STTN 2017
PENGEREMAN MOTOR DC
I. Maksud percobaan :
1. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor DC dengan cara Regeneratif.
2. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor DC dengan cara Pluging.
3. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor DC dengan cara Dinamik.
III.Teori :
Pengereman motor DC hampir sama dengan pengereman motor 3 fasa, yaitu dapat di lakukan
dengan tiga cara yaitu Regeneratif, Pluging, dan Dinamik
V. PERCOBAAN
A. Regeneratif
1. Buatlah rangkaian pengereman regeneratif untuk motor SERI sebagai berikut:
A +
IA RS
R
M RA
S M Vt
3 fasa
T
B. Plugging.
1. Buatlah rangkaian pengereman plugging untuk motor SHUNT sebagai berikut :
+ Vt -
A Fasa
fuse
K1 K2 Over load 95
98
96
Stop
Breake
NO
Tahanan seri On K1 K2
0 - 120 ohm
Breake T T
RSh M NC
RA K1 K2
N
a. Diagram Utama Pengereman Plugging. B. Diagram Pengendali.
2. Aturlah Vt hingga putaran mencapai 1000 rpm.
3. Cobalah dahulu pengendali sebelum dirangkai dengan motor.
4. Hidupkan motor dengan menekan tombol On, catat arusnya.
5. Matikan motor dengan menggunakan tombol Stop.
6. Catat waktu motor DC berhenti tanpa rem.
7. Aturlah tahanan seri pada 60 ohm.
8. Atur pula timer kurang lebih 6 detik.
9. By pass terlebih dahulu ampere meter.
10. Hidupkan motor, kemudian hentikan motor dengan tombol breake.
11. Amati apa yang terjadi, apabila pengaturan timer terlalu cepat atau terlalu lambat, atur
sedikit-demi sedikit sehingga motor benar-benar berhenti.
12. Pasang kembali ampere meter.
13. Lakukan percobaan sekali lagi, dan catat arus dan waktu berhenti saat di rem.
14. Lakukan percobaan seperti diatas dengan mengganti tahanan pada 120 ohm.
15. Lakukan percobaan untuk motor SERI, KOMPON PANJANG dan KOMPON PENDEK.
C. Dinamik.
1. Buatlah rangkaian pengereman Dinamik untuk motor DC KOMPON PENDEK sebagai berikut
:
+ Vt - Tahanan beban
Fasa
0 - 120 ohm fuse
Over load 95
98
K1 K2 96
Stop
Breake
NO
On K1 K2
A
RSh
Breake T T
NC
RA K1 K2
RS
M
N
PENGEREMAN MOTOR AC
I. Maksud percobaan :
4. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor 3 fasa dengan cara Regeneratif.
5. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor 3 fasa dengan cara Pluging.
6. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor 3 fasa dengan cara Dinamik.
III.Teori :
Pengereman motor induksi pada dasarnya adalah sama dengan pengereman motor DC yaitu
dengan cara : Regeneratif, Pluging, dan Dinamik.
VI. PERCOBAAN
D. Pengereman Regeneratif.
11. Buatlah rangkaian pengereman berikut:
R S T R S T
A
K1 K2
kopel
M1 M2
3 Fasa 3 Fasa
12. Hidupkan motor 1 dengan kontaktor K1, catat arus, rpm dan arah putarannya.
13. Matikan motor 1.
14. Hidupkan motor 2 dengan K2.
15. Atur putaran motor 2 searah dengan motor 1, catat arus dan rpm nya.
16. Matikan motor 2.
17. Hidupkan motor 1, setelah beberapa saat kemudian hidupkan motor 2.
18. Amati dan catat arus dan rpm nya.
19. Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut.
E. Pengereman Plugging.
1. Buatlah rangkaian pengereman berikut:
R S T Fasa
fuse
Over load 95
98
96
K1 K2
Stop
Breake
NO
On K1 K2
A
Tahanan seri
M Breake T T
750 – 1500 ohm
3 Fasa NC
K1 K2
Motor yang di
rem 2700 rpm
N
Gambar 4.2 Diagram utama dan diagram pengendali pengereman plugging.
