Anda di halaman 1dari 24

AKTUALISASI PANCASILA DALAM

KEHIDUPAN BERBANGSA DAN


BERNEGARA DI ERA GLOBALISASI
April 20, 2015

Topik diskusi : Dalam era globalisasi, aktualisasi pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara perlu diwujudkan menghadapi perkembangan dunia yang tidak menentu dengan
kemajuan teknologi yang canggih. Bagaimana perwujudan aktualisasi pancasila tersebut yang di
harapkan? Jelaskan pokok-pokok pikiran anda!

Pengertian pancasila dan aktualisasi itu sendiri adalah:

– Pancasila : Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

– aktualisasi : Aktualisasi merupakan suatu bentuk kegiatan melakukan realisasi antara


pemahaman akan nilai dan norma dengan tindakan dan perbuatan yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan aktualisasi pancasila, berarti penjabaran nilai-nilai pancasila
dalam bentuk norma-norma, serta merealisasikannya dalam kehidupan berBangsa dan
berNegara. Dalam aktualisasi Pancasila ini, penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-
norma, dijumpai dalam bentuk norma hukum, kenegaraan, dan norma-norma moral. Sedangkan
realisasinya dikaitkan dengan tingkah laku semua warga negara dalam masyarakat, berBangsa
dan berNegara, serta seluruh aspek penyelenggaraan negara.

Dalam 10 tahun terakhir ini banyak bermunculan kasus – kasus sosial. Mulai dari ringan, sedang
hingga sampai yang berat, dalam bentuk tindak pelanggaan, perilaku menyimpang dan tindak
kriminal. Antara lain seks bebas, penggunaan narkoba, terorisme, dan berbagai aktifitas yang
menyimpang lainnya. Kegelisahan pun muncul di kalangan para orang tua, masyarakat, pemuka
agama, apalagi para pendidik. Namun sayangnya tidak semua pihak yang mengambil sikap,
peran serta kontibusi yang jelas dan nyata untuk mencari jalan keluar mengenai masalah –
masalah sosial yang sedang terjadi saat ini. Yang bisa dilakukan adalah pengarahan, penyuluhan,
dan penyuluhan dan himbauan kepada seluruh warga masyarakat.
Terdapat norma – norma yang tidak berfungsi lagi atau bahkan hilang akibat era globalisasi,
yang semestinya harus diketahui dan dipahami untuk dimanifestasikan dalam kehidupan sosial.
Di dalam realitasnya, kehidupan mengalami disfungsi nilai – nilai.

Masyarakat Indonesia yang terbiasa santun dalam berprilaku, melaksanakan musyawarah


mufakat dalam menyelesaikan masalah, mempunyai kearifan local yang kaya dan pluralis, serta
bersikap toleran dan gotong – royong mulai cenderung berubah menjadi hagemoni – hagemoni
kelompok yang saling mengalahkan dan berprilaku tidak jujur. Semua ini menegaskan bahwa
terjadi ketidakpastian jati diri dan karakter bangsa yang bermuara pada disorientasi dan belum
dihayatinya nilai – nilai Pancasila sebagi filosofi dan ideologi bangsa ini, memudarnya
kesadaran terhadap nilai – nilai budaya bangsa, serta bergesernya nilai etika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Perilaku ini semua berpangkal pada tatakelola negara yang kurang bertanggung jawab dengan
korupsi, kolusi, dan nepotisne. Melihat kondisi bangsa ini seperti itu diperlukan upaya – upaya
untuk mengatasinya. Untuk itu saat ini yang menjadi pertanyaan kita saat ini adalah bagaimana
cara kita mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan kita??

Sebagai manyarakat Indonesia, kita seharusnya sadar apa yang menjadi dasar kita sebagai rakyak
Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila adalah sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang
menjadi visi dan misi oleh bangsa ini. Pancasila merupakan dasar dalam kita warga negara
Indonesia dalam melakukan aktifitas kita sehari – hari dalam berprilaku.

Jika kita sebagai warga Indonesia menanamkan nilai – nilai Pancasila dalam diri kita masing –
masing maka negara kita ini pasti akan mengalami perkembangan. Menurut saya, aktualisasi
Pancasila dapat terealisasi jika kita sebagai warga Indonesia memahami nilai – nilai apa saja
yang terdapat dalam Pancasila lalu menjalankan dalam kehidupan kita sehari – hari.

Namun yang menjadi pertanyaan kita saat ini adalah bagaimana cara kita
mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan kita sehari – hari?
1. Aktualisasi Pancasila
Sebelum kita masuk pada pokok bahasan kita perlu tau lebih dulu apa makna sebenarnya dari
aktualisasi tersebut. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, aktualisasi diambil dari kata
actual yaitu “betul – betul ada (terlaksana)”. Jadi aktualisasi Pancasila adalah mengaplikasikan
atau mewujudkan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia mengandung konsekuensi setiap aspek dalam
penyelenggaraan negara dan sikap dan tingkah laku bangsa Indonesia dalam bermasyarakat dan
bernegara harus berdasar pada nilai – nilai Pancasila. Hakikat Pancasila adalah bersifat universal,
tetap dan tidak berubah. Nilai – nilai tersebut perlu dijabarkan dalam setiap aspek dalam
penyelenggaraan negara dan dalam wujud norma – norma baik norma hukum, kenegaraan,
maupun norma – norma moral yang harus dilaksanakan oleh setiap warga negara Indonesia.

