kerohanian (rohaniah) yang memiliki otak manusia. fungsi fu’aad mempunyai

hubungan dengan daging ( hati ) dalam tanggung jawab intelektual yang jujur

pengertian pertama di atas, namun kepada apa yang dilihatnya, potensi ini

hubungan diantara keduanya tidak bisa cenderung dan selalu merujuk pada

dijelaskan dengan kata-kata karena objektifitas dan jauh dari sifat

berada pada wilayah perasaan pribadi kebohongan, Allah swt. berfirman:

seseorang, hati yang haluslah hakikat      
manusia, dialah yang mengetahui dan
Artinya:
yang mengenal dan memerintah 41 Hati “Hatinya tidak mendustakan apa
dalam pengertian inilah yang mengenal yang telah dilihatnya” ( Q.S. al-
Najm [53]: 11)46 45F

Allah swt. dan menangkap sesuatu yang Fu’aad selalu bersikap jujur dan objektif
ia selalu haus dengan kebenaran dan bertindak di
43
Al-Ghazali, Rawdhah al-Thaalibin Wa ‘Umdah
42
al-Salikiin (Taman dan Sandaran Pencari Kebenaran). Departemen Agama RI, op. cit., h. 854.
47
Terj. Irwan Kurniawan. (Pilar-Pilar Rohani). (Cetakan ke A.W. Munawir Muhammad Fairuz, Kamus al-
dua; Jakarta: Lentera Basritama, 2000), h. 40. Munawir Indonesia Arab Terlengkap (Surabaya:Pustaka
44
Al-Ghazali, Mukhtasar Ihya ‘Ulumuiddin. Terj. Progresif), h. 307.
Abu Madyan al-Qurtubi. (Cet Pertama; Kairo: Dar al-Fajr 44
Imam al-Ghazali, ‫ﺍﺣﻴﺎء ﻋﻠﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ‬, Juz 3. (Kairo:
li al-Turats, 2010), h. 274. Daru Ihya’ Kutub al-‘Arabiyyah, t.th.), h. 4.
41 45
Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumiddin, Terj. Moh Zuhri, W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa
Muqoffin Mochtar dan Muqorrobin Misbah. (Cetakan Indonesia (Cet ke 4; Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 332.
46
Pertama: Semarang: Asy Syifa, 1993),.h. 582. Departemen Agama RI, op. cit., h. 429.

Qalbu Dalam Pandangan Al-Ghazali | 39


atas rujukan yang benar pula. Fu’aad dan merasakan nikmat dunia yang
memberikan ruang untuk akal, berpikir, bersifat fana. Saluran qalbu yang paling
bertafakkur, memilih dan mengolah seluruh data berbahya adalah saluran Hawaa, Bahkan
yang masuk dalam qalbu manusia, sehingga Allah swt. sendiri memberikan peringatan
melahirlah ilmu pengetahuan yang bermuatan dan meminta perhatian yang teramat
moral dalam hal mengambil sikap atau serius kepada umat manusia agar
keputusan. memperhatikan angin panas dari hawaa.
2. Shadr: dalam bahasa arab berarti “dada” Allah swt. berfirman:

    


Sebagai kata kerja yang berarti pergi,
memimpin, dan juga melawan atau
menentang. Karena terletak antara hati     
dan diri rendah hawa nafsu, shadr juga
Artinya:
dapat di istilahkan hati terluar. 47 Shadr “Terangkanlah kepadaku
merupakan potensi qalbu yang berperan tentang orang yang menjadikan
untuk merasakan dan menghayati dan hawa nafsunya sebagai
mempunyai fungsi emosional (marah, Tuhannya. Maka apakah kamu
benci, cinta ,indah, efektif). Potensi dapat menjadi pemelihara
Shadr adalah dinding hati yang menerima atasnya” (Q.S. al-Furqan [25];
limpahan cahaya keindahan, Sehingga 43). 50
49F

