A. Pendahuluan
Selama beberapa dekade terakhir, analisis profitabilitas pelanggan (CPA) telah
menjadi salah satu aspek perencanaan strategis yang penting untuk manajer (Kaplan dan
Norton 1996; Foster et al. 1996; Foster and Young 1997; Blattberg et al. 1996; Foster dan
Young 1997; Blattberg et al. 2001). 2001). Konsisten dengan nilai tambah tujuan akuntansi
manajemen, CPA membantu manajer i) mengidentifikasi individu atau kelompok pelanggan
yang diferensial mendorong profitabilitas secara keseluruhan; dan ii) mengembangkan
strategi untuk memastikan bahwa pelanggan menerima tingkat sepadan perhatian dari
organisasi (eg, Horngren et al. 2008). (Misalnya, Horngren et al. 2008).
Menurut Bochler (2002), analisis profitabilitas pelanggan adalah suatu pendekatan
manajemen biaya dan manfaat dari melayani pelanggan atau kelompok pelanggan tertentu
untuk meningkatkan profitabilitas organisasi secara keseluruhan. Customer Profitability
analysis (CPA) memberikan arahan baru di masa yang akan datang untuk akuntansi
manajemen:
Kebanyakan sistem akuntansi manjemen tidak berfokus pada pelanggan melainkan pada
produk, department atau wilayah geografis. Jarang sistem akuntansi manajemen yang
memberikan informasi mengenai angka profitabilitas pelanggan.
Kenapa..? Dalam bahasa sederhana alsan pentingnya analisis profitabilitas pelanggan ini
adalah karena setiap di\ollar pendapatan tidak memberikan kontribusi yang sama terhadap
laba.
Profitabilitas tidak hanya terganttung pada biaya unit produk/jasa, tetapi juga tergantung
pada ‘Back End’ alias sektor hilir perusahaan (pemasaran, distribusi dan customer service)
Salah satu tantangan dalam analisis profitabilitas pelanggan ini adalah bagaimana
menganggarkan dan menelusuri profitabilitas pelanggan dalam waktu yang lama.
Banyak perusahaan yang meng-klaim bahwa mereka fokus kepada pelanggan, yang
ditandai dengan cara menawarkan produk/ jasa yang berkualitas sesuai harapan pelanggan,
contohnya:
Corning International: ‘Providing the requirements of customer, on time, and every time’
Federal Express: ‘100% customer satisfaction, by performing 100% to our standards, as
perceived by the customer’
P&G: Setiap orang di dalam organisasi p-antang menyerah dan terus meningkatkan upaya
untuk memahami, memenuhi dan melampaui harapan pelanggan.
Sebagaimana yang telah kita sebutkan sebelumnya, kebanyakan sistem akuntansi
manajemen tidak berfokus kepada pelanggan melainkan kepada produk, departemen, atau
daerah geografis. Sangat jarang sistem akuntansi manajemen yang dapat memberikan
informasi mengenai angka profitabilitas pelanggan. Namun sekarang mulai tumbuh
kesadaran bahwa customer account profitability (CAP) memberikan arahan penting bagi
manjemen di masa yang akan datang.
Customer profitability analysis (analisis profitabilitas pelanggan) sangat penting
dilakukan oleh suatu perusahaan. Dalam menghadapi persaingan, peningkatan pelayanan
terhadap pelanggan merupakan suatu hal yang penting dilakukan, tetapi peningkatan
pelayanan ini seringkali meningkatkan aktivitas dan biaya tanpa diikuti oleh peningkatan
pendapatan , yang tentu akan mengurangi laba yang akan diperoleh. Kondisi ini biasanya
menyebabkan perusahaaan menerapkan market targeting sehingga ia tentu memerlukan
gambaran mengenai profitabilitas pelanggannya. Nah, analisis ini dapat membantu kita
untuk mengetahui bagaimana profitabilitas masing-masing pelanggan melalui identifikasi
biaya-biaya dan keuntungan-keuntungannya sehingga perusahaan mampu meningkatkan
profitabilitasnya secara keseluruhan.
