Anda di halaman 1dari 33

Laporan Praktikum MESIN LISTRIK

STTN 2017

PENGEREMAN MOTOR DC

I. Maksud percobaan :
1. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor DC dengan cara Regeneratif.
2. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor DC dengan cara Pluging.
3. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor DC dengan cara Dinamik.

II. Sarana yang diperlukan :


1. Motor DC dengan dua belitan medan.
2. Motor 3 fasa sebagai rem generatif 2 kecepatan 1380 rpm dan 2710 rpm.
3. Panel percobaan LAK.
4. 2 buah multimeter.
5. Rheostat.
6. Tachometer.
7. Unit Beban.

III.Teori :
Pengereman motor DC hampir sama dengan pengereman motor 3 fasa, yaitu dapat di lakukan
dengan tiga cara yaitu Regeneratif, Pluging, dan Dinamik

1. Pengereman secara Regeneratif.


Pada pengereman regeneratif, motor dalam keadaan berputar didorong berputar lebih cepat oleh
suatu beban yang memiliki putaran lebih cepat dari motor tersebut. Sehingga seolah olah putaran
yang ditimbulkan karena beban tersebut di hambat atau di rem oleh mesin dari motor tersebut.
Untuk beberapa saat, ggl motor lebih besar dari pada tegangan sumber dan motor mengembalikan
energinya ke jala-jala. Pada saat pengembalian energi tersebut, motor akan mengalami penurunan
kecepatan. Seolah-olah motor bekerja sebagai generator.

2. Pengereman secara Plugging.


Dalam pengereman ini motor yang berputar dibalik putarannya. Pembalikan putaran dapat
dilakukan dengan pembalikan arah arus jangkar atau arus medan.
Pembalikan putaran ini dapat dilakukan dengan bantuan kontaktor magnit. Pada pengereman ini
motor akan berhenti berputar dengan cepat, namun dapat menimbulkan panas yang berlebihan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat digunakan tahanan yang dipasang secara seri dengan
jangkar saat pengereman. Dan agar motor setelah berhenti dengan tepat tanpa terlanjur berputar
berlawanan, kita gunakan timer pada saat pengereman.

3. Pengereman secara Dinamik.


Pengereman ini dilakukan dengan cara melepas stator dari sumber, kemudian dihubungkan dengan
sumber DC.
Sehingga motor mengalami pengereman yang diakibatkan oleh interaksi antara medan magnet
stasioner pada stator karena sumber DC yang diberikan terhadap arus induksi yang tertinggal
pada rotor.

V. PERCOBAAN
A. Regeneratif
1. Buatlah rangkaian pengereman regeneratif untuk motor SERI sebagai berikut:

A +
IA RS
R
M RA
S M Vt
3 fasa
T

2. Tegangan sumber (Vt) pada keadan nol, hidupkan motor DC.


3. Aturlah Vt dari 0 naik sampai motor beputar pada 1000 rpm.
4. Catat arus , putaran dan tegangannya. Matikan motor DC.
5. Hidupkan motor 3 fasa (1380 rpm), dan buatlah putarannya searah dengan motor DC.
Tukarlah salah satu fase dari motor apabila putarannya berlawanan.
6. Catat arus dan putaran motor 3 fase. Matikan motor 3fasa.
7. Hidupkan kembali motor DC, setelah beberapa saat hidupkan motor 3 fasa.
8. Amati apa yang terjadi, catat arus tegangan dan putaran motor DC.
9. Lakukan percobaan untuk kecepatan motor 3 fasa 2710 rpm.
10. Lakukan percobaan untuk motor SHUNT, KOMPON PENDEK dan PANJANG.

B. Plugging.
1. Buatlah rangkaian pengereman plugging untuk motor SHUNT sebagai berikut :
+ Vt -
A Fasa
fuse
K1 K2 Over load 95
98
96
Stop
Breake
NO
Tahanan seri On K1 K2
0 - 120 ohm
Breake T T
RSh M NC
RA K1 K2

N
a. Diagram Utama Pengereman Plugging. B. Diagram Pengendali.
2. Aturlah Vt hingga putaran mencapai 1000 rpm.
3. Cobalah dahulu pengendali sebelum dirangkai dengan motor.
4. Hidupkan motor dengan menekan tombol On, catat arusnya.
5. Matikan motor dengan menggunakan tombol Stop.
6. Catat waktu motor DC berhenti tanpa rem.
7. Aturlah tahanan seri pada 60 ohm.
8. Atur pula timer kurang lebih 6 detik.
9. By pass terlebih dahulu ampere meter.
10. Hidupkan motor, kemudian hentikan motor dengan tombol breake.
11. Amati apa yang terjadi, apabila pengaturan timer terlalu cepat atau terlalu lambat, atur
sedikit-demi sedikit sehingga motor benar-benar berhenti.
12. Pasang kembali ampere meter.
13. Lakukan percobaan sekali lagi, dan catat arus dan waktu berhenti saat di rem.
14. Lakukan percobaan seperti diatas dengan mengganti tahanan pada 120 ohm.
15. Lakukan percobaan untuk motor SERI, KOMPON PANJANG dan KOMPON PENDEK.

C. Dinamik.
1. Buatlah rangkaian pengereman Dinamik untuk motor DC KOMPON PENDEK sebagai berikut
:

+ Vt - Tahanan beban
Fasa
0 - 120 ohm fuse
Over load 95
98
K1 K2 96
Stop
Breake
NO
On K1 K2
A
RSh
Breake T T
NC
RA K1 K2
RS
M
N

a. Diagram Utama Pengereman Dinamik. b. Diagram Pengendali.

2. Aturlah Vt hingga putaran mencapai 1000 rpm.


3. Hidupkan motor dengan menekan tombol On, catat arusnya.
4. Matikan motor dengan menggunakan tombol Stop.
5. Catat waktu motor berhenti tanpa rem.
6. Aturlah tahanan beban pada 60 ohm.
7. Atur pula timer kurang lebih 6 detik.
8. By pass terlebih dahulu ampere meter.
9. Hidupkan motor, kemudian hentikan motor dengan tombol breake.
10. Amati apa yang terjadi, apabila pengaturan timer terlalu cepat atau terlalu lambat, atur
sedikit-demi sedikit sehingga motor benar-benar berhenti.
11. Pasang kembali ampere meter.
12. Lakukan percobaan sekali lagi, dan catat arus dan waktu berhenti saat di rem.
13. Lakukan percobaan untuk tahanan beban 120 ohm.
14. Lakukan percobaan untuk motor SHUNT , SERI dan KOMPON PANJANG.

Laporan Praktikum MESIN LISTRIK


STTN 2017

PENGEREMAN MOTOR AC

I. Maksud percobaan :
4. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor 3 fasa dengan cara Regeneratif.
5. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor 3 fasa dengan cara Pluging.
6. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor 3 fasa dengan cara Dinamik.