Permasalah pokok dalam aktualisasi Pancasila adalah bagaimana wujud realisasinya itu, yaitu
bagaimanna nilai – nilai pancasila yang universal itu dijabarkan dalam bentuk – bentuk norma
yang jelas dalam kaitannya dengan tingkah – laku semua warga negara dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta dalam kaitannya dengan segala aspek penyelenggaraan negara.

Berdasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia bahwa setiap manusia adalah sebagai individu
dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Kesepakatan kita sebagai suatu kesepakatan yang luhur
untuk mendirikan negara Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila mengandung konsekuensi
bahwa kita harus merealisasikan Pancasila itu dalam setiap aspek penyelenggaraan negara dan
tingkah – laku dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bagi bangsa Indonesia
merealisasikan Pancasila adalah merupakan suatu keharusan moral maupun yuridis.

Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi Pancasila obyektif dan
subyektif :

1. Aktualisasi Pancasila yang Objektif


Aktualisasi Pancasila obyektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan
kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif maupun yudikatif.
Selain itu juga meliputi bidang – bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi, hukum
terutama dalam penjabaran ke dalam undang – undang, GBHN, pertahanan keamanan,
pendidikan maupun bidang kenegaraan lainnya.

2. Aktualisasi Pancasila yang Subjektif


Aktualisasi Pancasila subyektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam setiap pribadi, perorangan,
setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa dan setiap orang
Indonesia dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat. Aktualisasi
Pancasila yang subjektif ini justru lebih penting dari aktualisasi yang objektif, karena aktualisasi
subjektif ini merupakan persyaratan keberhasilan aktualisasi yang objektif.
Pelaksanaan Pancasila yang subjektif sangat berkaitan dengan kesadaran, ketaatan, serta
kesiapan individu untuk mengamalkan Pancasila. Pelaksanaan Pancasila yang subjektif akan
terselenggara dengan baik apabila suatu keseimbangan kerohanian yang mewujudkan suatu
bentuk kehidupan dimana kesadaran wajib hukum telah terpadu menjadi kesadaran wajib moral,
sehingga dengan demikian suatu perbuatan yang tidak memenuhi wajib untuk melaksanakan
Pancasila bukan hanya akan menimbulkan akibat moral, dan ini lebih ditekankan pada sikap dan
tingkah – laku seseorang. Sehingga Aktualisasi Pancasila yang subjektif berkaitan dengan norma
– norma moral.

1. Sosialisasi Nilai – Nilai Pancasila Melalui Pendidkan Karakter


Dalam hal ini sosialisasi nilai – nilai Pancasila, berbeda – beda tapi satu adalah syarat utama.
Semua orang Indonesia harus meyakini bahwa bangsa ini mempunyai dasar yang kokoh.
Kesatuan bangsa didasarkan pada bahasa dan kebudayaan karena bahasa merupakan pembawa
tradisi, pewarisan rasa, symbol – simbol, hubungan emosional, dan keyakinan.

Dalam pasal 2 UU No.22 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional yang menyatakan
“pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia tahun 1945”. Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari
pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah,
lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik sehingga peserta
didik menjadi paham tentang mana yang baik dan mana yang tidak baik, mampu merasakan nilai
yang baik dan biasa melakukanya. Jadi, pendidikan karakter terkait erat dengan “habit” atau
kebiasaan yang terus – menerus dipraktekkan atau dilakukan. Brikut prinsip – prinsip yang
digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter :
1. Berkelanjutan : menganduung makna bahwa proses pengembangan nilai – nilai karakter
merupakan sebuah proses panjang yang dimulai dari awal peserta didik sampai selesai suatu
pendidikan. Proses pertama dimulai dari TK, berlanjut ke SD, lalu ke SMP. Pendidikan
karakter di SMA adalah kelanjutan dari roses yang telah terjadi selama 9 tahun. Selanjutnya,
pendidikan karakter di Perguruan Tinggi merupakan penguatan dan pemantapan pendidikan
karakter yang telah diperoleh di SMA.
2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya satuan pendidikan.
3. Nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan melalui proses belajar. Maksudnya adalah materi
nilai – nilai karakter bukanlah bahan ajar biasa. Tidak semata – mata dapat ditangkap sendiri
atu diajarkan, tetapi lebih jauh diinternalisasikan melalui proses belajar. Aktifitas belajar dapat
digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, konotatif, dan
psikomotor.
4. Proses pendidkan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.
Walaupun yang terjadi sekarang ini, pendidikan karakter mutlak diperlukan oleh seluruh warga
negara Indonesia baik dari anak – anak, remaja, maupun orang – orang dewasa.

Dengan melihat relita yang sedang terjadi dalam negara kita sekarang, yang sedang terjadi krisis
karakter maka nilai – nilai Pancasila harus di sosialisasikan kembali kepada masyarakat
Indoonesia.

