Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015
Volume 6 Nomor 1 2015 ISSN : 2302-7827
Abstrak
Penulisan makalah Eksperimen Fisika II bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh kenaikan suhu
dengan lebar difraksi yang dihasilkan dalam menentukan koefisien pemuaian pada Alumunium dengan
metode difraksi celah tunggal, (2) mengetahui nilai koefisien pemuaian logam Alumunium yang diperoleh
dari metode difraksi celah tunggal dengan analisis regresi linear.
Metode penelitian adalah metode eksperimen. Prinsip dasar kerja alat penentuan koefisien
pemuaian panjang pada Alumunium dengan metode difraksi celah tunggal yaitu menembakkan cahaya laser
melalui celah yang tipis hingga menimbulkan pola-pola difraksi yang berupa pola gelap dan pola terang yang
ditangkap oleh layar. Setiap kenaikan suhu tertentu yang terbaca oleh termometer, logam Alumunium akan
memuai. Pengukuran lebar difraksi dilakukan setiap kenaikan suhu tertentu dengan mengunakan
milimeterblock sebagai layar. Kemudian menggunakan analisis regresi linier hubungan antar suhu (T) dengan
seperlebar difraksi (1/Z). Koefisien pemuaian dihitung dari gradien garis hasil regresi T terhadap 1/Z.
Berdasarkan hasil percobaan, semakin suhunya meningkat maka Alumunium akan memuai.
Pemuaian ditandai dengan semakin lebarnya celah. Akibatnya ketika suhu semakin meningkat maka lebar
celah pola difraksi yang dihasilkan akan semakin sempit. Sehingga dapat diartikan bahwa kenaikan suhu
sebanding dengan seperlebar difraksi. Nilai koefisien pemuaian pada Alumunium dapat dihitung dengan dua
cara yaitu dengan cara kuadrat terkecil dalam persamaan regresi linier dan dengan metode grafik. Persamaan
untuk menghitung koefisien pemuaian panjang adalah , dengan perhitungan ralat yaitu
, (13)
dengan D adalah jarak laser terhadap celah sempit, z
adalah lebar difraksi, Lo adalah panjang logam
alumunium, dan T adalah suhu air. Dengan
menggunakan analisis regresi linier, maka
(14)
Gambar 3. Skema Rangkaian Alat Percobaan
Persamaan di atas merupakan Menentukan Koefisien Pemuaian Alumunium
persamaan linier Alat percobaan penentuan koefisien
dengan , dan x=T, berbentuk pemuaian panjang pada Alumunium menggunakan
difraksi celah tunggal dirancang terdiri dari beberapa
(15) alat dan bahan. Alat yang digunakan dalam
dengan a merupakan gradien garis lurus dan b pembuatan alat penentuan koefisien muai panjang
merupakan titik potong kurva pada sumbu y adalah pada Alumunium antara lain penggaris, gunting,
koefisien-koefisien yang dapat dicari dengan regresi cutter, pensil, dan tang. Sedangkan bahan yang
linier tanpa bobot. digunakan dalam penentuan koefisien muai panjang
Berdasarkan persamaan (13), sehingga diperoleh pada Alumunium yaitu pemanas air, logam
nilai a adalah Alumunium, penjepit, Celah tipis (silet),
termometer, laser, air, dan layar (milimeterblock).
(16) Rangkaian alat ditunjukkan pada Gambar 4.
sehingga α dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (16). Ralat α dapat kita hitung
berdasarkan persamaan perambatan ralat.
Metode yang digunakan untuk pengambilan data
pada alat percobaan penentuan koefisien pemuaian
panjang Alumunium (Al) yaitu metode difraksi celah
tunggal. Metode difraksi celah tunggal ini
menggunakan celah sempit yang terbuat dari
sepasang silet yang tipis. Sumber cahaya yang
digunakan berasal dari cahaya laser. Sedangkan
media penghantar panas yang digunakan untuk
memanaskan logam Alumunium (Al) yaitu air yang
dipanaskan dengan pemanas air.
Pengambilan data untuk menentukan nilai Gambar 4. Rangkaian Alat Penentuan Koefisien
koefisisen pemuaian panjang pada alumunium (Al) Pemuaian Panjang Alumunium (Al) dengan Metode
dilakukan dengan cara menembakkan cahaya laser Kisi difraksi saat Pengambilan Data.
pada celah difraksi. Cahaya laser yang ditembakkan Analisis data secara kuantitatif pada percobaan
mengenai celah yang tipis akan menimbulkan pola- menentukan koefisien pemuaian panjang alumunium
pola difraksi yang berupa pola gelap dan pola terang. menggunakan difraksi celah tunggal dapat dilakukan
Pola-pola difraksi yang berupa pola gelap dan terang dengan dua cara yaitu dengan cara kuadrat terkecil
tersebut akan ditangkap oleh layar (milimeterblock) dalam mencari persamaan regresi linear dan dengan
dan lebar pola difraksinya dapat terukur di layar. cara metode grafik.