mampu menterjemahkan segala sesuatu Potensi hawaa selalu membawa manusia


serumit apapun menjadi indah. Shadr kepada sikap-sikap yang rendah. Menggoda,
mempunyai potensi besar untuk merayu, dan menyesatkan, sekaligus memikat,
menyimpan hasrat, niat kebenaran, dan walaupun cahaya di dalam qalbu pada fitrahnya
keberanian yang sama besarnya dengan selalu benderang, tetapi justru karena manusia
kemampuan untuk menerima kejahatan mempuyai potensi saluran hawaa ini. Maka
48
dan kemunafikan. seluruh qalbu bisa menjadi rusak binasa karena
3. Hawaa: Hawaa disebut juga desakan hati keterpikatan dan bisikan yang di embuskan
dan keinginan keras, 49 di dalamnya ada Syaitan kedalam potensi hawaa.
ambisi, kekuasaan, pengaruh dan Perjuangan manusia adalah memper-
keinginan untuk mendunia, Potensi tahankan dan sekaligus membunuh bisikan
Hawaa selalu cenderung untuk membumi Syaitan yang menyusup di dalam qalbu. Dengan
cara melakukan tazkiyah (penyucian diri) dan
47
Robert Frager, op. cit., 66-67
52
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah tetap waspada (taqwa).
(Transcendental Intelligence) Membentuk Kepribadian
Yang Bertanggung Jawab, Profesional damn Berakhlak
(Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 95.
49 50
W.J.S. Poerwadarminta, op. cit., h. 412. Departemen Agama RI, op. cit., h. 565.

40 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 28-45


Hanya manusia yang mampu mensucikan menjadi pendorong, nyala api yang siap
diri, beriman, dan bertaqwalah bisa mengalahkan membakar gelorah semangat, gairah yang
dan mengatasi Syaitan. Allah swt. berfirman: mengedor serta menegur tetapi juga

     


menampung segala kepedihan,
penyesalan, dan rasa bersalah. Allah swt.
Artinya:
berfirman:
“Kecuali hamba-hambamu yang
mukhlis (suci) di antara     
mereka”. (Q.S. al-hijr [15]:
Artinya:
40). 51
50F “Aku bersumpah dengan jiwa
Yang dimaksud dengan mukhlis ialah yang amat menyesali dirinya
orang-orang yang telah diberi taufiq untuk sendiri.(Nafsu al-
menaati segala petunjuk dan perintah Allah swt. Lawwaamah)”. (Q.S. al-
53
Al-Ghazali menyatakan bahwa, terhadap Qiyamah [75]: 2). 52F

hawa, ada dua hal yang harus diwaspadai karena Maksudnya: bila ia berbuat kebaikan ia
ia selalu bergandengan dengan nafsu. juga menyesal kenapa ia tidak berbuat lebih
a. Nafsu adalah musuh yang datang dari banyak, apalagi kalau ia berbuat kejahatan.
dalam diri sendiri. Pencuri apabila dari Nafs merupakan keseluruhan atau
dalam rumah, tentu sangat sulit di totalitas dari diri manusia itu sendiri, di
siasati dan amat menyusahkan. dalamnya berhimpun dua kekuatan baik dan
b. Nafsu itu musuh yang dicintai dan buruk. Allah swt. berfirman:

  


  
dikuasai, hal inilah manusia akan
selalu menganggap baik setiap
kejelekan yang datang dari diri.   
Dengan itulah, jangan terlalu ikuti
Artinya:
hawa nafsu karena ia akan “Dan Jiwa serta
membinasakan. 52 51F

penyempurnaanya (Ciptaannya),
4. Nafs: Saluran cahaya qalbu yang maka Allah mengilhamkan
keempat adalah nafs yang sering di kepada jiwa itu (jalan) kefasikan
artikan dengan jiwa. Watak manusia atau dan kataqwaannya”. (Q.S. asy-
aku sebagai persona, lorong ini syams:[91]: 7-8). 54 53F

menampung segala keinginan yang Nafs adalah muara yang menampung


hasil oleh fu’aad, Shadr dan hawaa, yang
51
Departemen Agama RI, Ibid., h. 408.
52
Al-Ghazali, Minhaj al-Aabidin, Terj. M. Adib
53
Bisri, Meniti Jalan Menuju Surga, (Jakarta: Pustaka Departemen Agama RI, op. cit., h. 998.
54
Amani, t. th), h. 106. Departemen Agama RI, Ibid., h. 1064.