Bilamana nilai – nilai Pancasila telah dipahami, diserapi, dan dihayati oleh seseorang maka
orang itu telah memiliki moral Pancasila. Dan dari situlah seseorang mulai dapat
mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berbagi permasalahan pokok negara terus – menerus muncul dan tantangan yang dihadapi untuk
mengatasinya pun tak kalah sulitnya. Upaya mengembangkan masyarakat untuk memiliki
perilaku dan sikap bertannggung jawab secara etis, mengarahkan masyarakat menjadi
masyarakat yang cerdas dan mandiri, menciptakan system kehidupan yang tertib, aman, adil dan
dinamis, serta system pendidikan nasiaonal yang menunjang sosialisasi nilai – nilai Pancasila
dan menginternalisasikan ke dalam diri insan Indonesia.

Salah satu cara menghadapi krisis karakter ini adalah melalui pendidikann karakter sebagai
sosialisasi nilai – nilai Pancasila. Walaupun sulit tapi kita harus mencobanya agar dapat
diwujudkannya generasi yang benar – benar memahami dan menerapkan nilai – nilai Pancasila
tersebut dalam kehidupannya sehari – hari.

4 pilar bangsa Indonesia yaitu Pancasila, UUD, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI merupakan
harga mati, dan tidak bisa ditawar – tawar lagi. Pancasila merupakan dasar dari 3 pilar
berikutnya yang menjadi dasar dari negara kita Indonesia. Jika Pncasila telah tercermin dalam
kehidupan kita, pasti 3 pilar berikutnya dapat kita realisasikan.

Kesimpulan

Dari pembahasan kita dalam makalah ini, kita seharusnya jangan mebiarkan negara kita terus
terpuruk. Kita harus mengaktualisasikan nilai – nilai Pancasila dalam setiap kehidupan kita
masing – masing. Kita jangan hanya menjadi pembaca – pembaca yang baik, tapi kita harus
mewujudkannya dalam setiap kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara.
Saran

Hendaklah kita sebagai warga negara bukan sampai dalam deskripsi saja, namun hendaklah kita
sebagai warga negara mampu menerapkan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan sehari – hari.
Karena dengan begitu negara kita akan mengalami perubahan kearah yang lebih baik.

Aktualisasi merupakan suatu bentuk kegiatan melakukan realisasi antara pemahaman


akan nilai dan norma dengan tindakan dan perbuatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari. Sedangkan aktualisasi pancasila, berarti penjabaran nilai-nilai pancasila dalam bentuk
norma-norma, serta merealisasikannya dalam kehidupan berBangsa dan berNegara. Dalam
aktualisasi Pancasila ini, penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma, dijumpai
dalam bentuk norma hukum, kenegaraan, dan norma-norma moral. Sedangkan realisasinya
dikaitkan dengan tingkah laku semua warga negara dalam masyarakat, berBangsa dan
berNegara, serta seluruh aspek penyelenggaraan negara.

Gambar1. Ideologi Bangsa Indonesia

Aktualisasi Pancasila, dapat dibedakan ke dalam 2 jenis :


1. Aktualisasi Pancasila secara Obyektif
Aktualisasi Pancasila secara Obyektif artinya, realisasi penjabaran nilai-nilai Pancasila
dalam bentuk norma-norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik dalam bidang
Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif, maupun semua bidang kenegaraan lainnya. Aktualisasi
Obyektif ini terutama berkaitan dengan peraturan perundang-undangan Indonesia

Contohnya : dalam penyelenggaraan kenegaraan maupun tertib hukum Indonesia, asas politik
dan tujuan negara, serta pelaksanaan konkretnya didasarkan pada dasar falsafah negara
(Pancasila)
Seluruh hidup kenegaraan dan tertib hukum di Indonenesia didasarkan atas serta diliputi
oleh dasar filsafat negara, asas politik dan tujuan negara, yakninya Pancasila, diantaranya:
- Garis-garis Besar Haluan Negara.
- Hukum, perundang-undangan dan peradilan.
- Pemerintahan.
- Politik dalam negeri dan luar negeri.
- Keselamatan, keamanan dan pertahanan.
- Kesejahteraan
- Kebudayaan
- Pendidikan dan lain sebagainya.
2. Aktualisasi Pancasila secara Subyektif
Aktualisasi Subyektif, artinya realisasi penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk
norma-norma ke dalam diri setiap pribadi, perseorangan, setiap warga negara, setiap individu,
setiap penduduk, setiap penguasa dan setiap orang Indonesia. aktualisasi ini berkaitan dengan
kesadaran , ketaatan serta kesiapan individu untuk mengamalkan Pancasila (norma-norma
moral). Aktualisasi Pancasila subyektif ini diharapkan dapat tercapai agar nilai-nilai pancasila
tetap melekat dalam hati sanubari bangsa Indonesia, dan demikian itu disebut dengan
Kepribadian Bangsa Indonesia (Kepribadian Pancasila). Maka dengan hal inilah bangsa
Indonesia memiliki ciri karakteristik yang menunjukkan perbedaannya dengan bangsa lain.
Aktualisasi Subyektif ini lebih penting dari Aktualisasi Obyektif, karena Aktualisasi
Pancasila yang subyektif merupakan kunci keberhasilan Aktualisasi Pancasila secara Obyektif.
PENGERTIAN GLOBALISASI
Menurut asal katanya, kata "GLOBALISASI" diambil dari kata global, yang maknanya
ialah universal. Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang
menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak maupun elektronik atau bisa
dikatakan juga bahwa globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar
manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan
bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin
sempit.Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara
saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas
negara
Menurut LAURENCE E. ROTHENBERG: “Globalisasi adalah percepatan dan
intensifikasiinteraksi dan integrasiantara orang-orang, perusahaan, dan pemerintah dari
negara yang berbeda.”
Menurut Selo Soemardjan : “globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan
komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalah untuk mengikuti sistem dan
kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya terbentuknya PBB, OKI”

