Yanuar 3
Yanuar 3
A. Pendahuluan
Selama beberapa dekade terakhir, analisis profitabilitas pelanggan (CPA) telah menjadi
salah satu aspek perencanaan strategis yang penting untuk manajer (Kaplan dan Norton 1996;
Foster et al. 1996; Foster and Young 1997; Blattberg et al. 1996; Foster dan Young 1997;
Blattberg et al. 2001). 2001). Konsisten dengan nilai tambah tujuan akuntansi manajemen, CPA
membantu manajer i) mengidentifikasi individu atau kelompok pelanggan yang diferensial
mendorong profitabilitas secara keseluruhan; dan ii) mengembangkan strategi untuk memastikan
bahwa pelanggan menerima tingkat sepadan perhatian dari organisasi (eg, Horngren et al. 2008).
(Misalnya, Horngren et al. 2008).
Menurut Bochler (2002), analisis profitabilitas pelanggan adalah suatu pendekatan
manajemen biaya dan manfaat dari melayani pelanggan atau kelompok pelanggan tertentu untuk
meningkatkan profitabilitas organisasi secara keseluruhan. Customer Profitability analysis
(CPA) memberikan arahan baru di masa yang akan datang untuk akuntansi manajemen:
Kebanyakan sistem akuntansi manjemen tidak berfokus pada pelanggan melainkan pada produk,
department atau wilayah geografis. Jarang sistem akuntansi manajemen yang memberikan
informasi mengenai angka profitabilitas pelanggan.
Kenapa..? Dalam bahasa sederhana alsan pentingnya analisis profitabilitas pelanggan ini adalah
karena setiap di\ollar pendapatan tidak memberikan kontribusi yang sama terhadap laba.
Profitabilitas tidak hanya terganttung pada biaya unit produk/jasa, tetapi juga tergantung pada
‘Back End’ alias sektor hilir perusahaan (pemasaran, distribusi dan customer service)
Salah satu tantangan dalam analisis profitabilitas pelanggan ini adalah bagaimana
menganggarkan dan menelusuri profitabilitas pelanggan dalam waktu yang lama.
Banyak perusahaan yang meng-klaim bahwa mereka fokus kepada pelanggan, yang
ditandai dengan cara menawarkan produk/ jasa yang berkualitas sesuai harapan pelanggan,
contohnya:
Corning International: ‘Providing the requirements of customer, on time, and every time’
Federal Express: ‘100% customer satisfaction, by performing 100% to our standards, as
perceived by the customer’
P&G: Setiap orang di dalam organisasi p-antang menyerah dan terus meningkatkan upaya untuk
memahami, memenuhi dan melampaui harapan pelanggan.
Sebagaimana yang telah kita sebutkan sebelumnya, kebanyakan sistem akuntansi
manajemen tidak berfokus kepada pelanggan melainkan kepada produk, departemen, atau daerah
geografis. Sangat jarang sistem akuntansi manajemen yang dapat memberikan informasi
mengenai angka profitabilitas pelanggan. Namun sekarang mulai tumbuh kesadaran bahwa
customer account profitability (CAP) memberikan arahan penting bagi manjemen di masa yang
akan datang.
Customer profitability analysis (analisis profitabilitas pelanggan) sangat penting
dilakukan oleh suatu perusahaan. Dalam menghadapi persaingan, peningkatan pelayanan
terhadap pelanggan merupakan suatu hal yang penting dilakukan, tetapi peningkatan pelayanan
ini seringkali meningkatkan aktivitas dan biaya tanpa diikuti oleh peningkatan pendapatan ,
yang tentu akan mengurangi laba yang akan diperoleh. Kondisi ini biasanya menyebabkan
perusahaaan menerapkan market targeting sehingga ia tentu memerlukan gambaran mengenai
profitabilitas pelanggannya. Nah, analisis ini dapat membantu kita untuk mengetahui bagaimana
profitabilitas masing-masing pelanggan melalui identifikasi biaya-biaya dan keuntungan-
keuntungannya sehingga perusahaan mampu meningkatkan profitabilitasnya secara keseluruhan.
Dalam pelaksanaannya, CPA ini perlu didukung dengan menggunakan metode Activity
Based Costing (ABC) dan Bussiness Process Analysis (BPA) yang akan memberikan analisis
biaya secara lebih mendalam dan informasi yang lebih akurat mengenai harga pokok penjualan
tiap tipe produk dan biaya pelayanan untuk masing-masing pelanggan.