R S T DC 40V
+ -
K1 K2 K2 K2
w v u x y z
A
u v w
x y z
Motor yang di
rem 2700 rpm
u u
x x
z y V DC z y V DC
w v w v
(a) (b)
Gambar 4.3 Rangkaian utama pengereman dinamik. Gambar (a) dan (b) merupakan gambar
hubungan medan stator saat dilakukan pengereman dengan menggunakan arus DC. Gambar (c)
merupakan diagram pengendali dari rangkaian pengereman Dinamik.
Fasa
fuse
Over load 95
98
96
Stop
Breake
NO
On K1 K3
Breake T T
NC
K1 K2 K3 K4
(c)
I. Maksud percobaan :
7. Mengatur kecepatan putaran motor DC dengan merubah tegangan sumber (U).
8. Mengatur kecepatan putaran motor DC dengan merubah arus jangkar (Ia).
9. Mengatur kecepatan putaran motor DC dengan merubah arus medan (If).
II. Sarana yang diperlukan :
14. Motor DC dengan dua belitan medan.
15. Panel percobaan LAK.
16. 2 buah multimeter.
17. Rheostat.
18. Tachometer.
19. Unit Beban.
III.Teori :
Pengaturan kecepatan memegang peranan penting dalam motor arus searah, karena motor arus
searah mempunyai karakteristik kopel kecepatan yang menguntungkan disbanding motor lainnya.
Telah diketahui bahwa untuk motor arus searah dapat diturunkan rumus sebagai berikut :
Ea Cn , Ea Vt Ia.Ra
Vt Ia .Ra
n
C
Dari persamaan tersebut, dapat dilihat bahwa kecepatan (n) dapat diatur dengan mengubah-
ubah beasaran , Ra, atau Vt.
VII. PERCOBAAN
G. Mengatur tegangan sumber (Vt).
20. Buatlah rangkaian pengaturan kecepatan untuk motor SERI sebagai berikut:
+
IA RS
M RA
Vt
IA +
Rheostat
ISh
M RSh
RA
+
IA Rheostat
Ish
M
RA RSh
RS
I. Maksud percobaan :
10. Mengatur kecepatan putaran motor 3 fasa dengan merubah frekuensi (f).
11. Mengatur kecepatan putaran motor 3 fasa dengan merubah jumlah kutub (p).
12. Mengatur kecepatan putaran motor 3 fasa dengan merubah tahanan rotor (Ra).
III.Teori :
Pengaturan kecepatan motor induksi ada berbagai macam cara, sesuai rumus dibawah ini :
(1) n2 ( 1 s )n1
120 f
n1
p
E 2 E1( R 2 SX 2 )
(2) n
jk 0
Dari persamaan (1) terlihat bahwa motor induksi dapat diatur kecepatannya bila kecepatan
medan stator (n1) di ubah.
Kecepatan putar medan stator ini dapat diubah dengan cara :
a. Mengubah frekuensi (f) yang masuk ke motor.
b. Mengubah jumlah pole (p) dari motor.
Dari persamaan (2) terlihat bahwa motor induksi dapat diatur kecepatannya bila merubah ggl
rotor. Gaya gerak listrik pada rotor ini dapat diubah dengan cara :
a. Mengubah GGL rotor (E2).
b. Mengubah tahanan rotor (R2).
M
R 3 Fasa
T
Gambar 1.a. Hubungan Delta () pada motor kutub ganda.
Apabila lilitan dihubungkan seperti gambar 1.a, motor akan memiliki kecepatan yang rendah karena
jumlah pole nya menjadi lebih banyak, karena stator motor terhubung secara delta.
YY
M
3 Fasa
T
Gambar 1.b. Hubungan Bitang-bintang (YY) pada motor kutub ganda.
Sedangkan bila lilitan dihubungkan seperti gambar 1.b, motor akan memiliki kecepatan yang lebih
tinggi karena hanya terdiri dari kutub tunggal yang terdiri dari 2 kutub terpasang secara parallel
dengan hubungan bintang-bintang.
3. Pengaturan Kecepatan dengan merubah tahanan rotor (R2).
Pengaturan kecepatan dengan cara ini hanya dapat dilakukan pada motor induksi rotor lilit, dimana
perubahan tahanan rotor dilakukan dari luar oleh rheostat/tahanan variabel melalui cincin
gesernya.