Dalam pelaksanaannya, CPA ini perlu didukung dengan menggunakan metode
Activity Based Costing (ABC) dan Bussiness Process Analysis (BPA) yang akan
memberikan analisis biaya secara lebih mendalam dan informasi yang lebih akurat mengenai
harga pokok penjualan tiap tipe produk dan biaya pelayanan untuk masing-masing
pelanggan.
B. Fokus Customer Account Profitability (CAP)
Fokus dari CAP bisa bervariasi menurut konteksnya. Pada level yang lebih rendah,
CAP fokus pada masing-masing pelanggan secara perorangan. Sedangkan pada level yang
lebih luas, CAP iniberfokus kepada sekelompok pelanggan (Contohnya dari pengelompokan
berdasarkan pendapatan, ukuran rata-rata transaksi, jumlah transaksi dll). CAP juga bisa
fokus pada saluran distribusi yang berbeda (misalnya, melalui melalui toko ritel besar,
independen ritel dll).
C. Kenapa Menggunakan Customer Profitability Analysis??
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, dalam bahasa yang sederhana , tiap dollar
pendapatan tidak memberikan kontribusi yang sama terhadap laba. Pelanggan yang
menguntungkan adalah pelanggan yang mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap
laba bersih perusahaan, yang tidah hanya diukur dengan melihat volume hasil usaha atau laba
kotor yang dihasilkan. Karena setiap pelanggan memiliki karakteristik yang berbeda,
sehingga pelayanan dan biaya yang dikeluarkan menjadi bervariasi.
Perbedaan profitabilitas pelanggan ini dapat berasal dari perbedaan dalam
pendapatan (revenue) atau perbedaan dalam biaya (cost).
1. Perbedaan pendapatan
Pendapatan pelanggan yang dimaksud adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan
dalam melakukan usahanya. Perbedaan pendapatan pelanggan ini dapat berasal dari:
Perbedaan dalam pembebanan harga per unit pada pelanggan
Perbedaan tingkat volume penjualan diantara pelanggan
Perbedaan dalam penawaran produk/jasa kepada pelanggan yang berbeda.
Perbedaan dalam pemberian produk secara gratis kepada pelanggan.
2. Perbedaan biaya
Biaya pelanggan yang dimaksud adalah biaya yang dibebankan kepada konsumen
pada saat konsumen mengkonsumsi produk atau aktivitas. Perbedaan biaya pelanggan berasal
dari perbedaan cara tiap pelanggan menggunakan sumber daya perusahaan.
Exhibit 1: Value chain of business functions
Contohnya pada perusahaan manufaktur, cara pelanggan mereka dalam penggunaan
sektor hilir (pemasaran, distribusi, dan customer service) perusahaan sangat bervariasi.
Demikian juga halnya dengan perusahaan farmasi. Waktu yang mereka butuhkan untuk
mempromosikan produk mereka berbeda-beda untuk setiap pelanggan. Diskon harga
merupakan pendukung pemasaran yang utama.
Perbedaan dalam saluran distribusi. Saluran distribusi yang berbeda juga akan
menyebabkan perbedaan biaya pelanggan. Contohnya, pelanggan perusahaan yang beragam
mulai dari pelanggan rumahan hingga pelanggan industri. Pelanggan rumahan / individu
biasanya menginginkan service yang lebih. Sementara, pelanggan industry menginginkan
harga yang bersaing serta kualitas yang lebih bagus.
Perbedaan tingkat pelayanan pelanggan. Demikian juga dengan perbedaan tingkat
pelayanan pelanggan (customer service). Tingkat pelayanan pelanggan yang berbeda akan
mempengaruhi sektor hulu perusahaan (research and development, product design,
manufacture). Sebagai contoh, sebuah perusahaan computer mengijinkan kelompok
pelanggan besarnya untuk melakukan pemesanan produk dengan spesifikasi khusus. Hal ini
akan menyebabkan perubahan dalam sektor hulu perusahaan yaitu mulai dari peneltian dan
pengembangan produk, design, dan produksi.