B. Fokus Customer Account Profitability (CAP)
Fokus dari CAP bisa bervariasi menurut konteksnya. Pada level yang lebih rendah, CAP
fokus pada masing-masing pelanggan secara perorangan. Sedangkan pada level yang lebih luas,
CAP iniberfokus kepada sekelompok pelanggan (Contohnya dari pengelompokan berdasarkan
pendapatan, ukuran rata-rata transaksi, jumlah transaksi dll). CAP juga bisa fokus pada saluran
distribusi yang berbeda (misalnya, melalui melalui toko ritel besar, independen ritel dll).
C. Kenapa Menggunakan Customer Profitability Analysis??
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, dalam bahasa yang sederhana , tiap dollar
pendapatan tidak memberikan kontribusi yang sama terhadap laba. Pelanggan yang
menguntungkan adalah pelanggan yang mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap laba
bersih perusahaan, yang tidah hanya diukur dengan melihat volume hasil usaha atau laba kotor
yang dihasilkan. Karena setiap pelanggan memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga
pelayanan dan biaya yang dikeluarkan menjadi bervariasi.
Perbedaan profitabilitas pelanggan ini dapat berasal dari perbedaan dalam pendapatan
(revenue) atau perbedaan dalam biaya (cost).
1. Perbedaan pendapatan
2. Perbedaan biaya
Biaya pelanggan yang dimaksud adalh biaya yang dibebankan kepada konsumen pada
saat konsumen mengkonsumsi produk atau aktivitas. Perbedaan biaya pelanggan berasal dari
perbedaan cara tiap pelanggan menggunakan sumber daya perusahaan.
Exhibit 1: Value chain of business functions
Blue Ridge menghadapi tekanan terus menerus dari beberapa jaringan ritel besar untuk
menurunkan harga yang ada saat ini. Untuk menanggapi permintaan penurunan harga tersebut,
Blue Ridge melakukan studi profitabilitas pelanggan.
Activity Based Costing
Activity Based Costing (ABC) diterapkan pada pemasaran, distribusi, dan customer
service untuk mencatat bagaimana tiga kelompok pelanggan mengkonsumsi sumber daya
perusahaan. Fokus awal dari penelitian ini adalah tiga kelompok pelanggan bukan kepada
profitabilitas masing masing pelanggan dalam kelompok tersebut.
Untuk tiap kelompok, Blue Ridge menelusuri biaya langsung seperti diskon, komisi, dan
biaya lisensi untuk logo. Berikut disajikan kelompok biaya berdasarkan aktivitas dan driver-nya:
1. Mengurangi set up time : Mengurangi biaya untuk bordir dan pewarnaan dengan
mengurangi set up time.
2. Mengganti cara pemesanan : Mengganti cara pemesanan dengan pelanggan untuk
mengurangi biaya dan mempercepat proses. 3. Mengganti opsi pelanggan : Mengganti
opsi yang tersedia untuk pelanggan ( contohnya menghilangkan opsi bordir ).
4. Mengenakan biaya untuk setiap tambahan : Menetapkan biaya untuk setiap opsi .
5. Konsisten dengan setiap potongan penjualan yang diberikan : Menjaga konsistensi
dalam pemberian diskon dan potongan penjualan lainnya. Dalam sebuah penelitian,
seorang pelanggan yang tidak menguntungkan tidak akan menerima potongan yang
besar. Karena hal ini akan menyebabkan peningkatkan pendapatan tanpa profitabilitas.
6. Identifikasi beberapa pelanggan istimewa : Identifikasi karakteristik utama dari
pelanggan istimewa dan gunakan hasilnya untuk membantu dalam penetapkan strategi
penjualan.
7. Memotivasi tenaga penjual : Memberikan penghargaan kepada tenaga penjual Blue
Ridge berdasarkan profitabilitas pelanggan sebagaimana yang telah dihitung
berdasarkan ABC.
8. Memotivasi pelanggan secara tepat : Mengubah prilaku pelanggan Blue Ridge (
contoh. Mendorong mereka untuk melakukan pemesanan dalam jumlah yang besar ).
