Anda di halaman 1dari 55

65

BAB IV
PENYAJIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Setting Penelitian

1. Sejarah SMK Farmasi IKASARI Pekanbaru

SMK Farmasi IKASARI Pekanbaru didirikan pada tanggal 23 Juli

1962 dengan bidang keahlian kesehatan dan program keahlian Farmasi.

Sekolah ini dibangun di bawah naungan Yayasan Universitas Riau.

Dahulu namanya adalah Sekolah Asisten Apoteker (SAA) IKASARI

Pekanbaru. Yayasan Universitas Riau yang beralamat di jalan Patimura

No.9 Pekanbaru dan status sekolah Farmasi ini swasta.

Pada tahun 2007 sekolah ini pindah gedung ke jalan Bangau Sakti

atau Mawar Panam Pekanbaru, pada tahun 2010 sekolah ini telah

menambah bidang keahlian yaitu Kimia Industri. Kemudian pada tahun

2014 SMK Farmasi IKASARI menambah bidang keahlian yaitu Analisis

Kesehatan. Jadi sekarang ini telah memiliki tiga bidang keahlian yakni

Farmasi, Kimia Industri dan Analisis Kesehatan. Sejak berdirinya

sekolah ini hingga sekarang telah terjadi beberapa kali pergantian kepala

sekolah yaitu sebagai berikut:

65
66

Tabel IV.1
Nama-Nama Kepala
SMK Farmasi IKASARI Pekanbaru
Dari Tahun 1962-Sekarang
NO Nama Kepala Sekolah Masa Jabatan
1 Dr. Tjan Kian Seng September 1962-Desember1964
2 Drs.Siahaan Januari1965-Juli 1965
3 Drs. P. Himawan Juli 1966-Mei 1966
4 Kaharudin Nasution Juni 1966- Januari 1972
5 Drs. Djawer Achmad Karib, Februari 1972-April 1973
Skm
6 Drs.A.Handojo. N Juni 1973-Juli 1983
7 Drs. Subradi Bali Juni 1983-juni 2008
8 Syahrullah Jadid, S.Pd. Juli 2008-sekarang

Adapun visi SMK Farmasi IKASARI Pekanbaru yakni menjadi

sekolah kejuruan dengan kompetensi unggul, profesional dan mandiri di

tingkat nasional dan internasional berlandaskan IPTEKS dan IMTAQ,

dan misinya adalah;

1. Menciptakan lingkungan sekolah yang intelektual, agamis dan

dinamis

2. Menempatkan dan menjadikan SDM (tenaga pendidik dan

kependidikan) sebagai model yang memiliki kompetensi keahlian,

profesional dan tauladan.

3. Melaksanakan proses pembelajaran tuntas, bermutu yang bersinergi

dengan kebutuhan dan perkembangan IPTEKS di DUDI.

4. Melaksanakan Komunikasi terbuka tenaga pendidik dan

kependidikan dalam memberikan pelayanan prima kepada peserta

didik dana masyarakat.

5. Mengembangkan mutu kelembagaan dan manajemen berbasis

sekolah
67

6. Meningkatkan mutu peserta didik dan lulusan dalam rangka

membentuk sumber daya manusia yang inovatif, kreatif, produktif,

dan mandiri.

7. Menumbuhkembangkan sarana dan prasarana pendukung proses

belajar mengajar (PBM) dan menjadikannya sebagai pengembangan

keahlian guru dan peserta didik.

8. Menjalin kerja sama sekolah di tingkat Nasional dan Internasional.

9. Menjalin kerjasama dengan alumni untuk kemajuan sekolah.

10. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) secara berkelanjutan

dengan melibatkan semua warga sekolah dan stackholder.

2. Struktur Organisasi SMK Farmasi IKASARI Pekanbaru

Berikut Struktur Organisasi SMK Farmasi IKASARI Pekanbaru;

Struktur Organisasi Sekolah

Kepala Sekolah : Syahrullah Jadid, S.Ag.

Waka. Kurikulum : Endria Erman, S.Si.

Waka. Kesiswaana : Sumetri Elona, S.Pd.

Waka.HUMAS dan DUDI : Taupit Hidayat, S.Farm, Apt

Kepala Tata Usaha : Almasri

Bendahara : Kasmariati, S.Pd.

Ketua Program Farmasi : Yannet Triski N, M.Farm, Apt

Ketua Program Analis Kesehatan : Susilawati

Ketua Program Kimia Industri : Yulia Andriana, S,Si.

Ka.Lab, Kom. UR. ADM Akademik: Denny Mulyana, A.Md.


68

UR.ADM Umum : Dea Yulidha Irianti

UR.ADM Umum : Sani Sahuri

UR.ADM Umum/ wali kelas : Astri Dewi Putri, S.Pd.

UR.ADM.Umum/ Perlengkapan : Warsidi

UR.ADM Sarpras : Banjar Isman

Kepala Perpustakaan : Kastaruddin, S.Ag.

Pegawai Perpustakaan : Widya Savitri Diana, S.Pd.

Bimbingan Konseling/wali kelas : Melinda Hasiani, S.Psi.

Bimbingan Konseling/wali kelas : Putri Yana Dewi, S.Pd.

Kepala Lab. Kimia Terapan : Fransiska Carolina Sinaga, S.T

Kepaa Lab Kimia Terapan : Rizki Amelia, S.Farm, Apt

Kepala Lab.Resep : Yuwita, AMF

3. Kurikulum

Kurikulum yang digunakan di SMK Farmasi IKASARI

Pekanbaru adalah kurikulum tahun 2006 atau lebih dikenal dengan nama

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

4. Sumber Daya Manusia

a. Pimpinan (Kepala Sekolah)

Kepala sekolah atau pimpinan merupakan jabatan tertinggi

yang memimpin sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab penuh


69

atas sekolah yang dipimpinnya dan berperan sebagai penanggung

jawab.

b. Tenaga Pengajar dan Pegawai Administrasi

Tabel IV.2
Tenaga Pengajar
Pegawai Administrasi, Pustakawan Dan Laboran
Keadaan Guru/ Mutasi Total
No LK PR Jlh KET
pag. Adm Masuk Keluar Jumlah
1 Guru Tetap/ 7 29 36 - - 36
DPK
2 Guru Tidak 18 15 33 - - 33
Tetap
3 GTT Pemko - - - - - -
4 Guru Bantu - - - - - -
5 Guru Bantu - - - - - -
Pemko
6 Pegawai Tetap 10 15 25 - - 25
7 Pegawai Tidak 2 3 5 - - 5
Tetap
Jumlah 37 62 99 - - 99

c. Keadaan Siswa
Tabel IV.3
Keadaan Siswa

Jumlah Kelas Jml Siswa Total Siswa


KK X XI XII
X XI XII Jlh
L P L P L P L P Jlh
F 4 4 4 12 20 140 24 134 24 123 68 397 465
KI 2 0 0 2 17 45 0 0 0 0 17 45 62
AK 2 1 0 3 13 65 3 36 0 0 16 101 117

Keterangan:

KK : Kompetensi Keahlian

F : Farmasi

KI : Kimia Industri

AK : Analisis Kesehatan
70

5. Sarana dan Prasarana

Tabel IV.4
Sarana Dan Prasarana
Keadaan
No Nama fasilitas Tidak Jumlah Kondisi
Ada
ada
01 Ruang belajar/Kelas √ 14 Baik
02 Ruang Kepala Sekolah √ 1 Baik
Ruang Wakil Kepala
03 √ 1 Baik
Sekolah
04 Ruang Tata Usaha √ 1 Baik
05 Ruang Guru √ 1 Baik
06 Ruang Praktik √ 4 Baik
07 Aula/ Ruang Serbaguna √ 1 Baik
08 Bengkel √ - -
09 Pustaka √ 1 Baik
10 UKS √ 1 Baik
11 Gudang √ 2 Baik
12 Ruang Multimedia √ - -
13 Laboratorium Komputer √ 1 Baik
14 Laboratorium Fisika √ - -
15 Laboratorium Biologi √ - -
16 Laboratorium Kimia √ 1 Baik
17 Laboratorium Bahasa √ - -
18 Lain-lain √ 2 Baik
Jumlah 13 5 31 Baik

B. Hasil Penelitian

1. Tahap Analisis

a. Hasil Analisis Kinerja

Analisis kinerja dilakukan dengan merinci isi materi ajar

dalam bentuk garis besar. Analisis ini mencakup:


71

1) Analisis Struktur Isi

Berdasarkan kurikulum KTSP mata pelajaran

matematika tingkat SMK kelas XI, diperoleh:

Tabel IV.5
SK, KD, Indikator dan Tujuan Pembelajaran
SK 1. Barisan dan Deret

Menerapkan konsep barisan dan deret dalam permecahan masalah.