Motor induksi jenis ini memiliki rotor dengan belitan kumparan 3 fasa sama seperti kumparan
statornya. Penambahan variabel tahanan pada belitan rotor selain akan mendapatkan pengaturan
putaran motor, diperlukan pula untuk membatasi arus mula yang besar pada saat start.
VIII. PERCOBAAN
J. Mengatur frekuensi (f).
A.1. Seting generator sebagai penyedia daya untuk pengaturan frekuensi.
30. Buatlah simulasi generator seperti gambar berikut:
Tegangan motor Vt
penggerak
0 – 240 V DC
Eksitasi Generator
Vf
0 – 30 V DC
Kopel
M G
DC 3 fasa
seri
F V
K1
Tegangan out-put
R S T Generator
31. Buatlah rangkaian seperti diatas, rangkai motor DC seri sebagai penggerak generator, dan
siapkan sumber (Vt) DC 0 – 240 V sebagai pensupply nya. Kopelkan dengan generator 3 fasa.
32. Generator dihubung bintang, dan siapkan eksitasinya (Vf) DC 0 – 30 V.
33. Out-put dari generator dihubungkan ke alat pengaman thermis / saklar 3 fasa, dan pasang
volt meter dan frekuensi meter seperti pada gambar.
34. Hidupkan motor penggerak (motor dc seri) dengan mengatur tegangan masuk, sehingga
putarannya mencapai 1500 rpm.
35. Berikan supply eksitasi (Vf) untuk generator, sehingga tegangan output 380 V.
36. Aturlah frekuernsi generator hingga 50 Hz dengan mengatur tegangan masuk motor
penggerak (Vt).
37. Dengan demikian peralatan pengaturan frekuensi telah siap dipergunakan.
A.2. Pelaksanaan pengaturan kecepatan.
38. Setelah peralatan pengaturan siap digunakan, maka hubungkanlah output dari generator
tersebut pada motor 3 fasa yang akan diatur kecepatannya.
39. Hidupkan motor tersebut dengan menghidupkan saklar 3 fasa. Pada start awal akan terjadi
drop untuk beberapa saat, biarkan dahulu hingga motor berjalan normal.
40. Setelah berjalan normal, terjadi penurunan tegangan dan frekuensi. Atur kembali tegangan
dan frekuensi tersebut dengan mengatur Vt dan Vf hingga dicapai F = 48 Hz, dan V = 380
V.
41. Catatlah parameter motor 3 fasa yang di atur kecepatannya tersebut.
42. Lakukan percobaan untuk F = 48 s/d 52 Hz. Perlu diperhatikan bahwa mengatur frekuensi
generator akan diiringi dengan kenaikan tegangan, oleh karena itu pada saat mengatur
frekuensi generator tegangan output generator harus di amati pula, dan diatur sehingga
tegangannya tetap 380 V.
43. Setelah selesai, matikan peralatan secara berurutan sebagai berikut : putuskan hubungan
saklar 3 fasa, matikan ektasi generator, baru kemudian matikan motor penggerak.
44. Buatlah grafik pengaturan kecepatan f Vs n.
R S T
K1 K2
M
3 Fasa
2. Hidupkan kontaktor 1, motor akan berjalan dengan dengan kutub ganda dan tersambung
delta ().
3. Catatlah arus (I) dan putarannya (n)
4. Matikan kontaktor 1
5. Hidupkan kontaktor 2, motor akan berjalan dengan kutub ganda yang terhubung bintang-
bintang (YY).
6. Catat arus (I) dan putaranya (n).
L. Mengatur putaran dengan merubah tahanan rotor (R2).
1. Buatlah rangkaian pengaturan kecepatan sebagai berikut :
R S T
Rheostat
K L M
M
3
IX. Tugas.
1. Dari berbagai cara pengaturan kecepatan, manakah yang menurut saudara paling mudah,
menguntungkan dan paling baik.
