Anda di halaman 1dari 7

Seri Praktikum Pengetahuan Bahan

Fakultas Teknologi Pertanian


Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
A : 3: 2018 (Sayur, Buah dan Umbi)

SAYUR, BUAH DAN UMBI

Yovita Lukito (6103016001), Ruthvia Meyvari Elok (6103016109), Vania Cramer (6103016133), Ineke Naftali
(6103016142), Agnes Jeannita (6103016154)

Abstrak

Sayur, buah dan umbi merupakan bahan pangan nabati yang dapat dimanfaatkan serta diolah secara optimal.
Namun, sebelum mengolah dan memanfaatkan bahan tersebut, perlu diketahui bahwa setiap bahan memiliki sifat fisik
dan kimiawi yang berbeda-beda. Sifat fisik dan kimiawi yang berbeda antar bahan ini, menyebabkan perlu diketahuinya
cara-cara penanganan pasca panen hingga penyimpanan yang benar untuk menghindari dan mencegah kerusakan bahan
pangan yang terjadi. Pengamatan sifat fisik setiap bahan diakukan dengan cara menentukan ukuran, bentuk, luas dan
kontur permukaan, tingkat kekerasan, warna bahan, serta spesifik gravitasi. Sedangkan metode yang digunakan untuk
pengamatan sifat kimiawi dilakukan dengan cara mengukur kadar komponen kimia meliputi pH, total asam, padatan
terlarut, dan pencoklatan enzimatis dengan mencatat perubahan warna yang terjadi pada permukaan bahan. Sampel yang
digunakan adalah timun, tomat, kentang, singkong, apel dan manisa. Masing–masing bahan diblender sehingga
didapatkan filtrat untuk dilakukan pengamatan kimiawi dengan mengukur pH, padatan terlarut menggunakan
refraktometer, dan total asam dengan metode titrasi. Hasil yang didapatkan dari pengamatan adalah bahan yang memiliki
nilai total asam paling besar adalah manisa, kemudian diikuti dengan kentang dan apel. Didapatkan pula rata – rata pH
bahan paling asam adalah apel, kemudian diikuti dengan tomat, kentang, timun, manisa dan singkong yang paling netral.

Kata kunci: timun, tomat, kentang, singkong, apel dan manisa.

Latar Belakang mengandung oleoresin. Selain itu umbi kaya akan


Buah-buahan adalah bagian tanaman hasil kandungan prebiotik, serat dan antioksidan. Umbi-
perkawinan putik dan benang sari. Pada umumnya umbian dapat dibedakan berdasarkan asalnya yaitu
bagian tanaman ini merupakan tempat biji. Dalam umbi akar dan umbi batang (Muchtadi, 2010).
pengertian sehari-hari, buah diartikan sebagai semua Pada praktikum ini dilakukan pengamatan
produk yang dikonsumsi sebagai pencuci mulut, sifat-sifat fisik dan kimiawi dari sayur, buah dan juga
misalnya mangga, pepaya, pisang dan sebagainya umbi. Sifat fisik meliputi warna, bentuk, ukuran, berat,
(Muchtadi, 2011) spesifik gravitasi, luas permukaan, dan kontur
sedangkan sifat kimiawi meliputi pH, total asam,
Dalam kehidupan sehari-hari, selain makanan padatan terlarut dan reaksi pencoklatan enzimatis.
pokok seperti beras, kita juga mengkonsumsi buah dan Pengamatan sifat fisik dan kimiawi dari sayur,buah dan
sayuran.Jenis buah dan sayuran memiliki aroma, warna, umbi perlu dilakukan karena tiap bahan memiliki
rasa, dan kekerasan yang berbeda-beda. Perbedaan komposisi nutrisi atau gizi ,dan juga varietas yang
tersebut dapat dilihat dari tingkat kematangan buah berbeda-beda dan tentunya juga memiliki sifat yang
dan sayuran. Kematangan buah dan sayuran berbeda-beda sehingga perlu dilakukannya pengamatan
dipengaruhi oleh adanya etilen yang merupakan ini agar dapat mengenal sifat-sifat dari tiap bahan
senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang dihasilkan oleh tersebut dan juga pengenalan sifat fisik dan kimiawi
jaringan tanaman pada waktu tertentu. Perbedaan bahan pangan berhubungan dengan pengkelasan,
tersebut dapat mempengaruhi grading dan sortasi buah ketahanan dan proses pengolahan bahan selanjutnya.
dan sayuran (Muchtadi, 2010). Komposisi setiap Dengan mengetahui sifat-sifat dari bahan tersebut maka
macam sayuran berbeda-beda dan dipengaruhi oleh dapat mengetahui penanganan yang tepat.
beberapa faktor, yaitu perbedaan varietas, keadaan
cuaca tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara Alat dan Bahan
pemanenan, tingkat kematangan pada waktu Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
pemanenan, dan kondisi penyimpanan. neraca, lovibond, tabel acuan bentuk, pisau, stopwatch,
talenan, jangka sorong, refraktometer, pH meter, kain
Umbi – umbian adalah bahan nabati yang saring, gelas piala, blender, erlenmeyer, buret, dan
diperoleh dari dalam tanah dengan jumlah produksi beaker glass.
yang besar. Pada umumnya umbi–umbian mengandung Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sumber karbohidrat terutama pati yang cukup baik apel, tomat, singkong, kentang, timun, manisa, akuades,
untuk menggantikan beras sebagai bahan makanan NaOH, indikator PP 1% dan asam oksalat.
pokok dan sebagai sumber cita rasa dan aroma karena