KD 1. Menerapkan konsep barisan dan deret aritmatika

2. Menerapkan konsep barisan dan deret geometri

Indikator 1. Mampu menentukan rumus suku ke-𝑛 dari suatu barisan

aritmatika

2. Mampu menentukan suku ke-𝑛 barisan bilangan

3. Mampu menghitung deret aritmatika

4. Mampu menentukan rumus suku ke-𝑛 dari suatu barisan geometri

5. Mampu menentukan suku ke-𝑛 barisan geometri

6. Mampu menghitung deret geometri

7. Mampu menghitung deret geometri tak hingga

2) Analisis Konsep

Modul ini berisi beberapa materi yang berkaitan dengan

barisan dan deret sebagai berikut:

a) Pembelajaran 1 : Barisan aritmatika dan deret aritmatika

b) Pembelajaran 2 : Barisan geometri, deret geometri dan deret

geometri tak hingga


72

b. Hasil Analisis kebutuhan

Modul akan digunakan oleh siswa SMK kelas XI yang

berusia 15-16 tahun. Sesuai dengan perkembangan kognitif menurut

Piaget, perkembangan kognitif anak usia 11 tahun ke atas telah

mencapai tahap formal operasional yang berarti telah meningkat dari

tahap konkrit operasional. Tahap formal operasional tersebut

merupakan operasi mental tingkat tinggi. Di sini siswa sudah dapat

berhubungan dengan peristwa-peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak

hanya dengan objek-objek konkrit.1

Dari penjabaran di atas terlihat bahwa siswa usia SMK

kelas XI telah mampu memahami dan menginterpretasikan simbol-

simbol yang bersifat abstrak. Ini berarti bahwa tingkat kreativitas

siswa mulai berkembang dengan baik ketika telah memasuki umur

11 tahun ke atas. Ini sejalan dengan pendapat Torrance yang

mengatakan bahwa pada masa remaja individu sudah mampu

berpikir secara abstrak dan sistematis untuk memecahkan suatu

persoalan yang bersifat hipotesis, bahkan mampu berpikir melebihi

realitas yang ada. Dengan demikian, dapat diperhitungkan

kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan

datang.2

1
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2006), h.6
2
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja. (Jakarta: Bumi Aksara.
2008), h. 50
73

Di dalam pembelajaran matematika contohnya, siswa

dikatakan berpikir kreatif matematis jika telah mampu menemukan

dan menyelesaikan masalah matematika dengan banyak cara atau

penyelesaian yang bermacam-macam serta tidak mudah puas dengan

apa yang diperoleh, selalu ingin mengembangkan pemikiran dengan

jawaban yang unik dan berbeda dari yang biasanya. Namun,

berdasarkan hasil survei dan observasi yang peneliti lakukan di

dalam kelas, masih banyak siswa yang belum menyelesaikan

permasalahan secara kreatif. Ini terlihat dari jawaban siswa yang

masih kaku, terpaku pada rumus yang ada dan jawabannya tidak jauh

berbeda dari penyelesaian yang diberikan oleh guru.

Utami munandar mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kreativitas adalah usia, tingkat pendidikan orang tua,

tersedianya fasilitas dan penggunaan waktu luang.3 Oleh karena itu,

pada penelitian ini peneliti mengembangkan sebuah modul

matematika guna memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa. Modul ini berbasis pendekatan metakognitif yang

berisi pertanyaan-pertanyaan metakognitif.

2. Tahap Desain

Tahap desain merupakan tahapan untuk merancang modul

matematika berbasis pendekatan metakognitif serta komponen-komponen

yang berkaitan dengan modul matematika tersebut. Modul matematika

3
Ibid, h. 53
74

berbasis pendekatan metakognitif secara keseluruhan dapat dilihat pada

lampiran I.

Desain tampilan modul dan beberapa komponen yang telah

dilakukan perbaikan sesuai dengan saran dan komentar dari para

validator disajikan beserta penjelasannya sebagai berikut:

a. Cover

Ketika dinilai oleh validator ahli teknologi cover modul

matematika berbasis pendekatan metakognitif pada awalnya

perbaikan dalam tatanan gambar dan warna. Validator menyarankan

untuk memperbaiki tatanan gambar dan warna sekaligus

memperbaiki tulisan pada cover yang kurang jelas.

Gambar IV.1 Desain Cover Sebelum dan Sesudah Revisi

b. Peta Kedudukan Modul dan Peta Konsep

Peta kedudukan modul merupakan diagram yang

menunjukkan kedudukan modul dalam keseluruhan pembelajaran.

Di dalam modul juga disajikan peta konsep dengan tujuan agar siswa
75

mengenali materi dan mengonsepkan pikirannya sebelum memulai

pembelajaran.

Gambar IV.2 Desain Peta Kedudukan Modul dan Peta Konsep

c. SK, KD, Indikator dan Tujuan Pembelajaran

Standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator


dan tujuan pembelajaran disajikan dalam 1 lembar tiap sebelum
memasuki pembelajaran.

Gambar IV.3
Desain SK, KD, Indikator dan Tujuan Pembelajaran
76

d. Pembelajaran

Pembelajaran dimulai dengan ilustrasi-ilustrasi yang

merangsang metakognitif siswa dilengkapi dengan pertanyaan-

pertanyaan metakognitif.

Gambar IV.4 Desain Pembelajaran


77

e. Gambar Animasi

Untuk menarik perhatian siswa dalam belajar menggunakan

modul matematika ini, maka pada modul disajikan gambar animasi

yang menarik. Gambar animasi ini disajikan dan disesuaikan tempat

dan topiknya, sehingga tidak mengganggu siswa dalam memahami

materi.

Bagaimana
yaaa?

Gambar IV.5
Desain Gambar Animasi

f. Pertanyaan Metakognitif Pada Materi Pembelajaran

Modul matematika yang dikembangkan berbasis pendekatan

metakognitif, sehingga di dalam modul didominasi oleh pertanyaan-

pertanyaan metakognitif. Pertanyaan-pertanyaan ini terdiri dari 3

tahap, yaitu tahap perencanaan, pemantauan dan evaluasi.


78

Gambar IV.6 Desain Pertanyaan Metakognitif


Pada Materi Pembelajaran

g. Pertanyaan Metakognitif Pada Contoh soal

Contoh soal pada modul terdapat pertanyaan-pertanyaan

metakognitif sesuai dengan langkah-langkah pendekatan

metakognitif, yaitu perencanaan, pemantauan serta evaluasi.

Pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu siswa dalam penyelesaian

masalah dan berpikir kreatif.


79

Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan


Perencanaan Pemantauan Evaluasi

Apakah kamu
Apakah saya Jika, tidak paham: paham?
paham dengan soal Apa kendala kamu
yang diberikan? Mengapa saya dalam penyelesaian
tidak memahami soal ini?
soal ini?
Apa perencanaan Apakah kamu
yang akan saya menemukan jalan
Apakah semua lain dalam
buat untuk yang diketahui penyelesaian
menyelesaikan sudah tertulis? jawaban?
soal?  Jika ada, tulis
Apakah ada cara penyelesaiannya
Apa saja yang lain untuk di buku tulismu,
ditanya pada soal? menyelesaikan kemudian
soal ini? perlihatkan pada
gurumu

Gambar IV.7 Desain Pertanyaan Metakognitif Pada Contoh Soal

Selain desain modul, pada tahap desain ini juga dilakukan proses

desain instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Instrumen

penelitian yang dimaksud berupa lembar validasi instrumen, lembar

validasi materi pembelajaran, lembar validasi teknologi pendidikan,

lembar angket praktikalitas siswa dan lembar soal tes kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa. Namun sebelum dilakukan desain

instrumen, yang dilakukan terlebih dahulu adalah membuat kisi-kisi

instrumen.

3. Tahap Development

a. Validasi Instrumen Penelitian

Setelah modul didesain, kemudian modul divalidasi oleh

validator ahli materi pembelajaran dan ahli teknologi pendidikan


80

dengan menggunakan angket validasi. Angket-angket validasi ini

terlebih dahulu divalidasi oleh validator ahli instrumen. Validator

untuk validasi instrumen pada penelitian ini adalah salah satu dosen

Pendidikan Matematika di UIN SUSKA Riau.