Services companies. Perusahaan dalam sektor jasa sangat memperhatikan bagaimana
pelanggan menggunakan sumber daya mereka. Sebagai contoh, perusahaan jasa yang
memiliki banyak infrastuktur seperti hotel, biasanya sudah memiliki pilihan yang jelas untuk
masing – masing tingkat layanan. Sebaliknya, perusahaan jasa dengan infrastuktur yang
terbatas seperti firma hukum, dapat menyesuaikan aktivitas mereka untuk setiap pelanggan
dalam seluruh area rantai nilainya.
Blue Ridge menghadapi tekanan terus menerus dari beberapa jaringan ritel besar
untuk menurunkan harga yang ada saat ini. Untuk menanggapi permintaan penurunan harga
tersebut, Blue Ridge melakukan studi profitabilitas pelanggan.
Activity Based Costing
Activity Based Costing (ABC) diterapkan pada pemasaran, distribusi, dan customer
service untuk mencatat bagaimana tiga kelompok pelanggan mengkonsumsi sumber daya
perusahaan. Fokus awal dari penelitian ini adalah tiga kelompok pelanggan bukan kepada
profitabilitas masing masing pelanggan dalam kelompok tersebut.
Untuk tiap kelompok, Blue Ridge menelusuri biaya langsung seperti diskon, komisi,
dan biaya lisensi untuk logo. Berikut disajikan kelompok biaya berdasarkan aktivitas dan
driver-nya:
Cost Pools Cost Driver
Order pembelian Jumlah order
Aktivitas shipping Jumlah shipment
1. Bagaimana cara untuk menghitung pendapatan dan biaya pelanggan yang dapat
diandalkan?
Masalah ini bisa digambarkan dan dianalisis dalam analisis pedapatan
pelanggan dan analisis biaya pelanggan. Banyak perusahaan yang tertarik untuk
memakai analisis CAP menghadapi masalah dalam mengestimasi pendapatan dan biaya
pelanggan yang dapat diandalkan. Adapun masalah ini dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu:
a) Analisa pendapatan pelanggan
Penelusuran pendapatan pelanggan menghadapi berbagai tantangan yaitu
Perbedaan saluran distribusi atau wilayah geografis.
Pelanggan bisa saja membeli barang disaluran distribusi dan didaerah geografis yang
berbeda. Hal ini membuat perusahaan kesulitan untuk mengakumulasi pendapatannya.
C P
C P
C P
Panel D- Long term customer Relationship viewpoint
C
P
F. Arahan Baru
Penitikberatan pada pengadopsian “customer focus” menjadi lebih
diperhatikan oleh banyak area dalam manajemen. Hasilnya, penyelidikan dalam
profitabiltas pelanggan menjadi titik sentral untuk memajukan beberapa area dari
penelitian manajemen, termasuk:
1. Mendukung proses pengambilan keputusan strategis
Sistem profitabilitas pelanggan pada dasarnya mengasumsikan bahwa
keberadaan infrastruktur bisnis akan bertahan relatif konstan dalam bermacam-
macam keputusan manajemen. Asumsi ini menjadi lemah
apabila reengineering terjadi.
Perhatikan ilustrasi mengenai Blue Ridge di exhbit 2-4. Salah satu pilihan strategi
Blue Ridge untuk kelompok pelanggan kecil adalah melakukan outsourcing
distributor. Jika Blue Ridge menerapkan strategi ini, maka Blur Ridge harus
menambah kelompok biaya dan driver ke sistem ABC perusahaan.
Perhatikan juga cara pemesanan kepada pemasok dan pelanggan. Sistem
ABC mencerminkan kegiatan yang ada berdasarkan kebutuhan. Jika perubahan
dalam perusahaan juga merubah aktivitasnya secara dramatis, maka analisis biaya
tambahan akan diperlukan. Sebagai contoh, jika perusahaan memutuskan untuk
melakukan pemesanan melalui faks atau email, maka perusahaan akan
mengeliminasi beberapa aktivitas dalam sistem ABC mereka.
