Anda di halaman 1dari 39

1

HUBUNGAN FAKTOR KETURUNAN, LAMANYA


BEKERJA JARAK DEKAT, DENGAN MIOPIA PADA
MAHASISWA FK USU

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh:

FATIKA SARI HASIBUAN

060100126

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

2009

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
2

ABSTRAK

HUBUNGAN FAKTOR KETURUANAN, LAMANYA BEKERJA JARAK


DEKAT, DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FK USU

Tujuan: untuk mengetahui pengaruh genetik dan lamanya bekerja arak dekat
dengan miopia.
Metode: penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan kuesioner dari 93 orang
mahasiswa FK USU yang berisi tentang status kelainan refraksi pada mahasiswa, status
kelainan refraksi orang tua mahasiswa, lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan
kegiatan jark dekat ( seperti belajar, membaca untuk hobi, menonton TV, menggunakan
komputer) dan waktu yang dihabiskan untuk berada di luar rumah selain untuk kegiatan
perkuliahan.
Hasil: mahasiswa yang mengalam miopia cenderung untuk mempunyai ayah dan
ibu yang mengalami miopia (P=0,010). Namun, waktu yang dihabiskan untuk melakukan
pekerjaan jarak dekat antara mahasiswa yang miopia dan tidak miopia tidak terlalu
signifikan (p>0,05)
Kesimpulan : keturunan adalah faktor yang berhubungan sedangkan lamanya
bekerja jarak dekat tidak mmemiliki hubungan dengan miopia.

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
3

ABSTRACK

PARENTAL MYOPIA, NEAR WORK, AND UNIVERSITY of NORTH


SUMATRA MEDICAL STUDENT

Purpose: to quantify the degree of association student myopia, parental myopia and
near work.
Methods: refractive error, parental refractive status, current level of near
activities( assumed working distance –weighted hours per week spent studying; reading
for pleasure, watching television, playing video gameor working on the computer), hours
per week spent in ut door were assessed in 93 medical student.
Result: student with myopia more likely to have parents with myopia (P=0,010).
and less time in out door, but the time that which nt for near work is not different between
myopic student and the normal student.
Conclusion: heredity was the most important factor associated with student
myopia, with smaller contribution from near work, and less time in out door activity.

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
4

KATA PENGANTAR

Assalammua’laikum wr.wb.

Bismillahirrohmanirrohim.

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kesehatan, motivasi dan
kekuatan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Hubungan
Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja dalam Jarak Dekat, dengan Miopia pada Mahasiswa
FK USU.
Skripsi ini diajukan ke Fakultas Kedokteran UniversitAS Sumatra Utara sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked). Dalam

pelaksanaan Skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dan dorongan baik secara

moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Staf pengajar FK USU yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan

kepada penulis selama ini.

2. Ibu dr. Aryani A. Amra Siregar Sp.M, sebagai pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dan fikiran dengan penuh kesabaran untuk membimbing penulis

demi kesempurnaan skripsi ini.

3. Kedua orang tua tercinta, yang senantiasa mendo’akan, memberikan semangat dan

mencurahkan kasih sayang.

Semoga semua bantuan, bimbingan, dorongan, saran-saran, dan amal kebaikan yang

telah diberikan mendapat imbalan rahmat dari Allah SWT.

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
5

Dengan keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki, penulis menyadari

sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran

sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan

berguna bagi kita semua di masa yang akan datang.

Medan, November 2009

Penulis

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
6

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan……………………………………………………. ………….i
Abstrak………………………………………………………………………………..ii
Abstrack........................................................................................................................iii
Kata Pengantar………………………………………………………………………iv
Daftar Isi…………………………………………………………………………...... vi
Daftar Tabel………………………………………………………………………….vii
Daftar Lampiran……………………………………………………………………..viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………4
1.3 Tujuan …………………………………………………………………….4
1.4 Manfaat …………………………………………………………………..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………..5
2.1 Defenisi ……………………………………………………………………5
2.2 Etiologi ……………………………………………………………………5
2.3 Patogenesa…………………………………………………………………7
2.4 Manifestasi Klinis…………………………………………….……………8
2.5 Penatalaksanaan……………………………………………………………6
2.6 Pencegahan…………………………………………………………… ..….8

BAB III KERANGKA KONSEP


3.1 Kerangka Konsep…………………………………………………………..10
3.2 fenisi Operasional…………………………………………………………...10
3.3 Hipotesis……………………………………………………………………11

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Metode penelitian…………………………………………………………..12
4.2 Lokasi dan waktu penelitian ……………………………………………….12
4.3 Populasi dan sampel ……………………………………………………….12
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
7

4.4 Kriteria Seleksi…………………………………………………………….12


4.5 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………13
4.6 Pengolahan dan Analisa Data………………………………………….….13

BAB V HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN


5.1. Hasil Penelitian……………………………………………………………15
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………………………………………….…..15
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden………………………………….…..15
5.1.3 Hasil…………………………………………………………....................15
5.2 Pembahasan…………………………………………………………………18

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan…………………………………………………………………21
6.2.Saran………………………………………………………………………21

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………23


LAMPIRAN……………………………………………………………………………28

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
8

DAFTAR TABEL

Hal
Tabel I:
Statistik Deskriptif dan nilai P dari masing masing variabel…………………….………16

Table II .
Proporsi miopia pada mahasiswa dan miopia pada kesua orang tuanya………………...17

