Anda di halaman 1dari 3

1.

Pemeriksaan Fisik :
Seperti pada pasien lain yang sakit berat, pastikan jalan napas terjaga, pasien bernapas adekuat, dan
lakukan pemeriksaan fisik lengkap. Khususnya, periksa tanda-tanda syok.
 Denyut nadi : takikardi atau bahkan bradikardi
 TD : menurun dengan perubahan posisi jika tidak hipotensif
 Warna kulit (pucat) dan suhu
 Keluaran urin berkurang
Adanya syok memerlukan terapi segera (berikan oksigen, pasang jalur vena dengan selang
berdiameter besar, berikan cairan intravena lansung sambil memantau dengan ketat, dan ambil darah
untuk cross-match), serta tegakkan diagnosis akurat. Periksa dengan teliti status hidrasi :
 Periksa turgor kulit
 Periksa membran mukosa (kering?)
 Periksa JVP : meningkat atau menurun? (mungkin memerlukan pemeriksaan CVP atau PCWP jika
tidak yakin)
 Periksa denyut nadi, TD (perubahan postural) dan pulsus paradoksus (penurunan tekanan sistolik
saat inspirasi)
Periksa semua kemungkinan sumber kehilangan volume (misalnya murmur [misalnya VSD baru]),
gesekan pleura (misalnya PE), tanda Kussmual (kenaikan JVP saat inspirasi menunjukkan
kontriksi/temponade perikard), sianosis, atau peningkatan laju pernapasan.
Periksa dengan teliti tanda-tanda atau sumber sepsi dan patologi abdomen (misalnya konsolidasi paru,
meningismus, abses, ruam, nyeri tekan abdomen, nyeri lepas, tahanan, dan ileus).
Periksa tanda-tanda yang sesuai dengan reaksi anafilaktik : ruam, edema oral dan laring, serta stridor.
Periksa tanda-tanda penyakit Addison : pigmentasi palmar, bukal, dan tanda-tanda penggunaan
kortikosteroid sebelumnya.
Pemeriksaan harus dilakukan dengan cepat sambil memberikan terapi antara lain :
 Oksigen
 Jalur intravena
 Cairan intravena
 Antibiotik intravena
Dan pemeriksaan penunjang yang termasuk :
 EKG (dan pemantauan EKG)
 Analisis gas darah (dan/atau oksimetri nadi)
 Rontgen toraks
 Kultur darah.
Karena masih Suspek Apendisitis Perforasi maka harus diperhatikan tanda-tanda, seperti :
 Sakit perut,
 Demam tinggi,
 Mual, muntah, kembung,
 Tidak bisa BAB dan flatus,
 Nyeri samar akibat appendisitis di bagian kanan perut bawah,
 Defance muskulare,
 Hipertimpani seluruh lapang abdomen  perkusi
 Pada Rectal Toucher didapatkan : tonus otot spincter ani menurun, mukosa licin, tidak ditemukan
massa, dan tidak ada penebalan mukosa, nyeri di semua arah, sarung tangan tidak ada lendir darah,
feses ada.