9. Mengalihkan distribusi ( outsourcing ) ke entitas lain untuk beberapa pelanggan :
Mengalihkan penjualann dan distribusi untuk kelompok pelanggan kecil kepada
distributor independen.
1. Bagaimana cara untuk menghitung pendapatan dan biaya pelanggan yang dapat diandalkan?
Masalah ini bisa digambarkan dan dianalisis dalam analisis pedapatan pelanggan dan
analisis biaya pelanggan. Banyak perusahaan yang tertarik untuk memakai analisis CAP
menghadapi masalah dalam mengestimasi pendapatan dan biaya pelanggan yang dapat
diandalkan. Adapun masalah ini dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu:
a) Analisa pendapatan pelanggan
Penelusuran pendapatan pelanggan menghadapi berbagai tantangan yaitu
Perbedaan saluran distribusi atau wilayah geografis.
Pelanggan bisa saja membeli barang disaluran distribusi dan didaerah geografis yang
berbeda. Hal ini membuat perusahaan kesulitan untuk mengakumulasi pendapatannya.
Contohnya, Pabrik ban di amerika utara menjual ban ke Ford Canada, Ford USA, Ford
Mexico. Jika Ford menyerahkan kewenangan untuk melakukan pembelian secara penuh pada
masing masing daerah geografis, maka pabrik ban tersebut akan mengklasifikasikan masing
masing cabang Ford sebagai perusahaan tersendiri. Tetapi, jika Ford mensentralisasikan
keputusan pembelian, sangat beralasan jika Ford Amerika Utara dipandang sebagai pelanggan
tunggal.
Nama dan kode yang banyak
Seorang pelanggan bisa mempunyai nama dan kode yang banyak, hal ini akan menimbulkan
kesulitan bagi perusahaan.
Cara pembayaran tunai dan kredit yang berbeda
Untuk mengakumulasikan biaya masing masing pelanggan, dibutuhkan akumulasi biaya dari
banyak bagian didalam rantai nilai. Banyak perusahaan yang tidak bisa menghubungkan sistem
informasinya satu sama lain. Sebagai contoh, database manufaktur dan database pemasaran
sering kali berada dalam sistem yang terpisah, sehingga menyebabkan kesulitan dalam
mengintegrasikan data.
Alokasi biaya
Biaya-biaya yang tidak dikonsumsi secara langsung oleh pelanggan memerlukan alokasi
biaya berdasarkana aktivitas yang dikonsumsi oleh pelanggan. Sebagai contoh, biaya penelitian
dan pengembangan serta biaya iklan.
Masalah System
Masalah utama dalam mengembangkan laporan profitabilitas pelanggan adalah
sistem. Masalah sistem inilah yang membuat penerapan CPA menjadi lebih rumit dibandingkan
analisis akuntansi manajemen lainnya, karena CPA mengharuskan perusahaan untuk
mengakumulasikan informasi diseluruh fungsi bisnis dan area geografis.
2. Bagaimana cara untuk mengetahui biaya pelanggan untuk sektor hilir di masa depan ....?
Sistem biaya tradisional senantiasa menyesuaikan biaya dengan pendapatan. Yang mana
biaya yang dicatat pada akuntansi tradisional adalah biaya pada periode berjalan atau alokasi
biaya yang dikapitalisasikan diperiode sebelumya. Padahal masih ada biaya-biaya yang perlu
diperhitungkan karena akan timbul di masa depan seperti:
a) Biaya lingkungan
Masing masing negara memiliki regulasi yang berbeda mengenai biaya lingkungan.
Sebagai contoh, perusahaan yang menjual produk yang berbahaya bertanggung jawab terhadap
biaya pembersihan ( biaya yang diperlukan untuk mengurangi tingkat pencemaran sesuai
standar yang dapat diterima ) yang harus dihadapi pelanggan. Jika biaya tersebut dilimpahkan
kepada pelanggan maka, perusahaan akan memiliki biaya siklus hidup yang lebih rendah.