Menurut Achmad Suparman : “Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (bendaatau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah”.
Menurut Scholte : “Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional .Dalam hal
ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi
semakin tergantung satu sama lain”.

Ada pula yang mengatakan globalisasi yaitu sebagai berikut :


 hilangnya batas ruang dan waktu akibat kemajuan teknologi informasi.
 suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.
Dalam globalisasi, negara-negara berkembang mau tidak mau, suka tidak suka, harus
berinteraksi dengan negara-negara maju. Melalui interaksi inilah negara maju pada akhirnya
melakukan hegemoni dan dominasi terhadap negara-negara berkembang dalam relasi ekonomi
politik internasional.
Globalisasi yang hampir menenggelamkan setiap bangsa tentunya memberikan tantangan
yang mau tidak mau harus bangsa ini taklukkan. Era keterbukaan sudah dan mulai mengakar
kuat, identitas nasional adalah barang mutlak yang harus dipegang agar tidak ikut arus sama dan
seragam yang melenyapkan warna lokal serta tradisional bersamanya. Perlu dipahami bahwa
identitas nasional, dalam hal ini Pancasila mempunyai tugas menjadi ciri khas, pembeda bangsa
kita dengan bangsa lain selain setumpuk tugas-tugas mendasar lainnya. Pancasila bukanlah
sesuatu yang beku dan statis, Pancasila cenderung terbuka, dinamis selaras dengan keinginan
maju masyarakat penganutnya. Implikasinya ada pada identitas nasional kita yang terkesan
terbuka, serta terus berkembang untuk diperbaharui maknanya agar relevan dan fungsional
terhadap keadaan sekarang
Ketika globalisasi tidak disikapi dengan cepat dan tepat maka hal ia akan mengancam
eksistensi kita sebagai sebuah bangsa. Globalisasi adalah tantangan bangsa ini yang bermula dari
luar, sedangkan pluralisme sebagai tantangan dari dalam yang jika tidak disikapi secara bijak
tentu berpotensi menjadi masalah yang bisa meledak suatu saat nanti. Berhasil atau tidaknya kita
menjawab tantangan keterbukaan zaman itu tergantung dari bagaimana kita memaknai dan
menempatkan Pancasila dalam berpikir dan bertindak.
Salah satu lokomotif globalisasi adalah teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi
ini berimplikasi pada cepatnya proses informasi dan komunikasi di seluruh belahan dunia, jadi
dunia akan menjadi semakin sempit dan kecil. Semua peristiwa yang terjadi di suatu belahan
dunia dapat langsung disaksikan detik itu juga di penjuru dunia lain, sekecil apapun kejadian itu,
dan apapun yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat dunia dapat juga dilakukan oleh
komunitas lainnya dalam model dan kualitas yang tidak berbeda.
Beberapa ciri penting (implikasi) globalisasi adalah Hilangnya batas antarnegara
(borderless world), maraknya terobosan (breakthough) teknologi canggih, telekomunikasi dan
transportasi, sangat memudahkan penduduk bumi dalam beraktivitas. Dengan berdiam di rumah
atau di ruang kantor, seseorang bisa bebas mengetahui kejadian di seluruh penjuru dunia,
sampai-sampai rencana pembunuhan pun bisa diketahui sebelumnya. Dan Tanpa disadari
sebenarnya saat ini bangsa Indonesia sedang terlibat dalam suatu peperangan dalam kondisi terdesak
hampir terkalahkan. Kita dapat saksikan dengan kasat mata terpinggirkannya nilai-nilai luhur budaya
bangsa seperti kekeluargaan, gotong-royong, toleransi, musyawarah mufakat dan digantikan oleh
individualisme, kebebasan tanpa batas, sistem one man one vote dan sebagainya.
Ciri-ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia,
diantaranya yaitu:

a. Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon
genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian
cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan
banyak hal dari budaya yang berbeda.

b. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai
akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan
multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).

c. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film,
musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan
mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam
budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.

d. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional,
inflasi regional dan lain-lain. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik
yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian
pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara
atau batas-batas negara. Globalisasi menyangkut dalam berbagai bidang di dunia,hampir semua
bidang terkena oleh arus globalisasi. Bdang-bidang tersebut daiantaranya adalah bidang
informasi,komunikasi,ekonomi sosial dan budaya.