Semakin dramatis opsi reengineering yang dipertimbangkan maka sistem
akuntansi yang berdasarkan kegiatan yang ada semakin tidak bermanfaat. Laporan
profitabilitas pelanggan untuk selanjutnya bisa saja memasukkan biaya dan cost
driver dari aktifitas untuk alternatif strategi yang perlu dibutuhkan. Format ini akan
meningkatkan kegunaan laporan untuk pengambilan keputusan strategis.
2. Menilai intangible asset
Kebanyakan manajemen mengabaikan penilaian pada intangible asset
(misalnya merek) dan mengganggap bahwa hanya tangible asset (misalnya
bangunan, mesin, computer) yang memiliki pengaruh pada total value perusahaan.
Padalah, merek merupakan pusat penilaian dari pengonsumsi produk (pelanggan).
Hal yang sama juga terjadi pada pelanggan perusahaan yang merupakan intangible
asset.
Keputusan manajemen akan sangat mempengaruhi peningkatan atau
penurunan nilai dari intangible asset. Contohnya penerapan TQM pada perusahaan
sehingga produk perusahaan mengalami kenaikan kualitas. Penerapan ini harus
memikirkan efek jangka panjang dan jangka pendeknya dimana manajemen
terkadang hanya terfokus pada efek jangka pendek saja ( contohnya, peningkatan
laba ).
Dengan melakukan estimasi terhadap nilai pelanggan secara berkala maka
peningkatan kesetiaan pelanggan dalam beberapa periode dapat dianalisa secara
sistematik. Estimasi yang diperlukan akan melibatkan ketidakpastian, namun pada
dasarnya semua sistem akuntansi manajemen melibatkan ketidakpastian, sebagai
contoh estimasi penyisishan piutang tak tertagih.
Salah satu alasan untuk menelusuri nilai pelanggan adalah untuk menghindari
sikap manajemen yang hanya memikirkan efek jangka pendek. Sebagai contoh,
penurunan harga mungkin dapat meningkatkan profitabilitas beberapa pelanggan
utama dalam jangka pendek tapi hal tersebut juga bisa menyebabkan penurunan
profitabilitas dalam jangka panjang karena pelanggan akan mulai mengharapkan
potongan harga secara terus menerus.
3. Analisa tingkat retensi pelanggan
Mempertahankan konsumen dan mendapatkan konsumen baru bukanlah hal
yang mudah. Terkadang perusahaan harus mengeluarkan biaya yang jauh lebih
besar untuk mencapai hal tersebut.
Database profitabilitas pelanggan dapat memfasilitasi pengembangan dari
proses pengambilan keputusan dengan beberapa langkah berikut:
Menelusuri sumber yang dikehendaki untuk memikat pelanggan baru dan
mempertahankan pelanggan lama, dan
Dengan membuat estimasi yang lebih dipercaya dari operating income derived dari
pelanggan baru dan lama.
Alternative yang tersedia untuk mempertahankan pelanggan (misalnya harga
yang murah atau layanan pelanggan yang lebih baik) akan menghasilkan perbedaan
tingkat retensi pelanggan. Perbaikan dalam estimasi ini dapat memberikan manajer
informasi tambahan untuk mengambil keputusan tentang investasi alternatif untuk
memperbaiki tingkat retensi pelanggan.
G. Kesimpulan
Manajer baru-baru ini menekankan pentingnya untuk menarik dan
mempertahankan pelanggan yang menguntungkan. Perkembangan ini membuat
akuntan manajemen harus mampu untuk memulai dan memperbaiki sistem
profitabilitas pelanggan mereka. Untuk melakukan hal tersebut banyak masalah
yang harus dihadapi oleh akuntan manajemen. Meskipun demikian, banyak manajer
dan akademisi melihat peluang besar dalam menghadapi masalah ini, yang
membuat penelitian di bidang ini merupakan tantangan intelektual yang menarik dan
bermanfaat. (C : Haviz I.I & Lara S.Y)