1
Seri Praktikum Pengetahuan Bahan, A : 3: 2018 (Sayur, Buah dan Umbi)

Metodologi Luas dan Kontur Permukaan


Pengamatan Struktur dan Sifat Fisik Berbagai jenis
sayur, buah dan umbi. Mengupas kulit bahan(timun, manias, tomat, apel,
Warna singkong, kentang)
Sayur, Buah dan Umbi

Menggambar semua bagian kulit pada kertas


Memotong menjadi bagian kecil-kecil millimeter blok

Memasukan bahan kedalam kuvet Menghitung luas permukaan

Memasukan kuvet yang sudah berisi bahan Mengamati kontur kulit bahan(halus atau
kedalam lovibond kasar,)

Mengamati dan mencatat hasilnya Gambar 3. Diagram alir pengukuran luas permukaan
dan penentuan kontur bahan.

Gambar 1. Diagram Penentuan Warna Bahan Kekerasan


Bentuk dan Ukuran Pada percobaan ini semua bahan yang diamati
disiapkan terlebih dahulu, setelah itu menentukan
Sayur, Buah dan Umbi kekerasannya dengan cara menekan pada bagian yang
sama dan juga perlakuan yang sama untuk semua
Mengukur bagian melintang dan membujur bahan.
menggunakan jangka sorong
Kandungan Terlarut Bahan
Padatan terlarut diukur dengan menggunakan
Menyimpulkan bentuk refraktometer. Dengan menggunakan refraktometer ini
akan diketahui berapa padatan yang terlarut dengan
satuan brix. Diagram alir penentuan padatan terlarut
dapat dilihat pada Gambar 7.
Berat dan Specific Gravity
Filtrat
Menimbang berat bahan (timun, manias, tomat,
apel, singkong, kentang) di udara dan air
Penetesan pada refraktometer

Menghitung nilai spesific gravity dengan rumus:


Wbahan di udara
SG  xSGair Penentuan % padatan terlarut
Wbhn di udr  W bhn di air 
Pengulangan 3 kali dan dirata-rata
Gambar 2. Diagram alir pengukuran specific gravity

Gambar 4. Diagram alir penentuan padatan terlarut

2
Seri Praktikum Pengetahuan Bahan, A : 3: 2018 (Sayur, Buah dan Umbi)

Keasaman Bahan
Pengujian total asam pada bahan (kentang, apel, Membelah & mengupas Bahan
manisa) menggunakan cara titrasi dengan NaOH 0,1N.
Cara kerja sebagai berikut:

