Anda di halaman 1dari 153

GAMBARAN PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI

PASIEN OLEH PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP

KELAS III RSUD PASAR MINGGU TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh :

ADE TRIANI UTAMI PASARIBU

1113101000030

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1439 H
i

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

Gambaran Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien Oleh Perawat Di Instalasi Rawat


Inap Kelas III RSUD Pasar Minggu Tahun 2017

Ade Triani Utami Pasaribu, NIM : 1113101000030

83 + xiii halaman, 15 lampiran

ABSTRAK

Identifikasi pasien merupakan salah satu sasaran keselamatan pasien di rumah sakit, dimana
keamanan pelayanan di rumah sakit dimulai dari ketepatan identifikasi pasien. Hal ini karena
kesalahan identifikasi pasien diawal pelayanan akan berlanjut pada kesalahan pelayanan
berikutnya, seperti kesalahan medis, kesalahan pemberian obat, salah dalam tranfusi darah, juga
pemberian prosedur yang salah. Setiap rumah sakit memiliki risiko terjadinya insiden keselamatan
pasien, termasuk RSUD Pasar Minggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien oleh perawat di instalasi rawat inap kelas III RSUD
Pasar Minggu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan pengumpulan data
berupa wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Informan yang menjadi narasumber yaitu tim
keselamatan pasien, 10 perawat, dan 10 pasien. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa kebijakan
dan prosedur tentang identifikasi pasien sudah dibuat oleh tim keselamatan pasien sesuai dengan
standar akreditasi RS versi 2012. Namun kebijakan dan prosedur tersebut belum disosialisasikan
kepada perawat secara resmi. Sebagian kecil perawat mengatakan tidak tahu tentang kebijakan
tersebut, beberapa perawat mengatakan bahwa peraturan identifikasi pasien hanya berupa SPO.
Untuk pengetahuan perawat terhadap prosedur identifikasi pasien, hanya sebagian kecil perawat
yang mengetahui prosedur identifikasi pasien dengan tepat. Untuk kemampuan perawat dalam
mengidentifikasi pasien sesuai prosedur, sebagian besar perawat tidak sesuai prosedur dalam
mengidentifikasi pasien. Kemudian untuk edukasi pasien mengenai identifikasi pasien dan gelang
identitas pasien, sebagian besar pasien tidak dijelaskan tujuan identifikasi pasien dan gelang
identitas oleh petugas.
Kata kunci : Rumah Sakit, Keselamatan Pasien, Identifikasi Pasien
ii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

MAJOR OF PUBLIC HEALTH

DEPARTMENT OF HEALTH CARE MANAGEMENT

Description Of Implementation Of The Accuracy Patient Identification By Nurses At The


Inpatient Care Of Third Class RSUD Pasar Minggu 2017

ABSTRACT

Patient identification is one of the patient's safety goals in the hospital, where the safety of
hospital services starts with the accuracy of patient identification. This is due to incorrect to
identify patient at the beginning of the service will continue on the next service error, such as
medication error, testing error, transfusion error, and wrong person procedures. Each hospital
has a risk of a patient's safety incident, including RSUD Pasar Minggu. The purpose of this
research is to determine the description of the implementation of the accuracy of patient
identification by the nurses at the inpatient care of third class RSUD Pasar Minggu. Research
methods is a qualitative research with cross sectional design. Informants of this research consists
of : patient safety teams, 10 nurses, and 10 patients. Data collection techniques are interview,
observation, and document review. The results showed that policies and procedures on patient
identification have been made by the patient safety team in accordance with the standards of
accreditation RS version 2012. However, the policies and procedures have not been officially
socialized to the nurse. For nurses' knowledge of the patient identification procedure, only a
minority of nurses knew exactly the procedure. For the nurse's ability to identify patients
according to the procedure, most of nurses were not in accordance with the procedure of patient
identification. Then for patient education regarding patient identification and patient identity
bracelet, only one in ten patients described the purpose of patient identification and identity
bracelet.

Keyword : Hospital, Patient Safety, Patient Identification


iii
iv
v
vi

RIWAYAT PENULIS

Nama : Ade Triani Utami Pasaribu

NIM : 1113101000030

Tempat Tanggal Lahir: Medan, 19 September 1994

Alamat : JL. T. Sentosa 24 No. 197 Blok IV Ling. 16 Kel. Besar

Kec. Medan Labuhan - Medan

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Telepon : 089649991001

Email : tami.pasaribu@gmail.com

Riwayat Pendidikan

2013 - sekarang S1 Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2009 – 2012 MA Ma’had Al-Zaytun, Jawa Barat

2006 – 2009 MTs Ma’had Al-Zaytun, Jawa Barat

2000 – 2006 SD Al-Washliyah 29 Martubung, Medan

1999 – 2000 TK Negeri Pembina 2, Medan


vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat-Nya

sehingga penulis dapar menyelesaikan skripsi yang Berjudul “Gambaran Pelaksanaan

Ketepatan Identifikasi Pasien Oleh Perawat Di Instalasi Rawat Inap Kelas III

RSUD Pasar Minggu Tahun 2017”. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Atas dukungan yang

didapatkan dalam penulisan laporan ini, maka penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua Orang tua penulis, Papa dan Mama, serta Kak Tika, Bang Fajri, Kak Ilyn,

Mahdi, Rifdah, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga atas semua

doa-doa, kasih sayang, dukungan semangat yang tiada henti kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai pembimbing yang

telah memberikan bimbingannya dan waktunya sehingga skripsi ini bisa disusun

dengan baik.

4. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, S.KM., MKM selaku pembimbing akademik

penulis.

5. Bapak Baequni, M.Kes, Ph.D, Ibu Dela Aristi, MKM., Ibu Susanti Tungka,

MARS., selaku penguji skripsi yang telah memberi saran dan kritik yang sangat

membangun bagi penulis.

6. Seluruh dosen program studi kesehatan masyarakat yang telah memberikan ilmu

dan mengajarkan banyak hal kepada penulis.


viii

7. Drg. Wyndi N. K., dr. Izati, serta pihak RSUD Pasar Minggu yang telah membantu

penulis dalam pengambilan data di RSUD Pasar Minggu.

8. Septia Putri Arofi, Arinda, Wiwid, Faza, teman-teman MPK 2013, serta semua

teman-teman Kesmas2013, yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah

banyak membantu dan memberikan dukungan serta semangat dalam suka dan duka

untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat solehah, Ega, Dewi, dan Nisa yang juga telah memberikan

dukungan dan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga

penulis sangat menerima setiap masukan dan saran yang diberikan untuk memperbaiki

laporan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis serta pembaca.

Jakarta, Desember 2017

Penulis
ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i

PENYATAAN PERSETUJUAN ...........................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ..................................................................vi

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv

RIWAYAT PENULIS ............................................................................................ v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL................................................................................................. xii

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 4

1.3. Pertanyaan penelitian ............................................................................... 5

1.4. Tujuan Penelitian...................................................................................... 6

1.5. Manfaat Penelitian.................................................................................... 7

1.6. Ruang Lingkup ......................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 9

2.1. Rumah Sakit ............................................................................................. 9

2.2. Keselamatan Pasien ................................................................................ 15

2.2.1 Pengertian Medical Error ................................................................ 19

2.2.2. Ketepatan Identifikasi Pasien.......................................................... 22

2.3. Keperawatan ........................................................................................... 28

2.4. Kerangka Teori........................................................................................... 30


x

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH................................... 30

3.1. Kerangka Pikir............................................................................................ 30

3.2. Definisi Istilah ............................................................................................ 31

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 33

4.1. Jenis Penelitian ........................................................................................... 33

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................... 33

4.3. Informan Penelitian .................................................................................... 33

4.4. Instrumen Penelitian................................................................................... 34

4.5. Sumber Data ............................................................................................... 35

4.6. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 35

4.7. Teknik Analisis Data .................................................................................. 36

4.9. Validasi Data Kualitatif.............................................................................. 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 40

5.1. Karakteristik Informan ............................................................................... 40

5.2. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu.................. 42

5.1.1 Visi dan Misi RSUD Pasar Minggu...................................................... 42

5.1.2. Pelayanan RSUD Pasar Minggu .......................................................... 43

5.2. Gambaran Ketepatan Identifikasi Pasien ................................................... 43

5.2.1. Gambaran Kebijakan Ketepatan Identifikasi Pasien di RSUD Pasar Minggu


....................................................................................................................... 45

5.2.2. Gambaran Standar Prosedur Operasional (SPO) Ketepatan Identifikasi Pasien


di RSUD Pasar Minggu ................................................................................. 51

5.2.3. Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Ketepatan Identifikasi Pasien54

5.2.4. Gambaran Kemampuan Perawat dalam Ketepatan Identifikasi Pasien59

5.2.5. Gambaran Edukasi Pasien Tentang Ketepatan Identifikasi Pasien ..... 63

BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 68

6.1. Ketepatan Identifikasi Pasien ..................................................................... 68


xi

6.1.1. Kebijakan Ketepatan Identifikasi Pasien di RSUD Pasar Minggu ...... 70

6.1.2. Standar Prosedur Operasional (SPO) Ketepatan Identifikasi Pasien di RSUD


Pasar Minggu ................................................................................................. 72

6.1.3. Pengetahuan Perawat Dalam Ketepatan Identifikasi Pasien................ 73

6.1.4. Kemampuan Perawat Dalam Ketepatan Identifikasi Pasien................ 75

6.1.5. Edukasi Pasien tentang Ketepatan Identifikasi Pasien ........................ 76

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 79

7.1. Simpulan..................................................................................................... 79

7.2. Saran ........................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81


xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kerangka Faktor yang mempengaruhi praktik klinis dan

berkontribusi terhadap kejadian buruk ....................................................... 21

Tabel 3.1. Definisi Istilah ........................................................................... 31

Tabel 4.1. Validasi Data ............................................................................. 38

Tabel 5.1. Data Informan ............................................................................ 40


xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Alur Identifikasi Pasien........................................................... 23

Bagan 2.1. Kerangka Teori ....................................................................... 29

Bagan 3.1. Kerangka Pikir ........................................................................ 30


xiv

DAFTAR ISTILAH

IGD : Instalasi Gawat Darurat

PMK : Peraturan Menteri Kesehatan

POKJA : Kelompok Kerja

KARS : Komite Akreditasi Rumah Sakit

KARU : Kepala Ruangan

KNC : Kejadian Nyaris Cedera

KTC : Kejadian Tidak Cedera

KTD : Kejadian Tidak Diinginkan

RS : Rumah Sakit

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SK : Surat Keputusan

SKP : Sasaran Keselamatan Pasien

SPO : Standar Prosedur Operasional

TKPRS : Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit

WHO : World Health Organization


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keselamatan pasien merupakan tantangan bagi pelayanan kesehatan di

seluruh dunia (Joint Commission International 2007). Saat ini insiden keselamatan

pasien di dunia mencapai 43 juta pasien setiap tahun, dimana berarti terdapat 1

(satu) dari 10 (sepuluh) pasien yang terluka selama menjalani perawatan di

pelayanan kesehatan. Hal ini tentunya menimbulkan kerugian secara finansial,

menurut WHO kerugian yang ditimbulkan akibat medication errors diperkirakan

mencapai 42 Miliar $US.

Lemahnya sistem pengobatan atau pelayanan pada rumah sakit dapat

menjadi penyebab terjadinya medication errors. Selain itu, faktor SDM (Sumber

Daya Manusia) seperti kelelahan, kondisi lingkungan yang buruk atau kekurangan

staf, juga dapat menjadi penyebab kesalahan dalam memberikan pengobatan

(WHO 2017). Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan, dimana di dalamnya

terdapat banyak jenis obat, bermacam-macam tes dan prosedur, berbagai jenis alat

dengan teknologinya, serta berbagai macam tenaga profesi dan non profesi yang

harus memberikan pelayanan kepada pasien selama 24 jam secara terus menerus.

Keberagaman serta kerutinan tersebut jika tidak dikelola dengan baik akan

mengakibatkan kejadian tidak diharapkan (Departemen Kesehatan RI 2008).

Di era globalisasi ini Indonesia belum mampu bersaing dengan rumah sakit

di luar negeri. Fokus permasalahan yang menyebabkan hal tersebut salah satunya

1
2

yaitu adanya krisis ketidakpercayaan dari masyarakat mutu pelayanan kesehatan

dimana semakin seringnya muncul dugaan malpraktik dan salah diagnosis oleh

petugas kesehatan (Adisasmito 2008). Untuk itu perlunya meningkatnya

keselamatan pasien rumah sakit dengan harapan kepercayaan masyarakat terhadap

pelayanan rumah sakit dapat meningkat. Hal ini karena dengan adanya program

keselamatan pasien dapat mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), yang

dapat berdampak pada peningkatan biaya pelayanan, menimbulkan konflik antara

dokter/petugas kesehatan dan pasien, menimbulkan tuntutan dan hukum, tuduhan

malpraktik, yang akhirnya menimbulkan opini negatif terhadap pelayanan rumah

sakit (Departemen Kesehatan RI 2008).

Untuk mengatur keselamatan pasien di Indonesia, telah dikeluarkan PMK

No. 1691 tentang keselamatan pasien rumah sakit. Dengan adanya peraturan

tersebut, dibentuklah Komite Nasional Keselamatan Pasien untuk meningkatkan

keselamatan pasien dan mutu pelayanan rumah sakit. Selain itu, berdasarkan

peraturan tersebut rumah sakit wajib membentuk tim keselamatan pasien rumah

sakit (TKPRS) sebagai pelaksana kegiatan keselamatan pasien.

Keselamatan pasien juga menjadi salah satu standar akreditasi rumah sakit

di Indonesia (KARS 2011). Berdasarkan PMK No.1961 dan standar akreditasi

rumah sakit terdapat enam sasaran keselamatan pasien yaitu Ketepatan identifikasi

pasien; Peningkatan komunikasi yang efektif; Peningkatan keamanan obat yang

perlu diwasapadai, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi;

Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan Pengurangan risiko

pasien jatuh.
3

Salah satu sasaran keselamatan pasien yaitu ketepatan identifikasi pasien,

dimana kemanan pelayanan di rumah sakit dimulai dari ketepatan identifikasi

pasien, hal ini karena kesalahan identifikasi pasien diawal pelayanan akan

berlanjut pada kesalahan pelayanan berikutnya (WHO 2007). Setiap pasien perlu

diberikan identitas pasien dengan tepat karena tidak semua pasien dapat

mengungkapkan identitas secara lengkap dan benar. Hal tersebut karena beberapa

pasien dalam keadaan terbius, mengalami disorientasi, tidak sadar sepenuhnya,

bertukar tempat tidur atau kamar atau lokasi dalam rumah sakit atau kondisi lain

yang menyebabkan kesalahan identifikasi pasien (KARS 2011).

Kesalahan identifikasi pasien dapat terjadi hampir di banyak aspek, yang

dapat mengakibatkan dampak yang serius bagi pasien seperti medication errors,

kesalahan pemberian obat, salah dalam transfusi darah, pemberian prosedur

pengobatan pada orang yang salah, bahkan juga bisa menyebabkan penyerahan

bayi pada keluarga yang salah (WHO 2007). Berdasarkan penelitian Yudhawati

dan Listiowati bahwa penyebab insiden keselamatan pasien di RSI Siti Aisyah

Madiun berkaitan dengan salah identifikasi, komunikasi, kesalahan obat dan

prosedur yang tidak dijalankan (Yudhawati dan Listiowati 2016). United Kingdom

National Patient Safety Agency melaporkan bahwa antara tahun 2003 dan tahun

2005 terdapat 236 insiden dan insiden tersebut hampir terkait dengan gelang

identifikasi yang hilang atau kesalahan informasi pada gelang tersebut. Oleh

karena itu, kesalahan identifikasi pasien menjadi akar penyebab banyak masalah

(WHO 2007).
4

Kemudian penelitian Anggraeni dkk menyatakan bahwa perawat tidak

selalu melakukan identifikasi pasien, terutama pada saat melakukan tindakan

keperawatan yang bersifat rutin, dengan alasan sibuk atau tidak sempat serta

menghindari kebosanan pasien. Ketika terjadi kesalahan dalam identifikasi pasien

atau ketidaktepatan pelaksanaan prosedur identifikasi, perawat tidak selalu

mencatat dan melaporkan karena masih ada rasa tidak enak atau sungkan pada

teman atau petugas lain yang tidak melaksanakan prosedur identifikasi dengan

benar (Anggraeni, Hakim dan Widjiati 2014). Sedangkan berdasarkan penelitian

Muliana dan Mappanganro bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan perawat dengan penerapan identifikasi pasien di rumah sakit

(Muliana dan Mappanganro 2016).

Berdasarkan paparan penelitian sebelumnya bahwa kesalahan dalam

identifikasi pasien dapat mengakibatkan kesalahan lainnya dalam pelayanan

kesehatan. Kesalahan identifikasi pasien juga seringkali terjadi karena kelalaian

dari petugas kesehatan. Setiap rumah sakit memiliki risiko terhadap terjadinya

insiden keselamatan pasien. Begitu juga RSUD Pasar Minggu, belum semua

perawat melakukan identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan, seperti

pemberian obat, tranfusi darah, pengambilan darah. Hal ini yang membuat peneliti

tertarik ingin mengetahui pelaksanaan identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas, diketahui bahwa keselamatan pasien

merupakan isu penting saat ini, dimana kesalahan dalam mengidentifikasi pasien

merupakan salah satu penyebab Kejadian Tidak Diinginkan (KTD). Hal ini karena
5

kesalahan dalam mengidentifikasi pasien akan menyebabkan kesalahan pada

pengobatan/perawatan selanjutnya. RSUD Pasar Minggu juga memiliki risiko

terhadap insiden keselamatan pasien yang diakibatkan oleh kesalahan dalam

mengidentifikasi pasien. Hal ini karena peraturan terkait ketepatan identifikasi

pasien belum pernah dsosialisasikan secara resmi dan keseluruhan kepada perawat

yang merupakan petugas yang sering berhubungan dengan pasien.

1.3. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di instalasi rawat

inap kelas III RSUD Pasar Minggu tahun 2017?

2. Bagaimana gambaran kebijakan identifikasi pasien di instalasi rawat inap

kelas III RSUD Pasar Minggu?

3. Bagaimana gambaran standar prosedur operasional (SPO) ketepatan

identifikasi pasien di instalasi rawat inap kelas III RSUD Pasar Minggu?

4. Bagaimana gambaran pengetahuan perawat dalam melakukan identifikasi

pasien di instalasi rawat inap kelas III RSUD Pasar Minggu?

5. Bagaimana gambaran kemampuan perawat dalam melakukan identifikasi

pasien di instalasi rawat inap kelas III RSUD Pasar Minggu?

6. Bagaimana gambaran edukasi pasien terhadap identifikasi pasien di

instalasi rawat inap kelas III RSUD Pasar Minggu?


6

1.4. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Diketahuinya gambaran tentang pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien

di instalasi rawat inap kelas III RSUD Pasar Minggu.

b. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran dan informasi mendalam tentang

kebijakan identifikasi pasien di instalasi rawat inap kelas III RSUD

Pasar Minggu

2. Diketahuinya gambaran dan informasi mendalam tentang standar

prosedur operasional (SPO) identifikasi pasien di instalasi rawat

inap kelas III RSUD Pasar Minggu

3. Diketahuinya gambaran dan informasi mendalam terhadap

pengetahuan perawat dalam identifikasi pasien di instalasi rawat

inap kelas III RSUD Pasar Minggu

4. Diketahuinya gambaran dan informasi mendalam terhadap

kemampuan perawat dalam identifikasi pasien di instalasi rawat

inap kelas III RSUD Pasar Minggu

5. Diketahuinya gambaran dan informasi mendalam terhadap edukasi

pasien terhadap identifikasi pasien di instalasi rawat inap kelas III

RSUD Pasar Minggu


7

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan wacana yang memperkaya pengetahuan

penulis dan sebagai sarana untuk mengimplementasikan keilmuan

yang telah didapatkan di bangku kuliah.

2. Bagi RSUD Pasar Minggu

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai alat evaluasi dan monitoring

terhadap pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di instalasi rawat

inap RSUD Pasar Minggu

3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa

dan dosen mengenai pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di

rumah sakit.

1.6. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan ketepatan

identifikasi pasien di instalasi rawat inap RSUD Pasar Minggu tahun 2017.

Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dengan pengambilan data primer dan

data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara wawancara

mendalam terhadap ketua tim Keselamatan Pasien RSUD Pasar Minggu, perawat,

dan pasien, serta observasi kepada perawat. Pengambilan data sekunder dilakukan

dengan telaah dokumen yang didapat dari RSUD Pasar Minggu. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan September hingga Oktober 2017.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU No 44 2009). Menurut Guwandi

dalam (Cahyono 2008), terdapat 4 (empat) kewajiban yang harus dilaksanakan

oleh rumah sakit dalam rangka menjamin keamanan pasien, yaitu :

1. Kewajiban untuk menjaga dan menyediakan fasilitas dan peralatan yang

selalu siap pakai pada saat diperlukan.

2. Kewajiban untuk melakukan seleksi dan mempekerjakan dokter yang

berkompeten.

3. Kewajiban untuk menjaga semua personel di lingkungan rumah sakir

agar selalu memberikan pelayanan yang aman.

4. Kewajiban untuk membuat, mengadopsi, dan memberlakukan aturan dan

kebijakan dalam rangka menjamin pelayanan yang aman bagi pasien.

Dalam upaya menerapkan Standar Keselamatan Pasien, terdapat tujuh

langkah yang dilakukan rumah sakit menuju keselamatan pasien (Permenkes

2011), yaitu :

1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.

9
10

Rumah sakit harus menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka

dan adil. Hal-hal yang harus dilakukan rumah sakit, yaitu :

i. Memastikan rumah sakit memiliki kebijakan dan menjabarkan

peran dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden.

ii. Menumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang

terjadi di rumah sakit.

iii. Melakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian

keselamatan pasien.

Hal-hal yang harus dilakukan oleh unit/tim, yaitu :

i. Memastikan rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara

mengenai kepedulian dan berani melaporkan bilamana ada

insiden.

ii. Mendemonstrasikan kepada tim ukuran-ukuran yang dipakai di

rumah sakit untuk memastikan semua laporan dibuat secara

terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan

tindakan/solusi yang tepat.

2. Memimpin dan mendukung staf

Rumah sakit harus membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas

tentang Keselamatan Pasien di rumah sakit. Hal-hal yang harus dilakukan

rumah sakit, yaitu :

i. Memastikan anggota direksi atau pimpinan yang bertanggung

jawab atas keselamatan pasien.


11

ii. Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat

diandalkan untuk menjadi “penggerak” dalam gerakan

keselamtan pasien.

iii. Memprioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat

Direksi/Pimpinan maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit.

iv. Memasukkan keselamatan pasien dalam semua program latihan

staff rumah sakit dan memastikan pelatihan ini diikuti dan

diukur efektivitasnya.

Hal-hal yang harus dilakukan oleh unit/tim, yaitu :

i. Menominasikan “penggerak” dalam tim sendiri untuk

memimpin gerakan keselamatan pasien.

ii. Menjelaskan kepada tim relevansi dan pentingnya serta manfaat

bagi mereka dengan menjalankan gerakan keselamatan pasien.

iii. Menumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan

insiden.

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko

Rumah sakit harus mengembangkan sistem dan proses pengelolaan

risiko, serta lakukan identifikasi dan asesmen hal yang potensial

bermasalah. Hal-hal yang harus dilakukan oleh rumah sakit, yaitu :

i. Menelaah kembali struktur dan proses yang ada dalam

manajemen risiko klinis dan nonklinis, serta memastikan hal

tersebut mencakup dan terintregasi dengan keselamatan pasien

dan staf.
12

ii. Mengembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem

pengelolaan risiko yang dapat dimoniotr oleh dreksi/pimpinan

rumah sakit.

iii. Menggunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh

dari sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat

secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien.

4. Mengembangkan sistem pelaporan

Rumah sakit harus memastikan staf dapat melaporkan kejadian/insiden,

serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Nasional

Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Hal-hal yang harus dilakukan oleh

rumah sakit yaitu melengkapi rencana implementasi sistem pelaporan

insiden ke dalam maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke Komite

Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Sedangkan hal-hal yang

harus dilakukan unit/tim yaitu memberikan semangat kepada rekan

sekerja untuk secara aktif melaporkan setia insiden yang terjadi dan

insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung

bahan pelajaran yang penting.

5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien

Rumah sakit harus mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka

dengan pasien. Hal-hal yang harus dilakukan oleh rumah sakit, yaitu :

- Memastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas

menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka selama proses

asuhan tentang insiden dengan para pasien dan keluarga.


13

- Memastikan pasien dan keluarga pasien mendapat informasi

yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden.

- Memberikan dokumen, pelatihan dan dorongan semangat

kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya.

Hal-hal yang harus dilakukan oleh unit/tim, yaitu :

- Memastikan tim menghargai dan mendukung keterlibatan pasien

dan keluarganya bila terjadi insiden.

- Memprioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga

bilaman terjadi insden, dan segera memberikan kepada mereka

informasi yang jelas dan benar.

- Memastikan untuk segera setelah kejadian, tim menunjukkan

empati kepada pasien dan keluarganya.

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien

Rumah sakit harus mendorong staf untuk melakukan analisis akar

masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian tersebut timbul.