Qalbu Dalam Pandangan Al-Ghazali | 41


kemudian menampakan dirinnya dalam bentuk Pada dasarnya perbuatan kita sehari–
perilaku nyata di hadapan manusia lainya. hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu.
Sebaliknya jiwa yang gelisah penuh api ternyata ada unsur batin yang mengaturnya.
membara hanya mendapatkan gelar “ammarotun Perasaan ini kemudian di sifatkan dengan suatu
bi al-Suu”(suka menyuruh terhadap kedaan jiwa yang akan melahirkan perilaku-
keburukan 55) dia menjadi muara kejahatan perilaku yang baik atau buruk.
karena menampung muara fu’aad yang cacat, Dalam sebuah hadits Nabi saw.
rusak, dan busuk. 56 menyampaikan:
‫ﻋﻦ ﻋﺎﻣﺮ ﻗﺎﻝ ﺳﻤﻌﺖ ﺍﻟﻨﻌﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﺑﺸﻴﺮ‬
Kewajiban fu’aad terlebih dahulu harus
‫ ﺳﻤﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ‬: ‫ﻳﻘﻮﻝ‬
‫ ﺍِ ﱠﻥ ﻓِﻰ ْﺍﻟ َﺠ َﺴ ِﺪ‬: ‫ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ‬
mampu mengendalikan dan menempatkan

َ ُ‫ﺻﻠُ َﺢ ْﺍﻟ َﺠ َﺴ ُﺪ ُﻛﻠﱡﻪ‬


‫ﻭﺍِ َﺫﺍ‬, ْ ‫ﻠﺤ‬ َ ‫ُﻣﻀْ ُﻐﺔً ﺃِ َﺫ‬
hawaa pada posisi positif, serta mendorong
َ ‫ﺖ‬ َ ‫ﺍﺻ‬
seluruh salurannnya yang terbuka untuk di isi ُ‫َﺕ ﻓَ َﺴﺪ َْﺍﻟ َﺠ َﺴ ُﺪ ُﻛﻠﱡﻪُ ﺃَ َﻻ َﻭ ِﻫ َﻲ ْﺍﻟﻘَ ْﻠﺐ‬
ْ ‫ﻓَ َﺴﺪ‬
oleh hub (cinta) yang memancar dari qalbu. Artinya:
B. Fungsi Qalbu terhadap Pembentukan Dari ‘Amir berkata: saya telah
mendengar Nu’man bin Basyir
Kepribadian Manusia.
berkata: saya telah mendengar
Kepribadian dalam bahasa Inggris Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: Sesungguhnya
disebut personality, dalam bahasa arab disebut
di dalam tubuh ada segumpal
al-Syakhshiyyatu 57 secara umum menunjuk (darah) daging, apabila ia baik
maka baiklah seluruh tubuh. dan
bagaimana setiap individu menampilkan dirinya
apabila gumpalan (darah)
sehingga memberikan kesan tertentu bagi daging itu rusak, maka rusaklah
seluruh tubuh. Ketahuilah ia
individu yang lain yang berinteraksi dengannya.
adalah hati. (HR. Bukhari dan
Saleh Harja Sumarna dalam bukunya Muslim). 59 58F

Maka ada dua fungsi qalbu disini:


“Kepribadian Super” manusia adalah makhluk
Pertama: menurut penulis Qalbu dapat berfungsi
yang berkepribadian, dan kepribadian tersebut
sebagai “al-lathiifah al-I’itiraaf dan al-Lathiifah
memberikan ciri khusus yang membedakannya
al-Akhlaak” 60 ( yaitu hati yang mampu membuat
dengan manusia lain, manusia tanpa kepribadian
59F

manusia sadar dan hati yang dapat membentuk


berarti bukan manusia. 58
kepribadian manusia). Kedua: Qalbu dapat
melahirkan sikap tawadhu’. baik dalam
55
Al-Ghazali, Tahdziib Mukaasyafah al-Quluub, bermuamalah dengan sesama manusia pada
Terj. Akhmad Siddiq dan A. Rofi’i Dimayati, Menyelami
Isi Hati (Cetakan Pertama; Depok: Keira Publishing,
umumnya atau berinteraksi dengan al-Qur’an
2014), h. 5. pada khususnya dan Tark al-Ma’ashi yaitu
56
Toto Tasmara, op. cit., h. 111.
57
A.W. Munawir Muhammad Fairuz, op. cit., h.
685.
58 63
Saleem Harja Sumarna, Kepribadian Super Al-Imam al-Hafiz Abu Abdullah Muhammad
“Kepribadian yang Lain Dicari dan Disukai Semua bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari. Op. cit., h. 112.
60
Orang” (Cetakan I; Jogjakarta: Galmas Publisher, 2014), A.W. Munawir Muhammad Fairuz, op. cit., h.
11. 21 & 306.

