Anda di halaman 1dari 16

Profil penggunaan obat Acyclovir, Imboost Force, Mefinal, Mentol,

Acid Salicyl, dan Boric Acid pada pasien Herpes Simpleks di Rumah
Sakit Umum Daerah Maja tahun 2012

TINGKAT 3A
Disusun oleh:

Juita Lindari (P23139016019)


Lathifah Sabrina Wajihah (P23139016020)
Manik Kunthi Damarianti (P23139016021)
Meiga Patsha Yantia (P23139016022)

Dosen : Adin Hakim Kurniawan, S.Si., M.Farm, Apt

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan suatu obat dapat berpengaruh terhadap kualitas pengobatan,
pelayanan, dan biaya pengobatan. Penggunaan obat merupakan tahap akhir
manajemen obat. Penggunaan obat atau pelayanan obat merupakan proses kegiatan
yang mencakup aspek teknis dan non teknis yang dikerjakan mulai dari menerima
resep dokter hingga penyerahan obat kepada pasien. Dalam hal penggunaan obat,
langkah yang paling penting diperhatikan adalah diagnosis yang tepat, sehingga
menghasilkan suatu peresepan rasional, efektif, aman, dan ekonomis (Depkes RI,
1998). Menetapkan kriteria evaluasi penggunaan obat amat sangat penting, dan
merupakan tanggung jawab dari PFT. Evaluasi kriteria penggunaan obat menjelaskan
tentang penggunaan obat dengan benar dan mengamati berbagai macam komponen.
Komponen yang digunakan untuk menilai kriteria penggunaan obat adalah indikasi
obat yang tepat, obat yang tepat untuk kondisi klinik, dosis yang sesuai dengan
indikasi, ada tidaknya interaksi, langkah yang berkaitan dengan pemberian obat,
menginstruksikan penggunaan obat kepada pasien, keadaan klinik dan laboratorium
dari pasien (WHO dan MSH, 2003).
Penggunaan obat yang tidak rasional merupakan masalah serius dalam pelayanan
kesehatan karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi. Di banyak negara, pada
berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan temuan telah menunjukkan
bahwa penggunaan obat jauh dari keadaan optimal dan rasional. Banyak hal yang
dapat ditingkatkan dalam penggunaan obat pada umumnya dan khususnya dalam
peresepan obat (prescribing). Secara singkat, penggunaan obat (khususnya adalah
peresepan obat atau prescribing), dikatakan tidak rasional apabila kemungkinan
memberikan manfaat sangat kecil atau tidak ada sama sekali, sehingga tidak sebanding
dengan kemungkinan efek samping atau biayanya (Vance dan Millington, 1986).
Penggunaan obat dikatakan rasional apabila pasien menerima pengobatan yang
sesuai dengan kebutuhannya secara klinis, dalam dosis yang sesuai dengankebutuhan
individunya, selama waktu yang sesuai, dengan biaya yang paling rendah sesuai
dengan kemampuannya dan masyarakatnya. Penggunaan obat yang rasional harus
memenuhi beberapa kriteria berikut, yaitu pemilihan obat yang benar, tepat indikasi,
tepat obat, tepat dosis, tepat pasien, pemberian obat dengan benar dan ketaatan pasien
pada pengobatan (WHO, 2002).
Berdasarkan latar belakang, hal tersebut yang mendasari penulis untuk membuat
laporan praktikum yanfar IV mengenai rofil penggunaan obat Acyclovir, Imboost
Force, Mefinal, Mentol, Acid Salicyl, dan Boric Acid pada pasien Herpes Simpleks
yang akan memudahkan tenaga kesehatan khususnya tenaga teknis kefarmasian dalam
meningkatkan terapi yang optimal pada pasien.
1.2 Tujuan Praktikum
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui penggunaan obat Acyclovir, Imboost Force, Mefinal,
Mentol, Acid Salicyl, dan Boric Acid pada pasien Herpes Simpleks di
Rumah Sakit Umum Daerah Maja tahun 2012

