Anda di halaman 1dari 16

DESAIN GEOMETRIK DAN PERKERASAN KAKU RUAS JALAN PEDAMARAN

TIMUR - CENGAL STA43+500S/D STA 50+250


KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR
PROVINSI SUMATERA SELATAN

M. Noviansyah Nugraha 1,Rachmat Hakiki 2


1
Program Studi Perancangan Jalan dan Jembatan, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri
Sriwijaya
Email : rachmathakiki@gmail.com, muhammadnoviansyah757@gmail.com

ABSTRAK

Jalan Pedamaran Timur – Cengal merupakan jalan yang menghubungkan antara Pedamaran
Timur dengan Cengal yang berada di Kabupaten OKI (Ogan Komering Ilir) Provinsi
Sumatera Selatan. Jalan ini dibangun sebagai dukungan dalam peningkatan kegiatan
perekonomian dan taraf hidup masyarakat di sekitar daerah tersebut. Dalam penulisan laporan
akhir ini, penulis ingin mengetahui bagaimana merencanakan desain geometrik dan tebal
perkerasan yang baik pada Ruas jalan Pedamaran Timur - Cengal, sehingga memberikan rasa
aman, nyaman dan ekonomis bagi pengguna jalan. Dalam merencanakan desain geometrik
jalan, hal-hal yang menjadi acuan dalam perencanaan geometrik meliputi perhitungan
alinyemen horizontal, alinyemen vertikal, serta menetapkan perkerasan apa yang akan
digunakan pada jalan tersebut. Dari hasil berbagai perhitungan diatas, Ruas jalan Pedamaran
Timur - Cengalini merupakan jalan kelas I dengan kecepatan rencana jalan yaitu 70 km/jam,
dan menggunakan 7 buah tikungan. Perkerasan yang digunakan yaitu perkerasan kaku
dengan ketebalan 28,5 cm. Sedangkan lapis pondasi bawah menggunakan Agregat Kelas B
dengan ketebalan 15 cm. Pembangunan jalan ini dilaksanakan selama 165 hari kerja dengan
biaya total Rp Rp.76.698.981.000,00.