II. Sarana yang diperlukan :


8. Motor induksi 3 fasa 2700 rpm.
9. Motor induksi 3 fase 1500 rpm atau motor induksi rotor lilit 1500 rpm.
10. Panel percobaan LAK.
11. Ampere meter.
12. Timer.
13. Stopwatch.

III.Teori :
Pengereman motor induksi pada dasarnya adalah sama dengan pengereman motor DC yaitu
dengan cara : Regeneratif, Pluging, dan Dinamik.

1. Pengereman secara Regeneratif.


Kita ketahui bahwa motor induksi akan mempunyai perbedaan kecepatan antara putaran rotor
dengan putaran medan statornya (sinkron), yang tentunya putaran medan stator akan lebih cepat
dibandingkan putaran rotornya. Perbedaan putaran tersebut kita kenal dengan nama slip (S).
dimana S = n2/n1 x 100%, n2 adalah putaran rotor dan n1 adalah putaran medan statornya.
Suatu motor dapat dikatakan telah mengalami pengereman regeneratif apabila kecepatan motor
(rotor) lebih besar dari kecepatan sinkronnya.
Dengan arah putaran yang sama antara putaran medan stator dan rotor, hal ini dapat terjadi pada
- Motor yang dipakai untuk transport saat jalan turun.
- Motor pesawat angkat saat menurunkan beban.
Kondisi ini dapat kita simulasikan pada dua buah motor yang dipasang dalam satu kopel, dimana
motor yang mula-mula berputar lambat kemudian motor lain yang memiliki kecepatan lebih tinggi
kita hidupkan. Sehingga motor mula yang memiliki putaran lebih lambat akan mengalami
pengereman secara regeneratif atau biasa disebut pengereman mesin.

2. Pengereman secara Plugging.


Motor yang sedang berputar kemudian kita putuskan hubungan listriknya, motor tersebut tidak
akan langsung berhenti berputar. Hal ini dikarenakan masih terdapat gaya sentrifugal yang
tertinggal pada rotornya. Untuk mengurangi atau menghilangkan gaya tersebut dengan cepat, kita
dapat melaksanakan pengereman secara Plugging. Pengereman ini dilakukan dengan cara merubah
secara paksa putaran motor kearah sebaliknya dengan mengubah fase medan statornya, kemudian
setelah motor berhenti, baru kita putuskan hubungan listriknya. Motor tersebut akan berhenti
dengan cepat, namun kelemahannya selain arus yang terjadi terlalu besar yang dapat merusak
motor, juga apabila tidak kita rem secara tepat motor akan terlanjur berputar pada arah yang
berlawanan yang mungkin tidak kita kehendaki.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat menggunakan tahanan yang dipasang seri dengan stator
saat pengereman. Dan agar motor setelah berhenti dengan tepat tanpa terlanjur berputar
berlawanan, kita gunakan timer pada saat pengereman.

3. Pengereman secara Dinamik.


Pengereman ini dilakukan dengan cara melepas stator dari sumber, kemudian dihubungkan dengan
sumber DC.
Sehingga motor mengalami pengereman yang diakibatkan oleh interaksi antara medan magnet
stasioner pada stator karena sumber DC yang diberikan terhadap arus induksi yang tertinggal
pada rotor.

VI. PERCOBAAN
D. Pengereman Regeneratif.
11. Buatlah rangkaian pengereman berikut:

R S T R S T

A
K1 K2

kopel
M1 M2
3 Fasa 3 Fasa

Motor yang di Motor 2700 rpm


rem 1500 rpm

Gambar 4.1 Diagram utama pengereman Regeneratif.

12. Hidupkan motor 1 dengan kontaktor K1, catat arus, rpm dan arah putarannya.
13. Matikan motor 1.
14. Hidupkan motor 2 dengan K2.
15. Atur putaran motor 2 searah dengan motor 1, catat arus dan rpm nya.
16. Matikan motor 2.
17. Hidupkan motor 1, setelah beberapa saat kemudian hidupkan motor 2.
18. Amati dan catat arus dan rpm nya.
19. Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut.

E. Pengereman Plugging.
1. Buatlah rangkaian pengereman berikut:
R S T Fasa
fuse
Over load 95
98
96
K1 K2
Stop
Breake
NO
On K1 K2
A
Tahanan seri
M Breake T T
750 – 1500 ohm
3 Fasa NC
K1 K2
Motor yang di
rem 2700 rpm
N
Gambar 4.2 Diagram utama dan diagram pengendali pengereman plugging.

2. Cobalah dahulu pengendali sebelum dirangkai dengan motor.


3. Hidupkan motor dengan menekan tombol On, catat arusnya.
4. Matikan motor dengan menggunakan tombol Stop.
5. Catat waktu motor berhenti tanpa rem.
6. Aturlah tahanan seri pada 750 ohm.
7. Atur pula timer kurang lebih 6 detik.
8. By pass terlebih dahulu ampere meter.
9. Hidupkan motor, kemudian hentikan motor dengan tombol breake.
10. Amati apa yang terjadi, apabila pengaturan timer terlalu cepat atau terlalu lambat, atur
sedikit-demi sedikit sehingga motor benar-benar berhenti.
11. Pasang kembali ampere meter.
12. Lakukan percobaan sekali lagi, dan catat arus dan waktu berhenti saat di rem.
13. Lakukan percobaan seperti diatas dengan mengganti tahanan pada 1500 ohm.
14. Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan ini.
F. Pengereman Dinamik.
1. Buatlah gambar rangkaian sebagai berikut:

R S T DC 40V
+ -

K1 K2 K2 K2
w v u x y z

A
u v w

x y z
Motor yang di
rem 2700 rpm

u u

x x
z y V DC z y V DC

w v w v

(a) (b)

Gambar 4.3 Rangkaian utama pengereman dinamik. Gambar (a) dan (b) merupakan gambar
hubungan medan stator saat dilakukan pengereman dengan menggunakan arus DC. Gambar (c)
merupakan diagram pengendali dari rangkaian pengereman Dinamik.
Fasa
fuse
Over load 95
98
96
Stop
Breake
NO
On K1 K3

Breake T T
NC
K1 K2 K3 K4

(c)

2. Cobalah dahulu pengendali sebelum dirangkai dengan motor.


3. Hidupkan motor dengan menekan tombol On, catat arusnya.
4. Matikan motor dengan menggunakan tombol Stop.
5. Catat waktu motor berhenti tanpa rem.
6. Aturlah rangkaian medan stator untuk pengereman seperti gambar 4.3 (a).
7. Atur pula timer kurang lebih 6 detik.
8. By pass terlebih dahulu ampere meter.
9. Hidupkan motor, kemudian hentikan motor dengan tombol breake.
10. Amati apa yang terjadi, apabila pengaturan timer terlalu cepat atau terlalu lambat, atur
sedikit-demi sedikit sehingga motor benar-benar berhenti.
11. Pasang kembali ampere meter.
12. Lakukan percobaan sekali lagi, dan catat arus dan waktu berhenti saat di rem.
13. Lakukan percobaan seperti diatas dengan mengganti rangkaian medan stator seperti
gambar 4.3 (b).
14. Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan ini.