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari Laporan Praktikum Pelayanan Farmasi adalah
untuk mengetahui penggunaan obat Acyclovir, Imboost Force, Mefinal,
Mentol, Acid Salicyl, dan Boric Acid, berdasarkan:

1. Kelengkapan dalam resep secara administrasi


2. Khasiat dan kegunaan obat Acyclovir, Imbost Force, Mentol, Acidum
salicyl, Boric acid, Talk venek, dan Mefinal
3. Informasi obat.
4. Pemberian harga pada obat

1.3 Manfaat Praktikum


1.3.2 Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan serta pengalaman untuk memahami alur
peresepan obat yang meliputi menerima dan menghargai resep,
memberikan khasiat obat, menghitung dosis obat dan peracikan, serta cara
pemberian informasi obat dengan baik dan benar.

1.3.3 Bagi akademik


Sebagai bahan referensi di perpustakaan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Jakarta II Jurusan Farmasi tentang profil
penggunaan obatAcyclovir, Imboost Force, Mefinal, Mentol, Acid Salicyl,
dan Boric Acid pada pasien Herpes Simpleks di Rumah Sakit Umum
Daerah Maja tahun 2012

1.3.4 Bagi Rumah Sakit


Sebagai bahan evaluasi penggunaan obat Acyclovir, Imboost Force,
Mefinal, Mentol, Acid Salicyl, dan Boric Acid pada pasien Herpes
Simpleks di Rumah Sakit Umum Daerah Maja tahun 2012
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat
Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosa, pengobatan,melunakkan,
penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau padahewan. Zat tersebut
dapat berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam maupunsintetis. Sebelum
dipergunakan menjadi obat, zat tersebut terlebih dahulu dibentukmenjadi sediaan
farmasi seperti kapsul, pil, tablet, sirup, serbuk, suspensi, salep,supositoria dan lain-
lain (Anief, 1991).
Batas antara obat dan racun sangat sangat pendek, hal ini tergantung padadosis
dan cara pemakaian. Oleh karena itu, obat dapat bersifat sebagai obat dandapat
bersifat sebagai racun. Obat akan bersifat sebagai obat apabila tepatdigunakan dalam
suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabiladigunakan tidak tepat
dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebihan akanmenimbulkan keracunan,
sedangkan apabila dosisnya lebih kecil, maka pasientidak akan memperoleh
kesembuhan (Widjajanti, 1988).
Untuk menghasilkan efek farmakologi atau efek terapi, obat harusmencapai
tempat aksinya dalam konsentrasi yang cukup untuk menimbulkan respon.
Tercapainya konsentrasi obat tergantung pada keadaan dan kecepatan obatdiabsorpsi
dari tempat pemberian dan distribusinya oleh aliran darah ke bagianyang lain dari
badan (Anif, 1990).

2.1 Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan yang
diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada Apoteker
Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik serta
menyerahkan obat kepada pasien (Syamsuni,2007).

Resep harus ditulis jelas dan lengkap.Apabila resep tidak dapat dibaca dengan
jelas atau tidak lengkap, apoteker harus menanyakan kepada dokter penulis resep.

Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut :

1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan.

2. Tanggal penulisan resep (inscriptio).

3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio).

4. Nama setiap obat dan komposisi (praescription/ordonatio).

5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signature)


6. Tanda tangan atau paraf dokter penulisan resep sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (subcriotio).

7. Nama pasien, umur serta alamat (Pro)

8. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.

9. Tanda seru dan/atau paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal (Anief, 2006).

Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi administrasi, kesesuaian


farmasetik dan pertimbangan klinisnya.Penyiapaan obat meliputi peracikan, etiket,
kemasan obat yang diserahkan, penyerahan obat, informasi obat, konseling dan
monitoring penggunaan obat.

2.2 Herpes Simpleks


Herpes simpleks adalah suatu lesi akut berupa vesikel berkelompok di atas daerah
yang eritema, dapat satuatau beberapa kelompok terutama pada atau dekat sambungan
mukokutan.