Kata Kunci : Alinyemen, Perencanaan Geometrik, Perkerasan Kaku

1. PENDAHULUAN bagian dari perencanaan jalan yang


1.1 Latar Belakang ditekankan pada perencanaan bentuk fisik
Jalan adalah prasarana transportasi sehingga dapat memenuhi fungsi dasar
darat yang meliputi segala bagian jalan, dari jalan yaitu memberikan pelayanan
termasuk bangunan pelengkap, dan yang optimum pada arus lalu lintas dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi sebagai akses dari satu tempat ke tempat
lalu lintas, yang berada dipermukaan lain.
tanah, dibawah permukaan tanah dan atau Kebutuhan akan prasarana jalan yang
air, serta di atas permukaan air, kecuali baik merupakan faktor penunjang
jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel lancarnya perekonomian, karena adanya
(Permen PU Nomor 19 Tahun 2011). Seba prasarana jalan yang baik akan
gai pendukung pertumbuhan dan mempermudah dan mempercepat
pengembangan suatu wilayah,perencanaan mobilisasi penduduk, melancarkan
jalan yang matang diperlukan agar dalam pendistribusian barang dan jasa dari satu
pelayanannya efektif dan efisien. tempat ke tempat lain, bahkan membuka
Perencanaan geometrik jalan merupakan daerah-daerah yang terisolir. Wilayah
Cengal dan Pedamaran Timur breada di 1. Desain Jalan Ruas Pedamaran Timur –
Pesisir Timur Kabupaten Ogan Komering Cengal pada STA 43+500 s/dSTA
Ilir yang terbagi rimba hutan tropis dan 50+250yaitu sepanjang 5,75 Km.
hamparan rawa gambut yang luas, dimana
di daerah ini terdapat banyak masyarakat 2. Desain Geometrik Jalan, Desain
menggunakan lahan gambut menjadi Perkerasan Jalan, Desain Drainase,
perkebunan sawit dan karet. Daerah Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
Cengal dan pedamaran juga merupakan dan Penjadwalan Proyek (Barchart dan
salah satu sasaran eksploitasi kayu di Kurva S)
Sumatera Selatan yaitu kayu dari pohon –
pohon yang tumbuh di lahan gambut, 2.LANDASAN TEORI
seperti perepat, ramin medang siluang dan 2.1 Pengertian Jalan
lainya Jalan adalah suatu prasarana yang
Dalam hal ini, akses jalan di daerah digunakan untuk memperlancar
tersebut belum memadai karena akses perhubungan darat dan merupakan
jalan berlubang dan berlumpur, sehingga komponen utama sistim trasportasi
menyebabkan masyarakat Pesisir Timur angkutan darat yang digunakan
khususnya daerah Cengal dan Pedamaran sipengemudi, kendaraan dan lingkungan
Timur sulit untuk memasuki jalan itu sendiri. Untuk itu lalu lintas diatas
perkembangan pasar ekonomi oleh sebab jalan raya harus terselenggara secara
itu perlunya dibangun Jalan penghubung lancar dan aman sehingga proses
antara daerah Cengal dan Pedamaran pengakutan berjalan dengan cepat, tepat,
Timur agar meningkatkan aksebilitas bagi efisien, dan ekonomis.
sarana transportasi serta untuk memajukan
kesejahteraan masyarakat di bidang 2.2 Klasifikasi Jalan
ekonomi, sosial dan budaya. Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi
atas :
1.2 Tujuan dan Manfaat 1.Jalan Arteri
Perencanaan ruas jalan Pedamaran 2.Jalan Kolektor
Timur – Cengalyang akan didesain 3. Jalan Lokal
bertujuan untuk menghubungan antara
daerah pedamaran timur ke daerah Cengal 2.3 Kecepatan Rencana
Provinsi Ogan komering Ilir. Kecepatan adalah besaran yang
Adapun manfaat dari pembangunan menunjukkan jarak yang ditempuh
jalan Pedamaran timur - Cengal ini adalah kendaraan dibagi waktu tepuh.Biasanya
memberikan rasa aman dan nyaman bagi dinyatakan dalam km/jam. Kecepatan
para pengendara, mempelancar arus lalu rencana (Vr) pada ruas jalan adalah
lintas, meningkatkan aksebilitas bagi kecepatan yang dipilih sebagaidasar
sarana transportasi serta untuk memajukan perencanaan geometrik jalan yang
kesejahteraan masyarakat. selain itu, memungkinkan kendaraan-kendaraan
dengan pembangunan jalan ini dapat bergerak dengan aman dan nyaman dalam
menyediakan dan memberikan fasilitas kondisi cuaca yangcerah, lalu lintas yang
prasarana transportasi bagi masyarakat. lenggang, dan tanpa pengaruh samping
jalan yangberarti
1.3 Pembatasan Masalah
Agar Tugas akhir ini bisa dapat 2.4 Alynemen Horizontal
diselesaikan dan masalah yang dibahas Pada perencanaan alinemen horizontal,
sesuai dengan judul yang di ambil, maka umumnya akan ditemui dua bagian jalan,
penulis membatasi masalah yang akan yaitu: bagian lurus dan bagian lengkung
dibahas, yaitu : atau umum disebut tikungan yang terdiri
dari 3 jenis tikungan yang digunakan, b. Spiral Circle Spiral (SCS)
yaitu: Spiral circle spiral adalah bentuk
a. Full Circle ( FC ) tikungan dari bagian lurus ke circle yang
b. Spiral – Spiral ( SS) panjangnya diperhitungkan dengan melihat
c. Spiral – Circle – Spiral ( SCS ) perubahan gaya sentrifugal dari nol sampai
ada nilai gaya sentrifugal
2.4.1 Panjang Bagian Lurus
Panjang maksimum bagian lurus
dapat ditempuh dalam waktu ≤ 2,5 menit
(sesuai Vr), dengan pertimbangan
keselamatan pengemudi akibat dari
kelelahan.

Tabel 1. Panjang Bagian Lurus


Panjang Bagian Lurus
Fungsi
Maksimum ( m )
Jalan
Datar Bukit Gunung
Arteri 3000 2500 2000
kolektor 2000 1750 1500

2.4.2 Jenis –Jenis Tikungan


a. Full Circle ( FC )
Gambar 2. Tikungan Spiral Circle Spiral
Full Circle adalah jenis tikungan yang
(SCS)
hanya terdiri dari bagian suatu lingkaran
saja.
Keterangan :
Xs = Absis titik SC pada garis tangen,
jarak dan titik TS ke SC
Ys = Koordinat titik SC pada garis
tegak lurus pada garis tangent
Ls = Panjang Lengkung Peralihan
L’ = Panjang busur lingkaran (dari
titik SC ke CS)
Ts = Panjang tangent (dari titik P1 ke
TS atau ke ST)
TS = Titik dari tangen ke spiral
SC = Titik dari spiral ke lingkaran
Es = Jarak dari P1 ke lingkaran
R = Jari-jari Lingkaran
Gambar 1. Tikungan Full Circle ( FC ) P = Pergesekan tangen terhadap
spiral
Keterangan : K = Absis dari P pada garis tangen
∆ = sudut tikungan spiral
Tc = panjang tangen jarak dari TC ke P1 ∆ = Sudut tikungan atau sudut
atau P1 ke CT tangen
R = jari-jari lingkaran Ѳs = Sudut lengkung spiral
L’ = panjang busur lingkaran
Ec = jarak luar dari P1 ke busur lingkaran
a. Full Circle ( FC )
C. Spiral spiral( SS )
Bentuk tikungan Spiral spiral (SS)
ini digunakan pada keadaan yang sangat
tajam

Gambar 4. Diagram Superelevasi Full


Circle ( FC )

b. Spiral Circle Spiral ( SCS )