Sikap Terhadap Pengaruh dan Implikasi Globalisasi Terhadap Bangsa dan Negara
Indonesia
Kehadiran era globalisasi membawa dampak positif maupun negatif. Globalisasi
membuka peluang-peluang baru untuk peningkatan kesejahteraan manusia melalui kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi globalisasi juga memberikan tantangan kepada
suatu bangsa akan kekuatannya menghadapi pengaruh global pada semua aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara dapatkah ia menjaga eksistensinya atau justru menjadi korban atas
semua pengaruh global tersebut. Oleh karena itu globalisasi dapat menjadi berkah apabila suatu
bangsa dapat memanfaatkan peluang dengan tepat, tetapi akan menjadi musibah atau
mendatangkan masalah bagi bangsa yang tidak mempunyai kesiapan untuk memasukinya.
Sebagai bangsa kita tidak mungkin menutup diri dari pergaulan dengan bangsa asing.
Keterbukaan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada eraglobalisasi ini tidak
mungkin kita abaikan begitu saja. Proses akulturasi budaya sebagai akibat frekuensi hubungan
antar bangsa yang semakin intensif merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan lagi.
Akibatnya nilai-nilai sosial budaya negara lain yang belum tentu sesuai dengan kepribadian
bangsa kita pun akan masuk dan berkembang di dalam masyarakat. Oleh karena itu diperlukan
sikap yang tepat dalam merespon masuknya arus globalisasi supaya kita tidak sekedar menjadi
obyek dari segala perubahan tersebut tetapi menjadi subyek yang mampu memilih pengaruh
budaya luar dan tata nilai yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa.
Dalam menghadapi pengaruh globalisasi ada tiga sikap merespons yang dapat dilakukan,
antara lain:
a. Sikap anti modernisasi yaitu: sikap menolak semua pengaruh modernisasi barat atau globalisasi.
Pandangan yang ekstrim ini menganggap kebudayaan barat semua negatif.
b. Sikap menerima semua pengaruh barat dan menjadikan kebudayaan barat sebagai akibat atau
asal model.
c. Sikap selektif artinya: tidak menolak atau menerima kebudayaan barat begitu saja, akan tetapi
disesuaikan dengan dasar norma-norma dan kepribadian suatu bangsa.
Berdasarkan beberapa alternatif sikap dalam menghadapi pengaruh globalisasi tersebut
di atas, bangsa Indonesia menentukan sikap untuk selektif terhadap segala kemajuan yang
datang. Artinya kita tidak mungkin menutup diri dari segala perubahan tetapi kita harus tetap
waspada bahkan menolak terhadap pengaruh negatif dari perubahan tersebut. Dengan demikian
kita akan menerima segala pengaruh yang bersifat positif demi kemajuan bangsa dan
kesejahteraan rakyat, tetapi menolak tegas segala pengaruh yang akan membawa akibat
kesensaraan rakyat dan hilangnya kepribadian atau jati diri kita sebagai bangsa. Adapun dasar
atau ukuran nilai-nilai tersebut sesuai dengan kepribadian kita tentu saja adalah
ideologi nasional yaitu Pancasila.

Gambar2. Garuda mampu terbang tinggi

Jadi adanya kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu
negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan
pengaruh negatif. Dampak-dampak pengaruh globalisasi tersebut kita kembalikan kepada diri
kita sendiri sebagai generasi muda Indonesia agar tetap menjaga etika dan budaya, agar kita tidak
terkena dampak negatif dari globalisasi.
A. Pancasila sebagai dasar Negara