Laporan Praktikum MESIN LISTRIK


STTN 2017
PERCOBAAN 06
PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC

I. Maksud percobaan :
7. Mengatur kecepatan putaran motor DC dengan merubah tegangan sumber (U).
8. Mengatur kecepatan putaran motor DC dengan merubah arus jangkar (Ia).
9. Mengatur kecepatan putaran motor DC dengan merubah arus medan (If).
II. Sarana yang diperlukan :
14. Motor DC dengan dua belitan medan.
15. Panel percobaan LAK.
16. 2 buah multimeter.
17. Rheostat.
18. Tachometer.
19. Unit Beban.

III.Teori :
Pengaturan kecepatan memegang peranan penting dalam motor arus searah, karena motor arus
searah mempunyai karakteristik kopel kecepatan yang menguntungkan disbanding motor lainnya.
Telah diketahui bahwa untuk motor arus searah dapat diturunkan rumus sebagai berikut :

Ea  Cn , Ea  Vt  Ia.Ra

Vt  Ia .Ra
n
C

Dari persamaan tersebut, dapat dilihat bahwa kecepatan (n) dapat diatur dengan mengubah-
ubah beasaran  , Ra, atau Vt.

1. Pengaturan Kecepatan dengan mengatur Tegangan (Vt).


Pengaturan ini dikenal sebagai system Ward Leonard. Motor yang dapat diatur kecepatannya
adalah motor DC dengan berpenguatan bebas. Sumber tegangan yang dapat diatur dihasilkan dari
generator G1 dengan penggerak mula biasanya motor induksi. Dengan merubah tahanan medan Rg
pada generator G1 akan mengubah tegangan Vt yang diberikan pada motor DC. Bisa juga digunakan
regulator DC yang dapat di atur besar-kecilnya keluaran tegangan Vt.
Dengan perubahan tegangan Vt ini, dapat menghasilkan suatu pengaturan kecepatan motor yang
halus dan biasanya banyak dipakai untuk menjalankan lift, mesin bubut, dll.

2. Pengaturan Kecepatan dengan mengatur Tahanan Ra.


Pengaturan ini pada prinsipnya mengatur arus yang melewati jangkar. Dapat berupa penyisipan
tahanan variabel yang dipasang seri terhadap tahanan jangkar, sehingga arus yang melewati
jangkar dapat diatur. Sehingga kecepatan motor dapat diatur dengan mengatur tahanan variabel
tersebut.

3. Pengaturan Kecepatan dengan mengatur Medan Shunt ().


Pengaturan medan untuk pengaturan kecepatan adalam mengatur medan Shunt dari motor. Karena
pada motor seri pengaturan tahanan jangkar sama saja mengatur tahanan medan serinya. Oleh
karena itu pengaturan medan dapat dilaksanakan pada motor shunt maupun motor kompon.
Pengaturan medan tersebut hampir sama dengan pengaturan tahanan jangkar, yaitu dengan
menyisipkan tahanan variabel secara seri pada medan shunt. Sehingga dengan mengatur tahanan
variabel tersebut, akan memperikan pengaruh terhadap fluks medan tersebut. Sehingga
kecepatan motor akan dapat diatur dengan mengubah tahanan variabel yang disisipkan pada medan
tersebut.

VII. PERCOBAAN
G. Mengatur tegangan sumber (Vt).

20. Buatlah rangkaian pengaturan kecepatan untuk motor SERI sebagai berikut:

+
IA RS

M RA
Vt

21. Tegangan sumber (Vt) pada keadan nol, hidupkan rangkaian.


22. Aturlah Vt dari 0 naik sampai motor beputar, catat harga Vt, Ia, dan n.
23. Naikkan harga Vt bertahap sampai Vt = 100 volt. Variasi minimal 5 data.
24. Buatlah kurva Vt vs n.
25. Lakukan percobaan untuk motor SHUNT, KOMPON PENDEK dan KOMPON PANJANG.
H. Mengatur tahanan dan arus jangkar (Ia).

1. Buatlah rangkaian pengaturan kecepatan untuk motor SHUNT sebagai berikut :

IA +
Rheostat
ISh

M RSh
RA

2. Tegangan Vt pada posisi nol, hidupkan rangkaian.


3. Aturlah Vt hingga 100 volt.
4. Aturlah Rheostat dari posisi max hingga 0, min 5 data.
5. Catat harga Ia, Vt, dan n
26. Buatlah kurva Ia vs n.
27. Lakukan percobaan untuk motor SERI, KOMPON PANJANG dan KOMPON PENDEK.

I. Mengatur tahanan medan ().


1. Buatlah rangkaian pengaturan kecepatan untuk motor KOMPON PENDEK sebagai berikut :

+
IA Rheostat

Ish
M
RA RSh

RS

2. Tegangan Vt pada posisi nol, hidupkan rangkaian.


3. Aturlah Vt hingga 100 volt.
4. Aturlah Rheostat dari posisi max hingga 0, min 5 data.
5. Catat harga Ish, Vt, dan n
28. Buatlah kurva Ish vs n.
29. Lakukan percobaan untuk motor SHUNT dan KOMPON PANJANG.
Praktikum MESIN LISTRIK
STTN 2017
PERCOBAAN 05
PENGATURAN KECEPATAN MOTOR AC

I. Maksud percobaan :
10. Mengatur kecepatan putaran motor 3 fasa dengan merubah frekuensi (f).
11. Mengatur kecepatan putaran motor 3 fasa dengan merubah jumlah kutub (p).
12. Mengatur kecepatan putaran motor 3 fasa dengan merubah tahanan rotor (Ra).

II. Sarana yang diperlukan :


20. Generator 3 fasa.
21. Motor DC seri penggerak generator.
22. Motor induksi 3 fasa kutub ganda.
23. Motor induksi rotor lilit.
24. Panel percobaan LAK.
25. 3 buah multimeter.
26. Rheostat.
27. Tachometer.
28. Frequensi meter.

III.Teori :
Pengaturan kecepatan motor induksi ada berbagai macam cara, sesuai rumus dibawah ini :

(1) n2  ( 1  s )n1
120 f
n1 
p
E 2  E1( R 2  SX 2 )
(2) n
 jk 0
Dari persamaan (1) terlihat bahwa motor induksi dapat diatur kecepatannya bila kecepatan
medan stator (n1) di ubah.
Kecepatan putar medan stator ini dapat diubah dengan cara :
a. Mengubah frekuensi (f) yang masuk ke motor.
b. Mengubah jumlah pole (p) dari motor.
Dari persamaan (2) terlihat bahwa motor induksi dapat diatur kecepatannya bila merubah ggl
rotor. Gaya gerak listrik pada rotor ini dapat diubah dengan cara :
a. Mengubah GGL rotor (E2).
b. Mengubah tahanan rotor (R2).