Gambar 3. Tikungan Spiral Spiral (SS)

Keterangan :
Es = Jarak dari P1 ke lingkaran
TS = Titik dari tangen ke spiral
Ts = Panjang Tangen dari titik P1
ke titik TS atau ke titik ST
Sc = Titik dari spiral ke lingkaran
R = Jari-jari Lingkaran
K = Absis dari P pada garis
tangen spiral Gambar 5. Diagram Superelevasi Full
P = Pergesekan tangen terhadap Circle ( FC )
spiral
c. Spiral spiral( SS )
2.4.3 Diagram Superelevasi
Superelevasi adalah kemiringan
melintang jalan pada daerah tikungan.
Untuk bagian jalan lurus, jalan mempunyai
kemiringan melintang yang biasa disebut
lereng normal atau Normal Trawn yaitu
diambil minimum 2% baik sebelah kiri
maupun sebelah kanan AS jalan. Hal ini
dipergunakan untuk system drainase
aktif.Harga efektif (e) yang menyebabkan
kenaikan elevasi terhadap sumbu jalan di Gambar 6. Diagram Superelevasi Spiral –
beri tanda (+) dan yang menyebabkan Spiral ( SS )
penurunan elevasi terhadap jalan di beri
tanda (-).
2.4.4 Jarak Pandang 2. Lengkung vertikal cekung
Jarak pandang adalah suatu jarak Lengkug vertical cekung adalah
yang diperlukan oleh seorang saat lengkung dimana titik perpotongan antara
mengemudi sedemikian rupa, sehingga kedua tangen berada di bawah permukaan
jika pengemudi melihat suatu halangan jalan.
yang membahayakan, pengemudi dapat
melakukan sesuatu (antisipasi) untuk 2.6 Desain Perkerasan Kaku
menghindari bahaya tersebut dengan Perkerasan jalan adalah lapisan atau
aman. badan jalan yang menggunakan bahan-
Jarak pandang terdiri dari : bahan khusus yang secara konstruktif lebih
a. Jarak pandang henti (Jh) baik dari pada tanah dasar. Perkerasan
b. Jarak pandang mendahului (Jd) jalan berfungsi memberikan pelayanan
kepada sarana transportasi dan selama
2.4.5 Kebebasan Samping masa pelayananya diharapkan tidak terjadi
Jarak pandang pengemudi pada kerusakan yang berarti.
lengkung horizontal (di tikungan) adalah Secara umum perkerasan jalan
pandangan bebas pengemudi dari halangan mempunyai persyaratan yaitu kuat, awet,
benda-benda di sisi jalan. kedap air, rata, tidak licin, murah dan
mudah dikerjakan. Oleh karena itu bahan
2.4.6 Pelebaran Perkerasan perkerasan jalan yang paling cocok adalah
Pelebaran perkerasaan dilakukan pasir, kerikil, batu dan bahan pengikat
pada tikungan-tikungan yang tajam, agar (aspal atau semen).
kendaraan tetap pada dapat Berdasarkan suatu bahan ikat, lapisan
mempertahankan lintasannya pada jalur perkerasan jalan dibagi menjadi dua
yang telah disediakan. kategori, yaitu :
a. Perkerasan kaku (Rigid Pavement)
2.4.7 Perhitungan Stasioning (STA) Yaitu suatu perkerasan yang
Stationing adalah dimulai dari awal menggunakan bahan campuran beton
proyek dengan nomor station angka bertulang, atau bahan-bahan yang
sebelah kiri tanda (+) menunjukkan bersifat kaku.
(meter). Angka stationing bergerak b. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
kekanan dari titik awal proyek menuju titik Yaitu suatu perkerasan yang
akhir proyek. menggunakan bahan campuran aspal
dan agregat atau bahan-bahan yang
2.5 Alynemen Vertikal bersifat tidak kaku.
Alinemen vertical adalah perencanaan c. Perkerasan Komposit (Komposite
elevasi sumbu jalan pada setiap titik yang Pavement)
ditinjau, berupa profil memanjang. Pada Yaitu perkerasan dengan menggunakan
perencanaan alinemen vertical terdapat dua bahan, maksudnya menggabungkan
kelandaian positif (Tanjakan) dan dua bahan yang berbeda yaitu aspal dan
kelandaian negative (Turunan), sehingga beton. (Shirley L. Hendarsin, 2000 )
kombinasinya barupa lengkung cembung
dan lengkung cekung. Disamping kedua 2.6.1 Metode Bina Marga
lengkung tersebut terdapat pula kelandaian Metode bina marga merupakan
= 0 (datar). pengembangan dari cara AASHTO yang
1. Lengkung vertical cembung telah disesuaikan dengan kondisi dan
Lengkung vertical cembung adalah situasi di Indonesia. Cara ini telah
lengkung dimana titik perpotongan antara dibukukan oleh Direktorat Jendral Bina
tangent berada di atas permuaan jalan Marga dalam buku “Pedoman Penentuan
Tebal Perkerasan Kaku Jalan Raya”.
2.6.2 Desain Sambungan A = ( b + z.y) y
Sambungan pada perkerasan beton t = b + 2zy
semen ditujukan untuk membatasi
tegangan dan pengendalian retak yang D =
disebabkan oleh penyusutan,pengaruh
lenting serta beban lalu-lintas, V = Kst. R2/3.I1/2
Memudahkan pelaksanaan. Dan Q = V.A
Mengakomodasi gerakan pelat. Penampang ekonomis:
Pada perkerasan beton semen terdapat
beberapa jenis sambungan antara lain: B + 2zy = 2 y
a. Sambungan Memanjang dengan Batang
Pengikat (tiebars) Tinggi Jagaan :
b. Sambungan Pelaksanaan Memanjang
c. Sambungan Susut Memanjang W=
d. Sambungan Susut dan Sambungan
Pelaksanaan Melintang Dimana :
e. Sambungan susut melintang A = Luas penampang melintang(m2)
f. Sambungan Pelaksanaan Melintang B = lebar saluran (m)
g. Sambungan isolasi p = keliling basah (m)
T = lebar puncak (m)
2.7 Desain Drainase Y = kedalaman saluran yang
Dalam pembangunan dan tergenang air (m)
pemeliharaan jalan, drainase sangat D = kedalaman hidrolis (m)
penting diperhatikan. Selain akibat tanah V = kecepatan rata-rata aliran (m/dt)
dasar yang buruk, kondisi drainase yang I = kemiringan dasar saluran
buruk, juga menjadi penyebab utama Q = debit aliran air (m3/detik)
kerusakan perkerasan. Genangan air yang Z = perbandingan kemiringan talud
terlalu lama dilingkungan perkerasan W = tinggi jagaan (m)
menjadi melunak dan berkurang H = tinggi muka air (m)
kekuatannya. Drainase juga merupakan
masalah penting sebelum dilakukannya 2. Gorong-gorong bentuk Persegi (box
perancangan perkuatan perkerasan, seperti culvert):
pemberian lapis tambahan.