Pengertian pansila sebagai dasar negara di peroleh dari alinea ke-4 UUD 1945dan
sebagaimana tertuang dalam memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang mendasarkan pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama
rakyat Indonesia menjadi dasar negara RI. Ketetapan MPR No. IX / MPR/1978 yang
menegaskan kedudukan pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau tertib hukum
di Indonesia.
Inilah sifat dasar pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar negara RI.
pAancasila yang terkandung dalam alinea ke-4 pembukaan UUD 1945 tersebut di tetapkan
sebagai dasar nagara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebagai
penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka.
Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan:kehendak untuk bersatu dan
memmahami pancasila dari sejarahnya dapat diketahui bahwa pancasila merupakan sebuah
kompromi dan konsensus nasional karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua
golongan dan lapisan masyarakat Indonesia. Namun pada kenyataannya pancasila sebagai dasar
ideologi negara menjadi teraabaikan dan kurang bermakna dalam kehidupan bermasyarakat ,
berbangsa dan bernegara.
Selama enamp pulih tahun perjalanan bangsa, pancasila telah mengalami berbagai ujian
dan dinamika sejarah sestem politik, sejak jaman demokrasi parlementer, era demojrasi
terpimpin, era demokrasi pancasila, hingga demokrsi multipartaidi era reformasi saat ini. Di
setiap jaman pancasila melewati alur dialektika peradaban yang menguji ketangguhannya sebagi
dasar filosofis jh mbangsa Indonesiayang terus berkembang dan dan tak pernah berhenti di satu
titik terminal sejarah.
Mengenai hal itu, pantaslah di ingat pendapat Prof. Dr. Supomo: “ jika kita hendak
mendirikan negara indonesia, maka negara kita harus mendasar atas aliran pikiran negara
(staatside) integralistik ...”Negara tidak mempersatukan diri dengan golongan yang terbesar
dalam masyarakat, juga tidak mempersatukan diri dengan golongan yang paling kuat, melainkan
mengatasi segala golongan dan segala perorangan, mempersatukan diri dengan segala lapisan
rakyatnya...”
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi obyektif dan
subyektif. Akualisasi Pancasila obyektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislative, eksekutif
maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya seperti politik,
ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran ke dalam undang-undang, GBHN, pertahanan
keamanan, pendidikan maupun bidang kenegaraan lannya. Adapun aktualisasi Pancasila
Subyektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek moral dalam
kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat. Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak
terkecuali baik warga negara biasa, aparat penyelenggara negara, penguasa negara, terutama
kalangan elit politik dalam kegiatan politik perlu mawas diri agar memiliki moral Ketuhanan dan
Kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam Pancasila.
Para founding father kita dengan cerdas dan jitu telah merumuskan formula alat perekat
yang sangat ampuh bagi negara bangsa yang spektrum kebhinekaannya teramat lebar (multfi-
facet natio state) seperti Indonesia. Alat perekat tersebut tiada lain daripada Pancasila yang
berfungsi pula sebagai ideologi, dasar negara serta jatidiri bangsa. Sampai kiniPancasila diyakini
sebagai yang terbaik dari sekian alternatif yang ada,merupakan ramuan yang tepat dan mujarab
dalam mempersatukan bangsa, sehinggaProf. Dr. Syafi’i Maarif menyebutnya sebagai
“IndonesiaMasterpiece” (Karya Agung Bangsa Indonesia). Namun demikian Pancasila tidak
akan dapat memberimanfaat apapun manakala keberadannya hanya bersifat sebagai konsep atau
software belaka.
Untuk dapat berfungsi penuh sebagai perekat bangsa. Pancasila harus diimplementasikan
dalam segala tingkat kehidupan, mulai dari kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (Pancasila), dan dalam segala aspek meliputi politik, ekonomi, sosial budaya, dan
hukum sebagai berikut :
B. Bidang Politik
Landasan aksiologis (sumber nilai) system politik Indonesia adalah dalam pembukaan
UUD 1945 alenia IV “….. maka disusunlah Kemerdekaan KebangsaanIndonesia itu dalam suatu
Undang-undang dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang Berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemasusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”. Sehingga system politik Indonesia adalah
Demokrasi pancasila.
Globalisasi merupakan sekutu masyarakat dan bukan lawan seperti terkesan selama ini.
Tetapi perlu diingat pula bahwa setiap agenda politik Indonesia di era global harus sejalan
dengan apa yang menjadi aspirasi dan kepentingan rakyatIndonesia. Selama ini, sedang gencar-
gencarnya Negara maju dalam melakukan politik luar negeriny yang selalu mengintervensi
Negara lain dengan tujuan tertentu. Misalnya, menyangkut ekspolitasi sumber daya alam di
Freeport, pertambangan BlokCepu, dan tempat-tempat yang melalui agenda politiknya.
Selain itu, terjadi intervensi politik berkaitan dengan isu demokrasi, hak asasi manusia,
terorisme, lingkungan hidup yang justru merugikan negara kuat. Oleh karena itu, sebagai
pengamalan dari Pancasila Indonesia perlu memosisikan diri dalam mengambil sikap politik
yang berorientasi pada kepentingan nasionalnya, bukan pada kepentingan Negara lain.
Dimana demokrasi pancasila itu merupakan system pemerintahan dari rakyat dalam arti
rakyat adalah awal mula kekuasaan Negara sehingga rakyat harus ikut serta dalam pemerintahan
untuk mewujudkan suatu cita-cita. Organisasi sosial politik adalah wadah pemimpin-pemimpin