2. Etiologi :
Mayoritas dari kasus-kasus sepsis disebabkan oleh infeksi-infeksi bakteri gram negatif (-) dengan
persentase 60-70% kasus, beberapa disebabkan oleh infeksi-infeksi jamur, dan sangat jarang disebabkan
oleh penyebab-penyebab lain dari infeksi atau agen-agen yang mungkin menyebabkan SIRS. Agen-agen
infeksius, biasanya bakteri-bakteri, mulai menginfeksi hampir segala lokasi organ atau alat-alat yang
ditanam (contohnya, kulit, paru, saluran pencernaan, tempat operasi, kateter intravena, dll.). Agen-agen
yang menginfeksi atau racun-racun mereka (atau kedua-duanya) kemudian menyebar secara langsung
atau tidak langsung kedalam aliran darah. Ini mengizinkan mereka untuk menyebar ke hampir segala
sistim organ lain. Kriteria SIRS berakibat ketika tubuh mencoba untuk melawan kerusakan yang dilakukan
oleh agen-agen yang dilahirkan darah ini.
Sepsis bisa disebabkan oleh mikroorganisme yang sangat bervariasi, meliputi bakteri aerobik,
anareobik, gram positif, gram negatif, jamur, dan virus (Linda D.U, 2006)
 Bakteri gram negative yang sering menyebabkan sepsis adalah E. Coli, Klebsiella Sp.
Pseudomonas Sp, Bakteriodes Sp, dan Proteus Sp.
Bakteri gram negative mengandung liposakarida pada dinding selnya yang disebut endotoksin.
Apabila dilepaskan dan masuk ke dalam aliran darah, endotoksin dapat menyebabkan bergabagi
perubahan biokimia yang merugikan dan mengaktivasi imun dan mediator biologis lainnya yang
menunjang timbulnya shock sepsis.
 Organisme gram positif yang sering menyebabkan sepsis adalah staphilococus, streptococcus dan
pneumococcus. Organime gram positif melepaskan eksotoksin yang berkemampuan
menggerakkan mediator imun dengan cara yang sama dengan endotoksin.
Tidak mutlak harus ditemukan kuman di dalam darah, karena sepsis dapat. terjadi dari rangsangan
molekul atau toksin baik lokal ataupun sistemik, dengan kuman penyebab tetap berada di fokal infeksi.
Peritonitis et causa Apendisitis Perforasi.
Appendisitis adalah peradangan pada appendix veriformis. Appendicitis disebabkan oleh
penyumbatan lumen appendiks oleh fekalis/ massa keras dari feses tumor, hiperplasia folikel limfoid, atau
benda asing.
Peritonitis adalah suatu proses inflamasi local atau menyeluruh pada peritoneum ( membrane serosa
yang melapisi rongga abdomen dan menutupi visera abdomen ) yang terjadi akibat penyebaran infeksi
dari organ abdomen, perforasi saluran cerna, atau dari luka tembus abdomen.

Patofisiologi appendicitis menjadi peritonitis :


Karena adanya obstruksi, mukus yang diproduksi tidak dapat keluar dan tertimbun di dalam lumen
appendix, sehingga produksi mucus meningkat dan tidak bisa keluar, kemudian app membesar
(membengkak), terjadi penekanan pada pembuluh darah limfe, arteri dan vena, sehingga terjadi iskemik,
menyebabkan perfusi jaringan kurangsehingga daya tahan jaringan menurun. Karena infeksi banyak
bakteri apatogen yg bertranslokasi menyebabkan mukosa teriritasi, pada app akut dibiarkan app semakin
lam asemakin membesar, menyebabkan tekanan intralumen meningkat, permeabilitas jaringan
meningkat, bakteri keluar dari appendicitis terjadi infeksi periapendicular, omentum yang menyelimuti
appendic membentuk walling off. infiltrate ( terjadi perforasi mukosa) terjadi supuratif, kemudian menjadi
iskemik sehingga terjadi nekrosis gangrenosa menjadi supurasi, jaringan mati terbentuk nanah, walling off
tidak bias tertahan lagi, pecah, pus keluar, terjadi peritonitis local, semakin banyak pus keluar
menyebabkan peritonitis umum.

3. Epidemiologi
Dalam kurun waktu 23 tahun yang lalu bakterimia karena infeksi bakteri gram negatif di AS yaitu antara
100.000-300.000 kasus pertahun, tetapi sekarang insiden ini meningkat antara 300.000-500.000 kasus
pertahun (Bone 1987, Root 1991). Syok akibat sepsis ini terjadi karena adanya respon sistemik pada
infeksi yang serius. Walaupun insiden syok sepsis ini tak diketahui namun dalam beberapa tahun terakhir
ini cukup tinggi. Hal ini disebabkan cukup banyak faktor predisposisi untuk terjadinya sepsis antara lain :
DM, sirosis hati, alkoholisme, leukemia, limfoma, keganasan, obat sitotoksis dan imunosupresan, nutrisi
parenteral dan sonde, infeksi traktur urinarius dan gastrointestinal. Di AS syok sepsis adalah penyebab
kematian yang sering di ruang ICU.

Anda mungkin juga menyukai