Tantangan untuk menetapkan biaya pelanggan yang akurat adalah :
Untuk mengestimasi besarnya biaya lingkungan
Untuk menetapkan biaya lingkungan untuk jangka waktu tertentu sehingga laporan laba
pelanggan dapat dihitung ( beberapa biaya lingkungan muncul lama setelah produk dibeli oleh
pelanggan. Oleh karena itu, tantangan utamanya adalah untuk menetapkan biaya tersebut
pada saat periode penyebab biaya muncul bukan pada saat biaya tersebut terjadi.
b) Biaya litigasi
Perusahanan sering kali digugat oleh pelanggannya sebagai contoh pada suatu
perusahaan yang mempunyai pendapatan yang tinggi karena membuat produk dengan harga
mahal akan tetapi terbukti berbahaya sehingga menimbulkan kemarahan pelanggan. Mereka
akan menuntut hingga ke jalur hukum sehingga akan menimbukan biaya bagi perusahaan. Ada
beberapa dilema mengenai biaya ligitasi ini yaitu :
Melakukan estimasi
Pertanyaannya adalah haruskah dilakukan estimasi mengenai biaya ligitasi yang mungkin
terjadi. Penasehat hukum perusahaan akan menentang hal ini karena estimasi tersebut akan
menjadi bukti bahwa perusahaan mau bertanggung jawab secara hukum mengenai produk
mereka dan bisa mengakibatkan kekalahan dalam pengadilan.
Metode estimasi : Jika estimasi memang harus dilakukan, masalah selanjutnya adalah metode
apa yang akan digunakan untuk mengestimasi.
Secara konseptual ada kemungkinan positif munculnya biaya ligitasi yang berkaitan
dengan biaya pelanggan untuk setiap produk. Satu produk bisa saja menyebabkan biaya ligitasi
lebih besar dari produk lain. Pendekatan saat ini mengasumsikan tidak adanya biaya ligitasi
dimasa depan yang menyebabkan pencatatan laba pelanggan lebih besar dari seharusnya.
3. Bagaimana cara untuk menggabungkan beberapa periode dalam analisis ...?
Perspektif jangka panjang di dalam pengambilan keputusan pada bisnis sangatlah
penting. Sebagai contoh, brand manager memerlukan perspektif jangka panjang karena beberapa
merek dapat bertahan untuk beberapa tahun seperti Coca Cola, Pepsi, Kit Kat, dan Mars.
Daur hidup produk dibentuk untuk mengetahui sejauh mana pengeluaran untuk
sektor hulu diperlukan sebelum pendapatan dari produk tersebut direalisasikan pada periode
selanjutnya. Alasan yang sama juga terjadi pada analisis profitabilitas pelanggan.
Menelusuri profitabilitas dari waktu ke waktu
Salah satu tantangan dalam CAP adalah untuk menganggarkan dan menelusuri
profitabilitas pelanggan tersebut untuk jangka panjang. Penganggaran untuk profitabilitas
pelanggan sangatlah penting untuk membantu dalam pengambilan keputusan berdasarkan
laporan sebagaimana yang ditunjukkan dalam exhibit 3 dan 4 untuk perusahaan Blue Ridge.
Terlihat bahwa terdapat dua pelanggan yang tidak menguntungkan dalam kelompok pelanggan
besar yaitu pelanggan E dan pelanggan G. Awalnya, mungkin akan timbul pandangan bahwa
Blue Ridge harus menghilangkan kedua pelanggan ini. Tapi ini bisa saja menjadi keputusan yang
salah karena pelanggan yang terlihat tidak menguntungkan dalam jangka pendek, dapat berubah
menjadi menguntungkan dalam jangka panjang.
Beberapa perusahaan yang telah mencoba menggunakan laporan profitabilitas pelanggan,
mengharuskan tenaga penjual untuk menyiapkan anggaran penjualan dalam jangka waktu tiga
tahun untuk setiap pelanggan utama.
Memiliki informasi yang jelas mengenai pelanggan sangatlah penting. Melalui informasi
pelanggan, Blue Ridge dapat mengetahui dasar yang digunakan untuk memperkirakan apakah
pelanggan E dan G akan tumbuh, tetap, atau berkurang. Sehingga, perusahaan akan mengetahui
pelanggan mana yang akan dipertahankan dan pelanggan mana yang tidak. Pelanggan yang tidak
menguntungkan hari ini tetapi akan menguntungkan di masa depan sangatlah berbeda dengan
pelanggan yang tidak menguntungkan hari ini dan juga di masa yang akan datang.
