Sebagai contoh adalah titrasi ion besi(II) dengan titran larutan baku Ce(IV), menggunakan
elektrode Pt dan kalomel. Rangkaian titrasi potensiometri dapat dilihat pada Gambar 4.xxx.
Fe 3 e → Fe 2 E 0 0,767 V
Ce 4 e → Ce 3 E 0 1,70 V
sehingga Ce4+ yang akan tereduksi, sedangkan ion Fe2+ akan teroksidasi, dengan reaksi sebagai
berikut:
Pada saat titrasi dimulai sampai sebelum titik ekuivalen potensial larutan ditentukan
oleh pasangan redoks analit, sehingga potensial E+ dihitung menggunakan konsentrasi ion Fe2+
dan ion Fe3+.
Fe2
E 0,771 0,05916log 3 0,241
Fe
Fe 2
E 0,526 0,05916log
Fe
3
0.05916V [ A ] 0,05916 V [B ]
2E E o A EB log red
o
log red
nA [ Aox ] nB [ Boks ]
Pada saat setelah titik ekuivalen yang digunakan untuk menghitung potensial adalah
pasangan redoks Ce3+ dan Ce4+:
E E E kalomel
Ce 3
E 1,70 0,05916log
0,241
Ce
4
Misalnya pada titrasi 50 mL 0,05 M Fe2+ dengan penambahan titran Ce4+ 1,0 M sebanyak 30 mL,
maka perhitungan potensial sel menjadi:
50 mL 0,05 M = 2,5 mmol; 30 mL Ce4+ = 3,0 mmol; volume total larutan = 50 mL + 30 mL =
80 mL
Kondisi Fe2+ Ce4+ Fe3+ Ce3+
Awal 2,5 mmol - - -
0.05916V 3.1x10 2
ECe 1.70 log
1 6.3x10 3
ECe 1.70 0.041 1.66V vs.SHE
Untuk titrasi potensiometri yang melibatkan jumlah elektron yang tidak sama, nA ≠ nB, maka:
dan
dan
Pada TE maka jumlah mol A dan B sesuai stoikhiometri:
dan
sehingga:
dan
dengan demikian:
Rumus di atas digunakan untuk menghitung potensial pada titik ekivalen titrasi potensiometri
yang berlaku di berbagai titrasi redoks, misalnya: titrasi ion besi(II) dengan cerium(IV):
Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+
juga titrasi ion besi(II) dengan permanganat:
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ → 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
Namun, ada beberapa titrasi redoks yang potensial pada TE tidak bisa dihitung dengan rumus
tersebut, misalnya pada titrasi bikrometri ion besi(II):
Cr2O72- + 6Fe2+ + 14H+ → 6Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O
Pada reaksi di atas koefisien redoks Cr2O72-/Cr3+ berubah, dimana 1 krom di ruas kiri dan 2 krom
di ruas kanan, maka tidak bisa dihitung menggunakan rumus diatas.
Contoh Soal:
1. Hitunglah potensial titik ekuivalen jika 0,02 M Fe(CN)64- dititrasi dengan 0,1 M Ce4+.
E0Ce4+/Ce3+ = 1,61 V, E0Fe(CN)63-/Fe(CN)64- = 0,36 V.
Jawab:
2. Titrasi potensiometri 50 mL 0,025 M Fe3+ dengan larutan 0,050 M Cu+ menjadi Fe2+ dan Cu2+
menggunakan electrode kerja Pt dan elektroda pembanding Ag│AgCl jenuh.
a. Tulis reaksi yang terjadi.
b. Tulis kedua reaksi setengah sel pada electrode kerja Pt.
c. Tulis persamaan Nernst untuk menghitung potensial sel menggunakan kedua reaksi
setengah sel (b).
d. Hitung potensial sel (E) pada penambahan volume Cu+ 1,0; 12,5 ; 24,5; 25,0; 25,5 dan 30
mL.
e. Gambarkan kurva titrasi.
Jawab:
d. Menggunakan rumus (b) di atas, dapat dihitung potensial sel setiap penambahan titran
Cu+:
Penambahan 1,0 mL Cu+:
mmol Fe2+= 1x0,05=0,05 mmol
mmol Fe3+= (50x0,025)-0,05=0,12 mmol
Rasio [Fe2+]/[Fe3+] = 0,05/0,12
0.05
E 0,771 0,05916 log 0,197 = 0,656
0.12
e. Penambahan 12,5 mL:
mmol Fe2+= 12,5x0,05=0,625 mmol
mmol Fe3+= (50x0,025)-0,625=0,625 mmol
Rasio [Fe2+]/[Fe3+] = 0,625/0,625
0.625
E 0,771 0,05916 log 0,197 = 0,574
0.625
f. Penambahan 24,5 mL:
mmol Fe2+= 24,5x0,05=1,225 mmol
mmol Fe3+= (50x0,025)-1,225=0,025 mmol
Rasio [Fe2+]/[Fe3+] = 1,225/0,025
1,225
E 0,771 0,05916 log 0,197 = 0,474
0.025
g. Penambahan 25,0 mL Cu+, terjadi pada TE, dimana [Cu2+] = [Fe2+] dan [Cu+] =[Fe3+],
maka potensial dihitung melalui penggabungan kedua persamaan Nerst (c) sampai
diperoleh persamaan:
E Fe E Cu
o o
E - EAg/AgCl
2
0,771 0,161
E - 0,197 = 0,269 V
2
h. Penambahan 25,5 mL Cu+, maka terjadi kelebihan 0,5 mL setelah TE, sehingga
digunakan persamaan Nersnt untuk sistem Cu+/Cu2+:
mmol Cu+= 0,5x0,05=0,025 mmol
mmol Cu2+= mmol Cu2+ TE = 0,125 mmol
E 0,161 0,05916log
Cu
0,197
2
Cu
0,025
E 0,161 0,05916log 0,197 =0,065V
0,125
Penambahan 30 mL Cu+ terdapat
kelebihan ion Cu+ 5 mL = 5x0,05 =0,25 mmol mmol Cu2+ = mmol Cu2+ TE = 0,125
mmol
0,25
E 0,161 0,05916log 0,197 =0,005V
0.125
Beberapa jenis oksidator dan reduktor untuk titrasi potensiometri dapat dilihat pada
Tabel 4.3zz.
Tabel 4.3.zz: Oksidator dan Reduktor pada Potensiometri
Profil kurva titrasi redoks untuk reaksi stoikhiometri dengan rasio bukan 1:1, maka kurva
titrasi yang diperoleh tidak simetris pada TE, misalnya titrasi Ti+ (Thalium) oleh IO3 dalam 1,00
M HCl yang memiliki rasio 2:1 berikut:
IO3 2Ti 2Cl 6H ICl2 2Ti 3 3H 2 O maka kurva yang terjadi tidak simetris
antara titik ekuivalen (Gambar 4.3 zz). Namun, tetap menunjukkan loncatan peningkatan
potensial yang tajam sehingga TE masih bisa ditentukan tanpa kesalahan yang berarti.
Pada titrasi potensiometri ion besi, dengan E 0 1,147 V diharapkan perubahan warna
terjadi kira-kira pada kisaran 1,088 V sampai 1,206 V menggunakan electrode pembanding
standard hidrogen (SHE). Feroin yang memiliki kisaran potensial 1,088-1,206 V terhadap SHE,
akan memiliki warna biru pada potensial ≤ 1,088 V dan memiliki warna merah pada potensial
≥1,206 V. Bila pada titrasi potensiometri digunakan electrode pembanding kalomel (SCE)
dengan potensial 0,241 V, maka kisaran potensial feroin menjadi 0,847-0,965 V.
Range transisi Vs Range transisi Vs
elektroda kalomel elektrode standar E(kalomel)
hidrogen (S.H.E)
(S.C.E)
1.088 sampai 1,206 0,241
0,847 sampai 0,965 V Vs S.C.E
Seperti halnya indikator asam basa yang perubahan warnanya jelas pada saat
perbandingan bentuk asam dan basa ≥ 10, maka perubahan warna indikator redoks juga akan
jelas teramati bila perbandingan bentuk tereduksi dan bentuk teroksidasi ≥ 10.
Interoksidasi ne Intereduksi
0,05916 Intereduksi
E E0 log
n Interoksidasi
Intereduksi 10 atau
Intereduksi 1
InTeroksidasi 1 InTeroksidasi 10
Titrasi redoks dapat dilakukan apabila perbedaan potensial antara analit dan titrant >0,2
V. Pada umumnya dengan perbedaan potensial >0,4 V, maka indicator redoks akan
menghasilkan titik akhir yang jelas.
Tabel 4y: Indikator Titrasi Redoks
Indikator Warna
Teroksidasi Tereduksi Eo
Phenosafranine Merah Tidak berwarna 0,28
Indigo tetrasulfonate Biru Tidak berwarna 0,36