2.7.1 Saluran Samping & Box Culvert


Desain saluran dapat dibagi dalam
beberapa jenis
1. Saluran bentuk trapezium (saluran
samping):

Gambar 7. Saluran dengan bentuk Gambar 8. Sketsa gorong gorong dengan


trapesium bentuk persegi

A = Q/V
B = 2h Gambar 9. Tahap penyusunan anggraan
A=lxh biaya (RAB)

Tinggi Jagaan : Manajemen proyek adalah suatu


perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
W=
dan koordinasi suatu proyek dari awal
hingga berakhirnya proyek untuk
Dimana : manjamin pelaksanaan proyek secara tepat
A = luas penampang melintang (m2) waktu, tepat biaya dan tepat mutu.
l = lebar saluran (m) Rencana kerja (time schedule) adalah
V = kecepatan rata-rata aliran (m/dt) pengaturan waktu rencana kerja secara
W = tinggi jagaan terperinci terhadap suatu item pekerjaan
ɦ = tinggi muka air (m) yang berpengaruh terhadap selesainya
h = tebal penampang saluran(cm) secara keseluruhan suatu proyek
I = intensitas curah hujan konstruksi.
Adapun jenis-jenis schedule atau rencana
2.8 Rencana Anggaran Biaya dan
kerja, yaitu :
Manajemen Proyek
1. Bagan balok (barchart)
Kegiatan estimasi pada umunya
dilakukan dengan terlebih dahulu Adalah sekumpulan daftar kegiatan
mempelajari gambar rencana dan yang disusun dalam kolom arah vertikal
spesifikasi. Berdasarkan gambar rencana dan kolom arah horizontal yang
dapat diketahui kebutuhan material yang menunjukkan skala waktu.
nantinya akan digunakan, sedangkan 2. Kurva S
berdasarkan spesifikasi dapat diketahui
kualitas bangunanya. Perhitungan Adalah kurva yang menggambarkan
kebutuhan material dilakukan secara teliti kumulatif progress pada setiap waktu
da konsisten kemudian ditentukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
harganya. Dalam proses konstruksi secara Bertambah atau tidaknya persentase
menyeluruh, termasuk jenis dan kebutuhan pembangunan konstruksi dapat dilihat
alat, karena faktor tersebut dapat pada kurva S dan dapat dibandingkan
mempengaruhi biaya konstruksi. dengan keadaan dilapangan.
3. Jaringan Kerja/ Network Planning
(NWP)
Network planning adalah sebuah jadwal
kegiatan pekerjaan berbentuk diagram
network sehingga dapat diketahui pada
area mana pekerjaan yang termasuk
kedalam lintasan kritis dan harus
diutamakan pelaksanaanya
3. Menentukan lengkung peralihan (Ls)
Gambar 10. Sketsa Network Planning a. Berdasarkan waktu tempuh
maksimum selama 3 detik
Vr
Ls min = T
3,6
3.PERHITUNGAN KONSTRUKSI 70
= x3
3.1 Desain Alynemen Horizontal 3,6
1. Desain Tikungan = 58,3 m
Tikungan 1
Pada tikungan ini digunakan tikungan jenis b. Berdasarkan antisipasi gaya
Spiral– Spiral (SS) sentrifugal
Dimana dalam perencanaan : Vr 3 Vr . e
Δ1 = 115, 31 º Ls min = 0,022 - 2,727
R.C C
R = 160 m 70
3