Filtrat Buah, Sayur, Umbi Mencatatan pada waktu 60’; 50’; 40’; 30’;
20’; 10’

Memipet 25 ml
Mengamati & membandingkan bahan tiap
waktu

Menambahkan 25 ml akuades & 2 tetes Gambar 5. Diagram alir pengujian pencoklatan


PP 1% enzimatis

Hasil dan Pembahasan


Warna
Menitrasi dengan NaOH 0,1N (Duplo) Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengukuran Warna
Menggunakan Lovibond
Bahan M B K P Kesimpulan
Larutan bewarna merah muda stabil
Tomat 10 12 2 Kuning

Menghitung total asam bahan Timun 0.8 70 69.2Kuning

Gambar 5. Diagram alir pnentuan total asam bahan singkong 0.7 0.8 0.1 Kuning

apel 1 3 2 Kuning
Menghancurkan bahan dengan blender
kentang 1.6 0.2 8 1.4M 6.2 K(Kuning
kemerahan)

Menimbang setiap bahan seberat 100g manisa 1.3 9 7.7Kuning

Warna merupakan parameter untuk


Menambahkan akuades 100ml ke dalam menentukan sifat fisik dari suatu bahan pangan. Warna
blender berisi bahan 100g dapat menentukan kualitas dari bahan pangan mulai
dari kematangan, kesegaran dan mutu. Warna sayur,
buah, dan umbi dapat diukur dengan menggunakan
lovibond yang dirancang khusus untuk mengukur
Menghancurkan masing-masing bahan warna (Winarno, 2004). Berdasarkan hasil pengamatan,
hingga halus warna tiap bahan berbeda-beda hal ini disebabkan
karena tiap buah memiliki pigmen yang berbeda-beda,
pigmen warna terdiri atas klorofil, karotenoid, dan grup
flavonoid yang terdiri dari antosianin, antoxantin dan
Mengukur pH masing-masing bahan
tannin. Warna hijau dihasilkan dari klorofil, Warna
menggunakan pH meter sebanyak tiga merah hingga orange dihasilkan dari karotenoid.
kali pengulangan
Pada tomat, singkong, kentang, dan apel
menunjukkan warna kuning, hal ini menunjukkan
Gambar 6. Diagram alir pengukuran pH dengan pH dalam bahan tersebut terkandung pigmen karotenoid.
meter Daging buah apel mengandung sedikit antosianin
(Solovchenko et al., 2010) karena kandungan antosianin
Reaksi Pencoklatan Enzimatis terbanyak ada pada kulit apel (Espley et al., 2007).
Cara kerja pencoklatan enzimatis dengan Sedangkan pada timun dan manisa mengandung
mengupas beberapa bagian dari bahan sehingga bagian pigmen klorofil.
dalam kontak dengan udara. Dilakukan pengamatan
pada menit ke: 60';50';40';30';20';10', dan
membandingkan perubahan warna.

3
Seri Praktikum Pengetahuan Bahan, A : 3: 2018 (Sayur, Buah dan Umbi)

Bentuk dan Ukuran 80


𝑆𝐺 𝑡𝑜𝑚𝑎𝑡 = 𝑥1 = 1
Tabel 2. Hasil Pengamatan Ukuran dan Bentuk 80 − (40 − 40)
Bahan Melin- Mem- Kesim- Beraturan/
pulan Tidak 100
tang bujur 𝑆𝐺 𝑎𝑝𝑒𝑙 = 𝑥1 = 0,87
100 − (25 − 40)
Bentuk
190
Apel 6,45 5,45 Bulat Beraturan 𝑆𝐺 𝑠𝑖𝑛𝑔𝑘𝑜𝑛𝑔 = 𝑥1 = 0,95
190 − (50 − 40)

