Anda di halaman 1dari 4

Tugas Pribadi Audit Keuangan Negara

KERANGKA KONSEPTUAL AUDIT SEKTOR PUBLIK


BUKTI AUDIT DAN PENDUKUNGNYA

Dosen Pengasuh : Dr. Nadirsyah,SE,M.Si,Ak.

Oleh
ROY SATRIADI
NIM. 1309200070088

MAGISTER AKUNTANSI
KELAS B PROGRAM STAR BPKP
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH - 2014
Soal Kasus IB Bab 1
Soal studi kasus tentang “Irjen Depkeu: Auditor Jangan Seperti Orang Berlomba”.
Jawaban atas beberapa pertanyaan yang diajukan pada soal ini, sebagai berikut:
1. Tanggapan terhadap soal studi kasus di atas:
Tujuan pemeriksaan BPK adalah memberikan pendapat (opini) atas laporan keuangan
organisasi sektor publik sesuai dengan hasil auditnya. Dalam tulisan ini terdapat dua
pandangan yakni: pertama, pandangan pengelola keuangan yang berharap penyimpangan
yang ditemukan BPK harus dicermati lebih mendalam lagi dan mempunyai solusi atas
penyimpangan ini. Kedua, pandangan dari BPK sendiri yang menyatakan bahwa memang
sudah tugas BPK dalam mencari penyimpangan, memvonis dan mempublikasikannya.
Setiap PKN (Pengelola Keuangan Negara) seharusnya juga berlomba-lomba dalam
melakukan perbaikan Laporan Keuangan dibantu penyelenggara SPIP, sehingga
penyimpangan yang terjadi dapat diketahui lebih awal dan diatasi secepatnya. Pada
akhirnya, temuan penyimpangan oleh BPK dapat minimal atau bahkan tidak ada sama
sekali yang nantinya berdampak kepada perbaikan pengelolaan keuangan negara.
2. Pandangan tentang auditor yang berlomba-lomba dalam mencari penyimpangan:
Tugas BPK memang mencari kesalahan, tetapi bukan mencari-cari kesalahan. Karena
pada hakikatnya BPK mencari perbaikan demi terciptanya pemerintahan yang baik.
Berlomba-lomba dalam mencari penyimpangan akan berdampak pada jumlah angka kredit
auditor, karena jabatan auditor BPK adalah jabatan fungsional layaknya dosen dan guru.
Akan tetapi, apabila BPK dapat menemukan penyimpangan-penyimpangan dan kemudian
memberikan pendapat tentang cara-cara memperbaikinya maka BPK dapat mewujudkan
visi dan melaksanakan misinya dengan baik, dan pada akhirnya diharapkan pihak yang
diaudit akan dapat memperbaiki kesalahannya di masa datang. Hal ini seharusnya
berdampak positif bagi BPK itu sendiri dan bagi auditee tentunya.
3. Efektifkah SPIP dalam meminimalisir penyimpangan:
BPK dalam semester 1 tahun 2013 menemukan temuan-temuan yang berulang, seperti
kasus-kasus kelemahan sistem pengendalian intern (SPI) dan ketidakpatuhan terhadap
perundang-undangan, sehingga berpotensi merugikan keuangan negara sebesar Rp 56,98
triliun (akuntanonline.com/ 01 oktober 2013). Dari penggalan berita ini, jelas terlihat
bahwa dengan penerapan SPIP yang efektif akan mencegah berbagai bentuk
penyimpangan atau kegagalan dalam upaya Pemerintah mencapai tujuan nasional maupun
tingkat instansi pemerintah. Untuk mencapai hal ini, penyelenggara SPIP yaitu BPKP dan
Inspektorat Daerah maupun Kab/Kota (PP 60/2008) harus melakukan sosialisasi dan

1
bimbingan teknis penerapan SPIP pada setiap organisasi sektor publik baik di tingkat
Kementerian dan Pemerintah Daerah. Hal ini juga yang disampaikan pada aline ke lima
dari kasus di atas yang menyatakan “SPIP, selain untuk mencapai tujuan organisasi yang
efisien dan efektif, juga bertujuan meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara, serta meminimalisasi penyimpangan anggaran dan
korupsi di departemen.”

