ABSTRAK
Jalan Pedamaran Timur – Cengal merupakan jalan yang menghubungkan antara Pedamaran
Timur dengan Cengal yang berada di Kabupaten OKI (Ogan Komering Ilir) Provinsi
Sumatera Selatan. Jalan ini dibangun sebagai dukungan dalam peningkatan kegiatan
perekonomian dan taraf hidup masyarakat di sekitar daerah tersebut. Dalam penulisan laporan
akhir ini, penulis ingin mengetahui bagaimana merencanakan desain geometrik dan tebal
perkerasan yang baik pada Ruas jalan Pedamaran Timur - Cengal, sehingga memberikan rasa
aman, nyaman dan ekonomis bagi pengguna jalan. Dalam merencanakan desain geometrik
jalan, hal-hal yang menjadi acuan dalam perencanaan geometrik meliputi perhitungan
alinyemen horizontal, alinyemen vertikal, serta menetapkan perkerasan apa yang akan
digunakan pada jalan tersebut. Dari hasil berbagai perhitungan diatas, Ruas jalan Pedamaran
Timur - Cengalini merupakan jalan kelas I dengan kecepatan rencana jalan yaitu 70 km/jam,
dan menggunakan 7 buah tikungan. Perkerasan yang digunakan yaitu perkerasan kaku
dengan ketebalan 28,5 cm. Sedangkan lapis pondasi bawah menggunakan Agregat Kelas B
dengan ketebalan 15 cm. Pembangunan jalan ini dilaksanakan selama 165 hari kerja dengan
biaya total Rp Rp.76.698.981.000,00.
Keterangan :
Es = Jarak dari P1 ke lingkaran
TS = Titik dari tangen ke spiral
Ts = Panjang Tangen dari titik P1
ke titik TS atau ke titik ST
Sc = Titik dari spiral ke lingkaran
R = Jari-jari Lingkaran
K = Absis dari P pada garis
tangen spiral Gambar 5. Diagram Superelevasi Full
P = Pergesekan tangen terhadap Circle ( FC )
spiral
c. Spiral spiral( SS )
2.4.3 Diagram Superelevasi
Superelevasi adalah kemiringan
melintang jalan pada daerah tikungan.
Untuk bagian jalan lurus, jalan mempunyai
kemiringan melintang yang biasa disebut
lereng normal atau Normal Trawn yaitu
diambil minimum 2% baik sebelah kiri
maupun sebelah kanan AS jalan. Hal ini
dipergunakan untuk system drainase
aktif.Harga efektif (e) yang menyebabkan
kenaikan elevasi terhadap sumbu jalan di Gambar 6. Diagram Superelevasi Spiral –
beri tanda (+) dan yang menyebabkan Spiral ( SS )
penurunan elevasi terhadap jalan di beri
tanda (-).
2.4.4 Jarak Pandang 2. Lengkung vertikal cekung
Jarak pandang adalah suatu jarak Lengkug vertical cekung adalah
yang diperlukan oleh seorang saat lengkung dimana titik perpotongan antara
mengemudi sedemikian rupa, sehingga kedua tangen berada di bawah permukaan
jika pengemudi melihat suatu halangan jalan.
yang membahayakan, pengemudi dapat
melakukan sesuatu (antisipasi) untuk 2.6 Desain Perkerasan Kaku
menghindari bahaya tersebut dengan Perkerasan jalan adalah lapisan atau
aman. badan jalan yang menggunakan bahan-
Jarak pandang terdiri dari : bahan khusus yang secara konstruktif lebih
a. Jarak pandang henti (Jh) baik dari pada tanah dasar. Perkerasan
b. Jarak pandang mendahului (Jd) jalan berfungsi memberikan pelayanan
kepada sarana transportasi dan selama
2.4.5 Kebebasan Samping masa pelayananya diharapkan tidak terjadi
Jarak pandang pengemudi pada kerusakan yang berarti.
lengkung horizontal (di tikungan) adalah Secara umum perkerasan jalan
pandangan bebas pengemudi dari halangan mempunyai persyaratan yaitu kuat, awet,
benda-benda di sisi jalan. kedap air, rata, tidak licin, murah dan
mudah dikerjakan. Oleh karena itu bahan
2.4.6 Pelebaran Perkerasan perkerasan jalan yang paling cocok adalah
Pelebaran perkerasaan dilakukan pasir, kerikil, batu dan bahan pengikat
pada tikungan-tikungan yang tajam, agar (aspal atau semen).
