LP Glaukoma
LP Glaukoma
GLAUKOMA
DI BPPLU PAGAR DEWA PROVINSI BENGKULU
DI SUSUN OLEH :
GLAUKOMA
A. TINJAUAN TEORITIS
B. Definisi
Glaukoma ditimbulkan oleh adanya penambahan tekanan dalam mata,
yang dapat akut maupun kronik. Glaukoma disebabkan oleh adanya cairan dalam
bilik anterior yang belum sempat disalurkan keluar sehingga tegangan yang
ditimbulkannya dapat menimbulkan tekAanan pada saraf optic yang lama
kelamaan dapat menghilangkan daya melihat pada mata. Glaukoma akut terjadi
secara mendadak dan disertai rasa sakit akut yang tidak tertahankan (Evelyn C.
Pearce, 2000).
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh TIO yang
hampir 70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5500 orang buta tiap tahun
Jadi, Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang
tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi
buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata
terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf
mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak
mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
C. Etiologi
Primer : mata yang memiliki bakat bawaan (sudut bilik mata depan sempit
pada kedua mata) dan sekunder sebagai akibat penyakit mata lain, Pada bentuk
gelap dan gangguan emosional. Bentuk sekunder disebabkan oleh hifema, luksasi /
1. obat-obatan
2. herediter
3. berdiam diri di tempat gelap
4. gangguan emosional
Glaukoma sekunder
1. trauma
2. penyakit mata lainnya
3. pembedahan
(Suzanne C. Smeltzer, 2001)
D. Klasifikasi
1. Glaukoma primer
- Glaukoma sudut terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi
kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat.
Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke
jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif
jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan
saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan
diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal.
Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
E. Patofisiologi
Pada bentuk primer, faktornya berupa pemakaian obat-obat midriatik,
berdiam lama ditempat gelap dan gangguan emosional. Bentuk sekunder
disebabkan oleh hifema, luksasi / subluksasi lensa, katarak intumesen / katarak
hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil atau pasca bedah intraokuler
Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada iris maka
akan terjadi hambatan aliran akuos humor dari bilik mata depan yang dinamakan
hambatan pupil (papillary block). Hambatan ini dapat menyebabkan
meningkatnya tekanan dibalik mata belakang.
Pada sudut bilik depan yang tadinya memang sudah sempit, dorongan ini
akan menyebabkan iris menutup jaringan trabekulum. Akibatnya akuos humor
tidak dapat atau sukar mencapai jaringan ini dan tidak dapat disalurkan keluar.
Terjadilah glaukoma akut sudut tertutup.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya hambatan pupil ini
ditemukan pada mata yang bersumbu pendek dan lensa yang secara fisiologis
terus membesar karena usia dan iris yang tebal merupakan faktor mempersempit
sudut bilik depan.
F. Manifestasi Klinis
1. Gejala-gejala termasuk nyeri, pandangan kosong, penglihatan kabur,
kemerahan dan perubahan dalam penampilan mata.
2. Nyeri okular yang disebabkan oleh peningkatan lop mendadak oleh inflamasi
atau efek samping akibat obat-obatan.
3. Nyeri okular hebat yang disertai mual, muntah, berkeringat atau bradikardia
(Arif Mansjoer, 2007).
G. Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.
Perimetri, gonioskopi dan tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan
Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea
menghilang. Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri
menunjukan peningkatan . nilai di anggap mencurigakan bila berkisar antara 21-
25 mmHg dan di anggap patologik bila berada di atas 25 mmHg .Pada funduskopi
di temukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam , dinding cekungan
bergaung , warna memucat , dan terdapat perdarahan pada pupil . pemeriksaan
lapangan pandang menunjukan lapangan pandang menyempit , depresi bagian
nasal ,tangga ronne , atau skotoma busur . (Arif Mansjoer,2007 ).
H. Komplikasi
Kebutaan (Arif Mansjoer, 2007).
I. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Tekanan intraokuler harus diturunkan secepatnya dengan memberikan
asetazolamid 500 mg dilanjutkan 4 x 250 mg, solusio gliserin 50% 4 x 100-
150 ml dalam air jeruk, penghambat beta adrenergik 0,25-0,5% 2 x 1 dan KCl
3 x 0,5 gr. Diberikan tetes mata kortikosteroid dan antibiotik untuk
mengurangi reaksi inflamasi.
Untuk bentuk yang primer, diberikan tetes mata pilokarpin 2% tiap ½-1
jam pada mata yang mendapat serangan dan 3 x 1 tetes pada mata sebelahnya.
Bila perlu diberikan analgesik dan antiemetik.
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi TIO dan
keadaan matanya. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera.
Sebelumnya diberikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Bila
jelas memantau TIO. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan
berdasarkan hasil pemeriksaan gonioskopi setelah pengobatan
medikamentosa. Sebagai pencegahan juga dilakukan iridektomi pada mata
sebelahnya.
Harus dicari penyebabnya pada bentuk sekunder dan diobati yang
sesuai. Dilakukan operasi hanya bila perlu dan jenisnya tergantung
penyebabnya. Misalnya pada hifema dilakukan parasentesis, pada kelainan
lensa dilakukan ekstraksi lensa dan pada uveitis dilakukan iridektomi atau
filtrasi (Arif Mansjoer, 2007).