2. Gambarkan karakteristik pengaturan kecepatan tersebut.
Laporan Praktikum MESIN LISTRIK
STTN 2017
I. Maksud percobaan :
13. Menentukan seluruh besaran motor induksi secara grafis.
III.Teori :
Pada setiap ada perubahan beban, slip motor induksi juga akan berubah. Maka seluruh besaran
motor juga akan berubah. Hal ini dirasa kurang praktis sebab harus dilakukan perhitungan-perhitungan
yang baru. Untuk itu ada suatu cara yang lebih praktis yaitu dengan membuat diagram lingkaran dari
motor tersebut. Diagram lingkaran ini adalah merupakan tempat kedudukan arus beban I 2 maupun I1
dari motor.
Untuk membuat diagram lingkaran suatu motor, harus dilakukan percobaan-percobaan :
1. Tanpa beban (no load).
2. Rotor ditahan (seperti percobaan hubung singkat pada trafo).
Dari percobaan tanpa beban diperoleh I0 dan cos 0.
Dari percobaan rotor ditahan diperoleh I1 dan cos 1, s = 1.
Untuk mendapatkan titik pusat lingkaran, garis I2 dibagi 2 dan dari titik tersebut ditarik garis tegak
lurus, maka diperoleh titik M.
Lingkaran ini merupakan tempat kedudukan arus I2, sebab :
I2 = A sin 2 ~ mendekati lingkaran
A V 1
, sebagai garis tengah lingkaran
X1 X 2
Pada waktu percobaan tanpa beban, arus masuk I 1 sama dengan arus tanpa beban I0 sebab :
I1 – I0 kecil
Drop di stator kecil.
Pada waktu percobaan rotor ditahan, tidak boleh dilakukan dengan tegangan penuh tetapi dengan V t,
sehingga :
I 1
V n It
V t
I1 = arus masuk sesungguhnya bila dilakukan blok rotor
Vn = tegangan penuh
Vt = tegangan test (puluhan volt)
It = arus masuk waktu test
IV. Percobaan :
Watt
Vt
Sumbu
Rotor
STATOR ROTOR
Gambar 1. Simulasi Motor Induksi.
Buatlah rangkaian percobaan motor tanpa beban seperti pada gambar diatas.
Pasanglah alat-alat ukur voltmeter, cos -meter, wattmeter dan amperemeter sesuai dengan
parameter yang akan diukur.
Masukkan tegangan pada tegangan rated motor yang diuji dan lakukan pengukuran data
parameter motor tersebut.
Lakukan pengukuran dan catat V1, cos 0, P dan I1.
s n n
1 2
x100%
n 1
Rangkaian no. 1 dipakai kembali untuk melakukan test ini.
Berikan beban pada motor pada beban rated motor tersebut.
Masukkan tegangan sumber pada tegangan rated motor.
Catat hasil pengukuran dari percobaan yang dilakukan.
V. Pertanyaan :
1. Pada waktu percobaan rotor ditahan, mengapa :
a. Tidak boleh dilakukan dengan tegangan penuh dari rotor?
b. Tidak boleh dilakukan dalam waktu yang lama?
2. Pada waktu membuat laporan, hitunglah daya-daya motor, slip, torsi, efisiensi dan sebagainya
(pada waktu motor dibebani) secara grafis!
2
S=1
1
I2’
I2 I1’
I1
I0 S=0
0
TRANSFORMATOR 3 FASA
I. Maksud percobaan :
14. Memahami prinsip kerja pembebanan berbagai jenis hubungan transformator 3 phase.
III.Teori :
Traformator 3 phasa digunakan karena pertimbangan ekonomi. Pemakaian inti trafo 3 phasa
akan lebih sedikit dibandingkan dengan pemakaian tiga buah trafo tunggal.
Setiap sisi primer atau sekunder trafo 3 phasa dapat dihubungkan menurut 2 cara, yaitu
hubung bintang (Y) dan hubung delta (). Selain ini masih ada hubungan lain, misalnya :
- open delta atau V
- hubungan T
- hubungan scott, dll.
Dalam percobaan praktikum 3 phase, dibuat rangkaian trafo 3 phase dari 3 buah trafo 1
phase.