Timun 2,1 22,15 Oblat Beraturan 90


𝑆𝐺 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 = 𝑥1 = 0,9
90 − (50 − 40)
Tomat 5,5 6,4 Oval Beraturan
310
Singkon 4 26,75 Oblat Tidak 𝑆𝐺 𝑚𝑎𝑛𝑖𝑠𝑎 = = 0,97
310 − (50 − 40)
g
Spesifik gravitasi adalah perbandingan dari
Manisa 8,55 11,05 Konik Tidak
massa bahan pangan dengan massa yang setara dengan
volume air. Specifik gravity setiap bahan berbeda,
Kentan 4,1 7,55 oval tidak
karena dipengaruhi oleh perbedaan jenis, varietas, usia,
g
dan komponen penyusun bahan itu sendiri (Suyitno,
1988).
Bentuk dan ukuran digunakan untuk
Berat bahan di air juga dipengaruhi oleh gaya ke
menggambarkan obyek secara visual, dalam
atas yang berlawanan dengan gaya berat bahan
penggolongan tingkat mutu (grading) biasanya ukuran
sehingga berat bahan di air lebih kecil daripada berat
dan bentuk merupakan faktor mutu yang pertama kali
bahan sesungguhnya. Semakin ringan suatu bahan,
di lihat. Bentuk dan ukuran tidak dapat dipisahkan dari
semakin besar gaya berat yang dibutuhkan untuk
sifat fisik bahan (Mohsenin, 1986).
melawan gaya tekan ke atas sehingga semakin kecil
pula nilai SG-nya.(Suyitno, 1988).
Pada praktikum ini digunakan jangka sorong
untuk menentukan ukuran dan ukuran yang didapatkan
Pengukuran Spesifik gravitasi dilakukan dengan
dijadikan refrensi untuk menentukan bentuk. Ada
penimbangan berat bahan di udara dan air. Berat di
beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk
udara dipengaruhi gravitasi, sedangkan berat bahan dia
menjelaskan bentuk dan ukuran bahan, yaitu bentuk
air dipengaruhi gaya keatas oleh air dan gaya kebawah
acuan, kebundaran (spherisitas), dimensi sumbu bahan,
oleh benda. Untuk itu pada saat penimbangan di air
serta kemiripan bahan hasil pertanian terhadap benda
diberi beban agar berat bahan dapat diukur.
geometri tertentu (Matz, 1991).
Berdasarkan data pengamatan urutan bahan
Hasil dari pengamatan tiap bahan menunjukkan
dengan spesifik gravitasi terbesar adalah timun(1),
hasil yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena
tomat(1), manisa(0,97), singkong(0,95), kentang(0,9),
perbedaan varietas, jenis, komponen dan cara
dan apel(0,87). Perbedaan spesifik gravitasi ini dapat
pemeliharaan bahan sehingga berpengaruh pada
terjadi karena komponen penyusun pada bahan.
ukuran dan bentuk bahan.
Komponen penyusun yang paling berpengaruh adalah
karbohidrat dan protein. arena karbohidrat dan protein
Berat dan Specific Gravity
merupakan makromolekul. Makin tinggi kadar
Tabel 3. Hasil Pengamatan Specific Gravity
karbohidrat dan protein, makin tinggi pula SG bahan
Bahan Berat di Berat Pemberat Specific
karena karbohidrat dan protein merupakan
udara di air (g) gravity
makromolekul yang memiliki SG cukup tinggi dilihat
(g) (g)
dari kemampuannya dalam menyerap
Timun 220 40 50 1
air(Suyitno,1988). Selain itu porositas atau kerapatan
Tomat 80 40 50 1
rongga-rongga udara bahan juga mempengaruhi
Apel 100 25 50 0,87
spesifik gravitasi karena rongga udara yang besar
Singkong 190 70 50 0,95
menyebabkan berat jenisnya menurun.
Kentang 90 50 50 0,9
Manisa 310 50 50 0,97

Berat pemberat di air=40g

220
𝑆𝐺 𝑡𝑖𝑚𝑢𝑛 = 𝑥1 = 1
220 − (40 − 40)

