“Seorang pasien Ny. T usia 36 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri
perut. Nyeri dirasakan pada malam hari, disertai mual dan keringat dingin. Nyeri
makin terasa ketika perut kosong dan menyebar ke leher hingga ke punggung. Ny. T
memiliki kebiasaan mengkonsumsi obat warung sebagai penghilang rasa sakit. Saat
dilakukan pemeriksaan vital sign didapatkan hasil TD : 100/70 mmHg, RR:
26x/menit, Nadi 98x/menit dan SB : 36,8°C.
THYFOID
Thyfoid + - - + - -
Pada beberapa orang tidak memilioki gejala adanya ulkus, tapi gejala umum
yang terjadi antara lain :
- Sakit perut
- Mual
- Muntah
- Kehilangan selera makan
- Penurunan berat badan
- Pada kasus yang parah, terjadi pendarahan di lambung dann deudenum.
Pertolongan pertama untuk tanda dan gejala yang kita curigai mengarah
ke diagnose medis ulkus peptikum adalah sebagi berikut
H. KLARIFIKASI INFORMASI
Cara yang dapat kita lakukan harus disesuaikan dengan kondisi dan patologisnya.
Pada beberapa kasus, nyeri dapat ditanggulangi dengan menghilangkan stimulus
nyeri.
1) Distraksi
Manajemen nyeri yang pertama adalah distraksi. Distraksi merupakan metode
untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada
hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialaminya.
Sebagai contoh, pasien yang sudah selesai mengalami operasi mungkin tidak
akan nyeri ketika melihat pertandingan sepakbola di televisi. Cara bagaimana
distraksi dapat mengurangi nyeri dapat dijelaskan melalui teori "Gate
Control". Pada spinacord, sel-sel reseptor yang menerima stimuli nyeri
periferal dihambat oleh stimuli sari serabut syaraf yang lain. Karena pesan-
pesan nyeri menjadi lebih lambat daripada pesan-pesan diversional, maka
pintu spinal cord yang mengontrol jumlah input ke otak menutup dan pasien
merasa nyerinya berkurang. Kita mengenal beberapa teknik distraksi, antara
lain : Bernafas secara pelan-pelan, masage sambil bernafas pelan-pelan,
mendengarkan lagu sambil menepuk-nepukkan jari-jari atau kaki, atau
membayangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata.
2) Relaksasi
Teknik mengurangi nyeri yang kedua adalah relaksasi. Relaksasi adalah
metode paling efektif untuk mengurangi nyeri kronis. Ada 3 hal yang perlu
diperhatikan dalam teknik relaksasi yaitu : posisiyang tepat, pikiran
beristirahat, serta lingungan yang tenang. Posisi klien diatur senyaman
mungkin dengan semua bagian tubuh disokong ( misalkan bantal menyokong
leher ) persendian diluruskan, serta otot-otot tidak tertarik. Untuk
menenangkan pikiran klien, klien dianjurkan pelan-pelan memandang
sekitarnya misalnya memandang atap turun ke dinding dll. Steward (
1979:959 ) menjelaskan teknik relaksasi sebagai berikut : Pasien menarik nafs
dalam dan mengisi paru-paru dengan udara. Perlahan-lahan udara
dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan
betapa nyamannya hal itu. Pasien bernafas beberapa kali dengan irama
normal. Pasien menarik nafas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan
serta membiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Perawat
menganjurkan pasien untuk mengkonsentrasikan pikiran pasien pada kakiya
yang terasa ringan dan hangat. Pasien mengulang langkah 4 dan
mengkonsentrasikan pikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot-
otot yang lain.
3) Stimulasi kulit
Stimulasi kulit dapat dilakukan dengan cara pemberian kompres dingin,
balsem analgetika dan stimulasi kontrateral. Kompres dingin dapat
memperlambat impuls-impuls motorik menuju otot-otot pada area yang terasa
nyeri. Balsem analgetika yang berisi menthol dapat membebaskan nyeri.
Balsem ini dapat menyebabkan rasa hangat pada kulit yang berlangsung
beberapa jam.