Vr = 70 km/jam = 0,022 - 2,727


160 . 0,4
emaks = 10% 70 . 0,1
en = 2%
0,4
em =8%
= 70.18 m
fm = –0,00065 . Vr + 0,192
=–0,00065 . 70 + 0,192 c. Berdasarkan tingkat pencapaian
= 0,147 kelandaian
e = superelevasi
1. Menentukan nilai Rmin, Dmax, D : em = superelevasi maksimum 10%
V2 en = superelevasi normal 2%
Rmin =
127 (e max + f m ) e
702 (¿ ¿ m−en )Vr
= Ls min =
127 (0,1+0,147) 3,6 r e
= 156,21m ¿
1432,4 (0,10−0,02)
Dmax = = x 70
Rmin 3,6 . 0,025
1432,4 = 44,44 m
=
156,21
= 9,17º 4. Menentukan nilai θ s dan kontrol
1432,4 panjang Ls ( Ls* > Ls )
D = 1
R θ s = ∆
1432,4 2
= 1
160 = x 115,31º
= 8.95º 2
= 57,655º
2. Menentukan kemiringan tikungan (e) : R . θs
Ls* =
e max 2. e max 28,648
e = − 2 xD(
Dmax
2
+ ) (
D❑max
xD
) =
160. 57,655
28,648
0,10
= − ( 9,17
2
x 8.95
)2
+
Ls* = 322 m

2.0,10 Dari persamaan diatas, maka diambil nilai


( 9,17
x 8.95 ) terbesar Ls = 322 m
p = p* x Ls
= 0,099 10 %
= 0,0654762 x 322
= 21,08m Tabel 2 Hasil Perhitungan Tikungan
k = k* x Ls
= 0,4908904 x 322
= 158,067 m
Ts = (R+ p) tan ½ Δ + k
= (160 +21,08) tan ½ (115,31º) +
158,067
= 433,263 m
( R+ p)
Es = –R
cos ½ Δ
(160+ 21,08) 2. Perhitungan Pelebaran Perkerasan
= – 160 pada Tikungan
cos ½(115,31 ˚ )
= 178,46 m
Tikungan 1,(Spiral – Spiral)
Kontrol = 2 Ls < 2Ts Didalam perencanaan digunakan :
= 2 x 322 < 2 x 433,263 V = 70 km/jam
= 64 4< 866,526 (OK) R = 160 m
n = 2 lajur
Bn = 7 m
c = 0,8 m
b = 2,6 m

Perhitungan :
1 1
Rc = R− Bn+ b
4 2
1 1
= 160− .7+ 2,6
4 2
=159,55 m

B=
√ {√ Rc −64 +1,25 } +64−√ Rc −64+1,25
2
2
2

=
√ {√ 159,55 −64+ 1,25 } +64−√ 159,55 ²−64 +1,25
2
2

= 2,699 m

0,105 x V
Z =
√R
0,105 x 70
=
√160
=0,581 m

Bt = n (B+C) + Z
= 2 (2,699 +0,8) + 0,581
=7,579 m

∆ b = Bt - Bn
Gambar 11. Tikungan & Diagram =7,579 - 7
Superelevasi Spiral –Spiral ( SS ) =0,579 m (perlu pelebaran)
Tabel 3 Pelebaran pada perkerasan

3. Perhitungan Kebebasan Samping 3.2 Desain Alynemen Vertikal

pada Tikungan Lengkung Vertikal (Cembung)


Kebebasan samping pada tikungan PV 1 = STA 43 + 900
dapat ditinjau berdasarkan jarak pandang Elevasi PVA = 26 m
henti (Jh ) dan jarak pandang menyiap Jarak PVA – PV1 = 400 m
(Jd). Elevasi PV1 = 26m
Tikungan 1 (Spiral-Spiral) Jarak PV1 – PV2 = 100 m
V = 70 km/jam Elevasi PV2 = 24 m
Jh = 100 m
Jd = 350 m Kelandaian :
Elevasi PV A−Elevasi PV 1
R = 160 m g1 =
Lt = 644 m Jarak PVA −PV 1
x 100%
Perhitungan :
Jarak pandang henti (Jh ) 26 m−26 m
= x 100 %
90° . Jh 400 m
θ = =0%
π .R'
Elevasi PV 1−Elevasi PV 2
90° .100 g2 = x
= Jarak PV 1−PV 2
π . 160 100%
=17,904⁰
Nilai Jh < Lt, maka : 24 m−26 m
E = R ( 1 −cos θ ¿ = x 100 %
100 m
= 160(1 −¿ cos17,904)
=-2%
= 7,748 m
Jarak pandang menyiap (Jd).
A = g1 – g2
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
° = 0% - (- 2%)
90 . Jd =2%
θ =
π .R Untuk menentukan nilai Lv pada lengkung
90° .350 vertical cembung dilihat pada grafik III
=
π . 160 PPGJR 1970 diambil nilai Lv = 44 m
= 62,667⁰ dengan kecepatan rencanaVr =70 km/jam
Nilai Jd < Lt, maka : dan kelandaian (A) = 2%.
E = R ( 1 −cos θ ¿
= 160 (1 −¿ cos 62,667⁰) Elevasi dan Stationing :
= 159,45 m  Titik a (PLV)
STA = (43+900) – ½ Lv
Tabel 4. Kebebasan Samping = (43+900) – ½ (44)
= (43 +900) – (0+022)
= 43 +878 LV
EPTV = Elev PPV - g2.
2
Elevasi= Elev. PV 1 – ( g1 x ½ Lv) Ex = Elev PLV - g1.(x) -
= 26– (0% x 1/2 . 44) A

= 26m 200. LV
 Titik b Ex = Elev PLV - g2.(x) -
STA = (43+ 900) – ¼ Lv A

= (43+900) – ¼ (44) 200. LV
= (43 +900) – (0+011)

= (43 +889) Tabel 5. Hasil Perhitungan Elevasi Ex


Pada STA 43 + 900
Elevasi= Elev. PV1– ( g1 x 1/4 Lv) – y’
= 26 – ( 0% x 1/4 . 44) – 0,0275
= 25,97 m
 Titik c (PPV)
STA = (43 +900)
Elevasi= Elev. PV1– Ev
= 26 – 0,11
= 25,89 m
 Titik d
STA = (43 +900) + ¼ Lv
= (43+900) + ¼ (44)
= (43 +900) + (0+011)
= (43 +911)
Gambar 12 Lengkung vertical cembung
Elevasi = Elev. PV 1 – ( g2 x ¼ Lv) – y’ 3.3 Desain Drainase
= 26 – (2% x ¼ . 44) – 0,2475 1. Analisa data curah hujan
= 25,53m Tabel 6. Analisa frekuensi curah hujan
dengan Metode Gumbel
(Yt −Yn)
 Titik e (PTV) Rt = Ṝ + x Sx
Sn
STA = (45 +900) + ½ Lv
= (45+900) + ½ (44) Ṝ =
∑R
= (45 +900) +(0+022) n
= (45 +922)

Elevasi= Elev. PV 1 – ( g2 x ½ Lv)


= 26 – ( 2 % x 1/2 . 44)
= 25,56 m

Untuk mendapatkan bentuk lengkung yang


baik, maka diperlukan elevasi pada
beberapa titik (x) dari lengkung vertikal
tersebut.

LV
EPLV = Elev PPV – g1.
2
Ṝ A2 = 1,5 m x 200 m = 300 m2
R−¿ A3 = 100 m x 200 m = 20000 m2
¿
Sx = ¿ 2 Atotal = A1 + A2 +A3
¿ = 700 + 300 + 20000
∑¿ = 21000 m2 = 0,021000 km2
√¿ Sehingga C rata rata di dapat pada saluran
Selanjutnya dari Analisa frekuensi samping D1 :
curah hujan diatas dengan menggunakan C 1. A 1+C 2. A 2+ C 3. A 3
metode Gumbel dapat dihitung hujan rata- C =
A 1+ A 2+ A 3
rata maksimumnya dengan jumlah 0,85. 700+0,75 . 300+0,35 . 20000
pengamatan (n) = 10 tahun maka didapat =
10200
dari tabel Standar DeviasiSn dan Yn (SNI = 0,372
03-3424-1994) sebagai berikut:
N = 10 tahun Sn = 0,9496 b. Perhitungan waktu konsentrasi (Tc)
Yn = 0,4952
Koefisien Hambatan (nd)
Tabel 7. Perhitungan Curah hujan rencana Nd (jalan) = 0,013 (Lapisan
(Rt) semen dan aspal beton )
Nd (bahu) = 0,20 (Tanah
dengan rumput tipis)
Nd (catchment area) = 0,40 ( Padang
rumput dan rerumputan)