bangsa dalam bidangnya masing-masing sesuai dengan keahliannya, peran dan tanggung
jawabnya. Sehingga segala unsur-unsur dalam organisasi sosial politik seperti para pegawai
Republik Indonesia harus mengikuti pedoman pengamalan Pancasial agar berkepribadian
Pancasila karena mereka selain warga negara Indonesia, juga sebagai abdi masyarakat, dengan
begitu maka segala kendala akan mudah dihadapi dan tujuan serta cita-cita hidup
bangsaIndonesia akan terwujud.
Sejak Republik Indonesia berdiri, masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme selalu muncul
ke permukaan. Bermacam-macam usaha dan program telah dilakukan oleh setiap pemerintahan
yang berkuasa dalam memberantas korupsi tetapi secara umum hukuman bagi mereka tidak
sebanding dengan kesalahannya, sehingga gagal untuk membuat mereka kapok atau gentar.
Mengapa tidak diterapkan, misalnya hukuman mati atau penjara 150 tahun bagi yang terbukti.
Para elit politik dan golongan atas seharusnya konsisten memegang dan mengaplikasikan
nilai-nilai Pancasila dalam setiap tindakan. Dalam era globalisasi saat ini , pemerintah tidak
punya banyak pilihan. Karena globalisasi adalah sebuah kepastian sejarah, maka pemerintah
perlu bersikap. ”Take it or Die” atau lebih dikenal dengan istilah ”The Death of Government”.
Kalau kedepan pemerintah masih ingin bertahan hidup dan berperan dalam paradigma baru ini
maka orientasi birokrasi pemerintahan seharusnya segera diubah menjadi public services
management.
C. Bidang Ekonomi
Seiring dengan kemajuan teknologi Informasi yang menghadirkan kemudahan dalam
melakukan akses informasi, aktifitas perekonomian berkembang pesat melampaui batas Negara.
Kemajuan tersebut telah mendorong globalisasi ekonomi yang membentuk pasar bebas.
Regionalisme dan aliansi ekonomi berkembang pesat dengan adanya aliansi-aliansi ekonomi
seperti Asia-Pasific Economic Cooperation ( APEC ), ASEAN Free Trade Agreement ( AFTA ),
North American Free Trade Agreement ( NAFTA ), dan European Union ( EU). Pemberlakuan
pasar bebas dan perdagangan bebas menciptakan iklim kompetisi yang ketat, mendorong setiap
negara mendorong mengembangkan produk-produk unggulan yang kompetitif.
Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan, kekeluargaan artinya
walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam kerangka tujuan bersama sehingga tidak terjadi
persaingan bebas yang mematikan. Dengan demikian pelaku ekonomi di Indonesia dalam
menjalankan usahanya tidak melakukan persaingan bebas, meskipun sebagian dari mereka akan
mendapat keuntungan yang lebih besar dan menjanjikan. Hal ini dilakukan karena pengamalan
dalam bidang ekonomi harus berdasarkan kekeluargaan. Jadi interaksi antar pelaku ekonomi
sama-sama menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan.
Pilar Sistem Ekonomi Pancasila yang meliputi :
 ekonomika etik dan ekonomika humanistik
 nasionalisme ekonomi & demokrasi ekonomi
 ekonomi berkeadilan sosial.
Namun pada kenyataannya, sejak pertengahan 1997 krisis ekonomi yang menimpa
Indonesia masih terasa hingga hari ini. Di tingkat Asia, Indonesia yang oleh sebuah studi dari
The World Bank (1993) disebut sebagai bagian dari Asia miracle economics, the unbelieveble
progress of development, ternyata perekonomiannya tidak lebih dari sekedar economic bubble,
yang mudah sirna begitu diterpa badai krisis (World Bank, 1993).
Seorang pengamat Ekonomi Indonesia, Prof. Laurence A. Manullang, mengatakan bahwa
selama bertahun-tahun berbagai resep telah dibuat untuk menyembuhkan penyakit utang
Internasional, tetapi hampir disepakati bahwa langkah pengobatan yang diterapkan pada krisis
utang telah gagal. Fakta yang menyedihkan adalah Indonesia sudah mencapai tingkat
ketergantungan (kecanduan) yang sangat tinggi terhadap utang luar negeri. Sampai sejauh ini
belum ada resep yang manjur untuk bisa keluar dari belitan utang. Penyebabnya adalah berbagai
hambatan yang melekat pada praktik yang dijalankan dalam sistem pinjaman internasional,
tepatnya negara-negara donor (Bogdanowicz-Bindert, 1993).
Keputusan pemerintah yang terkesan tergesa-gesa dalam mengambil kebijakan untuk
segera memasuki industrialisasi dengan meninggalkan agraris, telah menciptakan masalah baru
bagi national economic development. Bahkan menurut sebagian pakar langkah Orde baru dinilai
sebagai langkah spekulatif seperti mengundi nasib, pasalnya, masyarakat Indonesia yang sejak
dahulu berbasis agraris Sebagai konsekuensinya, hasil yang didapat, setelah 30 tahun dicekoki
ideologi ‘ekonomisme’ itu justru kualitas hidup masyarakat Indonesia semakin merosot tajam
(dekadensia).
Jika hingga saat ini kualitas perekonomian belum menampakkan perubahan yang
signifikan, tidak menutup kemungkinan, akan mendapat pukulan mahadasyat dari arus
globalisasi. Kekhawatiran ini muncul, karena pemerintah dalam proses pemberdayaan
masyarakat lemah masih parsial dan cenderung dualisme, antara kemanjaan (ketergantungan)
pemerintah kepada IMF, sementara keterbatasan akomodasi bentuk perekonomian masyarakat
yang tersebar (diversity of economy style) di seluruh pelosok negeri tidak tersentuh. Hal ini juga
terlihat jelas pada kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak proporsional, tidak mencerminkan
model perekonomian yang telah dibangun oleh para Founding Father terdahulu. Hal ini dapat
dilihat pada beberapa kasus, misalnya, pencabutan subsidi di tengah masyarakat yang sedang
sulit mencari sesuap nasi, mengelabuhi masyarakat dengan raskin (beras untuk rakyat miskin),
atau jaring pengaman sosial (JPS) lain yang selalu salah alamat.