Instrumen penelitian yang akan divalidasi adalah lembar uji

validitas materi pembelajaran, lembar uji validitas teknologi

pendidikan, lembar angket praktikalitas siswa dan lembar soal tes

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Instrumen divalidasi

berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sebelum mendesain

instrumen. Lembar kisi-kisi instrumen ini dapat dilihat pada

lampiran B. Kemudian lembar validasi angket uji validitas materi

dapat dilihat pada lampiran C.1, lembar validasi angket uji validitas

teknologi pendidikan pada lampiran C.2, lembar validasi angket

praktikalitas siswa pada lampiran C.3 dan lembar soal tes

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada lampiran C.4.

b. Validasi Modul

Setelah dinyatakan valid, maka instrumen penelitian dapat

digunakan untuk memperoleh data penelitian. Pada proses validasi

modul, dilakukan uji validitas materi pembelajaran dan uji validitas

teknologi pendidikan. Uji validitas materi pembelajaran ini

dilakukan untuk melihat tingkat validitas modul dari syarat didaktik,

syarat konstruksi dan pendekatan metakognitif. Lembar validasi

materi pembelajaran ini dapat dilihat pada lampiran D.1.


81

Validasi materi pembelajaran dilakukan dengan ahli materi

pembelajaran khususnya pada materi barisan dan deret. Validator

ahli materi pembelajaran ini terdiri dari 2 orang, yaitu dosen pada

Pendidikan Matematika UIN SUSKA Riau sebagai validator I dan

guru mata pelajaran matematika pada SMK Farmasi IKASARI

Pekanbaru sebagai validator II.

Kemudian uji validitas teknologi pendidikan dilakukan untuk

melihat tingkat validitas modul dari syarat teknis. Lembar validasi

teknologi pendidikan ini dapat dilihat pada lampiran D.2.

Validasi teknologi pendidikan dilakukan dengan ahli

teknologi pendidikan yang terdiri dari 2 orang, yaitu dosen pada

Pendidikan Matematika UIN SUSKA Riau sebagai validator I dan

guru mata pelajaran matematika SMK Farmasi IKASARI Pekanbaru

sebagai validator II.

Tujuan dilakukannya validasi ini agar modul matematika

yang dikembangkan dapat dinilai dan diberi saran perbaikan oleh

para ahli sebagai bahan revisi. Setelah dinyatakan valid dan setelah

dilakukan revisi berdasarkan saran-saran dari validator, modul diuji

cobakan kepada siswa.

4. Tahap Implementasi

a. Uji Coba Kelompok Kecil

Modul matematika berbasis pendekatan metakognitif yang

telah divalidasi oleh ahli materi pembelajaran dan ahli teknologi


82

pendidikan pada tahap development direvisi sesuai dengan saran dan

komentar dari validator sebelum diuji cobakan kepada siswa.

Berdasarkan saran dari para ahli terdapat beberapa komponen yang

perlu ditambahkan dan diperbaiki. Hal ini bertujuan agar modul

matematika yang dikembangkan semakin baik dan layak

diimplementasikan kepada siswa di lapangan.

Setelah direvisi, modul matematika berbasis pendekatan

metakognitif tersebut terlebih dahulu diuji cobakan kepada

kelompok kecil yaitu terdiri 6 orang siswa. Hal ini dilakukan dengan

tujuan untuk menguji apakah di dalam modul masih ditemukan

kesalahan atau kekurangan dan meminta saran perbaikan

berdasarkan kesalahan yang ditemukan oleh siswa.

Siswa yang menjadi subjek uji coba kelompok kecil ini

adalah siswa kelas XI 4 Farmasi SMK Farmasi IKASARI Pekanbaru

yang dipilih 6 orang siswa. Uji coba kelompok kecil ini dilakukan

sebelum siswa memasuki pembelajaran barisan dan deret. Modul

matematika dipelajari oleh siswa selama 1 minggu penuh. Kemudian

dilakukan wawancara, dengan pedoman wawancara dapat dilihat

pada lampiran D.3b serta hasil wawancara dapat dilihat pada

lampiran E.3. Data dan saran serta komentar yang didapatkan dari uji

coba kelompok kecil ini dijadikan bahan revisi sebelum modul diuji

cobakan kepada kelompok terbatas.


83

b. Uji Coba Kelompok Terbatas

Setelah modul direvisi, selanjutnya baru dilakukan uji coba

kelompok terbatas terhadap 1 kelas yang terdiri dari 40 orang siswa.

Sebelumnya modul telah diberikan kepada siswa sebelum memasuki

materi yang akan dipelajari. Dengan demikian siswa bisa belajar di

rumah terlebih dahulu sebelum melakukan proses pembelajaran di

dalam kelas.

Uji coba kelompok terbatas ini dilakukan kepada siswa kelas

XI 3 Farmasi SMK Farmasi IKASARI Pekanbaru yang berjumlah 40

orang siswa. Penelitian dilakukan di dalam kelas selama 5 kali

pertemuan, dengan RPP dapat dilihat pada lampiran A.2.

c. Uji Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Setelah siswa belajar dengan menggunakan modul

matematika berbasis pendekatan metakognitif, di akhir pembelajaran

siswa diberikan soal tes untuk mengetahui tingkat kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa. Soal tes yang diberikan terdiri dari

4 butir soal yang setiap soal mengandung satu indikator berpikir

kreatif matematis. Kisi-kisi soal tes dapat dilihat pada lampiran C.4,

dan soal tes dapat dilihat pada lampiran D.4a. Kriteria skor

kemampuan berpikir kreatif matematis juga dapat dilihat pada

lampiran D.4b.
84

5. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi pada penelitian ini dilakukan pada tahap

development dan implementasi guna untuk kebutuhan revisi. Tahap

evaluasi ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis kevalidan dan

kepraktisan modul matematika yang dikembangkan pada tahap

implementasi yang kemudian dilakukan revisi serta menganalisis hasil

tes siswa untuk tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

a. Evaluasi Pada Tahap Development

1) Evaluasi hasil validasi instrumen

Berdasarkan data pada lampiran tersebut, validator

memberi nilai A untuk angket validasi ahli materi pembelajaran,

angket ahli teknologi pendidikan, angket praktikalitas siswa dan

lembar soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Itu

berarti, instrumen ini “dapat digunakan tanpa revisi”. Oleh

karena itu, instrumen tersebut sudah dapat digunakan dalam

penelitian.

2) Evaluasi proses validasi modul

Proses validasi modul dilakukan setelah instrumen

dinyatakan valid oleh validator instrumen. Validasi modul

terhadap materi pembelajaran dan teknologi pendidikan

dilakukan sekaligus. Berikut hasil dari validasi modul yang telah

dilakukan pada tahap development:


85

a) Data hasil validasi ahli materi pembelajaran

Hasil penilaian tiap komponen yang dinilai oleh

validator I dan validator II ahli materi pembelajaran

terhadap modul matematika yang dikembangkan melalui

instrumen angket validasi ahli materi pembelajaran

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran E.1. Hasil validasi

oleh ahli materi pembelajaran dapat dilihat pada tabel IV.6

halaman 86.

Berdasarkan tabel tersebut, jelas terlihat bahwa

persentase keseluruhan dari penilaian kedua ahli materi

pembelajaran adalah sangat valid dengan persentase 85,93%

karena berada pada interval 80%-100%, sehingga modul

matematika tidak memerlukan revisi yang berat. Namun

komentar dan saran dari ahli materi pembelajaran dijadikan

bahan perbaikan untuk penyempurnaan modul matematika

ini lebih baik lagi.

b) Data hasil validasi ahli teknologi pendidikan

Hasil penilaian tiap komponen yang dinilai oleh

validator I dan validator II ahli teknologi pendidikan terhadap

modul matematika yang dikembangkan melalui instrumen

angket validasi ahli teknologi pendidikan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran E.2. Hasil validasi oleh ahli teknologi

pendidikan dapat dilihat pada tabel IV.7 halaman 87.


