Oleh :
Nama
: Kezia Christianty Charismata
NRP
: 123020158
Kelompok
:G
No.Meja
: 3 (tiga)
Asisten
: Rully Meilisa Kusuma Atmaja
Tanggal Percobaan : 28 November 2014
I. PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan
Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan.
1.1 Latar Belakang Percobaan
Manusia membutuhkan dan selalu tertarik akan pangan. Makan adalah
perilaku alami untuk menyantap, mencerna, dan menggunakan zat gizi guna
mempertahankan hidup. Menurut definisi, ilmu gizi adalah ilmu dan proses yang
berkaitan erat dengan penggunaan zat gizi melalui berbagai lintasan biokimia untuk
pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharan tubuh. Pangan merupakan sumber
energi dan makanan, dan seluruh pangan berasal langsung atau tidak langsung dari
tanaman yang yang sebagian besar termasuk kedalam kelompok sayuran (Rubatzky,
1998).
Sayuran adalah tanaman hortikultura, mempunyai umur relatif pendek (kurang
dari setahun) dan merupakan tanaman musiman. Setiap jenis dan varietas sayursayuran mempunyai warna, rasa, aroma, dan kekerasan yang berbeda-beda, sehingga
sebagai bahan pangan sayur-sayuran dapat menambah variasi makanan (Muchtadi,
2010).
Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat yang paling mudah
dijumpai. Sayuran bisa dikonsumsi dalam bentuk mentah atau pun matang. Buah dan
sayur yang berwarna merah tua/ungu umumnya mengandung anthocyanin, yakni
antioksidan yang mampu menghambat terbentuknya gumpalan dalam pembuluh
darah. Dengan begitu, risiko terjadinya penyakit jantung dan stroke, berkurang.
Warna kuning atau hijau pada buah dan sayur itu merupakan pertanda adanya
kandungan lutein dan zeaxanthin. Selain memperlambat pemburukan katarak, zat ini
juga mampu memperlambat penurunan daya penglihatan. Buah-buah berwarna merah
banyak mengandung lycopene. Perlu Anda catat, lycopene adalah antioksidan yang
ampuh melawan kanker. Tomat, termasuk produk-produk olahan berbahan dasar
tomat misalnya saus tomat, sangat kaya dengan lycopene (Anonim, 2008).
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan pengamatan sifat fisik buah dan sayur adalah untuk
mengetahui tingkat kematangan buah dan sayur yang dapat dilihat dari sifat fisik
buah dan sayur.
Tujuan dari percobaan edible portion buah dan sayur adalah untuk mengetahui
berat bagian dari buah dan sayuran pada tingkat kematangan tertentu.
Tujuan dari percobaan pengamatan sifat kimia buah dan sayur adalah untuk
mengetahui sifat kimia buah dan sayur pada tingkat kematangan tertentu.
Tujuan dari percobaan cara pengupasan buah dan sayur adalah untuk
mengetahui berbagai cara pengupasan / penghilangan kulit buah dan sayur.
Tujuan dari percobaan perlakuan pendahuluan terhadap buah dan sayur adalah
untuk menghambat terjadinya pencoklatan, memperbaiki tekstur atau permeabilitas
bahan.
Tujuan dari percobaan perlakuan pendahuluan terhadap buah dan sayur pada
kecukupan blansir adalah untuk mengnaktifkan enzim sehingga menghambat
Prinsip dari percobaan perlakuan pendahuluan terhadap buah dan sayur pada
kecukupan blansir adalah berdasarkan proses pemanasan yang dapat dilakukan
dengan air panas ataupun uap panas.
Prinsip dari percobaan pengaruh etilen terhadap pematangan buah adalah
berdasarkan pada pembentukan senyawa etilen yang dihasilkan oleh jaringan
tanaman.
Prinsip dari percobaan pengaruh pelilinan pada pematangan buah adalah
berdasarkan pada proses penghambatan respirasi dengan cara menutupi pori-pori
buah dan sayur dengan lapisan lilin sehingga terlindungi dari kontaminan.
Bahan yang digunakan pada percobaan pengamatan buah dan sayur adalah
lemon, terong ungu, larutan garam, larutan vitamin C, larutan Na 2HSO3, larutan H2O2
2%, larutan Vitamin C + asam sitrat, larutan garam + asam sitrat, wortel, NaOH 1%,
pp 1%, apel, air bersih, paraffin cair, manga dan pisang.
2.2 Alat yang digunakan
Alat yang digunakan pada percobaan pengamatan buah dan sayur adalah jangka
sorong, hardness, timbangan digital, pisau, pH universal, refraktometer, kertas saring,
panic, kompos / penangas air, gelas kimia, tabung reaksi, benang kasur, kaki tiga,
toples.