A. Hubungan Y – Y
TT TR
V1 V2
Skema hubungan Y-Y ditunjukkan seperti gambar di atas. Diagram phase yang bersangkutan adalah
seperti ditunjukkan pada gambar sampingnya. Untuk tegangan (V) antar phase, tegangan antara
terminal kumparan tiap trafo hanyalah –(1/3) V. sedangkan arus pada kumparan sama besarnya
arus jala-jala. Itu berarti bahwa kumparan dapat dibuat dengan jumlah lilitan yan sedikit kurang.
Sedangkan kawatnya sedikit tebal, hingga isolasi dapat lebih murah dan kekuatan mekanis kumparan
dapat lebih besar. Untuk trafo-trafo tegangan tinggi, hal tersebut menguntungkan.
B. Hubungan -
TT TR
V1 V2
Skema hubungan - ditunjukkan pada gambar di atas. Sisi primer dan sisi sekunder tersambung.
Lilitan-lilitan primer maupun sekunder harus mampu menahan tegangan penuh jaring-jaring. Antara
tegangan jaring-jaring primer dan sekunder tidak berubah kedudukannya, arah sama.
C. Hubungan - Y
TT TR
V1 V2
Hubungan delta dapat memberikan jalan bagi arus harmonic ketiga arus magnetisasi. Arus harmonic
ketiga sephase mempunyai phase yang sama, bersirkulasi pada kumparan yang dihubungkan delta
tersebut, sehingga tegangan trafo tidak mengalami distorsi harmonic ketiga. Jika pada untai delta
dipasang Amperemeter, instrument ini akan mengukur jumlah ketiga harmonic tersebut.
D. Hubungan Y – Z dan - Z
Hubungan Z diperlukan untuk mengatasi terjadinya arus beban yang tidak selalu setimban sehingga
tegangan tiap phase tidak stabil karena titik nol selalu berubah mengikuti perubahan beban.
Rangkaian trafo hubungan zig-zag, Y-Z dan -Z dapat dilihat pada gambar berikut.
R u S v T w
e1 e2 e3
e4 e5 e6
nol
e1 e2 e3
Trafo Hubungan Y - Z
R u S v T w
e1 e2 e3
e4 e5 e6
nol
e1 e2 e3
Trafo Hubungan - Z
Prinsip kerjanya adalah lilitan primer bisa dihubungkan segitiga ataupun hubungan bintang,
sedangkan sekunder dihubung zig-zag.
Cara-cara penyambungan sebagai berikut :
Untuk lilitan sekunder, terdiri dari dua lilitan dengan hubungan sbb:
e1 dihubungkan dengan e2
e2 dihubungkan dengan e3
e3 dihubungkan dengan e1
sedangkan lilitan primer e4, e5, e6 dihubungkan secara bintang atau delta.
X. PERCOBAAN
48. Buat rangkaian transformator 3 phase dengan hubungan Y-Y dan dibebani dengan beban yang
tidak setimbang. Ukur dan catat tegangan primer phase nol serta phase-phase. Demikian juga
dengan tegangan dan arus sekundernya.
49. Seperti pada percobaan 1, lakukan terhadap hubungan -.
50. Seperti pada percobaan 1, lakukan terhadap hubungan -Y.
51. Seperti pada percobaan 1, lakukan terhadap hubungan Y-Z.
52. Seperti pada percobaan 1, lakukan terhadap hubungan -Z.
Laporan Praktikum MESIN LISTRIK
STTN 2017
I. Maksud percobaan :
15. Mengoperasikan kerja paralel Generator 3 Fasa sesuai dengan petunjuk pengoperasian dengan
benar.
16. Mengoperasikan kerja paralel Generator 3 Fasa untuk memperoleh kapasitas daya listrik yang
lebih besar serta untuk pemeliharaan dan perawatan.
III.Teori :
Generator 3 fasa yang akan kita lakukan kerja paralel, haruslah kita atur dahulu agar memenuhi
syarat kebutuhan beban yang akan di suplai. Antara lain yaitu tegangan (volt), frekuensi (Hz) dan
kebutuhan daya (watt) yang disesuaikan dengan beban.
Tegangan kerja dari beban listrik untuk 3 fasa yaitu 380 volt, yang diukur dari tegangan antar
fase nya. Kemudian frekuensi energi listrik yang dipakai di Indonesia adalah 50 Hz. Kondisi seperti ini
yang harus dipenuhi terlebih dahulu apabila kita hendak memparalelkan dua buah generator 3 fasa.