Tabel III:
Nilai Ekspektasi Hubungan Keturunan dan Miopia………… 18

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
9

DAFTAR LAMPIRAN

LampiranI: Kuesioner………………………………………………………………….26

LampiranII: Uji Validitas………………………………..…………………………......27

Lampiran III: Halaman Riwayat Hidup……………………………………………......29

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
10

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Miopia merupakan salah satu gangguan penglihatan yang memiliki prevalensi
tinggi di dunia. Di Amerika Serikat, berdasarkan data yang dikumpulkan dari 7.401 orang
berumur 12-54 tahun oleh National Health and Nutrition Examination Survey pada tahun
1971-1972, diperkirakan prevalensi miopia di Amerika Serikat sebanyak 25%. Bila
dibandingkan dengan Amerika Serikat, Asia merupakan daerah yang memiliki prevalensi
miopia yang lebih tinggi, terutama pada masyarakat Cina dan Jepang. Pada awal 1930,
Rasmussen memperkirakan prevalensi miopia kira-kira 70% di Cina, tetapi prosedur
pengambilan datanya tidak dijelaskan dengan rinci. Di Taiwan, sekitar 4000 anak sekolah
didiagnosa mengalami kelainan refraksi dengan sikloplegia pada sebuah survey tahun
1983. Ada peningkatan prevalensi miopia seiring dengan peningkatan umur, dari 4% dari
umur 6 tahun sampai 40% pada umur 12 tahun. Lebih dari 70% dari umur 17 tahun dan
lebih dari 75 % pada umur 18 tahun(Saw, 1996). Di Indonesia, dari seluruh kelompok
umur (berdasarkan sensus penduduk tahun 1990), kelainan refraksi (12.9%) merupakan
penyebab low vision/ penglihatan terbatas terbanyak kedua setelah katarak (61,3%) (Saw,
2003).
Tingginya prevalensi ini mendorong para peneliti untuk melakukan penelitian
tentang keterkaitan genetik dan lingkungan terhadap miopia. Namun, sampai saat ini isu
tentang hubungan antara lingkungan (bekerja dalam jarak dekat) dan keturunan dengan
miopia masih sangat krusial dan belum dimengerti sepenuhnya.
Banyak kasus yang dapat digunakan untuk memperlihatkan bahwa kelainan
refraksi ditentukan secara genetik. Anak dengan orang tua yang miopia cenderung
mengalami miopia (P= 0,001). Hal ini cenderung mengikuti pola dose-dependent pattern.
Prevalensi miopia pada anak dengan kedua orang tua miopia adalah 32,9% berkurang
sampai 18,2% pada anak dengan salah satu orang tua yang miopia dan kurang dari 6,3%
pada anak dengan orang tua tanpa miopia (Mutti, 2002). Sekarang ini, adanya lokus
genetik telah dibuktikan berhubungan dengan miopia patologi (Tsai, 2007). Dari
penelitian lain didapatkan bahwa orang yang mempunyai polimorfisme gen PAX6 akan
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
11

mengalami miopia yang ekstrem≥10


( D), sedangkan orang yang tidak mempunyai gen
ini hanya mengalami miopia tinggi (6-10 D) dengan sampel merupakan mahasiswa
kedokteran tahun pertama di Universitas Kedokteran Chung Shan, Taiwan. Penelitian di
Australia terhadap anak kembar yang mengalami miopia juga menunjukkan 50% faktor
genetik mempengaruhi pemanjangan aksis bola mata (Dirani, 2008).
Tingkat pendidikan sering digunakan untuk menghubungkankan lamanya waktu
bekerja dalam jarak dekat dengan miopia pada orang-orang yang berpendidikan tinggi.
Berdasarkan penelitian ini, orang-orang yang berpendidikan tinggi lebih banyak
mengalami miopia (Wensor, 2009).. Penelitian cross sectional di Yunani menunjukan
prevalensi miopia yang meningkat pada orang yang memiliki pendidikan tinggi
(Konstantopoulos, 2008). Sedangkan penelitian yang dilakukan pada komunitas nelayan
Hong Kong menunjukan bahwa miopia lebih sering terjadi pada subjek yang bersekolah,
dengan resiko terbesar pada anak-anak yang masuk sekolah pada umur yang lebih muda
dan anak-anak yang lebih banyak mengahabiskan waktunya pada membaca dan menulis
(Wong, 1992). Peneliti di Singapura mengamati bahwa anak yang menghabiskan
waktunya untuk membaca, menonton TV, bermain video game dan menggunakan
komputer lebih banyak mengalami miopia (Guggenheim, 2007).
Peneliti lain mengungkapkan bahwa prevalensi miopia sekarang ini secara
dominan karena perbedaan lingkungan, bukan karena genetik. Peneliti Australia
membandingkan gaya hidup 124 anak dari etnis Cina yang tinggal di Sidney, dengan 682
anak dari etnis yang sama di Singapura. Bila dibandingkan antara anak yang mengalami
miopia di Singapura (29%), hanya 3,3% anak-anak di Sidney yang menderita miopia.
Padahal, anak-anak di Sidney membaca lebih banyak buku tiap minggu dan melakukan
ativitas dalam jarak dekat lebih lama dari pada anak di Singapura. Tetapi, anak-anak di
Sidney juga menghabiskan waktu di luar rumah lebih lama (13,75 jam per minggu)
dibandingkan dengan anak anak di Singapura (3,05 jam). Hal ini adalah faktor yang
paling signifikan berhubungan dengan miopia antara kedua grup (McCredie, 2008).
Meningkatnya lama bekerja dalam jarak dekat sebagai suatu komplikasi lanjutan
menunjukkan asosiasi antara miopia dan abilitas intelektual. Orang dengan miopia
cenderung mempunyai IQ nonverbal yang lebih tinggi (Saw, 2004). Hal yang sama juga
didapatkan oleh peneliti-peneliti lain. Penelitian pada anak-anak miopia di London,
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
12

menunjukkan bahwa mereka belajar lebih keras dan lebih memperhatikan pelajaran di
kelas, mempunyai banyak hobi akademik dan sangat tidak berminat pada olah raga,
mereka sangat sukses di sekolah, dan mempunyai ambisi yang tinggi untuk pendidikan
yang lebih jauh dan pekerjaan kantoran (kepegawaian). Hasil temuan ini sangat
berhubungan dengan usia awal ketika miopia dan lingkungan di sekitar rumah (Douglas,
1967).
Mahasiswa kedokteran cenderung mengalami miopia. Penelitian yang dilakukan
di Universitas Nasional Singapura menunjukkan bahwa 89,8% mahasiswa kedokteran
tahun kedua mengalami miopia (Woo, 2004). Penelitian lain di Fakultas Kedokteran
Grant, Norwegia, juga menunjukkan bahwa 78% mahasiswa kedokteran tahun pertama
mengalami miopia. Hal ini mungkin disebabkan mahasiswa kedokteran banyak
melakukan kegiatan membaca buku, sehingga mereka cenderung mengalami miopia.
Selain itu, berdasarkan uraian di atas, orang yang mengalami miopia cenderung
mempunyai IQ yang lebih tinggi daripada populasi umum; begitu pula mahasiswa
kedokteran. Oleh karena itu, miopia cenderung terjadi pada mahasiswa kedokteran
(Midelfart, 2005).
Dari hal-hal di atas dapat diketahui bahwa pengaruh lamanya bekerja jarak dekat
dan keturunan terhadap miopia belum sepenuhnya dapat dibuktikan. Selain itu, terdapat
kecenderungan mahasiswa kedokteran mengalami miopia. Oleh karena itu, penulis ingin
mengetahui lebih jauh tentang kelainan refraksi ini dan hubungannya dengan keturunan
dan lamanya waktu yang dipakai dalam pekerjaan jarak dekat. Untuk melihat hubungan
ini penulis melakukan penelitian di kampus FK USU dengan sampel mahasiswa FK
USU.