2.2.1.Epidemiologi Herpes Simpleks


Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun
wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer oleh herpes simpleks virus
(HSV) tipe I biasa pada usia anak-anak, sedangkan infeksi HSV tipe II biasa terjadi
pada dekade II atau III dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual
(Handoko, 2010). Infeksi genital yang berulang 6 kali lebih sering daripada infeksi
berulang pada oral-labial; infeksi HSV tipe II pada daerah genital lebih sering kambuh
daripada infeksi HSV tipe I di daerah genital; dan infeksi HSV tipe I pada oral-labial
lebih sering kambuh daripada infeksi HSV tipe II di daerah oral.Walaupun begitu
infeksi dapat terjadi di mana saja pada kulit dan infeksi pada satu area tidak menutup
kemungkinan bahwa infeksi dapat menyebar ke bagian lain (Habif, 2004).

2.2.2 Etiologi Herpes Simpleks


Herpes simpleks virus (HSV) tipe I dan II merupakan virus herpes hominis yang
merupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik
pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker dan lokasi klinis tempat predileksi
(Handoko, 2010). HSV tipe I sering dihubungkan dengan infeksi oral sedangkan HSV
tipe II dihubungkan dengan infeksi genital. Semakin seringnya infeksi HSV tipe I di
daerah genital dan infeksi HSV tipe II di daerah oral kemungkinan disebabkan oleh
kontak seksual dengan cara oral-genital (Habif, 2004).
Menurut Wolff (2007) infeksi HSV tipe I pada daerah labialis 80-90%, urogenital
10-30%, herpetic whitlow pada usia< 20 tahun, dan neonatal 30%. Sedangkan HSV
tipe II di daerah labialis 10-20%, urogenital 70-90%, herpetic whitlow pada usia> 20
tahun, dan neonatal 70%.
2.2.3 Patofisiologi Herpes Simpleks

HSV merupakan virus DNA untai ganda dari famili Herpesviridae dan subfamili
Alphaherpesvirinae dengan kemampuan biologis berupa neurovirulensi, latensi, dan
reaktivasi.1,2 Neurovirulensi adalah kemampuan menginvasi dan bereplikasi dalam
sistem saraf. Latensi adalah kemampuan membentuk dan mempertahankan infeksi
laten pada sel saraf ganglia proksimal sampai ke lokasi infeksi. Infeksi orofasial paling
sering melibatkan ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital akan melibatkan akar
saraf ganglia sacral (S2-S5). Reaktivasi adalah kemampuan HSV laten untuk aktif
kembali dan bereplikasi di daerah yang dipersarafi oleh ganglia tempat pembentukan
infeksi latennya. Berbagai stimulus, seperti demam, trauma, stres emosional, sinar
matahari, dan menstruasi dapat memicu reaktivasi. Pada HSV- 1, reaktivasi lebih
sering pada area orolabial, sedangkan pada HSV-2 lebih sering pada area genital.
Reaktivasi akan lebih sering dan lebih berat pada pasien imunokompromais
dibandingkan pasien imunokompeten.1,2

2.2.4 Manifestasi Klinis

Infeksi HSV menyebabkan beberapa gangguan medis yang berbeda. Infeksi


umum pada kulit atau mukosa dapat terjadi mempengaruhi wajah dan mulut (herpes
orofasial), alat kelamin (herpes genital), atau tangan (herpetic whitlow) .Lebih serius
gangguan terjadi ketika virus menginfeksi dan merusak mata (herpes keratitis), atau
menyerang saraf pusat sistem, merusak otak (herpes ensefalitis) .Orang dengan sistem
kekebalan yang belum matang atau ditekan, seperti bayi baru lahir, penerima
transplantasi, atau orang dengan AIDS, rentan terhadap komplikasi parah dari infeksi
HSV. Infeksi HSV juga dikaitkan dengan defisit kognitif gangguan bipolar, dan
penyakit Alzheimer, meskipun ini sering tergantung pada genetika orang yang
terinfeksi.