Penganggaran untuk profitabilitas jangka panjang
Profil dari pelanggan yang menguntungkan di masa lalu dan statistik mengenai
durasi dari hubungan pelanggan dapat dipergunakan untuk mempersiapkan penganggaran
profitabilitas jangka panjang pelanggan. Salah satu pengukuran kesuksesan pengembangan
produk baru perusahaan adalah persentase total pendapatan dari produk tersebut. Sebagai
contoh, salah satu perusahaan menargetkan 50% dari total penjualannya didapatkan dari produk
yang sedang dikembangkan selama lima tahun terakhir. Hal yang sama dapat juga diterapkan
untuk pendapatan pelanggan, tetapi persentase yang didapatkan harus di interprestasikan lebih
teliti.
Idealnya, penjualan dari suatu produk baru haruslah tetap mempertahankan loyalitas
pelanggan yang menguntungkan dan meningkatkan jumlah pelanggan baru yang
menguntungkan. Tetapi, peningkatan persentase pendapatan dari pelanggan baru dapat menjadi
pertanda buruk bagi perusahaan, jika:
Loyalitas pelanggan lama yang menguntungkan berkurang, atau
Pelanggan baru tersebut adalah pelanggan baru yang tidak menguntungkan.
Perlu dicatat bahwa salah satu peranan utama dari analisis profitabilitas pelanggan adalah
untuk membantu manajer menginterprestasikan perubahan persentase pendapatan dari pelanggan
baru.
Exhibit 5 membandingkan laporan profitabilitas pelanggan yang umum digunakan (Panel
A ) dengan tambahan di artikel ini :
Pandangan tradisional mengenai tanggung jawab seumur hidup ( Panel B )
Pandangan mengenai perluasan rantai nilai ( Panel C )
Pandangan mengenai hubungan pelanggan jangka panjang ( Panel D )
4. Bagaimana cara untuk mengenali driver yang berbeda dari biaya pelanggan ...?
Generasi pertama dari laporan profitabilitas pelanggan (sebagimana yang
diilustrasikan oleh Blue Ridge) secara implisit mengasumsikan:
Semua biaya adalah biaya variable dalam jangka panjang yang berkaitan dengan driver yang
dipilih
Tidak satupun dari biaya merupakan biaya gabungan (dalam artian bahwa dua atau lebih
produk/jasa secara serentak diproduksi atau diantarkan ke pelanggan)
Dengan mengurangi asumsi ini, akan didapatkan laporan profitabilitas pelanggan yang
lebih akurat. Perhatikan asumsi pertama. Beberapa pendekantan dapat dilakukan jika kita
mengurasi asumsi pertama bahwa semua biaya adalah biaya variable dalam jangka panjang:
Mempersiapkan analisis yang berbeda untuk setiap biaya penggerak dan tarifnya pada jangka
panjang dan jangka pendek. Ketergantungan format laporan keuangan yang ada sekarang
terhadap cost driver jangka panjang dapat menyebabkan pengambilan kesimpulan yang salah.
Pemutusan hubungan dengan pelanggan yang tidak menguntungkan akan menyebabkan biaya
yang dikeluarkan untuk pelanggan tersebut akan hilang dalam jangka pendek.
Mempersiapkan hierarki biaya pelanggan yang dapat mengetahui perbedaan setiap level dari
biaya penggerak.
Exhibit 5. Extending Fisrs General Customer Profitability Report
Panel A- Traditional viewpoint
C P
C P
C P
CP
F. Arahan Baru
Penitikberatan pada pengadopsian “customer focus” menjadi lebih diperhatikan oleh
banyak area dalam manajemen. Hasilnya, penyelidikan dalam profitabiltas pelanggan menjadi
titik sentral untuk memajukan beberapa area dari penelitian manajemen, termasuk:
1. Mendukung proses pengambilan keputusan strategis
Sistem profitabilitas pelanggan pada dasarnya mengasumsikan bahwa keberadaan
infrastruktur bisnis akan bertahan relatif konstan dalam bermacam-macam keputusan
manajemen. Asumsi ini menjadi lemah apabila reengineering terjadi.
Perhatikan ilustrasi mengenai Blue Ridge di exhbit 2-4. Salah satu pilihan strategi Blue Ridge
untuk kelompok pelanggan kecil adalah melakukan outsourcing distributor. Jika Blue Ridge
menerapkan strategi ini, maka Blur Ridge harus menambah kelompok biaya dan driver ke sistem
ABC perusahaan.