1. Mengatur Generator.
Tahap persiapan adalah tahap dimana dua buah generator yang akan diparalelkan diatur
sedemikian rupa sehingga diperoleh teganan dan frekuensi dari kedua generator sudah diperoleh.
Cara mengatur tegangan dan frekuensi dari kedua generator tersebut adalah :
a. Mengatur Tegangan.
Seperti apa yang telah kita ketahui tentang teori dari suatu generator, maka guna penguatan
kutub-kutub magnet pada rotor, membutuhkan tegangan DC (arus searah) yang kita kenal
dengan Eksitasi.
Setelah generator dijalankan dengan tenaga penggerak seperti diesel, motor bensin maupun
motor DC, Generator Tegangan kutub-kutub magnet sama dengan 0 volt, karena belum
terbentuk arus penguatan kutub-kutub magnet Generator. Tegangan kutub-kutub generator
ini ditentukan oleh besarnya arus daya magnet If dari rotor generator.
Dilihat pada rumus pembentukan tegangan pada generator yaitu :
E1 R2 SX 2 E 2 n jk 0
Dimana E1 = GGL Stator
E2 = GGL Rotor
n = Putaran motor
jk 0 = Konstanta rotor
R2 = Tahanan rotor
Dengan melihat rumus diatas, dapat kita simpulkan bahwa tegangan stator atau tegangan
medan magnit akan terbentuk bila ada tegangan rotor.
Untuk memberikan penguatan medan-medan magnit pada generator, kita berikan arus
eksitasi If pada rotor dengan tegangan DC sedikit-demi sedikit. Sehingga akan timbul
interaksi induksi listrik pada medan stator (kutub magnet), dan mulai memberikan arus
penguatan pada kutub-kutub magnet generator yang menyebabkan tegangan generator akan
naik sesuai yang dikehendaki.
Besar-kecilnya arus penguatan (If) akan menentukan besar-kecilnya tegangan generatornya.
b. Mengatur Frekuensi
Pengertian frekuensi adalah jumlah ayunan atau gelombang arus bolak-balik tiap detik.
Dengan menggunakan frekuensimeter kita dapat mengetahui besarnya frekuensi dari suatu
generatoryang sedang berputar. Frekuensi dari generator ditentukan oleh jumlah putaran
per menit (n) dan banyaknya pasang kutub (p) di sekeliling rotornya. Sehingga frekuensi
ditentukan oleh :
pn
f
60
Dengan ketentuan diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa besarnya frekuensi dari
generator tergantung pada jumlah putaran tiap menitnya. Sedangkan kutub-kutub magnet
dari generator selalu tetap dan tidak akan selalu berubah-ubah.
Karena putaran generator ini degerakkan oleh tenaga penggerak (dalam praktek di lakukan
oleh motor DC shunt), maka besarnya frekuensi generator ditentukan oleh kecepatan putaran
dari motor DC penggerak tersebut. Pada prinsipnya untuk mengatur kecepatan putaran motor
DC dapat dilakukan bermacam cara, salah satunya dengan mengatur tegangan dari motor DC
tersebut. Namun apabila kita lihat pada persamaan yang pertama, maka putaran motor juga
akan mempengaruhi tegangan generator.
t1 t2 t3
II Jalannya fase dan tegangan dari
tiap generator saling berlawanan
arah.
I
t4 t5
I Tegangan dari generator-generator
II belum se fasa. Tegangan dari GII
masih terbelakang dari dari GI.
t6 t7 t8 t9
Antara saat t7 dan saat t8
I adalah sefase. (tegangan saling
II
se fasa).
Apabila ke-4 (empat) syarat tersebut tercapai, maka dapat kita lakukan pemaralelan kedua
generator tersebut.
Karena kedua generator tersebut telah bekerja paralel bersama-sama, maka otomatis tidak akan
ada lagi perbedaan tegangan, frekuensi maupun fase. Sehingga jarum voltmeter nol akan menunjuk
pada posisi nol.
Kerja paralel ini dapat dilakukan pada kondisi tanpa beban, dapat juga pada saat generator
menyuplai beban. Dapat juga dilakukan untuk menjaga kontinuitas pelayanan apabila ada generator
yang perlu dihentikan karena harus istirahat atau perbaikan, namun beban tetap mendapat suplai
tenaga. Caranya adalah dengan memparalelkan generator yang baru, kemudian setelah kedua
generator terparalel, baru generator yang perlu perawatan dilepas dari jala-jala dan kemudian
dihentikan, dan beban selalu tetap mendapatkan tenaga listrik.
XI. PERCOBAAN
M. Paralel generator tanpa beban.
53. Buatlah rangkaian percobaan paralel generator sebagai berikut:
Kopel Kopel
M1 G1 G2 M2
DC 3 fasa 3 fasa DC
seri seri
V1 V2
Tegangan out-put A A Tegangan out-put
Generator 1 F1 F2 Generator 2
K1 K2
R S T T S R
oV
Sinkron
K3 meter
R KE
S BEBAN
T
PARALEL GENERATOR DC
I. Maksud percobaan :
17. Membuat watak luar dari dua buah Generator DC pemacu terpisah sebagai syarat paralel
Generator DC.
18. Mengoperasikan kerja Paralel dua buah generator DC pemacu terpisah pada keadaan tanpa
beban.
19. Mengoperasikan kerja Paralel dua buah generator DC pemacu terpisah pada keadaan berbeban.
III.Teori :
Kerja paralel Generator DC shunt harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Tegangan terminal Generator harus sama.
2. Polaritas terminal generator harus sama.
3. Watak luar Generator sama / hampir sama.
Generator DC shunt pemacu terpisah bekerja berdasarkan interaksi medan magnet yang
ditimbulkan oleh arus eksitasi atau arus pemacu dengan putaran kawat konduktor.
Tegangan terminal yang dihasilkan berbanding lurus terhadap konstanta mesin, putaran dan
fluks magnet yang dihasilkan adalah :
E Cn
Dimana : E = Tegangan terminal
C = Konstanta mesin
n = putaran
Φ = fluks magnet
Watak luar Generator DC shunt, yakni tegangan terminal fungsi arus beban, dengan arus
eksitasi yang konstan, mengikuti kurve sebagai berikut :
U
U0
Un
IL
In
Sebagaimana terlihat dari kurve karakteristik diatas, pada saat arus beban bertambah besar,
maka tegangan terminal akan turun mendekati linier, dimana turun tegangan tersebut disebabkan rugi-
rugi tembaga (Cu) pada kumparan jangkar dan adanya reaksi jangkar.
Regulasi pada Generator DC didefinisikan sebagai :
U0 Un
Vr 100%
Un
U0A = U0B
UAn
UT
UBn
GA
GB
IL
IA Ia Ib IB
Kerja paralel Generator DC shunt akan tergantung dari watak luar masing-masing Generator
yang dikerjakan paralel.
Daya total dari kedua Generator kerja paralel dapat dituliskan sebagai berikut :
Pt U t I t
U0B Generator B
Ib
UT
IB
UBn
Generator A
U0A
Ia
UT
IB
UAn
XII. PERCOBAAN
O. Watak luar Generator DC shunt pemacu terpisah.
71. Buatlah rangkaian percobaan untuk menentukan watak luar dari masing-masing Generator
A dan B seperti gambar berikut :
Beban
K3
K1 K2
A V A V
Kopel Kopel
M GA M GB
If If
GA GB
72. Operasikan Generator A, n = 2700 rpm, berikan arus eksitasi (If) hingga tegangan
Generator A = 50 volt.
73. Hubungkan saklar K1
74. Atur Beban pada tahanan yang paling besar.
75. Hubungkan K3, catat arus dan tegangan Generator A.
76. Atur beban sedikit-demi sedikit untuk mendapatkan watak luar Generator A, catat arus
dan tegangannya tiap titik beban.
77. Apabila sudah didapatkan data watak luar Generator A, Matikan K3 dabn K1.
78. Ulangi percobaan untuk mendapatkan watak luar Generator B.
79. Buatlah grafik watak luar Generator shunt A dan B.