PENDAHULUAN
Dengan demikian petugas sanitasi bukan sebagai pengelola Klinik Sanitasi dituntut
mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam membantu menemukan masalah
lingkungan dan perilaku yang berkaitan dengan penyakit yang banyak diderita masyarakat
sehingga diharapkan mereka dapat berperan dalam upaya memutuskan rantai penularan
1
penyakit, dan dalam jangka panjang dapat mencegah serta memberantas penyakit-penyakit
berbasis lingkungan.
Untuk itu dalam operasional klinik sanitasi, petugas klinik sanitasi perlu dibekali
suatu standart operating procedures (SOP) klinik sanitasi, sehingga mereka dapat secara
benar dan cepat menangani masalah lingkungan dan perilaku yang erkaitan dengan kejadian
penyakit berbasis lingkungan.
1.3 Tujuan
a) Tujuan umum
b) Tujuan khusus
Petugas klinik sanitasi tahu dan mampu melaksanakan kegiatan klinik sanitasi.
1.4 Manfaat
Kegiatan klinik sanitasi menjadi lebih jelas dan terarah sehingga lebih efektif dan
efisien.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Klinik Sanitasi bukan sebagai kegiatan pokok yang berdiri sendiri, tetapi sebagian
integral dari kegiatan puskesmas yang dilaksanakan secara lintas program dan lintas sektor di
wilayah kerja puskesmas. Dalam pelaksanaan kegiatan Klinik Sanitasi difasilitasi oleh
petugas puskesmas.
Pasien adalah penderita penyakit yang diduga berkaitan dengan kesehatan lingkungan
yang dirujuk oleh petugas medis ke Ruang Klinik Sanitasi atau yang ditemukan di lapangan
baik oleh petugas medis/paramedis maupun petugas survey.
Klien adalah masyarakat yang berkunjung ke puskesmas atau yang menemui petugas
Klinik Sanitasi bukan sebagai penderita penyakit tetapi untuk berkonsultasi tentang masalah
yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan.
Kegiatan klinik sanitasi dilaksanakan didalam gedung dan diluar gedung Puskesmas.
Dalam satu keluarga terdapat 2 orang atau lebih penderita penyakit yang sama.
Khususnya untuk penderita TB paru BTA+ harus dirujuk ke petugas klinik
sanitasi.
Diruang petugas klinik sanitasi, petugas klinik sanitasi melakukan wawancara atau
memberikan konseling untuk mengetahui dan membantu mebemukan permasalahan
lingkungan dan perilaku yang diduga berkaitan erat dengan kejadian penyakit yang
diderita dengan faktor lingkungan atau perilaku , petugas klinik sanitasi dapat
mengkonsultasikan ulang dengan dokter atau petugas yang memeriksa.
4
Untuk pasien penderita penyakit berbasis lingkungan setelah dilakukan
wawancara/konseling pasien pergi mengambil obat ke bagian obat/apotik dan
selanjutnya pulang ke rumah. Sedangkan untuk klien/masyarakat umum yang
berkonsultasi, setelah dilakukan wawancara konseling langsung pulang ke rumah.
Hasil kegiatan dan temuan petugas klinik sanitasi selanjutnya disampaikan pada
forum lokakarya mini Puskesmas untuk dibahas dan dicarikan jalan penyelesaiannya
sehingga permasalahannya dapat diselesaikan secara terintegrasi dan komprehensif,
terutama dalam pelaksanaan tindak lanjutnya.
5
dan pertemuan lintas sektor ditingkat kecamatan untuk dapat dukungan
penyelesaiannya.
a. Dalam gedung
1. Penderita
2. Klien
6
i. Menanyakan permasalahan yang dihadapi klien dan mencatan naman,
karakteristik klien seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan , dan alamat
serta mencatatnya ke dalam buku register.
b. Luar gedung
Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara penderita/klien atau keluarganya
dengan petugas, petugas klinik sanitasi melakukan kunjungan rumah dan diharuskan
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
vi. Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (keluarga penderita / keluarga
sekitar)
7
vii. Apabila permasalahan yang ditemukan menyangkut sekelompok keluarga atau
kampung, informasikan hasilnya kepada petugas kesehatan didesa/kelurahan,
perangkat desa/kelurahan , kader kesehatan lingkungan, serta lintas sektor
terkait ditingkat kecamatan untuk dapat ditindak lanjuti secara bersama.
a) Tindak lanjut
Data kegiatan klinik sanitasi dicatat ke dalam buku register untuk kemudian dioleh
dan dianalisis. Selain berguna untuk bahan tindak lanjut kunjungan lapangan serta
keperluan monitoring dan evaluasi, data yang ada dapat digunakan bahan perencanaan
kegiatan selanjutnya.
Seluruh kegiatan klinik sanitasi dan hasilnya dilaporkan secara berkala kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kab/Kota sesuai dengan format laporan yang ada.
c) Penyelesaian Masalah
9
BAB III
PENUTUP
Buku standar prosedur operasional klinik sanitasi ini disusun sebagai pegangan bagi
petugas klinik sanitasi dalam menjalankan tugasnya, baik didalam gedung (puskesmas)
maupun diluar gedung, dengan adanya buku standar prosedur operasional ini diharapkan
kegiatan klinik sanitasi menjadi lebih terarah , efektif, dan efisien dalam meningkatkan status
kesehatan lingkungan masyarakat sehingga terhindar dari kejadian penyakit berbasis
lingkungan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Sutjipto, Suprapto, dkk. 2002. Standart Prosedur Operasional Klinik Sanitasi Untuk
Puskesmas. Depkes RI No. 363-72
11