Warna
Ukuran
Berat
Bentuk
Rasa
Kekerasan
*Hardness
Subjektif
Objektif
Pengupasan
Penimbangan
Daging Buah
Kulit
Buah
Penimbangan
Air (1:1)
Penghancuran
Ampas
Filtrat
Refraktometer (% padatan Terlarut)
Gambar 4. Pengamatan Sifat Kimia Buah dan Sayur (Padatan Terlarut)
Prosedur pengamatan sifat kimia padatan terlarut adalah buah atau sampel
dihancurkan, seletah itu dilakuakan penyaringan dengan kertas saring untuk
memisahkan antara filtrat dan ampas, selelah terpisah filtrat diuji dengan
menggunakan alat refraktometer, skala yang ditunjukan oleh refraktometer menjadi
niali c yang dibutuhkan untuk mendapatkan persentase brix.
Tiriskan t = 1-3
Penirisan
Kupas dengan air mengalir
Amati Tekstur, warna, aroma, dan hitung waktu
NaOH 1%
Buah dan Sayur
t = 5
Tiriskan
di air mengalir sampai residu alkali hilang + pp 1% sampai berwarna merah (mengandung alkali) dan
Prosedur pengamatan pengupasan buah dan sayur dengan alkali adalah buah
atau sayur (sampel) dimasukan kedalam gelas kimia yang telah berisi NaOH 5% pada
letupan pertama saat gelas kimia dipanaskan diatas bunsen selama 5 menit. Setelah 5
menit cuci sampel di bawah air mengalir, dan tetesi dengan PP 1 % sampai warna
merah meghilang. Hitung waktu dari awal pengupasan hingga akhir pengupasan,
amati tekstur, warna, dan aroma.
t = 5
Air Mendidih
Bahan
Amati
Aroma
vitamn C asam sitrat 0,5 % dan larutan garam 0,5 % + asam Sitrat 0,5 %. Diamkan
selama 15 menit, seletah 15 menit bandingkan semua bahan tersebut dan amati
warna.
c. Kecukupan Blansir
Buah
Pengupasan
Potong
1 X 1 X 1 cm3
2 X 2 X 2 cm3
3 X 3 X 3 cm3
Blansir
T = 70C, 80C, 90C
t = 1; 3; 5; 10 menit
Air
Uap Air
menit. Setelah itu tirinskan dan dinginkan, amati warna tekstur, flavour, dan aroma
dari sampel yang telah diblansir.
6. Pengaruh Etilen terhadap Pematangan Buah
Bahan
Pencucian
Pelilinan
Air Kotor
t = 30 detik
Pengeringan
Amati berat, warna, aroma, padatan terlarut dan pH pada hari ke-0, ke-2, dan ke-4
Pengamatan
Sampel
Aroma
Warna
Bentuk
Ukuran
-
Panjang
Diameter
Kekerasan
Gambar
Berat
33,4 gram
Rasa
Asam
Sumber : Kelompok G, Meja 3, (2014)
H
+++
++
T
Agak keras
Agak lembek
W
Ungu
Coklat
A
Aroma khas terong
Aroma terong
T
54 detik
1 menit
DU
++++
Agak empuk
LA
+
Lembek
Sumber : Kelompok G, Meja 3, (2014)
Ungu
Hijau
menyengat
Aroma terong
Aroma terong
46 detik
18 detik
Keterangan:
C
: Cara Pengupasan
DT
: dengan Tangan
AM : dengan Air Mendidih
DU
: dengan Uap
LA
: dengan Larutan Alkali
H
: Hasil Pengupasan
t
W
A
T
++++
+++
++
+
: Waktu
: Warna
: Aroma
: Tekstur
: cepat sekali
: cepat
: agak cepat
: kurang cepat
Dikukus
Oranye
Khas wortel
Keras
Warna
Oranye gelap
Oranye cerah
Oranye lebih gelap
Oranye agak pudar
Oranye pudar
Oranye ada gelembung
3
Air
t
1
3
5
10
1
3
5
10
1
3
5
10
70
Warna
80
90
70
Tekstur
80
90
70
Flavor
80
90
+
+
++
+
+
++
+
+
++
++
++
+++
++
++
+++
++
++
+++
++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++
+
+
++
+
+
++
+
+
++
++
++
+++
++
++
+++
++
++
+++
++++ +++ ++++ +++
+++ ++++ +++
+++ ++++
+
+
+
+
+
+
+
+
+
++
++
++
++
++
++
++
++
++
+++
+++ ++++ +++
+++
+++
+++
+++
+++
Ukuran
(cm3)
1
t
1
3
5
10
1
3
5
10
1
3
5
10
70
Warna
80
90
70
Tekstur
80
90
70
Flavor
80
90
+++
+++
+++
++
++++ ++++
++
+++
+++
++++ +++
+++ ++++ +++ ++++ ++++ +++
+++
++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++
++
++
++
++
+++
+++
++
++
++
+++
++
++
+++
++
+++
+++
++
++
++++ +++
+++ ++++ +++
+++ ++++ +++
+++
+
+
+
+
++
++
+
+
+
++
+
+
++
++
++
++
+
+
+++
++
++
+++
++
++
+++
++
++
Keterangan :
(++++) Cepat Sekali
(+++) Cepat
(++) Agak Cepat
(+) Kurang Cepat
Dari hasil pengamatan uap air dan air diketahui bahwa sampel terong lebih
cepat di blansir dengan menggunakan uap air paling baik pada ukuran 2 cm dan 1 cm
pada suhu 90 C, pada t: 10 menit dan pada air yang paling baik pada ukuran 1 cm
pada suhu 90 C dan t : 10 menit.
Tabel 8. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen pada Pematangan Buah
Sampel : Mangga
a.Wadah Terbuka + Suhu Kamar
Pengamatan
Warna
Aroma
Tekstur
Berat
pH
Padatan Terlarut
Hari ke-0
Hijau
Khas Mangga
Keras
188,8 gram
4
0,44 %, brix = 10
Hari ke-2
Hijau
Khas Mangga
Sedikit Keras
179,9 gram
Hari ke-4
Hijau
Khas Mangga
Lunak
176,9 gram
Keterangan : Perhitungan pH dan padatan terlarut dilakukan di hari terakhir (hari ke-4)
b. Wadah Tertutup
Pengamatan
Hari ke-0
Hari ke-2
Hari ke-4
Warna
Hijau
Hijau
Hijau
Aroma
Khas Mangga
Khas Mangga
Khas Mangga
Tekstur
Keras
Sedikit Lunak
Lunak
Berat
195,1 gram
193,4 gram
192,7 gram
pH
4
Padatan Terlarut
7,43 %, brix = 7
Keterangan : Perhitungan pH dan padatan terlarut dilakukan di hari terakhir (hari ke-4)
c.Wadah Tertutup + Bahan Pisang Masak
Pengamatan
Warna
Aroma
Tekstur
Hari ke-0
Hari ke-2
Hari ke-4
Hijau
Hijau
Hijau
Khas Mangga
Khas Mangga
Khas Pisang
Keras
Sedikit empuk Lunak
Mangga : 155,7 gram
Mangga : 152,2 gram
Berat
154,6 gram
Pisang : 110,5 gram
Pisang : 108,5 gram
pH
3
Padatan Terlarut
6,43 %, brix = 6
Keterangan : Perhitungan pH dan padatan terlarut dilakukan di hari terakhir (hari ke-4)
d. Wadah Tertutup + Karbid
Pengamatan
Warna
Hari ke-0
Hijau
Aroma
Khas Mangga
Hari ke-2
Hijau
Menyengat
Hari ke-4
Hijau
Menyengat
Karbid
Karbid
Tekstur
Keras
Sedikit lunak
Sedikit Lunak
Berat
155,5 gram
154,3 gram
153,8 gram
pH
4
Padatan Terlarut
0,44 %, brix =10
Keterangan : Perhitungan pH dan padatan terlarut dilakukan di hari terakhir (hari ke-4)
Hari ke-0
Hari ke-2
Hari ke-4
Hijau Kemerahan
Hijau Kemerahan Hijau Kemerahan
Khas Apel
Khas Apel
Khas Apel
Keras
Keras
Keras
Apel : 46 gram
Berat
45,6 gram
45,5 gram
Apel + lilin : 46,2 gram
pH
4
Padatan Terlarut
6,43 %, brix = 6
Keterangan : Perhitungan pH dan padatan terlarut dilakukan di hari terakhir (hari ke-4)
b. Wadah Tertutup
c. Pengamatan
Warna
Aroma
Hari ke-0
Hijau Kemerahan
Khas Apel
Tekstur
Hari ke-2
Hijau Kemerahan
Khas Apel
Menyengat
Keras
Hari ke-4
Hijau Kemerahan
Khas Apel
Keras
Keras
Apel : 57,8 gram
Berat
57,7 gram
57,5 gram
Apel + lilin : 58 gram
pH
4
Padatan Terlarut
0,44 %, brix = 10
Keterangan : Perhitungan pH dan padatan terlarut dilakukan di hari terakhir (hari ke-4)
3.2 Pembahasan
Berdasarkan dari hasil percobaan pengamatan fisik dengan sampel lemon di
dapat bahwa aroma khas lemon, warna kuning muda, bentuk oval, panjang 4,49 mm
dan diameter 3,71 mm, kekerasan subjektif keras, kekerasan objektif (bagian atas :
3,42 x 105 Pa, bagian tengah : 3,71 x 10 5 Pa, bagian bawah 3,23 x 10 5 Pa), berat 33,4
gram dan rasanya asam.
Masing-masing sayur dan buah mempunyai sifat fisik yang berbeda-beda.
Perbedaan tingkat kematangan juga menyebabkan perbedaan sifat fisik. Sifat fisik
buah dan sayur penting dalam sortasi dan pengkelasan mutu (grade). Sifat fisik buah
dan sayur yang sering diamati antara lain warna, aroma, rasa, bentuk, ukuran, dan
kekerasan. Biasanya untuk warna, aroma, rasa, bentuk, ukuran, dan kekerasan
dilakukan
secara
subjektif,
sedangkan
berat
diteteapkan
secara
objektif
sekitarnya menjadi lebih lunak dari bagian-bagian buah yang belum ditusuk atau
kekerasan sebenarnya, karena buah yang telah diberikan perlakuan mekanis akan
mudah lunak mengalami kontak langsung dengan lingkungan luar. Kekerasan bahan
dinyatakan dalam satuan mm per 10 detik dengan berat beban tertentu yang
dinyatakan dalam gram (Muchtadi,2010).