Kemiringan Saluran Memanjang ( k )


k (jalan) = 0,02
k (bahu) = 0,04
k (catchment area) = 0,03

2. Perhitungan Debit Aliran Rencana ( Q ) 2 nd 0,167


a. Kondisi eksiting permukaan jalan tjalan= ( 3
x 3,28 xIox )
√k
Panjang saluran drainase = 200 m 2 0,013 0,167
= ( 3
×3,28 × 3,5×
√ 0,02 )
= 0,94 menit
2 nd 0,167
tbahu = ( 3
x 3,28 xIox
√k) 0,167
2 0,20
= ( 3
×3,28 × 2×
√ 0,04 )
= 1,28 menit
2 nd 0,167
L1 ( Perkerasan Jalan ) = 3,5 m tcatchment area= ( 3
x 3,28 xIox
√k )
L2 ( Bahu Jalan ) = 1,5 m =
L1 ( Bagian Luar Jalan ) = 100 m 0,167
C1
C2
= 0,85 ( Jalan Beton )
= 0,75 ( Bahu Jalan yang terdiri
( 23 ×3,28 × 20× √0,40
0,03 )
dari lapisan batuan keras ) = 2,16 menit
C3 = 0,35 ( Derah Kebun / Hutan)
t0 = tjalan + tbahu+ tcatchment area
2
A1 = 3,5 m x 200 m = 700 m
= 0,94 menit + 1,28 menit + 2,16 b = 2y √ 12+1 - 2.(1)y
menit b = 0,828y
= 4,38 menit Ae = (b + zy).y
tc = t0 + td, dengan kecepatan aliran Ae = (0,828y+1y).y
yang diizinkan V=1,5 m/det Ae = 1,828y2
berdasarkan jenis material yaitu beton. c) Persamaan Ad = Ae
L 200 Ad = Ae
td = = = 2,22
60 × V 60 × 1,5 0,27 = 1,828y2
menit
tc = t0 + td
= 4,38+ 2,22 = 6,60 menit
y=
√ 0,50
1,828
b = 0,828y
= 0,38 m ~ 0,4 m

= 0,11 jam b = 0,828 x 0,38 m = 0,31 m ~ 0,35 m


c. Perhitungan Intensitas Curah Hujan t = b + 2.z.y = 0,35 + 2.1.(0,4) = 1,2 m
Periode ulang yang digunakan untuk
perencanaan saluran samping yaitu 5 d) Tinggi jagaan / free board / weaking
tahun. (ruang bebas)
R 24 24 23 W = √ 0,5 y
I=
24
× ( )
tc
2
= √ 0,5 x 0,4=0,447 m ~ 0,5 m
124,38 24 3
=
24
× ( )
0,11
= 187,842 e) Keliling basah (P)
P=b+ 2 y √ z 2+1
mm/jam
¿ 0,35+2 ( 0,4 ) √ 12+1
d. Debit Aliran Rencana ¿ 1,481m
Perhitungan debit limpasan dihitung
dengan rumus : f) Jari-jari hidraulik
1 Ad 0,27
Q = ×C × I × A R= = =0,182 m
3,6 P 1,481

Debit aliran untuk desain saluran samping g) Kecepatan aliran (Vd)


D1 : Q Q 0,408
V d= = =
C = 0,372 A = 0,0210 km2 A ( b+ zy ) y ( 0,35+1 ( 0,4 ) ) x 0,4
I = 187,842mm/jam Vd = 1,36 m/detik < Vijin = 1,50 m/detik
(OKE)
1
Q= ×0,372 ×187,842 ×0,021
3,6 h) Kemiringan saluran drainase :
V ×n 2 2
= 0,408 m³/detik 1,5× 0,025

3. Desain Penampang Saluran


Is =
( ) (
R
2
3
= 2
0,182 3 ) =

0,01363 = 1,363 %
Saluran Samping
i) Kontrol dimensi saluran
Qd = A x Vd Qd < Qmaks
a) A desain (Ad) 2
= 0,27m x 1.36 m/detik
Q 0,408 m 3 /detik = 0,367 < Qmaks = 0,408 m3/detik
Ad= =
V 1,5 m/detik
= 0,27 m2
b) A Ekonomis (Ae)
Ae = b + 2zy = 2y √ z2 +1
b + 2.(1)y = 2y √ 12+1
(1+i )20 −1
R = =
e log ( 1+i)
(1+0,060 )20−1
e log (1+0,060 )
= 37,878
JSKN = 365 x 16478 x 37,878
= 22,7 x 106
b. Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga
Gambar 13 Penampang Saluran Samping selama umur rencana:
JSKN rencana = 0,5 x 22,7 x 106
3.4 Desain Perkerasan Kaku = 11,37x 106
Perencanaan perkerasan jalan pada 2. Perhitungan Jumlah Sumbu Repetisi
tugas akhir ini menggunakan perkerasan Proporsi beban =
kaku (rigid pavement) dan dihitung dengan
menggunakan metode Bina Marga Pd-T-
14-2003.
Tabel 8. Data lalu lintas

