Kasus Indra Bastian Bab 1 Dan 5
Kasus Indra Bastian Bab 1 Dan 5
Oleh
ROY SATRIADI
NIM. 1309200070088
MAGISTER AKUNTANSI
KELAS B PROGRAM STAR BPKP
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH - 2014
Soal Kasus IB Bab 1
Soal studi kasus tentang “Irjen Depkeu: Auditor Jangan Seperti Orang Berlomba”.
Jawaban atas beberapa pertanyaan yang diajukan pada soal ini, sebagai berikut:
1. Tanggapan terhadap soal studi kasus di atas:
Tujuan pemeriksaan BPK adalah memberikan pendapat (opini) atas laporan keuangan
organisasi sektor publik sesuai dengan hasil auditnya. Dalam tulisan ini terdapat dua
pandangan yakni: pertama, pandangan pengelola keuangan yang berharap penyimpangan
yang ditemukan BPK harus dicermati lebih mendalam lagi dan mempunyai solusi atas
penyimpangan ini. Kedua, pandangan dari BPK sendiri yang menyatakan bahwa memang
sudah tugas BPK dalam mencari penyimpangan, memvonis dan mempublikasikannya.
Setiap PKN (Pengelola Keuangan Negara) seharusnya juga berlomba-lomba dalam
melakukan perbaikan Laporan Keuangan dibantu penyelenggara SPIP, sehingga
penyimpangan yang terjadi dapat diketahui lebih awal dan diatasi secepatnya. Pada
akhirnya, temuan penyimpangan oleh BPK dapat minimal atau bahkan tidak ada sama
sekali yang nantinya berdampak kepada perbaikan pengelolaan keuangan negara.
2. Pandangan tentang auditor yang berlomba-lomba dalam mencari penyimpangan:
Tugas BPK memang mencari kesalahan, tetapi bukan mencari-cari kesalahan. Karena
pada hakikatnya BPK mencari perbaikan demi terciptanya pemerintahan yang baik.
Berlomba-lomba dalam mencari penyimpangan akan berdampak pada jumlah angka kredit
auditor, karena jabatan auditor BPK adalah jabatan fungsional layaknya dosen dan guru.
Akan tetapi, apabila BPK dapat menemukan penyimpangan-penyimpangan dan kemudian
memberikan pendapat tentang cara-cara memperbaikinya maka BPK dapat mewujudkan
visi dan melaksanakan misinya dengan baik, dan pada akhirnya diharapkan pihak yang
diaudit akan dapat memperbaiki kesalahannya di masa datang. Hal ini seharusnya
berdampak positif bagi BPK itu sendiri dan bagi auditee tentunya.
3. Efektifkah SPIP dalam meminimalisir penyimpangan:
BPK dalam semester 1 tahun 2013 menemukan temuan-temuan yang berulang, seperti
kasus-kasus kelemahan sistem pengendalian intern (SPI) dan ketidakpatuhan terhadap
perundang-undangan, sehingga berpotensi merugikan keuangan negara sebesar Rp 56,98
triliun (akuntanonline.com/ 01 oktober 2013). Dari penggalan berita ini, jelas terlihat
bahwa dengan penerapan SPIP yang efektif akan mencegah berbagai bentuk
penyimpangan atau kegagalan dalam upaya Pemerintah mencapai tujuan nasional maupun
tingkat instansi pemerintah. Untuk mencapai hal ini, penyelenggara SPIP yaitu BPKP dan
Inspektorat Daerah maupun Kab/Kota (PP 60/2008) harus melakukan sosialisasi dan
1
bimbingan teknis penerapan SPIP pada setiap organisasi sektor publik baik di tingkat
Kementerian dan Pemerintah Daerah. Hal ini juga yang disampaikan pada aline ke lima
dari kasus di atas yang menyatakan “SPIP, selain untuk mencapai tujuan organisasi yang
efisien dan efektif, juga bertujuan meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara, serta meminimalisasi penyimpangan anggaran dan
korupsi di departemen.”
2
bukti yang ada. Hal ini berlaku juga karena KPK adalah lembaga independen pemerintah,
sehingga tidak memiliki ikatan khusus dengan pihak lain seperti DPR. KPK juga tunduk
kepada barang bukti dalam proses pidana korupsi, sedangkan untuk tindak pidana lainnya
diluar tanggung jawab KPK.
3. Langkah awal KPK dalam menyelidiki kasus ini:
Kasus Bank Century memiliki indikasi tindak pidana korupsi sehingga langkah awal KPK
adalah membentuk satuan tugas yang terdiri dari KPK, BPK, dan PPATK (Pusat
Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan). Selanjutnya KPK meminta BPK untuk
melakukan audit investigatif. Setelah ditemukan adanya tindak pidana korupsi, selanjutnya
KPK memanggil sejumlah saksi dari BI, LPS, hingga manajemen Bank Century untuk
dimintai keterangan sebelum memutuskan tersangka/terdakwa kasus tersebut.
Dalam konferensi pers KPK (8/12) yang disampaikan oleh Chandra bahwa “KPK dulu
membagi Century kedalam tiga tahapan. Pertama, sebelum bailout atau sebelum masuk ke
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Kedua, setelah masuk ke pengawasan khusus yang
kemudian disebutkan diselamatkan Komite Stabilitas Sistem Keuangan. Ketiga, dimana
LPS sudah masuk dan menggelontorkan dana itu (www.kpk.go.id).
Daftar Pustaka
Bastian, Indra. 2014. Audit Sektor Publik Pemeriksaan Pertanggungjawaban Pemerintah.
Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat. Bab 1 dan Bab 5.