1.2 Rumusan masalah


Dari uraian di atas di dapati uraian masalah sebagai berikut:
a. Apakah benar genetik mempengaruhi miopia pada mahasiswa? Atau karena pengaruh
sering melakukan pekerjaan jarak dekat?
b. Seberapa besar pengaruh bekerja dalam jarak dekat terhadap kejadian miopia?

1.3 Tujuan penelitian


Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
13

1.3.1 Tujuan umum


Untuk mengetahui faktor penyebab mana yang paling berpengaruh terhadap miopia
mahasiswa FK USU.

1.3.2 Tujuan khusus


a. Mengetahui besar pengaruh genetik terhadap miopia.
b. Mengetahui besar pengaruh lamanya bekerja dalam jarak dekat dengan miopia.

1.4 Manfaat penelitian.


1. Dapat mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh besar terhadap miopia,
sehingga dapat dilakukan pencegahan agar tidak terjadi miopia atau tidak
memperburuk kondisi miopia.
2. Peneliti dapat menerapkan pengrtahuan tentang community reseach program,
sehingga dapat menambah kemampuan peneliti untuk melakukan penelitian.
3. Menjadi sumber pustaka bagi peneliti lain yang ingin meneliti hal yang sama.

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
14

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi
Miopia merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar
yang sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan di depan retina. Kelainan ini
diperbaiki dengan lensa negatif sehingga bayangan benda tergeser ke belakang dan diatur
dan tepat jatuh di retina (Mansjoer, 2002).
2.2 Etiologi
Miopia terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi. Dikatakan pula,
semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka semakin besar
kemungkinan mengalami miopia. Ini karena organ mata sedang berkembang dengan
cepat pada tahun-tahun awal kehidupan (Curtin, 2002).
Pada miopia, panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan
pembiasan media refraksi terlalu kuat. Dikenal beberapa jenis miopia seperti:
a. Miopia refraktif, miopia yang terjadi akibat bertambahnya indeks bias media
penglihatan, seperti terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih
cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia refraktif ini, miopia
bias atau miopia indeks adalah miopia yang terjadi akibat pembiasan media
penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.
b. Miopia aksial, miopia yang terjadi akibat memanjangnya sumbu bola mata,
dibandingkan dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal (Mansjoer,
2002).
Selain itu, ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi seseorang untuk
cenderung mengalami miopia. Diantaranya ialah faktor genetik, lingkungan, tingkat
intelegensi, dan faktor sosial.
Ada dua hipotesis yang berkembang untuk menunjukkan hubungan antara miopia
pada orang tua dan miopi pada anak. Yang pertama adalah teori dari kondisi lingkungan
yang diwariskan. Tendensi untuk miopia dalam suatu keluarga lebih mungkin disebabkan
linkungan yang mendorong untuk melakukan kegiatan yang berjarak dekat dengan intens
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
15

dalam keluarga, dari pada karena faktor genetik. Orang tua dengan miopia biasanya akan
menetapkan standar akademik yang tinggi atau mewariskan kesukaan membaca pada
anak-anak mereka daripada mewariskan gen itu sendiri. Suatu penelitian di Tanzania
menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki status pendidikan tinggi, terutama ayahnya,
lebih banyak mempunyai anak yang menderita miopia (Wedner, 2002).
Selain itu, teori mengenai adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi miopia
didukung melalui penelitian yang dilakukan di Australia. Pada penelitian tersebut
dibandingkan gaya hidup 124 anak dari etnis Cina yang tinggal di Sidney, dengan 682
anak dari etnis yang sama di Singapura. Didapati prevalensi miopia di Singapura ada
29%, dan hanya 3,3% di Sidney. Padahal, anak-anak di Sidney membaca lebih banyak
buku tiap minggu dan melakukan ativitas dalam jarak dekat lebih lama dari pada anak di
Singapura. Tetapi, anak-anak di Sidney juga menghabiskan waktu di luar rumah lebih
lama (13,75 jam per minggu) dibandingkan dengan anak anak di Singapura (3,05 jam).
Hal ini adalah faktor yang paling signifikan berhubungan dengan miopia antara kedua
grup (McCredie, 2008). Peneliti lain juga mengungkapkan hal yang serupa bahwa
eksposur sinar matahari pada usia anak-anak dan remaja dapat mencegah miopia
(Jonathan Stone, 2009).
Hipotesis yang lain menyatakan bahwa ada pengaruh genetik yang membawa sifat
miopia. Orang yang melakukan pekerjaan dekat secara intens tetapi tidak mengalami
miopia mungkin tidak mempunyai gen tersebut. Anak dengan orang tua yang miopia
cenderung mengalami miopia (P= 0,001). Hal ini cenderung mengikuti pola dose-
dependent pattern. Prevalensi miopia pada anak dengan kedua orang tua miopia adalah
32,9%, namun jika anak dengan salah satu orang tua yang miopia berkurang menjadi
18,2%, dan kurang dari 6,3% pada anak dengan orang tua tanpa miopia (Mutti, 2002).
Sekarang ini, adanya lokus genetik telah dibuktikan berhubungan dengan miopia
patologi (Tsai, 2007). Dari penelitian lain didapatkan bahwa orang yang mempunyai
≥10 D),
polimorfisme gen PAX6 akan mengalami miopia yang ekstrem ( sedangkan
orang yang tidak mempunyai gen ini hanya mengalami miopia tinggi (6-10 D) dengan
sampel merupakan mahasiswa kedokteran tahun pertama di Universitas Kedokteran
Chung Shan, Taiwan. Penelitian di Australia terhadap anak kembar yang mengalami