Dalam semua kasus, HSV tidak pernah dikeluarkan dari tubuh oleh sistem
kekebalan tubuh. Setelah infeksi primer, virus masuk ke tempat infeksi primer,
bermigrasi ke sel tubuh neuron, dan menjadi laten di ganglion. Sebagai akibat dari
infeksi primer; tubuh menghasilkan antibodi untuk tipe tertentu dari HSV yang terlibat,
mencegah infeksi berikutnya dari jenis itu di situs yang berbeda. Pada individu yang
terinfeksi HSV-1, seroconversion setelah infeksi mulut mencegah infeksi HSV-1
tambahan seperti whitlow, herpes genital, dan herpes mata. Sebelum HSV-1
seroconversion tampaknya mengurangi gejala infeksi HSV-2, meskipun HSV-2 bisa
masih dikontrak. Banyak orang yang terinfeksi HSV-2 tidak menampilkan gejala fisik-
individu tanpa gejala digambarkan sebagai asimptomatik atau sebagai herpes subklinis.

Herpes simpleks neonatal adalah infeksi HSV pada bayi. Ini adalah kondisi yang
jarang tetapi serius, biasanya disebabkan oleh transmisi vertikal (HSV-1atau 2) dari
ibu ke bayi baru lahir. Selama imunodefisiensi, herpes simplex dapat menyebabkan
lesi yang tidak biasa pada kulit. Salah satu yang paling mencolok adalah munculnya
erosi linear yang bersih pada lipatan kulit, dengan tampilan potongan pisau. Sycosis
herpes adalah herpes simpleks berulang atau awal infeksi yang terutama
mempengaruhi folikel rambut. Eczema herpeticum adalah infeksi dengan virus herpes
dengan dermatitis atopik kronis dapat menyebabkan penyebaran herpes simplex di
seluruh area eksematosa. Tepatnya penyebab Bell's palsy, sejenis kelumpuhan wajah,
tidak diketahui, mungkin terkait dengan reaktivasi HSV-1. teori telah diperebutkan,
karena HSV terdeteksi dalam jumlah besar orang yang tidak pernah mengalami
kelumpuhan wajah, dan tingkat antibodi yang lebih tinggi untuk HSV tidak ditemukan
pada individu yang terinfeksi HSV dengan Bell's palsy dibandingkan dengan yang
tidak.

2.3 Farmakologi Obat

2.3.1 Acyclovir (ISO Vol. 50 hal. 190)

 Komposisi : Asiklovir 200 mg; 400 mg/tab.

 Indikasi : Herpes simpleks, herpes zoster, dan varicella zoster.

 Kontra Indikasi : Hipersensitif

 Efek Samping : Gangguan GI, ruam kulit.

 Interaksi Obat : Probenesid, peningkatan waktu paruh dan kadar obat

dalam plasma

 Perhatian : Penderita gangguan fungsi ginjal dan lansia dengan

kelainan bersihan keratin. Hamil dan menyusui.

 Dosis :

1. Herpes Simpleks : Dws: dan anak >2th: sehari 5x200 mg tiap 4 jam;
<2th: ½ dosis dws.

2. Herpes zoster (Varicella zoster) : Dws: sehari 5x800mg tiap 4 jam


selama 7hr; anak >6th: sehari 4x800mg tiap 4 jam selama 5hr; <6th:
sehari 4x200mg tiap 4 jam selama 5hr.

2.4.2 Imboost Force (ISO Vol. 21 hal. 31; ISO Vol. 50 hal. 519-520)

 Komposisi : Per tab Imboost: Echinaceae 250mg, Zn picolinate

10mg.Per 5 ml sir imboost: Echinaceae 250mg, Zn

picolinate5mg. Kapl Imboost force: Echinaceae

purpurea 250mg, black elderberry 400mg, Zn


picolinate 5mg.

 Indikasi : Terapi suportif untuk menstimulasi system imun

terhadapinfeksi akut, kronik atau rekuren terutama

infeksi sal.nafas, genitalia seperti kandidiasis dan

vaginitis,

 Efek Samping : Gangguan GI ringan dan reaksi alergik.

 Perhatian : Penyakit auto imun. Pasien menerima transplantasi

yangmendapat obat imunosupresan.