Kemudian untuk mengukur lebar difraksi berikutnya
Hasil percobaan didapatkan data hubungan Kekurangtelitian praktikan dalam merangkai alat
antara kenaikan suhu 50C dengan seperlebar difraksi percobaan, sehingga hasil pengukuran lebar
(1/Z) seperti yang ditunjukkan Gambar 5. difraksi kurang teliti.
Ketidaktelitian praktikan dalam membaca
kenaikan suhu pada termometer
Kemungkinan jarak yang digunakan praktikan
antara kisi difraksi dengan layar masih kurang
jauh. Maka, lebar difraksi yang dihasilkan masih
kurang lebar. Sehingga dapat menyulitkan
praktikan dalam melakukan pengukuran.
Ketidaktelitian praktikan dalam menghitung dan
menganalisis hasil percobaan
3. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1. kenaikan suhu sebanding dengan seperlebar
difraksi.
2. Nilai koefisien pemuaian pada Alumunium
Gambar 5. Grafik Hubungan antara Perubahan Suhu dapat dihitung dengan dua cara yaitu dengan
T terhadap Seperlebar Difraksi (1/Z). cara kuadrat terkecil dalam persamaan regresi
Data hasil percobaan menunjukkan bahwa linier yaitu (27,27±2,26)10-6 (0C)-1 dan dengan
semakin tinggi suhunya maka lebar celah yang metode grafik 27,43×10-6 (0C)-1
dihasilkan semakin sempit. Jadi pengaruh suhu
dengan lebar difraksi yaitu kenaikan suhu Saran
berbanding terbalik dengan lebar difraksi yang 1. Sebaiknya pengambilan data dilakukan dengan
dihasilkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jarak antara celah dengan layar yang semakin
setiap kenaikan suhu sebanding dengan seperlebar jauh.
difraksi. 2. Menggunakan variasi logam yang akan dihitung
Analisis data secara kuantitatif pada percobaan koefisien pemuaiannya.
menentukan koefisien pemuaian panjang alumunium Daftar Pustaka
menggunakan difraksi celah tunggal dengan cara Cromer, Alan H. (1994). Fisika untuk Ilmu-Ilmu
kuadrat terkecil dalam mencari persamaan regresi Hayati Edisi Kedua. Terj. Sumartono
linear dimana hasil analisis data diperoleh nilai a Prawirosusanto. Yogyakarta: Gadjah
sebesar (1,42±0,09) C/m dan b sebesar (-2,64±5,06) Mada University Press
C/m. Adanya nilai a yang sudah diperoleh maka Fakhrudin, H. 2006. Quantitative Investigation of
besarnya nilai koefisien pemuaian anjang pada Thermal Expansion Using Single-Slit
alumunium dapat dicari dengan memasukkan nilai a Diffraction. Journal Of Physics Teacher
(1,42±0,09) C/m, panjang gelombang (640±10-9)m, Vol 44, pp. 82-84.
D(2,7±0,05)m dan Lo(0,09±0,05) ke dalam Inbanathan, S.S.R. Moorthy, K., and G.
persamaan (2.26). Nilai koefisien pemuaian logam Balasubramanian, G. 2007. Measurement
alumunium diperoleh dari hasil analisis regresi linier and Demonstration of Thermal Expansion
diperoleh nilai (27,27±2,26)10-6 (0C)-1. Coefficient. Journal Of Physics Teacher
Analisis data dengan metode grafik, diperoleh Vol 45, pp. 566-567.
nilai a (1,429) C/m, panjang gelombang (640±10- Serway, R. A. & Jewwet, J. W. (2010). Fisika untuk
9
)m, D(2,7±0,05)m dan Lo(0,09±0,05) ke dalam Sains dan Teknik. Jakarta : Salemba
persamaan (2.26). Sehingga dapat dicari nilai Teknika
koefisisen pemuaian panjang Alumunium dengan Tipler, Paul A. (1991) . Fisika untuk Sains dan
cara metode grafik yaitu sebesar 27,43×10 -6 (0C)-1. Teknik. Jakarta : Erlangga
Sedangan nilai koefisien pemuaian Alumunium
menurut teori yaitu 24,43×10-6 (0C)-1. Nama Penanya : Suci NA
Perbedaan hasil percobaan dengan teori terjadi Bagaimana cara penggunaan milimeter blok pada
karena beberapa faktor, antara lain adalah sebagai alat?
berikut. Jawaban : Letaknya segaris dengan leber celahnya,
Ketidaktelitian praktikan dalam mengukur lebar lurus dengan alat. Pola terang dan gelap terlihat pada
difraksi yang dihasilkan pada layar. milimeter block. Jadi perhitungan lebih mudah. pola
cahaya ditandai dengan milimeter block terlebih
dahulu, baru diukur saat ruangan terang.