4
Seri Praktikum Pengetahuan Bahan, A : 3: 2018 (Sayur, Buah dan Umbi)

Kandungan air pada bahan yang semakin


berkurang menyebabkan penurunan tekanan turgor
Luas dan Kontur Permukaan dan mengakibatkan tingkat kekerasan bahan akan
menurun (Nasution, dkk, 2012).
Tabel 4. Hasil Pengamatan Luas dan Kontur Permukaan
Bahan Luas Kontur Kandungan Terlarut Bahan
Permukaan (halus/kasar) Pada pengukuran padatan terlarut bertujuan untuk
(cm2) mengetahui banyaknya padatan terlarut pada suatu
Timun 257,31 Halus bahan yang dinyatakan dalam persen brix. Persen brix
Tomat 74,1 Halus yang besar menunjukan adanya senyawa gula yang
Apel 113,815 Halus sangat tinggi. Semakin tinggi tingkat kematangan suatu
Singkong 403,35 Kasar bahan pangan maka semakin banyak padatan yang
Kentang Bergelombang terlarut karena pada proses pematangan terjadi
Manisa 118, Bergelombang hidrolisa polisakarida seperti pati yang banyak terdapat
Luas permukaan bahan pangan dapat pada bahan pangan (terutama buah) yang tingkat
didefinisikan sebagai besarnya penampang atau kematangannya masih rendah. Pektin yang terdapat
keseluruhan area dari kulit permukaan bahan. Luas pada buah muda tidak larut tetapi menjadi larut pada
permukaan bahan pangan dapat dievaluasi dengan cara buah yang telah matang. Semakin besar % brix yang
perhitungan manual. Perhitungan ini dilakukan dengan ditunjukkan maka semakin banyak padatan yang
bantuan kertas millimeter block. Kulit bahan pangan terlarut dalam bahan pangan tersebut.
disusun dalam bentuk dua dimensi diatas kertas
milimeter. Penyusunan dilakukan dengan mengikuti Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan
bentuk dari kertas millimeter (segi empat). Perhitungan hand refraktometer. Alat yang digunakan untuk
luas permukaan baru dapat dilakukan dengan mengukur kadar gula yang terlarut pada bahan. Alat ini
mengalikan panjang dan lebar dari kulit bahan pangan juga dapat memutar bidang polarisasi cahaya.
yang telah disusun. Manfaat dari mengetahui luas
permukaan bahan adalah dapat mengetahui laju Buah-buahan memiliki padatan terlarut terbesar
respirasi bahan(Simpson, 2012). karena senyawa terlarut yang paling banyak terdapat
pada buah-buahan adalah senyawa gula (glukosa,
Kontur bahan merupakan kesan pertama yang fruktosa, dan maltosa). Umbi dan sayur memiliki
dinilai dengan cara meraba kulit atau permukaan luar padatan terlarut yang lebih kecil jika dibandingkan
dari suatu bahan pangan. Kontur buah, sayur, dan umbi dengan buah. Padatan terlarut yang kecil karena
berbeda-beda. Ada yang memiliki kontur halus, ada pula mengandung banyak polisakarida yang masih belum
yang kasar(Muchtadi, 2011). terurai menjadi gula reduksi. Sayur memiliki padatan
terlarut terendah karena semakin tua sayuran, maka
Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan semakin tinggi kandungan seratnya. (Fardiaz,1992).
luas permukaan adalah vairetas, jenis bahan, Padatan terlarut dinyatakan dalam %Brix. Dari
usia(berkaitan dengan ukuran, umunya semakin muda data yang diperoleh, ternyata buah apel memiliki
usia makan ukurannya semakin kecil dan sebaliknya). padatan terlarut paling banyak, yaitu 6% Brix.
Dalam hal ini ukuran bahan sangat menentukan luas Kemudian diikuti dengan manisa, kentang dan singkong
permukaan, semakin besar ukuran bahan maka (3% brix), tomat (2,07% Brix), dan timun (2% Brix).
semakin besar pula luas permukaannya.
Tabel 5. Hasil Pengamatan Padatan Terlarut dan
Setiap bahan memiliki kontur permukaan yang Kekerasan
berbeda-beda. Pada singkong yang memiliki kontur
kasar dapat dikarenakan singkong sebagai umbi akar Bahan % Brix Kekerasan
dan berada di dalam tanah. Setiap jenis bahan akan
berbeda sitem jaringan pada kulit. Hal ini lah yang Apel 6 +2
menyebabkan perbedaan kontur setiap kulit bahan.
Tomat 2.1 +1