4) Placebo
Teknik mengurangi nyeri yang terakhir adalah placebo. Placebo merupakan
suatu bentuk tindakan misalnya tindakan pengobatan atau tindakan
keperawatan yang mempunyai efek pada klien akibat sugesti daripada
kandungan fisik atau kimianya. Obat yang diberikan tidak berisi analgetika
tetapi berisi gula, air atau saline dinamakan placebo
5) ANALISA & SINTESIS INFORMASI
Berdasarkan Clinical Study of Peptic Ulcer Disease Journal yang
dipublikasikan oleh dr. Subrata Roy (Padmashree Dr. D. Y. Patil Medical
College, Hospital & Research Centre) pada tahun 2016 bahwa saat gejala terjadi,
biasanya gejala paling umum ulkus peptikum adalah bangun di malam hari
dengan nyeri perut bagian atas atau atas sakit perut yang membaik dengan
makan. Rasa sakitnya sering digambarkan sebagai rasa sakit yang membakar atau
tumpul. Gejala lainnya termasuk bersendawa, muntah, penurunan berat badan,
atau nafsu makan yang buruk. (Jurnal Terlampir)
Berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh penderita dalam pasien, maka
dapat dianalisis sebagai berikut:
Manifestasi Klinis
Nyeri
Nyeri pada Kebiasaan
Diagnosa
Nyeri Menyebar malam Keringat mengkonsumsi
Medik Mual
Perut ke leher hari Dingin obat penghilang
dan rasa sakit
punggung
Gastritis + - - + + +
Ulkus + + + + + +
Peptikum
Appendisitis + - - - + -
Berdasarkan gejala yang dialami oleh klien pada kasus diatas maka dapat
ditetapkan bahwa Differensial Diagnosis utama adalah Ulkus Peptikum (Peptic
Ulcer Desease).
6) LAPORAN DISKUSI
KONSEP MEDIS
ULKUS PEPTIKUM
A. Definisi
Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam
dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disbut
juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya.
Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang
meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke
bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ”ulkus”
(misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak pada
setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus,
lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga jejenum.
Ulkus peptikum atau tukak peptic adalah ulkus yang terjadi pada mulkosa,
submukosa dan kadang-kadang sampai lapisan muskularis dari traktus
gastrointestinalis yang selalu berhubungan dengan asam lambung yang cukup
mengandung HCL. Termasuk ini ialah ulkus (tukak) yang terdapat pada bagian
bawah dari oesofagus, lambung dan duodenum bagian atas (first portion of the
duodeum). Mungkin juga dijumpai tukak di yeyenum, yaitu penderita yang
mengalami gastroyeyenostomy.
B. Etiologi
Sebab-sebab yang pasti dari ulkus peptikum belum diketahui
Faktor Predisposisi
Penyebab ulkus peptikum kurang dipahami, meskipun bakteri gram
negatif H. Pylori telah sangat diyakini sebagai factor penyebab. Diketahui bahwa
ulkus peptik terjadi hanya pada area saluran GI yang terpajan pada asam
hidrochlorida dan pepsin. Faktor predisposisinya menurut beberapa pendapat
mengatakan stress atau marah yang tidak diekspresikan adalah factor
predisposisi. Ulkus nampak terjadi pada orang yang cenderung emosional, tetapi
apakah ini factor pemberat kondisi, masih tidak pasti. Kecenderungan keluarga
yang juga tampak sebagai factor predisposisi signifikan. Hubungan herediter
selanjutnya ditemukan pada individu dengan golongan darah lebih rentan
daripada individu dengan golongan darah A, B, atau AB. Factor predisposisi lain
yang juga dihubungkan dengan ulkus peptikum mencakup penggunaan kronis
obat antiinflamasi non steroid(NSAID). Minum alkohol dan merokok berlebihan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ulkus lambung dapat dihubungkan
dengan infeksi bakteri dengan agens seperti H. Pylori. Adanya bakteri ini
meningkat sesuai dengan usia. Ulkus karena jumlah hormon gastrin yang
berlebihan, yang diproduksi oleh tumor(gastrinomas-sindrom zolinger-
ellison)jarang terjadi. Ulkus stress dapat terjadi pada pasien yang terpajan kondisi
penuh stress.
D. Patogenesis
Obat-obatan golongan NSAID (aspirin), alcohol, garam empedu, dan
obat-obatan lain yang merusak mukosa lambung, mengubah permeabilitas sawar
epitel, memungkinkan difusi balik asam klorida dengan akibat kerusakan
jaringan (mukosa) dan khususnya pembuluh darah. Hai ini mengakibatkan
pengeluaran histamin. Histamine akan merangsang sekresi asam dan
meningkatkan pepsin dari pepsinogen. Histamine ini akan mengakibatkan juga
peningkatan vasodilatasi kapilerm sehingga membrane kapiler menjadi
permeable terhadap protein, akibatnya sejumlah protein hilang dan mukosa
menjadi adema.
Peningkatan asam akan merangsang syaraf kolinergik dan syaraf
simpatik. Perangsangan terhadap kolinergik akan berakibat terjadinya
peningkatan motilitas sehingga menimbulkan rasa nyeri (MK I), sedangkan
rangsangan terhadap syaraf simpatik dapat mengakibatkan reflek spasme
esophageal sehingga timbul regurgitasi asam Hcl yang menjadi pencetus
timbulnya rasa nyeri berupa rasa panas seperti terbakar yang mengandung
diagnosa (keperawatan I). Selain itu, rangsangan terhadap syaraf sympatik juga
dapat mengakibatkan terjadinya pilorospasme yang berlanjut menjadi
pilorustenosis yang berakibat lanjut makanan dari lambung tidak bisa masuk ke
saluran berikutnya. Oleh karena itu pada penderita ulkus peptikum setelah makan
mengalami mual, anoreksia, kembung dan kadang vomitus. Resiko terjadinya
kekurangan nutrisi bisa terjadi sebagai manifestasi dari gejala-gejala tersebut.