Hal-hal yang harus dilakukan oleh rumah sakit, yaitu :

- Memastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan

kajian insiden secara tepat yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi penyebab.

- Mengembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas

kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah yang mencakup

insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun melakukan
14

Failur modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses risiko

tinggi.

Hal-hal yang dilakukan oleh unit/tim, yaitu :

- Mendiskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden

- Mengidentifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena

dampak di masa depan dan membagi pengalaman tersebut

secara lebih luas.

7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

Rumah sakit harus menggunakan informasi yang ada tentang

kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan.

Hal-hal yang harus dilakukan oleh rumah sakit, yaitu :

- Menggunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh

dari sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit

serta analisis, untuk menentukan solusi setempat.

- Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem

(struktur dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau

kegitan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang menjamin

keselamatan pasien.

- Melakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang

direncanakan.

- Menyosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Komite

Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.


15

- Memberi umpan balik kepada staf tentang insiden yang

dilaporkan.

Hal-hal yang harus dilakukan oleh unit/tim, yaitu :

- Melibatkan tim dalam mengembangkan berbagai cara untuk

membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan aman.

- Menelaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat dan

memastikan pelaksanaannya

- Memastikan tim menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut

tentang insiden yang dilaporkan.

2.2. Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumah

sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,

identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan

mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan

suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

(Permenkes 2011). Berikut 7 (tujuh) standar keselamatan pasien yang harus

diterapkan oleh rumah sakit :

1. Hak pasien.

Pasien dan keluarga memiliki hak untuk mendapatkan informasi tentang

rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.

- Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan


16

- Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana

pelayanan

- Dokter penanggung jawab wajib memberikan penjelasan secara

jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana

dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien

termasuk kemungkinan terjadinya insiden.

2. Mendidik pasien dan keluarga.

Rumah sakit memberikan didikan kepada pasien dan keluarganya

tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Hal

tersebut karena keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat

ditingkatkan dengan melibatkan pasien dalam proses pelayanan. Untuk

meningkatkan keselamatan, pasien harus dilibatkan dalam proses

pealayanan. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki sistem dan

mekanisme dalam mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban

dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.

Rumah sakit harus menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan

pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit

pelayanan. Kriteria dalam keselamatan pasien dalam kesinambungan

pelayanan sebagai berikut :

- Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari

saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan


17

pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar

dari rumah sakit.

- Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan

kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara

berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan

transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.

- Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan

komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan

keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan,

pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.

- Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi

kesehatan sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa

hambatan, aman dan efektif.

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan

evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.

Rumah sakit mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,

memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,

menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk

meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.

- Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program

implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi

dalam organisasi.
18

- Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk

identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan atau

mengurangi insiden.

- Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan

kordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan

keputusan tentang keselamatan pasien.

- Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk

mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit

serta meningkatkan keselamatan pasien.

- Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya

dalam meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan

pasien.

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

- Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi

untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan

keselamatan pasien secara jelas.

- Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi

staf serta mendukung pendekatan interdisipliner dalam

pelayanan pasien.

- Rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang

kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan

interdisipliner dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.


19

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien.

Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi

keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan

eksternal. Serta melakukan transmisi data dan informasi harus tepat

waktu dan akurat.

Dalam proses akreditasi, keselamatan pasien memiliki enam sasaran,

diantaranya :

1. Ketepatan Identifikasi Pasien

2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif

3. Peningkatan Keamanan Obat yang perlu Diwaspadai (high-alert

medications)

4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi

5. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan

6. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

2.2.1 Pengertian Medical Error

Kesalahan dalam pelayanan kesehatan merupakan sesuatu yang bersifat

tidak sengaja, karena tidak ada seorang pun petugas kesehatan, baik dokter,

perawat, farmasi, laboratorium, radiologi, dan sebagainya, berniat melakukan

kesalahan. Menurut Reason, medical error atau kesalahan medis dapat

didefinisikan sebagai kegagalan menyelesaikan apa yang sudah direncanakan,

atau menggunakan rencana yang salah untuk mencapai maksud tertentu.


20

Ada dua kemungkinan kejadian yang terjadi sehingga disebut sebagai

kesalahan medis (Cahyono 2008). Kemungkinan pertama, pemberi pelayanan

(dokter atau petugas kesehatan) sudah membuat rencana yang benar, namun ada

penyimpangan dalam melakukannya, misalnya perawat memberikan obat pada

pasien yang salah. Kemungkinan kedua, pemberi pelayanan membuat rencana

yang salah sehingga menghasilkan hasil yang salah juga.

Kesalahan medis dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu commission dan

omission error. Comission error yaitu suatu kesalahan yang terjadi karena

seseorang tidak melakukan dengan benar. Sedangkan Omission error yaitu tidak

melakukan suatu prosedur atau tindakan yang seharusnya dilakukan. Kedua

bentuk kesalahan medis tersebut dapat terjadi karena seseorang tidak tidak

memiliki pengetahuan yang memadai, salah menginterpretasikan data klinis, salah

mendiagnosis, atau salah dalam menimbang (critical judgment error) (Cahyono

2008).

Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan

kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat

dicegah pada pasien, terdiri dari :

a. Kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan

cedera pada pasien.

b. Kejadian nyaris cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum

sampai terpapar ke pasien.

c. Kejadian tidak cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke

pasien, tetapi tidak timbul cedera.


21

d. Kondisi potensial cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi

untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

e. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau

cedera yang serius.

Menurut Vincent. C. terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi praktik

klinis dan berkontribusi terhadap terjadinya kejadian buruk pada pelayanan

kesehatan (Vincent 2003), yaitu :

Tabel 2.1. Kerangka faktor yang mempengaruhi praktik klinis dan


berkontribusi terhadap kejadian buruk
Faktor-faktor Faktor yang berkontribusi
Institusional Regulasi/ peraturan

Organisasi dan  Sumber dan kendala keuangan

manajemen  Standar dan tujuan kebijakan


 Budaya dan prioritas keselamatan
Lingkungan kerja  Tingkatan kepgawaian dan berbagai macam
keterampilan
 Beban kerja
 Desain, ketersediaan, dan pemeliharaan peralatan
 Dukungan administratif dan manajerial
Tim  Komunikasi verbal
 Komunikasi tertulis
 Pengawasan dan kemauan untuk mencari bantuan
 Kepemimpinan tim
Individu/ pegawai  Pengetahuan dan keterampilan
 Motivasi dan sikap
 Kesehatan fisik dan mental
22

Pekerjaan/tugas  Ketersediaan dan penggunaan protokol


 Ketersediaan dan keakuratan hasil uji
Pasien  Kompleksitas dan keseriusan pasien
 Bahasa dan komunikasi
 Kepribadian dan faktor sosial
Sumber : Vincent C.

2.2.2. Ketepatan Identifikasi Pasien

Identifikasi pasien dan pencocokan pasien dengan pengobatan merupakan

kegiatan yang dilakukan secara rutin di semua rangkaian perawatan (Australian

Commission on Safety and Quality in Health Care 2017). Untuk itu sebelum

melakukan tindakan, pasien harus diidentifikasi terlebih dahulu dengan dua kali

pengecekan, yaitu: pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan

menerima pelayanan atau pengobatan, dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan

atau pengobatan terhadap individu tersebut.

Rumah sakit perlu menyediakan kebijakan dan/atau prosedur yang secara

kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi (KARS 2011).

Identifikasi pasien dilakukan pada saat pemberian obat, darah, atau produk darah;

pengambilan darah atau spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian

pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan

sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien,

dengan dua nama pasien, tanggal lahir, dan nomor rekam medis, dan tidak

diperbolehkan menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien. Kebijakan dan/atau

prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang

berbeda di rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau
23

ruang operasi, termasuk identifikasi pasien koma tanpa identitas. Berikut alur

identifikasi pasien pada saat pasien masuk ke rumah sakit :

Pasien masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu

Melalui UGD sebagai pasien UGD atau ke ruang rawat inap, HD, Endoscopie sebagai
melalui poliklinik pasien operasi/ pasien rawat umum
Apakah pasien memiliki catatan di medical record (MR)

Ya Tidak

Identitas pasien diperiksa berdasarkan data MR. gelang rincian pasien telah ditanyakan melalui formulir
identitas dilengkapi dan berisi nama lengkap, tanggal lahir admission. Gelang identitas telah dilengkapi, dan
dan no MR, rincian tersebut diperiksa langsung ke pasien diperiksa dengan pasien

Gelang identitas sudah dipasang pada pergelangan tangan pasien, biasanya pada tangan yang dominan, contoh tangan untuk
menulis

Gelang identitas pasien telah diperiksa, meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahirnya, sebelum intervensi
berikut:
1. Pengambilan sampel darah
2. Transfuse darah dan produk darah(saat pemberian obat dan saat akan melakukan tindakan keperawatan)
3. Pengambilan sampel cairan tubuh pasien pemberian semua obat
4. Intervensi bedah dan setiap prosedur invasive
5. Transport/ transfer dari pasien
6. X-ray dan prosedur pencitraan (sebelum memberikan therapie radiasi)
7. Dua professional harus memeriksa identitas dari pasien (saat pemberian nampan makanan)

Gelang identitas harus diperiksa pada setiap pergantian shift oleh perawat
pada shift berikutnya untuk memastikan gelang tersebut terpakai dengan baik
dan terbaca. Ganti gelang tersebut jika terdapat perubahan atau kesalahan
rincian data. Jangan di coret atau ditimpa
24

Lepaskan gelang identitas pada saat


pasien akan pulang dari ruang gawat
atau unit tertentu

Bagan 2.1. Alur Pelaksanaan Identifikasi Pasien

Risiko terhadap keselamatan pasien terjadi apabila ada ketidakcocokan

antara pasien dengan komponen perawatan yang diberikan, baik itu komponen

diagnostik, terapeutik maupun pendukung (WHO 2007). Kesalahan karena keliru

dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi pada saat pasien terbius, mengalami

disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/lokasi di rumah sakit,

adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain (KARS 2011). Berikut tahapan

identifikasi pasien menurut WHO :

Menekankan bahwa penyedia layanan kesehatan memiliki tanggung


Kebijakan jawab utama untuk memeriksa/memverifikasi identitas pasien.
Sementara itu, pasien harus terlibat secara aktif dan harus menerima
edukasi tentang pentingnya identifikasi pasien yang benar

Setelah masuk dan sebelum menjalani perawatan, gunakan setidaknya dua


Admisi
identitas untuk memverifikasi identitas pasien, dan tidak boleh menggunakan
nomor kamar

- Standarisasi pendekatan identifikasi pasien di berbagai fasilitas dalam sistem layanan


Pengidenti
kesehatan
fikasi - Mengembangkan protokol organisasi untuk mengidentifikasi pasien, tanpa identitas
Pasien atau nama yang sama
- Menggunakan pendekatan non-verbal lainnya, seperti biometrik, untuk pasien koma
25

Intervensi Memeriksa rincian identifikasi pasien untuk memastikan pasien yang


tepat mendapat perawatan yang benar

Pasien Libatkan pasien dalam proses identifikasi pasien

Sumber : WHO 2007

Tindakan yang disarankan oleh WHO terhadap identifikasi pasien di

pelayanan kesehatan :

1. Memastikan bahwa organisasi pelayanan kesehatan tersebut memiliki

sistem.

a. Menekankan tanggung jawab kepada petugas kesehatan untuk

memeriksa identitas pasien dan mencocokkan pasien dengan

perawatan yang benar (misalnya hasil laboratorium, spesimen,

prosedur) sebelum perawatan diberikan.

b. Menggunakan setidaknya dua pengenal (misalnya nama dan tanggal

lahir) untuk memverifikasi identitas pasien saat masuk atau pindah ke

rumah sakit lain atau perawatan lainnya dan sebelum mengurus

perawatan. Tidak boleh dari pengidentifikasian menggunakan nomor

kamar pasien.
26

c. Standarisasi pendekatan identifikasi pasien di berbagai fasilitas dalam

sistem layanan kesehatan. Misalnya, penggunaan pita putih, dimana

bentuk atau penanda terstandar dan informasi spesifik (misalnya

nama dan tanggal lahir) dapat ditulis, atau menerapkan teknologi

biometrik.

d. Menyediakan protokol yang jelas untuk mengidentifikasi pasien yang

tidak memiliki identitas atau membedakan identitas pasien dengan

nama yang sama. Kemudian juga mengembangkan dan menggunakan

pendekatan non verbal untuk mengidentifikasi pasien koma atau

pasien yang bingung.

e. Mendorong pasien untuk ikut berpartisipasi terhadap semua tahap

proses.

f. Melakukan pelabelan wadah yang digunakan untuk darah dan

spesimen lainnya dihadapan pasien.

g. Menyediakan protokol yang jelas untuk menjaga identitas sampel

pasien selama proses pra-analisis, analisis, dan paska-analisis.

h. Membuat protokol yang jelas untuk mempertanyakan hasil

laboratorium atau temuan uji lainnya yang tidak sesuai dengan

riwayat klinis pasien.

2. Melakukan pelatihan tentang prosedur untuk memeriksa/memverifikasi

identitas pasien ke dalam orientasi dan melanjutkan pengembangan

profesional untuk petugas kesehatan.


27

3. Mengedukasi pasien/keluarga pasien tentang relevansi dan pentingnya

identifikasi pasien yang benar dengan cara yang positif dan juga

menghormati privasi pasien/keluarga pasien tersebut.

Dalam identifikasi pasien, bukan hanya petugas kesehatan yang terlibat

namun juga melibatkan pasien/keluarga pasien. Hal-hal yang perlu dilakukan

untuk melibatkan pasien/keluarga dalam kegiatan identifikasi pasien sebagai

berikut :

1. Mengedukasi pasien tentang resiko yang berhubungan dengan kesalahan

dalam mengidentifikasi pasien.

2. Meminta pasien atau keluarga pasien untuk memverifikasi informasi

identitas untuk memastikan itu benar.

3. Meminta pasien untuk mengidentifikasi diri mereka sebelum menerima

pengobatan dan sebelum menerima pengobatan atau sebelum melakukan

intervensi diagnostik atau terapetik.

4. Mendorong pasien atau keluarga pasien untuk menjadi peserta aktif

dalam identifikasi, untuk mengungkapkan kekhawatiran terhadap

potensial kesalahan keamanan, dan untuk mengajukan pertanyaan

tentang ketepatan perawatan mereka.

Dalam akreditasi Rumah Sakit, KARS juga telah menetapkan elemen-

elemen yang harus dipenuhi rumah sakit dalam identifikasi pasien. Berdasarkan

akreditasi RS versi 2012, terdapat 5 (lima) elemen pada sasaran identifikasi

pasien, yaitu :
28

1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh

menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.

3. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain

untuk pemeriksaan klinis.

4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan /

prosedur.

5. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek identifikasi yang konsisten

pada semua situasi dan lokasi.

2.3. Keperawatan

A. Asuhan Keperawatan Mandiri

Beberapa prinsip umum dalam menjalankan kewenangan keperawatan

(Kozier & Erb, 1990 dalam (Priharjo 2008)) :

a. Ketahui deskripsi tugas. Hal ini untuk memudahkan perawat untuk

berfungsi sesuai dengan tugas dan mengetahui apa yang diharapkan dan

tidak diharapkan.

b. Ikuti kebijakan dan prosedur yang ditetapkan di tempat kerja.

c. Selalu identifikasi pasien, terutama sebelum melaksanakan intervensi

utama, misalnya prosedur invasif atau pembedahan, atau sewaktu memberi

tranfusi darah.

d. Pastikan bahwa obat yang benar diberikan dengan dosis, rute, waktu, dan

pasien yang benar.


29

e. Lakukan setiap prosedur dengan benar. Kecelakaan akibat kelalaian

biasanya berkaitan dengan ketidaksiapan peralatan, teknik tidak benar, dan

cara melakukan prosedur tidak benar. Misalnya, perawat harus tahu

bagaimana menjaga keselamatan pasien sewaktu respirator atau alat lain

tidak berhasil.

f. Catat semua pengkajian dan perawatan yang diberikan dengan cepat dan

akurat. Pencatatan harus menunjukkan bahwa perawat melakukan tindakan

tersebut dan melakukan supervisi pasien setiap hari.

g. Catat semua kecelakaan yang mengenai pasien. Catatan segera

memudahkan untuk tetap melindungi kesejahteraan pasien, menganalisis

mengapa kecelakaan terjadi dan mencegah pengulangan kembali.

h. Jalin dan pertahankan hubungan saling percaya yang baik dengan pasien.

Pertahankan agar pasien tetap mengetahui tentang diagnosis dan rencana

tindakan, beri umpan balik pada setiap perkembangan mereka, dan

tunjukkan rasa kepedulian yang dapat mencegah rasa tidak berdaya dan

putus asa pasien.

i. Mengetahui kekuatan dan kelemahan pribadi. Misalnya, perawat yang tahu

kelemahannya dalam menghitung dosis obat harus selalu bertanya pada

orang lain tentang hasil penghitungannya sebelum memberi obat.

j. Sewaktu mendelegasikan tanggung jawab keprawatan, pastikan bahwa

orang yang diberi delegasi tugas mengetahui apa yang harus dikerjakan

dan orang tersebut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang


30

dibutuhkan. Perawat yang memberi delegasi dapat dituntut menanggung

kelalaian akibat bahaya yang disebabkan oleh orang yang diberi delegasi.

k. Selalu waspada saat melakukan intervensi keperawatan dan perhatikan

secara penuh setiap tugas yang dilaksanakan.

2.4. Kerangka Teori

Ketepatan dalam mengidentifikasi pasien merupakan salah satu solusi dalam

meningkatkan keselematan pasien. Oleh karena itu WHO menyarankan hal-hal

yang perlu diperhatikan ketika melakukan identifikasi pasien agar tepat dalam

pengidentifikasiannya. Berikut kerangka teori yang peneliti gunakan pada

penelitian mengenai ketepatan identifikasi pasien di instalasi rawat inap RSUD

Pasar Minggu berdasarkan solusi keselamatan pasien yang dikeluarkan oleh WHO

dan Akreditasi versi 2012.

Bagan 2.1. Kerangka Teori (modifikasi dari WHO dan KARS)

Kebijakan /
Sistem Peraturan
identifikasi
pasien SPO (standar
Prosedur
Operasional)

Pelatihan/ Pengetahuan Ketepatan Identifikasi Pasien


perawat
Sosialisasi
pada staf
Kemampuan
perawat

Edukasi
Pasien
BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1. Kerangka Pikir

Untuk mempermudah pemahaman dalam melihat gambaran pelaksanaan

ketepatan identifikasi pasien rawat inap di RSUD Pasar Minggu maka disusun

sebuah kerangka pikir. Berdasarkan kerangka teori, peneliti menggunakan solusi

keselamatan pasien oleh WHO, yang disesuaikan dengan Akreditasi Rumah Sakit

versi 2012. Dimana dalam melaksanakan ketepatan identifikasi pasien di rumah

sakit harus memiliki kebijakan/peraturan, standar prosedur operasional (SPO),

pengetahuan perawat terhadap prosedur, kemampuan perawat dalam

mengidentifikasi pasien, dan edukasi pasien dalam memahami pentingnya

identifikasi pasien. Berikut kerangka pikir yang dibuat peneliti untuk

mempermudah cara berfikir dan pemaparan hasil penelitian ini :

 Kebijakan/Peraturan
 SPO (Standar Prosedur
Operasional)
 Pengetahuan Perawat Ketepatan Identifikasi Pasien
 Kemampuan Perawat
 Edukasi Pasien

Bagan 3.1. Kerangka Pikir

30
31

3.2. Definisi Istilah

Tabel 3.1. Definisi Istilah

Istilah Definisi Istilah

Ketepatan Identifikasi Tepat dalam identifikasi pasien (Komisi Akreditasi

Pasien Rumah Sakit 2012) yaitu :

1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua

identitas pasien, tidak boleh menggunakan

nomor kamar atau lokasi pasien.

2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian

obat, darah, atau produk darah.

3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil

darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan

klinis.

4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian

pengobatandan tindakan / prosedur

Kebijakan/Peraturan Kebijakan/peraturan RSUD Pasar Minggu tentang

identifikasi pasien.

SPO (Standar Prosedur Prosedur identifikasi pasien yang mengarahkan

Operasional) pelaksanaan identifikasi pasien yang konsisten pada

semua situasi dan lokasi di RSUD Pasar Minggu.

Pengetahuan Perawat Pengetahuan perawat tentang prosedur dan kapan

waktu identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu.


32

Kemampuan Perawat kemampuan perawat dalam menjalankan prosedur

identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu.

Edukasi Pasien Edukasi/pengetahuan yang diberikan oleh petugas

tentang manfaat identifikasi pasien sebelum

melakukan tindakan pengobatan/perawatan di RSUD

Pasar Minggu.
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa gambaran dan kata-kata tertulis atau lisan

dari informan serta proses dan perilaku yang diamati. Peneliti menggunakan

metode studi kasus/lapangan dengan tujuan ingin mendapatkan data yang

mendalam dari berbagai sumber mengenai pelaksanaan identifikasi pasien di

RSUD Pasar Minggu.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Pasar Minggu. Penelitian ini dilakukan

selama kurang lebih 2 (dua) bulan dimulai sejak bulan September hingga Oktober

2017.

4.3. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan

metode purposive sampling. Metode ini merupakan teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang yang paling tahu

tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan

memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi yang diteliti (Sugiyono 2011).

Informan pada penelitian ini dipilih berdasarkan jabatan dan/atau tugas yang

33
34

berkaitan dengan pelaksanaan identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu.

Informan dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Informan utama, merupakan informan yang berhubungan langsung

atau sebagai pelaku terhadap pelaksanaan identifikasi pasien di

RSUD Pasar Minggu. Informan utama penelitian ini yaitu Perawat

rawat inap kelas III RSUD Pasar Minggu.

b. Informan kunci, merupakan informan ahli yang mengatur peraturan

terhadap pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di RSUD Pasar

Minggu. Informan kunci penelitian ini yaitu ketua dan anggota tim

Keselamatan Pasien RSUD Pasar Minggu.

c. Informan tambahan, merupakan informan yang dapat memberi

informasi tambahan terhadap pelaksanaan identifikasi pasien di

RSUD Pasar Minggu. Informan tambahan penelitian ini yaitu

Pasien/Pedamping pasien rawat inap RSUD Pasar Minggu.

4.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menggunakan pedoman wawancara untuk

mewawancarai informan terkait ketepatan identifikasi pasien di RSUD Pasar

Minggu. Instrumen penelitian lain dalam pengumpulan data adalah pedoman

observasi serta melakukan telaah dokumen. Selain itu, peneliti juga menggunakan

alat bantu berupa alat tulis, kamera untuk pengambilan gambar dan perekam suara

untuk merekam pembicaraan selama wawancara berlangsung agar dapat

memperkuat akurasi data.


35

4.5. Sumber Data

Adapun sumber data yang peneliti gunakan untuk mendapatkan informasi

yang dibutuhkan yaitu:

a. Data primer

Data primer diperoleh dari observasi langsung terhadap kegiatan

identifikasi pasien yang dilakukan oleh perawat pada saat sebelum

melakukan tindakan, seperti pemberian obat atau pengambilan darah

pasien. Kemudian dilakukan wawancara mendalam terhadap tim

keselamatan pasien, perawat, dan pasien.

b. Data sekunder

Data sekunder yang diperoleh yaitu dokumen-dokumen tentang

keselamatan pasien dan identifikasi pasien, sebagai berikut :

- SK Direktur tentang kebijakan penerapan keselamatan pasien

- SPO identifikasi pasien

- SPO pemasangan gelang identitas

- Panduan tatalaksana identifikasi pasien

4.6. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam adalah salah satu metode yang digunakan

dalam penelitian ini, dimana pewawancara menggali secara mendalam

kepada informan tentang segala sesuatu tentang masalah penelitian (Lapau

2012). Wawancara mendalam dilakukan kepada tim Keselamatan Pasien

RSUD Pasar Minggu, perawat rawat inap kelas III yang telah diobservasi
36

saat melakukan identifikasi pasien sebelum melakukan pemberian obat atau

pengambilan darah pasien, serta pasien/pendamping pasien

2. Observasi

Observasi merupakan kegiatan mengumpulkan data langsung dari

lapangan (Raco 2010). Objek dalam penelitian yang diamati yaitu perawat

yang mengidentifikasi pasien sebelum melakukan tindakan/asuhan kepada

pasien, seperti pemberian obat atau pengambilan sampel darah. Perawat

yang diobservasi sebanyak sepuluh orang. Observasi dilakukan berdasarkan

prosedur identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu, serta berdasarkan

standar akreditasi, dimana mengidentifikasi pasien harus menanyakan dua

identitas pasien, seperti nama, tanggal lahir, atau nomor rekam medis.

3. Telaah dokumen

Telaah dokumen yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

pemeriksaan dokumen-dokumen yang dimiliki. Dokumen disini adalah SK

Direktur terkait identifikasi pasien, SPO identifikasi pasien, SPO

pemasangan gelang identitas, panduan tatalaksana identifikasi pasien, serta

dokumen standar akreditasi RS pada sasaran ketepatan identifikasi pasien.