Semakin tinggi tingkat kematangan suatu bahan pangan maka tekstur akan
semakin lunak. Tekstur (kekerasan) sayuran sama halnya dengan tekstur buah-buahan
dan tanaman lainnya yaitu dipengaruhi oleh turgor dari sel-sel yang masih hidup.
Turgor adalah tekanan dari isi sel terhadap dinding sel. Dinding sel tersebut memiliki
sifat plastis. Isi sel dapat membesar karena menyerap air dari sekelilingnya. Oleh
karena itu turgor berpengaruh terhadap kekerasan (keteguhan) sel-sel parenkima dan
dengan demikian juga berpengaruh terhadap tekstur bahan (Muchtadi, 2010).
Berdasarkan dari hasil percobaan pengamatan edible portion didapatkan
bahwa sampel lemon memiliki kadar edible portion sebesar 83,17%.
Buah terdiri dari kulit, daging, dan biji. Sedangkan sayuran tergantung
jenisnya, apakah sayuran daun, umbi, biji, batang dan sebagainya. Akan tetapi pada
umumnya tidak semua bagian sayuran maupun buah-buahan dapat dimakan. Untuk
memperhitungkan jumlah bagian yang termakan dan yang terbuang dari sayuran dan
buah-buahan perlu diketahui jumlah bagian yang biasa dimakan dari sayuran dan
buah-buahan tersebut. Bagian buah yang dapat dimakan tersebut dinamakan edible
porsion. Edible portion adalah bagian buah tau sayur yang dapat dimakan, atau persen
bagian buah atau sayur yang dapat dimakan. Edible Portion sangat penting untuk
memperhitungkan jumlah bagian yang termakan dan yang terbuang dari sayuran dan
buah-buahan . Edible potrion digunakan untuk memperhitungkan jumlah bagian yang
termakan dan yang terbuang dari sayuran dan buah-buahan perlu diketahui jumlah
bagian yang biasa dimakan (edible portion) dari sayuran dan buah-buahan tersebut.
Hal ini penting diketahui dalam perhitungan rendemen produksi hasil olahan sayuran
dan buah-buahan (Rian, 2012).
Untuk menghitung jumlah bagian buah atau sayur yang dapat dimakan,
pertama-tama timbang terlebih dahulu secara utuh buah atau sayur. Setelah itu bagian
yang bisa dimakan dan yang tidak dipisahkan. Bagian yang dapat dimakan ditimbang
dan dinyatakan dalam persen terhadap berat utuh (Muchtadi,2010).
Berdasarkan dari hasil percobaan sifat kimia di dapat bahwa sampel lemon
memiliki pH 1 dan padatan terlarutnya sebesar 9,01 %.
Padatan terlarut yang dilakukahn pad percobaan ini adalah percobaan untuk
mengeyahui kematangan suatau bahan. Padatan terlatut ini berhungunan dengan, pH,
gula yang nantinya sapat diketahui berapa peden kematangan buah, semakiin tinggi
% brix semakin tinggi kematangan buah (Andika,2012).
Refractometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar /
konsentrasi bahan terlarut misalnya : Gula, Garam, Protein dan lain-lain. Prinsip kerja
dari refractometer sesuai dengan namanya adalah dengan memanfaatkan refraksi
cahaya, misalnya seperti sebuah sedotan yang dicelupkan ke dalam gelas yang berisi
air akan terlihat terbengkok, dan sebuah sedotan dicelupkan ke dalam sebuah gelas
yang berisi lauran gula. Terlihat sedotan terbengkok lebih tajam. Fenomena ini terjadi
karena adanya refraksi cahaya. Semakin tinggi konsentrasi bahan terlarut (Rapat Jenis
Larutan), maka sedotan akan semakin terlihat bengkok secara proporsional. Besarnya
sudut pembengkokan ini disebut Refractive Index (nD). Refractometer ditemukan
oleh Dr. Ernst Abbe seorang ilmuwan dari German pada permulaan abad 20 (Artika,
2012).
Pembuangan kulit harus dilakukan dengan cermat agar daging buah tidak ikut
terbuang karena hal tersebut akan mengakibatkan berkurangnya rendemen yang
dihasilkan. Tujuan pengupasan ialah membuang bagian-bagian yang tidak dapat
dimakan dan tidak diinginkan, seperti kulit, tangkai, bagian-bagian yang cacat atau
busuk. Dikenal 2 metode pengupasan, yaitu pengupasan khemis dan pengupasan
mekanis. Dalam melakukan pengupasan digunakan metode yang sesuai dengan
karakteristik atau sifat bahan, hal ini dikarenakan masing masing bahan memiliki
karakteristik yang berbeda beda (Saksono, 1997).
Pengupasan dengan air mendidih, dilakuakan dengan memasukan bahan pada
air yang telah mendidih dengan watru tertentu, setelah itu dimasukan kedalam air
dingin, hal ini bertujuan untuk membuat kulit buah menjadi retak dan pengelupasan
kulit dapat dilakuakn dengan tangan. Pengupasan dengan uap dilakuakn dengan
menyimpan bahan diatas cawan yang dibawahnya telah disiapkan air mendidih dalam
gelas kimia, setelah itu dilakukan pengupasan dengan air mengalir (Muchtadi, 2010).
Pengupasan dengan latutan alkali banyak dilakukan terhadap buah dan sayur
dan hasilnya cukup memuaskan, bahan direndam dalam laruran NaOH selama 5
menit yang telah mendidih, setelah itu cuci diair mengalir dan di tetesi oleh PP
(phenolphtalein) hingga warna merah hilang, hal ini bertujuan untuk memastikan
larutan NaOH sudah benar-benar bersih dengan pencucian menggunakan air, hingga
bahan benar-benar bersih dari residu alkali. Konsentrasi larutan alkali yang digunakan
serta lama pencelupan tergantung pada jenis dan kematangan buah. Bahan yang
masih menrtah cenderung memerlukan konsentarsi alkali yang lebih tinggi
dibandingkan yang telah matang. Jika bahan yang akan dikupas dicelupkan terlebih
dahulu dalam air mendidih, maka konsentrasi alkali yang digunakan dapat lebuh
rendah. Cara pengupasan ini efisien, tetapi memerlukan air yang banyak. Alat yang
digunakan pada pencucian dengan alkali harus bebas dari aluminium, kekuningan,
seng, timbal, timah, kayu, kobalt mapun perunggu, karena NaOH akan merusak
bahan-bahan (Muchtadi, 2010).
Latutan alkali dipilih sebagai bahan untuk pengupasan bahan karena larutan
alkali lebih mudah melunakan bahan, karena larutan alkali atau NaOH yang
dididihkan lebih mudah masuk kedalam bahan, sehingga bahan menjadi lunak. Kadar
NaOH yang masih dikategorikan aman untuk tubuh yakni 1-3%, oleh karena itu
metode ini masih dapat digunakan dan aman walau menggunakan bahan kimia,
asalnya tetap diperhatikan dosis dan konsentrasi larutan alkali tersebut. Walaupun
penggunaan larutan alkali relatif aman, tetap ada kelemahan yang ditimbulkan oleh
larutan alkali ini, dinataranya berkurangnya kadar vitamin C. Proses perendaman
dengan larutan NaOH agar kulit arinya dapat terkelupas dengan mudah terjadi karena
kulit ari mengandung selulosa yang merupakan serat-serat panjang yang bersamasama
dengan
hemiselulosa
juga
pektin
dan
protopektin
yang
akan
membentuk stuktur jaringan yang memperkuat dinding sel. Apabila bahan yang
mempunyai kulit ari direndam pada NaOH maka hemiselulosanya akan larutdan
jaringan yang memperkuat dinding sel akan merenggang, sehingga menyebabkan
kulit ari akan sangat mudah terkelupas (Utomo, 2009).
dengan larutan sulfit, vitamin C, asam sitrat, hidrogen peroksida, garam, dan lain-lain.
Perendaman dengan larutan sulfit, vitamin C, asam sitrat, garam atau nitrogen
peroksida terutama ditujukan untuk mengurangi atau memperbaiki terjadinya
pencoklatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya penghambatan reaksi enzim
polifenolase, oksigen, dan sennyawa folifenol. Terjadinya reaksi pencoklatan
enzimatis memerlukan adanya enzim polifenolase, okisigen, dan senyawa polifenol.
Asam sitrat juga mencegah terjadinya pencoklatan dengan menurunkan pH (menjadi
asam), sehingga enzim polifenolase menjadi inaktif. Perendaman dalam air kapur
ditujukan untuk memperbaiki tektur bahan. Air kapur dapat bereaksi dengan zat
pektik membentuk kalsium pektat. Blansir bertujuan untuk menghambat terjadinya
pencoklatan, melunakan atau melayukan bahan, memperbaiki permeabilitas, serta
mengeluarkan udaradari jaringan bahan. Selama blansir terjasi inaktifasi enzim
polifenolase
yang
menyebabkan
pencoklatan.
Pemanasan
selama
blansir
menyebabkan bahan menjadi lunak, layu, dan secara organoleptik bahan menjadi
lebih baik (Muchtadi,2010).
Perendaman dalam air mendidih menghasilkan sedikit warna coklat yang
tidak merata, dan pemcoklatan berlangsung lambat. Penambahan asam sitrat akan
menghambat terjadinya pencoklatan pada buah atau sayur dengan cara menurunkan
pH, sehingga enzim polifenolase menjadi inaktif. Larutan metafil sulfit bekerja
dengan membentuk ikatan bisulfida dengan enzim polipenolase, sehingga
menghambat pengikatan dengan oksigen. Larutan metafil sulfit dapat bereaksi dengan
kuinon yang dihasilkan dari oksidasi senyawa fenolik tersebut sehingga akhirnya
menghambat polimerisasi kuinon membentuk senyawa melanin (Anonim,2012).
Berdasarkan dari hasil percobaan kecukupan blansir dengan sampel terong
ungu, didapatkan hasil lebih cepat menggunakan uap air pada ukuran 1cm dan 2 cm
pada suhu 90C dengan waktu 10 menit sedangkan dengan air yang paling baik
adalah pada ukuran 1 cm dengan suhu 90C dan dengan waktu 10 menit.
Blansir adalah proses pemanasan yang dilakukan pada suhu kurang dari 100
derajat Celcius selama beberapa menit dengan menggunakan air panas atau uap air
panas. Balnsir juga proses menghentikan aktivitas enzim pada sayuran yang
menyebabkan sayuran kehilangan aroma, warna, vitamin, dan mineral. Blansir dapat
dilakukan dengan cara merendam sayuran dalam air mendidih (tanpa api), merebus,
atau mengukus dalam waktu relatif singkat untuk menjaga nutrisi atau kondisi
sayuran yang akan dibekukan. Lamanya waktu yang digunakan ketika proses blansir
sangat krusial tergantung pada jenis sayuran dan ukurannya. Jika terlalu sebentar atau
terlalu lama, proses blansir akan merangsang aktivitas enzim. Kondisi ini justru lebih
buruk jika dibandingkan dengan sayuran yang tidak diblansir sama sekali.Blansir
umumnya dilakukan jika bahan pangan akan dibekukan atau dikeringkan. Sayuran
hijau yang diberi perlakuan blansir sebelum dibekukan atau dikeringkan mutu wama
hijaunya lebih baik dibandingkan dengan sayuran yang tidak diblansir terlebih
dahulu. blansir memiliki betbagai fungsi diantaranya menginaktifkan enzim yang
terdapat secara alami di dalam bahan pangan, misalnya enzim polifenolase yang
menimbulkan pencoklatan, pengurangi jumlah mikroba yang terdapat dalam bahan,
setiap bahan memiliki jenis, ukuran, juga bentuk berbeda, maka dari itu kemampuan
air atau media pemanas untuk menjangkau titik terjauh dari bahan tersebut juga
berbeda-beda. Titik terjauh ini disebut cool point, cool point ini jika terjangkau oleh
media pemanas teksur bahan akan menjadi lunak. Sebagai contoh pada hasil
pengematan, sampel dengan ukuran
dengan waktu dengan waktu 5 menit dan suhu 80 oC karena dengan waktu, dan suhu
tersebut tekstur telah lunak, warna tidak banyak berubah, juga flavor telah tidak lagi
berbau mentah. Hal ini berbeda dengan ukuran sampel 3cm3, dengan waktu dan suhu
yang sama ternyata perubahan tekstur, warna juga flavor belum terlihat, oleh sebab
itu perlu dinaikan suhu atau waktu blansir yang lebih lama, jadi dapat diseimpukan
sekali lagi kecukupan blansir bertujuan untuk mengetahui metode apa, suhu juga
lama waktu blansir dengan ukuran dan jenis bahan tertentu (Chica,2012).
Berdasarkan hasil percobaan pengaruh etilen pada pematangan buah dengan
sampel manga didapatkan hasil bahwa pematangan yang paling baik adalah dengan
wadah tertutup dan dengan penambahan karbid serta rasa yang dihasilkan pun manis.
Pada wadah terbuka memiliki pH 4 dan kadar padatan terlarut 0,44 %, pada wadah
tertutup memiliki pH 4 dan kadar padatan terlarut 7,43%, pada wadah tertutup +
bahan pisang masak memiliki pH 3 dan kadar padatan terlarut 6,43%, dan pada
wadah wadah tertutup yang ditambahkan karbid memiliki pH 4 dan kadar padatan
terlarut 0,44%.
Proses pemecahan tepung dan penimbunan gula tersebut merupakan proses
pemasakan buah dimana ditandai dengan terjadinya perubahan warna, tekstur buah
dan bau pada buah atau terjadinya pemasakan buah. Kebanyakan buah tanda
kematangan pertama adalah hilangnya warna hijau. Kandungan klorofil buah yang
sedang masak lambat laut berkurang. Saat terjadi klimaterik klorofilase bertanggung
jawab atas terjadinya penguraian klorofil. Penguraian hidrolitik klorofilase yang
memecah klorofil menjadi bagian vital dan inti porfirin yang masih utuh, maka
klorofilida yang bersangkutan tidak akan mengakibatkan perubahan warna. Bagian
profirin pada molekul klorofil dapat mengalami oksidasi atau saturasi, sehingga
warna akan hilang. Lunaknya buah disebabkan oleh adanya perombakan photopektin
yang tidak larut perombakan propektin yang tidak larut menjadi pektin yang larut,
atau hidrolisis zat pati (seperti buah waluh) atau lemak (pada adpokat). Perubahan
komponen-komponen buah ini diatur oleh enzim-enzim antara lain enzim hidroltik,
poligalakturokinase, metil asetate, selullose. Penulakan buah juga disebabkan oleh
degradasi komponen-komponen penyusun dinding sel. Pematangan biasanya
meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang memberi rasa manis (Fantastico,
1986).
Proses pematangan juga diatur oleh hormon antara lain auxin, sithokinine,
gibberellin, asam-asam absisat dan ethylene. Auxin berperanan dalam pembentukan
ethylene, tetapi auxin juga dapat menghambat pematangan buah. Sithokinine
memiliki fungsi yakni
yang pertama
tumbuh dari golongan polyamines, yaitu putresin atau spermidine. Hormon tumbuhan
(phytohormones) secara fisiologi adalah penyampai pesan antar sel yang dibutuhkan
untuk mengontrol seluruh daur hidup tumbuhan, yakni diantaranya perkecambahan,
perakaran, pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan. Sebagai tambahan, hormon
tumbuhan dihasilkan sebagai respon terhadap berbagai faktor lingkungan kelebihan
nutrisi, kondisi kekeringan, cahaya, suhu dan stress baik secara kimia maupun
fisik. Oleh karena itu ketersediaan hormon sangat dipengaruhi oleh musim dan
lingkungan. Polyamines adalah kunci dari migrasi sel, perkembangbiakan, dan
diferensiasi tumbuhan. Polyamines mewakili kelompok hormon pertumbuhan
tumbuhan, namun merekan juga memberikan efek terhadap kulit, dan kesuburan
(Andreas,2012).
Berdasarkan hasil percobaan pelilinan pada pematangan buah dengan sampel
apel didapatkan hasil tidak terjadi kerusakan pada buah dan didapatkan pada wadah
terbuka memiliki pH 4 dan kadar padatan terlarut 6,43 % sedangkan pada wadah
tertutup memiliki pH 4 dan kadar padatan terlarut 0,44 %.
Pada dasarnya mutu suatu produk hortikultura setelah panen tidak dapat
diperbaiki, tetapi yang dapat dilakukan adalah hanya usaha untuk mencegah laju
kemundurannya atau mencegah proses kerusakan tersebut berjalan lambat. Berarti
bahwa mutu yang baik dari suatu produk hortikultura yang telah dipanen hanya dapat
dicapai apabila produk tersebut dipanen pada kondisi tepat mencapai kemasakan
fisiologis sesuai dengan yang dibutuhkan oleh penggunanya. Usaha yang dilakukan
buah. Pelapisan lilin dapat menekankan respirasi dan transpirasi yang terlalu cepat
dari buah-buahan dan sayur-sayuran segar karena dapat mengurangi keaktifan enzimenzim pernafasan sehingga dapat menunda proses pematangan. Keuntungan lainnya
yang diberikan lapisan lilin ini pada buah adalah dapat memberikan penampilan yang
lebih menarik karena memberikan kesan mengkilat pada buah dan menjadikan
produk dapat lebih lama diterima oleh konsumen ( Pantastico 1986).
Tebal lapisan lilin harus seoptimal mungkin. Jika lapisan terlalu tipis maka
usaha dalam menghambatkan respirasi dan transpirasi kurang efektif. Jika lapisan
terlalu tebal maka kemungkinan hampir semua pori-pori komoditi akan tertutup.
Apabila semua pori-pori tertutup maka akan mengakibatkan terjadinya respirasi
anaerob, yaitu respirasi yang terjadi tanpa menggunakan O 2 sehingga sel melakukan
perombakan di dalam tubuh buah itu sendiri yang dapat mengakibatkan proses
pembusukan lebih cepat dari keadaan yang normal (Muchtadi,2010) .
Pemberian
lapisan
lilin
dapat
dilakukan
dengan
penghembusan,
semakin lambat dan proses degradasi klorofil terhambat, dengan demikian perubahan
warna buah semakin lambat.(Pantastico 1996).
Lilin adalah ester dari asam lemak berantai panjang dengan alkohol
monohidrat berantai panjang atau sterol (Bennett, 1964). Lilin lebah merupakan lilin
alami komersial yang merupakan hasil sekresi dari lebah madu (Apis mellifica) atau
lebah lainnya. Madu yang diekstrak dengan sentrifusi sisir madunya dapat digunakan
lagi, sedangkan yang diekstrak dengan pengepresan mengakibatkan sarang lebah
hancur. Sarang yang hancur dapat dijadikan lilin atau dapat dibuat untuk sarang baru.
Hasil sisa pengepresan dan sarang yang hancur dicuci dan dikeringkan, kemudian
dipanaskan sehingga menjadi lilin atau malam (Winarno, 1981).
Lilin lebah pada umumnya digunakan sebagai bahan kosmetik, bahan
pembuat lilin bakar, dan industri pemeliharaan. Lilin ini berwarna putih kekuningan
sampai coklat, titik cairnya 62.8-70 oC dan bobot jenisnya 0.952-0.975 kg/m3. Lilin
lebah banyak digunakan untuk pelilinan komoditas hortikultura karena mudah didapat
dan murah (Bernett, 1964). Lilin karnauba merupakan lilin yang didapat dari pohon
palem (Copernica Cerifera). Sedangkan Jenis lilin yang biasa dipakai untuk proses
pelilinan antara lain lilin tebu, lilin carnauba, resin termoplastik, selak, lilin lebah,
lilin sisa tambang, dan sebaginya.
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan (2) Saran
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil percobaan pengamatan fisik dengan sampel lemon di
dapat bahwa aroma khas lemon, warna kuning muda, bentuk oval, panjang 4,49 mm
dan diameter 3,71 mm, kekerasan subjektif keras, kekerasan objektif (bagian atas :
3,42 x 105 Pa, bagian tengah : 3,71 x 10 5 Pa, bagian bawah 3,23 x 10 5 Pa), berat 33,4
gram dan rasanya asam. Berdasarkan dari hasil percobaan pengamatan edible portion
didapatkan bahwa sampel lemon memiliki kadar edible portion sebesar 83,17%.
Berdasarkan dari hasil percobaan sifat kimia di dapat bahwa sampel lemon memiliki
pH 1 dan padatan terlarutnya sebesar 9,01 %.
Berdasarkan dari hasil percobaan cara pengupasan buah dan sayur dapat
didapat diketahui bahwa pengupasan buah dan sayur yang paling cepat dengan
menggunakan larutan alkali dengan waktu pengupasan 18 detik dan juga lebih lunak
dan memiliki aroma khas terong. Berdasarkan hasil percobaan perlakuan
pendahuluan dengan sampel wortel pada pengamatan perendaman didapatkan hasil
bahwa larutan garam dengan asam sitrat dapat mencegah terjadinya oksidasi. Pada
pengamatan blansir dengan metode direbus memiliki warna oranye muda, memiliki
aroma khas wortel dan memiliki tekstur agak empuk, dengan metode dikukus
memiliki warna oranye, memiliki aroma khas wortel dan memiliki tekstur keras.
Berdasarkan dari hasil percobaan kecukupan blansir dengan sampel terong ungu,
didapatkan hasil lebih cepat menggunakan uap air pada ukuran 1cm dan 2 cm pada
suhu 90C dengan waktu 10 menit sedangkan dengan air yang paling baik adalah
pada ukuran 1 cm dengan suhu 90C dan dengan waktu 10 menit.
Berdasarkan hasil percobaan pengaruh etilen pada pematangan buah dengan
sampel manga didapatkan hasil bahwa pematangan yang paling baik adalah dengan
wadah tertutup dan dengan penambahan karbid serta rasa yang dihasilkan pun manis.
Pada wadah terbuka memiliki pH 4 dan kadar padatan terlarut 0,44 %, pada wadah
tertutup memiliki pH 4 dan kadar padatan terlarut 7,43%, pada wadah tertutup +
bahan pisang masak memiliki pH 3 dan kadar padatan terlarut 6,43%, dan pada
wadah wadah tertutup yang ditambahkan karbid memiliki pH 4 dan kadar padatan
terlarut 0,44%. Berdasarkan hasil percobaan pelilinan pada pematangan buah dengan
sampel apel didapatkan hasil tidak terjadi kerusakan pada buah dan didapatkan pada
wadah terbuka memiliki pH 4 dan kadar padatan terlarut 6,43 % sedangkan pada
wadah tertutup memiliki pH 4 dan kadar padatan terlarut 0,44 %.
4.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum berlangsung praktikan memahami prosedur
dengan benar, lebih teliti dalam perhitungan dan melakukan prosedur.
DAFTAR PUSTAKA
Rubatzky. 1998. Sayuran Dunia 1, Prinsip Produksi, dan Gizi. Edisi kedua.
Penerbit ITB. Bandung
Saksono, Lukman. 1997. Pengantar Sanitasi Makanan. Bandung: PT. Alumni.
Utomo. 2012. Pengupasan Buah dan sayur. http://laporantomo.blogspot.com.
Akses : 1 Desember 2014.
Wereing, D.F and I. D.J. Phillips. 1970. The Control of Growth and Differentation
in Plants. Pergamon Press, New York.
Winarno, F.G. 1981. Ilmu Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta.
Zummermar,P.W. Plant Growth Regulation.The Lowa State University Press.USA
LAMPIRAN PERHITUNGAN
8,8
10
0,21
0,21
x = B + [(C-A)/(D-A)][E-B]
= 0,21 + [(8,8-5)/(10-5)][0,21-0,21]
x = 0,21
% brix = C + 0,21
= 8,8 +0,276 = 9,01%
10
0,43
0,44
x = B + [(C-A)/(D-A)][E-B]
= 0,43 + [(7-5)/(10-5)][0,44-0,43]
x = 0,43
% brix = C + 0,276
= 7 + 0,43 = 7,43%
10
0,43
0,44
x = B + [(C-A)/(D-A)][E-B]
= 0,43 + [(6-5)/(10-5)][0,44-0,43]
x = 0,43
% brix = C + 0,43
= 6 + 0,43 = 6,43%
d. Wadah Tertutup + Karbid
Diketahui :
Skala Reftraktometer = 10
T = 26C
x = 0,44% (Tabel)
10
0,43
0,44
x = B + [(C-A)/(D-A)][E-B]
= 0,43 + [(6-5)/(10-5)][0,44-0,43]
x = 0,43
% brix = C + 0,43
= 6 + 0,43 = 6,43%
b. Wadah Tertutup
Skala Reftraktometer = 4
T = 26C
x = 0,44% (Tabel)