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
16

miopia juga menunjukkan 50% faktor genetik mempengaruhi pemanjangan aksis bola
mata (Dirani, 2008).
Selain faktor genetik dan lamanya bekerja dalam jarak dekat, faktor sosial ekonomi
juga mempengaruhi kejadian miopia pada seseorang. Penelitian lain menunjukan
prevalensi yang lebih tinggi pada anak di lingkungan urban, dan sosioekonomi tinggi di
Malaysia (Hashim,2008). Hal yang sama juga ditemukan di Australia. Prevalensi miopia
lebih rendah pada regio suburban dan paling tinggi pada regio pusat kota. anak yang
tinggal di apartemen dari pada yang tingal di rumah biasa (Ip, 2008)

2.3 Klasifikasi
Menurut perjalanan penyakitnya, miopia dibagi menjadi:
a. Miopia stasioner, yaitu miopia yang menetap setelah dewasa.
b. Miopia progresif, yaitu miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata.
c. Miopia maligna, yaitu miopia yang berjalan progresif, dan dapat mengakibatkan
ablasi retina serta kebutaan. Miopia ini dapat juga disebut miopia pernisiosa atau
miopia maligna atau miopia degenerative. Disebut miopia degeneratif atau miopia
maligna, bila miopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan
panjang bola mata sehingga terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian
temporal papil disertai dengan atrofi karioretina. Atrofi retina berjalan kemudian
setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch
yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina.
Pada miopia dapat terjadi bercak Fuch berupa hiperplasi pigmen epitel dan
perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar, dan degenerasi papil saraf optik
(Sidarta, 2005).

2.4 Manifestasi Klinis


Pasien miopia akan melihat jelas bila dalam jarak pandang dekat dan melihat kabur
jika pandangan jauh. Penderita miopia akan mengeluh sakit kepala, sering disertai dengan
juling dan celah kelopak yang sempit. Selain itu, penderita miopia mempunyai kebiasaan
mengernyitkan matanya unuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
17

pinhole (lubang kecil). Pasien miopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang
masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam keadaan konvergensi. Hal ini
yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini
menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esoptropia (Sidarta, 2005).

2.5 Penatalaksanaan
Orang yang mengalami miopia diberi kaca mata lensa sferis untuk membantu
penglihatannya.

2.6. Pencegahan
Sejauh ini, hal yang dilakukan adalah mencegah kelainan anak atau mencegah
jangan sampai menjadi parah. Biasanya dokter akan melakukan beberapa tindakan seperti
pengobatan laser, obat tetes tertentu untuk membantu penglihatan, operasi, penggunaan
lensa kontak dan penggunaan kacamata.
Pencegahan lainnya adalah dengan melakukan visual hygiene berikut ini:
a. Mencegah terjadinya kebiasaan buruk.
1) Hal yang perlu diperhatikan adalah anak dibiasakan duduk dengan posisi
tegak sejak kecil.
2) Memegang alat tulis dengan benar.
3) Lakukan istirahat tiap 30 menit setelah melakukan kegiatan membaca atau
melihat TV.
4) Batasi jam membaca.
5) Aturlah jarak baca yang tepat (30 centimeter), dan gunakanlah penerangan
yang cukup.
6) Kalau memungkinkan untuk anak-anak diberikan kursi yang bisa diatur
tingginya sehingga jarak bacanya selalu 30 cm.
7) Membaca dengan posisi tidur atau tengkurap bukanlah kebiasaan yang
baik.
b. Beberapa penelitian melaporkan bahwa usaha untuk melatih jauh atau melihat
jauh dan dekat secara bergantian dapat mencegah miopia.

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
18

c. Jika ada kelainan pada mata, kenali dan perbaiki sejak awal. Jangan menunggu
sampai ada gangguan pada mata. Jika tidak diperbaiki sejak awal, maka kelainan
yang ada bisa menjadi permanen, misalnya bayi prematur harus terus dipantau
selama 4-6 minggu pertama di ruang inkubator untuk melihat apakah ada tanda-
tanda retinopati.
d. Untuk anak dengan tingkat miopia kanan dan kiri tinggi, segera lakukan
konsultasi dengan dokter spesialis mata anak supaya tidak terjadi juling. Patuhi
setiap perintah dokter dalam program rehabilitasi tersebut.
e. Walaupun sekarang ini sudah jarang terjadi defisiensi vitamin A, ibu hamil tetap
perlu memperhatikan nutrisi, termasuk pasokan vitamin A selama hamil.
f. Periksalah mata anak sedini mungkin jika dalam keluarga ada yang memakai
kacamata. Untuk itu, pahami perkembangan kemampuan melihat bayi.
g. Dengan mengenali keanehan, misalnya kemampuan melihat yang kurang,
segeralah melakukan pemeriksaan.
h. Di sekolah, sebaiknya dilakukan skrining pada anak-anak (Curtin, 2002).

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
19

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka konsep
Variabel independent Variable dependen

Pekerjaan jarak dekat


dalam waktu lama

MIOPIA

Genetik

3.2 Defenisi Operasional

a. Miopi. Dalam penelitian ini miopia dideskripsikan sebagai gangguan untuk melihat
jauh dengan visus di bawah 6/6.
b. Faktor genetik. Bila mahasiswa mempunyai salah satu atau kedua orang tua yang
menderita miopi, maka dikatakan bahwa mahasiswa tersebut mempunyai faktor genetik.
c. Pekerjaan jarak dekat dinilai dengan menanyakan pada mahasiswa lamanya waktu di
luar kampus yang dihabiskan dalam lima aktivitas , yaitu:
a) Membaca atau belajar palajaran di kampus
b) Membaca untuk kesenangan (hobi)
c) Menonton televisi.
d) Bermain video game, bekerja dengan komputer dirumah, menggunakan internet
e) Menghabiskan waktu dengan berolah raga di luar rumah
Aktivitas-aktivitas ini dianalisa terpisah dan berfungsi sebagai bagian dari variabel
pekerjaan jarak dekat dan diurutkan dari aktivitas nomor satu sampai empat. Tujuannya
adalah untuk mengukur kuantitas eksposur pekerjaan dekat, tidak hanya dari segi waktu,
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
20

tetapi juga usaha mata untuk berakomodasi (accomodative effort) dalam tiap-tiap
aktifitas. Variabel dioptherhours (Dh) menurut Mutti (2001) didefinisikan sebagai jumlah
waktu yang dihabiskan dalam bekerja jarak dekat dikali dengan kekuatan akomodasi
mata atau dengan kata lain:
Dh=3 x (waktu yang dihabiskan untuk belajar + waktu yang dihabiskan dengan
membaca untuk kesenangan) + 2 x (waktu yang dihabiskan untuk bermain video
game, bekerja dengan komputer, menggunakan internet) + 1 x (waktu yang
digunakan untuk menonton televisi)
Pekerjaan jarak dekat selama kuliah tidak diperhitungkan. Peneliti berasumsi bahwa
waktu yang dihabiskan pada waktu kuliah tidak berpengaruh secara substansial pada
variabilitas pekerjaan dalam jarak dekat untuk mahasiswa KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi).

