Anda di halaman 1dari 6

Kebudayaan di Bangka Belitung

1. Bahasa
Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk: lisan, tulisan. Berdasarkan Schets-taalkaart
atau peta bahasa dari Residen Bangka terbitan tahun 1889 Masehi yang disusun oleh K.F. Holle,
seorang penasihat kehormatan penduduk pribumi, melalui data yang diberikan oleh pejabat
Administrasi Pemerintahan Dalam Negeri , bekerjasama dengan Biro Topografi di Batavia ( Biro
didirikan tanggal 25 Februari 1864 ), dinyatakan, bahwa terdapat enam dialek bahasa yang
dipergunakan oleh masyrakat di Keresidenan Bangka yaitu Daratsche dialecten ( dialek orang darat
), Maporeesch dialecten ( dialek Mapor ), Chineesch dialecten ( dialek Cina), Rijau – Lingga
dialecten ( dialek Riau – Lingga), Bangka Maleisch dialecten ( dialek Melayu Bangka), dan
Sekaahsch dialecten ( dialek Sekak ).

a. Dialek
Dialek adalah variasi bahasa yang berbeda menurut pemakai atau penutur bahasa. Dialek
atau variasi bahasa berdasarkan Schets – Taalkaart atau Peta Bahasa dari Residen Bangka di atas
menunjukkan, bahwa variasi bahasa yang digunakan lebih cenderung pada dialek sosial karena
perbedaannya terletak pada golongan tertentu atau etnis tertentu di masyarakat sebagai penuturnya
yaitu orang melayu dengan dialek Bangkanya dengan jumlah penutur sekitar 4.903 penutur, orang
Cina dengan dialek Cinanya dengan jumlah penutur sekitar 10.052 penutup dan orang Mapor
dengan dialek Mapornya, serta orang Riau Lingga dengan dialek Riau Lingganya, kemudian dialek
yang berkembang di Keresidenan Bangka juga didasarkan pada dialek regional karena penuturnya
tinggal ditempat atau wilayah tertentu seperti orang pribumi Bangka dengan dialek daratnya dan
orang laut pribumi Bangka dengan dialek Sekaknya. Jumlah penutur pribumi Bangka orang darat
dan orang laut berkisar sekitar 26.291 penutur.
Dialek atau variasi bahasa sebagai bagian dari ragam bahasa di pulau Bangka sangat penting
untuk dipelajari mengingat bahasa indonesi yang kita gunakan sekarang berasal dari bahasa melayu
dari melayu kuno.

2. Sistem Pengetahuan
Meliputi pengetahuan tentang: flora dan fauna, waktu, ruang dan bilangan, tubuh manusia dan
perilaku antar sesama manusia.
a. Flora dan fauna
Di dalam wilayah kota pangkal pinang jenis tanaman ( flora ) yang dominan adalah kelapa,
karet, buah-buahan dan lada yang terdapat disepanjang utara sampai timur di pesisir laut cina
selatan. Sedangkan dalam hal fauna, kota pangkalpinang terkenal akan hasil laut dan beberapa
hasil perikanan darat. Dalam penduduk keturanan tionghoa binatang piaraan yang populasinya
adalah binatang anjing.