86

Tabel IV.6
Hasil Validasi Ahli Materi Pembelajaran
Terhadap Modul Matematika Berbasis
Pendekatan Metakognitif
Variabel Nomor Nilai
No Indikator Kriteria
Validitas Pertanyaan Validitas
Kesesuaian modul
Sangat
dengan kurikulum dan 1, 2, 3, 14 85%
valid
indikator pembelajaran
Syarat Penekanan pada kemam-
1
Didaktik puan berpikir kreatif 4, 15 80% Valid
matematis
Ketercapaian kompetensi
6, 7, 27 80% Valid
pada latihan soal
Penggunaan bahasa yang
Sangat
sesuai dengan tingkat 21, 22, 23 83,33%
valid
perkembangan siswa
Penyajian materi dengan
jelas dan sederhana serta Sangat
8, 9, 10, 11 90%
memiliki judul dan valid
Syarat rincian materi
2
Konstruksi Penyediaan ruang khusus
untuk menulis atau Sangat
12 90%
menggambar sesuatu valid
pada modul
Kelengkapan modul 26 80% Valid
Tujuan yang jelas dan Sangat
13, 20 90%
bermanfaat valid
Setiap materi di dalam
modul didominasi oleh
16, 17 80% Valid
pertanyaan-pertanyaan
metakognitif
Penyediaan kotak khusus
Sangat
ungkapan suara hati atau 5 100%
valid
Syarat penilaian siswa
3 Pendekatan Pertanyaan-pertanyaan
Sangat
Metakognitif yang disajikan merang- 18, 19 90%
valid
sang metakognisi siswa
Arahan kepada siswa
Sangat
untuk lebih aktif dan 24 90%
valid
kreatif dalam belajar
Keterkaitan antar topik Sangat
25 90%
yang disajikan valid
Sangat
Rata-rata 85,93%
valid
87

Tabel IV.7
Hasil Validasi Ahli Teknologi Pendidikan
Terhadap Modul Matematika Berbasis
Pendekatan Metakognitif
Nomor Nilai
No Indikator Kriteria
Pertanyaan Validitas
Penggunaan
2, 4, 5, 9,
1 huruf dan tulisan 80% Valid
10, 11, 12
pada modul
1, 3, 7, 8,
2 Desain modul 78% Valid
13
Penggunaan Sangat
3 6, 15, 16 86,67%
gambar Valid
Sangat
4 Tampilan modul 14, 17, 18 86,67%
Valid
Sangat
Rata-rata 81,67%
Valid

Berdasarkan tabel perhitungan di atas, jelas terlihat

bahwa persentase keseluruhan dari penilaian oleh kedua ahli

teknologi pendidikan adalah sangat valid dengan persentase

81,67% karena berada pada interval 80%-100%, sehingga

modul matematika tidak memerlukan revisi yang berat.

Namun komentar dan saran dari ahli teknologi pendidikan

dijadikan bahan perbaikan untuk penyempurnaan modul

matematika ini lebih baik lagi.

c) Data keseluruhan (ahli materi pembelajaran dan ahli

teknologi pendidikan)

Data keseluruhan dari ahli materi pembelajaran dan

ahli teknologi pendidikan yang telah didapatkan kemudian

dijumlahkan dan dibagi dua seperti yang disajikan di dalam

tabel berikut:
88

Tabel IV.8
Perhitungan Data Hasil Uji Validitas
Secara Keseluruhan
No Validator modul Persentase keidealan
1 Ahli Teknologi Pendidikan 85,93%
2 Ahli Materi Pembelajaran 81,67%
Rata-rata 83,8% (sangat valid)

Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan bahwa

tingkat kevalidan modul matematika yang telah

dikembangkan adalah 83,8% yang berarti modul

matematika ini termasuk ke dalam kategori sangat valid

karena berada pada interval 80%-100%, sehingga modul

matematika ini sudah layak untuk diuji cobakan pada siswa.

Namun saran dan komentar dari para ahli dijadikan bahan

perbaikan untuk penyempurnaan modul lebih baik lagi.

Saran-saran dari validator tersebut dapat dilihat pada tabel

IV.9 halaman 89.

b. Evaluasi Pada Tahap Implementasi

1) Data hasil wawancara pada uji kelompok kecil

Setelah modul direvisi pada tahap development dan

sebelum modul diuji cobakan pada kelompok terbatas, modul

diuji cobakan terlebih dahulu pada kelompok kecil yaitu

terhadap 6 orang siswa. Ketika uji coba lapangan kecil ini, siswa

menemukan beberapa kekurangan dan memberikan beberapa

saran seperti yang disajikan di dalam tabel IV.10 halaman 89.


89

Tabel IV.9
Saran Validator Terhadap Modul Matematika
Berbasis Pendekatan Metakogitif
No Validator Saran Perbaikan
1 Validator ahli Buat contoh soal dan latihan Sudah
materi sesuai indikator berpikir diperbaiki
pembelajaran I kreatif, tambahkan peta
konsep
2 Validator ahli Penambahan contoh soal, Sudah
materi perbaiki ilustrasi pada diperbaiki
pembelajaran II materi barisan geometri,
perbaikan gambar ilustrasi
3 Validator ahli Perlu perbaikan pada Sudah
teknologi tatanan gambar dan warna diperbaiki
pendidikan I pada cover, perbaiki ukuran
huruf dari halaman i-v dan
daftar pustaka, serta
konsisten antara
“kepustakaan” atau “daftar
pustaka”
4 Validator ahli Tahun pada kata pengantar, Sudah
teknologi kurang jelasnya tulisan yang diperbaiki
pendidikan II terdapat pada cover, tukar
kata “anda” dengan kata
“kamu”.

Tabel IV.10
Saran Siswa Terhadap Modul Matematika
Berbasis Pendekatan Metakognitif
No Saran dan komentar Perbaikan
Tambahan kesimpulan/
1 Sudah diperbaiki
rangkuman materi
Kesalahan pada kunci jawaban
latihan 2 nomor 2 dan kekeliruan
2 Sudah diperbaiki
pada penyelesaian contoh soal
pada halaman 18
Tambahan rumus untuk deret,
3 Sudah diperbaiki
yaitu 𝑈𝑛 = 𝑆𝑛 − 𝑆𝑛−1
Perbaiki ilustrasi untuk materi
4 Sudah diperbaiki
barisan geometri

Pendapat, saran dan komentar dari siswa ini didapatkan

melalui wawancara yang peneliti lakukan pada siswa serta


90

melalui pendapat siswa yang ditulis di dalam modul. Hal ini

juga dijadikan bahan pertimbangan dalam mengevaluasi serta

merevisi modul matematika yang dikembangkan.

2) Data hasil uji praktikalitas kelompok terbatas

Setelah dilakukan uji coba kelompok kecil dan

melakukan revisi, maka langkah selanjutnya modul diuji

cobakan pada kelompok terbatas terhadap siswa satu kelas. Pada

hari terakhir pembelajaran di kelas, dilakukan uji praktikalitas

guna melihat apakah modul yang dikembangkan sudah praktis

digunakan oleh siswa dalam pembelajaran atau belum. Hasil

penilaian oleh siswa terhadap modul matematika yang

dikembangkan dapat dilihat pada lampiran E.4a. Distribusi skor

angket uji praktikalitas juga dapat dilihat pada lampiran E.4b.

Hasil penilaian uji praktikalitas pada saat uji coba dipaparkan

dalam tabel berikut:

Tabel IV.11
Persentase Praktikalitas Pada Saat Uji Coba
Nilai
No Indikator Kriteria
Praktikalitas
1 Minat siswa dan tampilan modul 84% Sangat praktis
2 Penggunaan modul 80% Sangat praktis
Pendekatan metakognitif dan
3 kemampuan berpikir kreatif 79,58% Praktis
matematis
4 Waktu penggunaan 77% Praktis
5 Evaluasi 85% Sangat praktis
Rata-rata 81,71% Sangat praktis

Berdasarkan perhitungan di atas, jelas terlihat bahwa

persentase keseluruhan dari penilaian siswa pada uji coba


91

kelompok terbatas adalah 81,71% yang berarti modul yang

dikembangkan sangat praktis bagi siswa, karena berada pada

interval 80%-100%, sehingga modul matematika tidak

memerlukan revisi. Namun saran dan komentar dari siswa

dijadikan bahan pertimbangan dalam penyempurnaan modul ini.

3) Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

Setelah uji coba kelompok terbatas, selanjutnya

dilakukan tes. Tes yang dilakukan bertujuan untuk melihat

tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa setelah

menggunakan modul matematika berbasis pendekatan

metakognitif. Tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa dapat diketahui dengan berpanduan pada tabel III.6 pada

halaman 63 tentang kriteria umum kualifikasi kemampuan

berpikir kreatif matematis. Secara rinci, hasil tes siswa dapat

dilihat pada lampiran E.5. Berikut data hasil kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa setelah menggunakan modul

matematika berbasis pendekatan metakognitif.