3.3 Hipotesis

Ho: Tidak ada hubungan antara genetik dan lamanya bekerja dalam jarak dekat dengan
miopia pada mahasiswa.

Ha: ada hubungan antara genetik dan lamanya bekerja dalam jarak dekat dengan miopia
pada mahasiswa

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
21

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian analitik dengan pendekatan
cross sectional yang dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara genetik dan
lamanya waktu yang digunakan pada pekerjaan jarak dekat dengan kejadian miopia pada
mahasiswa FK USU.

4.2 Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran USU pada bulan Maret-November
2009. Pengumpulan data dilakukan pada Agustus-September 2009

4.3 Populasi dan sampel


Populasi: Mahasiswa FK USU stambuk 2006, 2007, 2008
Sampel: Metode pengambilan sample dilakukan dengan stratified randomi
sampling dengan penghitingan sample menggunakan rumus:
n = N / [1+N(d)2]
n = 1311 / [1+1311(0,1)2]
= 93 orang
n = Besar sampel minimum
N = Jumlah populasi

4.4 Kriteria Seleksi


Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah mahasiswa yang mengalami
cacat mata lain seperti astigmatisme, atau hipermetropi.
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
22

4.5 Teknik Pengumpulan Data


4.5.1 Data Primer
Data ini didapatkan langsung dari sampel dengan melalui kuesioner.
4.5.2 Data Sekunder
Data ini adalah jumlah populasi mahasiswa FK USU stambuk 2006, 2007, 2008
yang didapatkan peneliti melalui bagian pendidikan FK USU.
4.5.3 Uji Validitas
Lihat lampiran

4.6 Pengolahan dan Analisa Data


4.6.1 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan:
a. Pengecekan terhadap data-data yang terdapat pada kuesioner.
b. Melakukan seleksi terhadap data-data yang terkumpul. Pada tahap ini kita menilai
apakah sampel tersebut masuk ke dalam kriteria inklusi atau tidak.
c. Kemudian dilakukan pemisahan data antara mahasiswa miopia dan mahasiswa yang
memiliki mata normal. Setelah itu dilakukan penghitungan terhadap variabel
diophterhour (Dh)
d. Selanjutnya dilakukan analisa data.

4.6.2 Analisa Data


Analisa data dilakukan dengan program komputer SPSS 15.0. Antara variabel
genetik dan miopia pada anaknya dilakukan uji hipotesa dengan chi square. Kemudian
dilanjutkan dengan menggunakan uji non parametrik wilcoxon sum rank test untuk
variabel lamanya waktu yang digunakan dalam pekerjaan jarak dekat. Variabel prestasi
akademik diuji dengan chi square.

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
23

BAB V

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus FK USU. Kampus ini terletak di jalan dr.
Mansur, sebelah baratnya berbatasan dengan Fakultas Psikologi, sebelah selatannya
berbatasan dengan Fakultas keprawatan, sebelah timurnya berbatasan degan pintu masuk
I USU, dan utaranya berbatasan dengan Jln. dr.Mansur.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden


Responden adalah mahasiswa FK USU stambuk 2006, 2007, 2008. Kriteria
ekslusinya adalah mahasiswa yang mengalami cacat mata lain, seperti astigmatisme atau
hiperopia.

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
24

5.1.3 Hasil
Dalam penelitian ini, dari 93 orang mahasiswa, 59 orang (63,4%) mengalami
miopia, 34 orang (36,6%) normal.
Tabel I: Statistik Deskriptif dan nilai P dari masing masing variabel

Waktu Waktu Rata


Minimum Maksimum rata Stan- Uji hipotesis
yang yang (jam/ dard dengan Ho
digunakan digunakan ming- de- diterima jika
N (jam/minggu) (jam/minggu) gu) viasi P>0,1

lama waktu yang


digunakan
mahasiswa untuk 93 1.00 42.00 16.6 10.3 P=0.147 .3
mengerjakan tugas
perkuliahan

lama waktu yang


digunakan
mahasiswa untuk
93 .00 30.00 6.6 6.2 P=0.379 .3
membaca untuk
hobi

lama waktu yang


digunakan
mahasiswa untuk 93 .00 72.00 12.4 11.7 P=0.177
menonton tv

lama waktu yang


digunakan
mahasiswa untuk P=0.025
93 .00 56.00 15.4 12.8
menggunakan
computer

lama waktu yang


93 .00 84.00 14.3 14.0
digunakan
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
25

mahasiswa untuk P=0.015


berada di luar
rumah
kualitas and
kuantitas lama
93 10.00 220.00 99.7 49.6
bekarja jarak dekat P=0,208
(diophter hour)

Secara keseluruhan, para mahasiswa ini menghabiskan waktu yang bervariasi


antara mengerjakan tugas kuiah (16 ± 10 jam/minggu), menonton TV (12±11,7
jam/minggu), menggunakan komputer (15,4±12,8 jam/minggu). Membaca untuk hobi
lebih sedikit dilakukan dari pada untuk mengerjakan tugas perkuliahan (6,5±6,2
jam/minggu), sedangkan waktu yang dihabiskan untuk berada di luar rumah cukup
sedikit (1,36±0,48 jam/minggu).
Hubungan antara lamanya pekerjaan jarak dekat ini dan miopia dapat dirinci
sebagai berikut, yaitu: mengerjakan tugas kuliah (P=0,147), membaca untuk hobi
(P=0,379), menonton TV (P=0,177), menggunakan komputer (P=0,025), dan diophter
hour (P=0,208), sedangkan variabel lamanya waktu yang dihabiskan untuk berada di luar
rumah memiliki nilai P=.0.015 (Tabel I)