3. Sistem Kemasyarakatan Organisasi Sosial


a. Kulturasi, yang berarti kebudayaan.
1) Nganggung
Nganggung merupakan budaya daerah Negeri Serumpun Sebalai. Budaya nganggung
secara turun temurun sudah membudaya di masyarakat Kepulauan Bangka Belitung. Tradisi
itu ialah Nganggung, yaitu sebuah kegiatan gotong royong kepala keluarga membawa dulang
yang terbuat dari alumunium dan juga ada yang terbuat dari kuningan, berisi makanan sperti
kue, nasi dan juga lauk-pauk ke mesjid atau langgar sesuai dengan status atau kemampuan
tiap pintu rumah. Dulang ditutupi dengan tudung saji yang dibuat dari daun sejenis pandan
atau sebagianya dan di beri warna menggunakan cat.
2) Milang ari
Milang ari adalah upacara yang berhubungan dengan Crisis Rate, atau upacara yang
berhubungan dengan tahapan kehidupan manusia khususnya yang berhubungan dengan
kematian. Pihak keluarga yang meninggal dunia mengadakan sedekah untuk mengenang
yang meninggal dunia, dimulai pada hari pertama sampai hari ketujuh, kemudian pada hari
kedua puluh lima ( nyelawe ), empat puluh hari, seratus hari ( nyeratus ) kemudian seribu
hari ( nyeribu ), kemudian dilaksanakan pada tiap tahun yang disebut Naun.
b. Akulturasi merupakan sebuah istilah dalam ilmu Sosiologi yang berarti proses pengambil alihan
unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh sebuah kelompok atau individu. Contohnya Tari Batak
Sejak dulu orang Batak tinggal di berbagai wilayah medan Sumatra utara baik di daerah terpencil
maupun di dalam pusat kota medan Sumatra utara. Ada yang tinggal di pesisir, di tengah kota dan
pinggir kota. Perbedaan tempat tinggal menyebabkan perbedaan kebiasaan dan karakter. Selain itu
interaksi dengan suku bangsa lain memberi ciri khas bagi orang Batak. Tari yang diciptakanpun
berbeda. Interaksi orang Batak dengan suku jawa pun berbeda dengan tercipta tari cokek, lenong,
dan gambang kromong.
c. Asimilasi, percampuran dua kebudayaan atau lebih, sehingga menjadi satu kebudayaan. Contohnya
Tika adalah orang Batak yang menyukai tarian tor-tor. Ia berteman baik dengan Rizki yang
merupakan orang Bangka dan bisa menari dengan tarian tradisionalnya yaitu tarian campak.
Karena keduanya terus menerus berinteraksi, maka terjadilah percampuran budaya yang
menghasilkan budaya baru. Maksudnya.. Tika akhirnya punya tarian baru yang merupakan hasil
penyatuan tarian Batak dan tarian campak, tetapi tarian barunya ngga mirip sama tarian Batak atau
tarian campak.

4. Sistem Peralatan Hidup Dan Teknologi


a. Pakaian dan perhiasan
Pakaian adat pangkalpinang memiliki kesamaan dan identik dengan pakaian adat melayu di
kepulauan Riau terutama pada corak dan model pakaian, pada warna dan tenunan sutera tampak
pula adanya nuansa budaya cina.
Pakaian dan perhiasan pengantin adat paksian pangkalpinang Bangka Belitung terdiri dari :
1) Pakaian pengantin perempuan
Baju atas dinamakan baju kurung warna merah atau warna ungu biasanya terbuat dari bahan
sutra atau bludru yang zaman dulu disebut baju seting dengan hiasan manik-manik dan
dilengkapi dengan penutup dada yang dinamkan teratai, kemudian pengantin dilengkapi dengan
hiasan kepala yang disebut paksian. Hiasan kepala dilengkapi asesoris berupa konde tilang yang
terbuat dari gulungan atau lipatan daun pandan yang didalamnya diisi bunga rampai, kemudian
pengantin menggunakan sarung tangan, sebelumnya pada jari kuku mempelai perempuan
dihiasi dengan inai atau daun pacar, kaki menggunakan kaos kaki dan selop hitam. Roncean
melati sering dipasang pada sanggul sisi kiri dan kanan untuk keindahan dan keharuman. Baju
pengantin untuk sekarang sudah ditambahkan dengan hiasan payet atau manik-manik.
2) Pakaian pengantin laki-laki
Pakaian pengantin laki-laki bewarna merah atau warna ungu dan biasanya dari bahan
beludru dengan hiasan manik-manik. Busana yang dikenakan pengantin laki-laki terdiri dari
jubah panjang sebatas lutut dilengkapi dengan selempang di bahu, penutup kepala memakai
sorban atau sungkon, pada bagian bawah pengantin pria memakai celana panjang, bagian
pinggang memakai pending, mengenakan selop/sandal Arab, kaki memakai sarung tangan, jari
kuku mempelai laki-laki dihiasi dengan inai atau daun pacar.
b. Senjata
1) Kedik
Merupakan alat tradisional yang digunakan sebagai alat pertanian. Alat ini digunakan di
perkebunan terutama di kebun lada. Dalam menggunakannya si pemakai harus berjongkok dan
bergerak mundur atau menyamping. Alat ini digunakan dengan cara diletakkan pada tanah dan
ditarik ke belakang. Alat ini efektif untuk membersihkan rumput pengganggu tanaman lada.
Kedik biasanya digunakan oleh kaum wanita karena alatnya kecil dan relatif lebih ringan. Kedik
hanya dapat digunakan untuk rumput jenis yang kecil atau rumput yang tumbuh dengan akar
yang dangkal, bukan ilalang.
2) Parang
Parang adalah senjata tajam yang terbuat dari besi biasa. Bentuknya relatif sederhana tanpa
pernak pernik. Kegunaannya adalah sebagai alat potong atau alat tebas (terutama selak belukar)
kala penggunanya keluar masuk hutan. Parang juga digunakan untuk pertanian.
Contohnya Parang Badau dikenal masyarakat Bangka dengan sebutan Parang Belitung. Oleh
masyarakat di sana Parang Belitung diyakini menyimpan nilai mistis. Bentuknya seperti layar
kapal. Alat ini digunakan terutama untuk perkelahian jarak pendek. Senjata ini mirip dengan
golok di Jawa, namun ujung parang ini dibuat lebar dan berat guna meningkatkan bobot supaya
sasaran dapat terpotong dengan cepat. Parang yang berdiameter sedang atau sekitar 40 cm juga
dapat digunakan untuk menebang pohon karena bobot ujungnya yang lebih besar dan lebih
berat.