4.7. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (1994) menawarkan teknik analisis yang disebut

dengan interactive model (Pawito 2007). Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri

dari tiga komponen :


37

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Hasil wawancara pada

penelitian ini dipilih serta dirangkum sesuai dengan domain penelitian

dalam bentuk matriks, berikut domain pada penelitian ini :

- Kebijakan ketepatan identifikasi pasien

- SPO (Standar Prosedur Operasional) ketepatan identifikasi

pasien

- Pengetahuan Perawat

- Kemampuan Perawat

- Edukasi Pasien

Dengan demikian, data yang telah direduksi dapat memberikan

gambaran yang lebih jelas terhadap domain-domain penelitian.

b. Penyajian data

Setelah mereduksi data hasil wawancara dengan bentuk matriks,

selanjutnya menyajikan data hasil observasi dan telaah dokumen.

Penyajian data ini dapat memudahkan untuk melihat dan memahami

gambaran pelaksanaan identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu.

c. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan data-data yang valid

dan konsisten untuk menghasilkan kesimpulan yang kredibel. Penarikan

kesimpulan menggunakan analisis konten untuk memastikan

kecenderungan pada informasi yang didapat (Grbich 2013). Dari


38

informasi yang didapat dari wawancara, observasi, dan telaah dokumen

dilihat kecenderungan informasi tersebut untuk melihat gambaran

pelaksanaan identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu.

4.9. Validasi Data Kualitatif

Merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono

2011). Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :

1. Triangulasi sumber, didapat dari tim Keselamatan Pasien RSUD Pasar

Minggu, petugas admisi, perawat, dan pasien/pendamping pasien rawat inap di

RSUD Pasar Minggu.

2. Triangulasi teknik, dilakukan dengan wawancara, observasi, dan telaah

dokumen tentang identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu.

Tabel 4.1. Validasi Data

Triangulasi Data

Domain
Triangulasi Metode Triangulasi Sumber
Penelitian
Wawawcara Telaah Inf Inf Inf
Observasi
Mendalam Dokumen Kunci Utama Pendukung
Ketepatan
Identifikasi - √ √ - √ -
Pasien
Kebijakan
Identifikasi √ √ √ √ √ -
Pasien
SPO
Identifikasi √ √ √ √ √ -
Pasien
39

Pengetahuan
√ √ - √ √ -
Perawat
Kemampuan
√ √ - √ √ -
Perawat
Edukasi
√ - - √ √ √
Pasien

.
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini yaitu Tim Keselamatan Pasien RSUD Pasar

Minggu, Perawat Rawat Inap, dan Pasien/pedamping pasien rawat inap kelas III.

Berikut data informan :

Tabel 5.1. Data Informan

Kode Lama
Jabatan/Pekerjaan Jenis informan
Informan Bekerja
Ketua Tim Keselamatan Pasien/ Informan Kunci -
KP1
Dokter Spesialis Saraf

Sekretaris Tim Keselamatan Informan Kunci -


KP2
Pasien/ Dokter Gigi

Anggota Tim Keselamatan Informan Kunci 1 tahun,


KP3 7 bulan
Pasien/ Kepala Ruangan

PR1 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 1 tahun

PR2 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 1 tahun,


7 bulan
PR3 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 1 tahun

PR4 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 1 tahun

PR5 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 1 tahun

PR6 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 9 bulan

PR7 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 1 tahun,


7 bulan

40
41

PR8 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 1 bulan

PR9 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 1 tahun,


7 bulan
PR10 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 6 bulan

Pasien/Wiraswasta Informan -
P1
Pendukung
Pendamping pasien/Ibu Rumah Informan -
P2
Pendukung
Tangga

Pendamping Pasien/Ibu Rumah Informan -


P3
Pendukung
Tangga

Pendamping Pasien/Wiraswasta Informan -


P4
Pendukung
Pasien/Ibu Rumah Tangga Informan -
P5
Pendukung
Pasien/PNS Informan -
P6
Pendukung
Pasien/Wiraswasta Informan -
P7
Pendukung
Pasien/Pegawai Informan -
P8
Pendukung
Pasien/Ibu Rumah Tangga Informan -
P9
Pendukung
Pendamping Pasien/Ibu Rumah Informan -
P10
Pendukung
Tangga
42

5.2. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu

Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu merupakan salah satu Rumah

Sakit milik Pemerintah daerah tipe B Non Pendidikan yang terletak di pusat kota

Jakarta Selatan (RSUD Pasar Minggu 2016). Rumah Sakit Umum Daerah Pasar

Minggu melayani pasien Umum dan BPJS. Rumah Sakit Umum Daerah Pasar

Minggu memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan efektif untuk

memberikan nilai terbaik, sehingga menjadi pilihan utama bagi semua masyarakat

dan perusahaan.

RSUD Pasar Minggu dibentuk berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi

DKI Jakarta Nomor : 211 Tahun 2015. Dan telah mendapat penetapan sebagai

Rumah Sakit yang menerapkan Pola Pengelolaan keuangan berdasarkan peraturan

Gubenur Provinsi DKI Jakarta. RSUD Pasar Minggu memiliki luas tanah 25.087

m², luas dasar 4.381 m² dan luas bangunan 43.495,78 m². Bangunan RSUD Pasar

Minggu terdiri dari 1 lantai basement, 3 lantai podium dan 9 lantai tower.

5.1.1 Visi dan Misi RSUD Pasar Minggu

Visi RSUD Pasar Minggu yaitu Memberikan pelayanan kesehatan yang

cepat, tanggap, bermutu dan nyaman secara paripurna.

Misi RSUD Pasar Minggu, yaitu :

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, tanggap, bermutu dan

nyaman secara paripurna.

2. Menerapkan system manajemen yang efektif, efisien, transparan, dan

akuntabel.
43

3. Pengembangan SDM yang profesional dengan peningkatan

kompetensi yang berkesinambungan.

5.1.2. Pelayanan RSUD Pasar Minggu

Layanan yang dimiliki oleh RSUD Pasar Minggu terdiri dari dua macam,

yaitu pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis. Pelayanan medis terdiri

dari 4 layanan, terdiri dari instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, dan

medical check up. Untuk pelayanan rawat jalan, memberikan pelayanan kesehatan

yaitu Poli Anak, Poli Kebidanan, Poli Gigi Umum, Poli Gigi Konservasi, Poli

Gigi Anak, Poli Bedah Mulut, Poli Mata, Poli Kulit & Kelamin, Poli Orthopedi,

Poli Bedah Umum, Poli Anestesi, Poli Penyakit Dalam, Poli Paru, Poli Syaraf,

Poli Jantung, Poli Psikiatri, Poli Gizi, Poli Urologi. Sedangkan pelayanan rawat

inap terbagi menjadi 4 kelas, yaitu kelas VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3.

Pelayanan penunjang medis terdiri dari 7 layanan yaitu instalasi farmasi, instalasi

laboratorium, instalasi rehabilitasi medik & fisioterapi, instalasi gizi, instalasi

radiologi, CSSD, dan loundry.

5.2. Gambaran Ketepatan Identifikasi Pasien

Ketepatan identifikasi pasien merupakan salah satu sasaran keselamatan

pasien dalam akreditasi RS versi 2012. Terdapat lima elemen yang harus dipenuhi

pada sasaran ketepatan identifikasi pasien, yaitu :

1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh

menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

Elemen satu pada sasaran ketepatan identifikasi pasien yaitu

identifikasi pasien menggunakan dua identitas, seperti nama dan tanggal


44

lahir, dan tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

Berdasarkan observasi kepada perawat, tidak ada perawat yang

menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien saat mengidentifikasi

pasien. Namun, sebagian besar perawat hanya mengidentifikasi pasien

dengan satu identitas yaitu nama pasien. Sedangkan sebagian kecil

perawat lainnya mengidentifikasi pasien dengan menggunakan dua

identitas, yaitu nama pasien dan tanggal lahir pasien.

2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.

Elemen kedua dari sasaran ketepatan identifikasi pasien yaitu

identifikasi pasien sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.

Berdasarkan observasi terhadap perawat yang akan memberikan obat

kepada pasien, semua perawat melakukan identifikasi pasien saat

memberikan obat kepada pasien.

3. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain

untuk pemeriksaan klinis.

Elemen ketiga dari sasaran ketepatan identifikasi pasien yaitu

identifikasi pasien sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk

pemeriksaan lain. Observasi yang dapat dilakukan pada elemen ini yaitu

saat perawat akan melakukan pengambilan darah. Sebagian kecil perawat

yang melakukan pengambilan darah, melakukan identifikasi pasien

sebelum mengambil darah, tetapi hanya menanyakan nama pasien, tidak

menanyakan dua identitas pasien seperti ketentuan pada elemen satu.

4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan.


45

Elemen keempat dari sasaran ketepatan identifikasi pasien yaitu

identifikasi pasien sebelum pemberian pengobatan dan

tindakan/prosedur. Untuk elemen keempat ini, tidak ada perawat yang

diobservasi oleh peneliti.

5. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek identifikasi yang konsisten

pada semua situasi dan lokasi.

Elemen kelima pada sasaran ketepatan identifikasi pasien, yaitu

pembuatan dan sosialisasi kebijakan atau SOP tentang pelaksanaan

idnetifikasi pasien. Tim Pokja (kelompok kerja) SKP akreditasi RSUD

Pasar Minggu sudah menyiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan

untuk memenuhi sasaran ketepatan identifikasi pasien, seperti SK

Direktur No. 893 Tahun 2017 tentang Kebijakan Identifikasi Pasien

RSUD Pasar Minggu, Standar Prosedur Operasional (SPO), dan panduan

identifikasi pasien. Terdapat dua SPO yang dibuat oleh tim Pokja SKP

sesuai dengan standar akreditasi RS, yaitu SPO identifikasi pasien dan

SPO pemasangan gelang identitas.

5.2.1. Gambaran Kebijakan Ketepatan Identifikasi Pasien di RSUD Pasar

Minggu

RSUD Pasar Minggu sudah membuat kebijakan terkait Ketepatan

Identifikasi Pasien, yaitu dengan SK Direktur No. 893 Tahun 2017 tentang

Kebijakan Identifikasi Pasien RSUD Pasar Minggu. Hal ini sesuai dengan yang

dikatakan oleh ketua tim keselamatan pasien sebagai berikut :


46

“kebijakannya sih yaa, kita sudah ada SK, dan sudah disahkan juga...”

(KP1)

Kebijakan tentang ketepatan identifikasi pasien mengatur tentang

identifikasi pasien harus menggunakan minimal dua identitas (nama dan tanggal

lahir pasien) dan kapan saja dilakukannya identifikasi pasien. Hal ini sesuai

dengan yang dikatakan oleh sekretaris tim keselamatan pasien yaitu :

“kita kalau kebijakan hanya mengatur masalah identifikasi pake dua


minimal sama kapan melakukan identifikasi, kayak gitu aja sih...” (KP2)

Menurut tim keselamatan pasien, kebijakan tersebut sudah berjalan, tetapi

belum semua terbiasa melakukan ketepatan identifikasi pasien sesuai dengan

peraturan yang ada. Pasien rawat inap sudah menggunakan gelang identitas

dengan minimal tiga identitas, yaitu nama pasien, tanggal lahir, dan nomor rekam

medis. Sedangkan menurut sekretaris tim keselamatan pasien, identifikasi pasien

sudah dilakukan oleh perawat, tetapi terkadang mereka lupa untuk menggunakan

dua identifikator. Pencatatan dan pengawasan juga belum dijalankan oleh tim

keselamatan pasien terhadap pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien untuk lebih

menekankan petugas medis setiap melakukan tindakan harus melakukan

identifikasi pasien. Berikut kutipan wawancara dengan tim keselamatan pasien

mengenai pelaksanaan SK Direktur No. 893 Tahun 2017 :

“Pelaksanaannya sudah berjalan pasien dengan gelang identitas.......yang


minimal ada tiga identitas disana ya, nama, nomer rekam medis sama tanggal
lahir. Nah perawatpun ketika memberikan obat atau mengambil darah memang
sudah kroscek minimal nama sama tanggal lahir. Kalau secara praktek mungkin
sudah jalan, pencatatan yang belum.” (KP1)
“Dilakuin sih sudah dilakuin, cuma memang belum semuanya kebiasaan
kayak gitu.....beberapa masih belum melakukan dua identifikator. Identifikasi
47

mungkin mereka sudah melakukan tampaknya, tapi kadang mereka lupa kalau
harus menggunakan tanggal lahir sama nomor medical record.... yang ditekankan
bukan hanya soal ditulis di gelang, tapi setiap pemberian obat, setiap tindakan,
setiap tranfusi, pokoknya setiap yang kita mau ada asuhan ke pasien, kita harus
identifikasi pasien dulu ke pasien, kayak dokter visit pun harus identifikasi pasien
dulu.”” (KP2)
Perawat merupakan salah satu petugas medis yang akan sering melakukan

identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan/asuhan keperawatan.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap perawat yang ditanyakan mengenai

kebijakan/peraturan ketepatan identifikasi pasien, beberapa perawat mengatakan

bahwa peraturan terkait ketepatan identifikasi hanya berupa SPO saja. Perawat

lainnya mengatakan bahwa peraturan ketepatan identifikasi pasien dilakukan

sesuai dengan ketentuan KARS. Kemudian perawat lainnya lagi mengatakan

bahwa untuk peraturan identifikasi pasien saat pemberian obat harus

menggunakan prinsip 5 benar. Berikut kutipan wawancara dengan perawat :

“Sesuai prosedurnya aja” (PR6)


“SOPnya ada, pemakaian gelang, barcode, kayak yang dicetak, tapi ini gak
semua ada, kadang udah habis, kalo pasien lama gak ada. Kalo dia udah dapet
kamar baru dapet ini (stiker)”(PR2)
“sesuai SOP sih kita kalo peraturannya gitu” (PR7)
“kalo waktu kemaren, peraturan di rumah sakit ini, kan aku pernah
pengalaman di rumah sakit lain pasti udah tau kalo kayak gitu kan udah standar
JCI, kalo disini dari KARS” (PR10)
“ada, biasanya disini pake 5 benar, terutama pas pemberian obat ya. Disini
kita pake prinsip 5 benar, benar pasien, benar obat, benar jam pemberiannya,
benar dosisnya, sama biasanya sih expired apa gak” (PR4)

Sedangkan sebagian kecil perawat mengatakan bahwa tidak ada peraturan

pasti terkait ketepatan identifikasi pasien, dan perawat lainnya mengatakan tidak

tahu tentang peraturan identifikasi pasien, yang ada hanya kesepakatan saat
48

melakukan tindakan ke pasien dengan menanyakan nama dan tanggal lahir pasien.

Berikut kutipan wawancara dengan perawat :

“kebijakannya sih belom ada, tapi intinya sih belom ada kejelasan harus
pasien nyebutin nama apa nama yang dipanggil.” (PR1)
“hmm ee gak ada sih” (PR8)
“sebenernya sih kalo SK begitu saya kurang tau, tapi kita udah kesepakatan
gitu mba, kalo misalkan ngasi obat, nanya nama, tanggal lahir...” (PR3)
Untuk memenuhi standar akreditasi pada sasaran ketepatan identifikasi

pasien, RSUD Pasar Minggu telah membentuk tim Keselamatan Pasien yang

anggotanya melibatkan semua instalasi. Berdasarkan wawancara, terdapat dua tim

yang dibentuk oleh RSUD Pasar Minggu, yaitu tim Pokja SKP (sasaran

keselamatan pasien) dan tim keselamatan pasien, pada dasarnya kedua tim ini

saling berhubungan. Tim Pokja sasaran keselamatan pasien (SKP) merupakan tim

yang berfungsi untuk menyiapkan dokumen-dokumen persiapan akreditasi,

sedangkan tim keselamatan pasien merupakan tim yang melaksanakan peraturan-

peraturan yang sudah ditetapkan oleh Pokja SKP. Berikut kutipan wawancara

dengan tim keselamatan pasien :

“tim keselamatan pasien sudah ada, pokja SKP juga sudah ada. Dua tim ini
beda fungsinya, kan kalau pokja itu untuk persiapkan berkas yaa, panduan, SPO,
terus apa.. kebijakan, sama persiapkan semua lah form-form... memang kita sih
yang mensosialisasikan juga, cuman kan ini kepentingannya untuk akreditasi.
Sementara kalau tim.... yang akan melaksanakan isi dari berkas-berkas yang
sudah dibikin oleh pokja dan itu akan terus, walaupun sudah selesai akreditasi
tim ini akan tetap ada.”(KP1)
Berdasarkan wawancara dengan tim keselamatan pasien, semua instalasi

yang berhubungan dengan pasien dilibatkan menjadi tim keselamatan pasien. Hal

ini dilakukan agar semua intalasi melakukan identifikasi pasien sebelum


49

melakukan tindakan/asuhan. Terutama instalasi rawat inap, setiap kepala ruangan

menjadi tim keselamatan pasien, agar memudahkan dalam sosialisasi,

pelaksanaan, dan pengawasan terhadap ketepatan identifikasi pasien Berikut

kutipan wawancara dengan tim keselamatan pasien :

“tim pasien safety ya dibentuk kita melibatkan semua ya, kayak tadi saya
bilang semua pemberi asuhan harus melakukan identifikasi, jadi tim pasien safety
yang terbaru itu hampir semua instalasi kita masukin, jadi mulai dari gizi,
radiologi, jadi semua yang ada sentuhan dengan pasien, yang memberikan
asuhan mau di poli atau di rawat inap. Ya kalau tim kita kan sudah melibatkan
semua, jadi tujuannya semua dilibatkan jadi semua menjalani apa yang ada
disitu, karena kan mereka termasuk timnya. Terutama kita di rawat inap
ya....”(KP2)

“iyah, kalau dari tim sih kita dari, biasanya sih kita ngambilnya dari kepala
ruangannya ya, jadi agar untuk sosialisasi ke ruangan lebih gampang, karena
kan mereka yang punya power ya diruangan, jadi untuk sosialisasi dan untuk
pelaksanaan itu lebih terawasi, lebih cepat, dan untuk pengawasan pun lebih
jalan.”(KP1)

Panduan tatalaksana ketepatan identifikasi pasien juga sudah dibuat oleh tim

keselamatan pasien. Panduan ini dibuat untuk tatalaksana ketepatan identifikasi

pasien secara rinci yang sudah disesuaikan dengan RSUD Pasar Minggu, panduan

tersebut diperlukan karena SK Direktur tentang identifikasi pasien di RSUD Pasar

Minggu tidak membahas secara rinci tatalaksana ketepatan identifikasi pasien. Hal

tersebut sesuai dengan yang diutarakan oleh tim keselamatan pasien sebagai

berikut :

“pedoman kita sudah ada juga, yang membuat tim pokja SKP” (KP1)
“...kalau panduan, dari panduan keselamatan pasien juga ada, kapan yang
wajib-wajibnya sama kita sesuaikan dengan yang ada di rumah sakit. jadi gak
selamanya kita sesuai dengan yang ada disitu..... Kalau kebijakankan hanya
memberitahukan kapan identifikasi pasien sama pake apa. Nah kalau disitu,
mulai semuanya, mulai di rawat jalan gimana, terus rawat jalan yang perlu pake
gelang identitas yang mana, di panduan begitu, lebih detail sih”(KP2)
50

Dengan adanya kebijakan/peraturan yang dibuat tentang ketepatan

identifikasi pasien, ada perubahan yang signifikan terhadap pelaksanaan

identifikasi pasien. Petugas yang berhubungan dengan pasien harus melakukan

identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan/asuhan sesuai dengan peraturan

yang ada. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh tim akreditasi bahwa ada

perubahan yang signifikan, dimana bukan hanya pasien rawat inap yang harus

memakai gelang identitas, pasien hemodialisa (HD) dan IGD juga harus memakai

gelang. Berikut kutipan wawancara dengan tim keselamatan pasien :

“signifikan yaa, kalau misalnya menurut saya sih... kalau gak ada
akreditasi gitu ya, perawat, semua tenaga medis belum tentu akan merasa
terpaksa karena tuh pasti mereka ngerasa kayak terpaksa ngelakuin hal ini,
karena kalau mereka tidak melakukan ini akan terbentur dengan akreditasi. Kan
ada monitoring kita, dia gak ngelakuin jadi di monitoring akan terpantau.
Makanya jadinya setelah akreditasi ini mereka lumayan, jadi lumayan patuh yaa.
Ya kayak yang di IGD sih, tapi karena akre kita bikin kebijakan......bahkan HD
aja awalnya kita mikir gak perlu pake gak papa, tapi HD aja yang rawat jalan
rutin harus pake gitu. Nah, sejak itu, karena adanya akreditasi mereka jadi pake
sekarang.”(KP2)

Sedangkan menurut kepala ruangan, bahwa tidak ada perubahan apa-apa

karena identifikasi pasien sudah dari dulu melakukan prosedur seperti itu.

Menurutnya, dengan adanya dokumen-dokumen hanya lebih menekankan petugas

medis dalam melakukan identifikasi pasien saat akan melakukan tindakan. Berikut

kutipan wawancara dengan kepala ruangan :

“enggak ada, eeh karna udah kita ini kan..udah kita laksanakan dari awal
dulu, sudah seperti itu. Intinya ya perubahannya lebih ke arah penekanan lagi aja
ya. Tapi intinya sudah dilaksanakan sebelum susim kemaren, juga udah kami
lakukan.”(KP3)

Pencatatan dan pelaporan terhadap ketepatan identifikasi pasien belum

dilakukan untuk mengawasi perawat dalam menjalankan identifikasi pasien,


51

Berdasarkan wawancara dengan tim keselamatan pasien mengatakan bahwa

belum ada dilakukan pencatatan dan pelaporan terhadap ketepatan identifikasi

pasien. Formulir pencatatan dan pelaporan masih akan dibuat oleh tim

keselamatan pasien, yang akan disebarkan kepada kepala ruangan untuk

melakukan pengawasan kepada perawat-perawat saat akan melakukan tindakan

kepada pasien. Berikut kutipan wawancara dengan tim keselamatan pasien :

“baru mau jalan sih ya, tapi kemaren sempet ada beberpa tapi memang
belum semua yaa, belum jalan semuanya. Sekarang sih baru mau dimulai
ditekankan bener-bener monitoring.....udah sih, ini lagi dibikin (form monev).
Makanya semua karu masuk ke tim ya, jadi lebih gampang untuk koordinasinya,
karena mereka juga tim pasien safety nanti rencanya semua lembar monitoring
ini akan kita kasi ke karu-nya, nanti mereka yang monitoring baru diserahin ke
kita”(KP2)
“ya masih belum (sistem pelaporan).......iya kepala ruangan, jadi kita akan
sebarkan ada lembar monitoring evaluasi, nah itu kan yang bertanggung jawab
kepala ruangan. Mereka yang mengobservasi.”(KP1).

5.2.2. Gambaran Standar Prosedur Operasional (SPO) Ketepatan

Identifikasi Pasien di RSUD Pasar Minggu

Standar Prosedur Operasional (SPO) merupakan salah satu dokumen yang

juga dibutuhkan untuk memenuhi elemen kelima dari sasaran ketepatan

identifikasi pasien. Tim keselamatan RSUD Pasar Minggu juga sudah membuat

SPO tentang Identifikasi Pasien, terdapat dua SPO yang dibuat untuk sasaran

ketepatan identifikasi pasien, yaitu SPO identifikasi pasien dan SPO pemasangan

gelang identitas. Namun, ada beberapa hal yang kurang dari isi SPO yang telah

dibuat dengan elemen ketepatan identifikasi pasien dalam akreditasi RS versi

2012. Untuk itu akan ada penambahan pada SPO identifikasi pasien sesuai dengan
52

elemen-elemen ketepatan identifikasi pasien. Hal ini sesuai dengan yang

diutarakan oleh tim keselamatan pasien sebagai berikut :

“SPO kita juga sudah punya, pokja SKP yang membuat” (KP1)

“....nah kemaren pas survey simulasi masih ada beberapa SPO yang kita
kurang sih. Sebenernya sih hanya kurang kata-katanya aja sih, ....Nah saya
kurang nambahin, tapi prosedurnya sih kurang lebih sama, tetep harus
identifikasi. Jadi nanti rencananya mau kita tambahin yang kurangnya sesuai
dengan elemen akreditasi, karena semua elemen akreditasi harus dimasukkan di
SPO itu” (KP2)
Secara keseluruhan, SPO identifikasi pasien yang dibuat oleh tim

keselamatan sudah sesuai dengan standar akreditasi versi 2012. Pada praktiknya

di ruang rawat inap pada saat perawat memberikan obat kepada pasien, perawat

harus melakukan double check terhadap obat-obatan yang akan diberikan kepada

pasien. Kemudian setiap selesai diberikan obat, pasien atau pendamping pasien

juga harus menandatangani catatan pemberian obat yang dibawa perawat ketika

pemberian obat, ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat.

