Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Jamban sehat adalah tempat fasilitas pembuangan tinja yang mencegah kontaminasi

ke badan air, mencegah kontak antara manusia dan tinja, membuat tinja tersebut tidak dapat

dihinggapi serangga ataupun binatang lainnya, mencegah bau yang tidak sedap, dan

konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah dibersihkan.1

Keputusan Menteri Kesehatan tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat tahun 2008, jamban sehat memiliki arti fasilitas pembuangan tinja yang efektif

untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit.2

Mempunyai dan menggunakan jamban bukan hanya untuk kenyamanan melainkan

juga turut melindungi dan meningkatkan kesehatan keluarga maupun masyarakat.1

Data dari studi dan survei sanitasi, proporsi rumah tangga di Indonesia yang

menggunakan fasilitas buang air besar (BAB) milik sendiri adalah 76,2%, milik bersama

sebanyak 6,7% dan fasilitas umum adalah 4,2%. Rumah tangga yang tidak memiliki

fasilitas BAB atau masih BAB sembarangan (open defecation) yaitu sebesar 12,9%.

Sepuluh provinsi tertinggi rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB/open defecation

adalah Sulawesi Barat (34,4%), NTB (29,3%), Sulawesi Tengah (28,2%), Papua (27,9%),

Gorontalo (24,1%), Maluku (23,4%), Aceh (22,7%), Kalimantan Barat (21,8%), Nusa

Tenggara Barat (21,3%), dan Sumatera Barat(21%).3

Persentase penduduk dengan dengan akses sanitasi layak (jamban sehat)

perkabupaten Kalimantan tengah tahun 2015 sebesar 32,33%. Pencapaian tertinggi di kota

palangkaraya sebesar 76,44% meskipun demikian masih ada daerah di wilayah kota

1
palangkaraya yang memiliki sanitasi yang kurang seperti di daerah cakupan wilayah

puskesmas pahandut, dari jumlah rumah 5.858 dan 7.781 kepal keluarga yang memiliki

jamban sehat sekarang adalah sebesar 65%.4,5,6

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi Pembuangan tinja atau buang air besar

Pembuangan tinja atau buang air besar disebut secara eksplisit dalam dokumen

Millenium Development Goals (MDGs). Dalam nomenklatur ini buang air besar disebut

sebagai sanitasi yang meliputi jenis pemakaian atau penggunaan tempat buang air besar,

jenis kloset yang digunakan dan jenis tempat pembuangan akhir tinja. Dalam laporan

MDGs 2010, kriteria akses terhadap sanitasi layak adalah bila penggunaan fasilitas tempat

BAB milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis latrine dan tempat

pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau sarana pembuangan air limbah

(SPAL). Kriteria yang digunakan Joint Monitoring Program (JMP) WHO-UNICEF 2008,

sanitasi terbagi dalam empat kriteria, yaitu improved, shared, unimproved dan open

defecation. Dikategorikan sebagai improved bila penggunaan sarana pembuangan

kotorannya milik sendiri, jenis kloset latrine dan tempat pembuangan akhir tinjanya tangki

septik atau SPAL.1,7

Pengertian lain terkait jamban menyebutkan bahwa jamban keluarga adalah suatu

bangunan yang digunakan untuk tempat membuang dan mengumpulkan kotoran/najis

manusia yang lazim disebut jamban atau WC sehingga kotoran tersebut disimpan dalam

suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori

lingkungan pemukiman. Kotoran manusia yang dibuang dalam praktik sehari-hari

bercampur dengan air, maka pengolahan kotoran manusia tersebut pada dasarnya sama

3
dengan pengolahan air limbah. Oleh sebab itu pengolahan kotoran manusia, demikian pula

syarat-syarat yang dibutuhkan pada dasarnya sama dengan syarat pembuangan air limbah.1,8

2.2. Jenis-jenis jamban


Terdapat beberapa jenis jamban sesuai bentuk dan namanya, antara lain: 7,9-10

1. Jamban cubluk (pit privy)

Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah sedalam 2,5 sampai 8

meter dengan diameter 80-120cm. Dindingnya diperkuat dari batu bata ataupun tidak.

Sesuai dengan daerah pedesaan maka rumah jamban tersebut dapat dibuat dari bambu,

dinding bambu dan atap daun kelapa. Jarak dari sumber air minum sekurang-

kurangnya 15 meter.

Gambar 2.1 Jamban cubluk

2. Jamban cemplung berventilasi (ventilated improved pit latrine)

Jamban ini hampir sama dengan jamban cubluk, bedanya menggunakan ventilasi pipa.

Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat dari bambu.

4
Gambar 2.2 Jamban cubluk berventilasi

3. Jamban empang (fish pond latrine)

Jenis jamban ini dibangun di atas empang ikan. Sistem jamban empang memungkinkan

terjadi daur ulang (recycling) yaitu tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan dimakan

orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja, demikian seterusnya.

Gambar 2.3 Jamban empang

4. Jamban pupuk (the compost privy)

Secara prinsip jamban ini seperti jamban cemplung tetapi lebih dangkal galiannya, di

5
dalam jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang, sampah, dan daun-daunan.

5. Septic tank

Jamban jenis septic tank merupakan jamban yang paling memenuhi syarat. Septic tank

merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan untuk kelompok kecil yaitu

rumah tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak

memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat. Septic tank

merupakan cara yang terbaik yang dianjurkan oleh WHO tapi memerlukan biaya

mahal, tekniknya sukar dan memerlukan tanah yang luas.1

Untuk mencegah penularan penyakit yang berbasis lingkungan digunakan

pembagian 3 jenis jamban, yaitu: 9,10

1. Jamban Leher Angsa

Jamban ini perlu air untuk menggelontor kotoran. Air yang terdapat pada leher angsa

adalah untuk menghindarkan bau dan mencegah masuknya lalat dan kecoa.

2. Jamban Cemplung

Jamban ini tidak memerlukan air untuk menggelontor kotoran. Untuk mengurangi bau

serta agar lalat dan kecoa tidak masuk, lubang jamban perlu ditutup.

3. Jamban Plengsengan

Jamban ini perlu air untuk menggelontor kotoran. Lubang jamban perlu juga ditutup

6
Gambar 2.4 Jenis-jenis jamban

2.3. Cara memilih jamban


a. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air

b. Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan

daerah padat penduduk karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu

lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu

lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban)

c. Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan

kurang lebih 60cm dari permukaan air pasang.

2.4. Manfaat dan Fungsi Jamban


Terdapat beberapa alasan diharuskannya penggunaan jamban,yaitu:

1. Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau

2. Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitamya.

3. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit

diare, kolera, disentri, thypus, cacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit

dan keracunan.

7
Jamban juga berfungsi sebagai pemisah tinja dari lingkungan. Jamban yang baik

dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :

1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit

2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman

3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit

4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan

2.5. Lokasi Pembuatan Jamban


Dengan memperhatikan pola pencemaran tanah dan air tanah, maka hal-hal berikut

harus diperhatikan untuk memilih lokasi penempatan sarana pembuangan tinja: 9

1. Pada dasarnya tidak ada aturan pasti yang dapat dijadikan sebagai patokan untuk

menentukan jarak yang aman antara jamban dan sumber air. Banyak faktor yang

mempengaruhi perpindahan bakteri melalui air tanah, seperti tingkat kemiringan, tinggi

permukaan air tanah, serta permeabilitas tanah. Yang terpenting harus diperhatikan

adalah jamban atau kolam pembuangan (cesspool) harus ditempatkan lebih rendah, atau

sekurang-kurangnya sama tinggi dengan sumber air bersih. Apabila memungkinkan,

harus dihindari penempatan langsung di bagian yang lebih tinggi dari sumur. Jika

penempatan di bagian yang lebih tinggi tidak dapat dihindarkan, jarak 15m akan

mencegah pencemaran bakteri ke sumur. Penempatan jamban di sebelah kanan atau kiri

akan mengurangi kemungkinan kontaminasi air tanah yang mencapai sumur. Pada tanah

pasir, jamban dapat ditempatkan pada jarak 7,5m dari sumur apabila tidak ada

kemungkinan untuk menempatkannya pada jarak yang lebih jauh.

8
2. Pada tanah yang homogen, kemungkinan pencemaran air tanah sebenarnya nol apabila

dasar lubang jamban berjarak lebih dari 1,5m di atas permukaan air tanah, atau apabila

dasar kolam pembuangan berjarak lebih dari 3m di atas permukaan air tanah.

3. Penyelidikan yang seksama harus dilakukan sebelum membuat jamban cubluk (pit

privy), jamban bor (bored-hole latrine), kolam pembuangan dan sumur resapan di

daerah yang mengandung lapisan batu karang atau batu kapur. Hal ini dikarenakan

pencemaan dapat terjadi secara langsung melalui saluran dalam tanah tanpa filtrasi

alami ke sumur yang jauh atau sumber penyediaan air minum lainnya

2.6. Kriteria Jamban Sehat


Jamban Sehat (improved latrine) merupakan fasilitas pembuangan tinja yang

memenuhi syarat9 :

1. Tidak mengkontaminasi badan air.

2. Menjaga agar tidak kontak antara manusia dan tinja.

3. Membuang tinja manusia yang aman sehingga tidak dihinggapi lalat atau serangga

vektor lainnya termasuk binatang.

4. Menjaga buangan tidak menimbulkan bau

5. Konstruksi dudukan jamban dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna

9
2.7. Septic Tank8,10,12

2.7.1 Mekanisme Kerja Septic Tank

Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, sebagai tempat tinja dan air

buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Di dalam tangki ini tinja akan berada selama

beberapa hari.

2.7.2 Desain Septic Tank

Secara teknis desain atau konstruksi utama septic tank sebagai berikut :

a. Pipa ventilasi

Pipa ventilasi secara fungsi dan teknis dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mikroorganisme dapat terjamin kelangsungan hidupnya dengan adanya pipa

ventilasi ini, karena oksigen yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya dapat

masuk ke dalam bak pembusuk, selain itu juga berguna untuk mengalirkan gas yang

terjadi karena adanya proses pembusukan. Untuk menghindari bau gas dari septick

tank maka sebaiknya pipa pelepas dipasang lebih tinggi agar bau gas dapat langsung

terlepas di udara bebas.

2. Panjang pipa ventilasi 2m dengan diameter pipa 175mm dan pada lubang hawanya

diberi kawat kasa.

b. Dinding septic tank:

1. Dinding septic tank dapat terbuat dari batu bata dengan plesteran semen.

2. Dinding septic tank harus dibuat rapat air.

3. Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama.

10
c. Pipa penghubung:

1. Septic tank harus mempunyai pipa tempat masuk dan keluarnya air.

2. Pipa penghubung terbuat dari pipa PVC dengan diameter 10 atau 15cm.

d. Tutup septic tank:

1. Tepi atas dari tutup septic tank harus terletak paling sedikit 0,3 meter di bawah

permukaan tanah halaman, agar keadaan temperatur di dalam septic tank selalu

hangat dan konstan sehingga kelangsungan hidup bakteri dapat lebih terjamin.

2. Tutup septic tank harus terbuat dari beton (kedap air).

2.8 Cara Pemeliharaan Jamban


Cara yang dapat dilakukan untuk memelihara jamban antara lain:

a. Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan air

b. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih

c. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat

d. Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran

e. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)

f. Bila ada kerusakan segera diperbaiki

2.9 Persyaratan Pembuangan Tinja


Terdapat beberapa bagian sanitasi pembuangan tinja antara lain9-10:

a. Rumah Jamban: Berfungsi sebagai tempat berlindung dari lingkungan sekitar, harus

memenuhi syarat ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksi

disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga.

11
b. Lantai Jamban: Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya

harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga

disesuaikan dengan bentuk rumah jamban.

c. Tempat Duduk Jamban: Fungsi tempat duduk jamban merupakan tempat

penampungan tinja, harus kuat, mudah dibersihkan, berbentuk leher angsa atau

memakai tutup yang mudah diangkat.

d. Kecukupan Air Bersih: Jamban hendaklah disiram minimal 4-5 gayung yang bertujuan

menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih. Juga agar

menghindari kotoran tidak dihinggapi serangga sehingga dapat mencegah penularan

penyakit.

e. Tersedia Alat Pembersih: Tujuan pemakaian alat pembersih, agar jamban tetap bersih

setelah jamban disiram air. Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali meliputi

kebersihan lantai agar tidak berlumut dan licin. Sedangkan peralatan pembersih

merupakan bahan yang ada di rumah jamban didekat jamban.

f. Tempat Penampungan Tinja: Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang

berfungsi sebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksi lubang harus kedap

air dapat terbuat dari pasangan batu bata dan semen, sehingga menghindari

pencemaran lingkungan.

g. Saluran Peresapan: Merupakan sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja

yang lengkap berfungsi mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur tinja.

12
2.10 Penggunaan Jamban Sehat di Indonesia
Sampai saat ini diperkirakan sekitar 47% masyarakat Indonesia (khususnya yang

tinggal di daerah pedesaan) masih buang air besar sembarangan, seperti di sungai, kebun,

sawah, kolam dan tempat-tempat terbuka lainnya. Masyarakat pedesaan tersebut enggan

untuk buang air besar di jamban karena banyak yang beranggapan membangun jamban

sangat mahal, lebih enak BAB di sungai, tinja dapat digunakan untuk pakan ikan, dan

alasan lain yang dikatakan merupakan kebiasaan sejak dulu dan diturunkan dari nenek

moyang. Perilaku tersebut sangat merugikan kesehatan, karena tinja merupakan media

tempat hidup bakteri coli yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit diare dan

berisiko menjadi wabah penyakit bagi masyarakat13.

Tinja merupakan bentuk kotoran yang merugikan dan membahayakan kesehatan

masyarakat, maka tinja harus dikelola, dibuang dengan baik dan benar. Maka itu tinja harus

dibuang pada suatu tempat yaitu jamban. Jamban keluarga adalah suatu istilah yang

digunakan sebagai tempat pembuangan kotoran manusia dalam suatu keluarga. Semua

anggota keluarga harus menggunakan jamban untuk membuang tinja, baik anak-anak

(termasuk bayi dan balita) dan orang dewasa. Pembuatan jamban keluarga yang sehat,

sebaiknya mengikuti beberapa syarat, yaitu: tidak mengotori tanah maupun air permukaan

di sekeliling jamban tersebut, tidak dapat terjangkau oleh serangga, terutama lalat dan

kecoak, tidak menimbulkan bau, mudah dipergunakan dan dipelihara, sederhana serta dapat

diterima oleh pemakainya.10

13
BAB VI
PENUTUP

Jamban sehat adalah tempat fasilitas pembuangan tinja yang mencegah

kontaminasi ke badan dari air, mencegah kontak antara manusia dan tinja,

membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga ataupun binatang lainnya,

mencegah bau yang tidak sedap, dan konstruksi dudukannya dibuat dengan baik,

aman dan mudah dibersihkan. Jamban Sehat (improved latrine) merupakan

fasilitas pembuangan tinja yang memenuhi syarat: Tidak mengkontaminasi badan

air, Menjaga agar tidak kontak antara manusia dan tinja, Membuang tinja manusia

yang aman sehingga tidak dihinggapi lalat atau serangga vektor lainnya termasuk

binatang, Menjaga buangan tidak menimbulkan bau, Konstruksi dudukan jamban

dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna.

- Saran;

- Meningkatkan kinerja tenaga kesehatan terutama di bidang kesehatan

lingkungan, promosi kesehatan dan lintas program lainnya serta

memberi reward kepada pemegang program yang berhasil

menjalankan tugas dengan baik

- Membentuk kader kesling yang aktif melakukan promosi kesehatan

dan pengawasan mengenai penggunaan jamban sehat

- Diharapkan ada beberapa pihak dapat membantu dalam pengadaan

jamban sehat yang merupakan salah satu program PHBS

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC; 2007.


2. UU No 825/2008. Strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat; 2008
3. Depkes RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Revisi Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa (Pedoman Epidemiologi Penyakit). Jakarta: Depkes RI;
2007.
4. Depkes RI. Profil kesehatan Kalimantan tengah. 2015
5. Dinas kesehatan Kalimantan tengah. Laporan tahunan DKK. 2015.
6. Puskesmas Pauh. Laporan tahunan puskesmas pahandut. 2014.
7. Azwar A. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber
Widya; 1995.
8. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar). Jakarta:
PT. Rineka Cipta; 2003.
9. Soeparman dan Suparmin. Pembuangan Tinja & Limbah Cair (Suatu
Pengantar). Jakarta: EGC; 2002.
10. Soemaji.P. Pembuangan Kotoran dan Air Limbah. Jakarta: Grasindo; 2005.
11. Widoyono. Diare dalam Penyakit Tropis; Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan, & Pemberantasannya. Jakarta : Airlangga; 2008.
12. Munif A. Environmental Sanitation's Journal. Available at
http://environmentalsanitation.wordpress.com/category/septic-tank/
13. Widyati Y. Hygiene dan Sanitasi Umum. Jakarta: Gramedia Wdiasarana;
2002.

15

Anda mungkin juga menyukai