Tabel IV.12
Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Indikator Kemampuan Persentase
No Predikat
Berpikir Kreatif Matematis (%)
1 Kelancaran 77,5 Sedang
2 Keluwesan 82,5 Tinggi
3 Keterincian 80,63 Tinggi
4 Keaslian 83,75 Tinggi
Rata-rata 81,09 Tinggi
92

Berdasarkan perhitungan di atas, jelas terlihat bahwa rata-rata

dari hasil tes siswa untuk kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa adalah 81,09% dengan demikian tingkat kemampuan berpikir

kreatif matematis siswa telah mencapai predikat tinggi, karena

berada pada interval 80%-100%. Hal ini berarti bahwa modul

matematika berbasis pendekatan metakognitif yang dikembangkan

telah memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

kelas XI 3 Farmasi.

C. Pembahasan

1. Analisis Validasi Modul

a. Validasi Ahli Materi Pembelajaran

Hasil analisis data menunjukkan bahwa modul matematika

berbasis pendekatan metakognitif dikategorikan sangat valid dengan

nilai validitas adalah 85,93%. Hal ini menunjukkan bahwa modul

berbasis pendekatan metakognitif yang dihasilkan telah teruji dan

dinyatakan valid oleh validator sehingga sudah layak dijadikan

sebagai bahan ajar.

Hasil validasi yang dilakukan oleh ahli materi pembelajaran,

setiap komponen dianalisis secara deskriptif sebagai berikut:

1) Dilihat dari syarat didaktik, modul matematika berbasis

pendekatan metakognitif ini termasuk kategori sangat valid

dengan persentese 82,22%. Pada syarat didaktik ini terdapat 3


93

indikator dan setiap indikator terdiri dari beberapa komponen.

Hal ini dideskripsikan sebagai berikut:

a) Indikator 1 berisi tentang “kesesuaian modul dengan

kurikulum dan indikator pembelajaran”. Indikator ini

dinyatakan sangat valid dengan persentasenya 85%, hal ini

berarti modul matematika yang dikembangkan telah sesuai

dengan kurikulum dan indikator pembelajaran. Selanjutnya

komponen-komponen pada indikator 1 dianalisis lebih rinci

lagi sebagai berikut:

(1) Materi pada modul matematika berbasis pendekatan

metakognitif sudah merujuk pada kurikulum yang

berlaku karena memperoleh persentase 90%

(2) Materi pada modul matematika berbasis pendekatan

metakognitif sudah menunjuang pencapaian

kompetensi dengan persentase 80%

(3) Materi pada modul matematika berbasis pendekatan

metakognitif sangat sesuai dengan indikator

pembelajaran dengan persentase 90%

(4) Keluasan dan kedalaman isi modul matematika berbasis

pendekatan metakognitif dinyatakan valid dengan

persentase 80%

b) Indikator 2 berisi tentang “penekanan pada proses

kemampuan berpikir kreatif matematis”. Indikator ini


94

termasuk kategori valid yaitu dengan persentase 80%, hal

ini berarti bahwa modul matematika yang dikembangkan

dapat memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa. Selanjutnya komponen-komponen pada indikator 2

dianalisis lebih rinci lagi sebagai berikut:

(1) Modul matematika berbasis pendekatan metakognitif

yang dikembangkan dinyatakan cukup mendukung

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa karena

termasuk ke dalam kategori cukup valid dengan

persentase 60%. Oleh karena itu, peneliti harus

memperbaiki dan menambah contoh soal untuk berpikir

kreatif matematis siswa sesuai dengan saran dari

validator

(2) Uraian materi dalam modul matematika berbasis

pendekatan metakognitif dapat mendorong siswa

menggunakan metakognitifnya dalam berpikir kreatif

dengan persentase 70%

c) Indikator 3 berisi tentang “ketercapaian kompetensi pada

latihan soal”. Latihan soal yang terdapat di dalam modul

dapat mengukur ketercapaian kompetensi siswa dengan

persentase 80%. Selanjutnya komponen-komponen pada

indikator 3 dianalisis lebih rinci lagi sebagai berikut:


95

(1) Latihan dalam modul matematika berbasis pendekatan

metakognitif dapat dijadikan sebagai alat latihan siswa

di sekolah maupun di rumah memperoleh persentase

70%

(2) Latihan dalam modul matematika berbasis pendekatan

metakognitif dapat mengukur ketercapaian kompetensi

dengan persentase 80%

(3) Komponen yang menyatakan “terdapat soal latihan

pada setiap akhir pembelajaran” dinyatakan sangat

valid dengan persentase 90%

2) Dilihat dari syarat konstruksi, modul matematika berbasis

pendekatan metakognitif ini termasuk kategori sangat valid

dengan persentase 87,27%. Pada syarat konstruksi terdapat 5

indikator dan setiap indikator terdiri dari beberapa komponen.

Hal ini dideskripsikan lebih rinci lagi sebagai berikut:

a) Indikator 1 berisi tentang “penggunaan bahasa yang sesuai

dengan tingkat perkembangan siswa”. Indikator 1 ini

termasuk kategori sangat valid dengan persentase 83,33%,

dengan demikian penggunaan bahasa yang digunakan pada

modul telah sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

Komponen-komponen yang terdapat di dalam indikator ini

dianalisis dan dideskripsiskan lebih rinci lagi sebagai

berikut:
96

(1) Bahasa yang digunakan di dalam modul matematika

sudah sesuai dengan EYD dengan persentase 80%

(2) Bahasa yang digunakan sangat komunikatif karena

persentasenya 90%

(3) Kejelasan petunjuk atau arahan yang terdapat di dalam

modul sangat valid dengan persentase 90%

b) Indikator 2 berisi tentang “penyajian materi dengan jelas

dan sederhana serta memiliki judul dan rincian materi”.

Indikator ini termasuk kategori sangat valid dengan

persentase 90%. Hal ini berarti bahwa modul yang

dikembangkan sudah memiliki judul materi, rincian materi

pokok sangat baik serta disajikan dengan sangat sederhana

dan jelas. Komponen-komponen pada indikator 2 ini

dianalisis lebih rinci lagi yaitu:

(1) Materi pada modul matematika berbasis pendekatan

metakognitif disajikan dengan sangat sederhana dan

jelas dengan persentase 90%

(2) Kalimat yang digunakan pada modul matematika

berbasis pendekatan metakognitif sangat mudah

dipahami siswa karena persentasenya 90%

(3) Modul berbasis pendekatan metakognitif mempunyai

identitas (judul materi) yang sangat valid dengan

persentase 90%
97

(4) Pada modul matematika berbasis pendekatan

metakognitif ini sudah terdapat materi pokok dan

rinciannya dengan persentase 90%

c) Indikator 3 berisi tentang “penyediaan ruang khusus untuk

menulis dan menggambar pada modul”. Indikator 3 ini

termasuk kategori sangat valid dengan persentase 90%, hal

ini berarti bahwa modul yang dikembangkan telah

mempunyai ruang khusus yang sangat memadai bagi siswa

untuk menulis dan menggambar pada modul. Pada indikator

3 ini hanya terdapat satu komponen, yaitu penyediaan

whitespace (kolom kosong).

d) Indikator 4 berisi tentang “kelengkapan modul”. Indikator

ini termasuk ke dalam kategori valid dengan persentase

70%, hal ini berarti bahwa modul yang dikembangkan

sudah lengkap karena sudah memiliki deskripsi singkat,

petunjuk panggunaan dan daftar pustaka, namun belum

terdapat peta konsep sebagaimana komentar yang diberikan

pada halaman saran oleh validator. Kemudian hal ini

menjadi bahan perbaikan untuk modul lebih baik lagi.

e) Indikator 5 menyatakan tentang “tujuan yang jelas dan

bermanfaat”. Indikator ini termasuk kategori sangat valid

dengan persentase 90% yang berarti bahwa modul yang

dikembangkan sudah mempunyai tujuan yang sangat jelas


98

dan bermanfaat. Indikator 5 ini terdiri dari 2 komponen,

hasil analisis deskriptifnya sebagai berikut:

(1) Tingkat relevansi modul yang dikembangkan dengan

tujuan pembelajaran sangat tinggi dengan persentase

90%

(2) Setiap kegiatan yang disajikan pada modul mempunyai

tujuan yang sangat jelas dengan persentase 90%

3) Dilihat dari syarat pendekatan metakognitif, modul matematika

berbasis pendekatan metakognitif termasuk ke dalam kategori

sangat valid dengan persentase 88,57%. Sebagaimana syarat

didaktik dan konstruksi, syarat pendekatan metakognitif juga

terdiri dari beberapa indikator dan setiap indikator terdiri dari

beberapa komponen. Berikut hasil analisis deskriptifnya:

a) Indikator 1 berisi tentang “setiap materi di dalam modul

didominasi oleh pertanyaan-pertanyaan metakognitif”.

Indikator ini termasuk ke dalam kategori valid dengan

persentase 80%. Hal ini berarti bahwa modul yang

dikembangkan telah memberikan pertanyaan-pertanyaan

metakognitif di setiap materi dengan baik. Komponen-

komponen yang terdapat pada indikator 1 ini dianalisis

secara deskriptif sebagai berikut:


99

(1) Masalah yang disajikan dalam modul dapat mendorong

siswa menggunakan metakognitif yang dimilikinya

dengan persentase 80%

(2) Masalah yang disajikan di dalam modul disajikan

dengan baik dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan

metakognitif dengan persentase 80%

b) Indikator 2 berisi tentang “penyediaan kotak khusus

ungkapan suara hati atau penilaian siswa”. Indikator ini

termasuk ke dalam kategori sangat valid dengan persentase

100%. Hal ini berarti modul yang dikembangkan telah

memberikan kotak khusus ungkapan suara hati atau

penilaian siswa terhadap apa yang mereka pelajari dengan

sangat baik.

c) Indikator 3 berisi tentang “pertanyaan-pertanyaan yang

disajikan merangsang metakognisi siswa”. Indikator ini

termasuk ke dalam kategori sangat valid dengan persentase

90%. Hal ini menunjukkan bahwa modul yang

dikembangkan ini telah menyajikan pertanyaan-pertanyaan

merangsang metakognisi siswa dengan sangat baik.

Indikator 3 ini terdiri dari 2 komponen dan hasil analisis

deskriptifnya sebagai berikut:


100

(1) Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam modul

dapat merangsang metakognisi siswa dengan persentase

90%

(2) Melalui pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam

modul siswa mengetahui apa tujuan ia belajar, apa yang

harus dilakukan serta kelebihan dan kekurangan yang ia

miliki, hal ini dinyatakan sangat baik dengan persentase

90%

d) Indikator 4 berisi tentang “arahan kepada siswa untuk lebih

aktif dan kreatif dalam belajar”. Indikator ini termasuk

kategori sangat valid dengan persentase 90%, hal ini berarti

modul yang dikembangkan dapat mengarahkan siswa untuk

lebih aktif dan kreatif dengan sangat baik dalam belajar.

e) Indikator 5 berisi tentang “keterkaitan antar topik yang

disajikan”. Indikator ini termasuk ke dalam kategori sangat

valid dengan persentase 90%, hal ini berarti topik yang

disajikan di dalam modul saling berkaitan dengan sangat

baik.

Berdasarkan pembahasan hasil penilaian ahli materi

pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa modul matematika

berbasis pendekatan metakognitif ditinjau dari masing-masing

indikator dan per komponen sudah termasuk kategori valid. Hal ini
101

menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan sudah layak

digunakan dalam pembelajaran matematika.

b. Validasi Ahli Teknologi Pendidikan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa modul berbasis

pendekatan metakognitif yang dihasilkan telah sangat valid dari segi

syarat teknis yaitu dengan persentase 81,67%. Hasil validasi yang

dilakukan oleh ahli teknologi pendidikan dianalisis secara deskriptif.

Pada syarat teknis ini terdapat 4 indikator yang terdiri dari beberapa

komponen. Hal ini dideskripsikan sebagai berikut:

1) Indikator 1 berisi tentang “penggunaan huruf dan tulisan pada

modul berbasis pendekatan metakognitif”. Berdasarkan hasil

analisis, indikator 1 dinyatakan sudah valid dengan persentase

80%. Indikator ini terdiri dari 7 komponen, dengan hasil

analisis deskriptifnya sebagai berikut:

a) Pemakaian jenis huruf yang digunakan dalam cover

dinyatakan sudah tepat dengan persentase 80%.

b) Sudah konsisten dalam penggunaan spasi, judul dan

pengetikan materi dengan persentase 80%

c) Tulisan dan pengetikan pada modul sudah jelas dengan

persentase 70%

d) Sangat konsisten dalam penggunaan sistem penomoran

dengan persentase 90%


102

e) Ukuran huruf digunakan sangat jelas dan tepat dengan

persentase 90%

f) Jenis tulisan yang digunakan sudah sesuai dan jelas dengan

persentase 80%

g) Sudah konsisten dalam penggunaan jenis dan ukuran huruf

pada setiap judul kegiatan dengan persentase 80%

2) Indikator 2 mengenai “desain modul”, yang dinyatakan sudah

valid dengan persentase 78%. Indikator ini terdiri dari 5

komponen, dengan analisis dekriptifnya sebagai berikut:

a) Pengemasan desain cover sudah menarik dengan persentase

70%, namun terdapat saran dari validator mengenai tatanan

gambar dan warna pada cover yang dijadikan bahan

perbaikan untuk cover modul lebih menarik lagi

b) Ketepatan layout pengetikan sudah baik dengan persentase

80%

c) Penggunaan variasi jenis, ukuran dan bentuk huruf untuk

judul bab-sub bab sudah sesuai dengan persentase 70%

d) Ketepatan penggunaan white space (kolom kosong) sangat

baik dengan persentase 90%

e) Penataan paragraf pada uraian pembelajaran sudah tepat

dengan persentase 80%


103

3) Indikator 3 mengenai “penggunaan gambar” yang dinyatakan

sangat valid dengan persentase 86,67%. Indikator ini terdiri dari

3 komponen, yang dianalisis sebagai berikut:

a) Penempatan gambar pada modul sudah tepat dengan

persentase 80%

b) Penempatan ilustrasi dan keterangan gambar sangat valid

dengan persentase 90% sehingga tidak mengganggu siswa

dalam pemahaman isi modul

c) Penyajian modul dilengkapi dengan gambar dan ilustrasi

termasuk kategori sangat baik dengan persentase 90%

4) Indikator 4 mengenai “tampilan modul” yang dinyatakan sangat

valid dengan persentase 86,67%. Indikator ini terdiri dari 3

komponen yang telah dianalisis sebagai berikut:

a) Penampilan modul sangat menarik dengan persentase 90%

b) Penempatan hiasan/ilustrasi sebagai latar belakang sangat

baik dengan persentase 90% sehingga tidak mengganggu

judul, teks dan angka halaman

c) Pemilihan warna dalam modul sangat sesuai karena

memperoleh persentase 90%

Berdasarkan pembahasan hasil penilaian ahli teknologi

pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa modul matematika

berbasis pendekatan metakognitif ditinjau dari masing-masing

indikator dan per komponen sudah termasuk kategori valid. Hal ini
104

menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan sudah layak

digunakan dalam pembelajaran matematika.

Selain pengisian angket uji validitas, validator juga memberikan

saran dan kritikan untuk revisi modul lebih baik lagi. Secara menyeluruh,

validator memberi saran menyangkut tampilan dan materi di dalam

modul, seperti perbaikan tampilan cover modul, tulisan, desain modul

dan contoh soal. Setelah dilakukan revisi dan memperoleh kriteria valid,

maka penelitian dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu tahap uji coba

praktikalitas.

2. Analisis Praktikalitas Modul

a. Uji Coba Kelompok Kecil

Uji coba kelompok kecil dilakukan dengan teknik wawancara

terhadap 6 orang siswa yang telah dipilih. Dari hasil analisis

wawancara modul pada siswa, maka modul yang dikembangkan

sudah layak dan praktis digunakan oleh siswa, sehingga modul

tersebut sudah bisa digunakan di dalam kelas. Walaupun masih

terdapat beberapa kesalahan dan saran dari siswa. Hasil dari

wawancara ini dianalisis lebih rinci lagi setiap indikatornya sebagai

berikut:

a) Indikator 1 berisi tentang penyajian tampilan, materi dan

gambar. Secara umum, penyajian di dalam modul ini baik

tampilan, materi maupun gambar sudah bagus. Pada indikator 1

ini terdapat 3 pertanyaan, yaitu:


105

1) Tampilan modul matematika ini sudah menarik, baik dari

segi warna, tatanan materi maupun sampul.

2) Penyajian materi barisan dan deret pada modul sudah jelas,

namun pada ilustrasi untuk materi barisan geometri masih

perlu dilakukan perbaikan.

3) Gambar yang terdapat di dalam modul membantu siswa

dalam memahami materi.

Berikut salah satu transkip wawancara peneliti dengan siswa

berkaitan dengan indikator 1:

Peneliti : Apakah modul matematika berbasis pendekatan

metakognitif yang dikembangkan memiliki tampilan

yang menarik?

Siswa : Tampilan modul matematika ini sudah menarik, baik

dari segi warna, tatanan materi maupun sampul.

b) Indikator 2 berisi tentang kemudahan penggunaan. Secara

umum, modul ini sudah mampu digunakan oleh siswa secara

mudah. Pada indikator 2 ini terdapat 11 pertanyaan, yaitu:

1) Siswa merasa senang belajar menggunakan modul karena

modul berpenampilan menarik dan bahasanya mudah

dipahami.

2) Modul matematika berbasis pendekatan metakognitif ini

mempermudah siswa untuk mengidentifikasi masalah yang

diberikan.
106

3) Modul matematika berbasis pendekatan metakognitif ini

telah mampu meningkatkan pemahaman materi, daya ingat

dan merangsang daya pikir siswa.

4) Modul matematika berbasis pendekatan metakognitif ini

membantu siswa dalam pemahaman materi dan berpikir

kreatif.

5) Kotak khusus yang berisi ungkapan suara hati siswa pada

modul ini memudahkan siswa untuk menggunakan

metakognitif dalam memahami materi dan berpikir kreatif

serta siswa juga senang mengisinya, karena disana mereka

bisa menyampaikan apa yang mereka rasakan selama

belajar.

6) Soal-soalnya pada modul sudah bagus, dimulai dari yang

mudah, sedang kemudian sulit. Jadi siswa merasa mudah

dalam memahami contoh soal yang diberikan.

7) Siswa sudah mampu menyelesaikan soal-soal yang ada pada

modul berdasarkan pemahamannya sendiri, walaupun ada

beberapa soal yang perlu bantuan teman dalam

menyelesaikannya.

8) Siswa mampu menyelesaikan seluruh soal yang ada pada

modul walaupun ada beberapa soal yang perlu bantuan

teman dalam menyelesaikannya.


107

9) Modul matematika berbasis pendekatan metakognitif ini

menggunakan contoh-contoh soal yang memancing

metakognitif siswa dalam berpikir kreatif, karena mereka

merasa tertantang dalam penyelesaiannya.

10) Latihan dalam modul ini mampu membantu siswa dalam

memahami materi, menggunakan metakognitif yang

dimilikinya dan berpikir kreatif.

11) Bahasa yang digunakan pada modul ini mudah dipahami

oleh siswa, walaupun ilustrasi pada materi barisan geometri

perlu diperbaiki.

Berikut beberapa transkip wawancara peneliti dengan siswa

berkaitan dengan indikator 2:

Peneliti : Apakah ada kendala dalam kamu mengidentifikasi

masalah yang terdapat di dalam modul ini?

Siswa : Tidak ada, karena dengan bantuan pertanyaan

metakognitif yang terdapat di dalam modul

mempermudah saya dalam mengidentifikasi masalah

yang diberikan di dalam modul

Peneliti : Apakah modul matematika berbasis pendekatan

metakognitif ini menggunakan contoh-contoh soal

yang memancing metakognitif kamu dalam berpikir

kreatif?
108

Siswa : Untuk soal awal, masih belum. Namun pada contoh

soal selanjutnya, saya mulai merasa tertantang.

c) Indikator 3 berisi tentang waktu dalam mempelajari modul.

Modul ini sudah didesain sedemikian rupa sehingga modul ini

cukup dipelajari dalam 5 pertemuan.

Berikut transkip wawancara peneliti dengan siswa:

Peneliti : Apakah kamu dapat memahami materi yang ada pada

modul matematika berbasis pendekatan metakognitif

ini dalam waktu yang telah ditetapkan?

Siswa : Saya kurang tahu, karena kami belajar dengan modul

ini tidak di dalam kelas, jadi mempelajarinya pada

saat waktu-waktu senggang. Tapi dalam waktu satu

minggu ini, alhamdulillah saya paham.

d) Indikator 4 berisi tentang hal-hal yang sulit dipahami. Siswa

merasa sedikit sulit dalam mempelajari materi barisan dan deret

geometri karena dalam materi ini siswa dituntut agar menguasai

materi prasyarat yaitu materi eksponen.

Berikut transkip wawancara peneliti dengan siswa berkaitan

dengan indikator 4 ini:

Peneliti : Apakah hal-hal yang sulit dipahami dalam modul ini?

Siswa : Materi yang sulit dipahami adalah materi barisan dan

deret geometri. Mungkin karena menggunakan


109

perpangkatan, jadi harus mempelajari ulang materi

eksponen.

e) Uji Coba Kelompok Terbatas

Modul matematika berbasis pendekatan metakognitif yang

telah direvisi diuji cobakan kepada siswa SMK Farmasi IKASARI

Pekanbaru yaitu siswa kelas XI 3 Farmasi yang berjumlah 40 orang.

Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui tingkat praktikalitas modul

yang dikembangkan. Hasil analisis uji praktikalitas modul oleh siswa

termasuk ke dalam kategori sangat praktis dengan persentase

81,71%. Berikut rincian analisis deskriptif tiap indikatornya:

a. Indikator 1 berisi tentang “minat siswa dan tampilan modul”

yang dinyatakan sangat praktis dengan persentase 84%. Hal ini

berarti tampilan modul matematika yang dikembangkan sangat

menarik minat siswa untuk belajar. Indikator ini terdiri dari 10

komponen yang telah dianalisis sebagai berikut:

1) Penampilan modul yang sangat menarik siswa karena

memperoleh persentase 88,5%

2) Modul memiliki warna yang sangat menarik bagi siswa

karena memperoleh persentase 87,5%

3) Gambar pada modul sangat mudah dipahami oleh siswa dan

sangat menarik karena memperoleh persentase 80,5%

4) Penyampian materi menarik perhatian siswa karena

memperoleh persentase 78%


110

5) Modul ini dapat digunakan secara mandiri tanpa ada guru

dan teman karena memperoleh persentase 71,5%

6) Bahasa yang digunakan di dalam modul tidak ambigu, jelas

dan sangat mudah dipahami siswa karena memperoleh

persentase 85%

7) Teks atau tulisan pada modul sangat mudah dibaca oleh

siswa karena memperoleh persentase 89%

8) Gambar yang disajikan sangat jelas dan tidak buram karena

memperoleh persentase 93%

9) Gambar yang disajikan sangat sesuai (tidak terlalu banyak

dan tidak terlalu sedikit) karena memperoleh persentase

85%

10) Penyajian materi pada modul sangat mendorong siswa

untuk mengukur kemampuannya sendiri karena

memperoleh persentase 82%

b. Indikator 2 berisi tentang “penggunaan modul” yang termasuk

kategori praktis dengan persentase 80%. Hal ini berarti

penggunaan modul sudah praktis dan dapat disesuaikan dengan

kecepatan belajar siswa. Indikator 2 ini terdiri 5 komponen yang

sudah dianalisis sebagai berikut:

1) Siswa merasa praktis belajar dengan menggunakan modul

ini karena memperoleh persentase 78,5%


111

2) Modul dapat digunakan berulang-ulang oleh siswa karena

memperoleh persentase 81%

3) Penggunaan modul dapat disesuaikan dengan kecepatan

belajar siswa karena memperoleh persentase 79,5%

4) Penggunaan modul ini dapat membangkitkan semangat dan

aktivitas belajar siswa karena memperoleh persentase

77,5%

5) Siswa merasa sangat mudah belajar menggunakan modul ini

memperoleh persentase 83,5%

c. Indikator 3 berisi tentang “pendekatan metakognitif dan

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa” yang

dicantumkan pada modul termasuk kategori praktis dengan

persentase 79,58%. Hal ini berarti materi dalam modul dapat

memfasilitasi siswa dalam berpikir kreatif matematis dengan

menggunakan pendekatan metakognitif yang disajikan.