kendaraan tetap pada dapat Berdasarkan suatu bahan ikat, lapisan
mempertahankan lintasannya pada jalur perkerasan jalan dibagi menjadi dua
yang telah disediakan. kategori, yaitu :
a. Perkerasan kaku (Rigid Pavement)
2.4.7 Perhitungan Stasioning (STA) Yaitu suatu perkerasan yang
Stationing adalah dimulai dari awal menggunakan bahan campuran beton
proyek dengan nomor station angka bertulang, atau bahan-bahan yang
sebelah kiri tanda (+) menunjukkan bersifat kaku.
(meter). Angka stationing bergerak b. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
kekanan dari titik awal proyek menuju titik Yaitu suatu perkerasan yang
akhir proyek. menggunakan bahan campuran aspal
dan agregat atau bahan-bahan yang
2.5 Alynemen Vertikal bersifat tidak kaku.
Alinemen vertical adalah perencanaan c. Perkerasan Komposit (Komposite
elevasi sumbu jalan pada setiap titik yang Pavement)
ditinjau, berupa profil memanjang. Pada Yaitu perkerasan dengan menggunakan
perencanaan alinemen vertical terdapat dua bahan, maksudnya menggabungkan
kelandaian positif (Tanjakan) dan dua bahan yang berbeda yaitu aspal dan
kelandaian negative (Turunan), sehingga beton. (Shirley L. Hendarsin, 2000 )
kombinasinya barupa lengkung cembung
dan lengkung cekung. Disamping kedua 2.6.1 Metode Bina Marga
lengkung tersebut terdapat pula kelandaian Metode bina marga merupakan
= 0 (datar). pengembangan dari cara AASHTO yang
1. Lengkung vertical cembung telah disesuaikan dengan kondisi dan
Lengkung vertical cembung adalah situasi di Indonesia. Cara ini telah
lengkung dimana titik perpotongan antara dibukukan oleh Direktorat Jendral Bina
tangent berada di atas permuaan jalan Marga dalam buku “Pedoman Penentuan
Tebal Perkerasan Kaku Jalan Raya”.
2.6.2 Desain Sambungan A = ( b + z.y) y
Sambungan pada perkerasan beton t = b + 2zy
semen ditujukan untuk membatasi
tegangan dan pengendalian retak yang D =
disebabkan oleh penyusutan,pengaruh
lenting serta beban lalu-lintas, V = Kst. R2/3.I1/2
Memudahkan pelaksanaan. Dan Q = V.A
Mengakomodasi gerakan pelat. Penampang ekonomis:
Pada perkerasan beton semen terdapat
beberapa jenis sambungan antara lain: B + 2zy = 2 y
a. Sambungan Memanjang dengan Batang
Pengikat (tiebars) Tinggi Jagaan :
b. Sambungan Pelaksanaan Memanjang
c. Sambungan Susut Memanjang W=
d. Sambungan Susut dan Sambungan
Pelaksanaan Melintang Dimana :
e. Sambungan susut melintang A = Luas penampang melintang(m2)
f. Sambungan Pelaksanaan Melintang B = lebar saluran (m)
g. Sambungan isolasi p = keliling basah (m)
T = lebar puncak (m)
2.7 Desain Drainase Y = kedalaman saluran yang
Dalam pembangunan dan tergenang air (m)
pemeliharaan jalan, drainase sangat D = kedalaman hidrolis (m)
penting diperhatikan. Selain akibat tanah V = kecepatan rata-rata aliran (m/dt)
dasar yang buruk, kondisi drainase yang I = kemiringan dasar saluran
buruk, juga menjadi penyebab utama Q = debit aliran air (m3/detik)
kerusakan perkerasan. Genangan air yang Z = perbandingan kemiringan talud
terlalu lama dilingkungan perkerasan W = tinggi jagaan (m)
menjadi melunak dan berkurang H = tinggi muka air (m)
kekuatannya. Drainase juga merupakan
masalah penting sebelum dilakukannya 2. Gorong-gorong bentuk Persegi (box
perancangan perkuatan perkerasan, seperti culvert):
pemberian lapis tambahan.