2. Implikasi Keperawatan
Pasien memerlukan perawatan setelah pembedahan. Ambulasi progresif
diperkenankan, bergantung usia dan kondisi fisik pasien. Gerakan dan
aktivitas berat yang dapat mengakibatkan pasien mengalami keadaan yang
serupa dengan maneuver valsalva (dengan peningkatan TIO), seperti
mengejan, mengangkat beban dan membungkuk, hindari sampai satu minggu.
Pasien tidak diperbolehkan mengendarai kendaraan selama 1 minggu. Mata
dibalut selama 24 jam atau lebih lama bila diperlukan dan mata tidak boleh
kemasukan air.
Tetes mata antibiotika spektrum luas dapat diberikan selama 4-5 hari,
dan kortikosteroid topical diberikan selama beberapa minggu untuk
mengurangi inflamasi dan jaringan parut. Kadang-kadang dapat diberikan
bahan antifibrinolitik atau anti inflamasi yang lebih kuat seperti 5-fluorourasil
(5-Fu) dan kortikosteroid oral, karena aspirin dapat mengakibatkan
perdarahan, pemakaiannya merupakan kontraindikasi dan nyeri biasanya
diatasi dengan asetaminofen. Membaca dapat menyebabkan gerakan mata
cepat mendadak maka sebaiknya dilarang sampai diperbolehkan dokter
(Suzanne C. Smeltzer, 2001).
J. WOC
Glaukoma primer Glaukoma sekunder
DASAR-DASAR PENGKAJIAN
A. . PENGKAJIAN
1) Data Pasien :
Nama :-
Tempat, Tanggal Lahir :-
Umur :-
Jenis kelamin :-
Agama :-
Suku :-
Pekerjaan :-
Status perkawinan :-
Status pendidikan :-
Diagnosa medis : Glaukoma
2) Riwayat penyakit :
Keluhan Utama :
Klien datang ke Rumah Sakit hari Senin, dengan keluhan orbita dextra terasa
sakit jika ditekan, penglihatan kabur padahal, sudah menggunakan kaca minus
3 pada mata dextra dan sinistra, dua bulan yang lalu, menderita kelainan
Thyroid
Riwayat Penyakit Sekarang :
KU lemah, hasil pemeriksaan TTV , Tanda-tanda vital saat ini TD : 150/100
mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 37oC , Pernapasan : 20x/menit.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit atau riwayat masuk rumah sakit,
tetapi dua bulan yang lalu, menderita kelainan Thyroid.
Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit yang berhubungan dengan
saraf persepsi sensori
3) Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
2. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah (glaukoma akut)
3. Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan
penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut). Perubahan
kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak)
Pupil menyempit dan merah / mata keras dengan kornea berawan
(glaukoma darurat) Peningkatan air mata
4. Nyeri/Kenyamanan:
Gejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
(glaukoma akut).
5. Penyuluhan /pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekaan vena),
ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma) Terpajan pada radiasi,
steroid/ toksistas fenotiazin Pertimbangan rencana pemulangan : DRG
menunjukkan rerata lama dirawat : 4,2 hati (biasanya dilakukan sebagai
prosedur pasien rawat jalan Memerlukan bantuan dengan transportasi,
penyediaan maknaan, perawatan diri, perawatan / pemeliharaan rumah
Evaluasi status
nyeri
2 Gangguan Setelah dilakukan Pastikan Mempengaruhi
persepsi asuhan keperawatan derajat/tipe harapan masa depan,
sensori : 3 x 24 jam, kehilangan klien dan pilihan
penglihatan gangguan persepsi- penglihatan intervensi
berhubungan sensori : penglihatan Intervensi dini
dengan dapat diatasi dengan mencegah kebutaan,
perubahan kriteria : Dorong klien menghadapi
struktur mata Klien tidak lemah mengekspresikan kemungkinan atau
dan saraf mata Nyeri, merah perasaan tentang pengalaman
bengkak pada mata kehilangan/ kehilangan
berkurang kemungkinan penglihatan sebagai
TIO normal : 15- kehilangan atau total. Meskipun
25 mmHg penglihatan kehilangan
TTV stabil : penglihatan telah
TD : 140/90 terjadi tidak dapat
mmHg diperbaiki (meskipun
S : 37oC dengan pengobatan)
R : 18 x / menit kehilangan lanjut
Nadi : 60 x / menit dapat dicegah.
Mempertahankan Nyeri dapat
lapang penglihatan Observasi TTV mempengaruhi TTV
tanpa kehilangan
lebih lanjut Mengontrol TIO,
Tunjukkan mencegah kehilangan
pemberian tetes penglihatan lebih
mata, contoh lanjut.
menghitung
tetesan, mengikuti Menurunkan bahaya
jadwal dan keamanan sehubungan
memperhatikan dengan perubahan
dosis. lapang pandang/
Lakukan tindakan kehilangan
untuk membantu penglihatan dan
klien menangani akomodasi pupil
keterbatasan terhadap sinar
penglihatan, lingkungan.
contoh : kurang
kekacauan, atur
perabot, mengatur Membuat kontraksi
penerangan. otot sfingter iris,
mendalamkan bilik
Kolaborasi : anterior dan
Miotik (sampai mendilatasi pembuluh
pupil keluar traktus selama
dikontriksikan) serangan akut /
sebelum pembedahan.
Menurunkan sekresi
akuos humor dan
menurunkan TIO.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius. FKUI.
Smetlzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.
Marilynn E. Doenges . 2000. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta : EGC