42 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 28-45


menghindarkan diri dari perbuatan maksiat. contoh yang tidak-tidak, merusak, perkataan
Menurut Zaki Zamani Muhammad Syukron kotor dan sebagainya.
Maksum, tawadhu’ terhadap sesama manusia Apabila keadaan itu di balik dan
adalah salah satu ajaran al-Qur’an. 61 semuanya di paksakan di bawah sifat ketuhanan
Terdapat empat sifat menurut al-Ghazali (sifat Rabbaniyyah), niscaya tetaplah dalam hati
yang mempengaruhi qalbu terhadap kepribadian: sifat ketuhanan. Yaitu: ilmu kebaikan, hikmah,
a. Sifat kebuasan yakin, meliputi pengetahuaanya tentang hakikat
b. Sifat kebinatangan segala sesuatu, mengetahui segala urusan
c. Sifat kesyaitanan menurut yang sebenarnya, Ia terlepas dari
d. Sifat ketuhanan 62 perbudakan hawa nafsu, dan kemarahan dan
Sifat kebuasan dan kebinatangan ini berkembanglah sifat-sifat mulia, lantaran
terdapat di dalam diri manusia, mereka selalu terkunngkungnya hawa nafsu, dan kembalinya
dekat dengan marah dan hawa nafsu, bila ke atas normal. Sifat-sifat mulia itu seperti sifat
manusia itu dikuasai oleh kemarahan maka ia menjaga diri, merasa cukup dengan yang ada,
mengikuti sifat kebinatangan dan kebuasan, yaitu tenang, zuhud, wara, taqwa, lapang dada, malu
permusuhan, dan serangan terhadap manusia lain berbuat keburukan, ramah, bertolong-tolongan
dengan pukulan dan makian. Bila manusia dan sebagainya. Dalam hal ini berkatalah Imam
dikuasai hawa nafsu maka ia melakukan al-Ghazali:
perbuatan–perbuatan hewan yaitu kerakusan dan “Tugas pertama manusia
mendahulukan kesucian bathin
lain–lain. 63
dari kerendahan budi dari sifat-
Ketika seseorang menaati hawa nafsu, sifat tercela”. Sifat-sifat yang
tercela ini ialah sifat-sifat yang
maka timbullah daripadanya sifat kurang malu,
rendah yaitu marah, hawa
keji, boros, kikir, ria, rusak kehormatan, busuk nafsu, dengki, busuk hati,
takabbur, ‘ujub, dan sebagainya
hati, suka memaki dan lain-lain. Adapun menaati
adalah anjing-anjing yang
Syaitan yaitu mengikuti nafsu syahwat dan galak. Bagaimana ( kebaikan )
dapat masuk ke dalam hati”.64
kemarahan. Maka menghasilkan sifat menggoda,
Karena itu, qalbu bagaikan pohon dan
menipu, mencari dalil, tipu muslihat, membuat
seluruh anggota tubuh adalah cabang-cabang
pohon itu, dimana baik cabang-cabang tersebut
tergantung pada pohonnya. Qalbu juga bagaikan
61
Zaki Zamani Muhammad Syukron Maksum,
raja, sedangkan seluruh anggota tubuh
Menghafal al-Qur’an itu Gampang “Belajar Pada
Maestro al-Qur’an Nusantara” (Cetakan Pertama; mengikutinya. Kalau raja baik, maka baik pula
Jagakarta: Mutiara Media, 2009), h.26-27
62
Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumuddin, Terj. Ismail
Yakub. Mengembangkan Ilmu-Ilmu Agama, Jilid 2. (Cet
V; Singapore: Kerjaya Printing Industries Pte Ltd, 1992),
h. 899.
63 64
Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumuddin, Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumuddin,
Mengembangkan. Ibid, h. 1917. Mengembangkan, op. cit., h. 189.

