Contoh Soal Dan Jawaban PDF
Contoh Soal Dan Jawaban PDF
Contoh Soal Dan Jawaban PDF
Pada tahun 2011 tersebut Tn Wahyudi sengaja telah mencatat beberapa informasi yaitu
pakaian dijual dengan mark up sebesar 100%. Disisi lain, masing-masing kios memiliki 3 pegawai
dengan gaji Rp 3.000.000/bulan dan mengeluarkan biaya lain sebesar Rp 5.000.000/bulan. Hal ini
dilakukan untuk membandingkan apakah lebih baik tetap menggunakan pencatatan atau pindah
menggunakan pembukuan di tahun 2012. Tn Wahyudi mengestimasi bahwa kondisi antara tahun
2011 dengan 2012 tidak jauh berbeda.
Pemilihan menggunakan pencatatan akan memberikan WP menggunakan Norma
Perhitungan Penghasilan Netto yang telah diatur di KEP No. 536/2000. Berdasarkan lampiran I
pada peraturan tersebut, besar norma untuk jenis perdagangan eceran tekstil, pakaian jadi dengan
kode 62410 sebesar 30%.
3.2. Perencanaan Pajak Atas Kasus Pemilihan Pembukuan atau Pencatatan
Berdasarkan data keluarga Tn Wahyudi dan Undang-Undang No 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan, maka besarnya PTKP per tahun sebagai berikut
WP orang pribadi 15.840.000
WP yang kawin 1.320.000
Tanggungan (3) 3.960.000
Total PTKP per tahun 21.120.000
Pasal 7 ayat (1) UU 36 Tahun 2008
Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa apabila Tn Wahyudi menggunakan
pembukuan maka akan menghemat pajak sebesar Rp 221.399.000 – Rp 157.889.000 = Rp
63.510.000. Oleh karena itu, disarankan bagi Tn Wahyudi untuk menggunakan pembukuan di
tahun 2012.
Kasus Lain
Apabila tahun yang direncanakan adalah untuk tahun 2014 dengan informasi penghasilan
bruto diatas adalah tahun 2013, maka berdasarkan data keluarga Tn Wahyudi dan aturan baru yang
harus dipakai yaitu Peraturan Dirjen Pajak Nomor : PER – 31/PJ/2012 tentang “Pedoman Teknis
Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi”,
besarnya PTKP per tahun sebagai berikut
WP orang pribadi 24.300.000
WP yang kawin 2.025.000
Tanggungan (3) 6.075.000
Total PTKP per tahun 32.400.000
Akan tetapi, karena adanya aturan terbaru yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
tentang “Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib
Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu”, maka menggunakan tarif PPh baru final sebesar
1%. Dalam pelaksanaanya diatur Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 107/PMK.011/2013 Tentang “Tata Cara Penghitungan, Penyetoran, Dan Pelaporan
Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu”. Hal itu dikarenakan Tn Wahyudi melakukan usaha
yang tidak berhubungan dengan pekerjaan bebas, seperti yang dijelaskan pada PMK No 107 Tahun
2013. Oleh karena itu menggunakan pembukuan ataupun pencatatan, PPh terutang sama saja
dengan perhitungannya sebagai berikut ini
Akan tetapi sebenarnya terdapat perbedaan yaitu pada sisi kompensasi kerugian. Ini sesuai
dengan pasal 8 PP 46 Tahun 2013 bahwa:
“Wajib Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah
ini dan menyelenggarakan pembukuan dapat melakukan kompensasi kerugian dengan
penghasilan yang tidak dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. kompensasi kerugian dilakukan mulai Tahun Pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5
(lima) Tahun Pajak;
b. Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan Peraturan
Pemerintah ini tetap diperhitungkan sebagai bagian dari jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada huruf a;
c. kerugian pada suatu Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat final
berdasarkan Peraturan Pemerintah ini tidak dapat dikompensasikan pada Tahun Pajak
berikutnya.”
Berarti bahwa apabila ternyata melakukan pembukuan dan mengalami kerugian, maka dapat
dikompensasikan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun pajak.
Apabila kita tinjau kembali, apabila menggunakan pembukuan, Tn. Wahyudi tidak
mengalami kerugian sehingga antara pencatatan ataupun pembukuan akan menghasilkan PPh
terutang sama saja. Akan tetapi, apabila menggunakan prinsip konservatif maka lebih baik
menggunakan pembukuan karena sewaktu-waktu apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan
sehingga mengalami kerugian, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan sesuai dengan pasal
8 PP 46 Tahun 2013.
PPH 21
Untuk menentukan besarnya tunjangan pajak tersebut dengan memilih lapisan mana metode gross-
up tersebut diterapkan, menurut Aditya T. Handoko Bwoga adalah sebagai berikut :
PKP x 5 %
Lapisan – 1 =
0,95
2. Untuk Penghasilan Kena Pajak (PKP) lebih dari Rp.50.000.000,- sampai dengan
Rp.250.000.000,- :
(PKP x 15 %) – Rp.5.000.000
Lapisan – 2 =
0,85
3. Untuk Penghasilan Kena Pajak (PKP) lebih dari Rp.250.000.000,- sampai dengan
Rp.500.000.000,- :
(PKP x 25 %) – Rp.30.000.000
Lapisan – 3 =
0,75
4. Untuk Penghasilan Kena Pajak (PKP) lebih dari Rp.500.000.000,- :
(PKP x 35 %) – Rp.55.000.000
Lapisan – 4 =
0,70
Rumus ini hanya berlaku untuk Karyawan Tetap / Pekerja yang mempunyai NPWP.
Contoh penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari karyawan dengan menggunakan
metode Gross-up :
( PKP x 5% )
Lapisan – 1 = --------------------
0,95
(Rp.35.984.410 x 5%)
= ----------------------------
0,95
= Rp. 1.893.916
Pengurangan :
Biaya Jabatan = 5% x Rp.79.770.650
= Rp. 3.988.533
= Maksimal = (Rp. 3.988.533)
Iuran THT =( 797.707)
Tunjangan PPh ps.21 = 1.893.916
-----------------------
Penghasilan Netto setahun = Rp. 76.878.326
Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) setahun :
Wajib Pajak Kawin tanpa anak =( 39.000.000)
-----------------------
PKP Setahun (Lapisan – 1) = Rp. 37.878.326
=============
5 % x Rp.37.878.326 = Rp.1.893.916,3
Pembulatan = Rp.1.893.916,-
a. Jika anda menjadi Konsultan Pajaknya, apakah yang harus anda sampaikan kepada Direktur
CV. Agung Food? Dasar Hukum?
b. Jika tidak PKP dan kemudian diperiksa oleh petugas pajak, apakah resikonya bagi
Perusahaan dilihat dari jumlah Pajak yang harus dibayar, kewajiban menerbitkan Faktur Pajak dan
resiko kewajiban perpajakan lainnya? Dasar Hukum?
c. Bagaimana mencarikan alternatif bagi Direktur agar CV. Agung Food mengukuhkan diri
sebagai PKP namun dapat bersaing dengan Pabrik Snack Lain? Dasar Hukum?
Jawab:
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang
Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya. (Pasal 1 angka 5 UU KUP), jadi menurut saya:
a. Bagi pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak, apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku jumlah peredaran bruto dan/atau
penerimaan brutonya melebihi Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Kewajiban melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tersebut dilakukan
paling lama akhir bulan berikutnya setelah bulan saat jumlah peredaran bruto dan/ atau penerimaan
brutonya melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). (Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.03/2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 tentang Batasan Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai).
b. Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai,
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya, dan sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak badan serta sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi. (Pasal 7 UU KUP No 28 Tahun 2007).
c. Karena CV. Agung Food adalah PKP maka sebaiknya membeli segala bahan baku ataupun
bahan operasional dari PKP juga.