1. Pengaturan Kecepatan dengan merubah frekuensi (f).


Mengubah kecepatan motor induksi dengan mengubah frekuensi sumber mudah dilakukan dengan
bantuan peralatan Frekuensi Konverter. Namun karena harganya yang relatif mahal, dan dirasa
kurang ekonomis, maka jarang sekali dilakukan pengaturan dengan metode tersebut.
Pada praktikum pengaturan frekuensi ini dilakukan dengan cara menggunakan motor induksi
rotor lilit yang digunakan sebagai alternator dengan penggerak motor DC, dimana output dari
alternator dengan frekuensi f2 dipakai sebagai sumber motor induksi yang akan diatur kecepatannya.

2. Pengaturan Kecepatan dengan merubah jumlah kutub (p).


Pengaturan kecepatan dengan cara ini hanya dapat dilakukan secara kasar, sebab jumlah pole
(kutub) tidak dapat diubah-ubah secara lancar dan halus. Hal ini dapat dilakukan apabila motor
dirancang untuk dapat diubah jumlah kutubnya seperti motor Dahlander, yaitu motor yang
memiliki kutub ganda (6 lilitan).

M
R 3 Fasa

T
Gambar 1.a. Hubungan Delta () pada motor kutub ganda.

Apabila lilitan dihubungkan seperti gambar 1.a, motor akan memiliki kecepatan yang rendah karena
jumlah pole nya menjadi lebih banyak, karena stator motor terhubung secara delta.

YY

M
3 Fasa

T
Gambar 1.b. Hubungan Bitang-bintang (YY) pada motor kutub ganda.

Sedangkan bila lilitan dihubungkan seperti gambar 1.b, motor akan memiliki kecepatan yang lebih
tinggi karena hanya terdiri dari kutub tunggal yang terdiri dari 2 kutub terpasang secara parallel
dengan hubungan bintang-bintang.
3. Pengaturan Kecepatan dengan merubah tahanan rotor (R2).
Pengaturan kecepatan dengan cara ini hanya dapat dilakukan pada motor induksi rotor lilit, dimana
perubahan tahanan rotor dilakukan dari luar oleh rheostat/tahanan variabel melalui cincin
gesernya.
Motor induksi jenis ini memiliki rotor dengan belitan kumparan 3 fasa sama seperti kumparan
statornya. Penambahan variabel tahanan pada belitan rotor selain akan mendapatkan pengaturan
putaran motor, diperlukan pula untuk membatasi arus mula yang besar pada saat start.

VIII. PERCOBAAN
J. Mengatur frekuensi (f).
A.1. Seting generator sebagai penyedia daya untuk pengaturan frekuensi.
30. Buatlah simulasi generator seperti gambar berikut:

Tegangan motor Vt
penggerak
0 – 240 V DC
Eksitasi Generator

Vf
0 – 30 V DC
Kopel

M G
DC 3 fasa
seri

F V

K1

Tegangan out-put
R S T Generator

31. Buatlah rangkaian seperti diatas, rangkai motor DC seri sebagai penggerak generator, dan
siapkan sumber (Vt) DC 0 – 240 V sebagai pensupply nya. Kopelkan dengan generator 3 fasa.
32. Generator dihubung bintang, dan siapkan eksitasinya (Vf) DC 0 – 30 V.
33. Out-put dari generator dihubungkan ke alat pengaman thermis / saklar 3 fasa, dan pasang
volt meter dan frekuensi meter seperti pada gambar.
34. Hidupkan motor penggerak (motor dc seri) dengan mengatur tegangan masuk, sehingga
putarannya mencapai  1500 rpm.
35. Berikan supply eksitasi (Vf) untuk generator, sehingga tegangan output 380 V.
36. Aturlah frekuernsi generator hingga 50 Hz dengan mengatur tegangan masuk motor
penggerak (Vt).
37. Dengan demikian peralatan pengaturan frekuensi telah siap dipergunakan.
A.2. Pelaksanaan pengaturan kecepatan.
38. Setelah peralatan pengaturan siap digunakan, maka hubungkanlah output dari generator
tersebut pada motor 3 fasa yang akan diatur kecepatannya.
39. Hidupkan motor tersebut dengan menghidupkan saklar 3 fasa. Pada start awal akan terjadi
drop untuk beberapa saat, biarkan dahulu hingga motor berjalan normal.
40. Setelah berjalan normal, terjadi penurunan tegangan dan frekuensi. Atur kembali tegangan
dan frekuensi tersebut dengan mengatur Vt dan Vf hingga dicapai F = 48 Hz, dan V = 380
V.
41. Catatlah parameter motor 3 fasa yang di atur kecepatannya tersebut.
42. Lakukan percobaan untuk F = 48 s/d 52 Hz. Perlu diperhatikan bahwa mengatur frekuensi
generator akan diiringi dengan kenaikan tegangan, oleh karena itu pada saat mengatur
frekuensi generator tegangan output generator harus di amati pula, dan diatur sehingga
tegangannya tetap 380 V.
43. Setelah selesai, matikan peralatan secara berurutan sebagai berikut : putuskan hubungan
saklar 3 fasa, matikan ektasi generator, baru kemudian matikan motor penggerak.
44. Buatlah grafik pengaturan kecepatan f Vs n.

K. Mengatur putaran dengan merubah jumlah kutub (p).


1. Buatlah rangkaian pengaturan kecepatan sebagai berikut :

R S T

K1 K2

M
3 Fasa

2. Hidupkan kontaktor 1, motor akan berjalan dengan dengan kutub ganda dan tersambung
delta ().
3. Catatlah arus (I) dan putarannya (n)
4. Matikan kontaktor 1
5. Hidupkan kontaktor 2, motor akan berjalan dengan kutub ganda yang terhubung bintang-
bintang (YY).
6. Catat arus (I) dan putaranya (n).
L. Mengatur putaran dengan merubah tahanan rotor (R2).
1. Buatlah rangkaian pengaturan kecepatan sebagai berikut :

R S T

Rheostat

K L M

M
3

2. Aturlah rheostat pada posisi paling besar.


3. Hubungkan motor secara bintang.
4. Hidupkan rangkaian, catat parameternya pada lembar pengamatan.
5. Lakukan pengamatan untuk pengaturan rheostat berurutan sampai 0.
6. Buatlah grafik I2 vs n.

IX. Tugas.
1. Dari berbagai cara pengaturan kecepatan, manakah yang menurut saudara paling mudah,
menguntungkan dan paling baik.
2. Gambarkan karakteristik pengaturan kecepatan tersebut.
Laporan Praktikum MESIN LISTRIK
STTN 2017

DIAGRAM LINGKARAN MOTOR INDUKSI

I. Maksud percobaan :
13. Menentukan seluruh besaran motor induksi secara grafis.

II. Sarana yang diperlukan :


29. Motor Induksi 1 fasa.
30. Motor Induksi 3 fasa.
31. Panel percobaan LAK.
32. 3 buah multimeter.
33. Rheostat.
34. Tachometer.
35. Unit beban.