Qalbu Dalam Pandangan Al-Ghazali | 43


rakyatnya dan kalau raja rusak, maka rusak pula DAFTAR PUSTAKA
65
semua rakyatnya. A.W. Munawir Muhammad Fairuz, Kamus al-
5. Kesimpulan Munawir Indonesia Arab Terlengkap.
Surabaya:Pustaka Progresif, 2007.
Sesuai dengan pokok pembahasan al-Bukhari, al-Imam al-Hafiz Abu Abdullah
Muhammad bin Ismail, Sahih al-Bukhari.
rumusan masalah dalam penelitian ini, maka Terj. Muhammad Iqbal. Jilid 1. No 52.
penulis menyimpulkan dua permasalahan yaitu: Edisi Indonesia Cet I; Jakarta; Pustaka al-
Sunnah, 2010.
1. Qalbu menurut al-Ghazali ialah Al-Ghazali ‘Ihya’ ‘Ulumiddin Terj: Ismail
Yakub. Ihya’ al-Ghazali, Jilid I. Cet IX;
wadah dan sesuatu yang halus (al- Jakarta: CV Faizan, 1986.
,Hikmah Penciptaan Alam Semesta,
Lathiifah) dan yang halus ini Terj. Kamran As’ad Irsyady. Cetakan
berkaitan dengan sifat–sifat manusia, Pertama; Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2013.
,Ihya’ ‘Ulumiddin, Terj. Moh Zuhri,
dan qalbu itulah hakikat manusia. Muqoffin Mochtar dan Muqorrobin
Misbah. Cetakan Pertama: Semarang:
Ada empat macam potensi qalbu Asy Syifa, 1993.
,Ihya’ ‘Ulumuddin, Terj. Ismail Yakub.
yaitu: Fu’ad, Shadr, Hawaa, dan Mengembangkan Ilmu-Ilmu Agama, Jilid
Nafs (jiwa) dan keempat potensi ini 2. Cet V; Singapore: Kerjaya Printing
Industries Pte Ltd, 1992.
semuannya terkumpul di dalam qalbu ,Majmu’ah Rasa’il, Terj. Umar Faruq.
Jalan Hidup Kaum Sufi. Cet I; Surabaya:
manusia. Pustaka Media Press, 2004.
2. Fungsi Qalbu. ,Menyingkap Rahasia Keajaiban Ilmu
Gaib Laduni, Terj. Abu Farhad.
a. Qalbu dapat berfungsi Surabaya: Amelia, t.th.
,Minhaj al-Aabidin, Terj. M. Adib
membentuk kepribadian manusia Bisri, Meniti Jalan Menuju Surga.
Jakarta: Pustaka Amani, t. th.
dengan baik jika qalbu itu bersih ,Mukhtasar Ihya ‘Ulumuiddin. Terj.
dari sifat-sifat tercela dan di Abu Madyan al-Qurtubi. Cet Pertama;
Kairo: Dar al-Fajr li al-Turats, 2010.
Ilhami oleh cahaya kebaikan serta ,Rawdhah al-Thaalibin Wa ‘Umdah al-
Salikiin (Taman dan Sandaran Pencari
selalu mendekatkan diri (taqwa) Kebenaran). Terj. Irwan Kurniawan.
dan mengingat (zikir) kepada (Pilar-Pilar Rohani). Cetakan ke dua;
Jakarta: Lentera Basritama, 2000.
Allah swt. ,Tahdziib Mukaasyafah al-Quluub,
Terj. Akhmad Siddiq dan A. Rofi’i
b. Qalbu dapat berfungsi merusak Dimayati, Menyelami Isi Hati. Cetakan
Pertama; Depok: Keira Publishing, 2014.
kepribadian manusia jika manusia , ‫ﺍﺣﻴﺎء ﻋﻠﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ‬, Juz 3. Kairo: Daru
itu selalu diliputi was-was dan Ihya’ Kutub al-‘Arabiyyah, t.th.
,Tahafut al-Falaasifah, Terj. Ahmadi
mengikuti ajakan setan, hawa Toha, Kerancuan Para Filosof. Mesir:
Dar el Ma’arif, 1966.
nafsu dan amarah serta dikuasai al-Jurjaniy, Syekh Abu al-Hasan Ali bin
Muhammad bin Ali al-Husaini, lihat
oleh sifat-sifat tercela yang dalam Gumawa, Apa Arti Hati dan atau
mempengaruhi qalbu. Qalbu,
Uhttp://www.kompasiana./nadanada/apa-
arti-hati-dan atau qalbu?option= com
_Conten&task=View&i=552b6edf6e=a8
34d4498=b45, (02 Nopember 2015).
U

al-Qardlawi, Yusuf, Eksistensi Allah. Terj.


