LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Pengukuran Total Padatan Terlarut dengan Refraktometer)
Oleh :
Nama : Anggis Utomo Putri
NPM : 240110140082
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 27 September 2016
Waktu : 12.30 - 15.00 WIB
Co. Ass : 1. Rifki Amrullah
2. Adryani Tresna W.
3. Arinda Nur Ariva
4. Bintari Ayuningtyas
5. Eki Dwiyan Saputra
6. M. Hanief Bayhaqqi
7. Mizanul Hakam
8. Umaya Nur Uswah
Sumber: Bautista, O.K. and Mabesa, R.C. (eds). 1977. Vegetable Production. University of
the Philippines at Los Banos. Detil tambahan indeks kematangan untuk buah, sayuran dan
bunga potong dapat dilihat online pada http://postharvest.ucdavis.edu dengan kisaran luas
Produce Fact Sheets, dalam Kitinoja (2003).
Struktur buah yang telah matang akan memiliki tekstur yang lebih lunak,
pelunakan pada buah terjadi karena adanya hidrolisis poliskarida pada dinding sel,
serta terjadinya proses hidrolisisprotopektin menjadi pektin yang terlarut sehingga
daya rekat antar sel berkurang dan mengakibatkan terjadinya pelunakan. Pada
proses pematangan buah terjadi perubahan karbohidrat, pada buah muda
karbohidrat terbentuk dalam pati sehingga menyebabkan rasa buah tidak terlalu
manis. Selama proses pematangan buah, melalui reaksi enzimatis, pati akan
dipecah menjadi gula sederhana seperti glukosa, fruktosa dan sukrosa sehingga
buah menjadi manis.Buah akan menjadi lebih manis setelah asam organik atau
molekul pati diubah menjadi gula yang bisa mencapai konsentrasi 20% pada buah
matang. Gula merupakan zat padat yang diindikasikan sebagai penghasil rasa
manis pada buah. Selain kandungan gula didalam buah juga terdapat kandungan
oksigen yang terlarut didalam air. Pada proses penumpukan buah secara berlebih
akan terjadi proses akumulasi panas, air dan gas oksigen yang akan
mengakibatkan buah terlalu masak, lunak dan akan mengalami pembusukan
(Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).
Pengukuran tingkat kematangan buah dapat menggunakan alat Refraktometer
dengan mengukur kadar total padatan terlarut (TPT). Penggunaan refraktometer
harus disesuaikan dengan suhu karena suhu dapat mempengaruhi pengukuran
yaitu meningkatnya total padatan terlarut (TPT) sekitar 0,5% untuk setiap
peningkatan suhu 5°C atau 10°F (Kitinoja, 2003). Kadar minimum % TPT pada
setiap buah berbeda. Berikut beberapa sampel % TPT pada komoditas buah.
Tabel 3. % TPT minimum pada komoditas buah
Sumber: Kader, A.A. 1999. Fruit maturity, ripening and quality relationships. Acta Hort 485:
203-208, dalam Kitinoja (2003)
2.2 Refraktometer
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar air dalam
total padatan terlarut dengan prinsip pembiasan cahaya ketika melewati suatu
larutan. Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan asal
jerman pada permulaan abad ke-20. Salah satu jenis refraktometer yang digunakan
adalah Refraktometer Abbe. Refraktometer Abbe adalah refraktometer untuk
mengukur indeks bias cairan, padatan dalam cairan atau serbuk dengan indeks
bias dari 1,300 sampai 1,700 dan persentase padatan 0 sampai 95%, alat untuk
menentukan indeks bias minyak, lemak, gelas optis, larutan gula, dan
sebagainnya, indeks bias antara 1,300 dan 1,700 dapat dibaca langsung dengan
ketelitian sampai 0,001 dan dapat diperkirakan sampai 0,0002 dari gelas skala di
dalam (Mulyono, 1997).
Menurut Atago pada tahun 2000 menyatakan bahwa refraktometer terdiri dari
kaca prisma berfungsi sebagai pembacaan skala dari zat terlarut, penutup kaca
prisma, sekrup pemutar skala, grip pegangan dan lubang teropong. Satuan skala
dari hasil pembacaan refraktometer adalah °Brix, yaitu satuan skala yang
menunjukan besaran pengukuran kandungan pada zat terlarut (Purwono, 2002 ).
Gambar 1. Bagian-bagian refraktometer
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
1. Buah jeruk, anggur dan kiwi yang digunakan memiliki persentase padatan
pada zat terlarut diatas minimum
2. Buah pir memiliki persentase padatan pada zat terlarut dibawah minimum
3. Semakin banyaknya persentase padatan terlarut didalam sari buah maka
buah tersebut akan semakin manis
4. Semakin kecil nilai standar devisiasi maka data hasil pengukuran akan
menunjukan nilai keseragaman yang mendekati sama.
5. Semakin tinggi persentase total padatan terlarut pada buah maka semakin
singkat waktu simpan buah
6. Hasil pengukuran yang kurang seragam pada buah jeruk, anggur, dan pir
dikarenakan pengambilan bagian sampel yang berbeda untuk tiap ulangan
pengukuran dan karakteristik fisik buah.
6.2 Saran
Adapun saran pada praktikum ini adalah :
1. Praktikan membaca materi terlebih dahulu sebelum percobaan dimulai
agar praktikan tidak bingung dalam melakukan percobaan
2. Pemakaian alat praktikum lebih lengkap dan dalam kondisi baik
3. Praktikan mendengarkan arahan asisten
DAFTAR PUSTAKA
Kartasa poetra, A. G., 1989. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha untuk
Merehabilitasinya. Bina Aksara. Jakarta.
Kader, 2002 dalam Kitinoja, Lisa dan Adel A. Kader. 2003. Praktik-Praktik
Penanganan Pascapanen Skala Kecil: Manual Untuk Produk Hortikultura
(Edisi Ke 4). University of California: USA. available at
http://ucce.ucdavis.edu/files/datastore/234-1450.pdf (diakses pada 1 Oktober
2016 10:20 WIB).
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktikum
Gambar 1. Pisau