UMBI-UMBIAN
Oleh :
Nama
: Kezia Christianty Charismata
NRP
: 123020158
Kelompok
:G
Meja
: 3 (Tiga)
Asisten
: Rully Meilisa K
Tanggal Percobaan : 20 Oktober 2014
I. PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan
Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan.
I.1 Latar Belakang Percobaan
Umbi-umbian adalah bahan nabati yang diperoleh dari dalam tanah seperti ubi
kayu, ubi jalar, kentang, garut, kunyit, gadung, bawang, jahe, kencur, kimpul, talas,
gempili, ganyong, bengkoang dan lain sebagainya. Pada umumnya umbi-umbian
tersebut merupakan bahan sumber karbohidrat terutama pati atau merupakan sumber
citarasa dan aroma karena mengandung oleoresin (Muchtadi, 2010).
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan struktur dan sifat fisik umbi-umbian adalah untuk
mengetahui struktur dan sifat fisik umbi-umbian.
Tujuan dari percobaan ekstraksi pati umbi-umbian adalah untuk mengetahui
kandungan pati dalam umbi-umbian sehingga dapat digunakan pada pengolahan
makanan.
I.3 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan dari struktur dan sifat fisik umbi-umbian adalah
berdasarkan pada pengamatan struktur dan sifat fisik dari umbi-umbian antara lain
bentuk, ukuran, berat, warna, pencoklatan dan struktur jaringan.
Prinsip percobaan dari ekstraksi pati umbi-umbian adalah berdasarkan pada
proses ekstraksi pati dari umbi-umbian dengan cara pengendapan.
b.
Bentuk
Umbi
e. Pencoklatan
Umbi
Gambar
Iris
Ukuran
Umbi
c.
d.
Berat
Umbi
Gambar
Warna
Umbi
Warna kulit
warna daging
Prosedur pengamatan struktur dan sifat fisik terhadap kakao adalah umbiumbian diamati ukuran, bentuk, berat, warna, pencoklatan, biji, struktur (diamati
bentuk irisan melintang dan membujur).
2. Ekstraksi Pati Umbi-Umbian
baskom kemudian tambahkan air sebanyak 9 kali tinggi bahan lalu diamkan selama 1
jam setelah itu ampas diperas kemudian filtrate yang didapat ditambahkan air dalam
baskom sebanyak 9 kali dan diamkan selama 1 jam , proses ini dilakukan 2 kali
kemudian pati yang dihasilkan ditimbang kemudian dikeringkan setelah kering
timbang pati yang dihasilkan.
III.
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan dan (2) Pembahasan.
III.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pengetahuan bahan pangan umbi-umbian dapat dilihat pada
tabel berikut :
Keterangan
Sampel
Bentuk
Ukuran
Warna Kulit
Warna Daging
Struktur
Struktur Jaringan
Melintang
Membujur
III.2 Pembahasan
Umbi-umbian adalah bahan nabati yang diperoleh dari dalam tanah seperti ubi
kayu, ubi jalar, kentang, garut, kunyit, gadung, bawang, jahe, kencur, kimpul, talas,
gempili, ganyong, bengkoang dan lain sebagainya. Pada umumnya umbi-umbian
tersebut merupakan bahan sumber karbohidrat terutama pati atau merupakan sumber
citarasa dan aroma karena mengandung oleoresin (Muchtadi, 2010).
Berdasarkan percobaan struktur dan sifat fisik terhadap kencur didapatkan
hasil berbentuk memanjang, ukuran (panjang 451 mm dan diameter 113 mm), warna
kulit coklat muda, warna daging putih kekuningan.
Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah salah satu jenis emponempon/tanaman obat yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae).
Rimpang atau rizoma tanaman ini mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang
dimanfaatkan sebagai stimulan. Nama lainnya adalah cekur (Malaysia) dan pro hom
(Thailand). Dalam pustaka internasional (bahasa Inggris) kerap terjadi kekacauan
dengan menyebut kencur sebagai lesser galangal (Alpinia officinarum) maupun
zedoary (temu putih), yang sebetulnya spesies yang berbeda dan bukan merupakan
rempah pengganti. Terdapat pula kerabat dekat kencur yang biasa ditanam di
pekarangan sebagai tanaman obat, temu rapet (K. rotunda Jacq.), namun mudah
dibedakan dari daunnya. Nama kencur dipinjam dari bahasa Sanskerta, kachora,
, yang berarti temu putih (Curcuma zedoaria) (Wikipedia, 2014).
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Kelas
Sub Kelas
: Commelinidae
Ordo
: Zingiberales
Famili
Genus
: Kaempferia
Spesies
: Kaempferia galanga L.
(Plantamor, 2012)
Ada tiga fase pembentukan umbi, yaitu :
a. Inisiasi, yaitu terjadinya diferensiasi tunas pada stolon menjadi primordia umbi
b. Pembesaran umbi, ditandai dengan pembelahan sel yang cepat dibarengi dengan
penumpukan pati
c. Pematangan umbi, yang terjadi ketika umbi memasuki fase dorman. Pembesaran
umbi dapat mengalahkan pertumbuhan vegetatif dan inisiasi umbi baru. Bersamaan
dengan pematangan umbi, terjadi senescence daun (Rubatzky, 1998).
Enzim-enzim yang dapat mengkatalis oksidasi dalam proses pencoklatan
dikenal dengan berbagai nama, yaitu fenol oksidase, polifenol oksidase, fenolase,
atau polifenolase. Masing-masing bekerja secara spesifik untuk substrat tertentu
(Winarno, 1997).