Kekerasan Kentang 3 +5
Berdasarkan hasil praktikum, tiap bahan
memiliki tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Hal ini Singkong 3 +6
disebabkan tingkat kekerasan dipengaruhi oleh
komposisi penyusun dan tingkat kematangan. Yang Timun 2 +4
memiliki tingkat kekerasan tertinggi adalah singkong.
Hal ini disebabkan singkong memiliki kandungan Manisa 3 +3
karbohidrat yang tinggi sehingga menyebabkan
kekerasannya yang tinggi.

5
Seri Praktikum Pengetahuan Bahan, A : 3: 2018 (Sayur, Buah dan Umbi)

Keasaman Bahan Reaksi Pencoklatan Enzimatis


Tabel 6. Hasil Pengamatan Pencoklatan Enzimatis
Tabel 6. Hasil Pengamatan Pengukuran pH dan Total Bahan Timbulnya warna coklat setelah
Total AsamAsam
10’ 20’ 30’ 40’ 50’ 60’
Total Asam (mg/100 
Bahan pH Apel
g bahan)
Kentang 6,19 12,6017 - - - - - -
Singkong
Singkong 7,10 -
Tomat 4,83 - - - - - - -
Manisa
Timun 6,29 -
Manisa 6,59 12,8306 - - - - - -
Timun
Apel 3,91 10,2282
- - - - - -
Kentang
- - - - - -
Total Asam Tomat

Setiap buah dan sayur memiliki komposisi


dengan kadar komponen kimia yang berbeda-beda yang
kemudian akan akan menentukan karakteristik khasnya Pencoklatan enzimatik terjadi pada buah-
dan membedakannya dengan buah yang lain. Pengujian buahan yang banyak mengandung substrat fenolik, di
total asam dilakukan untuk menghitung kadar asam samping katekin dan turunnya seperti tirosin, asam
dengan titrasi sedangkan pH atau derajat keasaman kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosiain dapat
adalah konsentrasi ion hidrogen (H+) yang terlarut menjadi substrat proses pencoklatan. Senyawa fenolik
dalam sampel. Total asam berpengaruh pada pH tetapi dengan jenis ortodihidroksi atau trihidroksi yang saling
pH tidak berpengaruh pada total asam. Nilai total asam berdekatan merupakan substrat yang baik untuk proses
meliputi pengukuran total asam yang terdisosiasi dan pencoklatan. Reaksi ini dapat terjadi bila jaringan
tidak terdisosiasi, sedangkan pH hanya mengukur total tanaman terpotong, terkupas dan karena kerusakan
asam dalam kondisi terdisosiasi (Harris, 2000) . secara mekanis yang dapat menyebabkan kerusakan
integritas jaringan tanaman. Hal ini menyebabkan
pH enzim dapat kontak dengan substrat yang biasanya
Penyebab perbedaan pH yaitu jenis buah, pra merupakan asam amino tirosin dan komponen fenolik
pasca panen, pasca panen, tanah, lingkungan, perlakuan seperti katekin, asam kafeat, dan asam klorogena
setelah pasca panen, tingkat kematangan, tingkat sehingga substrat fenolik pada tanaman akan
penyimpanan, umur, karena jika buah atau sayur itu dihidroksilasi menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin (dopa)
belum matang biasanya pH yang dihasilkan asam, tetapi dan dioksidasi menjadi kuinon oleh enzim phenolase.
sebaliknya jika semakin matang buah atau sayur Ketika memotong buah apel atau pisang. Selang
rasanya akan manis tergantung dari komoditi buah dan beberapa saat, bagian yang dipotong tersebut akan
sayurnya. Nilai pH yang terukur menunjukan tingkat berubah warna menjadi coklat(Wiley-Blackwell, 2012).
keasaman dari buah-buahan. Dimana nilai pH atau Bahan selain apel tidak menunjukan perubahan coklat
tingkat keasaman ditentukan oleh kandungan asam dikarenakan substrat fenolik yang terdapat dalam
organik yang ada dalam sayur atau buah. Menurut bahan jumlahnya sangat sedikit.
Tjahjadi (2008) pada sayur dan buah banyak dijumpai
asam organik seperti asam sitrat, asam malat, asam Kesimpulan
tartarat, asam askorbat dan asam isositrat. Sifat fisik dan kimiawi antar sayur, buah dan
Untuk pH buah, yaitu apel dan tomat memiliki umbi berbeda, hal ini dapat dilihat dari berbagai
nilai pH yang rendah yaitu 3,91 dan 4,83. Sedangkan percobaan yang telah dilakukan dimana mempengaruhi
sayur dan umbi memiliki pH cenderung mendekati hasil yang didapat. Sifat fisik bahan ditentukan oleh
netral yaitu dari skala 6,19 – 7,10. Menurut kelompok warna, bentuk, ukuran, berat, specific gravity, luas
kami, mengapa buah memilik pH lebih rendah daripada permukaan, dan kontur bahan. Sifat kimiawi bahan
karena kandungan asam-asam pada buah lebih banyak dapat ditentukan dari total asam, pH (keasaman),
dan beraneka jenis asam dibanding pada sayur dan padatan terlarut dan pencoklatan enzimatis.
umbi. Hal inilah yang mempengaruhi nilai pH dari
bahan-bahan tersebut. Daftar Pustaka