A = Q/V
B = 2h Gambar 9. Tahap penyusunan anggraan
A=lxh biaya (RAB)
Perhitungan :
1 1
Rc = R− Bn+ b
4 2
1 1
= 160− .7+ 2,6
4 2
=159,55 m
B=
√ {√ Rc −64 +1,25 } +64−√ Rc −64+1,25
2
2
2
=
√ {√ 159,55 −64+ 1,25 } +64−√ 159,55 ²−64 +1,25
2
2
= 2,699 m
0,105 x V
Z =
√R
0,105 x 70
=
√160
=0,581 m
Bt = n (B+C) + Z
= 2 (2,699 +0,8) + 0,581
=7,579 m
∆ b = Bt - Bn
Gambar 11. Tikungan & Diagram =7,579 - 7
Superelevasi Spiral –Spiral ( SS ) =0,579 m (perlu pelebaran)
Tabel 3 Pelebaran pada perkerasan
LV
EPLV = Elev PPV – g1.
2
Ṝ A2 = 1,5 m x 200 m = 300 m2
R−¿ A3 = 100 m x 200 m = 20000 m2
¿
Sx = ¿ 2 Atotal = A1 + A2 +A3
¿ = 700 + 300 + 20000
∑¿ = 21000 m2 = 0,021000 km2
√¿ Sehingga C rata rata di dapat pada saluran
Selanjutnya dari Analisa frekuensi samping D1 :
curah hujan diatas dengan menggunakan C 1. A 1+C 2. A 2+ C 3. A 3
metode Gumbel dapat dihitung hujan rata- C =
A 1+ A 2+ A 3
rata maksimumnya dengan jumlah 0,85. 700+0,75 . 300+0,35 . 20000
pengamatan (n) = 10 tahun maka didapat =
10200
dari tabel Standar DeviasiSn dan Yn (SNI = 0,372
03-3424-1994) sebagai berikut:
N = 10 tahun Sn = 0,9496 b. Perhitungan waktu konsentrasi (Tc)
Yn = 0,4952
Koefisien Hambatan (nd)
Tabel 7. Perhitungan Curah hujan rencana Nd (jalan) = 0,013 (Lapisan
(Rt) semen dan aspal beton )
Nd (bahu) = 0,20 (Tanah
dengan rumput tipis)
Nd (catchment area) = 0,40 ( Padang
rumput dan rerumputan)
0,01363 = 1,363 %
Saluran Samping
i) Kontrol dimensi saluran
Qd = A x Vd Qd < Qmaks
a) A desain (Ad) 2
= 0,27m x 1.36 m/detik
Q 0,408 m 3 /detik = 0,367 < Qmaks = 0,408 m3/detik
Ad= =
V 1,5 m/detik
= 0,27 m2
b) A Ekonomis (Ae)
Ae = b + 2zy = 2y √ z2 +1
b + 2.(1)y = 2y √ 12+1
(1+i )20 −1
R = =
e log ( 1+i)
(1+0,060 )20−1
e log (1+0,060 )
= 37,878
JSKN = 365 x 16478 x 37,878
= 22,7 x 106
b. Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga
Gambar 13 Penampang Saluran Samping selama umur rencana:
JSKN rencana = 0,5 x 22,7 x 106
3.4 Desain Perkerasan Kaku = 11,37x 106
Perencanaan perkerasan jalan pada 2. Perhitungan Jumlah Sumbu Repetisi
tugas akhir ini menggunakan perkerasan Proporsi beban =
kaku (rigid pavement) dan dihitung dengan
menggunakan metode Bina Marga Pd-T-
14-2003.