Indikator ini terdiri dari 6 komponen yang telah dianalisis

sebagai berikut:

1) Materi dalam modul ini dapat membuat siswa menggunakan

metakognitifnya karena memperoleh persentase76,5%

2) Modul ini sangat membantu siswa dalam meningkatkan

pemahaman materi, daya ingat dan sangat merangsang daya

pikir siswa karena memperoleh persentase 82%


112

3) Penyampian materi pada modul dapat membantu siswa

dalam memahami materi dan berpikir kreatif karena

memperoleh persentase 79%

4) Kotak khusus ungkapan suara hati siswa yang terdapat pada

modul dapat memudahkan siswa untuk menggunakan

metakognitifnya dalam memahami materi dan berpikir

kreatif karena memperoleh persentase 77,5%

5) Belajar dengan modul ini membantu siswa menggunakan

metakognisi yang ia miliki karena memperoleh persentase

78%

6) Contoh soal pada modul memancing metakognitif siswa

dalam berpikir kreatif karena memperoleh persentase 84,5%

d. Indikator 4 mengenai “waktu penggunaan”. Modul yang

dikembangkan dapat menghemat waktu dalam pembelajaran

karena memperoleh persentase 77%.

e. Indikator 5 mengenai “evaluasi pembelajaran”. Latihan soal

dalam modul membantu siswa dalam berpikir kreatif matematis

yang termasuk ke dalam kategori sangat praktis dengan

persentase 85%.

Hal ini berarti secara keseluruhan modul matematika yang

dikembangkan diminati oleh siswa karena memudahkan siswa untuk

memahami materi barisan dan deret serta praktis digunakan sebagai

bahan ajar. Siswa merasa tertarik belajar dengan menggunakan


113

modul matematika berbasis pendekatan metakognitif karena

penyampaian materi disampaikan secara teratur. Modul matematika

ini juga sangat menarik karena di dalamnya terdapat gambar dan

warna yang dapat memotivasi siswa untuk rajin belajar.

3. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Setelah siswa belajar dengan menggunakan modul matematika

berbasis pendekatan metakognitif, di akhir pembelajaran siswa diberikan

soal tes untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa. Soal tes yang diberikan terdiri dari 4 butir soal yang setiap soal

mengandung satu indikator berpikir kreatif matematis. Hasil analisis nilai

tes siswa untuk kemampuan berpikir kreatif matematis siswa mencapai

predikat tinggi dengan rata-rata 81,09% Berikut rincian analisis deskriptif

tiap indikatornya:

a. Indikator pertama yaitu kemampuan kelancaran (fluency) terdapat

pada soal nomor 1. Indikator ini berada pada predikat sedang karena

memperoleh persentase 77,5%. Hal ini berarti bahwa siswa secara

umum telah mulai memberikan ide-ide yang relevan terhadap

penyelesaian masalah.

b. Indikator kedua yaitu kemampuan keluwesan (flexibility) yang

terdapat pada soal nomor 2. Indikator ini berada pada predikat tinggi

karena memperoleh persentase 82,5%. Hal ini berarti bahwa siswa

secara keseluruhan telah memberikan jawaban yang beragam dalam

penyelesaian masalah.
114

c. Indikator ketiga yaitu kemampuan keterincian (elaboration) yang

terdapat pada soal nomor 3. Indikator ini berada pada predikat tinggi

karena memperoleh persentase 80,63%. Hal ini berarti secara umum

siswa telah memberikan jawaban yang rinci dalam penyelesaian

masalah.

d. Indikator 4 yaitu kemampuan keaslian (originality) yang terdapat

pada soal nomor 4. Indikator ini berada pada predikat tinggi karena

memperoleh persentase 83,75%. Hal ini berarti siwa secara umum

telah memberikan jawaban dengan caranya sendiri dengan proses

perhitungan terarah dan selesai dalam penyelesaian masalah.

Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa modul

matematika berbasis pendekatan metakognitif telah memfasilitasi

kemampuan tiap indikator berpikir kreatif matematis. Hal ini

menunjukkan bahwa modul matematika berbasis pendekatan

metakognitif yang dikembangkan telah mampu memfasilitasi

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas XI 3 Farmasi secara

keseluruhan.

4. Ulasan Beberapa Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa

Soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis yang telah

diberikan kepada siswa berjumlah 4 soal. Berikut diperlihatkan beberapa

jawaban siswa dengan skor yang diperolehnya:


115

a. Soal nomor 1 (indikator kemampuan kelancaran)

Seorang pemilik kebun memetik jeruknya setiap hari dan mencatat

banyaknya jeruk yang dipetik. Ternyata banyaknya jeruk yang

dipetik membentuk deret aritmatika dan pada hari ke-𝑛 banyaknya

jeruk memenuhi rumus 𝑈𝑛 = 50 + 25𝑛 . Jumlah jeruk yang telah

dipetik selama 10 hari pertama adalah ....

Jawaban salah seorang siswa:

Gambar IV.8 Jawaban Siswa untuk


Indikator Kemampuan Kelancaran

Berpatokan pada tabel kriteria skor kemampuan berpikir

kreatif matematis yang terdapat pada lampiran D.4b terkhusus pada

indikator kemampuan kelancaran, maka jawaban siswa tersebut

diberi skor 2. Pada indikator kemampuan kelancaran, siswa diberi

skor 2 jika “menjawab soal namun memberikan ide-ide yang tidak

relevan terhadap penyelesaian masalah yang diharapkan dan hasil

salah”.
116

b. Soal nomor 2 (indikator kemampuan keluwesan)

Tentukan jumlah semua bilangan asli antara 1 dan 200 yang habis

dibagi 3.

Jawaban dari salah seorang siswa:

Gambar IV.9 Jawaban Siswa Untuk


Kemampuan Keluwesan

Berpatokan pada tabel kriteria skor kemampuan berpikir

kreatif matematis yang terdapat pada lampiran D.4b terkhusus pada

indikator kemampuan keluwesan, maka jawaban siswa tersebut

diberi skor 3. Pada indikator kemampuan kelancaran, siswa diberi

skor 3 jika “memberikan jawaban yang beragam tetapi hasil masih

terdapat kesalahan”.

c. Soal nomor 3 (indikator keterincian)


1
Diketahui suku ke- 𝑛 suatu deret geometri adalah . Tentukan
3𝑛

jumlah tak hingga dari deret tersebut.


117

Jawaban salah seorang siswa:

Gambar IV.10 Jawaban Siswa untuk Indikator


Kemampuan Keterincian

Berpatokan pada tabel kriteria skor kemampuan berpikir

kreatif matematis yang terdapat pada lampiran D.4b terkhusus pada

indikator kemampuan keterincian, maka jawaban siswa tersebut

diberi skor 1. Pada indikator kemampuan kelancaran, siswa diberi

skor 1 jika “ada usaha dalam menjawab soal”.

d. Soal nomor 4 (indikator keaslian)

Sebuah bola jatuh dari ketinggian 5𝑚 dan memantul kembali dengan

3
ketinggian kali tinggi sebelumnya. Pemantulan ini berlangsung
5

terus-menerus hingga bola berhenti. Jumlah seluruh lintasan bola

adalah ....
118

Jawaban salah seorang siswa:

Gambar IV.10 Jawaban Siswa untuk Indikator


Kemampuan Keaslian

Berpatokan pada tabel kriteria skor kemampuan berpikir

kreatif matematis yang terdapat pada lampiran D.4b terkhusus pada

indikator kemampuan keaslian, maka jawaban siswa tersebut diberi

skor 4. Pada indikator kemampuan kelancaran, siswa diberi skor 4

jika “memberikan jawaban dengan caranya sendiri, proses

perhitungan terarah dan selesai dan hasil benar”.


119

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian pengembangan ini merupakan jenis penelitian yang

tergolong baru di dalam lingkungan instansi peneliti, sehingga masih banyak

kekurangan dalam penelitian ini, baik dari segi prosedur, waktu dan dana.

Namun peneliti sudah berusaha untuk meminimalisir kekurangan semaksimal

mungkin. Adapun uraian kekurangan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Modul matematika berbasis pendekatan metakognitif ini hanya diujikan

pada satu kelas saja. Karena keterbatasan waktu dan biaya, peneliti

belum bisa melakukan uji coba pada lapangan yang lebih luas.

2. Uji coba untuk kemampuan berpikir kreatif matematis siswa setelah

menggunakan modul matematika berbasis pendekatan metakognitif ini

hanya pada satu kelas tanpa kelas pembanding.

3. Materi pada modul matematika berbasis pendekatan metakognitif hanya

sebatas materi barisan dan deret untuk siswa kelas XI SMK.

4. Pada proses pembelajaran, modul matematika ini diterapkan belum

menggunakan strategi yang variatif, sehingga pembelajaran lebih

menarik dan tidak monoton.

Anda mungkin juga menyukai