Hal ini sesuai dengan isi dari SOP identifikasi pasien bahwa perawat harus

memastikan obat yang akan diberikan sebelum ke pasien. Hal tersebut sesuai

dengan yang diutarakan oleh kepala ruangan, sebagai berikut :

“prosedurnya kalau kita menyiapkan obat ya, menyiapkan obat itu kita
eeh..terapkan double cek. Nanti di double cek nya itu 2 perawat, lebih-lebih ke
high alert. Obat-obat yang high alert itu kita double cek. Jadi dua orang yang
ngecek.... Terus nanti setelah pemberian obat, eeh tanda tangan keluarga atau
pasien di formnya”(KP3)

SPO identifikasi pasien belum disosialisasikan kepada perawat secara resmi

oleh tim keselamatan pasien. Namun menurut ketua tim keselamatan pasien, SPO

ini telah dijelaskan kepada kepala ruangan yang juga sebagai tim keselamatan

pasien, yang nantinya akan menjelaskan kepada perawat di ruangan agar


53

menerapkan identifikasi pasien sesuai dengan SPO yang ada. Berikut kutipan

wawancara mengenai sosialisasi SPO ketepatan identifikasi pasien :.

“Sosialisasikan SPO secara menyeluruh tu belum ya, tapi biasanya, kan


karena rata-rata tim pasien safety sama tim pokja kan kepala ruangan jadi kan
mereka sudah tau sendiri, jadi mereka yang mensosialisasi kan sendiri ke perawat
ruangan mereka, karena rata-rata kan kepala ruangan. Jadi sosialisasi SPO
secara legal belum, masih dari kepala ruangan”(KP1)

Sosialisasi terhadap peraturan, terutama prosedur perlu dilakukan kepada

perawat agar perawat mengetahui prosedur identifikasi pasien sesuai dengan

peraturan yang ada. Berdasarkan wawancara, sebagian kecil perawat mengatakan

bahwa belum pernah mendapat sosialisasi tentang ketepatan identifikasi pasien.

Berikut kutipan wawancara kepada beberapa perawat :

“Hmm kalo saya sih, disini ngga pernah denger. Cuma dari rumah sakit
sebelumnya memang selalu begitu”(PR6)
“enggak pernah ada yang begitu”(PR8)
“hmm kalo pas aku masuk, kayaknya belum, tapi kan sebelumnya mungkin
udah ya. Tapi sekarang SOP ada yang baru, eh yang baru kayaknya kan mau
akreditasi ya, kayaknya gak ada perubahan ya masalah identifikasi”(PR2)
“gak sih, kalo kayak gitu kan istilah nya udah ada ini, istilahnya setiap
rumah sakit sih beda-beda tapi pas kita kuliah gitu udah ada....”(PR3)
Sedangkan sebagian besar perawat lainnya mengatakan pernah mendapat

sosialisasi terkait ketepatan identifkasi pasien. Ada perawat yang mengatakan

mengetahui hal tersebut dari grup chating, ada juga yang mengetahui SPO pada

saat orientasi pertama kali bekerja, dan yang lainnya mendapat penjelasan

langsung dari kepala ruangan. Berikut kutipan wawancara kepada beberapa

perawat :
54

“....kalo sosialisasi untuk identifikasi pasien paling kayak via WA gitu sih”
(PR1)

“pak F (kepala ruangan) kan di share di grup (chating)”(PR10)

“ehm pernah, ya itu kita identifikasi namanya, nomor rekam medisnya


apalagi kalo misalnya di satu kamar ada nama yang sama kita harus benar-benar
sih, sebenernya ya pas awal masuk kerjaan tuh ada orientasi” (PR4)

“udah, kita kan melakukan akreditasi jadikan yang ipsd itu yang lima itu
udah harus, apalagi identifikasi kan termasuk dari kepala ruangan”(PR7)

“ee.. awalnya sih disosialisasikan tapi harus baca SOP dulu setiap masuk
perawat masuk, pas orientasi sih ada juga”(PR9)

“Hmm kalo dari awal masuk belum, paling sosialisasi aja sama kepala
ruangan”(PR5)

5.2.3. Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Ketepatan Identifikasi Pasien

Pengetahuan perawat terhadap prosedur identifikasi pasien harus sesuai

dengan SPO yang sudah dibuat oleh tim Pokja SKP. Berdasarkan SPO identifikasi

pasien, perawat harus melakukan identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan

dengan membandingkan dengan gelang identitas pasien.

Berdasarkan wawancara kepada perawat, beberapa perawat kurang tepat

dalam menjelaskan SPO identifikasi pasien yang telah dibuat. Ada perawat yang

mengatakan bahwa prosedur ketepatan identifikasi pasien yang mereka tahu yaitu

identifikasi pasien dilakukan setiap akan melakukan tindakan, serta menanyakan

nama pasien dan tanggal lahir. Perawat lainnya hanya mengatakan harus

melakukan identifikasi pasien sebelum tindakan. Ada juga yang mengatakan

bahwa harus melakukan prinsip lima benar, namun hal tersebut hanya untuk

pemberian obat kepada pasien. Berikut kutipan wawancara dengan beberapa

perawat rawat inap :


55

“ada sih SOP nya, tapi rumah sakit itu masing-masing penerapannya, ada 5
benar, ada 10 benar, ada 7 benar, sebenernya ada 10 tapi kan yang itu kan
terlalu rumit ya , 5 itu udah cukup kok, ada di SOP kita ada”(PR4)
“Kayak manggil nama pasien, tanggal lahir, kalo medical record
kebetulankan pasiennya gak hapal. Jadi biasanya nama pasien sama tanggal
lahir”(PR5)
“ sopnya dilakuin saat kapan aja, kayak pasien baru dari IGD......jadi kan
karena kita rawat inap, yang pertama sih pada saat keluar dari igd, ya itu
sebelum melakukan tindakan, ngambil darah, kasi obat”(PR8)
“setiap tindakan, pemberian obat, terus observasi tanda-tanda vital kita
identifikasi juga, apalagi yaa pemberian obat, pengambilan darah, terapi
medikasi semua kita identifikasi itu sih”(PR2)
“jadi kan karena kita rawat inap, yang pertama sih pada saat keluar dari
igd, ya itu sebelum melakukan tindakan, ngambil darah, kasi obat”(PR7)
Sebagian perawat lainnya menjelaskan SPO sesuai dengan yang telah dibuat

oleh tim pokja SKP. Mereka mengatakan bahwa dalam mengidentifikasi pasien

sebelum melakukan tindakan harus melihat gelang pasien juga, terutama untuk

melihat nomor rekam medis karena nomor rekam medis jarang dihapal oleh

pasien. Hal tersebut diutarakan oleh perawat sebagai berikut :

“nanya nama, kita tanya, konfirmasi, sebenernya sih ada sama medical
record, cuman kan, eee sama gelang, kalo liat medical record liat gelangnya.
Kadangkan medred pasien suka gak hapal, kita suka liat di gelang
pasien”(PR10)
“isinya.. yang ditanya nama pasien, sesuaiin sama gelangnya terus tanggal
lahir, biasanya. Tapi sih maksimal 2, ada 2, nama sama rm”(PR9)
“Kalo disini sih kayak biasa, biasanya kalo identifikasi pasien kalo mau
kasih obat, mau transfusi juga sama, mau nganter dokter buat visit juga sama.
Sama sih pake nanya namanya siapa, karena kalo kita cuma sebutin namanya
siapa, misalnya “Sri”, dan ‘Sri’nya banyak, kadang pasien suka bilang iya-iya
aja pasiennya, pasien cenderung ngejawab. Sama, tanggal lahir kadang-kadang
pasien juga lupa tanggal lahirnya. Kan kita suruh pake gelang”(PR6)
Sedangkan sebagian kecil perawat lainnya tidak tepat dalam menjelaskan

SPO identifikasi pasien. Satu perawat mengatakan bahwa yang penting dalam
56

mengidentifikasi pasien hanya menanyakan nama pasien. Sedangkan satu perawat

lainnya mengatakan bahwa harus melakukan prinsip enam benar, namun SPO

yang dibuat oleh tim keselamatan pasien menyatakan prinsip lima benar, bukan

prinsip enam benar. Berikut kutipan wawancara dengan perawat :

“...tapi enaknya aja kayak gimana. Yang penting namanya sesuai gitu,
terserah mau dipanggil atau pasiennya nyebutin nama, enaknya kita aja...”(PR1)
“SOP sih ada, isinya tuh kalo yang aku tahu sih masih yang enam benar,
Cuma katanya yang terakhir itu disini mau nerapin yang 10 benar”(PR3)
Berdasarkan panduan identifikasi pasien RSUD Pasar Minggu bahwa pada

saat melakukan identifikasi pasien, perawat harus melakukan verifikasi dengan

menanyakan nama dan tanggal lahir pasien, kemudian bandingkan dengan gelang

identitas yang digunakan pasien. Perawat juga harus menanyakan identitas pasien

dengan pertanyaan terbuka, contohnya: “siapa nama bapak/ibu?, dan tidak boleh

menggunakan pertanyaan tertutup seperti “Apakah nama anda Sri?”.

Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa perawat tentang bagaimana

mereka melakukan identifikasi pasien, sebagian besar mengetahui bahwa setiap

kali melakukan tindakan/asuhan harus mengidentifikasi terlebih dahulu. Sebagian

besar perawat yang diwawancara juga mengatakan bahwa mereka biasanya

melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan nama dan tanggal lahir pasien,

ada juga mengatakan bahwa nomor rekam medis juga harus diperiksa. Hal ini

sesuai dengan elemen satu pada sasaran ketepatan identifikasi pasien dan panduan

identifikasi pasien bahwa harus menggunakan dua identitas pasien saat melakukan

identifikasi pasien. Berikut kutipan wawancara dengan beberapa perawat

mengenai pengetahuan mereka terhadap ketepatan identifikasi pasien :


57

“ya tergantung, kalo misalkan kita mau tindakan ya kita nanya pasiennya
namanya, tanggal lahirnya, kalo misalkan tindakannya mau dilakuin ya
tujuannya apa, misalkan ada efek samping ya jelasin efek sampingnya”(PR3)
“Biasa nanya nama, tanggal lahir. Tanggal lahir sih tergantung pasiennya,
kalo pasiennya kooperatif sih tanggal lahir, atau keluarganya juga bisa ngejawab
bisa tanya keluarganya langsung, sama kan pada saat kita ngasih obat atau
ngelakuin tindakan minta tanda tangan keluarganya untuk dicocokin nama sama
tanggal lahirnya”(PR6)
“biasanya nanya nama sama tanggal lahir, karena kalo nomor rm dia kan
gak hapal”(PR7)
“ya itu tindakan aja, kalo mau bagi obat, mau ada tindakan, tindakan lah
pokoknya, terus nanya tiga, nama, tanggal lahir, sama medical record”(PR10)
“selalu nanya, pokoknya mastiin namanya siapa. Map ini sih daftar obat,
bukan rekam medis, kalo rekam medis ada disini (komputer), kalo ini sih data-
data obatnya , jadi pasiennya harus tau daftar obat-obatannya apa aja, jadi ada
tanda tangan nama perawatnya yang ngasi, jadi kalo gak dikasi juga ketauan gak
dicontreng ama perawatnya kayak gitu.”(PR1)
“manggil nama, kadang kalo, ehm sebenernya harusnya kita kan ngasi
pertanyaan terbuka”(PR4)
“biasanya nanya nama pasien, umur pasien, kayak gitu”(PR8)
“setiap mau melakukan tindakan, terus mau ngasih obat, terus baru masuk
pasien ke ruangan. Biasanya nanya nama, tanggal lahir, rm nya yang harus ada
di gelang, sejauh ini sih gak sesuai kayaknya”(PR9)

Ada juga perawat yang mengatakan bahwa identifikasi pasien dilakukan

sebelum melakukan tindakan dengan menanyakan nama pasien. Perawat tersebut

terkadang tidak menanyakan tanggal lahir pasien, terutama pada pasien lanjut usia

(lansia) karena biasanya pasien atau keluarga tidak mengingat tanggal lahir

pasien. Namun perawat tersebut juga mengatakan harus menanyakan nama pasien

dengan dua nama panjangnya, hal ini sesuai dengan sasaran ketepatan pasien yang

dibuat oleh KARS. Berikut kutipan wawancara dengan perawat :

“Identifikasi pasien itu biasanya setiap mau ada tindakan kita identifikasi
pasien sih, tapi biasanya terkadang juga kita cuma identifikasi pasien nama
pasiennya aja, kalo tanggal lahir terkadang pasiennya juga suka lupa, sama
58

keluarganya. Apalagi yang sudah lansia itu biasanya kita identifikasinya cuma
minta nama pasiennya saja. Nama pasien kan ada dua huruf, eh maksudnya dua
nama ya biasanya, sama nama panjangnya.”(PR5)

Kemudian perawat lainnya mengatakan harus mencocokkan dengan gelang

identitas, tetapi biasanya tulisan tangan di gelang identitas tidak begitu jelas jadi

menyulitkan untuk dibaca. Berikut kutipan wawancara dengan perawat tersebut :

“kadang gelang, gelang itu dari UGD, UGD itu, pas di UGD itu gak ini
kan (stiker), jadinya tulis tangan, kadang gak kebaca. Jadi nama dipanggil,
pasien nyebutin namanya siapa, sama apa enggak, nanti kalau misalnya di
gelangnya ada nomor rekam medisnya, tapi kebanyakan eeh karena tulis tangan
jadi gak enak bacanya”(PR2)

Tim pokja SKP memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan kebijakan

maupun SPO yang telah dibuat. Menurut tim akreditasi mereka juga sudah

melakukan workshop tentang penerapan enam sasaran keselamatan pasien,

dimana setiap instalasi diminta perwakilannya untuk mengikuti workshop

tersebut, untuk itu tim keselamatan pasien mengharapkan agar dapat disampaikan

kepada setiap petugas di masing-masing instalasi, termasuk rawat inap. Untuk

rawat inap, kepala ruangan bertaggung jawab menjelaskan kepada perawat.

Berikut kutipan wawancara dengan tim keselamatan pasien :

“Jadi beberapa minggu yang lalu juga sih, sebelum survey simulasi, akhir
september kita sempat ada workshop keselamatan pasien dan itu semua instalasi
itu ada perwakilannya. Jadi mereka juga udah tau gitu tentang keselamatan
pasien, tentang identifikasi. Nah kenapa kita ke karu, karena karu ini yang
bertanggungjawab untuk sosialisasi ke yang ada di ruangan”(KP2)
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa untuk menjelaskan SPO

kepada perawat yaitu melalui kepala ruangan. Menurut kepala ruangan bahwa

menjelaskan sistem di rumah sakit, termasuk ketepatan identifikasi pasien kepada


59

perawat dilakukan pada saat orientasi dilaksanakan dan hari H penempatan

perawat tersebut. Berikut kutipan wawancara dengan kepala ruangan :

“ee...semua eeh di awal rekrut, hari pertama sampe hari ketiga itu kan ada
orientasi, orientasi itu meliputi tentang sistem yang ada disini,... iya, terus juga
pas hari H penempatan disini kami juga orientasi di ruangan, seputar ruangan,
seputar sistem, seputar eeh ya kebiasannya disini. Termasuk kalo yang obat tu,
yang double cek itu kita sosialisasiin ulang”(KP3)

Berdasarkan wawancara, cara yang dilakukan tim keselamatan pasien untuk

mengetahui bahwa perawat sudah mengetahui prosedur identifikasi pasien, yaitu

dari kepala ruangan, dan juga dari laporan kesalahan identifikasi pasien saat

petugas melakukan tindakan kepada pasien. Sedangkan, kepala ruangan

melakukan juga supervisi untuk melihat serta mengawasi perawat-perawat dalam

melakukan tindakan kepada pasien. berikut kutipan wawancara dengan tim

keselamatan pasien :

“caranya tau ya, yaa, sebenernya ya awalnya ada identifikasi, kayak gini
ini supaya tidak ada salah identifikasi ya, jadi ketika kita udah kayak gini akan
minimal nih orang yang salah pemberian obat, salah tranfusi jadi dengan kayak
gini pasti kejadian kayak gitu menurun”(KP2)
“saya melakukan, apa ya istilahnya itu, eeh pokoknya kan saya cek sambil
saya liat. Kan saya perhatikan cara mereka pas penyiapan obat, saya amati, saya
supervisi. Setiap tindakan yang mereka lakukan saya supervisi, walaupun
supervisinya tanpa mereka sadari. Saya ikutin, saya perhatikan”(KP3)

5.2.4. Gambaran Kemampuan Perawat dalam Ketepatan Identifikasi Pasien

Kemampuan perawat dalam mengidentifikasi pasien harus sesuai dengan

SPO identifikasi pasien yang telah dibuat. Berdasarkan SPO identifikasi pasien

bahwa perawat harus selalu melakukan identifikasi pada saat melakukan


60

pemberian obat, darah, atau produk darah, pengambilan darah dan spesimen lain

untuk pemeriksaan.

Berdasarkan observasi kepada sepuluh perawat saat melakukan

asuhan/tindakan kepada pasien, sebagian kecil perawat yang diobservasi sudah

sesuai dengan prosedur identifikasi pasien, yaitu mengidentifikasi pasien dengan

membandingkan identitas pada gelang identitas. Sedangkan sebagian besar

perawat tidak melakukan semua prosedur dengan benar.

Tahapan prosedur identifikasi pasien yang biasa tidak dilakukan oleh

perawat yaitu memeriksa dan membandingkan data pada gelang pengenal dengan

rekam medis. Sebagian besar perawat melakukan identifikasi pasien hanya dengan

menanyakan nama pasien, tanpa membandingkan dengan gelang identitas. Saat

mengidentifikasi pasien juga terkadang perawat menanyakan nama pasien dengan

pertanyaan tertutup. Kemudian juga perawat terkadang tidak selalu menanyakan

nama pasien karena merasa sudah mengenal pasien, dan juga agar pasien tidak

merasa bosan ditanya terus-menerus. Berikut kutipan wawancara dengan beberapa

perawat :

“....kayak nanya namanya siapa, tapi kalo setiap hari kita sama kayak gitu,
pasiennya ngerasa susternya gak kenal-kenal nih ma kita, aku jarang-jarang sih
ya, paling 3 sampe 5 kali ketemu masih aku tanya tapi kalo udah 5 kali lebih udah
langsung ke pasiennya. Buat apa sih, bangun kepercayaan juga lah buat pasien.
Karena kalo sering ditanya siapa namanya, pasiennya ngomong susternya gak
hapal-hapal nih”(PR4)
“Yang penting namanya sesuai gitu, terserah mau dipanggil atau pasiennya
nyebutin nama, enaknya kita aja, takutnya ada yang ke pasiennya, “suster saya
udah lama disini tapi gak kenal-kenal.” (PR1)
Khusus untuk prosedur pemberian obat, berdasarkan SPO identifikasi

pasien, setelah melakukan verifikasi data pasien, prosedur selanjutnya yaitu


61

perawat harus menerapkan 5 prinsip benar (benar obat, benar dosis, benar cara

pemberian, benar waktu, dan benar pasien). Berdasarkan observasi kepada

sepuluh perawat, semua perawat selalu melakukan prinsip 5 benar, dengan

melakukan double check saat sebelum ke ruangan, kemudian saat di ruangan akan

dilakukan pengecekan kembali sebelum obat diberikan, setelah itu

pasien/pendamping pasien harus menandatangani map yang berisi catatan obat

pasien.

Tim keselamatan pasien harus memastikan bahwa perawat selalu melakukan

identifikasi pasien sebelum tindakan. Berdasarkan wawancara dengan tim

keselamatan pasien bahwa untuk mengetahui kemampuan perawat dalam

menjalankan prosedur yaitu dari kepala ruangan yang melakukan observasi

terhadap perawat-perawat di ruangan rawat inap. Kemudian tim keselamatan

pasien juga mengatakan bahwa seharusnya dilakukan kegiatan pengamatan

terhadap perawat sesuai dengan workshop yang telah diikuti, namun hingga saat

ini tim keselamatan pasien belum pernah memantau langsung sasaran keselamatan

pasien. Jadi untuk saat ini hanya memantau perawat melalui kepala ruangan saja.

Berikut kutipan wawancara dengan tim keselamatan pasien :

“kepala ruangannya, iya mereka punya lembar monitoring gitu, jadi


mereka pilih dari ruangan itu berapa orang , mereka ngambil sampel gitu”(KP1)
“seharusnya sih ada ya, namanya ronde, kalau dari hasil workshop
kemaren ya ada ronde manajemen dimana nanti itu dilibatkan semua komite mutu
dan keselamatan pasien, harusnya ada disitu, jadi kita ke pasien-pasien di ranap,
tapi memang belum dilakuin disini. Jadi balik lagi, kita serahin ke karunya deh,
...mereka yang ngeliatin bener-bener apakah si perawat ini ngelakuinnya sesuai
gak. Tapi memang kita belum pernah ngeliat ke lapangan secara langsung
ya.”(KP2)
“intinya di karu, saya pagi kan saya cek, saya tidak mungkin mengikuti
semua yang melakukan tindakan ya kan. Tapi khusus yang obat saya bisa cek di
62

eee di map kuning itu, termasuk ada tidak tanda tangan keluarga atau
pasien”(KP3)

Berdasarkan wawancara dengan pasien rawat inap kelas III, sebagian besar

pasien mengatakan bahwa saat perawat akan melakukan tindakan/asuhan hanya

menanyakan nama pasien, dan tidak mencocokkannya dengan gelang identitas

pasien. Berikut kutipan wawancara dengan pasien :

“ya Cuma panggil aja gitu. Gak juga sih, kan udah ada datanya, kadang ya
nanya, manggil doang gitu udah ngenalin”(P1)

“gak sih, mereka kan udah punya apa itu namanya eeh punya datanya gitu,
jadi pas awal juga mereka gak nanya...iya gak pernah liat gelang identitas,
langsung aja” (P2)

“enggak pernah, ditanyain namanya aja, jadi setiap mau ngasi obat atau
periksa-periksa, ditanyain namanya siapa” (P3)

“iya biasanya suka nanya nama aja, kadang-kadang ngecek, kadang gak
susternya udah hapal. Biasa sih udah hapal sih”(P4)

“gak, Cuma nanya kamu namanya siapa, ini (gelang identitas) gak
dicek”(P5)

“enggak, mereka langsung tanya aja gitu , ibunya namanya siapa gitu”(P6)

“kalo itu gak, cuma nanya ibu siapa gitu”(P7)

“ya orang baru semalem dipakein, ya kite gini kok orang-orang dipakein
kite kagak. Jadi ya Cuma nanya nama aja”(P9)
Sedangkan sebagian kecil pasien lainnya mengatakan bahwa perawat

melihat gelang identitas saat akan memberikan obat, namun satu diantaranya

hanya dilihat pada saat awal dirawat saja, seterusnya tidak dilihat lagi oleh

perawat. Berikut kutipan wawancara dengan pasien :

“gak, cuma nanya aja, ibu siapa, maryana gitu.....jarang, pas awal sekali
pernah, namanya siapa, gitu kan nanya, Maryana, coba liat, oh iya cocok
gitu”(P10)
63

“Diliat sih, diliat ama perawat, terus nanya namanya siapa sama
perawatnya”(P8)

5.2.5. Gambaran Edukasi Pasien Tentang Ketepatan Identifikasi Pasien

Edukasi pasien tentang identifikasi pasien merupakan bagian dari ketepatan

identifikasi pasien. Berdasarkan SPO pemasangan gelang identitas bahwa selain

memakaikan gelang identitas, petugas admisi juga memiliki tugas untuk

menjelaskan gelang identitas. Pasien harus memahami tujuan dari identifikasi

pasien sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit agar

memudahkan dalam mengenali pasien yaitu dengan menggunakan gelang

identitas. Untuk itu, berdasarkan prosedur pemakaian gelang, pasien/keluarga

pasien harus diberikan penjelasan terkait kegunaan dipakaikan gelang identitas.

Berdasarkan wawancara dengan pasien, hanya sebagian kecil pasien yang

mengatakan bahwa petugas menjelaskan fungsi gelang tersebut sebagai tanda

pengenal pasien. Berikut kutipan wawancara dengan pasien:

“iya, katanya biar mudah gitu, mudah nyarinya, untuk pengenal juga kan
pasien banyak gitu”(P4)

Sedangkan sebagian besar pasien/keluarga pasien lainnya mengatakan

bahwa perawat tidak pernah menjelaskan tujuan dari gelang identitas yang dipakai

oleh pasien. Mereka mengatakan bahwa gelang hanya dipakaikan saja oleh

perawat. berikut kutipan wawancara dengan pasien/keluarga pasien :

“mereka gak jelasin sih, cuma saya udah tau guna ya untuk eeh tau
identitas”(P2)

“gak ada, saya pikir gelang ini cuma buat tanda pasien disini”(P3)

“engga dijelasin, langsung dipakein aja”(P6)


64

“enggak dijelasin, cuma bilang pake gelang aja, dokternya nyuruh pakein
gelang”(P7)

“enggak cuma dipakein aja”(P5)

“engga dijelasin, langsung dipakein aja”(P6)

“hah, gak ada tuh”(P10)

Pemakaian gelang identitas dilakukan oleh perawat IGD. Petugas admisi

tidak melakukan pemakaian gelang identitas dan mengedukasi pasien tentang

kegunaan gelang identitas. Hal tersebut karena yang biasanya melakukan

pendaftaran untuk dirawat inap adalah keluarga pasien. Oleh karena itu,

pemakaian gelang identitas dipakaikan pada saat pasien berada di IGD, bahkan

ada pasien yang tidak sadar saat dipakaikan gelang identitas. Berdasarkan

wawancara, sebagian besar pasien/keluarga pasien mengatakan bahwa yang

memakaikan gelang identitas adalah perawat IGD. Berikut kutipan wawancara

dengan pasien :

“oh ini di UGD, perawatnya, saya gak tau udah dipakein aja”(P1)

“udah dari suster di IGD, yang nulis juga susternya”(P2)

“udah dari IGD ini, perawatnya”(P3)

“di bawah, di IGD, susternya kayaknya, tau-tau udah pake”(P4)

“susternya, saya gak ngeh disini”(P9)

“susternya, pas masuk IGD”(P8)


Untuk gelang identitas pasien, berdasarkan observasi terhadap gelang

identitas pasien terhadap pasien, hanya ada satu gelang identitas yang lengkap

dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, dan nomor rekam medis, selebihnya

hanya ada nama dan nomor rekam medis pasien. Identitas yang ada pada gelang
65

identitas ditulis manual oleh perawat yang terkadang tidak terbaca jelas.