5. Sistem Pencaharian Hidup


Sistem yang meliputi, berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam, peternakan,
perikanan,perdagangan.
a) Ngelapun atau berasuk
Sumber perekonomian utama Bangka masa lalu adalah berladang yang disebut beume,
selain beume, masyarakat melakukan pekerjaan lain seperti mencari ikan disungai dengan
menggunakan kail atau pancing, yang disebut ngebanjur atau ngerawi, menggunakan tekalek (
sejenis bubu dalam ukuran yang kecil ), serumbung ( bambu yang diberi lobang untuk perangkap)
dan bubu ( alat perangkap yang terbuat dari anyaman bamboo atau rotan ), disamping itu untuk
menangkap ikan masyarakat juga sering menggunakan tuba ( sejenis tumbuhan yang digunakan
untuk meracuni ikan ).
Untuk menagkap ikan disungai, masyarakat juga biasanya melakukannya dengan cara
bergotong royong bersama melalui aktivitas seperti ngempeng ( menutup aliran anak sungai ),
ngeroh aik ( membuat air menjadi keruh ), dan nirok nanggok ( menangkap ikan dengan alat
sejenis tombak dan tanggok ). Kemudian masyarakat juga berburu binatang dan mencari lebah
dihutan untuk diambil madunya. Kegiatan berburu binatang seperti burung biasanya dilakukan
dengan menggunakan repas atau penangkap yang didalamnya diletakkan penganti yaitu burung
betina sebagai pemikat, kemudian juga digunakan pulut, yaitu sejenis ramuuan yang lengket
terbuat dari campuran getah-getah pohon. Kemudian secara berkelompok masyarakat berburu
binatang seperti kijang, pelanduk, dan rusa yang disebut dengan kegiatan belapun atau berasuk.
b) Musung madu
Musung adalah kegiatan mencari dan megumpulkan madu lebah yang dalam bahasa Bangka
disebut dengan aik madu. Lebah-lebah yang hidup dihutan diambil madunya dengan cara
dipusung yaitu membuat lebah meninggalkan sarangnya dengan cara menggunakan asap.
Dihutan pulau Bangka banyak terdapat lebah yang menghasilkan madu berkualitas dengan rasa
sesuai dengan bunga pohon yang dihisap oleh lebah. Jenis-jenis rasa madu tersebut misalnya bisa
rasa pahit, karena lebah menghisap bunga atau kembang dari pohon pelawan, kemudian bisa
terasa manis bila lebah menghisap bunga dari pohon sama, pohon pulas dan pohon mesira.
Kegiatan musung madu dilakukan secara berkelompok, biasanya dimulai dengan mencari
lokasi tembat lebah bersarang. Berdasarkan lokasi tempatnya bersarang, madu dapat dibedakan
atas dua jenis yaitu Madu Suangau dan Madu Dahan. Bila menemukan sarang madu biasanya
diberi tanda dengan menakel pohon tempat madu bersarang dengan tanda tertentu dan diberi
syarat dengan jampi agar madu tersebut tidak diganggu atau diambil oleh orang lain.
Bila sarang lebah yang ditemukan bagian bawah sarangnya telah membesar perulun
(kantung – kantung air madu) telah penuh dan bagian sarang yang tipis berisi anak-anak lebah
(air madu dan air madu berada dalam kantung terbuat dari lilin), maka sarang lebah tersebut
sudah disiap untuk dipusung. Sebelum melakukan pemusungan perlu disiapkan peralatan
memusung yang disebut nyenyamu, terbuat dari kumpulan dari ranting kayu kering sepanjang
sekitar satu meter, dengan ukuran selebar paha orang dewasa. Ranting kering lalu dibungkus
atau dibalut dengan dedaunan hijau dari tunas-tunas kayu sepanjang satu meter, setelah dibalut
rata dengan dedaunan tadi, lalu dibalut dengan tali ketakung atau ketuyut, atau jenis akar kayu
lainnya.
Bila nyenyamu sudah siap, maka dibakar pada bagian nyenyamu yang lebih kecil, bila api
telah merata memakan ranting kering dalam lilitan yang dibungkus tunas-tunas kayu basah tadi,
maka akan keluar asap pekat dari bagian nyenyamu yang lebih besar. Bila madu yang dipusung
itu madu sunggau, pemusung tidak perlu naik keatas pohon akan tetapi cukup memulai
pengasapan dari bagian pangkal sunggau dengan asap yang keluar dari bagian nyenyamu yang
lebih besar.