Tabel 8. Data lalu lintas
Jumlah sumbu
Total Jumlah sumbu
1063
= = 0,06
17711
Proporsi sumbu=
229,41
CBRrata-rata = =
25 Total jumlah sumbu
9,17% Total sumbu kendaraan
CBR segmen = 9,17 –
11,76−6,65 17711
= = 0,94
3,18 18774
= 7,56%
1. Analisa Lalu Lintas Tabel 9. Perhitungan Repitisi Sumbu
a. Jumlah Kendaraan Niaga (JSKN) Rencana
selama umur rencana 20 tahun :
JSKN = 365 x JKNH x R 3. Perhitungan tebal perkerasan kaku
JSKNH = 16478 buah kendaraan
Dicoba tebal taksiran pelat beton 200 dan lebar bahu jalan 2 x 1,5 m dengan
mm dari pembacaan grafik didapat analisa kemiringan melintang 4% dengan
fatig dan analisa erosi lebih dari 100 %. panjang jalan 6,5 km.
Beban rencana Per roda 2. Pada perencanaan jalan ini terdapat 7
Beban Sumbu buah tikungan diantaranya 1 tikungan
= x Fkb
Jumlah Sumbu per kend . Spiral-Spiral, 3 tikungan jenis Spiral-
60 Circle-Spiral, dan 3 buah tikungan Full
= x 1,1 = 33 Circle.
2
TE 0.89 3. Besarnya volume galian pembangunan
FRT = = = 0,2 proyek ini adalah 46414,42 m3.
Fcf 4,25
Sedangkan volume timbunan 66726,81
Tabel 10. Analisa fatig dan erosi m3. Dari perencanaan tebal
perkerasan,perkerasan jalan
digunakanperkerasan kaku di mutu
beton K-350 dengan tebal plat 20 cm,
lebar jalan 7 m, dengan jarak
sambungan susut 5 m. Untuk pondasi
bawah menggunakan Agregat kelas B =
15 cm, serta lebar bahu 3,0 m (1,5 m
kiri dan 1,5 m kanan jalan) .
4. Untuk pembangunan jalan ini
diperlukan dana sebesar
Setelah di coba dengan tebal taksiran pelat Rp.76.698.981.000,00 (Terbilang:
beton 200 mm, menunjukan bahwa Tujuh puluh enam miliar enam ratus
jumlah persentase fatig lebih besar 100 , sembilan puluh depalan ribu sembilan
sehingga diambil tebal pelat 200 mm ratus delapan puluh satu ribu rupiah)
karena dari perhitungan di atas presentase dengan waktu pelaksanaan 165 hari
kerusakan akibat fatig (lelah) dan lebih kerja.
kecil dari 100%.
4.2 Saran
Dalam pembuatan laporan akhir ini ada
beberapa saran yang dapat penulis
sampaikan antara lain :
3.5 Rencana Anggaran Biaya (RAB) 1. Dalam merencanakan perencanaan
geometrik jalan raya harus disesuaikan
Tabel 11. Rekapitulasi Biaya dengan kebutuhan dan harus
4. PENUTUP berpedoman pada standar yang berlaku
4.1 Kesimpulan dan lebih mengutamakan keamanan
Dari hasil perhitungan Skripsi dengan serta kenyamanan pengguna jalan.
judul“Desain Geometrik Dan Perkerasan 2. Penentuan kecepatan rencana
Kaku Ruas Jalan Pedamaran Timur – hendaknya harus disesuaikan dengan
Cengal STA 43+500 s/d STA50+250 klasifikasi jalan.
Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi 3. Dalam menentukan permukaan tanah
Sumatera Selatan” ini, maka dapat diambil rencana diusahakan tidak terlalu jauh
kesimpulan antara lain : berbeda dari permukaan tanah asli
1. Jalan yang direncanakan pada proyek karena akan berpengaruh pada biaya
ini termasuk jalan kelas 1 (JalanArteri). pekerjaan galian dan timbunan dalam
Kecepatan rencana jalan ini yaitu 70 proyek tersebut.
km/jam dimana lebar perkerasan 2 x 3,5 4. Dalam menghitung rencana anggaran
m dengan kemiringan melintang 2% biaya haruslah menggunakan
menggunakan daftar harga yang terbaru
dan dikeluarkan oleh PU Bina Marga
didaerah dimana proyek tersebut akan
dilaksanakan.
5. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jenderal Bina Marga, 1997, Tata
Cara Perencanaan Geometrik Jalan
Antar Kota, Badan Penerbit PU,
Jakarta.
Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah, 2003, Perencanaan
Perkerasan Jalan Beton Semen Pd T-
14-2003, Jakarta.