Berdasarkan wawancara, identitas pada gelang identitas akan dibuat menjadi

stiker agar identitas terbaca dengan jelas oleh petugas medis. Hal ini karena jika

ditulis secara manual, memiliki risiko kesalahan lebih besar dalam menuliskan

identitas pasien. Berikut kutipan wawancara dengan tim keselamatan pasien :

“nah sebenernya kita udah minta untuk print ya, gak tulis tangan. Jadi kan
disini udah IT, jadi udah ada nih nama dan sebagainya, jadi dulu sempet kayak
gitu, udah ada stikernya, tapi stikernya itu abis atau gimana. Karena beberapa
yang gak sengaja saya liat sih, dulu mereka nulis nomor kamar, padahal itu gak
boleh, itu yang ngisi admission biasanya, mereka gak ngerti harus ngisi apa,
misalkan disitu ada DOB, mereka gak tau itu apa. Makanya kita mencegah untuk
itu, kita minta stiker aja. Harusnya perawat sih yang nulis, tapi gak semuanya
admission, belum tentu admission belum tentu perawat, tergantung aja yang jaga
siapa, kalau di admissionnya yang jaga siapa bisa jadi ditulis, bisa enggak.”
(KP2)
Pemakaian gelang dilakukan oleh perawat juga diutarakan oleh tim

keselamatan pasien. Berdasarkan wawancara dengan tim keselamatan pasien

mengatakan bahwa memakaikan dan menjelaskan fungsi gelang identitas yaitu

perawat, terutama perawat di IGD, bukan petugas admisi. Namun menurut kepala

ruangan, perawat di rawat inap juga memiliki tanggung jawab menjelaskan gelang

identitas. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan tim keselamatan pasien sebagai

berikut :

“ada kita di SOP pemasangan gelang identitas”(KP1)


“Yang menjelaskan perawat, jadi gelang dikasi dari admission, pada saat
pasien daftar di IGD maupun rawat inap ya... nanti admission ngasi di dalam
berkasnya itu, nanti perawat yang akan memasangkan...... bukan, karena kan kita
takutnya admission juga tidak mengerti ya. Karena yang ke admission juga belum
tentu pasien, jadi nanti perawat yang akan memasangkan dan perawat yang akan
mengedukasi, fungsinya ini apa jadi nanti jangan bosen-bosen nanti tiap apa
pasti akan ditanyain terus-menerus. Karena kan nanti ada beberapa pasien yang
risih ya kita tanyain terus”(KP2)
66

“gelang identitas ketika pasien masuk melalui UGD....tetep ada kewajiban,


kita jelasin ulang. Identitas pasien yang terutama, kasi tau itu fungsinya apa,
pada saat pasien kesini. Pasien dateng kita lakukan edukasi, salah satunya itu
tentang gelang pasien, tentang hand hygiene juga, terus orientasi ke ruangan oleh
perawat.”(KP3)
Berdasarkan wawancara dengan perawat rawat inap, sebagian kecil perawat

mengatakan bahwa perawat di rawat inap memiliki tanggung jawab untuk

menjelaskan identifikasi pasien dan kegunaan gelang identitas, karena terkadang

pasien dari IGD belum menggunakan gelang identitas. Berikut kutipan wawancara

dengan perawat :

“pernah, kadang pasien gini misalnya dia dateng trus dari bawah lupa
masangin ya udah kita aja....dijelasin ya apa fungsinya, harusnya dijelasin ya tapi
kebanyakan enggak”(PR2)

“iya, dijelasin gelangnya buat apa, kenapa beda pink ama biru, tujuannya apa
gitu”(PR3)

“iya dijelasin gunanya tujuannya gelang ini untuk apa, jadi nanti jangan
bosen kalo perawatnya nanya-nanya”(PR7)

“iya, kalo saya, saya jelasin, ini gunanya buat nanti sebagai identitas
pasien. Kan ada 2 tu ya , gelang sih banyak sih sebenernya, ada yang alergi,
identitas gitu, resiko jatuh”(PR10)
Namun beberapa perawat lainnya mengatakan bahwa yang seharusnya

menjelaskan fungsi dari gelang identitas adalah yang memakaikan gelang

tersebut. Perawat di rawat inap tidak memiliki kewajiban untuk menjelaskan

fungsi dari gelang identitas tersebut. Berikut kutipan wawancara dengan perawat :

“yang di IGD sih biasanya”(PR1)

“kalo dari rawat inap jarang ya, soalnya yang biasa makein itu pasti dari
IGD, kecuali dari pasien, poli pun perawatnya harusnya makein gelangnya
sebelum kesini”(PR4)

“Ngga.. kita ngga punya kewajiban, yang punya kewajiban itu biasanya
yang pakein gelang. Jadi sekalian menjelaskan kegunaan gelang itu, kenapa
67

dipakein gelang itu sama tujuannya, biasanya dari tugas yang pasangin
gelang”(PR5)

“Hmm kalo sampe saat ini sih jarang banget makein gelang. Biasanya dari
IGD udah dipasang. Kecuali kalo misalkan di rekam medisnya masih ada kita
arahkan orang IGD untuk pasangin gelang”(PR6)

“guna gelangnya, iya tugasnya orang UGD sih tapi ee.. rata-rata sih pasien
nggak tau”(PR9)
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Ketepatan Identifikasi Pasien

Identifikasi pasien dan pencocokan pasien dengan pengobatan merupakan

kegiatan yang dilakukan secara rutin di semua rangkaian perawatan (Australian

Commission on Safety and Quality in Health Care 2017). Ketepatan dalam

mengidentifikasi pasien merupakan upaya untuk mengurangi kesalahan dalam

melakukan tindakan terhadap pasien (WHO 2007). Terdapat lima elemen pada

sasaran ketepatan identifikasi pasien, yaitu :

1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh

menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

Untuk elemen pertama pada sasaran ketepatan identifikasi pasien,

petugas medis diharuskan mengidentifikasi pasien dengan menggunakan

dua identitas pasien, dan tidak boleh menggunakan nomor kamar atau

lokasi pasien (KARS 2011). Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, sebagian besar perawat melakukan identifikasi pasien hanya

dengan menanyakan nama pasien, bukan nama panjang pasien, dan juga

tidak dengan dua identitas pasien. Sedangkan menurut standar akreditasi

RS versi 2012, petugas harus menanyakan nama pasien dengan dua nama

pasien, maksud hal tersbut adalah nama lengkap dari pasien tersebut. Hal

ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan jika terdapat pasien yang

68
69

memiliki nama sama. Perawat juga seharusnya mengidentifikasi pasien

dengan minimal dua identitas pasien, seperti nama pasien, tanggal lahir

atau nomor rekam medis pasien.

2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.

Untuk elemen kedua pada sasaran ketepatan identifikasi pasien,

pasien harus diidentifikasi sebelum diberikan tindakan seperti pemberian

obat, darah, atau produk darah (KARS 2011). Berdasarkan penelitian

yang dilakukan, perawat sudah melakukan identifikasi pasien sebelum

melakukan pemberian obat, namun sebagian besar perawat

mengidentifikasi pasien hanya dengan menanyakan nama pasien. Hal

tersebut tidak sesuai dengan elemen pertama sasaran ketepatan

identifikasi pasien yang mengharuskan mengidentifikasi dengan dua

identitas pasien.

3. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain

untuk pemeriksaan klinis.

Untuk elemen ketiga pada sasaran ketepatan identifikasi pasien,

pasien harus diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain

untuk pemeriksaan klinis (KARS 2011). Berdasarkan penelitian, perawat

yang melakukan pengambilan darah terhadap pasien sudah melakukan

identifikasi pasien, namun identifikasi pasien yang dilakukan hanya

menanyakan nama pasien. Hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan

elemen satu yang mengatakan harus melakukan identifikasi dengan dua

identitas pasien.
70

4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan.

Untuk elemen keempat pada sasaran ketepatan identifikasi pasien,

pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan

(KARS 2011). Peneliti tidak melakukan pengamatan terhadap perawat

yang melakukan pemberian pengobatan dan tindakan.

5. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek identifikasi yang konsisten

pada semua situasi dan lokasi

Untuk elemen kelima pada sasaran ketepatan identifikasi pasien

yaitu kebijakan dan prosedur terkait identifikasi pasien. RSUD Pasar

Minggu telah membuat dokumen-dokumen yang diperlukan untuk

sasaran ketepatan pasien, mulai dari Kebijakan/SK Direktur, SPO, dan

Panduan Identifikasi pasien. Standar Prosedur Operasional (SPO) yang

dibuat ada dua, yaitu SPO identifikasi pasien dan SPO pemasangan

gelang. Semua dokumen tersebut sudah memenuhi standar akreditasi RS

untuk sasaran ketepatan identifikasi pasien.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dari kelima

elemen, hanya elemen kelima yang sudah sesuai dengan standar akreditasi RS

versi 2012. Untuk elemen pertama hingga elemen keempat belum sesuai dengan

ketentuan yang sudah ditetapkan.

6.1.1. Kebijakan Ketepatan Identifikasi Pasien di RSUD Pasar Minggu

Kebijakan dan prosedur merupakan salah satu elemen ketepatan identifikasi

pasien dalam memenuhi standar akreditasi RS versi 2012. Tim keselamatan

pasien sudah membuat kebijakan sesuai dengan ketentuan standar akreditasi RS


71

versi 2012 berupa SK Direktur No. 893 Tahun 2017 tentang Kebijakan

Identifikasi Pasien RSUD Pasar Minggu. Menurut Guwandi dalam rangka

menjamin keamanan pasien, rumah sakit wajib membuat dan memberlakukan

aturan dan kebijakan dalam rangka menjamin pelayanan yang aman bagi pasien

(Cahyono 2008). Hal ini sesuai dengan langkah-langkah yang harus dilakukan

rumah sakit menuju keselamatan pasien, dimana langkah pertama yaitu rumah

sakit harus memiliki kebijakan dan menjabarkan peran dan akuntabilitas

individual bilamana ada insiden (Permenkes 2011).

Kebijakan/peraturan identifikasi pasien memerlukan sedikitnya dua cara

untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, tanggal lahir, dan

nomor rekam medis, dan tidak diperbolehkan menggunakan nomor kamar atau

lokasi pasien (KARS 2011). Kebijakan yang telah dibuat oleh tim keselamatan

pasien mengatur tentang identifikasi pasien harus menggunakan minimal dua

identitas dan kapan saja dilakukan identifikasi pasien. Berdasarkan panduan

identifikasi pasien RSUD Pasar Minggu, dua identitas yang ditanyakan pada saat

mengidentifikasi pasien yaitu nama pasien dan tanggal lahir pasien, kedua

identitas tersebut juga harus ada pada gelang identitas pasien. Kebijakan dan

panduan yang telah dibuat tim keselamatan pasien sudah sesuai dengan ketentuan

standar akreditasi RS versi 2012.

Untuk pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien dapat dilakukan secara

menyeluruh oleh petugas medis yang berhubungan dengan pasien, tim pokja SKP

melibatkan semua instalasi yang berhubungan dengan paisen untuk menjadi tim

keselamatan pasien. Maka setiap instalasi memiliki perwakilan yang menjadi tim
72

keselamatan pasien. Hal ini merupakan pengelolaan tim yang dilakukan tim

keselamatan pasien agar peraturan terkait ketepatan identifikasi pasien berjalan

dengan optimal. Hal ini sesuai dengan penelititan Sunarti bahwa ada hubungan

antara faktor manajemen dan organisasi dengan ketepatan identifikasi pasien

(Sunarti 2016).

Menurut Yudhawati dan Listiowati, bahwa kebijakan dan SPO identifikasi

pasien belum budaya bagi petugas, evaluasi identifikasi belum dilaksanakan

secara rutin oleh manajemen, menyebabkan pelaksanaan identifikasi pasien tidak

optimal (Yudhawati dan Listiowati 2016). Berdasarkan penelitian, dengan adanya

kebijakan/peraturan yang telah dibuat oleh tim pokja keselamatan pasien terkait

ketepatan identifikasi pasien, lebih menekankan petugas medis agar menjadi patuh

dalam melakukan identifikasi pasien sebelum tindakan. Namun belum ada

pencatatan dan pelaporan sebagai bahan evaluasi dan pengawasan yang dilakukan

oleh tim keselamatan pasien terhadap ketepatan identifikasi pasien oleh perawat.

Hal ini perlu dilakukan agar pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien berjalan

optimal.

6.1.2. Standar Prosedur Operasional (SPO) Ketepatan Identifikasi Pasien di

RSUD Pasar Minggu

Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang identifikasi pasien di RSUD

Pasar Minggu ada dua, yaitu SPO Identifikasi Pasien dan SPO Pemasangan

Gelang Identitas. Namun pada SPO identifikasi pasien, ada beberapa hal yang

kurang dari elemen sasaran ketepatan identifikasi pasien. Prosedur yang telah

dibuat tersebut sudah disesuaikan dengan elemen-elemen pada sasaran ketepatan


73

identifikasi pasien dan kedua SPO tersebut sudah memenuhi standar akreditasi RS

versi 2012.

Prosedur ini belum disosialisasikan kepada perawat secara keseluruhan.

Akan tetapi, kepala ruangan yang juga sebagai tim keselamatan pasien memiliki

tanggung jawab untuk menyosialisasikan kebijakan serta prosedur kepada

perawat. Berdasarkan penelitian, tidak semua perawat mendapatkan sosialisasi

dari kepala ruangan terkait SPO ketepatan identifikasi pasien. Beberapa perawat

mengatakan pernah dilakukan sosialisasi saat orientasi, melalui grup chating, atau

langsung mendapat sosialisasi dari kepala ruangan.namun beberapa perawat

lainnya mengaku belum pernah mendapat sosialisasi terhadap SPO ketepatan

identifikasi pasien. Oleh karena itu, prosedur identifikasi pasien tidak diketahui

secara keseluruhan oleh perawat.

Sosialisasi seharusnya dilakukan secara menyeluruh kepada seluruh perawat

agar pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien berjalan dengan optimal. Hal

tersebut sesuai dengan penelitian Yudhawati dan Listiowati, menyatakan bahwa

sosialisasi dan SPO yang belum optimal menjadi hambatan dalam pelaksanaan

ketepatan identifikasi pasien oleh perawat (Yudhawati dan Listiowati 2016).

6.1.3. Pengetahuan Perawat Dalam Ketepatan Identifikasi Pasien

Pengetahuan perawat terhadap prosedur yang berlaku di RSUD Pasar

Minggu tentang ketepatan identifikasi pasien perlu diketahui secara maksimal

oleh perawat. Menurut WHO, perlu dilakukan pelatihan atau sosialisasi tentang

prosedur untuk memverifikasi pasien (WHO 2007). Untuk itu, SPO yang telah
74

dibuat seharusnya dijelaskan kepada perawat agar mengetahui isi dari SPO

tersebut dan melaksanakannya sesuai dengan prosedur tersebut.

Sesuai dengan elemen pertama sasaran ketepatan identifikasi pasien standar

akreditasi RS versi 2012, perawat harus melakukan identifikasi pasien dengan dua

identitas pasien (KARS 2011). Sedangkan berdasarkan SPO identifikasi pasien

yang ada di RSUD Pasar Minggu bahwa pada saat melakukan identifikasi pasien,

perawat harus membandingkan data pasien dengan gelang identitas pasien.

Namun, tidak semua perawat yang diteliti mengetahui dengan tepat prosedur

identifikasi pasien.

Berdasarkan penelitian, tidak semua perawat mengetahui dengan tepat SPO

identifikasi pasien yang ada di RSUD Pasar Minggu. Hanya sebagian kecil

perawat yang mengetahui dengan tepat prosedur dalam mengidentifikasi pasien.

Sebagian besar perawat tidak mengetahui dengan tepat prosedur identifikasi

pasien yang sudah dibuat oleh tim keselamatan pasien. Prosedur yang sering

terlewat oleh perawat saat melakukan identifikasi pasien yaitu mengidentifikasi

pasien dengan dua identitas pasien dan melakukan verifikasi dengan

membandingkan data pasien dengan gelang identitas yang digunakan pasien.

Kurangnya pengetahuan perawat terhadap SPO identifikasi pasien yang

telah dibuat oleh tim pokja SKP di RSUD Pasar Minggu, dapat membuat

pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien tidak berjalan dengan optimal. Hal ini

sesuai dengan penelitian Sitorus bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan

perawat terhadap pelaksanaan identifikasi pasien secara tepat (Sitorus 2014). Oleh

karena itu, dengan kurangnya pengetahuan perawat terhadap SPO identifikasi


75

pasien, tim keselamatan pasien perlu melakukan sosialisasi terkait prosedur

identifikasi pasien agar pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien dapat berjalan

optimal.

6.1.4. Kemampuan Perawat Dalam Ketepatan Identifikasi Pasien

Kemampuan perawat dalam melakukan ketepatan identifikasi pasien harus

sesuai dengan prosedur yang telah dibuat oleh tim pokja SKP RSUD Pasar

Minggu. Perawat harus melakukan identifikasi pasien sebelum melakukan

tindakan/asuhan kepada pasien. Berdasarkan SPO identifikasi pasien, setelah

menanyakan data identitas pasien, perawat harus melakukan verifikasi data

kembali dengan membandingkan pada gelang identitas pasien.

Berdasarkan penelitian, sebagian besar perawat tidak melakukan identifikasi

pasien sesuai dengan prosedur identifikasi pasien RSUD Pasar Minggu. Tahapan

prosedur identifikasi pasien yang sering terlewat oleh perawat yaitu

membandingkan data pasien dengan gelang identitas yang digunakan pasien.

Sebagian besar perawat juga hanya menanyakan nama pasien, sedangkan

seharusnya menggunakan dua identifikator, yaitu nama dan tanggal lahir pasien.

Perawat juga sering tidak menanyakan identitas pasien dengan pertanyaan

terbuka jika sudah mengenal pasien atau pasien tersebut sudah lama dirawat di

rumah sakit. Hal ini karena beberapa perawat berpikir agar pasien tidak merasa

bosan ditanya terus-menerus oleh perawat saat melakukan tindakan/asuhan pada

pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian Anggreani dkk yang menyatakan bahwa

perawat tidak selalu melakukan identifikasi pasien, terutama pada saat melakukan
76

tindakan keperawatan yang bersifat rutin, dengan alasan sibuk atau tidak sempat

serta menghindari kebosanan pasien (Anggraeni, Hakim dan Widjiati 2014).

Identifikasi pasien yang tidak sesuai dengan SPO identifikasi yang

dilakukan oleh perawat sesuai dengan pernyataan pasien yang ditanyakan

mengenai identifikasi pasien oleh perawat. Berdasarkan penelitian, sebagian besar

psien/keluarga pasien menyatakan bahwa perawat hanya menanyakan nama

pasien pada saat identifikasi pasien, tanpa menanyakan dua identitas pasien dan

melakukan verifikasi data pasien.

Untuk melakukan pengawasan terhadap identifikasi pasien yang dilakukan

oleh perawat, tim keselamatan pasien menyerahkan tanggung jawab kepada

kepala ruangan. Kepala ruangan bertanggung jawab untuk melakukan supervisi

kepada perawat saat melakukan tindakan/asuhan kepada pasien. Namun hal

tersebut belum berjalan dengan baik dikarenakan form pemantauan belum selesai

dibuat oleh tim keselamatan pasien. Hal tersebut dapat membuat pelaksanaan

ketepatan identifikasi pasien tidak berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan

penelitian Anggraeni dkk yang menyatakan bahwa belum optimalnya pelaksanaan

sistem identifikasi pasien berhubungan dengan supervisi terhadap pelaksanaan

prosedur identifikasi yang belum optimal (Anggraeni, Hakim dan Widjiati 2014).

6.1.5. Edukasi Pasien tentang Ketepatan Identifikasi Pasien

Edukasi pasien mengenai pentingnya identifikasi pasien sebelum dilakukan

tindakan/asuhan oleh perawat merupakan hal yang perlu dilakukan agar pasien

paham pentingnya identifikasi pasien dengan tepat. Menurut WHO, perlu untuk

mengedukasi pasien/keluarga pasien tentang relevansi dan pentingnya identifikasi


77

pasien yang benar dengan cara yang positif dan juga menghormati privasi

pasien/keluarga pasien tersebut (WHO 2007). Hal tersebut sudah ada prosedurnya

dalam SPO pemasangan gelang identitas, dimana pasien harus dijelaskan terkait

ketepatan identifikasi pasien yang akan dilakukan berulang-ulang oleh perawat

untuk memastikan bahwa pasien yang menerima tindakan sudah tepat.

Berdasarkan penelitian, sebagian besar pasien/keluarga pasien mengatakan

tidak pernah mendapatkan penjelasan tentang identifikasi pasien dan kegunaan

gelang identitas. Berdasarkan SPO pemasangan gelang, bahwa petugas admisi

merupakan petugas yang memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan kegunaan

gelang identitas dan pentingnya identifikasi pasien. Namun, pada praktiknya, yang

memakaikan gelang identitas kepada pasien yaitu perawat, tetapi perawat tidak

memberikan penjelasan saat memasangkan gelang identitas. Sedangkan pasien

harus ikut terlibat dalam ketepatan identifikasi pasien. Hal ini sesuai dengan

penelitian Anggraeni dkk yang menyatakan bahwa untuk menghindari kesalahan

identfikasi, pasien dan keluarga dilibatkan secara aktif dengan memberikan

edukasi tetntang risiko jika terjadi kesalahan identitas dengan meminta pasien dan

keluarga untuk bertanya dan mencocokkan data identitas pasien (Anggraeni,

Hakim dan Widjiati 2014).

Pemakaian gelang identitas pasien sudah berjalan di RSUD Pasar Minggu,

semua pasien rawat diwajibkan untuk memakai gelang identitas pasien.

Berdasarkan panduan identifikasi pasien, data identitas pada gelang identitas juga

harus minimal dua yaitu nama dan tanggal lahir. Menurut WHO hal ini perlu

dilakukan untuk menstandarisasi pendekatan identifikasi pasien, dimana bentuk


78

atau penanda terstandar dan informasi spesifik dapat ditulis (misal nama dan

tanggal lahir) atau menerapkan teknologi biometrik (WHO 2017).

Berdasarkan penelitian, belum semua pasien menggunakan gelang identitas

dengan identitas yang benar, karena terkadang petugas tidak menuliskan identitas

penting pasien, seperti tanggal lahir dan nomor rekam medis. Saat ini, gelang

identitas yang ada di RSUD Pasar Minggu masih menggunakan gelang identitas

yang ditulis secara manual, karena itu data yang ada pada gelang terkadang tidak

sesuai dengan peraturan dan menyulitkan perawat untuk melakukan verifikasi

data pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian Chinta dkk yang menyatakan bahwa

informasi yang tercantum pada gelang identitas tidak informatif menyulitkan

perawat dalam melakukan verifikasi data pasien (Chinta, Suryoputro dan Jati

2016).
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

1. Dari kelima elemen sasaran ketepatan identifikasi pasien akreditasi RS versi

2012, hanya elemen kelima yang sudah sesuai dengan standar akreditasi RS

versi 2012. Untuk elemen pertama hingga elemen keempat belum sesuai

dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.

2. Kebijakan/peraturan terkait pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di

RSUD Pasar Minggu sudah dibuat sesuai dengan standar akreditasi RS versi

2012. Namun pencatatan dan pelaporan pelaksanaan ketepatan identifikasi

pasien belum dilakukan oleh tim keselamatan pasien.

3. Standar prosedur operasional (SPO) terkait identifikasi pasien sudah sesuai

dengan ketentuan standar akreditasi RS versi 2012. Namun sosialisasi dan

penjelasan terkait prosedur tersebut belum dilakukan secara resmi kepada

seluruh perawat di RSUD Pasar Minggu.

4. Hanya beberapa perawat yang mengetahui dengan tepat prosedur

identifikasi pasien. Sebagian besar perawat mengetahui bahwa identifikasi

pasien dilakukan sebelum melakukan tindakan/asuhan kepada pasien,

namun tidak mengetahui harus mengidentifikasi pasien dengan dua identitas

dan verifikasi data pasien.

5. Sebagian besar perawat tidak melakukan identifikasi pasien sesuai prosedur.

Tahapan yang sering dilewatkan oleh perawat yaitu melakukan verifikasi

79
80

data dengan membandingkan data pasien dengan gelang identitas pasien,

serta hanya menanyakan nama pasien saja.

6. Hampir semua pasien tidak dijelaskan fungsi dari gelang identitas. Beberapa

gelang identitas pasien juga tidak memuat informasi yang sesuai dengan

peraturan yang ada, data yang sering tidak ditulis petugas yaitu tanggal lahir

pasien dan nomor rekam medis.