Jumlah sumbu
Total Jumlah sumbu
1063
= = 0,06
17711
Proporsi sumbu=
229,41
CBRrata-rata = =
25 Total jumlah sumbu
9,17% Total sumbu kendaraan
CBR segmen = 9,17 –
11,76−6,65 17711
= = 0,94
3,18 18774
= 7,56%
1. Analisa Lalu Lintas Tabel 9. Perhitungan Repitisi Sumbu
a. Jumlah Kendaraan Niaga (JSKN) Rencana
selama umur rencana 20 tahun :
JSKN = 365 x JKNH x R 3. Perhitungan tebal perkerasan kaku
JSKNH = 16478 buah kendaraan
Dicoba tebal taksiran pelat beton 200 dan lebar bahu jalan 2 x 1,5 m dengan
mm dari pembacaan grafik didapat analisa kemiringan melintang 4% dengan
fatig dan analisa erosi lebih dari 100 %. panjang jalan 6,5 km.
Beban rencana Per roda 2. Pada perencanaan jalan ini terdapat 7
Beban Sumbu buah tikungan diantaranya 1 tikungan
= x Fkb
Jumlah Sumbu per kend . Spiral-Spiral, 3 tikungan jenis Spiral-
60 Circle-Spiral, dan 3 buah tikungan Full
= x 1,1 = 33 Circle.
2
TE 0.89 3. Besarnya volume galian pembangunan
FRT = = = 0,2 proyek ini adalah 46414,42 m3.
Fcf 4,25
Sedangkan volume timbunan 66726,81
Tabel 10. Analisa fatig dan erosi m3. Dari perencanaan tebal
perkerasan,perkerasan jalan
digunakanperkerasan kaku di mutu
beton K-350 dengan tebal plat 20 cm,
lebar jalan 7 m, dengan jarak
sambungan susut 5 m. Untuk pondasi
bawah menggunakan Agregat kelas B =
15 cm, serta lebar bahu 3,0 m (1,5 m
kiri dan 1,5 m kanan jalan) .
4. Untuk pembangunan jalan ini
diperlukan dana sebesar
Setelah di coba dengan tebal taksiran pelat Rp.76.698.981.000,00 (Terbilang:
beton 200 mm, menunjukan bahwa Tujuh puluh enam miliar enam ratus
jumlah persentase fatig lebih besar 100 , sembilan puluh depalan ribu sembilan
sehingga diambil tebal pelat 200 mm ratus delapan puluh satu ribu rupiah)
karena dari perhitungan di atas presentase dengan waktu pelaksanaan 165 hari
kerusakan akibat fatig (lelah) dan lebih kerja.
kecil dari 100%.
4.2 Saran
Dalam pembuatan laporan akhir ini ada
beberapa saran yang dapat penulis
sampaikan antara lain :
3.5 Rencana Anggaran Biaya (RAB) 1. Dalam merencanakan perencanaan
geometrik jalan raya harus disesuaikan
Tabel 11. Rekapitulasi Biaya dengan kebutuhan dan harus
4. PENUTUP berpedoman pada standar yang berlaku
4.1 Kesimpulan dan lebih mengutamakan keamanan
Dari hasil perhitungan Skripsi dengan serta kenyamanan pengguna jalan.
judul“Desain Geometrik Dan Perkerasan 2. Penentuan kecepatan rencana
Kaku Ruas Jalan Pedamaran Timur – hendaknya harus disesuaikan dengan
Cengal STA 43+500 s/d STA50+250 klasifikasi jalan.
Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi 3. Dalam menentukan permukaan tanah
Sumatera Selatan” ini, maka dapat diambil rencana diusahakan tidak terlalu jauh
kesimpulan antara lain : berbeda dari permukaan tanah asli
1. Jalan yang direncanakan pada proyek karena akan berpengaruh pada biaya
ini termasuk jalan kelas 1 (JalanArteri). pekerjaan galian dan timbunan dalam
Kecepatan rencana jalan ini yaitu 70 proyek tersebut.
km/jam dimana lebar perkerasan 2 x 3,5 4. Dalam menghitung rencana anggaran
m dengan kemiringan melintang 2% biaya haruslah menggunakan
menggunakan daftar harga yang terbaru
dan dikeluarkan oleh PU Bina Marga
didaerah dimana proyek tersebut akan
dilaksanakan.

5. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jenderal Bina Marga, 1997, Tata
Cara Perencanaan Geometrik Jalan
Antar Kota, Badan Penerbit PU,
Jakarta.
Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah, 2003, Perencanaan
Perkerasan Jalan Beton Semen Pd T-
14-2003, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 2005,


Standar Gorong-gorong Persegi
Beton Bertulang (Box Culvert),
Direktorat Jenderal Bina Marga,
Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 2006,
Pedoman Sistem Drainase Jalan Pd
T-02-2006-B, Direktorat Bina
Teknik, Jakarta.
Hendarsin Shirley, 2000, Penuntun Praktis
Perencanaan Teknis Jalan Raya,
Politeknik Negeri Bandung,
Bandung.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat, 2016, Analisa
Harga Satuan Pekerjaa Bidang
Pekerjaan Umum, Kementerian
PUPR, Jakarta.
Saodang, Hamirhan,Ir.,MSCE. 2005.
Konstruksi Jalan Raya,NOVA,
Bandung.
Soeharto, Iman 2001, Manjemen Proyek
(Dari Konseptual Sampai
Operasional), Erlangga, Jakarta.
Sukiman Silvia, 1999, Dasar-Dasar
Perencanaan Geometrik Jalan Raya,
NOVA, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai