Anda di halaman 1dari 5

5.

Porfiritik
Porfiritik merupakan tekstur khusus pada batuan beku yang terbentuk akibat adanya perbedaan
ukuran kristal mineral yang menyusun suatu batuan beku. Dalam tekstur khusus ini dikenal 2
terminologi yaitu fenokris (mineral dengan ukuran lebih besar) dan masa dasar (penyusun batuan
dengan ukuran lebih kecil). Tekstur ini terbentuk akibat adanya kristalisasi magma yang terjadi
pada dua kondisi berbeda. Fenokris akan cenderung terbentuk terlebih dahulu ketika magma
masih mengalami pendinginan relatif lambat, lalu saat magma bergerak naik, suhu sekitar
membuat magma mendingin lebih cepat sehingga akan terbentuk kristal berukuran relatif lebih
kecil daripada kristal yang terbentuk terlebih dahulu.

Gambar 5. Tekstur Porfiritik

6. Vitrofirik
Hampir sama dengan porfiritik. Tekstur dimana terdapat mineral besar dan mineral kecil.
Namun mineral halusnya berupa gelas.

Gambar 6. Tekstur Vitrofirik


7. Hyalofitik
tekstur yang mirip dengan tekstur ofitik tetapi pada tekstur ini kaca/ gelas yang sepenuhnya
mengelilingi plagioklas

Gambar 7. Tekstruk Hyalofitik

8. Hyalofilitik
Tekstur Hyalopilitik, yaitu tekstur yang jika mikrolit-mikrolit plagioklas dijumpai bersama-sama
mikrokristalin piroksen dengan arah tidak beraturan, dan dijumpai dalam massa dasar gelas.
Tekstur ini sangat khas dijumpai pada batuan yang berkomposisi basa pada umumnya berupa
lava.

Gambar 8. Tekstur Hyalofilitik


9. Tekstur Poikilitik
Poikilitik merujuk pada kristal, khususnya fenokris dalam suatu batuan beku yang berisi
mineral-mineral berukuran lebih kecil. Dalam tekstur poikilitik dikenal istilah chadacryst dan
oikocryst. Chadacryst adalah kristal kecil yang berada pada fenokris sedangkan oikocryst
merupakan fenokris atau kristal yang berukuran besar. Tekstur poikilitik dapat digunakan untuk
menentukan urutan proses kristalisasi. Suatu mineral yang dilingkupi oleh butir kristal yang
lain dapat menunjukkan bahwa mineral tersebut mengkristal terlebih dahulu dibandingkan
sekililingnya. Hal tersebut mungkin benar, namun tidak selalu terjadi demikian.

Gambar 9. Tekstur poikilitik pada kristal phlogopite dan diopside. XPL image, 2x (Medan pandang=7 mm)
(sumber: alexstrekeisen.it).

10. Tekstur Symplectite


Symplectite merupakan tekstur intergrowth pada dua atau lebih kristal yang terbentuk akibat
proses pendinginan yang cepat atau dekompresi. Suatu material yang mengalami perubahan
temperatur, tekanan, dan perubahan kondisi fisika lainnya (misalnya, komposisi atau aktivitas
cairan (fluid)), maka akan terjadi ketidakstabilan dalam suatu fase. Untuk mencapai kondisi stabil,
fase yang tidak stabil akan mengalami rekristalisasi menuju konstituent yang lebih stabil. Istiliah
symplectite digunakan untuk mineral yang mengalami rekristalisasi yang berbutir halus dan terjadi
intergrowth. Tekstur ini dapat terbentuk pada mineral magnetit dan klinopiroksen.

Gambar 10. Gambaran dari Scanning Electron Microscope (SEM) menunjukkan tekstur symplectite dari
fayalit-piroksen (pada bagian kanan) (sumber: wikipedia.org).
11. Spinifex
Tekstur ini dicirikan oleh bentuk kristal yang memanjang atau menjarum seperti rumput.
Kristal-kristal tersebut dapat berupa piroksen dan olivin. Tekstur spinifex dapat ditemukan
pada batuan komatit.

Gambar 11. Tekstur spinifex kristal olivin dengan massa dasar piroksen pada batuan komatit. XPL image,
2x (Medan pandang= 7 mm) (sumber: alexstrekeisen.it).

12. Korona / reaction rim


Tekstur ini dicirikan oleh suatu kristal yang dikelilingi kristal lain akibat dari ketidakstabilan kristal
dan bereaksi dengan kristal sekelilingnya.

Gambar 12. Tekstur korona pada plagioklas dan spinel. PPL image, 10x (Medan pandang= 2mm) (sumber:
alexstrekeisen.it).

13. Sieve Texture


Tekstur ini umumnya ditemukan dalam mineral plagioklas yang dicirikan oleh adanya gumpalan
atau lubang-lubang gelap yang berbentuk seperti saringan. Gumpalan gelap tersebut berupa
inklusi gelas yang terjadi karena adanya proses pendinginan yang berlangsung dengan cepat.
Gambar 13. Sieve texture pada klinopiroksen. XPL image, 10x (Medan pandang: 2 mm) (sumber:
alexstrekeisen.it).

Referensi
Gill, Robin. 2010. Igneous Rocks and Process: A Practical Guide. UK: Willey-Blackwell.
www.alexstrekeisen.it (diakses pada 21 Oktober 2018 pukul 14.00 WIB)
www.esci.umn.edu (diakses pada 21 Oktober 2018 pukul 14.00 WIB).
www.minerva.uniod.edu (diakses pada 21 Oktober 2018 pukul 14.00 WIB).
www.tulane.edu (diakses pada 21 Oktober 2018 pukul 14.00 WIB).
www.wikipedia.org (diakses pada 21 Oktober 2018 pukul 14.00 WIB).

Anda mungkin juga menyukai