7.2. Saran

Saran bagi pihak RSUD Pasar Minggu adalah :

1. Perlunya dilakukan sosialisasi untuk menjelaskan kebijakan/peraturan dan

prosedur terkait ketepatan identifikasi pasien oleh tim keselamatan pasien

kepada perawat agar seluruh perawat memiliki pemahaman yang sama

terkait ketepatan identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu.

2. Perlu adanya punishment dan reward kepada petugas kesehatan yang tidak

melakukan identifikasi pasien sesuai dengan prosedur yang telah dibuat.

3. Perlunya membuat standarisasi pencatatan dan pelaporan oleh tim

keselamatan pasien terhadap pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien.

4. Perlunya melakukan peninjauan kembali terhadap SPO pemasangan gelang

identitas terhadap tanggung jawab petugas dalam menjelaskan pentingnya

identifikasi pasien dan kegunaan gelang identitas.


81

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku. "Kesiapan Rumah Sakit Dalam Menghadapi Globalisasi."

2008.

Anggraeni, Dewi, Lukman Hakim, and Cecilia Widjiati. "Evaluasi Pelaksanaan

Sistem Identifikasi Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit." Jurnal

Kedokteran Brawijaya, 2014.

Australian Commission on Safety and Quality in Health Care. Patient

Identification. 2017. https://www.safetyandquality.gov.au/our-work/patient-

identification/ (accessed April 2017).

Cahyono, J. B Suharjo B. Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam

Praktik Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2008.

Chinta, Guesthi Lunes Mutiara, Antono Suryoputro, and Sutopo Patria Jati .

"Analisis Pelaksanaan Idenifikasi Pasien Dalam Rangka Keselamatan

Pasien Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi ."

Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 2016: Volume 4, Nomor 4.

Departemen Kesehatan RI. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit

(Patient Safety). 2008.

Grbich, Carol. Qualitative Data Analysis (Second Edition). London: SAGE, 2013.

Joint Commission International. Patient Safety Solutions Preamble. 2007.

KARS. Standar Akreditasi Rumah Sakit. 2011.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Instrumen Akreditasi RS. 2012.

Lapau, Buchari. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Buku Obor, 2012.


82

Muliana, Ana, and Andi Mappanganro. "Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Perawat Dalam Penerapan Patient Safety Goal: Identifikasi Pasien Rumah

Sakit Ibnu Sina YW-UMI Makassar." Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis,

2016: Vol. 9 No. 1.

Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara

Yogyakarta, 2007.

Permenkes. Peraturan Meneteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1691 tentang

Keselamatan Pasien Rumah Sakit. 2011.

Priharjo, Robert. Konsep & Perspektif Praktik Keperawatan Profesional Edisi 2.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008.

Raco, J. R. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo, 2010.

RSUD Pasar Minggu. 2016. http://www.rsudpasarminggu.com/rsud/tentang-

kami/# (accessed February 13, 2017).

Semiawan, Conny R. Metode Penelitian Kualitatif. Grasindo, n.d.

Sitorus, Sofia. "Analisis Kepatuhan Perawat Terhadap Pelaksanaan Identifikasi

Pasien Sebelum Melakukan Tindakan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap

Siloam Hospitals Lippo Village." 2014.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit

Alfabeta, 2011.

Sunarti, Swastikarini. "Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien Oleh Perawat Pelaksana Di RS X

Pekanbaru." 2016.
83

UU No 44. Undang-Undang Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit. 2009.

Vincent, Charles. "Understanding and Responding to Adverse Events." The New

England Journal of Medicine, 2003.

WHO. Medication Without Harm: WHO's Third Global Patient Safety Challenge

. 2017.

WHO. "Patient Identification." Patient Safety Solutions, 2007.

Yudhawati, Donna Dwi, and Ekorini Listiowati. "Evaluasi Penerapan Identifikasi

Pasien Di Bangsal Rawat Inap RSi Siti Aisyah Madiun." 2016.


LAMPIRAN

79
Lampiran 1

Form Inform Consent

Bapak/Ibu/Sdr yang saya hormati,

Saya Ade Triani Utami Pasaribu, mahasiswa Peminatan Manajemen Pelayanan


Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini, saya sedang melakukan
penelitian sebagai tugas akhir dengan judul “Gambaran Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi
Pasien Di Instalasi Rawat Inap Kelas III RSUD Pasar Minggu Tahun 2017”.
Saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untuk menjadi
informan dan memberikan keterangan secara luas, bebas, mendalam, benar, dan jujur. Hasil
informasi dan keterangan yang diberikan nanti akan digunakan sebagai masukan untuk
pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di rawat inap RSUD Pasar Minggu. Peneliti
memohon izin untuk merekam pembicaraan selama proses wawancara berlangsung dan
peneliti menjamin kerahasiaan isi informasi yang diberikan dan hanya akan digunakan
untuk kepentingan penelitian.

Demikian atas segala perhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Sdr, saya ucapkan terima
kasih karena telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Hormat Saya,

Ade Triani Utami P


Lampiran 2
FORM IDENTITAS INFORMAN

Nama Informan :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Jabatan/Pekerjaan :
Lama Kerja :
Hari/Tanggal Wawancara :

Dengan ini saya bersedia menjadi informan dalam penelitian mengenai “Gambaran
Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien Di Instalasi Rawat Inap Kelas III RSUD Pasar
Minggu Tahun 2017”

Jakarta,………............2017

(……..............................)
Lampiran 3

Pedoman Wawancara

Untuk Ketua Tim Keselamatan Pasien RSUD Pasar Minggu

Kebijakan
1. Bagaimana kebijakan/peraturan mengenai keselamatan pasien di RSUD Pasar Minggu,
khususnya identifikasi pasien? (Probing : apa saja yang telah dilakukan terkait
identifikasi pasien?ada tim khusus yang dibentuk?)
2. Apakah di RSUD Pasar Minggu ada buku pedoman keselamatan pasien (yang dibuat
rumah sakit sendiri) ? (probing: jika ada, apakah didalamnya terdapat pedoman
tentang identifikasi pasien? Jika belum ada, kenapa?)
3. Menurut anda, bagaimana budaya keselamatan pasien (khususnya identifikasi pasien) di
RSUD Pasar Minggu?
4. Bagaimana sistem pelaporan terhadap keselamatan pasien di RSUD Pasar Minggu?
(Probing : apakah ada format pelaporan, tim pengolah data, dan peraturan khusus
pelaporan? Jika tidak ada sistem pelaporan, kenapa?)
SPO
1. Bagaimana dengan prosedur (SPO) untuk pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di
RSUD Pasar Minggu? (probing: apakah sudah berjalan? Jika belum, mengapa?)
2. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien ?
Pengetahuan perawat
1. Bagaimana cara tim Keselamatan Pasien menerapkan prosedur (SPO) ketepatan
identifikasi pasien kepada perawat? (Probing: apakah semua perawat sudah memahami
tentang ketepatan identifikasi pasien?)
2. Apa yang dilakukan untuk mengetahui bahwa petugas kesehatan telah mengetahui dan
memahami prosedur pelaksanaan identifikasi pasien rawat inap di RSUD Pasar
Minggu? (probing : jika ada, apakah semua petugas sudah mendapatkan pengetahuan
tentang identifikasi pasien? jika tidak ada, kenapa?)
Kemampuan Perawat
1. Bagaimana cara tim Keselamatan Pasien mengetahui kemampuan perawat dalam
menjalankan prosedur ketepatan identifikasi pasien? (probing: apa yang dilakukan
untuk mengetahui kemampuan perawat? Jika tidak ada, kenapa?)
2. Bagaimana cara mengawasi perawat terhadap pelaksanaan identifikasi pasien?
(probing: jika tidak ada pengawasan, kenapa?)
Edukasi Pasien
1. Bagaimana peraturan terkait gelang identifikasi pasien rawat inap di RSUD Pasar
Minggu? (probing : siapa yang mengisi identitas dan memberikan gelang identifikasi
pasien?)
2. Apa yang dilakukan oleh tim Keselamatan Pasien untuk memberikan pemahaman
kepada pasien terkait gelang identifikasi yang harus digunakan oleh pasien selama
dirawat inap di RSUD Pasar Minggu?

Perawat Rawat Inap RSUD Pasar Minggu

Kebijakan
1. Bagaimana kebijakan/peraturan tentang ketepatan identifikasi pasien di rawat inap
RSUD Pasar Minggu? (probing: apakah pernah disosialisasikan kepada perawat?)
SPO
1. Apakah anda pernah mendapatkan sosialisasi tentang identifikasi pasien ?
2. Bagaimana dengan prosedur (SPO) pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien rawat inap
di RSUD Pasar Minggu? (probing : apakah sudah berjalan? Jika belum, kenapa?)
Pengetahuan
1. Kapan saja anda melakukan identifikasi pasien ?
2. Identitas apa yang harus ada pada gelang identitas pasien ?
3. Bagaimana cara anda melakukan idenifikasi pasien ? (sesuai SPO identifikasi pasien
RSUD Pasar Minggu)
Edukasi Pasien
1. Siapa yang memakaikan gelang identitas ? dan siapa yang menuliskan identitas pada
gelang identitas?
2. Apakah ada penjelasan tentang manfaat/ fungsi gelang kepada pasien? Bagaimana
penjelasannya?

Pasien/pedamping Pasien

Edukasi Pasien
1. Siapa yang memakaikan dan mengisi identitas pada gelang identitas ?
2. Apakah petugas menjelaskan tentang manfaat gelang identitas pasien? (probing : jika
iya, apa manfaat gelang yang dipasang di tangan anda?kapan gelang boleh dilepas?)
3. Apakah nama dan tanggal lahir pada gelang sudah benar identitas anda?
4. Apakah petugas selalu melihat gelang yang anda pakai? Pada saat melakukan apa?
Lampiran 4

Pedoman Observasi

Kemampuan Perawat dalam Identifikasi Pasien

Periksa dan bandingkan data pada Perawat menerapkan prinsip 5 perawat mengambil darah atau
gelang pengenal dengan rekam benar : spesimen lain sesuai permintaan
medis Benar obat, benar dosis, benar cara dokter kemudian memberi
pemberian, benar waktu, dan benar identitas nama dan nomor rekam
No. Nama Perawat
pasien medik pasien di tabung / botol /
tempat sampel darah atau
spesimen tersebut
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Ketepatan Identifikasi Pasien

Pasien diidentifikasi Pasien diidentifikasi Pasien diidentifikasi Pasien diidentifikasi


menggunakan dua sebelum pemberian obat, sebelum pengambilan sebelum pemberian
identitas pasien, tidak darah atau produk darah darah dan spesimen lain pengobatan dan tindakan
boleh menggunakan unutk pemeriksaan klinis
No. Nama Petugas
nomor kamar atau
lokasi pasien

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Lampiran 5

Transkip Wawancara Tim Keselamatan Pasien

Jawaban
Pertanyaan
KP1 KP2 KP3
Kebijakan
Bagaimana kebijakan/peraturan “kebijakannya sih yaa, kita “kita kalau kebijakan hanya “kebijakannya, pasien
mengenai keselamatan pasien di sudah ada SK, dan sudah mengatur masalah identifikasi diidentifikasi setiap tindakan
RSUD Pasar Minggu, khususnya disahkan juga...” pake dua minimal sama kapan atau pemberian terapi, itu kita
identifikasi pasien? melakukan identifikasi, kayak eeh validasi ke pasien juga, kita
“Pelaksanaannya sudah berjalan gitu aja sih. Dilakuin sih sudah cocokkan dengan gelang pasien.
pasien dengan gelang identitas, dilakuin, cuma memang, Itu kan di gelang pasien ada
pasien laki-laik dengan gelang makanya sekarang ada ditulis nama pasien, nomor
warna biru, kalo perempuan monitoring, belum semuanya rekam medik gitu kan, kita
pink, yang minimal ada tiga kebiasaan kayak gitu. Tapi udah cocokin juga.”
identitas disana ya, nama, nomer dilakukan, beberapa masih
rekam medis sama tanggal lahir. belum melakukan dua
Nah perawatpun ketika identifikator. Identifikasi
memberikan obat atau mungkin mereka sudah
mengambil darah memang sudah melakukan tampaknya, tapi
kroscek minimal nama sama kadang mereka lupa kalau harus
tanggal lahir, mereka sudah menggunakan tanggal lahir
kroscek. Kalau secara praktek sama nomor medical record”
mungkin sudah jalan, pencatatan
yang belum.” “ditulis sudah, yang ditekankan
bukan hanya soal ditulis di
gelang, tapi setiap pemberian
obat, setiap tindakan, setiap
tranfusi, pokoknya setiap yang
kita mau ada asuhan ke pasien,
kita harus identifikasi pasien
dulu ke pasien, even kayak kita
mau, kayak dokter visit pun
harus identifikasi pasien dulu.”

Bagaimana dengan Tim “tim keselamatan pasien sudah “tim pasien safety ya dibentuk
Keselamatan Pasien di RSUD ada, pokja SKP juga sudah ada. kita melibatkan semua ya, kayak
Pasar Minggu ? Dua tim ini beda fungsinya, kan tadi saya bilang semua pemberi
kalau pokja itu untuk persiapkan asuhan harus melakukan
berkas yaa, panduan, SPO, terus identifikasi, jadi tim pasien
apa.. kebijakan, sama persiapkan safety yang terbaru itu hampir
semua lah form –form, pokonya semua instalasi kita masukin,
intinya yang berhubungan jadi mulai dari gizi, radiologi,
dengan berkas, dan emang kita.. jadi semua yang ada sentuhan
memang kita sih yang dengan pasien, yang memberikan
mensosialisasikan juga, cuman asuhan mau di poli atau di rawat
kan ini kepentingannya untuk inap. Ya kalau tim kita kan sudah
akreditasi. Sementara kalau tim, melibatkan semua, jadi
tim itu memang, apa, eeh.. yang tujuannya semua dilibatkan jadi
akan melaksanakan isi dari semua menjalani apa yang ada
berkas-berkas yang sudah disitu, karena kan mereka
dibikin oleh pokja dan itu akan termasuk timnya. Terutama kita
terus, walaupun sudah selesai di rawat inap ya....”
akreditasi tim ini akan tetap ada.
Tapi kalau pokja, kalau “iya, karena kan K3 manajemen
akreditasi kelar mereka juga resiko ya, tapi kerja sih bareng-
selesai tugasnya. Dan untuk bareng. Jadi kan ini ada tim
pelaksanaan sebenernya lebih ke pasien safety, terus ada lagi
tim-nya, tapi kalau untuk komite mutu dan keselamatan
penyiapan berkas, penyiapan pasien. Jadi tim pasien safety itu
semua kebijakan itu ke kan lebih ke tim, terus komite
pokjanya” mutu dan keselamatan pasien itu
ada namanya sub-komite
“iyah, kalau dari tim sih kita kelamatan pasien dan
dari, biasanya sih kita manajemen resiko, nah di sub-
ngambilnya dari kepala komite itu ada lagi koordinator
ruangannya ya, jadi agar untuk keselamatan pasien dan
sosialisasi ke ruangan lebih koordinator manajemen resiko,
gampang, karena kan mereka nah itu akan koordinasi dengan
yang punya power ya diruangan, k3-nya disitu. Kebetulan orang-
jadi untuk sosialisasi dan untuk orangnya sama aja sih, orang-
pelaksanaan itu lebih terawasi, orang yang ada di sub-komite
lebih cepat, dan untuk tetep dr. Izati”
pengawasan pun lebih jalan.”
Apakah di RSUD Pasar Minggu “pedoman kita sudah ada juga, “kalau panduan, kita pastikan
ada buku pedoman/ panduan yang membuat tim pokja SKP” ada literatur ya kalau misal bikin
keselamatan pasien (yang dibuat panduan, dari panduan
rumah sakit sendiri) ? “iya didalamnya sudah ada keselamatan pasien juga ada,
semuanya, dari enam sasaran, kapan yang wajib-wajibnya
termasuk identifikasi pasien” sama kita sesuaikan dengan yang
ada di rumah sakit. jadi gak
selamanya kita sesuai dengan
yang ada disitu. Misal kayak
bayi gitu ya, kita pro pake dua
gelang identitas atau tidak itu
dijelaskan lebih spesifik. Kalau
kebijakankan hanya
memberitahukan kapan
identifikasi pasien sama pake
apa. Nah kalau disitu, mulai
semuanya, mulai di rawat jalan
gimana, terus rawat jalan yang
perlu pake gelang identitas yang
mana, di panduan begitu, lebih
detail sih”

Menurut anda, bagaimana “sebenernya sudah, secara “signifikan yaa, kalau misalnya “enggak ada, eeh karna udah
budaya keselamatan pasien umum sih sudah ya, untuk menurut saya sih. Soalnya misal kita ini kan..udah kita
(khususnya identifikasi pasien) identifikasi pasien dimulai dari nih, kalau gak ada akreditasi laksanakan dari awal dulu,
di RSUD Pasar Minggu? pemakaian gelang identitas gitu ya, perawat atau semua deh, sudah seperti itu. Intinya ya
dibawah, itu sudah standar, semua tenaga medis belum tentu perubahannya lebih ke arah
begitu pasien masuk sudah pakai akan merasa terpaksa karena tuh penekanan lagi aja ya. Tapi
gelang, untuk pasien rawat inap pasti mereka ngerasa kayak intinya sudah dilaksanakan
ya, yang dari IGD maupun yang terpaksa ngelakuin hal ini, sebelum susim kemaren, juga
dari rawat jalan misalkan yang karena kalau mereka tidak udah kami lakukan.”
sudah direncanakan untuk melakukan ini akan terbentur
dirawat misalnya, pasti kita dengan akreditasi. Kan ada
pasangkan gelang. Atau pasien- monitoring kita, nah di
pasien yang membutuhkan monitoring itu kita ngelaporin
tindakan, kayak pasien HD itu juga , jadi semua saling terkait,
pasti kita pasangkan gelang dia gak ngelakuin jadi di
identitas. Nah kalau untuk yang monitoring akan terpantau.
di IGD pun sudah, mereka Berarti sasaran keselamatan
dateng berobat sudah dapat pasien yang identifikasi pasien
medical record dan memang ada rendah, nah itu merupakan
tindakan yang diperlukan kayak indikator nanti dindikator masuk
ngasi obat atau ngambil darah, di indikatornya rumah sakit. Jadi
mereka juga sudah pakai gelang. makanya dengan adanya kayak
Jadi untuk identifikasi gitu mereka ya yang tadinya
diharapkan jadi lebih tepat ya” mungkin, kan di monitoring
dijelaskan banget ya kapan
mereka identifikasi bener-bener
ada ya, sebelum ini sebelum ini
mereka melakukan apa gak, nah
kalau mereka gak itu makin
rendah, terus disitu juga ada sih
nama staff nya. Makanya jadinya
setelah akreditasi ini mereka
lumayan, jadi lumayan patuh
yaa. Ya kayak yang di IGD sih,
dia yang paling, kemaren tuh
agak sulit karena kita karena
awalnya di IGD tuh gak pake
gelang identitas, tapi karena
akre kita bikin kebijakan. Setelah
kita tanya-tanya ya, bisa gak kita
biki di IGD gak pake, tapi ya
karena tindakan ya, bahkan HD
aja awalnya kita mikir gak perlu
pake gak papa, tapi HD aja yang
rawat jalan rutin harus pake
gitu. Nah, sejak itu, karena
adanya akreditasi mereka jadi
pake sekarang.”

“iya tadinya Cuma rawat inap


aja. Tapi karena adanya
akreditasi ini akhirnya IGD
pake, Hemodialisa juga pake”

Bagaimana sistem pelaporan “ya masih belum (sistem “baru mau jalan sih ya, tapi “eeh.. KTD kita ada formulirnya.
terhadap keselamatan pasien di pelaporan)” kemaren sempet ada beberpa Ini diisi hanya ketika ada
RSUD Pasar Minggu? tapi memang belum semua yaa, kejadian-kejadian aja”
“iya kepala ruangan, jadi kita belum jalan semuanya. Sekarang
akan sebarkan ada lembar sih baru mau dimulai ditekankan “kita, bersama yang melakukan
monitoring evaluasi, nah itu kan bener-bener monitoring” kan dia yang tau kronologisnya”
yang bertanggung jawab kepala
ruangan. Mereka yang “udah sih, ini lagi dibikin (form “iya di karu, nanti baru dikasi ke
mengobservasi.” monev). Makanya semua karu tim keselamatan”
masuk ke tim ya, jadi lebih
gampang untuk koordinasinya,
karena mereka juga tim pasien
safety nanti rencanya semua
lembar monitoring ini akan kita
kasi ke karu-nya, nanti mereka
yang monitoring baru diserahin
ke kita”

“nah, kan ada tim ya tim pasien


safety , semua karu mereka bikin
lembar monitoringnya itu, setiap
bulannya mereka akan kasi sama
komite mutu...
nanti dari kepala itu baru ngasi
ke saya. Nanti baru saya olah
pelaporannya. Karena kan nanti
ujung-ujungnya yang
memberikan laporan ke direktur
itu adalah komite mutu dan
keselamatan pasien, bukan dari
timnya. Jadi kerjasama antara
komte dan tim, dan habis itu
nanti baru ke direktur”

SOP
Bagaimana dengan prosedur “SPO kita juga sudah punya, “udah, udah disosialisakan. Nah “prosedurnya kalau kita
(SPO) untuk pelaksanaan pokja SKP yang membuat” kemaren pas survey simulasi menyiapkan obat ya, menyiapkan
ketepatan identifikasi pasien di masih ada beberapa SPO yang obat itu kita eeh..terapkan
RSUD Pasar Minggu? “Sosialisasikan SPO secara kita kurang sih. Sebenernya sih double cek. Nanti di double cek
menyeluruh tu belum ya, tapi hanya kuran kata-katanya aja nya itu 2 perawat, lebih-lebih ke
biasanya, kan karena rata-rata sih, jadi di SPO nya itu hanya high alert. Obat-obat yang high
tim pasien safety sama tim pokja ada, identifikasi pasien judulnya alert itu kita double cek. Jadi
kan kepala ruangan jadi kan ya, nah prosedur nya itu dua orang yang ngecek. Terus
mereka sudah tau sendiri, jadi identifikasi pasien sebelum nanti pas pemberian ke pasien
mereka yang mensosialisasi kan tindakan sama sebelum apa gitu, pun juga kita cocokkan identitas
sendiri ke perawat ruangan ada dua. Nah saya kurang pasien dengan menanyakan dan
mereka, karena rata-rata kan nambahin, tapi prosedurnya sih melihat gelang pasien. Minimal
kepala ruangan. Jadi sosialisasi kurang lebih sama, tetep harus kita menyebutkan nama pasien,
SPO secara legal belum, masih identifikasi. Jadi nanti terus NMRnya mereka jarang
dari kepala ruangan” rencananya mau kita tambahin hapal ya bahkan hampir
yang kurangnya sesuai dengan keseluruhan gak pada hapal
elemen akreditasi, karena semua nomor MR. Kita liatnya di
elemen akreditasi harus gelang pasien, kan semua pasien
dimasukkan di SPO itu” pake gelang tuh. Terus nanti
setelah pemberian obat, eeh
tanda tangan keluarga atau
pasien di formnya.”
Siapa saja yang terlibat untuk “admission, perawat, IGD, “Semua instalasi”
identifikasi pasien? kepala ruangan, orang lab juga”
Pengetahuan Perawat
Bagaimana cara tim Keselamatan “untuk sekarang dari kepala “Jadi beberapa minggu yang “ee...semua eeh di awal rekrut,
Pasien menerapkan prosedur ruangan” lalu juga sih, sebelum survey hari pertama sampe hari ketiga
(SPO) ketepatan identifikasi simulasi, akhir september kita itu kan ada orientasi, orientasi
pasien kepada perawat? sempat ada workshop itu meliputi tentang sistem yang
keselamatan pasien dan itu ada disini”
semua instalasi itu ada
perwakilannya. Jadi mereka juga “iya, terus juga pas hari H
udah tau gitu tentang penempatan disini kami juga
keselamatan pasien, tentang orientasi di ruangan, seputar
identifikasi. Nah kenapa kita ke ruangan, seputar sistem, seputar
karu, karena karu ini yang eeh ya kebiasannya disini.
bertanggungjawab untuk Termasuk kalo yang obat tu,
sosialisasi ke yang ada di yang double cek itu kita
ruangan” sosialisasiin ulang”

Apa yang dilakukan untuk “kepala ruangannya, iya mereka “caranya tau ya, yaa, “saya melakukan, apa ya
mengetahui bahwa petugas punya lembar monitoring gitu, sebenernya ya awalnya ada istilahnya itu, eeh pokoknya kan
kesehatan telah mengetahui dan jadi mereka pilih dari ruangan identifikasi, kayak gini ini saya cek sambil saya liat. Kan
memahami prosedur pelaksanaan itu berapa orang , mereka supaya tidak ada salah saya perhatikan cara mereka pas
identifikasi pasien rawat inap di ngambil sampel gitu” identifikasi ya, jadi ketika kita penyiapan obat, saya amati, saya
RSUD Pasar Minggu? udah kayak gini akan minimal supervisi. Setiap tindakan yang
nih orang yang salah pemberian mereka lakukan saya supervisi,
obat, salah tranfusi jadi dengan walaupun supervisinya tanpa
kayak gini pasti kejadian kayak mereka sadari. Saya ikutin, saya
gitu menurun” perhatikan”

“Jadi ketika ada insiden


keselamatan pasien nanti
pastikan akan kita analisis ya
penyebabnya apa, nanti kalau
misalnya ternyata setelah
dianalisis ternyata si perawat ini
atau siapa lah, kurang
sosialisasinya atau kurang
pengetahuannya, berarti ya kita
harus sosialisasi lagi”

Kemampuan Perawat
Bagaimana cara tim Keselamatan “iya observasi oleh kepala “seharusnya sih ada ya, “intinya di karu, saya pagi kan
Pasien mengetahui kemampuan ruangan begitu” namanya ronde, kalau dari hasil saya cek, saya tidak mungkin
perawat dalam menjalankan workshop kemaren ya ada ronde mengikuti semua yang
prosedur ketepatan identifikasi manajemen dimana nanti itu melakukan tindakan ya kan. Tapi
pasien? dilibatkan semua komite mutu khusus yang obat saya bisa cek
Bagaimana cara mengawasi dan keselamatan pasien, di eee di map kuning itu,
perawat terhadap pelaksanaan harusnya ada disitu, jadi kita ke termasuk ada tidak tanda tangan
identifikasi pasien? pasien-pasien di ranap, tapi keluarga atau pasien”
memang belum dilakuin disini.
Jadi balik lagi, kita serahin ke
karunya deh, jadi disini ada dua
tim, tim 1 sama tim 2, nanti
biasanya karu ini ngasi ke
kepala tim itu, mereka yang
ngeliatin bener-bener apakah si
perawat ini ngelakuinnya sesuai
gak. Tapi memang kita belum
pernah ngeliat ke lapangan
secara langsung ya. Tapi kan
kebetulan kayak dr. Izati kan
juga DPJP ya, jadi kalau
misalnya dia lagi visit jadi kan
bisa liat ya, gitu aja sih. Kalau
kita sidak bener-bener itu belum
ada”

Edukasi Pasien
Bagaimana peraturan terkait “ada kita di SOP pemasangan “Yang menjelaskan perawat, jadi “gelang identitas ketika pasien
gelang identifikasi pasien rawat gelang identitas” gelang dikasi dari admission, masuk melalui UGD”
inap di RSUD Pasar Minggu? pada saat pasien daftar di IGD
Apa yang dilakukan oleh tim maupun rawat inap ya. Nanti “tetep ada kewajiban, kita
Keselamatan Pasien untuk admission ngasi, nanti admission jelasin ulang. Identitas pasien
memberikan pemahaman kepada ngasi di dalam berkasnya itu, yang terutama, kasi tau itu
pasien terkait gelang identifikasi nanti perawat yang akan fungsinya apa, pada saat pasien
yang harus digunakan oleh memasangkan” kesini. Pasien dateng kita
pasien selama dirawat inap di lakukan edukasi, salah satunya
RSUD Pasar Minggu? “bukan, karena kan kita takutnya itu tentang gelang pasien,
admission juga tidak mengerti tentang hand hygiene juga, terus
ya. Karena yang ke admission orientasi ke ruangan oleh
juga belum tentu pasien, jadi perawat.”
nanti perawat yang akan
memasangkan dan perawat yang
akan mengedukasi, fungsinya ini
apa jadi nanti jangan bosen-
bosen nanti tiap apa pasti akan
ditanyain terus-menerus. Karena
kan nanti ada beberapa pasien
yang risih ya kita tanyain terus.”