Soal Kasus IB Bab 5


Soal studi kasus tentang “KPK Uji Bukti tentang FPJP”. Jawaban atas beberapa
pertanyaan yang diajukan pada soal ini, sebagai berikut:
1. Tanggapan terhadap masalah di atas:
Hasil audit investigatif BPK membuktikan adanya dugaan pelanggaran dalam
penyelamatan Bank Century oleh Pemerintah Indonesia dengan kebijakan bailout yang
diindikasikan tindak pidana korupsi yang proporsinya 30%. Kejadian ini menunjukkan
kepada publik bahwa proses Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) dan Penyertaan
Modal Sementara (PMS) oleh pemerintah Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi
Indonesia belumlah baik dan aman, sehingga memunculkan kesempatan penyimpangan
oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Kasus Bank Century tidak hanya merugikan uang negara (senilai Rp 6,7 triliun), tetapi
juga pelanggaran hukum oleh pejabat, pihak yang berwenang, serta swasta yang terlibat.
Anehnya hingga masa tugas Tim Pengawas Century di DPR periode 2009-2014 berakhir
pada 30 september 2014 ini, kasus Bank Century belum selesai karena baru menyeret satu
pelaku utama ke meja pengadilan, yakni mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi
Mulya. Budi divonis 10 tahun penjara dan denda Rp 500 juta subsider 5 bulan penjara oleh
Hakim Pengadilan Tipikor dalam kasus korupsi pemberian FPJP dan penetapan Bank
Century sebagai bank gagal berdampak sistemik (Kompas Online/30 September 2014).
2. KPK tidak terpengaruh pada hasil rapat paripurna DPR tentang keputusan akhir Panitia
Angket Bank Century:
Hasil akhir dari kerja Pansus Hak Angket Century tidak akan mempengaruhi KPK.
Pendapat akhir pansus belum tentu sama dengan hasil penyelidikan KPK. KPK melakukan
penyelidikan sendiri, tidak bergantung kepada hasil pansus. Jika DPR melihatnya dari sisi
politik, sedangkan KPK melihatnya dari sisi hukum. Sehingga baik penyelidikan maupun
penyidikan yang dilakukan oleh KPK tidak memiliki kaitan khusus dengan kegiatan
Pansus, walaupun kadang-kadang dibutuhkan kerjasama yang baik dalam mendalami alat

2
bukti yang ada. Hal ini berlaku juga karena KPK adalah lembaga independen pemerintah,
sehingga tidak memiliki ikatan khusus dengan pihak lain seperti DPR. KPK juga tunduk
kepada barang bukti dalam proses pidana korupsi, sedangkan untuk tindak pidana lainnya
diluar tanggung jawab KPK.
3. Langkah awal KPK dalam menyelidiki kasus ini:
Kasus Bank Century memiliki indikasi tindak pidana korupsi sehingga langkah awal KPK
adalah membentuk satuan tugas yang terdiri dari KPK, BPK, dan PPATK (Pusat
Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan). Selanjutnya KPK meminta BPK untuk
melakukan audit investigatif. Setelah ditemukan adanya tindak pidana korupsi, selanjutnya
KPK memanggil sejumlah saksi dari BI, LPS, hingga manajemen Bank Century untuk
dimintai keterangan sebelum memutuskan tersangka/terdakwa kasus tersebut.
Dalam konferensi pers KPK (8/12) yang disampaikan oleh Chandra bahwa “KPK dulu
membagi Century kedalam tiga tahapan. Pertama, sebelum bailout atau sebelum masuk ke
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Kedua, setelah masuk ke pengawasan khusus yang
kemudian disebutkan diselamatkan Komite Stabilitas Sistem Keuangan. Ketiga, dimana
LPS sudah masuk dan menggelontorkan dana itu (www.kpk.go.id).

Daftar Pustaka
Bastian, Indra. 2014. Audit Sektor Publik Pemeriksaan Pertanggungjawaban Pemerintah.
Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat. Bab 1 dan Bab 5.

Anda mungkin juga menyukai