Perhatikan juga cara pemesanan kepada pemasok dan pelanggan. Sistem ABC
mencerminkan kegiatan yang ada berdasarkan kebutuhan. Jika perubahan dalam perusahaan juga
merubah aktivitasnya secara dramatis, maka analisis biaya tambahan akan diperlukan. Sebagai
contoh, jika perusahaan memutuskan untuk melakukan pemesanan melalui faks atau email, maka
perusahaan akan mengeliminasi beberapa aktivitas dalam sistem ABC mereka.
Semakin dramatis opsi reengineering yang dipertimbangkan maka sistem akuntansi yang
berdasarkan kegiatan yang ada semakin tidak bermanfaat. Laporan profitabilitas pelanggan untuk
selanjutnya bisa saja memasukkan biaya dan cost driver dari aktifitas untuk alternatif strategi
yang perlu dibutuhkan. Format ini akan meningkatkan kegunaan laporan untuk pengambilan
keputusan strategis.
2. Menilai intangible asset
Kebanyakan manajemen mengabaikan penilaian pada intangible asset (misalnya merek) dan
mengganggap bahwa hanya tangible asset (misalnya bangunan, mesin, computer) yang memiliki
pengaruh pada total value perusahaan. Padalah, merek merupakan pusat penilaian dari
pengonsumsi produk (pelanggan). Hal yang sama juga terjadi pada pelanggan perusahaan yang
merupakan intangible asset.
Keputusan manajemen akan sangat mempengaruhi peningkatan atau penurunan nilai dari
intangible asset. Contohnya penerapan TQM pada perusahaan sehingga produk perusahaan
mengalami kenaikan kualitas. Penerapan ini harus memikirkan efek jangka panjang dan jangka
pendeknya dimana manajemen terkadang hanya terfokus pada efek jangka pendek saja (
contohnya, peningkatan laba ).
Dengan melakukan estimasi terhadap nilai pelanggan secara berkala maka peningkatan
kesetiaan pelanggan dalam beberapa periode dapat dianalisa secara sistematik. Estimasi yang
diperlukan akan melibatkan ketidakpastian, namun pada dasarnya semua sistem akuntansi
manajemen melibatkan ketidakpastian, sebagai contoh estimasi penyisishan piutang tak tertagih.
Salah satu alasan untuk menelusuri nilai pelanggan adalah untuk menghindari sikap
manajemen yang hanya memikirkan efek jangka pendek. Sebagai contoh, penurunan harga
mungkin dapat meningkatkan profitabilitas beberapa pelanggan utama dalam jangka pendek tapi
hal tersebut juga bisa menyebabkan penurunan profitabilitas dalam jangka panjang karena
pelanggan akan mulai mengharapkan potongan harga secara terus menerus.
3. Analisa tingkat retensi pelanggan
Mempertahankan konsumen dan mendapatkan konsumen baru bukanlah hal yang mudah.
Terkadang perusahaan harus mengeluarkan biaya yang jauh lebih besar untuk mencapai hal
tersebut.
Database profitabilitas pelanggan dapat memfasilitasi pengembangan dari proses
pengambilan keputusan dengan beberapa langkah berikut:
Menelusuri sumber yang dikehendaki untuk memikat pelanggan baru dan mempertahankan
pelanggan lama, dan
Dengan membuat estimasi yang lebih dipercaya dari operating income derived dari pelanggan
baru dan lama.
Alternative yang tersedia untuk mempertahankan pelanggan (misalnya harga yang murah
atau layanan pelanggan yang lebih baik) akan menghasilkan perbedaan tingkat retensi pelanggan.
Perbaikan dalam estimasi ini dapat memberikan manajer informasi tambahan untuk mengambil
keputusan tentang investasi alternatif untuk memperbaiki tingkat retensi pelanggan.
G. Kesimpulan
Manajer baru-baru ini menekankan pentingnya untuk menarik dan mempertahankan
pelanggan yang menguntungkan. Perkembangan ini membuat akuntan manajemen harus mampu
untuk memulai dan memperbaiki sistem profitabilitas pelanggan mereka. Untuk melakukan hal
tersebut banyak masalah yang harus dihadapi oleh akuntan manajemen. Meskipun demikian,
banyak manajer dan akademisi melihat peluang besar dalam menghadapi masalah ini, yang
membuat penelitian di bidang ini merupakan tantangan intelektual yang menarik dan bermanfaat.