III.Teori :

Pada setiap ada perubahan beban, slip motor induksi juga akan berubah. Maka seluruh besaran
motor juga akan berubah. Hal ini dirasa kurang praktis sebab harus dilakukan perhitungan-perhitungan
yang baru. Untuk itu ada suatu cara yang lebih praktis yaitu dengan membuat diagram lingkaran dari
motor tersebut. Diagram lingkaran ini adalah merupakan tempat kedudukan arus beban I 2 maupun I1
dari motor.
Untuk membuat diagram lingkaran suatu motor, harus dilakukan percobaan-percobaan :
1. Tanpa beban (no load).
2. Rotor ditahan (seperti percobaan hubung singkat pada trafo).
 Dari percobaan tanpa beban diperoleh I0 dan cos 0.
 Dari percobaan rotor ditahan diperoleh I1 dan cos 1, s = 1.
Untuk mendapatkan titik pusat lingkaran, garis I2 dibagi 2 dan dari titik tersebut ditarik garis tegak
lurus, maka diperoleh titik M.
Lingkaran ini merupakan tempat kedudukan arus I2, sebab :
I2 = A sin 2 ~ mendekati lingkaran

A V 1
, sebagai garis tengah lingkaran
X1  X 2
Pada waktu percobaan tanpa beban, arus masuk I 1 sama dengan arus tanpa beban I0 sebab :
 I1 – I0 kecil
 Drop di stator kecil.
Pada waktu percobaan rotor ditahan, tidak boleh dilakukan dengan tegangan penuh tetapi dengan V t,
sehingga :

I 1
V n It
V t
I1 = arus masuk sesungguhnya bila dilakukan blok rotor
Vn = tegangan penuh
Vt = tegangan test (puluhan volt)
It = arus masuk waktu test

IV. Percobaan :

45. Tanpa beban.


R1 X1 X2 R2
Cos (P)

 Watt

Vt
Sumbu
Rotor

STATOR ROTOR
Gambar 1. Simulasi Motor Induksi.
 Buatlah rangkaian percobaan motor tanpa beban seperti pada gambar diatas.
 Pasanglah alat-alat ukur voltmeter, cos -meter, wattmeter dan amperemeter sesuai dengan
parameter yang akan diukur.
 Masukkan tegangan pada tegangan rated motor yang diuji dan lakukan pengukuran data
parameter motor tersebut.
 Lakukan pengukuran dan catat V1, cos 0, P dan I1.

46. Rotor ditahan.


 Rangkaian diatas masih digunakan untuk percobaan ini.
 Masukkan tegangan sumber dengan menggunakan trafo regulator mulai tegangan 0 volt.
Naikkan tegangan sumber sampai motor sudah mulai berputar.
 Kemudian tegangan sumber dilepas.
 Tahan rotor agar tidak bisa berputar, kemudian masukkan tegangan sumber V t1.
 Lakukan prosedur diatas dengan sumber Vt2, Vt3
Dimana Vt3 > Vt2 > Vt1
n3 > n2 > n1
 Catat Vt, n, cos 1, P dan I1.

47. Motor berbeban.


 Percobaan ini dilakukan untuk membuktikan bahwa arus beban I 1 dan I2 berada dalam
lingkaran, dengan slip 0 < S < 1.

s n n
1 2
x100%
n 1
 Rangkaian no. 1 dipakai kembali untuk melakukan test ini.
 Berikan beban pada motor pada beban rated motor tersebut.
 Masukkan tegangan sumber pada tegangan rated motor.
 Catat hasil pengukuran dari percobaan yang dilakukan.

V. Pertanyaan :
1. Pada waktu percobaan rotor ditahan, mengapa :
a. Tidak boleh dilakukan dengan tegangan penuh dari rotor?
b. Tidak boleh dilakukan dalam waktu yang lama?
2. Pada waktu membuat laporan, hitunglah daya-daya motor, slip, torsi, efisiensi dan sebagainya
(pada waktu motor dibebani) secara grafis!

2

S=1
1

I2’
I2 I1’

I1

I0 S=0
0

Gambar 2. Diagram lingkaran Motor Induksi.


Laporan Praktikum Mesin Listrik
STTN 2017

TRANSFORMATOR 3 FASA

I. Maksud percobaan :
14. Memahami prinsip kerja pembebanan berbagai jenis hubungan transformator 3 phase.

II. Sarana yang diperlukan :


36. 3 buah inti trafo.
37. Lilitan sekunder dan lilitan primer.
38. Variac 3 fasa.
39. 3 buah lampu
40. Cos meter
41. Multimeter
42. Ampere meter

III.Teori :

Traformator 3 phasa digunakan karena pertimbangan ekonomi. Pemakaian inti trafo 3 phasa
akan lebih sedikit dibandingkan dengan pemakaian tiga buah trafo tunggal.
Setiap sisi primer atau sekunder trafo 3 phasa dapat dihubungkan menurut 2 cara, yaitu
hubung bintang (Y) dan hubung delta (). Selain ini masih ada hubungan lain, misalnya :
- open delta atau V
- hubungan T
- hubungan scott, dll.
Dalam percobaan praktikum 3 phase, dibuat rangkaian trafo 3 phase dari 3 buah trafo 1
phase.

A. Hubungan Y – Y

TT TR

V1 V2

Skema hubungan Y-Y ditunjukkan seperti gambar di atas. Diagram phase yang bersangkutan adalah
seperti ditunjukkan pada gambar sampingnya. Untuk tegangan (V) antar phase, tegangan antara
terminal kumparan tiap trafo hanyalah –(1/3) V. sedangkan arus pada kumparan sama besarnya
arus jala-jala. Itu berarti bahwa kumparan dapat dibuat dengan jumlah lilitan yan sedikit kurang.
Sedangkan kawatnya sedikit tebal, hingga isolasi dapat lebih murah dan kekuatan mekanis kumparan
dapat lebih besar. Untuk trafo-trafo tegangan tinggi, hal tersebut menguntungkan.

B. Hubungan  - 

TT TR

V1 V2

Skema hubungan - ditunjukkan pada gambar di atas. Sisi primer dan sisi sekunder tersambung.
Lilitan-lilitan primer maupun sekunder harus mampu menahan tegangan penuh jaring-jaring. Antara
tegangan jaring-jaring primer dan sekunder tidak berubah kedudukannya, arah sama.

C. Hubungan  - Y

TT TR

V1 V2

Hubungan delta dapat memberikan jalan bagi arus harmonic ketiga arus magnetisasi. Arus harmonic
ketiga sephase mempunyai phase yang sama, bersirkulasi pada kumparan yang dihubungkan delta
tersebut, sehingga tegangan trafo tidak mengalami distorsi harmonic ketiga. Jika pada untai delta
dipasang Amperemeter, instrument ini akan mengukur jumlah ketiga harmonic tersebut.