Blackweel, and Wiley, 2012. Food Biochemistry and Food


Processing,2(ed):New York.

Espley, R. V., P. H. Roger, P. Jo, E. S. David, K. A. Sumathi,


and C. A. Andrew. 2007. Red Coloration in Apple

6
Seri Praktikum Pengetahuan Bahan, A : 3: 2018 (Sayur, Buah dan Umbi)

Fruit is Due to The Activity of The MYB LAMPIRAN GAMBAR


Transcription Factor, MdMYB 10. The Plant
Journal. 49(3): 414-427.

Harris D C. 2000. Quantitative Chemical Analysis 5th ed.


New York: W H Freeman and Company

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT. Gramedia :


Jakarta
Matz,A.S.1991. Chemistry and Technology of Cereals as
Food and Feed. New York: Springer Science.

Mohsenin,N.N. 1986. Physical Properties of Plant and


Animal Materials. Tokyo: Gordon and Breach
Science Publishers

Muchtadi, T.R.; Sugiyono; F. Ayustaningwarno. 2010.


Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bandung:
Alfabeta.
Nasution, Indra Sakti, Yusmanizar, dan Kurnia Melianda.
2012. Pengaruh Penggunaan Lapisan Edibel
(Edible Coating), Kalsium Klorida, dan Kemasan
Plastik terhadap Mutu Nanas (Ananas comosus
Merr.) Terolah Minimal, Jurnal Teknologi dan
Industri Pertanian Indonesia, 4 (2), 21-26.

Simpson, B. 2012 . Food Biochemistry and Food


Processing . USA: John Willey & Sons
Solovchenko, A. E., B. C. Olga, A. G. Anatoly, and N. M.
Mark. 2010. Non-Destructive Estimation Pigment
Content, Ripening, Quality and Damage in Apple
Fruit with Spectral Reflectance in the Visible
Range. Global Science Books: 91-102.

Suyitno, 1988. Pengujian Sifat Fisik Bahan Pangan.


Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi, Universitas Gajah Mada.
Wigamin, 2017. Laporan Praktikum Karakteristik Bahan
Pangan dan Hasil Pertanian. Laporan Pengamatan
Fisik Buah dan Sayur, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Jambi, Jambi.

Winarno, FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama

Tjahjadi, Carmencita. 2008. Teknologi Pengolahan


Sayur dan Buah. Bandung : Widya Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai