Ade Triani Utami Pasaribu-Fikik PDF
Ade Triani Utami Pasaribu-Fikik PDF
SKRIPSI
Oleh :
1113101000030
ABSTRAK
Identifikasi pasien merupakan salah satu sasaran keselamatan pasien di rumah sakit, dimana
keamanan pelayanan di rumah sakit dimulai dari ketepatan identifikasi pasien. Hal ini karena
kesalahan identifikasi pasien diawal pelayanan akan berlanjut pada kesalahan pelayanan
berikutnya, seperti kesalahan medis, kesalahan pemberian obat, salah dalam tranfusi darah, juga
pemberian prosedur yang salah. Setiap rumah sakit memiliki risiko terjadinya insiden keselamatan
pasien, termasuk RSUD Pasar Minggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien oleh perawat di instalasi rawat inap kelas III RSUD
Pasar Minggu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan pengumpulan data
berupa wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Informan yang menjadi narasumber yaitu tim
keselamatan pasien, 10 perawat, dan 10 pasien. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa kebijakan
dan prosedur tentang identifikasi pasien sudah dibuat oleh tim keselamatan pasien sesuai dengan
standar akreditasi RS versi 2012. Namun kebijakan dan prosedur tersebut belum disosialisasikan
kepada perawat secara resmi. Sebagian kecil perawat mengatakan tidak tahu tentang kebijakan
tersebut, beberapa perawat mengatakan bahwa peraturan identifikasi pasien hanya berupa SPO.
Untuk pengetahuan perawat terhadap prosedur identifikasi pasien, hanya sebagian kecil perawat
yang mengetahui prosedur identifikasi pasien dengan tepat. Untuk kemampuan perawat dalam
mengidentifikasi pasien sesuai prosedur, sebagian besar perawat tidak sesuai prosedur dalam
mengidentifikasi pasien. Kemudian untuk edukasi pasien mengenai identifikasi pasien dan gelang
identitas pasien, sebagian besar pasien tidak dijelaskan tujuan identifikasi pasien dan gelang
identitas oleh petugas.
Kata kunci : Rumah Sakit, Keselamatan Pasien, Identifikasi Pasien
ii
ABSTRACT
Patient identification is one of the patient's safety goals in the hospital, where the safety of
hospital services starts with the accuracy of patient identification. This is due to incorrect to
identify patient at the beginning of the service will continue on the next service error, such as
medication error, testing error, transfusion error, and wrong person procedures. Each hospital
has a risk of a patient's safety incident, including RSUD Pasar Minggu. The purpose of this
research is to determine the description of the implementation of the accuracy of patient
identification by the nurses at the inpatient care of third class RSUD Pasar Minggu. Research
methods is a qualitative research with cross sectional design. Informants of this research consists
of : patient safety teams, 10 nurses, and 10 patients. Data collection techniques are interview,
observation, and document review. The results showed that policies and procedures on patient
identification have been made by the patient safety team in accordance with the standards of
accreditation RS version 2012. However, the policies and procedures have not been officially
socialized to the nurse. For nurses' knowledge of the patient identification procedure, only a
minority of nurses knew exactly the procedure. For the nurse's ability to identify patients
according to the procedure, most of nurses were not in accordance with the procedure of patient
identification. Then for patient education regarding patient identification and patient identity
bracelet, only one in ten patients described the purpose of patient identification and identity
bracelet.
RIWAYAT PENULIS
NIM : 1113101000030
Agama : Islam
Telepon : 089649991001
Email : tami.pasaribu@gmail.com
Riwayat Pendidikan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat-Nya
Ketepatan Identifikasi Pasien Oleh Perawat Di Instalasi Rawat Inap Kelas III
RSUD Pasar Minggu Tahun 2017”. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Atas dukungan yang
didapatkan dalam penulisan laporan ini, maka penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kedua Orang tua penulis, Papa dan Mama, serta Kak Tika, Bang Fajri, Kak Ilyn,
Mahdi, Rifdah, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga atas semua
doa-doa, kasih sayang, dukungan semangat yang tiada henti kepada penulis dalam
2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
3. Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai pembimbing yang
telah memberikan bimbingannya dan waktunya sehingga skripsi ini bisa disusun
dengan baik.
penulis.
5. Bapak Baequni, M.Kes, Ph.D, Ibu Dela Aristi, MKM., Ibu Susanti Tungka,
MARS., selaku penguji skripsi yang telah memberi saran dan kritik yang sangat
6. Seluruh dosen program studi kesehatan masyarakat yang telah memberikan ilmu
7. Drg. Wyndi N. K., dr. Izati, serta pihak RSUD Pasar Minggu yang telah membantu
8. Septia Putri Arofi, Arinda, Wiwid, Faza, teman-teman MPK 2013, serta semua
teman-teman Kesmas2013, yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu dan memberikan dukungan serta semangat dalam suka dan duka
9. Sahabat-sahabat solehah, Ega, Dewi, dan Nisa yang juga telah memberikan
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga
penulis sangat menerima setiap masukan dan saran yang diberikan untuk memperbaiki
laporan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis serta pembaca.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
7.1. Simpulan..................................................................................................... 79
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
DAFTAR ISTILAH
RS : Rumah Sakit
SK : Surat Keputusan
PENDAHULUAN
seluruh dunia (Joint Commission International 2007). Saat ini insiden keselamatan
pasien di dunia mencapai 43 juta pasien setiap tahun, dimana berarti terdapat 1
menjadi penyebab terjadinya medication errors. Selain itu, faktor SDM (Sumber
Daya Manusia) seperti kelelahan, kondisi lingkungan yang buruk atau kekurangan
terdapat banyak jenis obat, bermacam-macam tes dan prosedur, berbagai jenis alat
dengan teknologinya, serta berbagai macam tenaga profesi dan non profesi yang
harus memberikan pelayanan kepada pasien selama 24 jam secara terus menerus.
Keberagaman serta kerutinan tersebut jika tidak dikelola dengan baik akan
Di era globalisasi ini Indonesia belum mampu bersaing dengan rumah sakit
di luar negeri. Fokus permasalahan yang menyebabkan hal tersebut salah satunya
1
2
dimana semakin seringnya muncul dugaan malpraktik dan salah diagnosis oleh
pelayanan rumah sakit dapat meningkat. Hal ini karena dengan adanya program
No. 1691 tentang keselamatan pasien rumah sakit. Dengan adanya peraturan
keselamatan pasien dan mutu pelayanan rumah sakit. Selain itu, berdasarkan
peraturan tersebut rumah sakit wajib membentuk tim keselamatan pasien rumah
Keselamatan pasien juga menjadi salah satu standar akreditasi rumah sakit
rumah sakit terdapat enam sasaran keselamatan pasien yaitu Ketepatan identifikasi
perlu diwasapadai, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi;
pasien jatuh.
3
pasien, hal ini karena kesalahan identifikasi pasien diawal pelayanan akan
berlanjut pada kesalahan pelayanan berikutnya (WHO 2007). Setiap pasien perlu
diberikan identitas pasien dengan tepat karena tidak semua pasien dapat
mengungkapkan identitas secara lengkap dan benar. Hal tersebut karena beberapa
bertukar tempat tidur atau kamar atau lokasi dalam rumah sakit atau kondisi lain
dapat mengakibatkan dampak yang serius bagi pasien seperti medication errors,
pengobatan pada orang yang salah, bahkan juga bisa menyebabkan penyerahan
bayi pada keluarga yang salah (WHO 2007). Berdasarkan penelitian Yudhawati
dan Listiowati bahwa penyebab insiden keselamatan pasien di RSI Siti Aisyah
prosedur yang tidak dijalankan (Yudhawati dan Listiowati 2016). United Kingdom
National Patient Safety Agency melaporkan bahwa antara tahun 2003 dan tahun
2005 terdapat 236 insiden dan insiden tersebut hampir terkait dengan gelang
identifikasi yang hilang atau kesalahan informasi pada gelang tersebut. Oleh
karena itu, kesalahan identifikasi pasien menjadi akar penyebab banyak masalah
(WHO 2007).
4
keperawatan yang bersifat rutin, dengan alasan sibuk atau tidak sempat serta
mencatat dan melaporkan karena masih ada rasa tidak enak atau sungkan pada
teman atau petugas lain yang tidak melaksanakan prosedur identifikasi dengan
dari petugas kesehatan. Setiap rumah sakit memiliki risiko terhadap terjadinya
insiden keselamatan pasien. Begitu juga RSUD Pasar Minggu, belum semua
pemberian obat, tranfusi darah, pengambilan darah. Hal ini yang membuat peneliti
merupakan isu penting saat ini, dimana kesalahan dalam mengidentifikasi pasien
merupakan salah satu penyebab Kejadian Tidak Diinginkan (KTD). Hal ini karena
5
pasien belum pernah dsosialisasikan secara resmi dan keseluruhan kepada perawat
identifikasi pasien di instalasi rawat inap kelas III RSUD Pasar Minggu?
a. Tujuan umum
b. Tujuan Khusus
Pasar Minggu
1. Bagi Peneliti
rumah sakit.
identifikasi pasien di instalasi rawat inap RSUD Pasar Minggu tahun 2017.
Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dengan pengambilan data primer dan
mendalam terhadap ketua tim Keselamatan Pasien RSUD Pasar Minggu, perawat,
dan pasien, serta observasi kepada perawat. Pengambilan data sekunder dilakukan
dengan telaah dokumen yang didapat dari RSUD Pasar Minggu. Penelitian ini
TINJAUAN PUSTAKA
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU No 44 2009). Menurut Guwandi
berkompeten.
2011), yaitu :
9
10
keselamatan pasien.
insiden.
Rumah sakit harus membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas
keselamtan pasien.
diukur efektivitasnya.
insiden.
dan staf.
12
rumah sakit.
sekerja untuk secara aktif melaporkan setia insiden yang terjadi dan
insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung
dengan pasien. Hal-hal yang harus dilakukan oleh rumah sakit, yaitu :
mengidentifikasi penyebab.
insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun melakukan
14
tinggi.
keselamatan pasien.
direncanakan.
dilaporkan.
memastikan pelaksanaannya
sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
1. Hak pasien.
pelayanan
tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Hal
pealayanan. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki sistem dan
Rumah sakit mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
dalam organisasi.
18
mengurangi insiden.
pasien.
pelayanan pasien.
pasien.
diantaranya :
medications)
tidak sengaja, karena tidak ada seorang pun petugas kesehatan, baik dokter,
(dokter atau petugas kesehatan) sudah membuat rencana yang benar, namun ada
Kesalahan medis dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu commission dan
omission error. Comission error yaitu suatu kesalahan yang terjadi karena
seseorang tidak melakukan dengan benar. Sedangkan Omission error yaitu tidak
bentuk kesalahan medis tersebut dapat terjadi karena seseorang tidak tidak
2008).
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan
Commission on Safety and Quality in Health Care 2017). Untuk itu sebelum
melakukan tindakan, pasien harus diidentifikasi terlebih dahulu dengan dua kali
pengecekan, yaitu: pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan
Identifikasi pasien dilakukan pada saat pemberian obat, darah, atau produk darah;
pengambilan darah atau spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian
sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien,
dengan dua nama pasien, tanggal lahir, dan nomor rekam medis, dan tidak
berbeda di rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau
23
ruang operasi, termasuk identifikasi pasien koma tanpa identitas. Berikut alur
Melalui UGD sebagai pasien UGD atau ke ruang rawat inap, HD, Endoscopie sebagai
melalui poliklinik pasien operasi/ pasien rawat umum
Apakah pasien memiliki catatan di medical record (MR)
Ya Tidak
Identitas pasien diperiksa berdasarkan data MR. gelang rincian pasien telah ditanyakan melalui formulir
identitas dilengkapi dan berisi nama lengkap, tanggal lahir admission. Gelang identitas telah dilengkapi, dan
dan no MR, rincian tersebut diperiksa langsung ke pasien diperiksa dengan pasien
Gelang identitas sudah dipasang pada pergelangan tangan pasien, biasanya pada tangan yang dominan, contoh tangan untuk
menulis
Gelang identitas pasien telah diperiksa, meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahirnya, sebelum intervensi
berikut:
1. Pengambilan sampel darah
2. Transfuse darah dan produk darah(saat pemberian obat dan saat akan melakukan tindakan keperawatan)
3. Pengambilan sampel cairan tubuh pasien pemberian semua obat
4. Intervensi bedah dan setiap prosedur invasive
5. Transport/ transfer dari pasien
6. X-ray dan prosedur pencitraan (sebelum memberikan therapie radiasi)
7. Dua professional harus memeriksa identitas dari pasien (saat pemberian nampan makanan)
Gelang identitas harus diperiksa pada setiap pergantian shift oleh perawat
pada shift berikutnya untuk memastikan gelang tersebut terpakai dengan baik
dan terbaca. Ganti gelang tersebut jika terdapat perubahan atau kesalahan
rincian data. Jangan di coret atau ditimpa
24
antara pasien dengan komponen perawatan yang diberikan, baik itu komponen
dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi pada saat pasien terbius, mengalami
adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain (KARS 2011). Berikut tahapan
pelayanan kesehatan :
sistem.
kamar pasien.
26
biometrik.
proses.
identifikasi pasien yang benar dengan cara yang positif dan juga
berikut :
elemen yang harus dipenuhi rumah sakit dalam identifikasi pasien. Berdasarkan
pasien, yaitu :
28
prosedur.
2.3. Keperawatan
berfungsi sesuai dengan tugas dan mengetahui apa yang diharapkan dan
tidak diharapkan.
tranfusi darah.
d. Pastikan bahwa obat yang benar diberikan dengan dosis, rute, waktu, dan
tidak berhasil.
f. Catat semua pengkajian dan perawatan yang diberikan dengan cepat dan
h. Jalin dan pertahankan hubungan saling percaya yang baik dengan pasien.
tunjukkan rasa kepedulian yang dapat mencegah rasa tidak berdaya dan
orang yang diberi delegasi tugas mengetahui apa yang harus dikerjakan
kelalaian akibat bahaya yang disebabkan oleh orang yang diberi delegasi.
yang perlu diperhatikan ketika melakukan identifikasi pasien agar tepat dalam
Pasar Minggu berdasarkan solusi keselamatan pasien yang dikeluarkan oleh WHO
Kebijakan /
Sistem Peraturan
identifikasi
pasien SPO (standar
Prosedur
Operasional)
Edukasi
Pasien
BAB III
ketepatan identifikasi pasien rawat inap di RSUD Pasar Minggu maka disusun
keselamatan pasien oleh WHO, yang disesuaikan dengan Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan/Peraturan
SPO (Standar Prosedur
Operasional)
Pengetahuan Perawat Ketepatan Identifikasi Pasien
Kemampuan Perawat
Edukasi Pasien
30
31
klinis.
identifikasi pasien.
Pasar Minggu.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
menghasilkan data deskriptif berupa gambaran dan kata-kata tertulis atau lisan
dari informan serta proses dan perilaku yang diamati. Peneliti menggunakan
selama kurang lebih 2 (dua) bulan dimulai sejak bulan September hingga Oktober
2017.
sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang yang paling tahu
tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
Informan pada penelitian ini dipilih berdasarkan jabatan dan/atau tugas yang
33
34
Minggu. Informan kunci penelitian ini yaitu ketua dan anggota tim
observasi serta melakukan telaah dokumen. Selain itu, peneliti juga menggunakan
alat bantu berupa alat tulis, kamera untuk pengambilan gambar dan perekam suara
a. Data primer
b. Data sekunder
1. Wawancara mendalam
RSUD Pasar Minggu, perawat rawat inap kelas III yang telah diobservasi
36
2. Observasi
lapangan (Raco 2010). Objek dalam penelitian yang diamati yaitu perawat
identitas pasien, seperti nama, tanggal lahir, atau nomor rekam medis.
3. Telaah dokumen
dengan interactive model (Pawito 2007). Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri
a. Reduksi data
pasien
- Pengetahuan Perawat
- Kemampuan Perawat
- Edukasi Pasien
b. Penyajian data
c. Penarikan kesimpulan
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono
Triangulasi Data
Domain
Triangulasi Metode Triangulasi Sumber
Penelitian
Wawawcara Telaah Inf Inf Inf
Observasi
Mendalam Dokumen Kunci Utama Pendukung
Ketepatan
Identifikasi - √ √ - √ -
Pasien
Kebijakan
Identifikasi √ √ √ √ √ -
Pasien
SPO
Identifikasi √ √ √ √ √ -
Pasien
39
Pengetahuan
√ √ - √ √ -
Perawat
Kemampuan
√ √ - √ √ -
Perawat
Edukasi
√ - - √ √ √
Pasien
.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Informan dalam penelitian ini yaitu Tim Keselamatan Pasien RSUD Pasar
Minggu, Perawat Rawat Inap, dan Pasien/pedamping pasien rawat inap kelas III.
Kode Lama
Jabatan/Pekerjaan Jenis informan
Informan Bekerja
Ketua Tim Keselamatan Pasien/ Informan Kunci -
KP1
Dokter Spesialis Saraf
40
41
Pasien/Wiraswasta Informan -
P1
Pendukung
Pendamping pasien/Ibu Rumah Informan -
P2
Pendukung
Tangga
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu merupakan salah satu Rumah
Sakit milik Pemerintah daerah tipe B Non Pendidikan yang terletak di pusat kota
Jakarta Selatan (RSUD Pasar Minggu 2016). Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Minggu melayani pasien Umum dan BPJS. Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
memberikan nilai terbaik, sehingga menjadi pilihan utama bagi semua masyarakat
dan perusahaan.
DKI Jakarta Nomor : 211 Tahun 2015. Dan telah mendapat penetapan sebagai
Gubenur Provinsi DKI Jakarta. RSUD Pasar Minggu memiliki luas tanah 25.087
m², luas dasar 4.381 m² dan luas bangunan 43.495,78 m². Bangunan RSUD Pasar
Minggu terdiri dari 1 lantai basement, 3 lantai podium dan 9 lantai tower.
akuntabel.
43
Layanan yang dimiliki oleh RSUD Pasar Minggu terdiri dari dua macam,
yaitu pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis. Pelayanan medis terdiri
dari 4 layanan, terdiri dari instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, dan
medical check up. Untuk pelayanan rawat jalan, memberikan pelayanan kesehatan
yaitu Poli Anak, Poli Kebidanan, Poli Gigi Umum, Poli Gigi Konservasi, Poli
Gigi Anak, Poli Bedah Mulut, Poli Mata, Poli Kulit & Kelamin, Poli Orthopedi,
Poli Bedah Umum, Poli Anestesi, Poli Penyakit Dalam, Poli Paru, Poli Syaraf,
Poli Jantung, Poli Psikiatri, Poli Gizi, Poli Urologi. Sedangkan pelayanan rawat
inap terbagi menjadi 4 kelas, yaitu kelas VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3.
Pelayanan penunjang medis terdiri dari 7 layanan yaitu instalasi farmasi, instalasi
pasien dalam akreditasi RS versi 2012. Terdapat lima elemen yang harus dipenuhi
lahir, dan tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
pemeriksaan lain. Observasi yang dapat dilakukan pada elemen ini yaitu
identifikasi pasien. Terdapat dua SPO yang dibuat oleh tim Pokja SKP
sesuai dengan standar akreditasi RS, yaitu SPO identifikasi pasien dan
Minggu
Identifikasi Pasien, yaitu dengan SK Direktur No. 893 Tahun 2017 tentang
Kebijakan Identifikasi Pasien RSUD Pasar Minggu. Hal ini sesuai dengan yang
“kebijakannya sih yaa, kita sudah ada SK, dan sudah disahkan juga...”
(KP1)
identifikasi pasien harus menggunakan minimal dua identitas (nama dan tanggal
lahir pasien) dan kapan saja dilakukannya identifikasi pasien. Hal ini sesuai
peraturan yang ada. Pasien rawat inap sudah menggunakan gelang identitas
dengan minimal tiga identitas, yaitu nama pasien, tanggal lahir, dan nomor rekam
sudah dilakukan oleh perawat, tetapi terkadang mereka lupa untuk menggunakan
dua identifikator. Pencatatan dan pengawasan juga belum dijalankan oleh tim
mungkin mereka sudah melakukan tampaknya, tapi kadang mereka lupa kalau
harus menggunakan tanggal lahir sama nomor medical record.... yang ditekankan
bukan hanya soal ditulis di gelang, tapi setiap pemberian obat, setiap tindakan,
setiap tranfusi, pokoknya setiap yang kita mau ada asuhan ke pasien, kita harus
identifikasi pasien dulu ke pasien, kayak dokter visit pun harus identifikasi pasien
dulu.”” (KP2)
Perawat merupakan salah satu petugas medis yang akan sering melakukan
bahwa peraturan terkait ketepatan identifikasi hanya berupa SPO saja. Perawat
pasti terkait ketepatan identifikasi pasien, dan perawat lainnya mengatakan tidak
tahu tentang peraturan identifikasi pasien, yang ada hanya kesepakatan saat
48
melakukan tindakan ke pasien dengan menanyakan nama dan tanggal lahir pasien.
“kebijakannya sih belom ada, tapi intinya sih belom ada kejelasan harus
pasien nyebutin nama apa nama yang dipanggil.” (PR1)
“hmm ee gak ada sih” (PR8)
“sebenernya sih kalo SK begitu saya kurang tau, tapi kita udah kesepakatan
gitu mba, kalo misalkan ngasi obat, nanya nama, tanggal lahir...” (PR3)
Untuk memenuhi standar akreditasi pada sasaran ketepatan identifikasi
pasien, RSUD Pasar Minggu telah membentuk tim Keselamatan Pasien yang
yang dibentuk oleh RSUD Pasar Minggu, yaitu tim Pokja SKP (sasaran
keselamatan pasien) dan tim keselamatan pasien, pada dasarnya kedua tim ini
saling berhubungan. Tim Pokja sasaran keselamatan pasien (SKP) merupakan tim
peraturan yang sudah ditetapkan oleh Pokja SKP. Berikut kutipan wawancara
“tim keselamatan pasien sudah ada, pokja SKP juga sudah ada. Dua tim ini
beda fungsinya, kan kalau pokja itu untuk persiapkan berkas yaa, panduan, SPO,
terus apa.. kebijakan, sama persiapkan semua lah form-form... memang kita sih
yang mensosialisasikan juga, cuman kan ini kepentingannya untuk akreditasi.
Sementara kalau tim.... yang akan melaksanakan isi dari berkas-berkas yang
sudah dibikin oleh pokja dan itu akan terus, walaupun sudah selesai akreditasi
tim ini akan tetap ada.”(KP1)
Berdasarkan wawancara dengan tim keselamatan pasien, semua instalasi
yang berhubungan dengan pasien dilibatkan menjadi tim keselamatan pasien. Hal
“tim pasien safety ya dibentuk kita melibatkan semua ya, kayak tadi saya
bilang semua pemberi asuhan harus melakukan identifikasi, jadi tim pasien safety
yang terbaru itu hampir semua instalasi kita masukin, jadi mulai dari gizi,
radiologi, jadi semua yang ada sentuhan dengan pasien, yang memberikan
asuhan mau di poli atau di rawat inap. Ya kalau tim kita kan sudah melibatkan
semua, jadi tujuannya semua dilibatkan jadi semua menjalani apa yang ada
disitu, karena kan mereka termasuk timnya. Terutama kita di rawat inap
ya....”(KP2)
“iyah, kalau dari tim sih kita dari, biasanya sih kita ngambilnya dari kepala
ruangannya ya, jadi agar untuk sosialisasi ke ruangan lebih gampang, karena
kan mereka yang punya power ya diruangan, jadi untuk sosialisasi dan untuk
pelaksanaan itu lebih terawasi, lebih cepat, dan untuk pengawasan pun lebih
jalan.”(KP1)
Panduan tatalaksana ketepatan identifikasi pasien juga sudah dibuat oleh tim
pasien secara rinci yang sudah disesuaikan dengan RSUD Pasar Minggu, panduan
Minggu tidak membahas secara rinci tatalaksana ketepatan identifikasi pasien. Hal
tersebut sesuai dengan yang diutarakan oleh tim keselamatan pasien sebagai
berikut :
“pedoman kita sudah ada juga, yang membuat tim pokja SKP” (KP1)
“...kalau panduan, dari panduan keselamatan pasien juga ada, kapan yang
wajib-wajibnya sama kita sesuaikan dengan yang ada di rumah sakit. jadi gak
selamanya kita sesuai dengan yang ada disitu..... Kalau kebijakankan hanya
memberitahukan kapan identifikasi pasien sama pake apa. Nah kalau disitu,
mulai semuanya, mulai di rawat jalan gimana, terus rawat jalan yang perlu pake
gelang identitas yang mana, di panduan begitu, lebih detail sih”(KP2)
50
yang ada. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh tim akreditasi bahwa ada
perubahan yang signifikan, dimana bukan hanya pasien rawat inap yang harus
memakai gelang identitas, pasien hemodialisa (HD) dan IGD juga harus memakai
“signifikan yaa, kalau misalnya menurut saya sih... kalau gak ada
akreditasi gitu ya, perawat, semua tenaga medis belum tentu akan merasa
terpaksa karena tuh pasti mereka ngerasa kayak terpaksa ngelakuin hal ini,
karena kalau mereka tidak melakukan ini akan terbentur dengan akreditasi. Kan
ada monitoring kita, dia gak ngelakuin jadi di monitoring akan terpantau.
Makanya jadinya setelah akreditasi ini mereka lumayan, jadi lumayan patuh yaa.
Ya kayak yang di IGD sih, tapi karena akre kita bikin kebijakan......bahkan HD
aja awalnya kita mikir gak perlu pake gak papa, tapi HD aja yang rawat jalan
rutin harus pake gitu. Nah, sejak itu, karena adanya akreditasi mereka jadi pake
sekarang.”(KP2)
karena identifikasi pasien sudah dari dulu melakukan prosedur seperti itu.
medis dalam melakukan identifikasi pasien saat akan melakukan tindakan. Berikut
“enggak ada, eeh karna udah kita ini kan..udah kita laksanakan dari awal
dulu, sudah seperti itu. Intinya ya perubahannya lebih ke arah penekanan lagi aja
ya. Tapi intinya sudah dilaksanakan sebelum susim kemaren, juga udah kami
lakukan.”(KP3)
pasien. Formulir pencatatan dan pelaporan masih akan dibuat oleh tim
“baru mau jalan sih ya, tapi kemaren sempet ada beberpa tapi memang
belum semua yaa, belum jalan semuanya. Sekarang sih baru mau dimulai
ditekankan bener-bener monitoring.....udah sih, ini lagi dibikin (form monev).
Makanya semua karu masuk ke tim ya, jadi lebih gampang untuk koordinasinya,
karena mereka juga tim pasien safety nanti rencanya semua lembar monitoring
ini akan kita kasi ke karu-nya, nanti mereka yang monitoring baru diserahin ke
kita”(KP2)
“ya masih belum (sistem pelaporan).......iya kepala ruangan, jadi kita akan
sebarkan ada lembar monitoring evaluasi, nah itu kan yang bertanggung jawab
kepala ruangan. Mereka yang mengobservasi.”(KP1).
identifikasi pasien. Tim keselamatan RSUD Pasar Minggu juga sudah membuat
SPO tentang Identifikasi Pasien, terdapat dua SPO yang dibuat untuk sasaran
ketepatan identifikasi pasien, yaitu SPO identifikasi pasien dan SPO pemasangan
gelang identitas. Namun, ada beberapa hal yang kurang dari isi SPO yang telah
2012. Untuk itu akan ada penambahan pada SPO identifikasi pasien sesuai dengan
52
“SPO kita juga sudah punya, pokja SKP yang membuat” (KP1)
“....nah kemaren pas survey simulasi masih ada beberapa SPO yang kita
kurang sih. Sebenernya sih hanya kurang kata-katanya aja sih, ....Nah saya
kurang nambahin, tapi prosedurnya sih kurang lebih sama, tetep harus
identifikasi. Jadi nanti rencananya mau kita tambahin yang kurangnya sesuai
dengan elemen akreditasi, karena semua elemen akreditasi harus dimasukkan di
SPO itu” (KP2)
Secara keseluruhan, SPO identifikasi pasien yang dibuat oleh tim
keselamatan sudah sesuai dengan standar akreditasi versi 2012. Pada praktiknya
di ruang rawat inap pada saat perawat memberikan obat kepada pasien, perawat
harus melakukan double check terhadap obat-obatan yang akan diberikan kepada
pasien. Kemudian setiap selesai diberikan obat, pasien atau pendamping pasien
juga harus menandatangani catatan pemberian obat yang dibawa perawat ketika
pemberian obat, ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat.
Hal ini sesuai dengan isi dari SOP identifikasi pasien bahwa perawat harus
memastikan obat yang akan diberikan sebelum ke pasien. Hal tersebut sesuai
“prosedurnya kalau kita menyiapkan obat ya, menyiapkan obat itu kita
eeh..terapkan double cek. Nanti di double cek nya itu 2 perawat, lebih-lebih ke
high alert. Obat-obat yang high alert itu kita double cek. Jadi dua orang yang
ngecek.... Terus nanti setelah pemberian obat, eeh tanda tangan keluarga atau
pasien di formnya”(KP3)
oleh tim keselamatan pasien. Namun menurut ketua tim keselamatan pasien, SPO
ini telah dijelaskan kepada kepala ruangan yang juga sebagai tim keselamatan
menerapkan identifikasi pasien sesuai dengan SPO yang ada. Berikut kutipan
“Hmm kalo saya sih, disini ngga pernah denger. Cuma dari rumah sakit
sebelumnya memang selalu begitu”(PR6)
“enggak pernah ada yang begitu”(PR8)
“hmm kalo pas aku masuk, kayaknya belum, tapi kan sebelumnya mungkin
udah ya. Tapi sekarang SOP ada yang baru, eh yang baru kayaknya kan mau
akreditasi ya, kayaknya gak ada perubahan ya masalah identifikasi”(PR2)
“gak sih, kalo kayak gitu kan istilah nya udah ada ini, istilahnya setiap
rumah sakit sih beda-beda tapi pas kita kuliah gitu udah ada....”(PR3)
Sedangkan sebagian besar perawat lainnya mengatakan pernah mendapat
mengetahui hal tersebut dari grup chating, ada juga yang mengetahui SPO pada
saat orientasi pertama kali bekerja, dan yang lainnya mendapat penjelasan
perawat :
54
“....kalo sosialisasi untuk identifikasi pasien paling kayak via WA gitu sih”
(PR1)
“udah, kita kan melakukan akreditasi jadikan yang ipsd itu yang lima itu
udah harus, apalagi identifikasi kan termasuk dari kepala ruangan”(PR7)
“ee.. awalnya sih disosialisasikan tapi harus baca SOP dulu setiap masuk
perawat masuk, pas orientasi sih ada juga”(PR9)
“Hmm kalo dari awal masuk belum, paling sosialisasi aja sama kepala
ruangan”(PR5)
dengan SPO yang sudah dibuat oleh tim Pokja SKP. Berdasarkan SPO identifikasi
dalam menjelaskan SPO identifikasi pasien yang telah dibuat. Ada perawat yang
mengatakan bahwa prosedur ketepatan identifikasi pasien yang mereka tahu yaitu
nama pasien dan tanggal lahir. Perawat lainnya hanya mengatakan harus
bahwa harus melakukan prinsip lima benar, namun hal tersebut hanya untuk
“ada sih SOP nya, tapi rumah sakit itu masing-masing penerapannya, ada 5
benar, ada 10 benar, ada 7 benar, sebenernya ada 10 tapi kan yang itu kan
terlalu rumit ya , 5 itu udah cukup kok, ada di SOP kita ada”(PR4)
“Kayak manggil nama pasien, tanggal lahir, kalo medical record
kebetulankan pasiennya gak hapal. Jadi biasanya nama pasien sama tanggal
lahir”(PR5)
“ sopnya dilakuin saat kapan aja, kayak pasien baru dari IGD......jadi kan
karena kita rawat inap, yang pertama sih pada saat keluar dari igd, ya itu
sebelum melakukan tindakan, ngambil darah, kasi obat”(PR8)
“setiap tindakan, pemberian obat, terus observasi tanda-tanda vital kita
identifikasi juga, apalagi yaa pemberian obat, pengambilan darah, terapi
medikasi semua kita identifikasi itu sih”(PR2)
“jadi kan karena kita rawat inap, yang pertama sih pada saat keluar dari
igd, ya itu sebelum melakukan tindakan, ngambil darah, kasi obat”(PR7)
Sebagian perawat lainnya menjelaskan SPO sesuai dengan yang telah dibuat
oleh tim pokja SKP. Mereka mengatakan bahwa dalam mengidentifikasi pasien
sebelum melakukan tindakan harus melihat gelang pasien juga, terutama untuk
melihat nomor rekam medis karena nomor rekam medis jarang dihapal oleh
“nanya nama, kita tanya, konfirmasi, sebenernya sih ada sama medical
record, cuman kan, eee sama gelang, kalo liat medical record liat gelangnya.
Kadangkan medred pasien suka gak hapal, kita suka liat di gelang
pasien”(PR10)
“isinya.. yang ditanya nama pasien, sesuaiin sama gelangnya terus tanggal
lahir, biasanya. Tapi sih maksimal 2, ada 2, nama sama rm”(PR9)
“Kalo disini sih kayak biasa, biasanya kalo identifikasi pasien kalo mau
kasih obat, mau transfusi juga sama, mau nganter dokter buat visit juga sama.
Sama sih pake nanya namanya siapa, karena kalo kita cuma sebutin namanya
siapa, misalnya “Sri”, dan ‘Sri’nya banyak, kadang pasien suka bilang iya-iya
aja pasiennya, pasien cenderung ngejawab. Sama, tanggal lahir kadang-kadang
pasien juga lupa tanggal lahirnya. Kan kita suruh pake gelang”(PR6)
Sedangkan sebagian kecil perawat lainnya tidak tepat dalam menjelaskan
SPO identifikasi pasien. Satu perawat mengatakan bahwa yang penting dalam
56
lainnya mengatakan bahwa harus melakukan prinsip enam benar, namun SPO
yang dibuat oleh tim keselamatan pasien menyatakan prinsip lima benar, bukan
“...tapi enaknya aja kayak gimana. Yang penting namanya sesuai gitu,
terserah mau dipanggil atau pasiennya nyebutin nama, enaknya kita aja...”(PR1)
“SOP sih ada, isinya tuh kalo yang aku tahu sih masih yang enam benar,
Cuma katanya yang terakhir itu disini mau nerapin yang 10 benar”(PR3)
Berdasarkan panduan identifikasi pasien RSUD Pasar Minggu bahwa pada
menanyakan nama dan tanggal lahir pasien, kemudian bandingkan dengan gelang
identitas yang digunakan pasien. Perawat juga harus menanyakan identitas pasien
dengan pertanyaan terbuka, contohnya: “siapa nama bapak/ibu?, dan tidak boleh
melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan nama dan tanggal lahir pasien,
ada juga mengatakan bahwa nomor rekam medis juga harus diperiksa. Hal ini
sesuai dengan elemen satu pada sasaran ketepatan identifikasi pasien dan panduan
identifikasi pasien bahwa harus menggunakan dua identitas pasien saat melakukan
“ya tergantung, kalo misalkan kita mau tindakan ya kita nanya pasiennya
namanya, tanggal lahirnya, kalo misalkan tindakannya mau dilakuin ya
tujuannya apa, misalkan ada efek samping ya jelasin efek sampingnya”(PR3)
“Biasa nanya nama, tanggal lahir. Tanggal lahir sih tergantung pasiennya,
kalo pasiennya kooperatif sih tanggal lahir, atau keluarganya juga bisa ngejawab
bisa tanya keluarganya langsung, sama kan pada saat kita ngasih obat atau
ngelakuin tindakan minta tanda tangan keluarganya untuk dicocokin nama sama
tanggal lahirnya”(PR6)
“biasanya nanya nama sama tanggal lahir, karena kalo nomor rm dia kan
gak hapal”(PR7)
“ya itu tindakan aja, kalo mau bagi obat, mau ada tindakan, tindakan lah
pokoknya, terus nanya tiga, nama, tanggal lahir, sama medical record”(PR10)
“selalu nanya, pokoknya mastiin namanya siapa. Map ini sih daftar obat,
bukan rekam medis, kalo rekam medis ada disini (komputer), kalo ini sih data-
data obatnya , jadi pasiennya harus tau daftar obat-obatannya apa aja, jadi ada
tanda tangan nama perawatnya yang ngasi, jadi kalo gak dikasi juga ketauan gak
dicontreng ama perawatnya kayak gitu.”(PR1)
“manggil nama, kadang kalo, ehm sebenernya harusnya kita kan ngasi
pertanyaan terbuka”(PR4)
“biasanya nanya nama pasien, umur pasien, kayak gitu”(PR8)
“setiap mau melakukan tindakan, terus mau ngasih obat, terus baru masuk
pasien ke ruangan. Biasanya nanya nama, tanggal lahir, rm nya yang harus ada
di gelang, sejauh ini sih gak sesuai kayaknya”(PR9)
terkadang tidak menanyakan tanggal lahir pasien, terutama pada pasien lanjut usia
(lansia) karena biasanya pasien atau keluarga tidak mengingat tanggal lahir
pasien. Namun perawat tersebut juga mengatakan harus menanyakan nama pasien
dengan dua nama panjangnya, hal ini sesuai dengan sasaran ketepatan pasien yang
“Identifikasi pasien itu biasanya setiap mau ada tindakan kita identifikasi
pasien sih, tapi biasanya terkadang juga kita cuma identifikasi pasien nama
pasiennya aja, kalo tanggal lahir terkadang pasiennya juga suka lupa, sama
58
keluarganya. Apalagi yang sudah lansia itu biasanya kita identifikasinya cuma
minta nama pasiennya saja. Nama pasien kan ada dua huruf, eh maksudnya dua
nama ya biasanya, sama nama panjangnya.”(PR5)
identitas, tetapi biasanya tulisan tangan di gelang identitas tidak begitu jelas jadi
“kadang gelang, gelang itu dari UGD, UGD itu, pas di UGD itu gak ini
kan (stiker), jadinya tulis tangan, kadang gak kebaca. Jadi nama dipanggil,
pasien nyebutin namanya siapa, sama apa enggak, nanti kalau misalnya di
gelangnya ada nomor rekam medisnya, tapi kebanyakan eeh karena tulis tangan
jadi gak enak bacanya”(PR2)
maupun SPO yang telah dibuat. Menurut tim akreditasi mereka juga sudah
tersebut, untuk itu tim keselamatan pasien mengharapkan agar dapat disampaikan
“Jadi beberapa minggu yang lalu juga sih, sebelum survey simulasi, akhir
september kita sempat ada workshop keselamatan pasien dan itu semua instalasi
itu ada perwakilannya. Jadi mereka juga udah tau gitu tentang keselamatan
pasien, tentang identifikasi. Nah kenapa kita ke karu, karena karu ini yang
bertanggungjawab untuk sosialisasi ke yang ada di ruangan”(KP2)
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa untuk menjelaskan SPO
kepada perawat yaitu melalui kepala ruangan. Menurut kepala ruangan bahwa
“ee...semua eeh di awal rekrut, hari pertama sampe hari ketiga itu kan ada
orientasi, orientasi itu meliputi tentang sistem yang ada disini,... iya, terus juga
pas hari H penempatan disini kami juga orientasi di ruangan, seputar ruangan,
seputar sistem, seputar eeh ya kebiasannya disini. Termasuk kalo yang obat tu,
yang double cek itu kita sosialisasiin ulang”(KP3)
dari kepala ruangan, dan juga dari laporan kesalahan identifikasi pasien saat
keselamatan pasien :
“caranya tau ya, yaa, sebenernya ya awalnya ada identifikasi, kayak gini
ini supaya tidak ada salah identifikasi ya, jadi ketika kita udah kayak gini akan
minimal nih orang yang salah pemberian obat, salah tranfusi jadi dengan kayak
gini pasti kejadian kayak gitu menurun”(KP2)
“saya melakukan, apa ya istilahnya itu, eeh pokoknya kan saya cek sambil
saya liat. Kan saya perhatikan cara mereka pas penyiapan obat, saya amati, saya
supervisi. Setiap tindakan yang mereka lakukan saya supervisi, walaupun
supervisinya tanpa mereka sadari. Saya ikutin, saya perhatikan”(KP3)
SPO identifikasi pasien yang telah dibuat. Berdasarkan SPO identifikasi pasien
pemberian obat, darah, atau produk darah, pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan.
perawat yaitu memeriksa dan membandingkan data pada gelang pengenal dengan
rekam medis. Sebagian besar perawat melakukan identifikasi pasien hanya dengan
nama pasien karena merasa sudah mengenal pasien, dan juga agar pasien tidak
perawat :
“....kayak nanya namanya siapa, tapi kalo setiap hari kita sama kayak gitu,
pasiennya ngerasa susternya gak kenal-kenal nih ma kita, aku jarang-jarang sih
ya, paling 3 sampe 5 kali ketemu masih aku tanya tapi kalo udah 5 kali lebih udah
langsung ke pasiennya. Buat apa sih, bangun kepercayaan juga lah buat pasien.
Karena kalo sering ditanya siapa namanya, pasiennya ngomong susternya gak
hapal-hapal nih”(PR4)
“Yang penting namanya sesuai gitu, terserah mau dipanggil atau pasiennya
nyebutin nama, enaknya kita aja, takutnya ada yang ke pasiennya, “suster saya
udah lama disini tapi gak kenal-kenal.” (PR1)
Khusus untuk prosedur pemberian obat, berdasarkan SPO identifikasi
perawat harus menerapkan 5 prinsip benar (benar obat, benar dosis, benar cara
melakukan double check saat sebelum ke ruangan, kemudian saat di ruangan akan
pasien.
terhadap perawat sesuai dengan workshop yang telah diikuti, namun hingga saat
ini tim keselamatan pasien belum pernah memantau langsung sasaran keselamatan
pasien. Jadi untuk saat ini hanya memantau perawat melalui kepala ruangan saja.
eee di map kuning itu, termasuk ada tidak tanda tangan keluarga atau
pasien”(KP3)
Berdasarkan wawancara dengan pasien rawat inap kelas III, sebagian besar
“ya Cuma panggil aja gitu. Gak juga sih, kan udah ada datanya, kadang ya
nanya, manggil doang gitu udah ngenalin”(P1)
“gak sih, mereka kan udah punya apa itu namanya eeh punya datanya gitu,
jadi pas awal juga mereka gak nanya...iya gak pernah liat gelang identitas,
langsung aja” (P2)
“enggak pernah, ditanyain namanya aja, jadi setiap mau ngasi obat atau
periksa-periksa, ditanyain namanya siapa” (P3)
“iya biasanya suka nanya nama aja, kadang-kadang ngecek, kadang gak
susternya udah hapal. Biasa sih udah hapal sih”(P4)
“gak, Cuma nanya kamu namanya siapa, ini (gelang identitas) gak
dicek”(P5)
“enggak, mereka langsung tanya aja gitu , ibunya namanya siapa gitu”(P6)
“ya orang baru semalem dipakein, ya kite gini kok orang-orang dipakein
kite kagak. Jadi ya Cuma nanya nama aja”(P9)
Sedangkan sebagian kecil pasien lainnya mengatakan bahwa perawat
melihat gelang identitas saat akan memberikan obat, namun satu diantaranya
hanya dilihat pada saat awal dirawat saja, seterusnya tidak dilihat lagi oleh
“gak, cuma nanya aja, ibu siapa, maryana gitu.....jarang, pas awal sekali
pernah, namanya siapa, gitu kan nanya, Maryana, coba liat, oh iya cocok
gitu”(P10)
63
“Diliat sih, diliat ama perawat, terus nanya namanya siapa sama
perawatnya”(P8)
pasien sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit agar
“iya, katanya biar mudah gitu, mudah nyarinya, untuk pengenal juga kan
pasien banyak gitu”(P4)
bahwa perawat tidak pernah menjelaskan tujuan dari gelang identitas yang dipakai
oleh pasien. Mereka mengatakan bahwa gelang hanya dipakaikan saja oleh
“mereka gak jelasin sih, cuma saya udah tau guna ya untuk eeh tau
identitas”(P2)
“gak ada, saya pikir gelang ini cuma buat tanda pasien disini”(P3)
“enggak dijelasin, cuma bilang pake gelang aja, dokternya nyuruh pakein
gelang”(P7)
pendaftaran untuk dirawat inap adalah keluarga pasien. Oleh karena itu,
pemakaian gelang identitas dipakaikan pada saat pasien berada di IGD, bahkan
ada pasien yang tidak sadar saat dipakaikan gelang identitas. Berdasarkan
dengan pasien :
“oh ini di UGD, perawatnya, saya gak tau udah dipakein aja”(P1)
identitas pasien terhadap pasien, hanya ada satu gelang identitas yang lengkap
dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, dan nomor rekam medis, selebihnya
hanya ada nama dan nomor rekam medis pasien. Identitas yang ada pada gelang
65
identitas ditulis manual oleh perawat yang terkadang tidak terbaca jelas.
stiker agar identitas terbaca dengan jelas oleh petugas medis. Hal ini karena jika
ditulis secara manual, memiliki risiko kesalahan lebih besar dalam menuliskan
“nah sebenernya kita udah minta untuk print ya, gak tulis tangan. Jadi kan
disini udah IT, jadi udah ada nih nama dan sebagainya, jadi dulu sempet kayak
gitu, udah ada stikernya, tapi stikernya itu abis atau gimana. Karena beberapa
yang gak sengaja saya liat sih, dulu mereka nulis nomor kamar, padahal itu gak
boleh, itu yang ngisi admission biasanya, mereka gak ngerti harus ngisi apa,
misalkan disitu ada DOB, mereka gak tau itu apa. Makanya kita mencegah untuk
itu, kita minta stiker aja. Harusnya perawat sih yang nulis, tapi gak semuanya
admission, belum tentu admission belum tentu perawat, tergantung aja yang jaga
siapa, kalau di admissionnya yang jaga siapa bisa jadi ditulis, bisa enggak.”
(KP2)
Pemakaian gelang dilakukan oleh perawat juga diutarakan oleh tim
perawat, terutama perawat di IGD, bukan petugas admisi. Namun menurut kepala
ruangan, perawat di rawat inap juga memiliki tanggung jawab menjelaskan gelang
identitas. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan tim keselamatan pasien sebagai
berikut :
pasien dari IGD belum menggunakan gelang identitas. Berikut kutipan wawancara
dengan perawat :
“pernah, kadang pasien gini misalnya dia dateng trus dari bawah lupa
masangin ya udah kita aja....dijelasin ya apa fungsinya, harusnya dijelasin ya tapi
kebanyakan enggak”(PR2)
“iya, dijelasin gelangnya buat apa, kenapa beda pink ama biru, tujuannya apa
gitu”(PR3)
“iya dijelasin gunanya tujuannya gelang ini untuk apa, jadi nanti jangan
bosen kalo perawatnya nanya-nanya”(PR7)
“iya, kalo saya, saya jelasin, ini gunanya buat nanti sebagai identitas
pasien. Kan ada 2 tu ya , gelang sih banyak sih sebenernya, ada yang alergi,
identitas gitu, resiko jatuh”(PR10)
Namun beberapa perawat lainnya mengatakan bahwa yang seharusnya
fungsi dari gelang identitas tersebut. Berikut kutipan wawancara dengan perawat :
“kalo dari rawat inap jarang ya, soalnya yang biasa makein itu pasti dari
IGD, kecuali dari pasien, poli pun perawatnya harusnya makein gelangnya
sebelum kesini”(PR4)
“Ngga.. kita ngga punya kewajiban, yang punya kewajiban itu biasanya
yang pakein gelang. Jadi sekalian menjelaskan kegunaan gelang itu, kenapa
67
dipakein gelang itu sama tujuannya, biasanya dari tugas yang pasangin
gelang”(PR5)
“Hmm kalo sampe saat ini sih jarang banget makein gelang. Biasanya dari
IGD udah dipasang. Kecuali kalo misalkan di rekam medisnya masih ada kita
arahkan orang IGD untuk pasangin gelang”(PR6)
“guna gelangnya, iya tugasnya orang UGD sih tapi ee.. rata-rata sih pasien
nggak tau”(PR9)
BAB VI
PEMBAHASAN
melakukan tindakan terhadap pasien (WHO 2007). Terdapat lima elemen pada
dua identitas pasien, dan tidak boleh menggunakan nomor kamar atau
dengan menanyakan nama pasien, bukan nama panjang pasien, dan juga
RS versi 2012, petugas harus menanyakan nama pasien dengan dua nama
pasien, maksud hal tersbut adalah nama lengkap dari pasien tersebut. Hal
68
69
dengan minimal dua identitas pasien, seperti nama pasien, tanggal lahir
identitas pasien.
identitas pasien.
70
dibuat ada dua, yaitu SPO identifikasi pasien dan SPO pemasangan
elemen, hanya elemen kelima yang sudah sesuai dengan standar akreditasi RS
versi 2012. Untuk elemen pertama hingga elemen keempat belum sesuai dengan
versi 2012 berupa SK Direktur No. 893 Tahun 2017 tentang Kebijakan
aturan dan kebijakan dalam rangka menjamin pelayanan yang aman bagi pasien
(Cahyono 2008). Hal ini sesuai dengan langkah-langkah yang harus dilakukan
rumah sakit menuju keselamatan pasien, dimana langkah pertama yaitu rumah
untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, tanggal lahir, dan
nomor rekam medis, dan tidak diperbolehkan menggunakan nomor kamar atau
lokasi pasien (KARS 2011). Kebijakan yang telah dibuat oleh tim keselamatan
identifikasi pasien RSUD Pasar Minggu, dua identitas yang ditanyakan pada saat
mengidentifikasi pasien yaitu nama pasien dan tanggal lahir pasien, kedua
identitas tersebut juga harus ada pada gelang identitas pasien. Kebijakan dan
panduan yang telah dibuat tim keselamatan pasien sudah sesuai dengan ketentuan
menyeluruh oleh petugas medis yang berhubungan dengan pasien, tim pokja SKP
melibatkan semua instalasi yang berhubungan dengan paisen untuk menjadi tim
keselamatan pasien. Maka setiap instalasi memiliki perwakilan yang menjadi tim
72
keselamatan pasien. Hal ini merupakan pengelolaan tim yang dilakukan tim
dengan optimal. Hal ini sesuai dengan penelititan Sunarti bahwa ada hubungan
(Sunarti 2016).
kebijakan/peraturan yang telah dibuat oleh tim pokja keselamatan pasien terkait
ketepatan identifikasi pasien, lebih menekankan petugas medis agar menjadi patuh
pencatatan dan pelaporan sebagai bahan evaluasi dan pengawasan yang dilakukan
oleh tim keselamatan pasien terhadap ketepatan identifikasi pasien oleh perawat.
Hal ini perlu dilakukan agar pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien berjalan
optimal.
Pasar Minggu ada dua, yaitu SPO Identifikasi Pasien dan SPO Pemasangan
Gelang Identitas. Namun pada SPO identifikasi pasien, ada beberapa hal yang
kurang dari elemen sasaran ketepatan identifikasi pasien. Prosedur yang telah
identifikasi pasien dan kedua SPO tersebut sudah memenuhi standar akreditasi RS
versi 2012.
Akan tetapi, kepala ruangan yang juga sebagai tim keselamatan pasien memiliki
dari kepala ruangan terkait SPO ketepatan identifikasi pasien. Beberapa perawat
mengatakan pernah dilakukan sosialisasi saat orientasi, melalui grup chating, atau
identifikasi pasien. Oleh karena itu, prosedur identifikasi pasien tidak diketahui
sosialisasi dan SPO yang belum optimal menjadi hambatan dalam pelaksanaan
oleh perawat. Menurut WHO, perlu dilakukan pelatihan atau sosialisasi tentang
prosedur untuk memverifikasi pasien (WHO 2007). Untuk itu, SPO yang telah
74
dibuat seharusnya dijelaskan kepada perawat agar mengetahui isi dari SPO
akreditasi RS versi 2012, perawat harus melakukan identifikasi pasien dengan dua
yang ada di RSUD Pasar Minggu bahwa pada saat melakukan identifikasi pasien,
Namun, tidak semua perawat yang diteliti mengetahui dengan tepat prosedur
identifikasi pasien.
identifikasi pasien yang ada di RSUD Pasar Minggu. Hanya sebagian kecil
pasien yang sudah dibuat oleh tim keselamatan pasien. Prosedur yang sering
telah dibuat oleh tim pokja SKP di RSUD Pasar Minggu, dapat membuat
pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien tidak berjalan dengan optimal. Hal ini
perawat terhadap pelaksanaan identifikasi pasien secara tepat (Sitorus 2014). Oleh
optimal.
sesuai dengan prosedur yang telah dibuat oleh tim pokja SKP RSUD Pasar
pasien sesuai dengan prosedur identifikasi pasien RSUD Pasar Minggu. Tahapan
seharusnya menggunakan dua identifikator, yaitu nama dan tanggal lahir pasien.
terbuka jika sudah mengenal pasien atau pasien tersebut sudah lama dirawat di
rumah sakit. Hal ini karena beberapa perawat berpikir agar pasien tidak merasa
pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian Anggreani dkk yang menyatakan bahwa
perawat tidak selalu melakukan identifikasi pasien, terutama pada saat melakukan
76
tindakan keperawatan yang bersifat rutin, dengan alasan sibuk atau tidak sempat
pasien pada saat identifikasi pasien, tanpa menanyakan dua identitas pasien dan
tersebut belum berjalan dengan baik dikarenakan form pemantauan belum selesai
dibuat oleh tim keselamatan pasien. Hal tersebut dapat membuat pelaksanaan
ketepatan identifikasi pasien tidak berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan
prosedur identifikasi yang belum optimal (Anggraeni, Hakim dan Widjiati 2014).
tindakan/asuhan oleh perawat merupakan hal yang perlu dilakukan agar pasien
paham pentingnya identifikasi pasien dengan tepat. Menurut WHO, perlu untuk
pasien yang benar dengan cara yang positif dan juga menghormati privasi
pasien/keluarga pasien tersebut (WHO 2007). Hal tersebut sudah ada prosedurnya
dalam SPO pemasangan gelang identitas, dimana pasien harus dijelaskan terkait
gelang identitas dan pentingnya identifikasi pasien. Namun, pada praktiknya, yang
memakaikan gelang identitas kepada pasien yaitu perawat, tetapi perawat tidak
harus ikut terlibat dalam ketepatan identifikasi pasien. Hal ini sesuai dengan
edukasi tetntang risiko jika terjadi kesalahan identitas dengan meminta pasien dan
Berdasarkan panduan identifikasi pasien, data identitas pada gelang identitas juga
harus minimal dua yaitu nama dan tanggal lahir. Menurut WHO hal ini perlu
atau penanda terstandar dan informasi spesifik dapat ditulis (misal nama dan
dengan identitas yang benar, karena terkadang petugas tidak menuliskan identitas
penting pasien, seperti tanggal lahir dan nomor rekam medis. Saat ini, gelang
identitas yang ada di RSUD Pasar Minggu masih menggunakan gelang identitas
yang ditulis secara manual, karena itu data yang ada pada gelang terkadang tidak
data pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian Chinta dkk yang menyatakan bahwa
perawat dalam melakukan verifikasi data pasien (Chinta, Suryoputro dan Jati
2016).
BAB VII
7.1. Simpulan
2012, hanya elemen kelima yang sudah sesuai dengan standar akreditasi RS
versi 2012. Untuk elemen pertama hingga elemen keempat belum sesuai
RSUD Pasar Minggu sudah dibuat sesuai dengan standar akreditasi RS versi
79
80
6. Hampir semua pasien tidak dijelaskan fungsi dari gelang identitas. Beberapa
gelang identitas pasien juga tidak memuat informasi yang sesuai dengan
peraturan yang ada, data yang sering tidak ditulis petugas yaitu tanggal lahir
7.2. Saran
2. Perlu adanya punishment dan reward kepada petugas kesehatan yang tidak
DAFTAR PUSTAKA
2008.
Chinta, Guesthi Lunes Mutiara, Antono Suryoputro, and Sutopo Patria Jati .
Pasien Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi ."
Grbich, Carol. Qualitative Data Analysis (Second Edition). London: SAGE, 2013.
Yogyakarta, 2007.
Alfabeta, 2011.
Pekanbaru." 2016.
83
WHO. Medication Without Harm: WHO's Third Global Patient Safety Challenge
. 2017.
79
Lampiran 1
Demikian atas segala perhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Sdr, saya ucapkan terima
kasih karena telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
Hormat Saya,
Nama Informan :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Jabatan/Pekerjaan :
Lama Kerja :
Hari/Tanggal Wawancara :
Dengan ini saya bersedia menjadi informan dalam penelitian mengenai “Gambaran
Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien Di Instalasi Rawat Inap Kelas III RSUD Pasar
Minggu Tahun 2017”
Jakarta,………............2017
(……..............................)
Lampiran 3
Pedoman Wawancara
Kebijakan
1. Bagaimana kebijakan/peraturan mengenai keselamatan pasien di RSUD Pasar Minggu,
khususnya identifikasi pasien? (Probing : apa saja yang telah dilakukan terkait
identifikasi pasien?ada tim khusus yang dibentuk?)
2. Apakah di RSUD Pasar Minggu ada buku pedoman keselamatan pasien (yang dibuat
rumah sakit sendiri) ? (probing: jika ada, apakah didalamnya terdapat pedoman
tentang identifikasi pasien? Jika belum ada, kenapa?)
3. Menurut anda, bagaimana budaya keselamatan pasien (khususnya identifikasi pasien) di
RSUD Pasar Minggu?
4. Bagaimana sistem pelaporan terhadap keselamatan pasien di RSUD Pasar Minggu?
(Probing : apakah ada format pelaporan, tim pengolah data, dan peraturan khusus
pelaporan? Jika tidak ada sistem pelaporan, kenapa?)
SPO
1. Bagaimana dengan prosedur (SPO) untuk pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di
RSUD Pasar Minggu? (probing: apakah sudah berjalan? Jika belum, mengapa?)
2. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien ?
Pengetahuan perawat
1. Bagaimana cara tim Keselamatan Pasien menerapkan prosedur (SPO) ketepatan
identifikasi pasien kepada perawat? (Probing: apakah semua perawat sudah memahami
tentang ketepatan identifikasi pasien?)
2. Apa yang dilakukan untuk mengetahui bahwa petugas kesehatan telah mengetahui dan
memahami prosedur pelaksanaan identifikasi pasien rawat inap di RSUD Pasar
Minggu? (probing : jika ada, apakah semua petugas sudah mendapatkan pengetahuan
tentang identifikasi pasien? jika tidak ada, kenapa?)
Kemampuan Perawat
1. Bagaimana cara tim Keselamatan Pasien mengetahui kemampuan perawat dalam
menjalankan prosedur ketepatan identifikasi pasien? (probing: apa yang dilakukan
untuk mengetahui kemampuan perawat? Jika tidak ada, kenapa?)
2. Bagaimana cara mengawasi perawat terhadap pelaksanaan identifikasi pasien?
(probing: jika tidak ada pengawasan, kenapa?)
Edukasi Pasien
1. Bagaimana peraturan terkait gelang identifikasi pasien rawat inap di RSUD Pasar
Minggu? (probing : siapa yang mengisi identitas dan memberikan gelang identifikasi
pasien?)
2. Apa yang dilakukan oleh tim Keselamatan Pasien untuk memberikan pemahaman
kepada pasien terkait gelang identifikasi yang harus digunakan oleh pasien selama
dirawat inap di RSUD Pasar Minggu?
Kebijakan
1. Bagaimana kebijakan/peraturan tentang ketepatan identifikasi pasien di rawat inap
RSUD Pasar Minggu? (probing: apakah pernah disosialisasikan kepada perawat?)
SPO
1. Apakah anda pernah mendapatkan sosialisasi tentang identifikasi pasien ?
2. Bagaimana dengan prosedur (SPO) pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien rawat inap
di RSUD Pasar Minggu? (probing : apakah sudah berjalan? Jika belum, kenapa?)
Pengetahuan
1. Kapan saja anda melakukan identifikasi pasien ?
2. Identitas apa yang harus ada pada gelang identitas pasien ?
3. Bagaimana cara anda melakukan idenifikasi pasien ? (sesuai SPO identifikasi pasien
RSUD Pasar Minggu)
Edukasi Pasien
1. Siapa yang memakaikan gelang identitas ? dan siapa yang menuliskan identitas pada
gelang identitas?
2. Apakah ada penjelasan tentang manfaat/ fungsi gelang kepada pasien? Bagaimana
penjelasannya?
Pasien/pedamping Pasien
Edukasi Pasien
1. Siapa yang memakaikan dan mengisi identitas pada gelang identitas ?
2. Apakah petugas menjelaskan tentang manfaat gelang identitas pasien? (probing : jika
iya, apa manfaat gelang yang dipasang di tangan anda?kapan gelang boleh dilepas?)
3. Apakah nama dan tanggal lahir pada gelang sudah benar identitas anda?
4. Apakah petugas selalu melihat gelang yang anda pakai? Pada saat melakukan apa?
Lampiran 4
Pedoman Observasi
Periksa dan bandingkan data pada Perawat menerapkan prinsip 5 perawat mengambil darah atau
gelang pengenal dengan rekam benar : spesimen lain sesuai permintaan
medis Benar obat, benar dosis, benar cara dokter kemudian memberi
pemberian, benar waktu, dan benar identitas nama dan nomor rekam
No. Nama Perawat
pasien medik pasien di tabung / botol /
tempat sampel darah atau
spesimen tersebut
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jawaban
Pertanyaan
KP1 KP2 KP3
Kebijakan
Bagaimana kebijakan/peraturan “kebijakannya sih yaa, kita “kita kalau kebijakan hanya “kebijakannya, pasien
mengenai keselamatan pasien di sudah ada SK, dan sudah mengatur masalah identifikasi diidentifikasi setiap tindakan
RSUD Pasar Minggu, khususnya disahkan juga...” pake dua minimal sama kapan atau pemberian terapi, itu kita
identifikasi pasien? melakukan identifikasi, kayak eeh validasi ke pasien juga, kita
“Pelaksanaannya sudah berjalan gitu aja sih. Dilakuin sih sudah cocokkan dengan gelang pasien.
pasien dengan gelang identitas, dilakuin, cuma memang, Itu kan di gelang pasien ada
pasien laki-laik dengan gelang makanya sekarang ada ditulis nama pasien, nomor
warna biru, kalo perempuan monitoring, belum semuanya rekam medik gitu kan, kita
pink, yang minimal ada tiga kebiasaan kayak gitu. Tapi udah cocokin juga.”
identitas disana ya, nama, nomer dilakukan, beberapa masih
rekam medis sama tanggal lahir. belum melakukan dua
Nah perawatpun ketika identifikator. Identifikasi
memberikan obat atau mungkin mereka sudah
mengambil darah memang sudah melakukan tampaknya, tapi
kroscek minimal nama sama kadang mereka lupa kalau harus
tanggal lahir, mereka sudah menggunakan tanggal lahir
kroscek. Kalau secara praktek sama nomor medical record”
mungkin sudah jalan, pencatatan
yang belum.” “ditulis sudah, yang ditekankan
bukan hanya soal ditulis di
gelang, tapi setiap pemberian
obat, setiap tindakan, setiap
tranfusi, pokoknya setiap yang
kita mau ada asuhan ke pasien,
kita harus identifikasi pasien
dulu ke pasien, even kayak kita
mau, kayak dokter visit pun
harus identifikasi pasien dulu.”
Bagaimana dengan Tim “tim keselamatan pasien sudah “tim pasien safety ya dibentuk
Keselamatan Pasien di RSUD ada, pokja SKP juga sudah ada. kita melibatkan semua ya, kayak
Pasar Minggu ? Dua tim ini beda fungsinya, kan tadi saya bilang semua pemberi
kalau pokja itu untuk persiapkan asuhan harus melakukan
berkas yaa, panduan, SPO, terus identifikasi, jadi tim pasien
apa.. kebijakan, sama persiapkan safety yang terbaru itu hampir
semua lah form –form, pokonya semua instalasi kita masukin,
intinya yang berhubungan jadi mulai dari gizi, radiologi,
dengan berkas, dan emang kita.. jadi semua yang ada sentuhan
memang kita sih yang dengan pasien, yang memberikan
mensosialisasikan juga, cuman asuhan mau di poli atau di rawat
kan ini kepentingannya untuk inap. Ya kalau tim kita kan sudah
akreditasi. Sementara kalau tim, melibatkan semua, jadi
tim itu memang, apa, eeh.. yang tujuannya semua dilibatkan jadi
akan melaksanakan isi dari semua menjalani apa yang ada
berkas-berkas yang sudah disitu, karena kan mereka
dibikin oleh pokja dan itu akan termasuk timnya. Terutama kita
terus, walaupun sudah selesai di rawat inap ya....”
akreditasi tim ini akan tetap ada.
Tapi kalau pokja, kalau “iya, karena kan K3 manajemen
akreditasi kelar mereka juga resiko ya, tapi kerja sih bareng-
selesai tugasnya. Dan untuk bareng. Jadi kan ini ada tim
pelaksanaan sebenernya lebih ke pasien safety, terus ada lagi
tim-nya, tapi kalau untuk komite mutu dan keselamatan
penyiapan berkas, penyiapan pasien. Jadi tim pasien safety itu
semua kebijakan itu ke kan lebih ke tim, terus komite
pokjanya” mutu dan keselamatan pasien itu
ada namanya sub-komite
“iyah, kalau dari tim sih kita kelamatan pasien dan
dari, biasanya sih kita manajemen resiko, nah di sub-
ngambilnya dari kepala komite itu ada lagi koordinator
ruangannya ya, jadi agar untuk keselamatan pasien dan
sosialisasi ke ruangan lebih koordinator manajemen resiko,
gampang, karena kan mereka nah itu akan koordinasi dengan
yang punya power ya diruangan, k3-nya disitu. Kebetulan orang-
jadi untuk sosialisasi dan untuk orangnya sama aja sih, orang-
pelaksanaan itu lebih terawasi, orang yang ada di sub-komite
lebih cepat, dan untuk tetep dr. Izati”
pengawasan pun lebih jalan.”
Apakah di RSUD Pasar Minggu “pedoman kita sudah ada juga, “kalau panduan, kita pastikan
ada buku pedoman/ panduan yang membuat tim pokja SKP” ada literatur ya kalau misal bikin
keselamatan pasien (yang dibuat panduan, dari panduan
rumah sakit sendiri) ? “iya didalamnya sudah ada keselamatan pasien juga ada,
semuanya, dari enam sasaran, kapan yang wajib-wajibnya
termasuk identifikasi pasien” sama kita sesuaikan dengan yang
ada di rumah sakit. jadi gak
selamanya kita sesuai dengan
yang ada disitu. Misal kayak
bayi gitu ya, kita pro pake dua
gelang identitas atau tidak itu
dijelaskan lebih spesifik. Kalau
kebijakankan hanya
memberitahukan kapan
identifikasi pasien sama pake
apa. Nah kalau disitu, mulai
semuanya, mulai di rawat jalan
gimana, terus rawat jalan yang
perlu pake gelang identitas yang
mana, di panduan begitu, lebih
detail sih”
Menurut anda, bagaimana “sebenernya sudah, secara “signifikan yaa, kalau misalnya “enggak ada, eeh karna udah
budaya keselamatan pasien umum sih sudah ya, untuk menurut saya sih. Soalnya misal kita ini kan..udah kita
(khususnya identifikasi pasien) identifikasi pasien dimulai dari nih, kalau gak ada akreditasi laksanakan dari awal dulu,
di RSUD Pasar Minggu? pemakaian gelang identitas gitu ya, perawat atau semua deh, sudah seperti itu. Intinya ya
dibawah, itu sudah standar, semua tenaga medis belum tentu perubahannya lebih ke arah
begitu pasien masuk sudah pakai akan merasa terpaksa karena tuh penekanan lagi aja ya. Tapi
gelang, untuk pasien rawat inap pasti mereka ngerasa kayak intinya sudah dilaksanakan
ya, yang dari IGD maupun yang terpaksa ngelakuin hal ini, sebelum susim kemaren, juga
dari rawat jalan misalkan yang karena kalau mereka tidak udah kami lakukan.”
sudah direncanakan untuk melakukan ini akan terbentur
dirawat misalnya, pasti kita dengan akreditasi. Kan ada
pasangkan gelang. Atau pasien- monitoring kita, nah di
pasien yang membutuhkan monitoring itu kita ngelaporin
tindakan, kayak pasien HD itu juga , jadi semua saling terkait,
pasti kita pasangkan gelang dia gak ngelakuin jadi di
identitas. Nah kalau untuk yang monitoring akan terpantau.
di IGD pun sudah, mereka Berarti sasaran keselamatan
dateng berobat sudah dapat pasien yang identifikasi pasien
medical record dan memang ada rendah, nah itu merupakan
tindakan yang diperlukan kayak indikator nanti dindikator masuk
ngasi obat atau ngambil darah, di indikatornya rumah sakit. Jadi
mereka juga sudah pakai gelang. makanya dengan adanya kayak
Jadi untuk identifikasi gitu mereka ya yang tadinya
diharapkan jadi lebih tepat ya” mungkin, kan di monitoring
dijelaskan banget ya kapan
mereka identifikasi bener-bener
ada ya, sebelum ini sebelum ini
mereka melakukan apa gak, nah
kalau mereka gak itu makin
rendah, terus disitu juga ada sih
nama staff nya. Makanya jadinya
setelah akreditasi ini mereka
lumayan, jadi lumayan patuh
yaa. Ya kayak yang di IGD sih,
dia yang paling, kemaren tuh
agak sulit karena kita karena
awalnya di IGD tuh gak pake
gelang identitas, tapi karena
akre kita bikin kebijakan. Setelah
kita tanya-tanya ya, bisa gak kita
biki di IGD gak pake, tapi ya
karena tindakan ya, bahkan HD
aja awalnya kita mikir gak perlu
pake gak papa, tapi HD aja yang
rawat jalan rutin harus pake
gitu. Nah, sejak itu, karena
adanya akreditasi mereka jadi
pake sekarang.”
Bagaimana sistem pelaporan “ya masih belum (sistem “baru mau jalan sih ya, tapi “eeh.. KTD kita ada formulirnya.
terhadap keselamatan pasien di pelaporan)” kemaren sempet ada beberpa Ini diisi hanya ketika ada
RSUD Pasar Minggu? tapi memang belum semua yaa, kejadian-kejadian aja”
“iya kepala ruangan, jadi kita belum jalan semuanya. Sekarang
akan sebarkan ada lembar sih baru mau dimulai ditekankan “kita, bersama yang melakukan
monitoring evaluasi, nah itu kan bener-bener monitoring” kan dia yang tau kronologisnya”
yang bertanggung jawab kepala
ruangan. Mereka yang “udah sih, ini lagi dibikin (form “iya di karu, nanti baru dikasi ke
mengobservasi.” monev). Makanya semua karu tim keselamatan”
masuk ke tim ya, jadi lebih
gampang untuk koordinasinya,
karena mereka juga tim pasien
safety nanti rencanya semua
lembar monitoring ini akan kita
kasi ke karu-nya, nanti mereka
yang monitoring baru diserahin
ke kita”
SOP
Bagaimana dengan prosedur “SPO kita juga sudah punya, “udah, udah disosialisakan. Nah “prosedurnya kalau kita
(SPO) untuk pelaksanaan pokja SKP yang membuat” kemaren pas survey simulasi menyiapkan obat ya, menyiapkan
ketepatan identifikasi pasien di masih ada beberapa SPO yang obat itu kita eeh..terapkan
RSUD Pasar Minggu? “Sosialisasikan SPO secara kita kurang sih. Sebenernya sih double cek. Nanti di double cek
menyeluruh tu belum ya, tapi hanya kuran kata-katanya aja nya itu 2 perawat, lebih-lebih ke
biasanya, kan karena rata-rata sih, jadi di SPO nya itu hanya high alert. Obat-obat yang high
tim pasien safety sama tim pokja ada, identifikasi pasien judulnya alert itu kita double cek. Jadi
kan kepala ruangan jadi kan ya, nah prosedur nya itu dua orang yang ngecek. Terus
mereka sudah tau sendiri, jadi identifikasi pasien sebelum nanti pas pemberian ke pasien
mereka yang mensosialisasi kan tindakan sama sebelum apa gitu, pun juga kita cocokkan identitas
sendiri ke perawat ruangan ada dua. Nah saya kurang pasien dengan menanyakan dan
mereka, karena rata-rata kan nambahin, tapi prosedurnya sih melihat gelang pasien. Minimal
kepala ruangan. Jadi sosialisasi kurang lebih sama, tetep harus kita menyebutkan nama pasien,
SPO secara legal belum, masih identifikasi. Jadi nanti terus NMRnya mereka jarang
dari kepala ruangan” rencananya mau kita tambahin hapal ya bahkan hampir
yang kurangnya sesuai dengan keseluruhan gak pada hapal
elemen akreditasi, karena semua nomor MR. Kita liatnya di
elemen akreditasi harus gelang pasien, kan semua pasien
dimasukkan di SPO itu” pake gelang tuh. Terus nanti
setelah pemberian obat, eeh
tanda tangan keluarga atau
pasien di formnya.”
Siapa saja yang terlibat untuk “admission, perawat, IGD, “Semua instalasi”
identifikasi pasien? kepala ruangan, orang lab juga”
Pengetahuan Perawat
Bagaimana cara tim Keselamatan “untuk sekarang dari kepala “Jadi beberapa minggu yang “ee...semua eeh di awal rekrut,
Pasien menerapkan prosedur ruangan” lalu juga sih, sebelum survey hari pertama sampe hari ketiga
(SPO) ketepatan identifikasi simulasi, akhir september kita itu kan ada orientasi, orientasi
pasien kepada perawat? sempat ada workshop itu meliputi tentang sistem yang
keselamatan pasien dan itu ada disini”
semua instalasi itu ada
perwakilannya. Jadi mereka juga “iya, terus juga pas hari H
udah tau gitu tentang penempatan disini kami juga
keselamatan pasien, tentang orientasi di ruangan, seputar
identifikasi. Nah kenapa kita ke ruangan, seputar sistem, seputar
karu, karena karu ini yang eeh ya kebiasannya disini.
bertanggungjawab untuk Termasuk kalo yang obat tu,
sosialisasi ke yang ada di yang double cek itu kita
ruangan” sosialisasiin ulang”
Apa yang dilakukan untuk “kepala ruangannya, iya mereka “caranya tau ya, yaa, “saya melakukan, apa ya
mengetahui bahwa petugas punya lembar monitoring gitu, sebenernya ya awalnya ada istilahnya itu, eeh pokoknya kan
kesehatan telah mengetahui dan jadi mereka pilih dari ruangan identifikasi, kayak gini ini saya cek sambil saya liat. Kan
memahami prosedur pelaksanaan itu berapa orang , mereka supaya tidak ada salah saya perhatikan cara mereka pas
identifikasi pasien rawat inap di ngambil sampel gitu” identifikasi ya, jadi ketika kita penyiapan obat, saya amati, saya
RSUD Pasar Minggu? udah kayak gini akan minimal supervisi. Setiap tindakan yang
nih orang yang salah pemberian mereka lakukan saya supervisi,
obat, salah tranfusi jadi dengan walaupun supervisinya tanpa
kayak gini pasti kejadian kayak mereka sadari. Saya ikutin, saya
gitu menurun” perhatikan”
Kemampuan Perawat
Bagaimana cara tim Keselamatan “iya observasi oleh kepala “seharusnya sih ada ya, “intinya di karu, saya pagi kan
Pasien mengetahui kemampuan ruangan begitu” namanya ronde, kalau dari hasil saya cek, saya tidak mungkin
perawat dalam menjalankan workshop kemaren ya ada ronde mengikuti semua yang
prosedur ketepatan identifikasi manajemen dimana nanti itu melakukan tindakan ya kan. Tapi
pasien? dilibatkan semua komite mutu khusus yang obat saya bisa cek
Bagaimana cara mengawasi dan keselamatan pasien, di eee di map kuning itu,
perawat terhadap pelaksanaan harusnya ada disitu, jadi kita ke termasuk ada tidak tanda tangan
identifikasi pasien? pasien-pasien di ranap, tapi keluarga atau pasien”
memang belum dilakuin disini.
Jadi balik lagi, kita serahin ke
karunya deh, jadi disini ada dua
tim, tim 1 sama tim 2, nanti
biasanya karu ini ngasi ke
kepala tim itu, mereka yang
ngeliatin bener-bener apakah si
perawat ini ngelakuinnya sesuai
gak. Tapi memang kita belum
pernah ngeliat ke lapangan
secara langsung ya. Tapi kan
kebetulan kayak dr. Izati kan
juga DPJP ya, jadi kalau
misalnya dia lagi visit jadi kan
bisa liat ya, gitu aja sih. Kalau
kita sidak bener-bener itu belum
ada”
Edukasi Pasien
Bagaimana peraturan terkait “ada kita di SOP pemasangan “Yang menjelaskan perawat, jadi “gelang identitas ketika pasien
gelang identifikasi pasien rawat gelang identitas” gelang dikasi dari admission, masuk melalui UGD”
inap di RSUD Pasar Minggu? pada saat pasien daftar di IGD
Apa yang dilakukan oleh tim maupun rawat inap ya. Nanti “tetep ada kewajiban, kita
Keselamatan Pasien untuk admission ngasi, nanti admission jelasin ulang. Identitas pasien
memberikan pemahaman kepada ngasi di dalam berkasnya itu, yang terutama, kasi tau itu
pasien terkait gelang identifikasi nanti perawat yang akan fungsinya apa, pada saat pasien
yang harus digunakan oleh memasangkan” kesini. Pasien dateng kita
pasien selama dirawat inap di lakukan edukasi, salah satunya
RSUD Pasar Minggu? “bukan, karena kan kita takutnya itu tentang gelang pasien,
admission juga tidak mengerti tentang hand hygiene juga, terus
ya. Karena yang ke admission orientasi ke ruangan oleh
juga belum tentu pasien, jadi perawat.”
nanti perawat yang akan
memasangkan dan perawat yang
akan mengedukasi, fungsinya ini
apa jadi nanti jangan bosen-
bosen nanti tiap apa pasti akan
ditanyain terus-menerus. Karena
kan nanti ada beberapa pasien
yang risih ya kita tanyain terus.”
PR2 “setiap tindakan, “hmm kalo pas aku “kadang gelang, gelang “pernah, kadang
pemberian obat, terus masuk, kayaknya itu dari UGD, UGD itu, pasien gini misalnya
observasi tanda-tanda belum, tapi kan pas di UGD itu gak ini dia dateng trus dari
vital kita identifikasi sebelumnya mungkin kan (stiker), jadinya bawah lupa
juga, apalagi yaa udah ya. Tapi tulis tangan, kadang gak masangin ya udah
pemberian obat, sekarang SOP ada kebaca. Jadi nama kita aja”
pengambilan darah, yang baru, eh yang dipanggil, pasien
terapi medikasi semua baru kayaknya kan nyebutin namanya “dijelasin ya apa
kita identifikasi itu sih” mau akreditasi ya, siapa, sama apa enggak, fungsinya, harusnya
kayaknya gak ada nanti kalau misalnya di dijelasin ya tapi
perubahan ya masalah gelangnya ada nomor kebanyakan enggak”
identifikasi” rekam medisnya, tapi
kebanyakan eeh karena
tulis tangan jadi gak
enak bacanya”
PR3 “sebenernya sih kalo SK “SOP sih ada, isinya tuh “gak sih, kalo kayak “ya tergantung, kalo “iya, dijelasin
begitu saya kurang tau, kalo yang aku tahu sih gitu kan istilah nya misalkan kita mau gelangnya buat apa,
tapi kita udah masih yang enam benar, udah ada ini, tindakan ya kita nanya kenapa beda pink
kesepakatan gitu mba, Cuma katanya yang istilahnya setiap pasiennya namanya, ama biru, tujuannya
kalo misalkan ngasi obat, terakhir itu disini mau rumah sakit sih beda- tanggal lahirnya, kalo apa gitu”
nanya nama, tanggal nerapin yang 10 benar” beda tapi pas kita misalkan tindakannya
lahir. Hmm kita kan kuliah gitu udah ada, mau dilakuin ya
setiap bulan kan ngadain Cuma kalo masalah tujuannya apa, misalkan
evaluasiya, ya itu biar benar berapa ada ada efek samping ya
gak kesalahan pemberian yang bilang 10 benar, jelasin efek
obat ya kita ya enam ada yang maksudnya sampingnya”
benarnya diterapin, enam, nerapin 12 benar, ada
benar obat, benar pasien, yang 6 benar gitu, tapi
benar dosis, benar dokter, yang poko sih yang
benar waktu, benar enam benar itu”
dokumentasi”
PR4 “ada, biasanya disini ada sih SOP nya, tapi “ehm pernah, ya itu “manggil nama, kadang “kalo dari rawat inap
pake 5 benar, terutama rumah sakit itu masing- kita identifikasi kalo, ehm sebenernya jarang ya, soalnya
pas pemberian obat ya. masing penerapannya, namanya, nomor harusnya kita kan ngasi yang biasa makein itu
Disini kita pake prinsip 5 ada 5 benar, ada 10 rekam medisnya pertanyaan terbuka, pasti dari IGD,
benar, benar pasien, benar, ada 7 benar, apalagi kalo misalnya kayak nanya namanya kecuali dari pasien,
benar obat, benar jam sebenernya ada 10 tapi di satu kamar ada siapa, tapi kalo setiap poli pun perawatnya
pemberiannya, benar kan yang itu kan terlalu nama yang sama kita hari kita sama kayak harusnya makein
dosisnya, sama biasanya rumit ya , 5 itu udah harus benar-benar sih, gitu, pasiennya ngerasa gelangnya sebelum
sih expired apa gak” cukup kok, ada di SOP sebenernya ya pas susternya gak kenal- kesini”
kita ada awal masuk kerjaan kenal nih ma kita, aku
tuh ada orientasi” jarang-jarang sih ya,
“eeh dari pertama kali paling 3 sampe 5 kali
kuliah udah ada ya, kita ketemu masih aku tanya
belajar juga , kalo dulu tapi kalo udah 5 kali
belajar 7 benar lebih udah langsung ke
sebenernya, kalo disini pasiennya. Buat apa sih,
pake nya 10 benar” bangun kepercayaan
juga lah buat pasien.
Karena kalo sering
ditanya siapa namanya,
pasiennya ngomong
susternya gak hapal-
hapal nih”
PR5 “Kayak manggil nama “Hmm kalo dari awal “Identifikasi pasien itu “Ngga.. kita ngga
pasien, tanggal lahir, masuk belum, paling biasanya setiap mau ada punya kewajiban,
kalo medical record sosialisasi aja sama tindakan kita identifikasi yang punya
kebetulankan pasiennya kepala ruangan” pasien sih, tapi biasanya kewajiban itu
gak hapal. Jadi biasanya terkadang juga kita biasanya yang pakein
nama pasien sama cuma identifikasi pasien gelang. Jadi sekalian
tanggal lahir” nama pasiennya aja, menjelaskan
kalo tanggal lahir kegunaan gelang itu,
terkadang pasiennya kenapa dipakein
juga suka lupa, sama gelang itu sama
keluarganya. Apalagi tujuannya, biasanyna
yang sudah lansia itu dari tugas yang
biasanya kita pasangin gelang”
identifikasinya cuma
minta nama pasiennya
saja. Nama pasien kan
ada dua huruf, eh
maksudnya dua nama ya
biasanya, sama nama
panjangnya.”
PR6 “Kalo disini sih kayak “Hmm kalo saya sih, “Biasa nanya nama, “Hmm kalo sampe
biasa, biasanya kalo disini ngga pernah tanggal lahir. Tanggal saat ini sih jarang
identifikasi pasien kalo denger. Cuma dari lahir sih tergantung banget makein
mau kasih obat, mau rumah sakit pasiennya, kalo gelang. Biasanya
transfusi juga sama, mau sebelumnya memang pasiennya kooperatif sih dari IGD udah
nganter dokter buat visit selalu begitu” tanggal lahir, atau dipasang. Kecuali
juga sama. Sama sih keluarganya juga bisa kalo misalkan di
pake nanya namanya ngejawab bisa tanya rekam medisnya
siapa, karena kalo kita keluarganya langsung, masih ada kita
cuma sebutin namanya sama kan pada saat kita arahkan orang IGD
siapa, misalnya “Sri”, ngasih obat atau untuk pasangin
dan ‘Sri’nya banyak, ngelakuin tindakan gelang”
kadang pasien suka minta tanda tangan
bilang iya-iya aja keluarganya untuk
pasiennya, pasien dicocokin nama sama
cenderung ngejawab. tanggal lahirnya”
Sama, tanggal lahir
kadang-kadang pasien “Sebelum kita ngelakuin
juga lupa tanggal tindakan, sebelum kasih
lahirnya. Kan kita suruh obat, sebelum ngelakuin
pake gelang” transfusi, atau mau
pasang alat kesehatan
“Karna kadang-kadang kayak NGT, kayak gitu-
pasien suka pindah, gitu sih biasanya”
misal dari bed A ke bed
C. Ada yang pindah
sendiri ngga bilang,
kadang-kadang kayak
gitu. Kita antisipasinya
liat dari gelang itu”
PR7 “sesuai sop sih kita kalo “ sopnya dilakuin saat “udah, kita kan “biasanya nanya nama “iya dijelasin
peraturannya gitu” kapan aja, kayak pasien melakukan akreditasi sama tanggal lahir, gunanya tujuannya
baru dari IGD” jadikan yang ipsd itu karena kalo nomor rm gelang ini untuk apa,
yang lima itu udah dia kan gak hapal” jadi nanti jangan
“jadi kan karena kita harus, apalagi bosen kalo
rawat inap, yang identifikasi kan perawatnya nanya-
pertama sih pada saat termasuk” nanya”
keluar dari igd, ya itu
sebelum melakukan
tindakan, ngambil
darah, kasi obat”
PR8 “hmm ee gak ada sih” “pasien baru masuk trus “enggak pernah ada “biasanya nanya nama “ada, ee..kita harus
emang kalo pasien itu yang begitu” pasien, umur pasien, ngasih tau ke
ee.. mengidentifikasi kayak gitu” perawat ee.. ke
pasien yang resiko jatuh pasiennya juga kan
kayak gitu kita sih paling ee.. identifikasi
enggak ee.. liat kondisi pasien itu yang ee..
pasiennya itu kalo digelang tangannya
emang itu sih nanti per- itukan kita juga
shift kita identifikasi sih ngasih tau ee..
pasiennya itu resiko fungsinya dipasang
jatuhnya seberapa, gelang ini, warnanya
kayak gitu” apa kan kita jelasin
juga semuanya mba,
trus disitu kan juga
ada dokter
penanggungjawabnya
dia siapa, kita juga
jelasin sih ke
pasiennya”
PR9 “ada sih” “isinya.. yang ditanya “ee.. awalnya sih ”Biasanya nanya nama, “guna gelangnya, iya
nama pasien, sesuaiin disosialisasikan tapi tanggal lahir, rm nya tugasnya orang UGD
sama gelangnya terus harus baca SOP dulu yang harus ada di sih tapi ee.. rata-rata
tanggal lahir, biasanya. setiap masuk perawat gelang sejauh ini sih gak sih pasien nggak tau”
Tapi sih maksimal 2, ada masuk, pas orientasi sesuai kayaknya.
2, nama sama rm” sih ada juga” identitasnya nama,
namanya tanggal lahir,
kalo misalnya udah
lansia kan lupa
biasanya, jadi rmnya”
PR10 “kalo waktu kemaren, “nanya nama, kita “pak Fajar (kepala “ya itu tindakan aja, “iya, kalo saya, saya
peraturan di rumah sakit tanya, konfirmasi, ruangan) kan di share kalo mau bagi obat, mau jelasin, ini gunanya
ini, kan aku pernah sebenernya sih ada sama di grup” ada tindakan, tindakan buat nanti sebagai
pengalaman di rumah medical record, cuman lah pokoknya, terus identitas pasien. Kan
sakit lain pasti udah tau kan, eee sama gelang, nanya tiga, nama, ada 2 tu ya , gelang
kalao kayak gitu kan udah kalo liat medical record tanggal lahir, sama sih banyak sih
standar JCI, kalo disini liat gelangnya. medical record” sebenernya, ada yang
dari KARS” Kadangkan medred alergi, identitas gitu,
pasien suka gak hapal, resiko jatuh”
kita suka liat di gelang
pasien”
Lampiran 7
Apakah petugas
Siapa yang Apakah petugas selalu
menjelaskan tentang Apakah nama dan
memakaikan dan melihat gelang yang
Pasien manfaat gelang tanggal lahir sudah
mengisi identitas pada dipakai setiap
identitas pasien? benar?
gelang identitas? melakukan tindakan?