6. Sistem Religi
Kepercayaan masyarakat terdiri dari unsur / komponen, yaitu emosi yang menyebabkan
manusia bersikap religius. Komponen kepercayaan adalah sistem keyakinan yang mengandung
segela keyakinan manusia tentang supranatural, wujud alam gaib, nilai dan norma dari kepercayaan,
selanjutnya sistem ritus dan upacara yang merupakan usaha manusia untuk mencari hubungan
dengan dewa – dewa.Kepercayaan masyarakat mempunyai fungsi antara lain :1[4]
a. Produktif termasuk semua praktek yang menyangkut kegiatan produksi misalnya bercocok
tanam, pembuatan alat, kegiatan dalam perdagangan dan lain – lain.
b. Protektif / penolakan, termasuk segala praktek ilmu gaib untuk menghindari / menolak
bencana. Misalnya tumbuhan ( tanaman) atau hewan dan praktek ilmu gaib untuk
menyembuhkan penyakit manusia, seperti upacara tolak balak, tolak penyakit.
c. Agresif, perbuatan ilmu gaib yang bertujuan merugikan, menyerang, menyakiti dan
membunuh.
d. Meramal, praktek meramal berdasarkan perhitungan ilmu perbintangan.

7. Kesenian
1. Rumah Adat Bangka Belitung

Rumah Adat khas Bangka Belitung bernama Rumah Panggung. Rumah ini bercirikan khas
Melayu seperti yang ada di daerah-daerah pesisir Sumatera serta Malaka. Rumah panggung
terbuat dari kayu, bambu atau rotan. Ada 9 tiang yang digunakan untuk mendirikan bangunan
ini berdasarkan falsafah 9 tiang yang dipercaya masyarakat di Bangka Belitung ini. Tiang yang
pertama kali dibangun yaitu tiang utamanya terletak ditengah bangunan. Sebagai atapnya
ditutup menggunakan daun rumbia dan model atap sebagian berarsitektur Terpancung.
Sedangkan dindingnya menggunakan kulita kayu atau pelepah. Sebagian dari atap sisi bangunan
dengan arsitektur ini terpancung.
Rumah Panggung Bangka Belitung
2. Pakaian Adat Bangka Belitung

Pakaian adat pernikahan mempelai laki-laki Bangka Belitung mengenakan Jubah panjang
sebatas betis kaki berwarna merah yang terbuat dari bahan beludru disertai hiasan manik-manik
dan pakaian bawahnya memakai celana. Pada bahu sebelah kanan diselempangkan sebuah kain.
Di kepala dikenakan sorban sebgai penutup kepala ( sungkon ) dan sandal Arab sebagai alas
kakinya.

Pakaian Adat Bangka Belitung


Sedangkan pakaian adat pengantin wanita mengenakan baju kurung berwarna merah berbahan
beludru dan memakai kain tenun asli Bangka yang disebut dengan kain cual. Pada dada dihiasi
dengan penutup dada atau teratai dan dilengkapi hiasan Ronce Melati. Dan untuk hiasan kepala
dikenakan Paksian yang meliputi hiasan-hiasan Kembang Goyang, Kembang Cempaka,
Gelang, Daun Bambum, Anting Panjang, Sari Bulan, pending untuk dipinggang dan lain
sebagainya
3. Alat Musik:
Gendang Melayu, Suling, Rebana dan Dambus

4. Tarian tradisional:
Tari Campak, Tari Zapin, Tari Tanggai, Taru Bahtera Bertiang Tujuh
5. Makanan Tradisional:
- Kemplang belacan, yaitu berbahan dari sagu dan ikan. Bentuknya bulat lebar dan belacan
atau terasi sebagai pelengkap sambalnya.
- Lempah kuning, yaitu berbahan ikan laut dan daging yang diberi berbagai macam bumbu
meliputi bawang merah, bawang putih, kunyit, lengkuas dsb. Makanan ini merupakan
masakan khas dari Pulau Bangka.
- Kritcu
- Getas/Keretek

Anda mungkin juga menyukai