Table II: Proporsi miopia pada mahasiswa dan miopia pada kesua orang tuanya

apakah anda
mengalami miopia?
ya tidak Total
apakah orang ayah dan
5 0 5
tua anda ibu
mengalami ayah atau
15 4 19
moipia? ibu
tidak 39 30 69
Total 59 34 93

Selain int, didapati bahwa dari 59 orang mahasiswa yang mengalami miopia,
lima orang mempunyai kedua orang tua yang miopia. Lima belas orang lainnya
mempunyai salah satu orang tua yang mengalami miopia. Dan 39 orang mahasiswa
miopia tidak memiliki orang tua yang miopia (P=0,010). (Tabel II)
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
26

Tabel III: Nilai Ekspektasi Hubungan Keturunan dan Miopia

apakah anda
mengalami miopia? Total
ya tidak
ayah dan Expected Count
ibu (% )
100.0
100.0% .0%
%

apakah orang ayah atau Expected Count


tua anda ibu (%)
100.0
mengalami 78.9% 21.1%
%
moipia?

tidak Expected Count 100.0


56.5% 43.5%
(%) %

Konsisten dengan hasil penelitian sebelumya bahwa ada faktor keturunan yang
mendasari seseorang mengalami miopia. Hal ini cenderung mengikuti dose respons
pattern. Dalam penelitian ini, anak yang kedua orang orang tuanya mengalami miopia,
semuanya mengalami miopia dibandingkan dengan anak yang salah satu oranr tuanya
mengalami miopia (78,9%) atau anak yang memiliki orang tua yang tidak miopia
(63,4%).(Tabel III)

5.1.4 Pembahasan

Dalam penelitian ini faktor keturunan berhubungan dengan miopia. Hal ini
mengikuti pola dose response pattern, dimana anak yang kedua orang tuanya mengalami
miopia memiliki kemungkinan hampir 100% mengalami miopia dibandingkan hanya
salah satu orang tua yang mengalami miopia (78,9%) dan keduanya tidak mengalami
miopia (63,4%). Dari penelitian lain juga didapatkan bahwa orang yang mempunyai
≥10 D),
polimorfisme gen PAX6 akan mengalami miopia yang ekstrem ( sedangkan
orang yang tidak mempunyai gen ini hanya mengalami miopia tinggi (6-10 D) dengan

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
27

sampel merupakan mahasiswa kedokteran tahun pertama di Universitas Kedokteran


Chung Shan, Taiwan. Penelitian di Australia terhadap anak kembar yang mengalami
miopia juga menunjukkan 50% faktor genetik mempengaruhi pemanjangan aksis bola
mata (Dirani, 2008).
Namun dalam penelitian ini didapatkan hasil yang berbeda dalam hubungan
antara lamanya bekerja jarak dekat dengan miopia pada mahasiswa kedokteran.
Komponen individual dari faktor bekerja dalam jarak dekat mempunyai efek yang
berbeda-beda. Asosiasi yang paling terkuat antara miopia dan aktivitas jarak dekat adalah
menggunakan komputer(P=0,025). Dari penelitian ini diketahui bahwa lama waktu yang
dihabiskan untuk mengerjakan tugas kuliah(P=0,147), membaca untuk hobi (P=0,379),
menonton TV (P=0,177), antara mahasiswa yang miopia dan tidak miopia tidak jauh
berbeda. Keterkaitan miopia dengan lamanya bekerja jarak dekat mungkin erat
hubungannya dengan lamanya waktu yang dihabiskan untuk kegiatan ini ketika masih
kanak kanak. Mempunyai televisi sebelum umur 12 tahun selama satu sampai tiga tahun
dan menonton televisi dalam jarak dekat sangat berhubungan dengan kejadian miopia di
Asia. Faktor resiko ini tidak mengikuti pola dose response fasion(Wong,1993). Di
Amerika, orang dewasa yang lahir pada tahun 1917 dan 1927 (asumsi eksposur televisi
ketika anak anak rendah) mempunyai prevalensi miopia pada umur 45 sampai 54 tahun.
Namun orang yang lahir tahun 1947 dan 1960 dengan eksposur televisi yang lebih lama
pada masa anak anak mengalami miopia pada umur 12 sampai 17 tahun. Penurunan
prevalensi miopia seiring dengan umur dihipotesiskan karena meningkatnya lama bekerja
jarak dekat (Sperduto,1983). Sebagai contoh, estimasi prevalensi dari Framingham
Offspring Eye Study 1996 memperkirakan bahwa 52% dewasa berumur 35 samapi 44
tahun adalah miopia, tetapi hanya 20% dewasa yang berumur 65 sampai 74 tahun yang
mengalami miopia. Namun penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda dari asumsi
ini., dimana penurunan prevalensi ini terjadi arena umur dari pada peningkatan lamanya
bekerja jarak dekat selama masih anak anak dalam beberapa tahun ini(Mutti 200).
Dari hasil penelitian ini juga terlihat bahwa mahasiswa kedokteran sedikit sekali
menghabiskan waktu di luar rumah selain untuk kegiatan tugas perkuliahan. Hal ini
mungkin disebabkan kepribadian yang introvert, atau tidak suka berolah raga, atau
tebatasnya waktu untuk berada di luar rumah. Peneliti Australia membandingkan gaya
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
28

hidup 124 anak dari etnis Cina yang tinggal di Sidney, dengan 682 anak dari etnis yang
sama di Singapura. Bila dibandingkan antara anak yang mengalami miopia di Singapura
(29%), hanya 3,3% anak-anak di Sidney yang menderita miopia. Padahal, anak-anak di
Sidney membaca lebih banyak buku tiap minggu dan melakukan ativitas dalam jarak
dekat lebih lama dari pada anak di Singapura. Tetapi, anak-anak di Sidney juga
menghabiskan waktu di luar rumah lebih lama (13,75 jam per minggu) dibandingkan
dengan anak anak di Singapura (3,05 jam). Hal ini adalah faktor yang paling signifikan
berhubungan dengan miopia antara kedua grup (McCredie, 2008).