P1 “oh ini di UGD, “gak ada” “iya udah benar” “ya cuma panggil aja
perawatnya, saya gak tau gitu. Gak juga sih, kan
udah dipakein aja” udah ada datanya,
kadang ya nanya,
manggil doang gitu udah
ngenalin”
P2 “udah dari suster di “mereka gak jelasin sih, “udah bener sih” “gak sih, mereka kan
IGD, yang nulis juga cuma saya udah tau guna udah punya apa itu
susternya” ya untuk eeh tau namanya eeh punya
identitas” datanya gitu, jadi pas
awal juga mereka gak
nanya”
P5 “orang sini, pas udah di “enggak cuma dipakein “sudah, bener kok” “gak, Cuma nanya kamu
ruangan” aja” namanya siapa, ini gak
dicek”
P6 “dari IGD, dipakein “engga dijelasin, “udah, udah bener” “enggak, mereka
ama suster” langsung dipakein aja” langsung tanya aja gitu ,
ibunya namanya siapa
gitu”
P7 “susternya dibawah” “enggak dijelasin, Cuma “udah, sama ama KTP” “kalo itu gak, Cuma
bilang pake gelang aja, nanya ibu siapa gitu”
dokternya nyuruh pakein
gelang”
P8 “susternya, pas masuk “enggak, Cuma disuruh ”udah bener” “Diliat sih, diliat ama
IGD” pake aja” perawat, terus nanya
namanya siapa sama
perawatnya”
P9 “susternya, saya gak “gak, langsung dipakein “iya udah bener” “ya orang baru semalem
ngeh disini” aja” dipakein, ya kite gini kok
orang-orang dipakein
kite kagak. Jadi ya Cuma
nanya nama aja”
P10 “dibawah dari IGD” “hah, gak ada tuh” “udah” “gak cuma nanya aja,
ibu siapa, maryana gitu.
jarang, pas awal sekali
pernah, namanya siapa,
gitu kan nanya, Maryana,
coba liat, oh iya cocok
gitu”
Lampiran 8
Jawaban
Domain
KP1 KP2 KP3 Kesimpulan
Kebijakan
Kebijakan identifikasi Sudah ada kebijakan Kebijakan sudah ada, Kebijakannya pasien Kebijakan tentang
pasien berupa SK Direktur. isinya mengatur harus diidentifikasi ketepatan identifikasi
Pelaksanaannya sudah identifikasi setiap akan melakukan pasien sudah memiliki
berjalan seperti menggunakan minimal tindakan atau pemberian SK Direktur, isi dari
menggunakan gelang dua identitas pasien dan terapi. Kemudian kebijakan tersebut yaitu
identitas saat pasien kapan dilakukannya. melakukan validasi data mengatur tentang
dirawat, perawat harus Pelaksanaannya sudah pasien dengan identifikasi pasien harus
melakukan pengecekan berjalan, namun mencocokkan data menggunakan minimal
minimal nama dan terkadang petugas belum dengan gelang identitas. dua identitas dan kapan
tanggal lahir saat mengidetifikasi pasien saja dilakukannya
melakukan tindakan, menggunakan dua identifikasi pasien.
namun pencatatan belum identidikator. Pelaksanaannya juga
dilakukan. sudah berjalan dengan
setiap pasien wajib
menggunakan gelang
identitas.
Tim keselamatan pasien Tim keselamatan pasien Semua instalasi,
dan pokja SKP sudah khususnya yang
ada. Dua tim tersebut memberikan asuhan
berbeda fungsi, pokja kepada pasien, dilibatkan
SKP berfungsi untuk menjadi tim keselamatan
menyiapkan dokumen pasien. Hal ini agar
yang dibutuhkan, semua instalasi
sedangkan tim menjalankan kebijakan
keselamatan pasien yang yang sudah ada.
melakukan isi dari
dokumen yang telah
dibuat. Kepala ruangan
merupakan tim
keselamatan pasien, hal
ini untuk memudahkan
dalam sosialisasi dan
pengawasan terhdap
perawat.
Panduan/pedoman pedoman sudah dibuat Panduan sudah ada, Tim pokja sasaran
keselamatan pasien oleh tim pokja SKP. dibuat berdasakan keselamatan pasien
literatur dan disesuaikan sudah membuat panduan
dengan kondisi rumah tentang identifikasi
sakit. pasien. Panduan tentang
identifikasi pasien dibuat
dengan menggunakan
literatur-literatur dan
disesuaikan dengan
rumah sakit ini. Isinya
juga lebih rinci tentang
tatalaksana identifikasi
pasien.
Budaya keselamatan Sudah semua instalasi Ada perubahan yang Tidak ada perbedaan menurut KP2 bahwa
pasien (khususnya yang berhubungan signifikan setelah adanya dalam pelaksanaannya, dengan adanya proses
identifikasi pasien dengan pasien langsung kebijakan tertulis untuk perubahnnya hanya pada akreditasi, ada perubahan
melakukan identifikasi akreditasi. Jadi petugas penekanan saja. yang signifikan terkait
pasien. Setiap pasien medis merasa terpaksa ketepatan identifikasi
rawat inap, juga pasien melakukan identifikasi pasien, karena semua
HD, sudah menggunakan pasien sesuai peraturan, tenaga medis dipaksa
gelang identitas. mereka jadi ;ebih patuh. untuk melakukan hal
tersebut sesuai kebijakan
yang telah berlaku.
Sedangkan menurut KP3,
bahwa tidak ada
perubahan apa-apa
karena beliau
mengatakan sudah dari
dulu melakukan prosedur
seperti itu.
Sistem pelaporan Belum ada sistem Pelaporan baru akan Kalau KTD kita ada Belum ada sistem
terhadap keselamatan pelaporan. Untuk saat ini dijalankan. Form formulirnya, tapi dipakai pelaporan terkait
pasien pengawasan dilakukan monitoring juga sedang ketika ada kejadain saja. keselamatan pasien,
oleh kepala ruangan. dibuat. Nantinya form terutama identifikasi
monitoring tersebut akan pasien. Tim keselamatan
diberikan kepada kepala pasien baru akan
ruangan, yang juga membuat formulir
sebagai tim keselamatan pelaporan yang akan
pasien, untuk mengawasi diserahkan kepada setiap
perawat di ruangannya. kepala ruangan. Formulir
yang sudah ada yaitu
formulir untuk insiden
keselamatan pasien.
SOP
Prosedur (SPO) untuk SPO sudah ada, tapi Sudah disosialisasikan, Prosedur penyiapan obat SOP sudah ada, namun
pelaksanaan ketepatan belum disosialisasikan tapi saat survey simulasi harus melakukan double ada beberapa hal yang
identifikasi pasien secara resmi kepada ada beberapa SPO yang check. Pada saat kurang sesuai dengan
perawat. Untuk saat ini kurang sesuai dengan diberikan kepada pasien, elemen-elemen KARS.
penjelasan prosedur standar akreditasi, tapi perawat juga harus Sedangkan, menurut KP3
kepada perawat hanya kurang kata-kata mencocokkan dara bahwa prosedur dalam
dilakukan oleh kepala saja. dengan gelang identitas mengidentifikasi pasien,
ruangan. pasien. Setelah selain menanyakan
pemberian obat, pasien identitas pasien, perawat
harus menandatangani juga harus melakukan
formulir pemberian obat. double cek saat
menyiapkan obat kepada
pasien. Sosialisasi
terhadap SOP belum
dilakukan secara resmi
kepada perawat-perawat.
Petugas yang terlibat Admission, perawat, Semua instalasi Semua tenaga medis
untuk identifikasi pasien IGD, kepala ruangan, terlibat untuk melakukan
serta laboran identifikasi pasien
Pengetahuan Perawat
Cara tim Keselamatan Saat ini dari kepala Karu sebagai tim Dari awal rekrutmen, Cara tim menerapkan
Pasien menerapkan ruangan. keselamatan pasien yang perawat sudah dijelaskan prosedur yaitu dengan
prosedur (SPO) bertanggung jawab, pada saat orientasi. Pada melibatkan kepala
ketepatan identifikasi karena mereka juga hari penempatan mereka ruangan, jadi kepala
pasien kepada perawat bagian tim keselamatan juga dijelaskan seputar ruangan yang akan
pasien. ruangan dan sistem menjelaskan kepada
disini. perawat-perawat.
Sedangkan menurut
kepala ruangan bahwa
identifikasi pasien
termasuk salah satu yang
dijelaskan pada saat
orientasi, juga pada saat
hari H penempatan
dijelaskan kembali.
Yang dilakukan untuk Dari kepala ruangan Dari laporan kejadian Melihat dan Tim keselamatan pasien
mengetahui bahwa insiden, bisa dilihat dari memperhatikan perawat untuk mengetahui
petugas kesehatan telah penurunan kejadian pada saat menyiapkan bahwa perawat sudah
mengetahui dan insiden. Jadi ketika ada obat. Supervisi juga mengetahui prosedur
memahami prosedur insiden keselamatan dilakukan oleh kepala identifikasi pasien dari
pelaksanaan identifikasi pasien, tim akan ruangan tanpa disadari kepala ruangan, dan juga
pasien rawat inap di menganalisis perawat. dari laporan kesalahan
RSUD Pasar Minggu penyebabnya apa. identifikasi pasien saat
petugas melakukan
tindakan kepada pasien.
Sedangkan, kepala
ruangan melakukan
supervisi untuk melihat
perawat-perawat dalam
melakukan tindakan
kepada pasien.
Kemampuan Perawat
Cara tim Keselamatan Observasi oleh kepala Seharusnya dilakukan Dari karu, tetapi tidak Untuk mengetahui
Pasien mengetahui ruangan ronde, yang dilakukan semua perawat diawasi. kemampuan perawat
kemampuan perawat oleh tim untuk Kalau pemberian obat dalam menjalankan
dalam menjalankan mengawasi langsung ke dapat dicek melalui map prosedur yaitu dari
prosedur ketepatan pasien. Tetapi untuk kuning, dilihat apakah kepala ruangan yang
identifikasi pasien sekarang, cara ada tanda tangan pasien melakukan observasi
mengetahuinya dari karu. atau tidak. terhadap perawat-
perawat di ruangan rawat
inap. Kemudian tim
keselamatan pasien juga
mengatakan bahwa
seharusnya dilakukan
kegiatan pengamatan
terhadap perawat sesuai
dengan workshop yang
telah diikuti, namun
hingga saat ini tim
keselamatan pasien
belum pernah memantau
langsung sasaran
keselamatan pasien.
Edukasi Pasien
Edukasi pasien terhadap Ada di SOP pemasangan Gelang identitas Gelang identitas SOP terkait pemasangan
manfaat identifikasi gelang identitas diberikan oleh petugas digunakan saat pasien gelang identitas sudah
pasien admisi. Penjelasan masuk melalui IGD. ada. Menurut tim
dilakukan oleh perawat Tetapi perawat rawat keselamatan pasien yang
di IGD. Seharusnya inap tetap memiliki memakaikan dan
dilakukan oleh admisi, kewajiban untuk menjelaskan fungsi
tetapi ditakutkan petugas menjelaskan fungsi gelang identitas yaitu
admisi tidak mengerti, gelang identitas. perawat, terutama
jadi perawat yang perawat di IGD, bukan
memakaikan dan petugas admisi.
menjelaskan identifikasi Sedangkan menurut
pasien. Nantinya kepala ruangan, perawat
identitas pasien akan di rawat inap juga
dibuatkan stiker untuk memiliki tanggung jawab
mengurangi kesalahan menjelaskan gelang
dalam menuliskan identitas.
identitas pasien.
Lampiran 9
prosedur (SPO)
Cara mengidentifikasi
Perawat Kebijakan pelaksanaan ketepatan Sosialisasi SPO Edukasi pasien
pasien
identifikasi pasien
PR1 Kebijakan sudah ada, Belum ada kebijakan, Tidak pernah Selalu menanyakan dan Biasanya yang di
tetapi tidak ada kejelasan, katanya harus bertanya sosialisasi. Seharusnya memastikan nama IGD
karena jika perawat terus- dua arah dengan pasien. ada sosialisasi, tapi pasien.
menerus menanyakan Tetapi karena belum ada pernah dijelaskan via
nama, kadang pasien kebijakan, jadi terserah grup chating (WA)
merasa tidak dikenal oleh perawat bagaimana
perawat. mengidentifikasinya,
yang penting nama
pasiennya sesuai.
PR2 Setiap tindakan, Belum ada sosialisasi, Kadang menggunakan Kalau pasien belum
pemberian obat terus tetapi mungkin dulu gelang, tetapi biasanya menggunakan gelang
observasi tanda-tanda ada. Sekarang ada data pasien di gelang dari IGD, perawat di
vital, dilakukan SOP baru karena akan identitas tidak terbaca. rawat inap yang
identifikasi pasien. akreditasi. Kemudian menanyakan memasangkan gelang
nama pasien dengan identitas pada pasien.
pertanyaan terbuka Seharusnya perawat
di rawat inap
menjelaskan fungsi
identifikasi pasien,
tetapi perawat lebih
sering tidak
menjelaskan.
PR3 Kurang tahu mengenai SK SOP sudah ada, isinya Tahu mengenai Setiap akan melakukan Iya, dijelaskan
Direktur, tetapi sudah ada prinsip enam benar. identifikasi pasien tindakan, ditanyakan gelang ini apa
kesepakatan untuk Tetapi katanya akan pada saat kuliah dulu. nama dan tanggal lahir, fungsinya seperti
identifikasi pasien. dibuat menjadi prinsip kemudian juga perbedaan warna
Biasanya penerapan 10 benar. menjelaskan tujuannya gelang biru dan pink,
prinsip enam benar saat tindakan apa, efek dan tujuannya apa..
pemberian obat. sampingnya apa jika
ada.
PR4 Ada kebijakan, disini SOP ada, namun setiap Pada saat orientasi Saat identifikasi pasie, Jarang dijelaskan di
menggunakan prinsip 5 rumah sakit berbeda- dijelaskan bahwa menanyakan nama rawat inap mengenai
benar, terutama pada saat beda penerapan identifikasi pasien dengan pertanyaan gelang identitas,
pemberian obat. prinsipnya, ada yang 5 yang ditanyakan nama terbuka. Tetapi kalau biasnaya dari IGD.
benar, 7 benar, atau 10 dan nomor rekam setiap hari bertanya
benar. Di SOP kita yang medis, apalagi jika dengan pertanyaan
prinsip 5 benar. dalam satu ruangan terbuka, pasien akan
terdapat pasien dengan merasa suster tidak
nama yang sama, hafal-hafal dengan
perawat harus berhati- pasien. Biasanya jika
hati. sudah lebih dari 5 kali
bertemu, tidak
menanyakan pasien
dengan pertanyaan
terbuka kembali.