 Dosis : Tab imboost: 1 tab 2-3xsehari

2.4.3 Mefinal (ISO Vol. 50 hal. 26)

 Komposisi : Asam mefenamat 500mg

 Indikasi : Menghilangkan rasa sakit dan nyeri

 Kontra Indikasi : Hipersensitivitas, peradangan atau tukak pada

Pencernaanmakanan

 Efek Samping : Konstipasi, diare

 Dosis : Anak >6bln: 3-6,5mg/kgBB/hari setiap 6 jam. Dws

dananak>14th: mula-mula 500mg; kemudian 250m

setiap 6jam.

2.4.4 Mentholum (FI hal. 529)

Mentol adalah alcohol yang diperoleh dari bermacam-macam minyak


permen atau yang dibuat secara sintetik, berupa 1-mentol tau mentol rasemik
(dl-mentol).

 Pemerian : Hablur heksagonal atau serbuk hablur, tidak berwarna,

biasanya berbentuk jarum, atau massa yang melebur,

bauenak seperti minyak permen.

 Kelarutan : Sukar larut dalam air; sangat mudah larut dalam

etanol,dalam kloroform, dalam eter, dan dalam

heksana; mudahlarut dalam asam asetat glasial, dalam

minyak mineral,dan dalam minyak lemak dan dalam

minyak atsiri.
 Identifikasi : Bila digerus dengan kamfer, atau kloral hidrat atau

fenolsama berat, campuran akan mencair

 Khasiat : Antiiritan

2.4.5 Acidum Salicylicum (FI hal. 51)

Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99.5% dan tidak lebih dari
101,0% C7H6O3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

 Pemerian : Hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus atau

serbuk hablur halus putih, rasa agak manis, tajam dan

stabil di udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak

berbau.

 Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzene; mudah larut

dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih;

agak sukar larut dalam kloroform.

 Khasiat : Keratolitikum, Anti Fungi

2.4.6 Acidum Boricum (FI III hal. 49)

 Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak

berwarna; tidak berbau; rasa agak asam dan pahit

kemudian manis.

 Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air

mendidih,dalam 16 bagian etanol (95%) P dan dalam 5


bagiangilserol P.

 Khasiat : Antiseptikum Ekstern

2.4.7 Talcum (FI III hal. 591)

Talkum adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang


mengandung sedikit alumunium silikat.

 Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada

kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih

kelabu.

 Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut.

 Khasiat : Zat Tambahan


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


4.1.1 Kelengkapan Resep

Resep nomor 6.3

Dari resep diatas didapat data sebagai berikut:

1. Nama dokter, nomor izin dokter dan alamat termuat di lembar resep

2. Inscriptio: 20 Januari 2012

3. Tanda R/ (invocatio) lengkap dari ke empat obat

4. praescription/ordonatio:

 Acyclovir 400 mg

 Imboost Force

 Menthol

 Acid Salicylicum

 Boric Acid

 Talk Venet

 Mefinal

5. Signature :

 Acyclovir 400 mg S 5 dd 1 tab

 Imboost ForceS 2 dd 1 tab


 Menthol S Mf Bedak

 Acid Salicylicum S Mf Bedak

 Boric Acid S Mf Bedak

 Talk Venet S Mf Bedak

 Mefinal S 3 dd 1 tab

6. Subcriotio :Tidak terdapat tanda tangan atau paraf dokter pada setiap R/
(invocatio)

7. Pro :nama pasien : Elcy N

Alamat pasien tidak termuat di lembar resep

4.1.2 Alat Racik / Non Racik

Alat yang dibutuhkan dalam pelayanan resep 6.3 (Non-Racikan)

 Alat tulis

 Plastik Klip bening

 Etiket

 Lembar jurnal

 Alat hitung (kalkulator)

Alat yang dibutuhkan dalam pelayanan resep 6.3 (Racikan)

 Alat tulis

 Dus Bedak

 Etiket

 Lembar jurnal

 Alat hitung (kalkulator)

4.1.3 Langkah Kerja / Alur Pelayanan Resep

Dalam praktikum pelayanan farmasi IV ini, mahasiswa seolah-olah membuka


apotek dan menerima resep dari pasien. Langkah-langkah nya yaitu:

 Menyiapkan jurnal peresepan, menghitung dosis serta mengisi kolom


komposisi dan harga obat dan harga servis

 Menghitung jumlah harga yang diberikan dalam resep

 Memberikan infomarsi harga kepada pasien, jika pasien setuju pelayanan


resep dilanjutkan.

 Memberikan kartu tunggu kepada pasien


 Mengemas obat dalam plastik klip menuliskan etiket dengan jelas,

 Menuliskan copy resep atau lembar kwitansi jika diperlukan sesuai


permohonan pasien

 Menjelaskan obat yang telah selesai dikerjakan dengan melakukan


Pelayanan Informasi Obat dalam resep seperti khasiat dosis dan cara
penggunaannya kepada pasien dengan jelas

4.1.4 Perhitungan Dosis

R/ Menthol 0,15%

Acid Salicyl 2%

Boric Acid 2%

Talk venet ad 100

S Mf Bedak

Perhitungan

0,15
 Menthol = x 100 = 0,15 + 10% = 0,165 g
100

2
 Acid Salicyl = x 100 = 2 + 10% = 2,2 g
100

2
 Boric Acid = x 100 = 2 + 10% = 2,2 g
100

 Talk = 100 – ( 0,15 + 2 + 2 )

= 100 – 4,15

= 95,85 + 10%

= 105,435 g

4.1.5 Pemberian Informasi Obat


1. Acyclovir 400mg
Obat ini diresepkan untuk mengatasi virus penyebab penyakit. Diminum 5
kali sehari satu tablet tiap 3 jam sekali dan dihabiskan.
2. Imbost Force
Obat ini diresepkan sebagai suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Diminum 2 kali sehari 1 tablet.
3. R/ Menthol 0,15%
Acid Salicyl 2%
Boric Acid 2%
Talk venet ad 100
Bedak ini diresepkan untuk mengatasi rasa gatal pada kulit. Dipakai dengan
cara ditaburkan secara merata pada kulit yang gatal.
4. Mefinal Tab
Obat ini diresepkan untuk mengurangi atau mengobati nyeri. Diminum 3 kali
sehari 1 tablet setelah makan.

4.1.6 Harga dan Jumlah Obat yang diambil


Harga
Nama Obat Banyaknya Jumlah Harga + Uang Servis
satuan
Acyclovir 400mg Rp 872 20 Rp 1.134 x 20 = Rp 22.680
Imbost Force Rp 5.500 15 Rp 7.150 x 15 = Rp 107.250
R/ Mentol Rp 1.200/g 0,165 g Rp 1.560 x 0,165 = Rp. 257,4
Acid Salicy Rp 9.100/g 2,2 g Rp 13.013x 2,2 = Rp 28.628,6
Boric Acid Rp 1.000/g 2,2 g Rp 1.300 x 2,2 = Rp 2.860
Talk Venek Rp 6,5/g 105,435 g Rp 8,45 x 105,435 = Rp 890,925
Mefinal Rp 411 10 Rp 534x 10 = Rp 5.340
Servis non racik Rp 1.000 3 Rp 3.000
Servis racikan Rp 3.000 1 Rp 3.000
Pot bedak Rp 3.000 1 Rp 3.000
Plastik klip besar Rp 200 3 Rp 600
Total Rp 178.340 ~ Rp 178.500

4.2 Pembahasan

Kelengkapan resep no. 6.3 dengan pasien bernama ElcyN tidak lengkap. Dari
unsur-unsur yang harus tertera di dalam resep, dokter tidak mencantumkan tanda
tangan atau paraf pada setiap R/ serta alamat pasien di dalam resep tersebut. Resep
untuk pasien Elcy N terbaca cukup jelas.

Diagnosa berdasarkan resep yang diberikan kepada pasien tersebut diduga


mengalami Herpes simpleks. Untuk mengatasi virus penyebab Herpes simpleks,
pasien diresepkan Acyclovir.Obat ini sebagai antivirus diminum 5x sehari 1 tablet
tiap 4 jam tanpa dosis malam hari, karena pada saat malam hari masa kerja dari virus
herpes ini berhenti. Pemakaian obat Acyclovir dapat dimulai pada pukul 06.00, 10.00,
14.00, 18.00 dan 22.00. Acyclovir tidak bisa mematikan virus sepenuhnya dari tubuh.
Obat ini hanya berfungsi untuk mengurangi risiko perkembangan dan penyebaran
virus ke bagian tubuh lain, serta meminimalisir kemungkinan virus kembali
menginfeksi di masa mendatang.

Virus herpes simpleks menyerang pada sistem saraf perifer sehingga diberikan
multivitamin sebagai pencegahan terjadinya infeksi pada saraf perifer. Multivitamin
yang diresepkan adalah Imboost force. Selain itu imboost force berfungsi untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh. Multivitamin ini digunakan sebagai terapi
suportif untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga mempercepat pemulihan
penyakit yang diderita pasien serta mencegah supaya tidak mudah terserang
penyakit.Imboost Force diminum 2x sehari 1 tablet. Pada resep ini juga diberikan
bedak yang memiliki komposisi mentol, acid salicyl, boric acid, dan talk venek. Bedak
ini diresepkan untuk mengatasi rasa gatal pada kulit yang terkena infeksi, dipakai
dengan cara ditaburkan secara merata pada kulit yang gatal. Untuk meredakan nyeri
karena herpes ini dokter meresepkan mefinal yang diminum 3x sehari 1 tablet setelah
makan .
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
1. Resep nomor 6.3 tidak lengkap, karena tidak terdapat tanda tangan atau paraf
dokter pada setiap R/ dan tidak mencantumkan alamat pasien.
2. Obat didalam resep tersebut berisikan sebagai berikut :
a) Acyclovir berfungsi sebagai antivirus
b) Imbost Force berfungsi sebagai multivitamin
c) R/ Mentol : Antiiritan
Acid Salicy : Keratolitik
Boric Acid : Antiseptik
Talk Venek : Zat tambahan
Bedak ini diresepkan untuk mengatasi rasa gatal pada kulit
d) Mefinal berfungsi sebagai analgetik
3. Acyclovir diminum 5x sehari 1 tablet tiap 3 jam sekali. Imbost Force diminum 2x
sehari 1 tablet. Bedak gatal dipakai dengan cara ditaburkan secara merata pada
kulit yang gatal. Mefinal diminum 3x sehari 1 tablet setelah makan.
4. Total harga yang harus dibayar pasien pada resep ini adalah Rp 178.500,-

4.2 Saran
Sebaiknya dalam penulisan resep, dokter harus menyertakan paraf atau tanda
tangan agar apoteker yakin bahwa resep benar ditulis oleh dokter tersebut dan juga
ditulis alamat pasien agar apabila terjadi kesalahan pemberian obat pada pasien dapat
ditangani dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar, R.S., Penyakit Virus. Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.
Edisi 2. Jakarta: EGC. 2004. 80-84.
2. Murtaza Mustafa, EM.Illzam, RK.Muniandy, AM.Sharifah,MK.Nang, B.Ramesh.
Herpes simplex virus infections, Pathophysiology andManagement. IOSR Journal
of Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS). 2016 July;15(7):85-91
3. Eppy. Infeksi Virus Herpes Simpleks dan Komplikasinya. Kalbemed[internet].
2017;6:386-390. Available from:
http ://www.kalbemed.com/Portals/6/07_253CME-
Infeksi%20Virus%20Herpes%20Simpleks%20dan%20Komplikasinya.pdf
4. Ganiswarna S.,Farmakologi dan Terapi Edisi 4, Jakarta : Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia. 2003. 617-618
5. Katzung B. G., Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 8, Jakarta : Salemba Medika.
2002, 129-133
6. Anonim, Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 50. Jakarta : PT ISFI
Penerbitan Jakarta, 2015
7. Anonim, Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 50. Jakarta : PT ISFI
Penerbitan Jakarta, 2010

Anda mungkin juga menyukai