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
29

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran USU pada mahasiswa

stambuk 2006, 2007,2008:

1. Faktor keturunan berpengaruh besar terhadap kejadian miopia pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran USU.

2. Pengaruh faktor keturunan mengikuti dose respons pattern, dimana anak yang

memiliki kedua orang tua mempunyai resiko paling besar mengalami miopia.

3. Perbandingan lamanya waktu yang dihabiskan mahasiswa yang miopia dan yang

tidak miopia dalam melakukan kegiatan jarak dekat tidak jauh berbeda, sehingga

hubungan antara lamanya bekerja jarak dekat dan kejadian miopia tidak tampak.

4. Mahasiswa kedokteran jarang mengahabiskan untuk berada di luar rumah selain

untuk kegiatan perkuliahan, dan hal ini memiliki hubungan dengan kejadian miopia

pada para mahasiswa.

6.2. Saran

1. Mengingat bahwa miopia sangat berhubungan dengan lamanya waktu yang

dihabiskan untuk bekerja jarak dekat dan sedikitnya waktu yang dihabiskan untuk

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
30

berada di luar rumah, kegiatan-kegiatan di luar rumah seperti berolah raga hendaknya

ditingkatkan.

2. Faktor keturunan cenderung tidak dapat dihindari. Walaupun demikian, hal yang

dilakukan adalah mencegah agar miopia tidak sampai menjadi parah dengan:

mengubah kebiasaan buruk, misalnya batasi jam membaca, mengatur jarak baca yang

tepat (30 sentimeter), dan gunakan penerangan yang cukup dan hindari membaca

dengan posisi tidur atau tengkurap.

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
31

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2009. Fed:humans out living their eyeballs, Australian scientist say. AAP
General News Wire. Available from:
http://proquest.umi.com/ [ Accesed 13th April 2009]

Curtin. B., J., 2002. The Myopia. Philadelphia Harper & Row. 348-38

Dirani M, Chamberlain M, Shekar SN, et al, 2008. Heritability of refractive error and
ocular biometrics:The gene in myopia (GEM) twin study . Investigative
Ophthalmology and Visual Science 49(10):4336-433. Available from:
www.iovs.org/cgi/content/abstract/47/11/4756 [ Accesed 13th April2009]

Donald O. Mutti, 2001. Can We Conquer Myopia?Available from:


http://www.revoptom.com/index.asp?ArticleType=SiteSpec&page=osc/apr01/lesson
_0401.htm [ Accesed 13th April 2009]

Douglas JW, Ross JM,Simpson HR, 1967. The ability and attainment of short sighted
pupils. Journal of the Royal Statistical Society. Series A (General), Vol. 131, No. 2
(1968), p. 229. Available from:
http://www.jstor.org/pss/2982520 [ Accesed 13th April 2009]

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
32

Guggenheim JA, 2007. Correlation in refractive errors between siblings in the Singapore
cohort study of risk factor for myopia. British Journal of Ophtalmology 91(6):781-
784. Available from:
http://proquest.umi.com/ [ Accesed 13th April 2009]

Hahsim SE, 2008. Prevalence of refractive error in malay primary school children in
suburban area of Kota Bharu, Kelantan, Malaisya . Annals of Academy of Medicine
37(11):940-946. Available from:
http://proquest.umi.com/ [ Accesed 13th April 2009]

Ilyas, S., 2006. Penuntun Ilmu penyakit Mata. Edisi Ke-3. Jakarta, FK UI

Ip Jenny M, Rose Kathryn A, Morgan Lang C,et al, 2008. Myopia and the urban
enviroment :findings in a sample of 12-year-old Australian school children.
Investigative Ophthalmology and Visual Science. 2008;49:3858-3863.Available
from:
www.iovs.org/cgi/content/abstract/49/9/3858 [ Accesed 13th April 2009]

Konstantopoulos A, Yadegar G, Elgohary M, 2008. Nearwork, education, family history


and myopia in Greek conscript .Eye 22:542-546. Available from:
www.nature.com/eye/journal/v22/n4/full/6702693a.html [ Accesed 13th April 2009]

Mansjoer, A., 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-3 Jilid 1. Media Aesculapius.
Jakarta, FK UI

McCredie Jane, 2008. Outdoor time could cut risk of childhood myopia. Australian
doctor page:3.Available from:
http://proquest.umi.com/ [ Accesed 13th April 2009]

Midelfart A., and Hjertnes S., 2005.Myopia Among Medical Students in Norway Invest
Ophthalmol Vis Sci 46: E-Abstract 562.Available from:
http://abstracts.iovs.org/cgi/content/abstract/46/5/5626 [ Accesed 13th April 2009]
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
33

Mutti DO, Zadnik K. Age-related decreases in the prevalence of myopia. Longitudinal


change of cohort effect? Investigative Ophthalmology and Visual Science.
2000;11:2103-2107.

Mutti O, Mitchell L, Moeschberger ML, 2002.Parental myopia , nearwork, school


achivement and children‘s refractive error. Investigative Ophthalmology and Visual
Science. .43:12. Available from: www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12454029 [
Accesed 13th April 2009]

Sai Y-Y, Chiang C-C, Lin H-J, et al, 2008.A PAX6 gene polymorphism is associated with
genetic predisposition to extreme myopia. Eye 22:576-581. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17948041 [ Accesed 13th April 2009]

Sastroasmoro S., Ismael S., 2002 .Dasar-dasar Metodologi Penelitian


Klinis.ed:2.Jakarta .Sagung Seto

Saw Seang Mei, Husain R, Gazzard GM, et al, 2003. Causes of low vision and
blindness in rural Indonesia British Journal of Ophthalmology 87(9): 1075–1078.
Available from:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1771857 [Accesed 13th
April 2009]

Saw Seang-Mei, Katz J, Schein OD, et al, 1996.Epidemiology of myopia .Epidemiol Rev
1 8:2. Available from:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9021311 [ Accesed 13th April 2009]

Saw Seang Mei, Tan Say-Beng, Fung Daniel, et al, 2004.IQ and the association with
myopia in children. Investigative Ophthalmology and Visual Science 45:9. Available
from:
www.iovs.org/cgi/content/abstract/45/9/2943 [ Accesed 13th April 2009]

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
34

Sperduto RD, Seigel D, Roberto J, Roland M. Prevalence Myopia in United States. Arch
Ophtalmol.1983;101:405-407.

The Framingham Offspring Eye Study Group. Familial Aggregation and Prevalence of
Myopia in the Framingham Offspring EYE Study Arch Ophtalmol.1996; 114:326-
332

Tjokronegoro A., Sudarsono S., 2001. Metodologi Penelitian Bidang


Kedokteran.ed:3.Jakarta:FK UI

Wensor Mattew, Borth, Carhty MS, 1999.Prevalence and risk factor of myopia in
Victoria, Australia. Arch Ophtalmol.117:658-663. Available from:
dtl.unimelb.edu.au/dtl_publish/28/65583.html [ Accesed 13th April 2009]

Wedner SH, Ross DA, Todd J, et al, 2002.Myopia in secondary school students in
Mwanza City, Tanzania:the need for a national screening programe. British Journal
of Ophtalmology 86:1200-1206. Available from:
bjo.bmj.com/cgi/content/abstract/86/11/1200 [ Accesed 13th April 2009]

Wong J, Coggon D, Cruddas M, et al, 1993. Education, reading, and familiar tendency
as risk factor for myopia in Hongkong fishermen. Journal of epidemiology and
community health 47:50-53. Available from:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=105971 [ Accesed 13th
April 2009]

Woo WW, Lim KA, Yang H, 2004. Refractive errors in medical students in Singapore.
Singapore Med J Vol 45(10):470.Available from:
www.sma.org.sg/smj/4510/4510a1.pdf [ Accesed 13th April 2009]

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
35

LAMPIRAN Apakah orang tua anda berkaca mata ?

1. Kuesioner  a.ya, ayah dan ibu

Penelitian antara Genetik dan Lamanya


b.ya, ayah atau ibu
Bekerja dalam Jarak Dekat dengan Miopia pada
Mahasiswa FK USU Stambuk 2006,2007,2008  c.tidak

Initial responden:

Tanggal diisi: Jika ya, umur berapa orang tua anda

Umur:
pertama kali menggunakan kaca mata?

Stambuk: Ayah : ___________________ tahun

Ibu : ____________________ tahun

Ceklistlah pilihan jawaban dari Pada usia tersebut, untuk tujuan apa

pertanyaan di bawah ini orang tua anda mengunakan kaca mata

Apakah anda mengalami kelainan a. melihat jauh

refraksi?
b. melihat dekat

a.ya
c.melihat jauh dan dekat
 b.tidak

Berapa lama waktu yang anda


Jenis kelainan refraksi apa yang anda
habiskan untuk kegiatan di bawah ini dalam
alami?
seminggu?
a.miopi
b.astigmatisme(silindris) a. membaca pelajaran atau mengerjakan
c.Hipermetropi (rabun dekat) tugas perkuliahan _________ jam
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
36

b. membaca untuk hobi ___________ jam


c. menonton tv ____________ jam
d. menggunakan komputer __________
jam
e. Berada di luar rumah (bukan untuk
kegiatan perkuliahan) _____________
jam

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
37

2. Uji Validitas

berapa
lama berapa kualitas
apakah anda berapa lama berapa and
apakah orang mengerj lama berapa anda lama kuantita
anda tua anda akan anda lama menggu anda s lama
mengala mengala tugas membac anda nakan berada bekarja
mi mi perkulia a untuk menonto kompute di luar jarak
miopia? moipia? han? hobi? n tv? r? rumah? dekat?
apakah anda Pearson
mengalami Correlati 1 .273(**) -.149 -.088 -.184 -.226(*) -.238(*) -.265(*)
miopia? on
Sig. (2-
.008 .154 .402 .077 .029 .021 .010
tailed)
N 93 93 93 93 93 93 93 93
apakah Pearson
orang tua Correlati
anda on .273(**) 1 .142 -.071 .061 .138 -.018 .165
mengalami
moipia?
Sig. (2-
.008 .176 .500 .565 .186 .867 .113
tailed)
N 93 93 93 93 93 93 93 93
berapa lama Pearson
anda Correlati
mengerjakan on -.149 .142 1 .339(**) -.059 .288(**) .159 .802(**)
tugas
perkuliahan?
Sig. (2-
.154 .176 .001 .575 .005 .128 .000
tailed)
N
93 93 93 93 93 93 93 93

berapa lama Pearson


anda Correlati
-.088 -.071 .339(**) 1 -.048 .256(*) .071 .458(**)
membaca on
untuk hobi?
Sig. (2-
.402 .500 .001 .644 .013 .502 .000
tailed)
N 93 93 93 93 93 93 93 93
berapa lama Pearson
anda Correlati
-.184 .061 -.059 -.048 1 .077 .265(*) .234(*)
menonton on
tv?
Sig. (2-
.077 .565 .575 .644 .463 .010 .024
tailed)
N 93 93 93 93 93 93 93 93
berapa lama Pearson
anda Correlati
-.226(*) .138 .288(**) .256(*) .077 1 .327(**) .748(**)
menggunaka on
n komputer?

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada
Mahasiswa FK USU, 2010.
38

Sig. (2-
.029 .186 .005 .013 .463 .001 .000
tailed)
N

93 93 93 93 93 93 93 93

berapa lama Pearson


anda berada Correlati
-.238(*) -.018 .159 .071 .265(*) .327(**) 1 .340(**)
di luar on
rumah?
Sig. (2-
.021 .867 .128 .502 .010 .001 .001
tailed)
N 93 93 93 93 93 93 93 93
kualitas and Pearson
kuantitas Correlati
-.265(*) .165 .802(**) .458(**) .234(*) .748(**) .340(**) 1
lama bekarja on
jarak dekat?
Sig. (2-
.010 .113 .000 .000 .024 .000 .001
tailed)
N

93 93 93 93 93 93 93 93

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada
Mahasiswa FK USU, 2010.
39

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Fatika Sari Hasibuan


Tempat, tanggal lahir : Medan, 18 Oktober 1988
Agama : Islam
Alamat : Jl. Binjai Km.10 Gg.Damai No 12 D

Riwayat Pendidikan:

1. SD Negeri 101731 Sunggal, lulus tahun 2000.


2. SLTP Negeri 1 Sunggal, lulus tahun 2003.
3. SMU Negeri 4 Medan, lulus tahun 2006.
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada
Mahasiswa FK USU, 2010.

Anda mungkin juga menyukai