PR5 Memanggil nama pasien Dari awal masuk Identifikasi pasien saat Perawat rawat inap
dan tanggal lahir. Kalau belum ada sosialisasi, akan melakukan tidak memiliki
medical record tetapi pernah tindakan. Tetapi kewajiban untuk
kebanyakan pasien tidak dijelaskan oleh kepala biasanya hanya menjelaskan gelang
hafal, jadi sering tidak ruangan. menanyakan nama identitas. Karena
ditanyakan. pasien saja, karena yang memiliki
terkadang pasien tidak kewajiban untuk
hafal tanggal lahirnya, menjelaskan fungsi
terutama lansia. gelang identitas yang
Kemudian dicocokkan memakaikan gelang
dengan gelang pasien identitas.
dan map kuning.
PR6 Seperti biasa, setiap ada Tahu dari rumah sakit Identifikasi pasien Jarang memakaikan
tindakan seperti sebelumnya mengenai biasanya menanyakan gelang identitas
pemberian obat, tranfusi, identifikasi pasien nama, kalau tanggal kepada pasien,
atau mengantar dokter karena intinya lahir tergantung biasanya petugas
visit, harus melakukan memang begitu. pasiennya, kalau IGD yang
identifikasi pasien. pasien/keluarga pasien memakaikan gelang
Identifikasi pasien harus kooperatif mau tersebut.
menggunakan menjawab. Pada saat
pertanyaan terbuka. pemberian obat juga
Kemudian biasanya pasien/keluarga pasien
pasien ada yang tidak akan diminta tanda
hafal tanggal lahir, tangan pada sebuah map,
terutama pasien lansia, juga data pada map akan
makanya dilihat di dicocokkan dengan
gelang identitas pasien. gelang identias pasien.
gelang identitas juga ”
untuk antisipasi jika ada
pasien yang berpindah
tempat tidur tanpa izin
kepada petugas.
PR7 Peraturan disini sesuai Isi dari SOP, kapan saja Sudah pernah ada Biasanya hanya Iya dijelaskan fungsi
SOP. dilakukan identifikasi sosialisasi dari kepala menanyakan nama dan gelang untuk apa,
pasien, seperti sebelum ruangan karena sudah tanggal lahir, kalau kemudian dijelaskan
memberikan obat, akan akreditasi.. nomor rekam medis, juga agar jangan
mengambil darah atau pasien sering tidak hafal. bosan jika ditanya
tindakan lain. suster teru-menerus
identitas pasien.
PR8 Tidak ada kebijakan. Prosedurnya pasien Tidak pernah ada Biasanya menanyakan Fungsi gelang
diidentifikasi pasien sosialisasi. nama pasien, umur dijelaskan seperti
yang risiko jatuh. pasien. warna gelang yang
dipakai pasien,
dokter
penanggungjawab,
dan lain-lain.
PR9 Ada kebijakan. Isi dari SOP yaitu Dijelaskan pernah, Identifikasi dilakukan Tugasnya petugas
menanyakan nama tetapi juga harus pada saat akan IGD menjelasnkan
pasien, tanggal lahir, membaca SOP juga. melakukan tindakan. kegunaan gelang,
kemudian disesuaikan Ketika awal masuk, Biasanya menanyakan tetapi rata-rata pasien
dengan gelang identitas. saat orientasi pernah nama dan tanggal lahir tidak tahu.
Minimal 2 identitas dijelaskan tentang pasien.
pasien. identifikasi pasien.
PR10 Sesuai pengalaman waktu Identifikasi pasien Dari kepala ruangan di Setiap mau melakukan Dijelaskan kepada
bekerja di rumah sakit biasanya nanya nama share di grup WA. tindakan seperti pasien, terutama
yang lain sesuai standar sama nomor medical pemberian obat. gelang khusus untuk
JCI, tetapi kalau disini record, kemudian Kemudian menanyakan pasien alergi, yang
sesuai KARS. disesuaikan dengan tiga identitas, nama berisiko jatuh, dan
gelang identitas. Bisanya pasien, tanggal lahir, dan lain-lain.
pasien tidak hafal nomor nomor rekam medis.
rekam medis, jadi harus
dilihat di gelang identitas
pasien.
kesimpulan Dari sepuluh perawat Kebanyakan perawat Beberapa perawat Seluruh perawat pada Sebagian perawat
yang ditanyakan yang ditanya mengatakan bahwa saat melakukan mengatakan bahwa
mengenai mengatakan bahwa tidak pernah mendapat identifikasi pasien akan perawat juga
kebijakan/peraturan prosedur ketepatan sosialisasi terkait menanyakan nama seharusnya
ketepatan identifikasi identifikasi pasien yang ketepatan identifikasi kepada pasien, sebagian menjelaskan fungsi
pasien, ada dua perawat mereka tahu yaitu pasien, beberapa lagi akan menanyakan dari geang identitas
yang mengatakan tidak identifikasi pasien mengatakan pernah tanggal lahir juga, pasien, namun
ada kebijakan terkait dilakukan setiap akan mendapat sosialisasi namun ada yang tidak sebagian lagi
ketepatan identifikasi melakukan tindakan, terkait ketepatan menanyakan tanggal mengatakan bahwa
pasien, dan satu perawat serta menanyakan nama identifkasi pasien, ada lahir kepada pasien yang bertanggung
mengaku tidak tau terkait pasien dan tanggal lahir. yang pada saat tertentu, misalnya lansia jawab menjelaskan
SK Direktur ada atau Namun ada juga perawat orientasi, ada juga yang sering lupa dengan hal tersebut adalah
tidak, namun selebihnya yang mengatakan bahwa yang melalui grup tanggal lahir, dan perawat IGD.
mengatakan bahwa yang seharusnya juga melihat chating, dan ada juga keluarga juga terkdang
mereka ketahui hanya gelang identitas pasien yang langsung tidak mengingat tanggal
prosedur yang biasa untuk memastikan mendapat sosialisasi lahir pasien. Hanya ada
dilakukan saat melakukan nomor rekam medis dari kepala ruangan satu perawat yang
tindakan. pasien tersebut mengatakan bahwa
terkadang melihat
gelang identitas jika
tulisannya jelas, karena
biasanya tulisan pada
gelang kurang bisa
dibaca.
Lampiran 10
Petugas yang
Petugas menjelaskan Petugas selalu
memakaikan dan Identitas pada gelang
Pasien fungsi gelang identitas memeriksa gelang
mengisi identitas pasien sudah benar atau belum
identitas atau tidak
pada gelang identitas
P1 Ini sudah dari UGD, Tidak ada. Sudah benar. Hanya memanggil nama
tidak sadar saat saja, karena perawat
dipakaikan, sudah mengenal pasien
.
P2 Ini sudah dari suster IGD, Petugas tidak Sudah benar. Tidak, karena suster
dan suster juga yang menjelaskan, tetapi sudah ada data sendiri,
menulis data identitas di kegunaan gelang ini jadi mereka tidak pernah
gelang. untuk tau identitas. melihat gelang identitas.
P3 Sudah dari IGD dan Tidak ada, gelang ini Sudah benar. Tidak pernah, hanya
perawatnya yang hanya untuk tanda ditanyakan nama saja,
mekaikan gelang pengenal. jadi setiap diberikan obat
identitas. atau dipeiksa hanya
” ditanya nama saja.
P4 Gelang dipakaikan Ini untuk memudahkan Tidak ada tanggal lahir. Biasanya hanya
dibawah, saat di IGD, mencari pasien, sebagai ditanyakan nama sajs.
tidak sadar sudah pengenal juga. Karena biasanya
dipalkaian. susternya sudah hafal.
P5 Disini, ruang rawat inap, Tidak dijelaskan, hanya Sudah benar. Tidak, hanya ditanya
saat sudah diruangan. dipakaikan saja. nama saja, gelang
identitas tidak dicek.
P6 Di IGD dipakaikan oleh Tidak dijelaskan, Sudah benar. Tidak, petugas langsung
suster. langsung dipakaikan saja. tanya nama saja.
P7 Iya yang memakaikan Tidak dijelaskan, hanya Sudah sesuai KTP. Hanya ditanyakan nama
suster di IGD. disuruh dokter untuk saja.
memakai gelang
identitas.
P8 Pas masuk ke IGD. Tidak dijelaskan, hanya Sudah benar. Gelang identitas dilihat
disuruh untuk memakai sama perawat, terus
gelang identitas. ditanyakan nama.
P9 Suster yang memakaikan Tidak, langsung Sudah benar. Hanya ditanyakan nama,
gelangnya. dipakaikan saja. karena gelang identitas
juga baru dipakaikan.
P10 Dari IGD. Tidak ada. Sudah benar. Hanya ditanyakan nama,
kemudian dicocokkan
dengan gelang identitas.
Kesimpulan Hampir seluruh pasien Dari sepuluh pasien yang Sembilan dari sepuluh Hampir seluruh pasien
dipakaikan gelang ditanyakan mengenai pasien mengatakan mengatakan bahwa
identitas oleh perawat petugas menjelaskan atau bahwa identitas pada perawat tidak pernah
IGD, hanya satu yang tidak terkait gelang gelang sudah benar, sama sekali melihat
dipakaikan di ruang identitas, hanya satu namun ada satu yang gelang identitas, dari
rawat inap karena pasien yang mengatakan identitasnya tidak sepuluh pasien yang
petugas lupa bahwa petugas lengkap, hanya ada nama ditanyakan, hanya dua
memasangkan gelang menjelaskan fungsi dan umur, padahal pasien yang mengatakan
identitas tersebut. gelang tersebut sebagai seharusnya yang wajib pernah dilihat gelang
pengenal, dan yang diisi adalah tanggal lahir identitasnya oleh perawat
lainnya tidak dijelaskan bukan umur pasien. untuk mencocokkan data
sama sekali, hanya identitas pasien tersebut
dipasangkan saja
Lampiran 11
Periksa dan bandingkan data pada Perawat menerapkan prinsip 5 perawat mengambil darah atau
gelang pengenal dengan rekam benar : spesimen lain sesuai permintaan
medis Benar obat, benar dosis, benar cara dokter kemudian memberi
pemberian, benar waktu, dan benar identitas nama dan nomor rekam
No. Nama Perawat
pasien medik pasien di tabung / botol /
tempat sampel darah atau
spesimen tersebut
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. PR1 √√√√ √√√√
2. PR2 √√ √√√ √
3. PR3 √√ √ √
4. PR4 √√√ √√√
5. PR5 √√√ √√√
6. PR6 √√√ √√√
7. PR7 √√ √ √√√
8. PR8 √√ √√
9. PR9 √√√ √√√
10. PR10 √√√ √√√
Lampiran 12
Ditetapkan,
Direktur RSUD Pasar Minggu
Tanggal Terbit
SPO
30 April 2017
dr. T. CAROLINE K, MARS
NIP. 195811271987032003
Identifikasi pasien merupakan suatu kegiatan pemberian
PENGERTIAN identitas terhadap pasien yang akan diberikan layanan atau
pengobatan tertentu sehingga dapat meminimalisir kekeliruan.
1. Mengidentifikasi dengan benar pasien sebelum
pemberian obat, darah atau produk darah, pengambilan
darah dan spesimen lain.
TUJUAN 2. Mencocokkan layanan atau perawatan dengan pasien
tersebut.
3. Agar hasilnya dipastikan dapat mengatasi semua
permasalahan identifikasi yang mungkin terjadi.
SK Direktur No. 898 Tahun 2017 tentang Kebijakan Penerapan
KEBIJAKAN Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit Umum Daerah
Pasar Minggu.
1. Lakukan identifikasi pasien mulai saat pasien
mendaftar, memperoleh pelayanan sampai pasien
pulang.
2. Lakukan identifikasi pada semua pasien dengan benar
sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah,
pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan.
3. Perawat melakukan prosedur :
a. Sebelum pemberian obat, darah atau produk darah
- Periksa dan bandingkan data pada gelang
pengenal dengan rekam medis
- Perawat menerapkan prinsip 5 benar : benar
PROSEDUR
obat, benar dosis, benar cara pemberian, benar
waktu, dan benar pasien.
b. Sebelum pengambilan darah dan spesimen
- Periksa dan bandingkan data pada gelang
peengenal dengan rekam medis.
- Perawat mengambil darah atau spesimen lain
sesuai permintaan dokter kemudian memberi
identitas nama dan nomor rekam medik pasien
di tabung / botol / tempat sampel darah atau
spesimen tersebut.
IDENTIFIKASI PASIEN
Ditetapkan,
Direktur RSUD Pasar Minggu
Tanggal Terbit
SPO
30 April 2017
dr. T. CAROLINE K, MARS
NIP. 195811271987032003
Proses kegiatan identifikasi dengan memasang gelang
identifikasi pasien rawat inap pada pergelangan tangan yang
PENGERTIAN dominan, dengan mencantumkan identitas minimal 2 identitas.
Berupa nama, tempat tanggal lahir dan atau nomor rekam
medis .
Memastikan identifikasi pasien dengan benar selama pasien
TUJUAN
dirawat di RSUD Pasar Minggu
SK Direktur No. 898 Tahun 2017 tentang Kebijakan Penerapan
KEBIJAKAN Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit Umum Daerah
Pasar Minggu.
A. Persiapan
Penampilan petugas admisi rawat inap :
a. Periksa kerapihan pakaian seragam
b. Periksa kelengkapan atribut
Alat-alat :
a. Gelang identifikasi pasien ( biru/merah muda )
b. Berkas Rekam Medis
c. Alat tulis
B. Pelaksanaan :
1. Siapkan gelang identifikasi pasien sesuai jenis
kelamin.
2. Isi label gelang dengan identitas pasien ( nama,
tempat tanggal lahir dan nomor rekam medis )
PROSEDUR
sesuai berkas rekam medis pasien
3. Ucapkan salam
“Selamat pagi/siang/sore/malam, Bapak/Ibu “
4. Sebut nama dan departemen/unit kerja anda.
“Saya..... (nama), dari unit kerja ........(sebutkan)”
5. Jelaskan maksud dan tujuan pemasangan gelang
identifikasi kepada pasien.
“ Bapak/Ibu, sesuai peraturan keselamatan pasien,
saya akan memasang gelang identifikasi ini pada
pergelangan tangan Bapak/Ibu. Tujuannya adalah
untuk memastikan identitas Bapak/Ibu dengan
benar dalam mendapatkan pelayanan dan
pengobatan selama di rumah sakit ini. Setelah
Bapak/Ibu berada di ruang rawat inap, staf kami
PEMASANGAN GELANG IDENTIFIKASI
PASIEN RAWAT INAP