Acid Salicyl, dan Boric Acid pada pasien Herpes Simpleks di Rumah
Sakit Umum Daerah Maja tahun 2012
TINGKAT 3A
Disusun oleh:
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
2018
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat
Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosa, pengobatan,melunakkan,
penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau padahewan. Zat tersebut
dapat berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam maupunsintetis. Sebelum
dipergunakan menjadi obat, zat tersebut terlebih dahulu dibentukmenjadi sediaan
farmasi seperti kapsul, pil, tablet, sirup, serbuk, suspensi, salep,supositoria dan lain-
lain (Anief, 1991).
Batas antara obat dan racun sangat sangat pendek, hal ini tergantung padadosis
dan cara pemakaian. Oleh karena itu, obat dapat bersifat sebagai obat dandapat
bersifat sebagai racun. Obat akan bersifat sebagai obat apabila tepatdigunakan dalam
suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabiladigunakan tidak tepat
dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebihan akanmenimbulkan keracunan,
sedangkan apabila dosisnya lebih kecil, maka pasientidak akan memperoleh
kesembuhan (Widjajanti, 1988).
Untuk menghasilkan efek farmakologi atau efek terapi, obat harusmencapai
tempat aksinya dalam konsentrasi yang cukup untuk menimbulkan respon.
Tercapainya konsentrasi obat tergantung pada keadaan dan kecepatan obatdiabsorpsi
dari tempat pemberian dan distribusinya oleh aliran darah ke bagianyang lain dari
badan (Anif, 1990).
2.1 Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan yang
diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada Apoteker
Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik serta
menyerahkan obat kepada pasien (Syamsuni,2007).
Resep harus ditulis jelas dan lengkap.Apabila resep tidak dapat dibaca dengan
jelas atau tidak lengkap, apoteker harus menanyakan kepada dokter penulis resep.
1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan.
8. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.
9. Tanda seru dan/atau paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal (Anief, 2006).
HSV merupakan virus DNA untai ganda dari famili Herpesviridae dan subfamili
Alphaherpesvirinae dengan kemampuan biologis berupa neurovirulensi, latensi, dan
reaktivasi.1,2 Neurovirulensi adalah kemampuan menginvasi dan bereplikasi dalam
sistem saraf. Latensi adalah kemampuan membentuk dan mempertahankan infeksi
laten pada sel saraf ganglia proksimal sampai ke lokasi infeksi. Infeksi orofasial paling
sering melibatkan ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital akan melibatkan akar
saraf ganglia sacral (S2-S5). Reaktivasi adalah kemampuan HSV laten untuk aktif
kembali dan bereplikasi di daerah yang dipersarafi oleh ganglia tempat pembentukan
infeksi latennya. Berbagai stimulus, seperti demam, trauma, stres emosional, sinar
matahari, dan menstruasi dapat memicu reaktivasi. Pada HSV- 1, reaktivasi lebih
sering pada area orolabial, sedangkan pada HSV-2 lebih sering pada area genital.
Reaktivasi akan lebih sering dan lebih berat pada pasien imunokompromais
dibandingkan pasien imunokompeten.1,2
Dalam semua kasus, HSV tidak pernah dikeluarkan dari tubuh oleh sistem
kekebalan tubuh. Setelah infeksi primer, virus masuk ke tempat infeksi primer,
bermigrasi ke sel tubuh neuron, dan menjadi laten di ganglion. Sebagai akibat dari
infeksi primer; tubuh menghasilkan antibodi untuk tipe tertentu dari HSV yang terlibat,
mencegah infeksi berikutnya dari jenis itu di situs yang berbeda. Pada individu yang
terinfeksi HSV-1, seroconversion setelah infeksi mulut mencegah infeksi HSV-1
tambahan seperti whitlow, herpes genital, dan herpes mata. Sebelum HSV-1
seroconversion tampaknya mengurangi gejala infeksi HSV-2, meskipun HSV-2 bisa
masih dikontrak. Banyak orang yang terinfeksi HSV-2 tidak menampilkan gejala fisik-
individu tanpa gejala digambarkan sebagai asimptomatik atau sebagai herpes subklinis.
Herpes simpleks neonatal adalah infeksi HSV pada bayi. Ini adalah kondisi yang
jarang tetapi serius, biasanya disebabkan oleh transmisi vertikal (HSV-1atau 2) dari
ibu ke bayi baru lahir. Selama imunodefisiensi, herpes simplex dapat menyebabkan
lesi yang tidak biasa pada kulit. Salah satu yang paling mencolok adalah munculnya
erosi linear yang bersih pada lipatan kulit, dengan tampilan potongan pisau. Sycosis
herpes adalah herpes simpleks berulang atau awal infeksi yang terutama
mempengaruhi folikel rambut. Eczema herpeticum adalah infeksi dengan virus herpes
dengan dermatitis atopik kronis dapat menyebabkan penyebaran herpes simplex di
seluruh area eksematosa. Tepatnya penyebab Bell's palsy, sejenis kelumpuhan wajah,
tidak diketahui, mungkin terkait dengan reaktivasi HSV-1. teori telah diperebutkan,
karena HSV terdeteksi dalam jumlah besar orang yang tidak pernah mengalami
kelumpuhan wajah, dan tingkat antibodi yang lebih tinggi untuk HSV tidak ditemukan
pada individu yang terinfeksi HSV dengan Bell's palsy dibandingkan dengan yang
tidak.
dalam plasma
Dosis :
1. Herpes Simpleks : Dws: dan anak >2th: sehari 5x200 mg tiap 4 jam;
<2th: ½ dosis dws.
2.4.2 Imboost Force (ISO Vol. 21 hal. 31; ISO Vol. 50 hal. 519-520)
vaginitis,
Pencernaanmakanan
setiap 6jam.
minyak atsiri.
Identifikasi : Bila digerus dengan kamfer, atau kloral hidrat atau
Khasiat : Antiiritan
Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99.5% dan tidak lebih dari
101,0% C7H6O3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
berbau.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzene; mudah larut
kemudian manis.
kelabu.
1. Nama dokter, nomor izin dokter dan alamat termuat di lembar resep
4. praescription/ordonatio:
Acyclovir 400 mg
Imboost Force
Menthol
Acid Salicylicum
Boric Acid
Talk Venet
Mefinal
5. Signature :
Mefinal S 3 dd 1 tab
6. Subcriotio :Tidak terdapat tanda tangan atau paraf dokter pada setiap R/
(invocatio)
Alat tulis
Etiket
Lembar jurnal
Alat tulis
Dus Bedak
Etiket
Lembar jurnal
R/ Menthol 0,15%
Acid Salicyl 2%
Boric Acid 2%
S Mf Bedak
Perhitungan
0,15
Menthol = x 100 = 0,15 + 10% = 0,165 g
100
2
Acid Salicyl = x 100 = 2 + 10% = 2,2 g
100
2
Boric Acid = x 100 = 2 + 10% = 2,2 g
100
= 100 – 4,15
= 95,85 + 10%
= 105,435 g
4.2 Pembahasan
Kelengkapan resep no. 6.3 dengan pasien bernama ElcyN tidak lengkap. Dari
unsur-unsur yang harus tertera di dalam resep, dokter tidak mencantumkan tanda
tangan atau paraf pada setiap R/ serta alamat pasien di dalam resep tersebut. Resep
untuk pasien Elcy N terbaca cukup jelas.
Virus herpes simpleks menyerang pada sistem saraf perifer sehingga diberikan
multivitamin sebagai pencegahan terjadinya infeksi pada saraf perifer. Multivitamin
yang diresepkan adalah Imboost force. Selain itu imboost force berfungsi untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh. Multivitamin ini digunakan sebagai terapi
suportif untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga mempercepat pemulihan
penyakit yang diderita pasien serta mencegah supaya tidak mudah terserang
penyakit.Imboost Force diminum 2x sehari 1 tablet. Pada resep ini juga diberikan
bedak yang memiliki komposisi mentol, acid salicyl, boric acid, dan talk venek. Bedak
ini diresepkan untuk mengatasi rasa gatal pada kulit yang terkena infeksi, dipakai
dengan cara ditaburkan secara merata pada kulit yang gatal. Untuk meredakan nyeri
karena herpes ini dokter meresepkan mefinal yang diminum 3x sehari 1 tablet setelah
makan .
BAB IV
4.1. Kesimpulan
1. Resep nomor 6.3 tidak lengkap, karena tidak terdapat tanda tangan atau paraf
dokter pada setiap R/ dan tidak mencantumkan alamat pasien.
2. Obat didalam resep tersebut berisikan sebagai berikut :
a) Acyclovir berfungsi sebagai antivirus
b) Imbost Force berfungsi sebagai multivitamin
c) R/ Mentol : Antiiritan
Acid Salicy : Keratolitik
Boric Acid : Antiseptik
Talk Venek : Zat tambahan
Bedak ini diresepkan untuk mengatasi rasa gatal pada kulit
d) Mefinal berfungsi sebagai analgetik
3. Acyclovir diminum 5x sehari 1 tablet tiap 3 jam sekali. Imbost Force diminum 2x
sehari 1 tablet. Bedak gatal dipakai dengan cara ditaburkan secara merata pada
kulit yang gatal. Mefinal diminum 3x sehari 1 tablet setelah makan.
4. Total harga yang harus dibayar pasien pada resep ini adalah Rp 178.500,-
4.2 Saran
Sebaiknya dalam penulisan resep, dokter harus menyertakan paraf atau tanda
tangan agar apoteker yakin bahwa resep benar ditulis oleh dokter tersebut dan juga
ditulis alamat pasien agar apabila terjadi kesalahan pemberian obat pada pasien dapat
ditangani dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Siregar, R.S., Penyakit Virus. Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.
Edisi 2. Jakarta: EGC. 2004. 80-84.
2. Murtaza Mustafa, EM.Illzam, RK.Muniandy, AM.Sharifah,MK.Nang, B.Ramesh.
Herpes simplex virus infections, Pathophysiology andManagement. IOSR Journal
of Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS). 2016 July;15(7):85-91
3. Eppy. Infeksi Virus Herpes Simpleks dan Komplikasinya. Kalbemed[internet].
2017;6:386-390. Available from:
http ://www.kalbemed.com/Portals/6/07_253CME-
Infeksi%20Virus%20Herpes%20Simpleks%20dan%20Komplikasinya.pdf
4. Ganiswarna S.,Farmakologi dan Terapi Edisi 4, Jakarta : Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia. 2003. 617-618
5. Katzung B. G., Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 8, Jakarta : Salemba Medika.
2002, 129-133
6. Anonim, Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 50. Jakarta : PT ISFI
Penerbitan Jakarta, 2015
7. Anonim, Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 50. Jakarta : PT ISFI
Penerbitan Jakarta, 2010