D. Hubungan Y – Z dan  - Z

Hubungan Z diperlukan untuk mengatasi terjadinya arus beban yang tidak selalu setimban sehingga
tegangan tiap phase tidak stabil karena titik nol selalu berubah mengikuti perubahan beban.
Rangkaian trafo hubungan zig-zag, Y-Z dan -Z dapat dilihat pada gambar berikut.
R u S v T w

e1 e2 e3
e4 e5 e6

nol
e1 e2 e3

Trafo Hubungan Y - Z

Ket : ------ = inti besi trafo


e1, e2, e3 = lilitan sekunder trafo
e4, e5, e6 = lilitan primer trafo
uvw = Tegangan primer trafo
RST = Tegangan sekunder trafo

R u S v T w

e1 e2 e3
e4 e5 e6

nol
e1 e2 e3

Trafo Hubungan  - Z

Prinsip kerjanya adalah lilitan primer bisa dihubungkan segitiga ataupun hubungan bintang,
sedangkan sekunder dihubung zig-zag.
Cara-cara penyambungan sebagai berikut :
Untuk lilitan sekunder, terdiri dari dua lilitan dengan hubungan sbb:
e1 dihubungkan dengan e2
e2 dihubungkan dengan e3
e3 dihubungkan dengan e1
sedangkan lilitan primer e4, e5, e6 dihubungkan secara bintang atau delta.

Jumlah lilitan adalah sama sehingga besarnya tegangan sama :


VOR = eR = e1 – e2
VOS = eS = e2 – e3
VOT = eT = e3 – e1
eR = eS = eT = 0 = 3 eb atau eb = 0
Sehingga tegangan di titik nol selalu nol.

Dalam keadaan setimbang maka


e1 = e2 = e3 = e/2
VOR = VOS = VOT = e/2 . 3
VRS = VST = VTR = e/2 . 3 . 3 = 3/2 e

X. PERCOBAAN

48. Buat rangkaian transformator 3 phase dengan hubungan Y-Y dan dibebani dengan beban yang
tidak setimbang. Ukur dan catat tegangan primer phase nol serta phase-phase. Demikian juga
dengan tegangan dan arus sekundernya.
49. Seperti pada percobaan 1, lakukan terhadap hubungan -.
50. Seperti pada percobaan 1, lakukan terhadap hubungan -Y.
51. Seperti pada percobaan 1, lakukan terhadap hubungan Y-Z.
52. Seperti pada percobaan 1, lakukan terhadap hubungan -Z.
Laporan Praktikum MESIN LISTRIK
STTN 2017

PARALEL GENERATOR 3 FASA

I. Maksud percobaan :
15. Mengoperasikan kerja paralel Generator 3 Fasa sesuai dengan petunjuk pengoperasian dengan
benar.
16. Mengoperasikan kerja paralel Generator 3 Fasa untuk memperoleh kapasitas daya listrik yang
lebih besar serta untuk pemeliharaan dan perawatan.

II. Sarana yang diperlukan :


43. Dua (2) buah Generator Sinkron 3 Fase.
44. Dua (2) buah Motor DC Shunt sebagai penggerak.
45. Dua (2) buah Power supply DC 0 – 240 V untuk Motor DC.
46. Dua (2) buah Power supply DC 0 – 30 V untuk Eksitasi Generator Sinkron.
47. Voltmeter ganda.
48. Frekuensimeter ganda.
49. Sequensialmeter (untuk mengetehui urutan fase).
50. Cos φ meter.
51. Tachometer.
52. Panel Kontrol LAK.

III.Teori :
Generator 3 fasa yang akan kita lakukan kerja paralel, haruslah kita atur dahulu agar memenuhi
syarat kebutuhan beban yang akan di suplai. Antara lain yaitu tegangan (volt), frekuensi (Hz) dan
kebutuhan daya (watt) yang disesuaikan dengan beban.
Tegangan kerja dari beban listrik untuk 3 fasa yaitu 380 volt, yang diukur dari tegangan antar
fase nya. Kemudian frekuensi energi listrik yang dipakai di Indonesia adalah 50 Hz. Kondisi seperti ini
yang harus dipenuhi terlebih dahulu apabila kita hendak memparalelkan dua buah generator 3 fasa.

1. Mengatur Generator.
Tahap persiapan adalah tahap dimana dua buah generator yang akan diparalelkan diatur
sedemikian rupa sehingga diperoleh teganan dan frekuensi dari kedua generator sudah diperoleh.
Cara mengatur tegangan dan frekuensi dari kedua generator tersebut adalah :
a. Mengatur Tegangan.
Seperti apa yang telah kita ketahui tentang teori dari suatu generator, maka guna penguatan
kutub-kutub magnet pada rotor, membutuhkan tegangan DC (arus searah) yang kita kenal
dengan Eksitasi.
Setelah generator dijalankan dengan tenaga penggerak seperti diesel, motor bensin maupun
motor DC, Generator Tegangan kutub-kutub magnet sama dengan 0 volt, karena belum
terbentuk arus penguatan kutub-kutub magnet Generator. Tegangan kutub-kutub generator
ini ditentukan oleh besarnya arus daya magnet If dari rotor generator.
Dilihat pada rumus pembentukan tegangan pada generator yaitu :
E1 R2  SX 2   E 2  n   jk 0
Dimana E1 = GGL Stator
E2 = GGL Rotor
n = Putaran motor
 jk 0 = Konstanta rotor
R2 = Tahanan rotor

Dengan melihat rumus diatas, dapat kita simpulkan bahwa tegangan stator atau tegangan
medan magnit akan terbentuk bila ada tegangan rotor.
Untuk memberikan penguatan medan-medan magnit pada generator, kita berikan arus
eksitasi If pada rotor dengan tegangan DC sedikit-demi sedikit. Sehingga akan timbul
interaksi induksi listrik pada medan stator (kutub magnet), dan mulai memberikan arus
penguatan pada kutub-kutub magnet generator yang menyebabkan tegangan generator akan
naik sesuai yang dikehendaki.
Besar-kecilnya arus penguatan (If) akan menentukan besar-kecilnya tegangan generatornya.
b. Mengatur Frekuensi
Pengertian frekuensi adalah jumlah ayunan atau gelombang arus bolak-balik tiap detik.
Dengan menggunakan frekuensimeter kita dapat mengetahui besarnya frekuensi dari suatu
generatoryang sedang berputar. Frekuensi dari generator ditentukan oleh jumlah putaran
per menit (n) dan banyaknya pasang kutub (p) di sekeliling rotornya. Sehingga frekuensi
ditentukan oleh :

pn
f 
60
Dengan ketentuan diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa besarnya frekuensi dari
generator tergantung pada jumlah putaran tiap menitnya. Sedangkan kutub-kutub magnet
dari generator selalu tetap dan tidak akan selalu berubah-ubah.
Karena putaran generator ini degerakkan oleh tenaga penggerak (dalam praktek di lakukan
oleh motor DC shunt), maka besarnya frekuensi generator ditentukan oleh kecepatan putaran
dari motor DC penggerak tersebut. Pada prinsipnya untuk mengatur kecepatan putaran motor
DC dapat dilakukan bermacam cara, salah satunya dengan mengatur tegangan dari motor DC
tersebut. Namun apabila kita lihat pada persamaan yang pertama, maka putaran motor juga
akan mempengaruhi tegangan generator.

2. Prosedur Menghubungkan Paralel Dua Generator Sinkron 3 Fasa.


Untuk menghubungkan paralel sebuah generator sinkron dengan generator lain yang sedang
memberi beban pada jala-jala tidaklah mudah dikerjakan. Karena untuk menyelenggarakan kerja
paralel ini ada syarat-syarat mutlak yang harus kita capai terlebih dahulu.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, bahwa sebelum kegua generator dihubungkan paralel
terlebih dahulu arus dicapai :
1. Tegangan terminal kedua generator harus sama.
Untuk menyamakan tegangan kedua generator dapat dipakai “voltmeter ganda” dan
“voltmeter nol” , untuk mengatur besar-kecilnya tegangan kita atur tegangan eksitasi
generator. (lihat pengaturan tegangan).
2. Frekuensi kedua generator harus sama.
Untuk menyamakan frekuensi generator, dipakai “frekuensimeter ganda” untuk melihat
besarnya frekuensi pada kedua generator dan dengan menggunakan “sinkronoskop” akan
diketahui perbedaan putaran/frekuensi dari kedua generator. Apabila pada sinkronoskop
jarum berputar ke arah “zu langsam” berarti frekuensi generator tersebut lebih cepat dari
generator yang lain. Demikian pula sebaliknya apabila jarum berputar ke arah “zu schnell”.
Kondisi kesamaan frekuensi dapat dilihat apabila jarum pada sinkronoskop berhenti berputar
dan menunjuk pada titik sinkronisasi. Untuk mengatur besar kecilnya frekuensi dapat dilihat
pada pengaturan frekuensi.
3. Fase kedua generator harus sama.
Yang dimaksud dengan “kesamaan dalam fase” dari kedua generator adalah jalannya sinusoida
dari tegangan harus sama atau perubahan tegangan yang berjalan menurut garis sinus bagi
tiap-tiap generatoritu harus terjadi tepat bersama-sama mencapai harga nol, bersama-sama
meningkat ke harga positif, dan bersama-sama mencapai harga positif maksimum dan
selanjutnya.
Sesungguhnya kesamaan dalam fase tak dapat diatur, tetapi dapat dicapai dari pengaruh
kesamaan tegangan dan frekuensi. Serta kejadian inipun amat singkat sekali. Gambar dibawah
ini menunjukkan jalannya sinusoida dari tiap-tiap generator itu dalam bermacam-macam
keadaan.

t1 t2 t3
II Jalannya fase dan tegangan dari
tiap generator saling berlawanan
arah.
I
t4 t5
I Tegangan dari generator-generator
II belum se fasa. Tegangan dari GII
masih terbelakang dari dari GI.

t6 t7 t8 t9
Antara saat t7 dan saat t8
I adalah sefase. (tegangan saling
II
se fasa).

4. Urutan Fasa kedua generator sinkron harus sama.


Urutan fase dari generator yaitu fasa R S T, harus sama. Hal ini dapat kita lihat dari
hubungan medan stator pada generator, atau dapat kita lihat dengan menggunakan
“squensialmeter” untuk melihat urutan fase.

Apabila ke-4 (empat) syarat tersebut tercapai, maka dapat kita lakukan pemaralelan kedua
generator tersebut.
Karena kedua generator tersebut telah bekerja paralel bersama-sama, maka otomatis tidak akan
ada lagi perbedaan tegangan, frekuensi maupun fase. Sehingga jarum voltmeter nol akan menunjuk
pada posisi nol.
Kerja paralel ini dapat dilakukan pada kondisi tanpa beban, dapat juga pada saat generator
menyuplai beban. Dapat juga dilakukan untuk menjaga kontinuitas pelayanan apabila ada generator
yang perlu dihentikan karena harus istirahat atau perbaikan, namun beban tetap mendapat suplai
tenaga. Caranya adalah dengan memparalelkan generator yang baru, kemudian setelah kedua
generator terparalel, baru generator yang perlu perawatan dilepas dari jala-jala dan kemudian
dihentikan, dan beban selalu tetap mendapatkan tenaga listrik.

XI. PERCOBAAN
M. Paralel generator tanpa beban.
53. Buatlah rangkaian percobaan paralel generator sebagai berikut:

Tegangan motor Tegangan motor


Vt penggerak 1 Vt penggerak 2
0 – 240 V DC 0 – 240 V DC
Eksitasi Generator 1 Eksitasi Generator 2
Vf Vf
0 – 30 V DC 0 – 30 V DC

Kopel Kopel

M1 G1 G2 M2
DC 3 fasa 3 fasa DC
seri seri

V1 V2
Tegangan out-put A A Tegangan out-put
Generator 1 F1 F2 Generator 2

K1 K2
R S T T S R

oV

Sinkron
K3 meter

R KE
S BEBAN
T

54. Kedua generator dihubung BINTANG.


55. Hubungkan fase-fase RST dari generator 1 maupun 2 dengan benar, jangan sampai terbalik.
56. Aturlah Generator 1 dan Generator 2 pada tegangan 380V dan frekuensi 50 Hz.
57. Untuk mengatur tegangan maupun frekuensi lihat pada teori.
58. Sinkronmeter dan oV pada keadaan terbuka, hidupkan K1 dan K2.
59. Lakukan penyamaan tegangan dengan melihat oV meter.
60. Lakukan penyamaan fasa dan frekuensi dengan melihat Sinkronmeter.
61. Apabila fase, tegangan dan frekuensi telah sama, lakukan pemaralelan dengan menutup
saklar pada Sinkronmeter.
62. Tutup juga saklar oV meter.
63. Pasanglah beban motor 3 fasa.
64. Hidupkan K3, dan catat arus dan tegangannya.
65. Lakukan untuk beban motor yang lain.
66. Jika sudah selesai, putuskan hubungan K3
67. Lepaskan saklar Sinkron meter.
68. Lepaskan saklar oV meter.
69. Bukalah kontak K2
70. Siap untuk percobaan B.

N. Pararel genarator saat berbeban dan pemindahan beban generator.


1. Dari percobaan A, pasanglah beban motor 3 fasa.
2. Hidupkan saklar K3.
3. Amati dan catat arus tegangan dan frekuensi.
4. Bila terjadi penurunan tegangan maupun frekuensi, lakukan pengaturan kembali.
5. Sinkronmeter dan oV pada keadaan terbuka, hidupkan K2.
6. Lakukan penyamaan tegangan dengan melihat oV meter.
7. Lakukan penyamaan fasa dan frekuensi dengan melihat Sinkronmeter.
8. Apabila fase, tegangan dan frekuensi telah sama, lakukan pemaralelan dengan menutup
saklar pada Sinkronmeter.
9. Tutup juga saklar oV meter.
10. Catat arus, tegangan dan frekuensi.
11. Lepaskan Generator 1 dari beban dengan membuka saklar K1.
12. Dengan demikian beban sudah berpindah dari G1 ke G2.
13. Amati dan catat arus tegangan dan frekuensinya.
14. Bila sudah selesai, matikan G1 dengan cara terlebih dahulu eksitasi kecilkan perlahan hingga
nol, kemudian matikan saklar Vf1. Kemudian kecilkan perlahan hingga nol tegangan motor
DC1 kemudian matikan Vt1.
15. Lepaskan beban dari K3.
16. Matikan G2 dengan prosedur seperti pada G1.
17. Rapikan kembali rangkaian
18. Buat pembahasan dan kesimpulannya.
Laporan Praktikum MESIN LISTRIK
STTN 2017

PARALEL GENERATOR DC

I. Maksud percobaan :
17. Membuat watak luar dari dua buah Generator DC pemacu terpisah sebagai syarat paralel
Generator DC.
18. Mengoperasikan kerja Paralel dua buah generator DC pemacu terpisah pada keadaan tanpa
beban.
19. Mengoperasikan kerja Paralel dua buah generator DC pemacu terpisah pada keadaan berbeban.

II. Sarana yang diperlukan :


53. Motor DC dengan dua belitan medan.
54. Panel percobaan LAK.
55. 2 buah multimeter.
56. Rheostat.
57. Tachometer.
58. Unit Beban.

III.Teori :
Kerja paralel Generator DC shunt harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Tegangan terminal Generator harus sama.
2. Polaritas terminal generator harus sama.
3. Watak luar Generator sama / hampir sama.

Generator DC shunt pemacu terpisah bekerja berdasarkan interaksi medan magnet yang
ditimbulkan oleh arus eksitasi atau arus pemacu dengan putaran kawat konduktor.
Tegangan terminal yang dihasilkan berbanding lurus terhadap konstanta mesin, putaran dan
fluks magnet yang dihasilkan adalah :

E  Cn
Dimana : E = Tegangan terminal
C = Konstanta mesin
n = putaran
Φ = fluks magnet

Watak luar Generator DC shunt, yakni tegangan terminal fungsi arus beban, dengan arus
eksitasi yang konstan, mengikuti kurve sebagai berikut :

U
U0
Un

IL
In
Sebagaimana terlihat dari kurve karakteristik diatas, pada saat arus beban bertambah besar,
maka tegangan terminal akan turun mendekati linier, dimana turun tegangan tersebut disebabkan rugi-
rugi tembaga (Cu) pada kumparan jangkar dan adanya reaksi jangkar.
Regulasi pada Generator DC didefinisikan sebagai :

U0  Un
Vr   100%
Un

Dimana : U0 = Tegangan terminal tanpa beban.


Un = Tegangan terminal generator pada beban nominal.
Vr = Regulasi Tegangan.

Kurve dari kerja paralel Generator DC dapat digambarkan sebagai berikut :

U0A = U0B

UAn
UT
UBn

GA
GB

IL
IA Ia Ib IB

Dimana : U0 = Tegangan terminal tanpa beban.


UAn = Tegangan terminal generator A (dari percb. watak luar).
UBn = Tegangan terminal generator B (dari percb. watak luar).
UT = Tegangan Terminal saat kerja paralel..
IA = Arus nominal Generator A (dari percobaan watak luar).
IB = Arus nominal Generator B (dari percobaan watak luar).
Ia = Arus Generator A pada saat paralel.
Ib = Arus Generator B pada saat paralel.
GA GB = Kurva generator A dan kurva Generator B.

Kerja paralel Generator DC shunt akan tergantung dari watak luar masing-masing Generator
yang dikerjakan paralel.
Daya total dari kedua Generator kerja paralel dapat dituliskan sebagai berikut :

Pt  U t  I t

dimana : It = Ia + Ib = arus beban total.


Persamaan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan kerja paralel Generator DC
dapat dituliskan sebagai berikut :

U0B Generator B

Ib
UT
IB
UBn

Generator A
U0A

Ia
UT
IB
UAn

XII. PERCOBAAN
O. Watak luar Generator DC shunt pemacu terpisah.
71. Buatlah rangkaian percobaan untuk menentukan watak luar dari masing-masing Generator
A dan B seperti gambar berikut :

Beban

K3
K1 K2

A V A V

Kopel Kopel

M GA M GB

If If
GA GB
72. Operasikan Generator A, n = 2700 rpm, berikan arus eksitasi (If) hingga tegangan
Generator A = 50 volt.
73. Hubungkan saklar K1
74. Atur Beban pada tahanan yang paling besar.
75. Hubungkan K3, catat arus dan tegangan Generator A.
76. Atur beban sedikit-demi sedikit untuk mendapatkan watak luar Generator A, catat arus
dan tegangannya tiap titik beban.
77. Apabila sudah didapatkan data watak luar Generator A, Matikan K3 dabn K1.
78. Ulangi percobaan untuk mendapatkan watak luar Generator B.
79. Buatlah grafik watak luar Generator shunt A dan B.

P. Paralel Generator DC shunt tanpa beban.


1. Dari percobaan pertama, apabila watak kedua Generator A dan B sudah sama atau hampir
sama maka dapat dilakukan percobaan paralel dengan urutan sebagai berikut:
2. Pada posisi saklar K1, K2 dan K3 terbuka, lakukan seting Generator A dan B hingga dicapai
tegangan 50 V.
3. Pastikan polaritas dari kedua generator sudah sama. (POLARITAS TIDAK BOLEH
TERBALIK)
4. Bila sudah siap, hidupkan K1 dan K2
5. Dengan ditutupnya K1 dan K2, maka generator sudah dalam keadaan terhubung paralel.
6. Atur posisi beban pada tahanan yang paling besar.
7. Hidupkan saklar K3.
8. Catat arus dan tegangannya.
9. Matikan saklar K2.
10. Sehingga beban hanya mendapatkan suplay dari Generator A.
11. Catat arus dan tegangannya.

Q. Paralel Generator shunt saat berbeban


1. Dari Percobaan ke dua (percobaan B), aturlah Generator B sehingga tegangannya sama
dengan Generator A.
2. Hidupkan saklar K2.
3. Catat arus dan tegangannya.
4. Matikan Saklar K1
5. Sehingga beban hanya mendapatkan suplay dari Generator B.
6. Catat arus dan tegangannya.
7. Apabila sudah selesai dicatat, matikan semua rangkaian satu persatu.
8. Buka saklar K3, kemudian saklar K2
9. Kecilkan eksitasi kedua generator hingga nol kemudian matikan powernya.
10. Kemudian matikan kedua motor penggerak.
11. Rapikan kembali peralatan.
12. Buat pembahasan dan kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai