Anda di halaman 1dari 4

19

Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015
Volume 6 Nomor 1 2015 ISSN : 2302-7827

Penggunaan Metode Difraksi Celah Tunggal pada Penentuan


Koefisien Pemuaian Panjang Alumunium (Al)
Puspita Septim Wulandari, Yohanes Radiyono
Prodi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta, 57126, Indonesia
E-mail : septim.puspita@gmail.com

Abstrak

Penulisan makalah Eksperimen Fisika II bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh kenaikan suhu
dengan lebar difraksi yang dihasilkan dalam menentukan koefisien pemuaian pada Alumunium dengan
metode difraksi celah tunggal, (2) mengetahui nilai koefisien pemuaian logam Alumunium yang diperoleh
dari metode difraksi celah tunggal dengan analisis regresi linear.
Metode penelitian adalah metode eksperimen. Prinsip dasar kerja alat penentuan koefisien
pemuaian panjang pada Alumunium dengan metode difraksi celah tunggal yaitu menembakkan cahaya laser
melalui celah yang tipis hingga menimbulkan pola-pola difraksi yang berupa pola gelap dan pola terang yang
ditangkap oleh layar. Setiap kenaikan suhu tertentu yang terbaca oleh termometer, logam Alumunium akan
memuai. Pengukuran lebar difraksi dilakukan setiap kenaikan suhu tertentu dengan mengunakan
milimeterblock sebagai layar. Kemudian menggunakan analisis regresi linier hubungan antar suhu (T) dengan
seperlebar difraksi (1/Z). Koefisien pemuaian dihitung dari gradien garis hasil regresi T terhadap 1/Z.
Berdasarkan hasil percobaan, semakin suhunya meningkat maka Alumunium akan memuai.
Pemuaian ditandai dengan semakin lebarnya celah. Akibatnya ketika suhu semakin meningkat maka lebar
celah pola difraksi yang dihasilkan akan semakin sempit. Sehingga dapat diartikan bahwa kenaikan suhu
sebanding dengan seperlebar difraksi. Nilai koefisien pemuaian pada Alumunium dapat dihitung dengan dua
cara yaitu dengan cara kuadrat terkecil dalam persamaan regresi linier dan dengan metode grafik. Persamaan
untuk menghitung koefisien pemuaian panjang adalah , dengan perhitungan ralat yaitu

. Berdasarkan teori, nialai koefisien pemuaian panjang


-6 0 -1
Alumunium sebesar 24×10 ( C) . Berdasarkan eksperimen, perhitungan dengan cara kuadrat terkecil dalam
persamaan regresi linier diperoleh nilai koefisien pemuaian panjang Alumunium sebesar
(0C) -1. Sedangakan dengan perhitungan koefisien pemuaian panjang Alumunium
dengan cara metode grafik diperoleh nilai sebesar 27,43×10-6 (0C)-1.
Kata kunci : pemuaian, koefisien pemuaian Alumunium, difraksi celah tunggal

1. Pendahuluan Secara teori, nilai koefisien muai panjang pada baja


yaitu 11x10-6/oC, kuningan 19x10-6/oC, intan 1,2x10-
6o
Dalam fenomena pemuaian termal, logam akan / C, Alumunium 24x10-6/oC, dll.
memuai jika dipanaskan dan pemuaiannya berbeda- Pada mata pelajaran Fisika dalam SMP dan
beda untuk jenis logam yang berbeda. Jadi, setiap zat SMA, khususnya pada materi pemuaian termal,
mempunyai kemampuan memuai yang berbeda- siswa mengetahui nilai koefisien pemuaian panjang
beda. Faktor yang menentukan besarnya pemuaian pada logam dengan cara menghafal. Atau siswa
panjang suatu jenis zat dinamakan koefisien muai belum pernah diajarkan membuktikan nilai koefisien
panjang (α). Koefisien muai untuk padatan atau muai panjang dengan eksperimen. Nilai koefisisen
cairan biasanya tidak banyak berubah dengan muai panjang dari berbagai logam dapat ditentukan
tekanan, tetapi dapat berubah dengan temperatur. melalui suatu eksperimen. Salah satu eksperimen
Sehingga koefisien pemuaian panjang adalah yang dapat digunakan yaitu dengan metode difraksi
kecenderungan bagi perubahan panjang, luas dan cahaya yang dilewatkan pada celah tunggal yang
volume sebagai pengaruh dari perubahan suhu. sempit. Oleh karena itu, dilakukan suatu percobaan
untuk menentukan nilai koefisien pemuaian panjang

Penggunaan Metode Difraksi Celah Tunggal... Puspita Septim Wulandari


Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 20
Volume 6 Nomor 1 2015 ISSN : 2302-7827

pada Alumunium dengan metode difraksi celah


tunggal. Eksperimen bertujuan untuk: (1) . (4)
mengetahui pengaruh kenaikan suhu dengan lebar dengan mengasumsikan m =1 maka diperoleh
difraksi yang dihasilkan dalam menentukan . (5)
koefisien pemuaian pada Alumunium dengan metode
difraksi celah tunggal, (2) mengetahui nilai koefisien dengan θ merupakan besar sudut pembelokan
pemuaian logam Alumunium yang diperoleh dari gelombangcahaya, m adalah orde difraksi yang
metode difraksi celah tunggal dengan analisis regresi berupa bilangan bulat positif atau negatif, λ adalah
linear. panjang gelombang cahaya (dalam meter), dan L
adalah lebar celah (m).
2. Pembahasan

Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh


beberapa faktor yaitu panjang awal benda, koefisien
muai panjang dan besar perubahan suhu. Koefisien
muai panjang suatu benda sendiri dipengaruhi oleh
jenis benda atau jenis bahan. (Inbanathan, S.S.R.
Moorthy, K., dan G. Balasubramanian, G. 2007)
Perhatikanlah sebuah batang panjang yang
panjangnya pada temperatur . Bila temperatur
Gambar 1. Difraksi Celah Tunggal.
berubah dengan , perubahan panjang
(Sumber: Fakhrudin, H. 2006: pp 82)
sebanding dengan dan panjang mula-mula : Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa semakin kecil
(1) lebar celah (α) relatif terhadap panjang gelombang
Dengan dinamakan koefisien muai linear. Besaran (λ) cahaya, penyebaran gelombang semakin besar
ini adalah rasio fraksi perubahan panjang terhadap dan juga sebaliknya.
perubahan temperatur: Pada penentuan nilai koefisien pemuaian
alumunium dilakukan dengan menggunakan metode
(2) difraksi celah tunggal. Jika sebuah sinar laser kita
Satuan adalah kebaikan derajat Celcius (1/0C) tembakkan pada celah sempit, maka besarnya
atau kebalikan Kelvin (1/K). (Tipler, Paul A. 1991). koefisien pemuaian panjang pada alumunium. Pola
Peristiwa interferensi cahaya dapat diamati difraksi celah sempit ditunjukkan pada Gambar 2.
menggunakan percobaan Thomas Young. Serway, R.
A. & Jewwet, J. W (2010 :119) menjelaskan proses
terjadinya interferensi, yaitu gelombang-gelombang
cahaya masuk pada suatu halangan yang memiliki
dua celah yaitu celah S1 dan S2. Kedua celah ini
berfungsi sebagai sumber cahaya koheren. Cahaya
yang berasal dari S1 dan S2 ini akan menghasilkan
garis gelap terang yang disebut dengan frinji
(fringe).
Difraksi adalah peristiwa pelenturan gelombang Gambar 2. Pola Difraksi untuk Celah Sempit.
akibat perambatan gelombang melalui celah sempit. (Sumber: Fakhrudin, H. 2006: pp 82)
Menurut Serway, R. A. & Jewwet, J. W, (2010 :163). Dari gambar 2.10 diperoleh
Hal ini sesuai dengan prinsip Huygens yaitu (6)
semakin kecil celah yang dilalui gelombang, maka
penyebaran gelombang akan semakin besar. karena sudut sangat kecil maka tan = sin
Pada difraksi celah tunggal, cahaya sumber sehingga
dilewatkan pada satu celah. Pola difraksi cahayanya
bergantung pada perbandingan ukuran panjang (7) dan
gelombang dengan lebar celah yang dilewati.
Hubungan antara lebar celah dengan panjang
gelombang cahaya dapat dituliskan sebagai berikut (8) sehingga
(3)
, (9)
atau

Penggunaan Metode Difraksi Celah Tunggal... Puspita Septim Wulandari


Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 21
Volume 6 Nomor 1 2015 ISSN : 2302-7827

maka diperoleh dilakukan setiap kenaikan suhu tertentu yang dibaca


(10) oleh termometer.
Metode yang digunakan menganalisis
Untuk pertambahan panjang logam memenuhi data yaitu analisis regresi linier hubungan antara
persamaan di bawah ini suhu (T) terhadap seperlebar difraksi 1/Z. Koefisien
, (11) sehingga diperoleh pemuaian dapat dihitung dari gradien garis hasil
regresi T terhadap 1/Z. Skema rangkaian alat
percobaan ditunjukkan pada Gambar 3.
, (12)
dengan memasukkan nilai koefisien pemuaian
alumunium dapat dicari dengan persamaan

, (13)
dengan D adalah jarak laser terhadap celah sempit, z
adalah lebar difraksi, Lo adalah panjang logam
alumunium, dan T adalah suhu air. Dengan
menggunakan analisis regresi linier, maka
(14)
Gambar 3. Skema Rangkaian Alat Percobaan
Persamaan di atas merupakan Menentukan Koefisien Pemuaian Alumunium
persamaan linier Alat percobaan penentuan koefisien
dengan , dan x=T, berbentuk pemuaian panjang pada Alumunium menggunakan
difraksi celah tunggal dirancang terdiri dari beberapa
(15) alat dan bahan. Alat yang digunakan dalam
dengan a merupakan gradien garis lurus dan b pembuatan alat penentuan koefisien muai panjang
merupakan titik potong kurva pada sumbu y adalah pada Alumunium antara lain penggaris, gunting,
koefisien-koefisien yang dapat dicari dengan regresi cutter, pensil, dan tang. Sedangkan bahan yang
linier tanpa bobot. digunakan dalam penentuan koefisien muai panjang
Berdasarkan persamaan (13), sehingga diperoleh pada Alumunium yaitu pemanas air, logam
nilai a adalah Alumunium, penjepit, Celah tipis (silet),
termometer, laser, air, dan layar (milimeterblock).
(16) Rangkaian alat ditunjukkan pada Gambar 4.
sehingga α dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (16). Ralat α dapat kita hitung
berdasarkan persamaan perambatan ralat.
Metode yang digunakan untuk pengambilan data
pada alat percobaan penentuan koefisien pemuaian
panjang Alumunium (Al) yaitu metode difraksi celah
tunggal. Metode difraksi celah tunggal ini
menggunakan celah sempit yang terbuat dari
sepasang silet yang tipis. Sumber cahaya yang
digunakan berasal dari cahaya laser. Sedangkan
media penghantar panas yang digunakan untuk
memanaskan logam Alumunium (Al) yaitu air yang
dipanaskan dengan pemanas air.
Pengambilan data untuk menentukan nilai Gambar 4. Rangkaian Alat Penentuan Koefisien
koefisisen pemuaian panjang pada alumunium (Al) Pemuaian Panjang Alumunium (Al) dengan Metode
dilakukan dengan cara menembakkan cahaya laser Kisi difraksi saat Pengambilan Data.
pada celah difraksi. Cahaya laser yang ditembakkan Analisis data secara kuantitatif pada percobaan
mengenai celah yang tipis akan menimbulkan pola- menentukan koefisien pemuaian panjang alumunium
pola difraksi yang berupa pola gelap dan pola terang. menggunakan difraksi celah tunggal dapat dilakukan
Pola-pola difraksi yang berupa pola gelap dan terang dengan dua cara yaitu dengan cara kuadrat terkecil
tersebut akan ditangkap oleh layar (milimeterblock) dalam mencari persamaan regresi linear dan dengan
dan lebar pola difraksinya dapat terukur di layar. cara metode grafik.
Kemudian untuk mengukur lebar difraksi berikutnya

Penggunaan Metode Difraksi Celah Tunggal... Puspita Septim Wulandari


Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 22
Volume 6 Nomor 1 2015 ISSN : 2302-7827

Hasil percobaan didapatkan data hubungan  Kekurangtelitian praktikan dalam merangkai alat
antara kenaikan suhu 50C dengan seperlebar difraksi percobaan, sehingga hasil pengukuran lebar
(1/Z) seperti yang ditunjukkan Gambar 5. difraksi kurang teliti.
 Ketidaktelitian praktikan dalam membaca
kenaikan suhu pada termometer
 Kemungkinan jarak yang digunakan praktikan
antara kisi difraksi dengan layar masih kurang
jauh. Maka, lebar difraksi yang dihasilkan masih
kurang lebar. Sehingga dapat menyulitkan
praktikan dalam melakukan pengukuran.
 Ketidaktelitian praktikan dalam menghitung dan
menganalisis hasil percobaan
3. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1. kenaikan suhu sebanding dengan seperlebar
difraksi.
2. Nilai koefisien pemuaian pada Alumunium
Gambar 5. Grafik Hubungan antara Perubahan Suhu dapat dihitung dengan dua cara yaitu dengan
T terhadap Seperlebar Difraksi (1/Z). cara kuadrat terkecil dalam persamaan regresi
Data hasil percobaan menunjukkan bahwa linier yaitu (27,27±2,26)10-6 (0C)-1 dan dengan
semakin tinggi suhunya maka lebar celah yang metode grafik 27,43×10-6 (0C)-1
dihasilkan semakin sempit. Jadi pengaruh suhu
dengan lebar difraksi yaitu kenaikan suhu Saran
berbanding terbalik dengan lebar difraksi yang 1. Sebaiknya pengambilan data dilakukan dengan
dihasilkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jarak antara celah dengan layar yang semakin
setiap kenaikan suhu sebanding dengan seperlebar jauh.
difraksi. 2. Menggunakan variasi logam yang akan dihitung
Analisis data secara kuantitatif pada percobaan koefisien pemuaiannya.
menentukan koefisien pemuaian panjang alumunium Daftar Pustaka
menggunakan difraksi celah tunggal dengan cara Cromer, Alan H. (1994). Fisika untuk Ilmu-Ilmu
kuadrat terkecil dalam mencari persamaan regresi Hayati Edisi Kedua. Terj. Sumartono
linear dimana hasil analisis data diperoleh nilai a Prawirosusanto. Yogyakarta: Gadjah
sebesar (1,42±0,09) C/m dan b sebesar (-2,64±5,06) Mada University Press
C/m. Adanya nilai a yang sudah diperoleh maka Fakhrudin, H. 2006. Quantitative Investigation of
besarnya nilai koefisien pemuaian anjang pada Thermal Expansion Using Single-Slit
alumunium dapat dicari dengan memasukkan nilai a Diffraction. Journal Of Physics Teacher
(1,42±0,09) C/m, panjang gelombang (640±10-9)m, Vol 44, pp. 82-84.
D(2,7±0,05)m dan Lo(0,09±0,05) ke dalam Inbanathan, S.S.R. Moorthy, K., and G.
persamaan (2.26). Nilai koefisien pemuaian logam Balasubramanian, G. 2007. Measurement
alumunium diperoleh dari hasil analisis regresi linier and Demonstration of Thermal Expansion
diperoleh nilai (27,27±2,26)10-6 (0C)-1. Coefficient. Journal Of Physics Teacher
Analisis data dengan metode grafik, diperoleh Vol 45, pp. 566-567.
nilai a (1,429) C/m, panjang gelombang (640±10- Serway, R. A. & Jewwet, J. W. (2010). Fisika untuk
9
)m, D(2,7±0,05)m dan Lo(0,09±0,05) ke dalam Sains dan Teknik. Jakarta : Salemba
persamaan (2.26). Sehingga dapat dicari nilai Teknika
koefisisen pemuaian panjang Alumunium dengan Tipler, Paul A. (1991) . Fisika untuk Sains dan
cara metode grafik yaitu sebesar 27,43×10 -6 (0C)-1. Teknik. Jakarta : Erlangga
Sedangan nilai koefisien pemuaian Alumunium
menurut teori yaitu 24,43×10-6 (0C)-1. Nama Penanya : Suci NA
Perbedaan hasil percobaan dengan teori terjadi Bagaimana cara penggunaan milimeter blok pada
karena beberapa faktor, antara lain adalah sebagai alat?
berikut. Jawaban : Letaknya segaris dengan leber celahnya,
 Ketidaktelitian praktikan dalam mengukur lebar lurus dengan alat. Pola terang dan gelap terlihat pada
difraksi yang dihasilkan pada layar. milimeter block. Jadi perhitungan lebih mudah. pola
cahaya ditandai dengan milimeter block terlebih
dahulu, baru diukur saat ruangan terang.

Penggunaan Metode Difraksi Celah Tunggal... Puspita Septim Wulandari

Anda mungkin juga menyukai