Reaksi pencoklatan yang non enzimatis pada umumnya ada tiga macam yaitu
karamelisasi, reaksi Maillard, dan pencokelatan akibat vitamin C Pencokelatan
enzimatik terjadi pada buah-buahn yang banyak mengandung senyawa fenolik. Ada
banyak sekali senyawa fenolik yang dapat bertindak sebagai substrat dalam proses
pencokelatan enzimatik pada buah-buahan dan sayuran. Di samping katekin dan
turunannya, seperti tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosantin dapat
menjadi substrat pencokelatan. Enzim-enzim yang dapat mengkatalisis oksidasi
dalam proses pencokelatan dikenal dengan berbagai nam, yaitu fenol oksidase,
polifenol oksidase, fenolase, atau polifenolase, masing-masing bekerja spesifik untuk
substrat tertentu (Winarno, 1997).
Berdasarkan percobaan ekstraksi pati terhadap kunyit didapatkan hasil berat
sampel sebesar 150 g, berat pati basah sebesar 10,4 g, berat pati kering sebesar 5,2 g
dan % pati sebesar 3,47 %.
Perendaman 9x tinggi pati bertujuan untuk mendapatkan rendemen pati yang
optimum, sedangkan perendaman 9x tinggi pati bertujuan untuk mendapatkan
rendemen pati yang lebih banyak.
Perendaman dengan menggunakan NaCl berfungsi untuk mencegah browning
dan melunakan sampel sehingga memudahkan pemarutan.
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan -glikosidik. Berbagai
macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya, serta apakah
lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat
dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak larut
disebut amilopektin. Amilosa membunyai struktur lurus dengan ikatan -(1,4)-Dglukosa, sedang amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan -(1,4)-glukosa
sebanyak 4-5% dari berat total (Winarno, 1997).
Beberapa sifat pati adalah mempunyai rasa yang tidak manis, tidak larut
dalam air dingin tetapi dalam air panas dapat membentuk sol atau jel yang bersifat
kental. Sifat kekentalannya ini dapat digunakan untuk mengatur tekstur makanan dan
sifat jelnya dapat diubah oleh gula atau asam. Pati di dalam tanaman dapat
merupakan energi cadangan, didalam biji-bijian pati terdapat dalam bentuk granula.
Penguraian tidak sempurna dari pati dapat menghasilkan dekstrin yaitu suatu bentuk
oligosakarida (Winarno, 1997).
Kunyit (Curcuma longa L.) ,Sinonim Curcuma domestica Val.
Nama umum
Indonesia:
Inggris:
Melayu:
Kunyit
Vietnam:
Thailand:
Kha min
Pilipina:
Dilaw
Klasifikasi
bertujuan untuk menghasilkan endapan, agar bahan lain tidak ikut mengendap. Filtrat
yang mengandung bagian granula pati ditampung dan dibiarkan mengendap atau
dimasukkan dalam alat pemusing (Winarno,1997).
Pengendapan dilakukan untuk memisahkan pati murni dari bagian lain sebagai
kontaminan yang larut. Pengendapan inilah yang merupakan proses terpenting yang
menentukan hasil akhir tepung pati. Setelah granula pati mengendap, airnya
dihilangkan dan granula pati yang terbentuk padat semi cair dapat diambil dan
dimasukkan dalam pengering (Winarno,1997).
Endapan granula pati basah haruslah dikeringkan agar tidak tumbuh
mikroorganisme. Pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur dibawah sinar
matahari atau dalam alat pengering. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses
pengeringan adalah pati haruslah tidak menggumpal dan suhu pengeringan jangan
sampai melebihi suhu gelatinisasi pati, yaitu 70-800C. Pengeringan sebaiknya
dilakukan pada suhu dibawah 700C. Pengeringan yang melampaui suhu gelatinisasi
pati, akan menghasilkan tepung yang kasar (Winarno, 1997).
Pengeringan umbi-umbian sering dilakukan sebagai usaha pengawetan.
Metode yang paling murah dan mudah adalah penjemuran. Pati yang telah
dikeringkan dimasukkan dalam rol penghancur untuk mendapatkan tepung. Lalu
tepung
diayak
dengan
menggunakan
ayakan
berukuran
100-200
mesh
(Winarno, 1997).
Bila pati mentah dimasukkan kedalam air dingin, granula pati akan menyerap
air
dan
membengkak.
Namun
demikian
jumlah
air
yang
terserap
dan
pembengkakannya terbatas. Air yang terserap tersebut hanya dapat mencapai kadar
30%. Peningkatan volume granula pati yang terjadi di dalam air pada suhu antara
55oC sampai 65oC merupakan pembengkakan yang sesungguhnya, dan setelah
pembengkakan granula pati dapat kembali pada kondisi semula (Winarno, 1997).
Granula pati dapat dibuat membengkak luar biasa, tetapi bersifat tidak dapat
kembali lagi pada kondisi semula. Perubahan tersebut disebut gelatinasi. Suhu pada
saat pati pecah disebut suhu gelatinasi yang dapat dilakukan dengan penambahan air
panas (Winarno, 1997).
IV.
V. DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Ekstraksi pati
Sampel : Kunyit
Berat sampel : 150 g
Berat pati basah : 10,4 g
Berat pati kering : 5,2 g
w kering
Kadar Pati
= w sampel
=
5,2
150
= 3,47 %
x 100 %
x 100 %