65
Al-Ghazali, Minhaj, op. cit., h. 197.
Mukhlisin Sa’ad, (td.).

44 | MEDIASI, Vol. 9, No. 2, Januari-Desember 2015, hlm. 28-45


Asrifin, Tokoh – Tokoh Sufi. Surabaya : Karya Tasmara, Toto, Kecerdasan Ruhaniah
Utama, t.th. (Transcendental Intelligence) Membentuk
Attamimi, Abuya Ashaari Muhammad, Iman dan Kepribadian Yang Bertanggung Jawab,
Persoalannya. Cetakan IX ; t.t.: Giliran Profesional damn Berakhlak. Jakarta:
Timur Publishing. Gema Insani, 2001.
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Tidore, Burhanudin, dalam sebuah Jurnal
Terjemahannya Jakarta: PT Toha Putra Theologi Dialektika pada Jurusan Aqidah
Semarang, 1989. filsafat dan Sosiologi Agama Fakultas
Duriana, Serangan al-Ghazali Terhadap Para Ushuluddin dan Dakwah, Institut Agama
Filosof dan Dampaknya Terhadap Islam Negeri (IAIN) Ambon (2008).
Perkembangan Filosof Islam. (Skripsi Unikom, Elib, Objek dan Metode Penelitian,
Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin, http://elib.-unikom.ac.id/-files/-
Ujung Pandang, 1987). disk1/534/jbpt-uni-kompp-gdl-
Duriana, Tasawuf di Dunia Islam. Cet.Pertama; gyanherlia-26682-6-unikom_g-i.pdf. h.
Jakarta: Hiliana Press, 2007. 39. lihat pula, Idtesis. Com, https://-
Fairuz, A.W. Munawir Muhammad, Kamus al- idtesis-.com-/-metode-deskriptif/, (23
Munawir Indonesia Arab Terlengkap. Cet Nopember 2015).
I; Yogyakarta : Pustaka Progresif, 2007. Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia
fiqkofallah, http://warasatul- Bebas, Naskah sumber, https://-id.-
anbiyak.blogspot.co.id/2013/07/hujjatul- wikipedia.org/-wiki/Naskah_sumber (23
islam-imam-ghazali.html. (15 Nopember Nopember 2015).
2015). Wikipedia, Ensiklopedia Bebas, Abu Hamid al-
Frager, Robert, Heart, Self, & Soul: The Sufi Ghazali http://wikipedia-ensiklopedia-
Psychology of Growth Balance, and bebas.blogspot.co.id/2013/07/abu-hamid-
Harmony, Terj. Hasmiyah Rauf, al-ghazali.html. (15 Nopember 2015).
Psikologi Sufi “ Untuk Transpormasi
Hati, Jiwa dan Ruh”. Cetakan I: Jakarta:
Zaman, 2014.
Fuad mahbub Siraj, Al-Ghazali Pembela Sejati
Kemurnian Islam Cetakan Pertama
Jakarta: Dian Rakyat, 2012.
Isma’il, Fu’ad Farid & Abdul Hamid
Mutawalli, Cara Mudah Belajar Filsafat
(Barat dan Islam). Cet I; Jogjakarta:
Ircisod, 2012.
Maksum, Zaki Zamani Muhammad Syukron,
Menghafal al-Qur’an itu Gampang
“Belajar Pada Maestro al-Qur’an
Nusantara”. Cetakan Pertama; Jagakarta:
Mutiara Media, 2009.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam Jakarta:
Raja Grafindo Persada. 1998.
Nurdin, M. Amin, Sejarah Pemikiranm Islam
Teologi Ilmu Kalam. Cetakan Pertama;
Jakarta: Amzah, 2012.
Rusn, Abidin Ibnu, Pemikiran al-Ghazali
Tentang Pendidikan. Cet. I; Yogyakarta :
Pustaka Pelajar Offset, 1998.
Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Qur’an: Tafsir
Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat.
Bandung : Mizan Pustaka Khazanah
Ilmu-Ilmu Islam, 1996.
Sumarna, Saleem Harja, Kepribadian Super
“Kepribadian yang Lain Dicari dan
Disukai Semua Orang”. Cetakan I;
Jogjakarta: Galmas Publisher, 2014.
Syirazi, Syaikh Nasir Makarim, Tafsir al-Amtsal,
Terj. Ahmad Sobandi, Husain Alkaf dan
Irwan kurniawan. Jilid 1. Beirut:
Mua’asasah al-Bi’itsah, 1992.
Qalbu Dalam Pandangan Al-Ghazali | 45

Anda mungkin juga menyukai