“nah sebenernya kita udah minta


untuk print ya, gak tulis tangan.
Jadi kan disini udah IT, jadi
udah ada nih nama dan
sebagainya, jadi dulu sempet
kayak gitu, udah ada stikernya,
tapi stikernya itu abis atau
gimana, jadi saya udah minta
untuk dibikin lagi ya. Karena
beberapa yang gak sengaja saya
liat sih, dulu mereka nulis nomor
kamar, padahal itu gak boleh, itu
yang ngisi admission biasanya,
mereka gak ngerti harus ngisi
apa, misalkan disitu ada DOB,
mereka gak tau itu apa. Makanya
kita mencegah untuk itu, kita
minta stiker aja. Harusnya
perawat sih yang nulis, tapi gak
semuanya admission, belum
tentu admission belum tentu
perawat, tergantung aja yang
jaga siapa, kalau di
admissionnya yang jaga siapa
bisa jadi ditulis, bisa enggak.”
Lampiran 6

Transkip Wawancara Perawat

Bagaimana Bagaimana dengan


kebijakan/peraturan prosedur (SPO)
Pernah dilakukan Bagaimana cara anda
tentang ketepatan pelaksanaan ketepatan
Perawat sosialisasi terkait mengidentifikasi Edukasi pasien
identifikasi pasien di identifikasi pasien
identifikasi pasien? pasien?
rawat inap RSUD Pasar rawat inap di RSUD
Minggu? Pasar Minggu?
PR1 “kebijakannya sih belom “Belom ada sih “Enggak” “selalu nanya, pokoknya “yang di IGD sih
ada, tapi intinya sih kebijakannya harusnya mastiin namanya siapa. biasanya”
belom ada kejelasan apa, kalo dari itu sih “harusnya ada, Map ini sih daftar obat,
harus pasien nyebutin katanya kan harusnya sosialisasi sih gak bukan rekam medis, kalo
nama apa nama yang eeh tanya namanya kan, pernah. Kalo rekam medis ada disini
dipanggil. Karena kan tanya dua arah gitu, tapi sosialisasi untuk (komputer), kalo ini sih
katanya kadang ada yang kalo pas kemaren identifikasi pasien data-data obatnya , jadi
bilang, suster udah lama ditanya lagi kan ke pak paling kayak via WA pasiennya harus tau
tapi gak kenal, eeh kayak bos, katanya belom ada gitu sih” daftar obat-obatannya
itu, masa nanya nama kebijakan harusnya kek apa aja, jadi ada tanda
terus kayak gitu” gimana, tapi enaknya tangan nama
aja kayak gimana. Yang perawatnya yang ngasi,
penting namanya sesuai jadi kalo gak dikasi juga
gitu, terserah mau ketauan gak dicontreng
dipanggil atau ama perawatnya kayak
pasiennya nyebutin gitu.”
nama, enaknya kita aja,
takutnya ada yang ke
pasiennya, “suster saya
udah lama disini tapi
gak kenal-kena”l. Tapi
ada yang bilang kayak
gini, kalo pasiennya
nanya kita jawab aja
“itu identifikasi pak
takut ada kesalahan”,
jadi harus selalu tetap
nyebutin nama kayak
gitu”

PR2 “setiap tindakan, “hmm kalo pas aku “kadang gelang, gelang “pernah, kadang
pemberian obat, terus masuk, kayaknya itu dari UGD, UGD itu, pasien gini misalnya
observasi tanda-tanda belum, tapi kan pas di UGD itu gak ini dia dateng trus dari
vital kita identifikasi sebelumnya mungkin kan (stiker), jadinya bawah lupa
juga, apalagi yaa udah ya. Tapi tulis tangan, kadang gak masangin ya udah
pemberian obat, sekarang SOP ada kebaca. Jadi nama kita aja”
pengambilan darah, yang baru, eh yang dipanggil, pasien
terapi medikasi semua baru kayaknya kan nyebutin namanya “dijelasin ya apa
kita identifikasi itu sih” mau akreditasi ya, siapa, sama apa enggak, fungsinya, harusnya
kayaknya gak ada nanti kalau misalnya di dijelasin ya tapi
perubahan ya masalah gelangnya ada nomor kebanyakan enggak”
identifikasi” rekam medisnya, tapi
kebanyakan eeh karena
tulis tangan jadi gak
enak bacanya”

PR3 “sebenernya sih kalo SK “SOP sih ada, isinya tuh “gak sih, kalo kayak “ya tergantung, kalo “iya, dijelasin
begitu saya kurang tau, kalo yang aku tahu sih gitu kan istilah nya misalkan kita mau gelangnya buat apa,
tapi kita udah masih yang enam benar, udah ada ini, tindakan ya kita nanya kenapa beda pink
kesepakatan gitu mba, Cuma katanya yang istilahnya setiap pasiennya namanya, ama biru, tujuannya
kalo misalkan ngasi obat, terakhir itu disini mau rumah sakit sih beda- tanggal lahirnya, kalo apa gitu”
nanya nama, tanggal nerapin yang 10 benar” beda tapi pas kita misalkan tindakannya
lahir. Hmm kita kan kuliah gitu udah ada, mau dilakuin ya
setiap bulan kan ngadain Cuma kalo masalah tujuannya apa, misalkan
evaluasiya, ya itu biar benar berapa ada ada efek samping ya
gak kesalahan pemberian yang bilang 10 benar, jelasin efek
obat ya kita ya enam ada yang maksudnya sampingnya”
benarnya diterapin, enam, nerapin 12 benar, ada
benar obat, benar pasien, yang 6 benar gitu, tapi
benar dosis, benar dokter, yang poko sih yang
benar waktu, benar enam benar itu”
dokumentasi”

PR4 “ada, biasanya disini ada sih SOP nya, tapi “ehm pernah, ya itu “manggil nama, kadang “kalo dari rawat inap
pake 5 benar, terutama rumah sakit itu masing- kita identifikasi kalo, ehm sebenernya jarang ya, soalnya
pas pemberian obat ya. masing penerapannya, namanya, nomor harusnya kita kan ngasi yang biasa makein itu
Disini kita pake prinsip 5 ada 5 benar, ada 10 rekam medisnya pertanyaan terbuka, pasti dari IGD,
benar, benar pasien, benar, ada 7 benar, apalagi kalo misalnya kayak nanya namanya kecuali dari pasien,
benar obat, benar jam sebenernya ada 10 tapi di satu kamar ada siapa, tapi kalo setiap poli pun perawatnya
pemberiannya, benar kan yang itu kan terlalu nama yang sama kita hari kita sama kayak harusnya makein
dosisnya, sama biasanya rumit ya , 5 itu udah harus benar-benar sih, gitu, pasiennya ngerasa gelangnya sebelum
sih expired apa gak” cukup kok, ada di SOP sebenernya ya pas susternya gak kenal- kesini”
kita ada awal masuk kerjaan kenal nih ma kita, aku
tuh ada orientasi” jarang-jarang sih ya,
“eeh dari pertama kali paling 3 sampe 5 kali
kuliah udah ada ya, kita ketemu masih aku tanya
belajar juga , kalo dulu tapi kalo udah 5 kali
belajar 7 benar lebih udah langsung ke
sebenernya, kalo disini pasiennya. Buat apa sih,
pake nya 10 benar” bangun kepercayaan
juga lah buat pasien.
Karena kalo sering
ditanya siapa namanya,
pasiennya ngomong
susternya gak hapal-
hapal nih”
PR5 “Kayak manggil nama “Hmm kalo dari awal “Identifikasi pasien itu “Ngga.. kita ngga
pasien, tanggal lahir, masuk belum, paling biasanya setiap mau ada punya kewajiban,
kalo medical record sosialisasi aja sama tindakan kita identifikasi yang punya
kebetulankan pasiennya kepala ruangan” pasien sih, tapi biasanya kewajiban itu
gak hapal. Jadi biasanya terkadang juga kita biasanya yang pakein
nama pasien sama cuma identifikasi pasien gelang. Jadi sekalian
tanggal lahir” nama pasiennya aja, menjelaskan
kalo tanggal lahir kegunaan gelang itu,
terkadang pasiennya kenapa dipakein
juga suka lupa, sama gelang itu sama
keluarganya. Apalagi tujuannya, biasanyna
yang sudah lansia itu dari tugas yang
biasanya kita pasangin gelang”
identifikasinya cuma
minta nama pasiennya
saja. Nama pasien kan
ada dua huruf, eh
maksudnya dua nama ya
biasanya, sama nama
panjangnya.”

“Iya, dicocokin sama


map kuning. Biasanya
yang di gelang identitas
itu nama pasiennya
sama seperti map yang
kita pegang”

PR6 “Kalo disini sih kayak “Hmm kalo saya sih, “Biasa nanya nama, “Hmm kalo sampe
biasa, biasanya kalo disini ngga pernah tanggal lahir. Tanggal saat ini sih jarang
identifikasi pasien kalo denger. Cuma dari lahir sih tergantung banget makein
mau kasih obat, mau rumah sakit pasiennya, kalo gelang. Biasanya
transfusi juga sama, mau sebelumnya memang pasiennya kooperatif sih dari IGD udah
nganter dokter buat visit selalu begitu” tanggal lahir, atau dipasang. Kecuali
juga sama. Sama sih keluarganya juga bisa kalo misalkan di
pake nanya namanya ngejawab bisa tanya rekam medisnya
siapa, karena kalo kita keluarganya langsung, masih ada kita
cuma sebutin namanya sama kan pada saat kita arahkan orang IGD
siapa, misalnya “Sri”, ngasih obat atau untuk pasangin
dan ‘Sri’nya banyak, ngelakuin tindakan gelang”
kadang pasien suka minta tanda tangan
bilang iya-iya aja keluarganya untuk
pasiennya, pasien dicocokin nama sama
cenderung ngejawab. tanggal lahirnya”
Sama, tanggal lahir
kadang-kadang pasien “Sebelum kita ngelakuin
juga lupa tanggal tindakan, sebelum kasih
lahirnya. Kan kita suruh obat, sebelum ngelakuin
pake gelang” transfusi, atau mau
pasang alat kesehatan
“Karna kadang-kadang kayak NGT, kayak gitu-
pasien suka pindah, gitu sih biasanya”
misal dari bed A ke bed
C. Ada yang pindah
sendiri ngga bilang,
kadang-kadang kayak
gitu. Kita antisipasinya
liat dari gelang itu”

PR7 “sesuai sop sih kita kalo “ sopnya dilakuin saat “udah, kita kan “biasanya nanya nama “iya dijelasin
peraturannya gitu” kapan aja, kayak pasien melakukan akreditasi sama tanggal lahir, gunanya tujuannya
baru dari IGD” jadikan yang ipsd itu karena kalo nomor rm gelang ini untuk apa,
yang lima itu udah dia kan gak hapal” jadi nanti jangan
“jadi kan karena kita harus, apalagi bosen kalo
rawat inap, yang identifikasi kan perawatnya nanya-
pertama sih pada saat termasuk” nanya”
keluar dari igd, ya itu
sebelum melakukan
tindakan, ngambil
darah, kasi obat”

PR8 “hmm ee gak ada sih” “pasien baru masuk trus “enggak pernah ada “biasanya nanya nama “ada, ee..kita harus
emang kalo pasien itu yang begitu” pasien, umur pasien, ngasih tau ke
ee.. mengidentifikasi kayak gitu” perawat ee.. ke
pasien yang resiko jatuh pasiennya juga kan
kayak gitu kita sih paling ee.. identifikasi
enggak ee.. liat kondisi pasien itu yang ee..
pasiennya itu kalo digelang tangannya
emang itu sih nanti per- itukan kita juga
shift kita identifikasi sih ngasih tau ee..
pasiennya itu resiko fungsinya dipasang
jatuhnya seberapa, gelang ini, warnanya
kayak gitu” apa kan kita jelasin
juga semuanya mba,
trus disitu kan juga
ada dokter
penanggungjawabnya
dia siapa, kita juga
jelasin sih ke
pasiennya”

PR9 “ada sih” “isinya.. yang ditanya “ee.. awalnya sih ”Biasanya nanya nama, “guna gelangnya, iya
nama pasien, sesuaiin disosialisasikan tapi tanggal lahir, rm nya tugasnya orang UGD
sama gelangnya terus harus baca SOP dulu yang harus ada di sih tapi ee.. rata-rata
tanggal lahir, biasanya. setiap masuk perawat gelang sejauh ini sih gak sih pasien nggak tau”
Tapi sih maksimal 2, ada masuk, pas orientasi sesuai kayaknya.
2, nama sama rm” sih ada juga” identitasnya nama,
namanya tanggal lahir,
kalo misalnya udah
lansia kan lupa
biasanya, jadi rmnya”

“setiap mau melakukan


tindakan, terus mau
ngasih obat, terus baru
masuk pasien ke
ruangan”

PR10 “kalo waktu kemaren, “nanya nama, kita “pak Fajar (kepala “ya itu tindakan aja, “iya, kalo saya, saya
peraturan di rumah sakit tanya, konfirmasi, ruangan) kan di share kalo mau bagi obat, mau jelasin, ini gunanya
ini, kan aku pernah sebenernya sih ada sama di grup” ada tindakan, tindakan buat nanti sebagai
pengalaman di rumah medical record, cuman lah pokoknya, terus identitas pasien. Kan
sakit lain pasti udah tau kan, eee sama gelang, nanya tiga, nama, ada 2 tu ya , gelang
kalao kayak gitu kan udah kalo liat medical record tanggal lahir, sama sih banyak sih
standar JCI, kalo disini liat gelangnya. medical record” sebenernya, ada yang
dari KARS” Kadangkan medred alergi, identitas gitu,
pasien suka gak hapal, resiko jatuh”
kita suka liat di gelang
pasien”
Lampiran 7

Transkip Wawancara Pasien

Apakah petugas
Siapa yang Apakah petugas selalu
menjelaskan tentang Apakah nama dan
memakaikan dan melihat gelang yang
Pasien manfaat gelang tanggal lahir sudah
mengisi identitas pada dipakai setiap
identitas pasien? benar?
gelang identitas? melakukan tindakan?
P1 “oh ini di UGD, “gak ada” “iya udah benar” “ya cuma panggil aja
perawatnya, saya gak tau gitu. Gak juga sih, kan
udah dipakein aja” udah ada datanya,
kadang ya nanya,
manggil doang gitu udah
ngenalin”
P2 “udah dari suster di “mereka gak jelasin sih, “udah bener sih” “gak sih, mereka kan
IGD, yang nulis juga cuma saya udah tau guna udah punya apa itu
susternya” ya untuk eeh tau namanya eeh punya
identitas” datanya gitu, jadi pas
awal juga mereka gak
nanya”

“iya gak pernah liat


gelang identitas,
langsung aja”
P3 “udah dari IGD ini, “gak ada, saya pikir “udah bener kok” “enggak pernah,
perawatnya” gelang ini cuma buat ditanyain namanya aja,
tanda pasien disini” jadi setiap mau ngasi
obat atau periksa-
periksa, ditanyain
namanya siapa”
P4 “di bawah, di IGD, “iya, katanya biar mudah “gak ada tanggal “iya biasanya suka
susternya kayaknya, tau gitu, mudah nyarinya, lahirnya ini” nanya nama aja, kadang-
–tau udah pake ” untuk pengenal juga kan kadang ngecek, kadang
pasien banyak gitu” gak susternya udah
hapal. Biasa sih udah
hapal sih”

P5 “orang sini, pas udah di “enggak cuma dipakein “sudah, bener kok” “gak, Cuma nanya kamu
ruangan” aja” namanya siapa, ini gak
dicek”
P6 “dari IGD, dipakein “engga dijelasin, “udah, udah bener” “enggak, mereka
ama suster” langsung dipakein aja” langsung tanya aja gitu ,
ibunya namanya siapa
gitu”
P7 “susternya dibawah” “enggak dijelasin, Cuma “udah, sama ama KTP” “kalo itu gak, Cuma
bilang pake gelang aja, nanya ibu siapa gitu”
dokternya nyuruh pakein
gelang”
P8 “susternya, pas masuk “enggak, Cuma disuruh ”udah bener” “Diliat sih, diliat ama
IGD” pake aja” perawat, terus nanya
namanya siapa sama
perawatnya”
P9 “susternya, saya gak “gak, langsung dipakein “iya udah bener” “ya orang baru semalem
ngeh disini” aja” dipakein, ya kite gini kok
orang-orang dipakein
kite kagak. Jadi ya Cuma
nanya nama aja”
P10 “dibawah dari IGD” “hah, gak ada tuh” “udah” “gak cuma nanya aja,
ibu siapa, maryana gitu.
jarang, pas awal sekali
pernah, namanya siapa,
gitu kan nanya, Maryana,
coba liat, oh iya cocok
gitu”
Lampiran 8

Matriks Wawancara Tim Keselamatan Pasien

Jawaban
Domain
KP1 KP2 KP3 Kesimpulan
Kebijakan
Kebijakan identifikasi Sudah ada kebijakan Kebijakan sudah ada, Kebijakannya pasien Kebijakan tentang
pasien berupa SK Direktur. isinya mengatur harus diidentifikasi ketepatan identifikasi
Pelaksanaannya sudah identifikasi setiap akan melakukan pasien sudah memiliki
berjalan seperti menggunakan minimal tindakan atau pemberian SK Direktur, isi dari
menggunakan gelang dua identitas pasien dan terapi. Kemudian kebijakan tersebut yaitu
identitas saat pasien kapan dilakukannya. melakukan validasi data mengatur tentang
dirawat, perawat harus Pelaksanaannya sudah pasien dengan identifikasi pasien harus
melakukan pengecekan berjalan, namun mencocokkan data menggunakan minimal
minimal nama dan terkadang petugas belum dengan gelang identitas. dua identitas dan kapan
tanggal lahir saat mengidetifikasi pasien saja dilakukannya
melakukan tindakan, menggunakan dua identifikasi pasien.
namun pencatatan belum identidikator. Pelaksanaannya juga
dilakukan. sudah berjalan dengan
setiap pasien wajib
menggunakan gelang
identitas.
Tim keselamatan pasien Tim keselamatan pasien Semua instalasi,
dan pokja SKP sudah khususnya yang
ada. Dua tim tersebut memberikan asuhan
berbeda fungsi, pokja kepada pasien, dilibatkan
SKP berfungsi untuk menjadi tim keselamatan
menyiapkan dokumen pasien. Hal ini agar
yang dibutuhkan, semua instalasi
sedangkan tim menjalankan kebijakan
keselamatan pasien yang yang sudah ada.
melakukan isi dari
dokumen yang telah
dibuat. Kepala ruangan
merupakan tim
keselamatan pasien, hal
ini untuk memudahkan
dalam sosialisasi dan
pengawasan terhdap
perawat.