Pada penderita tukak lambung mengalami peningkatan pepsin yang
berasal dari pepsinogen. Pepsin menyebabkan degradasi mucus yang
merupakansalah satu factor lambung. Oleh karena itu terjadilah penurunan fungsi
sawar sehingga mengakibatkan penghancuran kapiler dan vena kecil. Bila hal ini
terus berlanjut akan dapat memunculkan komplikasi berupa pendarahan.
Perdarahan pada ulkus peptikum bisa terjadi disetiap tempat, namun yang
tersering adalah dinding bulbus duodenum bagian posterior, karena dekat dengan
arterigastroduodenalis atau arteri pankreatikoduodenalis. Kehilangan darah
ringan dan kronik dapat mengakibatkan anemi defisiensi besi. Disamping itu
perdarahan juga dapat memunculkan gejala hemateneses dan melena. Pada
pendarahan akut akibat ulkus peptikum dapat mengakibatkan terjadinya
kekurangan volume cairan (MK III).
Proses ulkus peptikum yang terus berlanjut, selain berakibat pendarahan dapat
pula berakibat terjadinya perforasi.perforasi yang berlanjut dapat menembus
organ sekitarnya, termasuk peritoneum. Bila ulkus telah sampai diperitonium
dapat terjadi peritonitis akibat infasi kuman. Obstruksi merupakan salah satu
komplikasi dariulkus peptikum. Obstruksi biasanya dijumpai di daerah pylorus,
yang disebabkan oleh peradangan, edema, adanya pilorusplasme dan jaringan
parut yang terjadi pada proses penyembuhan ulkus. Akibat adanya obstruksi bisa
timbul gejala anoreksia, mual, kembung dan vomitus setelah makan.
Klasifikasi
Klasifikasi ulkus berdasarkan lokasi:
A. Pengkajian
1. Data demografi
a. Biodata pasien
Nama : Ny. T
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Diagnose medis : Ulkus Peptikum
b. Penanggung jawab pasien
Nama :-
Umur :-
Pekerjaan :-
Hubungan dengan pasien :-
2. Riwayat kesehatan
a. Alasan masuk Rumah sakit
Klien masuk Rumah sakit dengan dengan keluhan nyeri perut.
Nyeri dirasakan pada malam hari, disertai mual dan keringat dingin.
Nyeri makin terasa ketika perut kosong dan menyebar ke leher hingga
ke punggung. Ny. T memiliki kebiasaan mengkonsumsi obat warung
sebagai penghilang rasa sakit
b. Keluhan utama : Nyeri Perut
c. Riwayat keluhan utama
Klien mengeluh nyeri perut. Nyeri dirasakan pada malam hari,
disertai mual dan keringat dingin. Nyeri makin terasa ketika perut
kosong dan menyebar ke leher hingga ke punggung
d. Pola kegiatan sehari – hari ( activity daily living ) : tidak ada data
3. Pemeriksaan fisik
a. KU :-
b. Tanda – tanda vital : TD : 100/70 mmHg, RR: 26x/menit, Nadi
98x/menit dan SB : 36,8°C.
c. System kardiovaskuler : keringat dingin
d. System digestif :
- Mual
- Nyeri perut menyebar ke leher sampai ke punggung
Pathway ulkus peptikum
Penghancuran sawar
epitel
Perdarahan
Beli Obat di Warung
Ulkus peptikum
Ketidakseimbangan
Kurang Nafsu Makan Intoleran Aktivitas
Nutrisi <kebutuhan
B. ANALISA DATA
Refluks isi
deudenum ke
lambung
Mual
Data Subjektif Ulkus Peptikum Manejemen
Pasien mengatakan regimen
sering terapeutik tidak
mengkonsumsi obat Menghantarkan efektif
warung untuk impuls nyeri
menghilangkan sakit
Data Objektif
Vital Sign Nyeri akut
TD : 100/70 mmHg
N : 98x/m beli obat di
RR: 26x/m warung
SB: 36.8 ©
Manejemen
regimen
terapeutik tidak
efektif
Iritasi
gastrointest
inal
Mansjoer, A dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Santosa, Budi. 2014. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2014. Jakarta: Prima
Medika
Subrata, Roy. 2016. Clinical Study of Peptic Ulcer Disease Journal
Sue Moorhead dkk, 2018. Nursing Outcome Clasification (NOC) edisi kelima.
Jakarta: Elsevier
Sue Moorhead dkk, 2018. Nursing Interventions Clasification (NOC) edisi kelima.
Jakarta: Elsevier