Panduan/pedoman pedoman sudah dibuat Panduan sudah ada, Tim pokja sasaran
keselamatan pasien oleh tim pokja SKP. dibuat berdasakan keselamatan pasien
literatur dan disesuaikan sudah membuat panduan
dengan kondisi rumah tentang identifikasi
sakit. pasien. Panduan tentang
identifikasi pasien dibuat
dengan menggunakan
literatur-literatur dan
disesuaikan dengan
rumah sakit ini. Isinya
juga lebih rinci tentang
tatalaksana identifikasi
pasien.
Budaya keselamatan Sudah semua instalasi Ada perubahan yang Tidak ada perbedaan menurut KP2 bahwa
pasien (khususnya yang berhubungan signifikan setelah adanya dalam pelaksanaannya, dengan adanya proses
identifikasi pasien dengan pasien langsung kebijakan tertulis untuk perubahnnya hanya pada akreditasi, ada perubahan
melakukan identifikasi akreditasi. Jadi petugas penekanan saja. yang signifikan terkait
pasien. Setiap pasien medis merasa terpaksa ketepatan identifikasi
rawat inap, juga pasien melakukan identifikasi pasien, karena semua
HD, sudah menggunakan pasien sesuai peraturan, tenaga medis dipaksa
gelang identitas. mereka jadi ;ebih patuh. untuk melakukan hal
tersebut sesuai kebijakan
yang telah berlaku.
Sedangkan menurut KP3,
bahwa tidak ada
perubahan apa-apa
karena beliau
mengatakan sudah dari
dulu melakukan prosedur
seperti itu.
Sistem pelaporan Belum ada sistem Pelaporan baru akan Kalau KTD kita ada Belum ada sistem
terhadap keselamatan pelaporan. Untuk saat ini dijalankan. Form formulirnya, tapi dipakai pelaporan terkait
pasien pengawasan dilakukan monitoring juga sedang ketika ada kejadain saja. keselamatan pasien,
oleh kepala ruangan. dibuat. Nantinya form terutama identifikasi
monitoring tersebut akan pasien. Tim keselamatan
diberikan kepada kepala pasien baru akan
ruangan, yang juga membuat formulir
sebagai tim keselamatan pelaporan yang akan
pasien, untuk mengawasi diserahkan kepada setiap
perawat di ruangannya. kepala ruangan. Formulir
yang sudah ada yaitu
formulir untuk insiden
keselamatan pasien.
SOP
Prosedur (SPO) untuk SPO sudah ada, tapi Sudah disosialisasikan, Prosedur penyiapan obat SOP sudah ada, namun
pelaksanaan ketepatan belum disosialisasikan tapi saat survey simulasi harus melakukan double ada beberapa hal yang
identifikasi pasien secara resmi kepada ada beberapa SPO yang check. Pada saat kurang sesuai dengan
perawat. Untuk saat ini kurang sesuai dengan diberikan kepada pasien, elemen-elemen KARS.
penjelasan prosedur standar akreditasi, tapi perawat juga harus Sedangkan, menurut KP3
kepada perawat hanya kurang kata-kata mencocokkan dara bahwa prosedur dalam
dilakukan oleh kepala saja. dengan gelang identitas mengidentifikasi pasien,
ruangan. pasien. Setelah selain menanyakan
pemberian obat, pasien identitas pasien, perawat
harus menandatangani juga harus melakukan
formulir pemberian obat. double cek saat
menyiapkan obat kepada
pasien. Sosialisasi
terhadap SOP belum
dilakukan secara resmi
kepada perawat-perawat.
Petugas yang terlibat Admission, perawat, Semua instalasi Semua tenaga medis
untuk identifikasi pasien IGD, kepala ruangan, terlibat untuk melakukan
serta laboran identifikasi pasien
Pengetahuan Perawat
Cara tim Keselamatan Saat ini dari kepala Karu sebagai tim Dari awal rekrutmen, Cara tim menerapkan
Pasien menerapkan ruangan. keselamatan pasien yang perawat sudah dijelaskan prosedur yaitu dengan
prosedur (SPO) bertanggung jawab, pada saat orientasi. Pada melibatkan kepala
ketepatan identifikasi karena mereka juga hari penempatan mereka ruangan, jadi kepala
pasien kepada perawat bagian tim keselamatan juga dijelaskan seputar ruangan yang akan
pasien. ruangan dan sistem menjelaskan kepada
disini. perawat-perawat.
Sedangkan menurut
kepala ruangan bahwa
identifikasi pasien
termasuk salah satu yang
dijelaskan pada saat
orientasi, juga pada saat
hari H penempatan
dijelaskan kembali.
Yang dilakukan untuk Dari kepala ruangan Dari laporan kejadian Melihat dan Tim keselamatan pasien
mengetahui bahwa insiden, bisa dilihat dari memperhatikan perawat untuk mengetahui
petugas kesehatan telah penurunan kejadian pada saat menyiapkan bahwa perawat sudah
mengetahui dan insiden. Jadi ketika ada obat. Supervisi juga mengetahui prosedur
memahami prosedur insiden keselamatan dilakukan oleh kepala identifikasi pasien dari
pelaksanaan identifikasi pasien, tim akan ruangan tanpa disadari kepala ruangan, dan juga
pasien rawat inap di menganalisis perawat. dari laporan kesalahan
RSUD Pasar Minggu penyebabnya apa. identifikasi pasien saat
petugas melakukan
tindakan kepada pasien.
Sedangkan, kepala
ruangan melakukan
supervisi untuk melihat
perawat-perawat dalam
melakukan tindakan
kepada pasien.
Kemampuan Perawat
Cara tim Keselamatan Observasi oleh kepala Seharusnya dilakukan Dari karu, tetapi tidak Untuk mengetahui
Pasien mengetahui ruangan ronde, yang dilakukan semua perawat diawasi. kemampuan perawat
kemampuan perawat oleh tim untuk Kalau pemberian obat dalam menjalankan
dalam menjalankan mengawasi langsung ke dapat dicek melalui map prosedur yaitu dari
prosedur ketepatan pasien. Tetapi untuk kuning, dilihat apakah kepala ruangan yang
identifikasi pasien sekarang, cara ada tanda tangan pasien melakukan observasi
mengetahuinya dari karu. atau tidak. terhadap perawat-
perawat di ruangan rawat
inap. Kemudian tim
keselamatan pasien juga
mengatakan bahwa
seharusnya dilakukan
kegiatan pengamatan
terhadap perawat sesuai
dengan workshop yang
telah diikuti, namun
hingga saat ini tim
keselamatan pasien
belum pernah memantau
langsung sasaran
keselamatan pasien.
Edukasi Pasien
Edukasi pasien terhadap Ada di SOP pemasangan Gelang identitas Gelang identitas SOP terkait pemasangan
manfaat identifikasi gelang identitas diberikan oleh petugas digunakan saat pasien gelang identitas sudah
pasien admisi. Penjelasan masuk melalui IGD. ada. Menurut tim
dilakukan oleh perawat Tetapi perawat rawat keselamatan pasien yang
di IGD. Seharusnya inap tetap memiliki memakaikan dan
dilakukan oleh admisi, kewajiban untuk menjelaskan fungsi
tetapi ditakutkan petugas menjelaskan fungsi gelang identitas yaitu
admisi tidak mengerti, gelang identitas. perawat, terutama
jadi perawat yang perawat di IGD, bukan
memakaikan dan petugas admisi.
menjelaskan identifikasi Sedangkan menurut
pasien. Nantinya kepala ruangan, perawat
identitas pasien akan di rawat inap juga
dibuatkan stiker untuk memiliki tanggung jawab
mengurangi kesalahan menjelaskan gelang
dalam menuliskan identitas.
identitas pasien.
Lampiran 9

Matriks Wawancara Perawat

prosedur (SPO)
Cara mengidentifikasi
Perawat Kebijakan pelaksanaan ketepatan Sosialisasi SPO Edukasi pasien
pasien
identifikasi pasien
PR1 Kebijakan sudah ada, Belum ada kebijakan, Tidak pernah Selalu menanyakan dan Biasanya yang di
tetapi tidak ada kejelasan, katanya harus bertanya sosialisasi. Seharusnya memastikan nama IGD
karena jika perawat terus- dua arah dengan pasien. ada sosialisasi, tapi pasien.
menerus menanyakan Tetapi karena belum ada pernah dijelaskan via
nama, kadang pasien kebijakan, jadi terserah grup chating (WA)
merasa tidak dikenal oleh perawat bagaimana
perawat. mengidentifikasinya,
yang penting nama
pasiennya sesuai.

PR2 Setiap tindakan, Belum ada sosialisasi, Kadang menggunakan Kalau pasien belum
pemberian obat terus tetapi mungkin dulu gelang, tetapi biasanya menggunakan gelang
observasi tanda-tanda ada. Sekarang ada data pasien di gelang dari IGD, perawat di
vital, dilakukan SOP baru karena akan identitas tidak terbaca. rawat inap yang
identifikasi pasien. akreditasi. Kemudian menanyakan memasangkan gelang
nama pasien dengan identitas pada pasien.
pertanyaan terbuka Seharusnya perawat
di rawat inap
menjelaskan fungsi
identifikasi pasien,
tetapi perawat lebih
sering tidak
menjelaskan.
PR3 Kurang tahu mengenai SK SOP sudah ada, isinya Tahu mengenai Setiap akan melakukan Iya, dijelaskan
Direktur, tetapi sudah ada prinsip enam benar. identifikasi pasien tindakan, ditanyakan gelang ini apa
kesepakatan untuk Tetapi katanya akan pada saat kuliah dulu. nama dan tanggal lahir, fungsinya seperti
identifikasi pasien. dibuat menjadi prinsip kemudian juga perbedaan warna
Biasanya penerapan 10 benar. menjelaskan tujuannya gelang biru dan pink,
prinsip enam benar saat tindakan apa, efek dan tujuannya apa..
pemberian obat. sampingnya apa jika
ada.

PR4 Ada kebijakan, disini SOP ada, namun setiap Pada saat orientasi Saat identifikasi pasie, Jarang dijelaskan di
menggunakan prinsip 5 rumah sakit berbeda- dijelaskan bahwa menanyakan nama rawat inap mengenai
benar, terutama pada saat beda penerapan identifikasi pasien dengan pertanyaan gelang identitas,
pemberian obat. prinsipnya, ada yang 5 yang ditanyakan nama terbuka. Tetapi kalau biasnaya dari IGD.
benar, 7 benar, atau 10 dan nomor rekam setiap hari bertanya
benar. Di SOP kita yang medis, apalagi jika dengan pertanyaan
prinsip 5 benar. dalam satu ruangan terbuka, pasien akan
terdapat pasien dengan merasa suster tidak
nama yang sama, hafal-hafal dengan
perawat harus berhati- pasien. Biasanya jika
hati. sudah lebih dari 5 kali
bertemu, tidak
menanyakan pasien
dengan pertanyaan
terbuka kembali.

PR5 Memanggil nama pasien Dari awal masuk Identifikasi pasien saat Perawat rawat inap
dan tanggal lahir. Kalau belum ada sosialisasi, akan melakukan tidak memiliki
medical record tetapi pernah tindakan. Tetapi kewajiban untuk
kebanyakan pasien tidak dijelaskan oleh kepala biasanya hanya menjelaskan gelang
hafal, jadi sering tidak ruangan. menanyakan nama identitas. Karena
ditanyakan. pasien saja, karena yang memiliki
terkadang pasien tidak kewajiban untuk
hafal tanggal lahirnya, menjelaskan fungsi
terutama lansia. gelang identitas yang
Kemudian dicocokkan memakaikan gelang
dengan gelang pasien identitas.
dan map kuning.
PR6 Seperti biasa, setiap ada Tahu dari rumah sakit Identifikasi pasien Jarang memakaikan
tindakan seperti sebelumnya mengenai biasanya menanyakan gelang identitas
pemberian obat, tranfusi, identifikasi pasien nama, kalau tanggal kepada pasien,
atau mengantar dokter karena intinya lahir tergantung biasanya petugas
visit, harus melakukan memang begitu. pasiennya, kalau IGD yang
identifikasi pasien. pasien/keluarga pasien memakaikan gelang
Identifikasi pasien harus kooperatif mau tersebut.
menggunakan menjawab. Pada saat
pertanyaan terbuka. pemberian obat juga
Kemudian biasanya pasien/keluarga pasien
pasien ada yang tidak akan diminta tanda
hafal tanggal lahir, tangan pada sebuah map,
terutama pasien lansia, juga data pada map akan
makanya dilihat di dicocokkan dengan
gelang identitas pasien. gelang identias pasien.
gelang identitas juga ”
untuk antisipasi jika ada
pasien yang berpindah
tempat tidur tanpa izin
kepada petugas.

PR7 Peraturan disini sesuai Isi dari SOP, kapan saja Sudah pernah ada Biasanya hanya Iya dijelaskan fungsi
SOP. dilakukan identifikasi sosialisasi dari kepala menanyakan nama dan gelang untuk apa,
pasien, seperti sebelum ruangan karena sudah tanggal lahir, kalau kemudian dijelaskan
memberikan obat, akan akreditasi.. nomor rekam medis, juga agar jangan
mengambil darah atau pasien sering tidak hafal. bosan jika ditanya
tindakan lain. suster teru-menerus
identitas pasien.

PR8 Tidak ada kebijakan. Prosedurnya pasien Tidak pernah ada Biasanya menanyakan Fungsi gelang
diidentifikasi pasien sosialisasi. nama pasien, umur dijelaskan seperti
yang risiko jatuh. pasien. warna gelang yang
dipakai pasien,
dokter
penanggungjawab,
dan lain-lain.

PR9 Ada kebijakan. Isi dari SOP yaitu Dijelaskan pernah, Identifikasi dilakukan Tugasnya petugas
menanyakan nama tetapi juga harus pada saat akan IGD menjelasnkan
pasien, tanggal lahir, membaca SOP juga. melakukan tindakan. kegunaan gelang,
kemudian disesuaikan Ketika awal masuk, Biasanya menanyakan tetapi rata-rata pasien
dengan gelang identitas. saat orientasi pernah nama dan tanggal lahir tidak tahu.
Minimal 2 identitas dijelaskan tentang pasien.
pasien. identifikasi pasien.

PR10 Sesuai pengalaman waktu Identifikasi pasien Dari kepala ruangan di Setiap mau melakukan Dijelaskan kepada
bekerja di rumah sakit biasanya nanya nama share di grup WA. tindakan seperti pasien, terutama
yang lain sesuai standar sama nomor medical pemberian obat. gelang khusus untuk
JCI, tetapi kalau disini record, kemudian Kemudian menanyakan pasien alergi, yang
sesuai KARS. disesuaikan dengan tiga identitas, nama berisiko jatuh, dan
gelang identitas. Bisanya pasien, tanggal lahir, dan lain-lain.
pasien tidak hafal nomor nomor rekam medis.
rekam medis, jadi harus
dilihat di gelang identitas
pasien.

kesimpulan Dari sepuluh perawat Kebanyakan perawat Beberapa perawat Seluruh perawat pada Sebagian perawat
yang ditanyakan yang ditanya mengatakan bahwa saat melakukan mengatakan bahwa
mengenai mengatakan bahwa tidak pernah mendapat identifikasi pasien akan perawat juga
kebijakan/peraturan prosedur ketepatan sosialisasi terkait menanyakan nama seharusnya
ketepatan identifikasi identifikasi pasien yang ketepatan identifikasi kepada pasien, sebagian menjelaskan fungsi
pasien, ada dua perawat mereka tahu yaitu pasien, beberapa lagi akan menanyakan dari geang identitas
yang mengatakan tidak identifikasi pasien mengatakan pernah tanggal lahir juga, pasien, namun
ada kebijakan terkait dilakukan setiap akan mendapat sosialisasi namun ada yang tidak sebagian lagi
ketepatan identifikasi melakukan tindakan, terkait ketepatan menanyakan tanggal mengatakan bahwa
pasien, dan satu perawat serta menanyakan nama identifkasi pasien, ada lahir kepada pasien yang bertanggung
mengaku tidak tau terkait pasien dan tanggal lahir. yang pada saat tertentu, misalnya lansia jawab menjelaskan
SK Direktur ada atau Namun ada juga perawat orientasi, ada juga yang sering lupa dengan hal tersebut adalah
tidak, namun selebihnya yang mengatakan bahwa yang melalui grup tanggal lahir, dan perawat IGD.
mengatakan bahwa yang seharusnya juga melihat chating, dan ada juga keluarga juga terkdang
mereka ketahui hanya gelang identitas pasien yang langsung tidak mengingat tanggal
prosedur yang biasa untuk memastikan mendapat sosialisasi lahir pasien. Hanya ada
dilakukan saat melakukan nomor rekam medis dari kepala ruangan satu perawat yang
tindakan. pasien tersebut mengatakan bahwa
terkadang melihat
gelang identitas jika
tulisannya jelas, karena
biasanya tulisan pada
gelang kurang bisa
dibaca.
Lampiran 10

Matriks Wawancara Pasien

Petugas yang
Petugas menjelaskan Petugas selalu
memakaikan dan Identitas pada gelang
Pasien fungsi gelang identitas memeriksa gelang
mengisi identitas pasien sudah benar atau belum
identitas atau tidak
pada gelang identitas
P1 Ini sudah dari UGD, Tidak ada. Sudah benar. Hanya memanggil nama
tidak sadar saat saja, karena perawat
dipakaikan, sudah mengenal pasien
.
P2 Ini sudah dari suster IGD, Petugas tidak Sudah benar. Tidak, karena suster
dan suster juga yang menjelaskan, tetapi sudah ada data sendiri,
menulis data identitas di kegunaan gelang ini jadi mereka tidak pernah
gelang. untuk tau identitas. melihat gelang identitas.

P3 Sudah dari IGD dan Tidak ada, gelang ini Sudah benar. Tidak pernah, hanya
perawatnya yang hanya untuk tanda ditanyakan nama saja,
mekaikan gelang pengenal. jadi setiap diberikan obat
identitas. atau dipeiksa hanya
” ditanya nama saja.

P4 Gelang dipakaikan Ini untuk memudahkan Tidak ada tanggal lahir. Biasanya hanya
dibawah, saat di IGD, mencari pasien, sebagai ditanyakan nama sajs.
tidak sadar sudah pengenal juga. Karena biasanya
dipalkaian. susternya sudah hafal.

P5 Disini, ruang rawat inap, Tidak dijelaskan, hanya Sudah benar. Tidak, hanya ditanya
saat sudah diruangan. dipakaikan saja. nama saja, gelang
identitas tidak dicek.
P6 Di IGD dipakaikan oleh Tidak dijelaskan, Sudah benar. Tidak, petugas langsung
suster. langsung dipakaikan saja. tanya nama saja.

P7 Iya yang memakaikan Tidak dijelaskan, hanya Sudah sesuai KTP. Hanya ditanyakan nama
suster di IGD. disuruh dokter untuk saja.
memakai gelang
identitas.

P8 Pas masuk ke IGD. Tidak dijelaskan, hanya Sudah benar. Gelang identitas dilihat
disuruh untuk memakai sama perawat, terus
gelang identitas. ditanyakan nama.

P9 Suster yang memakaikan Tidak, langsung Sudah benar. Hanya ditanyakan nama,
gelangnya. dipakaikan saja. karena gelang identitas
juga baru dipakaikan.

P10 Dari IGD. Tidak ada. Sudah benar. Hanya ditanyakan nama,
kemudian dicocokkan
dengan gelang identitas.

Kesimpulan Hampir seluruh pasien Dari sepuluh pasien yang Sembilan dari sepuluh Hampir seluruh pasien
dipakaikan gelang ditanyakan mengenai pasien mengatakan mengatakan bahwa
identitas oleh perawat petugas menjelaskan atau bahwa identitas pada perawat tidak pernah
IGD, hanya satu yang tidak terkait gelang gelang sudah benar, sama sekali melihat
dipakaikan di ruang identitas, hanya satu namun ada satu yang gelang identitas, dari
rawat inap karena pasien yang mengatakan identitasnya tidak sepuluh pasien yang
petugas lupa bahwa petugas lengkap, hanya ada nama ditanyakan, hanya dua
memasangkan gelang menjelaskan fungsi dan umur, padahal pasien yang mengatakan
identitas tersebut. gelang tersebut sebagai seharusnya yang wajib pernah dilihat gelang
pengenal, dan yang diisi adalah tanggal lahir identitasnya oleh perawat
lainnya tidak dijelaskan bukan umur pasien. untuk mencocokkan data
sama sekali, hanya identitas pasien tersebut
dipasangkan saja
Lampiran 11

Tabel Observasi Kemampuan Perawat dalam Identifikasi Pasien

Periksa dan bandingkan data pada Perawat menerapkan prinsip 5 perawat mengambil darah atau
gelang pengenal dengan rekam benar : spesimen lain sesuai permintaan
medis Benar obat, benar dosis, benar cara dokter kemudian memberi
pemberian, benar waktu, dan benar identitas nama dan nomor rekam
No. Nama Perawat
pasien medik pasien di tabung / botol /
tempat sampel darah atau
spesimen tersebut
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. PR1 √√√√ √√√√
2. PR2 √√ √√√ √
3. PR3 √√ √ √
4. PR4 √√√ √√√
5. PR5 √√√ √√√
6. PR6 √√√ √√√
7. PR7 √√ √ √√√
8. PR8 √√ √√
9. PR9 √√√ √√√
10. PR10 √√√ √√√
Lampiran 12

Tabel Observasi Ketepatan Identifikasi Pasien

Pasien diidentifikasi Pasien diidentifikasi Pasien diidentifikasi Pasien diidentifikasi


menggunakan dua sebelum pemberian sebelum pengambilan sebelum pemberian
identitas pasien, tidak obat, darah atau darah dan spesimen pengobatan dan
boleh menggunakan produk darah lain unutk pemeriksaan tindakan
No. Nama Petugas Keterangan
nomor kamar atau klinis
lokasi pasien

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak


1. PR1 √√√√ √√√√ Rata-rata perawat
2. PR2 √√√ √√ √ hanya
mengidentifikasi
3. PR3 √√ √ √ dengan
4. PR4 √√√ √√√ menanyakan nama
5. PR5 √√√ √√√ pasien, hanya ada
tiga perawat yang
6. PR6 √√√ √√√ menanyakan
7. PR7 √√ √ √√√ tanggal lahir
8. PR8 √√ √√ maupun nomor
rekam medis
9. PR9 √√√ √√√ pasien
10. PR10 √√√ √√√
Gelang Identitas Pasien Rawat Inap Kelas III RSUD Pasar Minggu

Gelang identitas yang sudah sesuai dengan peraturan

Gelang identitas yang tidak sesuai dengan peraturan


IDENTIFIKASI PASIEN

No. Revisi Halaman


No. Dokumen
00 1/2
No.002/SPO/SKP/IV/2017

Ditetapkan,
Direktur RSUD Pasar Minggu
Tanggal Terbit
SPO
30 April 2017
dr. T. CAROLINE K, MARS
NIP. 195811271987032003
Identifikasi pasien merupakan suatu kegiatan pemberian
PENGERTIAN identitas terhadap pasien yang akan diberikan layanan atau
pengobatan tertentu sehingga dapat meminimalisir kekeliruan.
1. Mengidentifikasi dengan benar pasien sebelum
pemberian obat, darah atau produk darah, pengambilan
darah dan spesimen lain.
TUJUAN 2. Mencocokkan layanan atau perawatan dengan pasien
tersebut.
3. Agar hasilnya dipastikan dapat mengatasi semua
permasalahan identifikasi yang mungkin terjadi.
SK Direktur No. 898 Tahun 2017 tentang Kebijakan Penerapan
KEBIJAKAN Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit Umum Daerah
Pasar Minggu.
1. Lakukan identifikasi pasien mulai saat pasien
mendaftar, memperoleh pelayanan sampai pasien
pulang.
2. Lakukan identifikasi pada semua pasien dengan benar
sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah,
pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan.
3. Perawat melakukan prosedur :
a. Sebelum pemberian obat, darah atau produk darah
- Periksa dan bandingkan data pada gelang
pengenal dengan rekam medis
- Perawat menerapkan prinsip 5 benar : benar
PROSEDUR
obat, benar dosis, benar cara pemberian, benar
waktu, dan benar pasien.
b. Sebelum pengambilan darah dan spesimen
- Periksa dan bandingkan data pada gelang
peengenal dengan rekam medis.
- Perawat mengambil darah atau spesimen lain
sesuai permintaan dokter kemudian memberi
identitas nama dan nomor rekam medik pasien
di tabung / botol / tempat sampel darah atau
spesimen tersebut.
IDENTIFIKASI PASIEN

No. Revisi Halaman


No. Dokumen
00 2/2
No.002/SPO/SKP/IV/2017

1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Gawat Darurat
UNIT TERKAIT
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi penunjang / diagnostik
PEMASANGAN GELANG IDENTIFIKASI
PASIEN RAWAT INAP

No. Revisi Halaman


No. Dokumen
00 1/2
No.001/SPO/SKP/IV/2017

Ditetapkan,
Direktur RSUD Pasar Minggu
Tanggal Terbit
SPO
30 April 2017
dr. T. CAROLINE K, MARS
NIP. 195811271987032003
Proses kegiatan identifikasi dengan memasang gelang
identifikasi pasien rawat inap pada pergelangan tangan yang
PENGERTIAN dominan, dengan mencantumkan identitas minimal 2 identitas.
Berupa nama, tempat tanggal lahir dan atau nomor rekam
medis .
Memastikan identifikasi pasien dengan benar selama pasien
TUJUAN
dirawat di RSUD Pasar Minggu
SK Direktur No. 898 Tahun 2017 tentang Kebijakan Penerapan
KEBIJAKAN Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit Umum Daerah
Pasar Minggu.
A. Persiapan
Penampilan petugas admisi rawat inap :
a. Periksa kerapihan pakaian seragam
b. Periksa kelengkapan atribut
Alat-alat :
a. Gelang identifikasi pasien ( biru/merah muda )
b. Berkas Rekam Medis
c. Alat tulis

B. Pelaksanaan :
1. Siapkan gelang identifikasi pasien sesuai jenis
kelamin.
2. Isi label gelang dengan identitas pasien ( nama,
tempat tanggal lahir dan nomor rekam medis )
PROSEDUR
sesuai berkas rekam medis pasien
3. Ucapkan salam
“Selamat pagi/siang/sore/malam, Bapak/Ibu “
4. Sebut nama dan departemen/unit kerja anda.
“Saya..... (nama), dari unit kerja ........(sebutkan)”
5. Jelaskan maksud dan tujuan pemasangan gelang
identifikasi kepada pasien.
“ Bapak/Ibu, sesuai peraturan keselamatan pasien,
saya akan memasang gelang identifikasi ini pada
pergelangan tangan Bapak/Ibu. Tujuannya adalah
untuk memastikan identitas Bapak/Ibu dengan
benar dalam mendapatkan pelayanan dan
pengobatan selama di rumah sakit ini. Setelah
Bapak/Ibu berada di ruang rawat inap, staf kami
PEMASANGAN GELANG IDENTIFIKASI
PASIEN RAWAT INAP

No. Revisi Halaman


No. Dokumen
00 2/2
No.001/SPO/SKP/IV/2017

akan selalu melakukan konfirmasi identitas dengan


meminta Bapak/Ibu menyebutkan nama dan tanggal
lahir Bapak/Ibu untuk dicocokkan dengan data pada
gelang identifikasi. Prosedur konfirmasi tersebut
akan selalu dilaksanakan pada saat pemberian
obat, pemberian transfusi darah, pengambilan
sampel untuk pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan radiologi dan bila akan dilakukan
tindakan kedokteran”.
6. Lakukan verifikasi untuk mengetahui bahwa pasien
dan atau keluarga paham atas informasi tersebut.
7. Pasangkan gelang identifikasi pada pergelangan
tangan pasien (sesuai dengan kondisi).
PROSEDUR 8. Informasikan kepada pasien dan atau keluarga
bahwa gelang identifikasi ini harus selalu dipakai
hingga pasien diperbolehkan pulang.
“Bapak/Ibu, mohon agar gelang identitas ini jangan
dilepas selama masih dalam perawatan di RS ini“.
9. Ucapkan terimakasih dan sampaikan “Terima kasih
atas pengertian dan kerjasamanya”.

C. Hal yang harus diperhatikan :


Bila pasien berada di IGD maka petugas admisi
memasangkan gelang identifikasi pasien di IGD dan
menyerahkan berkas Rekam Medis kepada petugas
IGD.

1. Instalasi Rekam Medis


2. Instalasi Rawat Inap
UNIT TERKAIT
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Instalasi Rawat Intensif

Anda mungkin juga menyukai