D. Bidang Sosial Budaya


Perkembangan dunia yang tanpa batas dapat menimbukan dampak positif maupun
dampak negativ. Dari setiap dampak yang ditimbulkan, dalam bidang sosial budaya tampak
nyata berpengaruh dalam setiap aktivitas kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat
ditunjukan adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin modern dan konsumtif,
bahkan menggeser nilai-nilai lokal yang selama ini diprtahankan. Sikap yang harus ditunjukkan
oleh masyarakat Indonesia sebagai pengamalan dari Pancasila dalam menghadapi nilai-nilai
globalisasi, terutama dalam kehidupan sosial budaya.
Berikut sikap pengamalan dari pancasila dalam menghadapi kehidupan sosial saat ini,
yaitu :
1) Gaya hidup masyarakat harus diselaraskan dengan nilai, norma, estetika, terutama yang
berkaitan dengan mode pakaian, pergaulan dan kebiasaan hidup, serta adat istiadat. Sikap yang
harus ditunjukkan terhadap pengaruh tersebut , adalah dengan adanya himbauan, pendidikan,
bahkan aturan yang tegas terhadap fenomena tersebut dalam menjaga nilai-nilai yang selama ini
dijaga oleh bangsa Indonesia. Cara efektif dalam menangkalnya adalah dengan melalui
pendidikan formal maupun nonformal, baik disekolah, pendidikan keagamaan dan acara-acara
lain yang memberikan perhatian terhadap etika dan moral bangsa Indonesia.
2) Sikap individualisme yang memengaruhi budaya masyarakat Indonesia yang biasa bergotong-
royong dan kekeluargaan. Hal tersebut perlu diperhatikan dalam kehidupan sosial masyarakat
Indonesia.
3) pengaruh sikap materialistis dan sekularisme, yaitu sikap yang lebih mementingkan nilai materi
daripada yang lainnya sehingga dapat merusak sendi-sendi kehidupan yang menjunjung keadilan
dan moralitas. Selain itu, sekularisme perlu juga diwaspadai karena Indonesia sebagai negara
yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan.
Perubahan sosial berikutnya bahwa pluralitas tidak terfocus hanya pada aspek SARA,
tetapi dimasa yang akan datang kemajemukan masyarakt Indonesia yang sangat heterogen
ditandai dengan adanya sinergi dari peran, fungsi dan profesionalisme individu atau kelompok.
Sehingga kontribusi profesi individu/kelompok itulah yang akan mendapat tempat dimanapun
mereka berprestasi.
Ini menunjukan bahwa filter Pancasila tidak berperan optimal, itu terjadi karena
pengamalan Pancasila tidak sepenuhnya dilakukan oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu harus
ada tindakan lanjut agar budaya bangsa Indonesia sesuai dengan Pancasila. Pembudayaan
Pancasila tidak hanya pada kulit luar budaya misalnya hanya pada tingkat propaganda,
pengenalan serta pemasyarakatan akan tetapi sampai pada tingkat kemampuan mental kejiwaan
manusia yaitu sampai pada tingkat akal, rasa dan kehendak manusia.
E. Bidang Hukum
Pancasila bukan mendadak terlahir pada saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
tetapi melalui proses panjang sejalan dengan panjangnya perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Pancasila terlahir dalam nuansa perjuangan dengan melihat pengalaman dan gagasan-gagasan
bangsa lain, tetapi tetap berakar pada kepribadian dan gagasan-gagasan bangsa Indonesia sendiri.
Oleh sebab itu, Pancasila bisa diterima sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Sejarah telah
mencatat, kendati bangsa Indonesia pernah memiliki tiga kali pergantian UUD,tetapi rumusan
Pancasila tetap berlaku didalamnya.
Kini, yang terpenting adalah bagaimana rakyat, terutama kalangan elite nasional,
melaksanakan Pancasila dalam segala sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Jangan lagi
menjadikan Pancasila sekadar rangkaian kata-kata indah tanpa makna. Jika begitu, maka
Pancasila tak lebih dari rumusan beku yang tercantum dalam Pembukaan UUD ’45. Pancasila
akan kehilangan makna bila para elite tidak mau bersikap atau bertindak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Bila Pancasila tidak tersentuh dengan kehidupan nyata, Pancasila tidak akan bergema.
Maka, lambat-laun pengertian dan kesetiaan rakyat terhadap Pancasila akan kabur dan secara
perlahan-lahan menghilang.
Di depan Sidang Umum PBB, 30 September 1960, Presiden Soekarno menegaskan bahwa
ideologi Pancasila tidak berdasarkan faham liberalisme ala dunia Barat dan faham sosialis ala
dunia Timur. Juga bukan merupakan hasil kawinan keduanya. Tetapi, ideologi Pancasila lahir
dan digali dari dalam bumi Indonesia sendiri. Secara singkat Pancasila berintikan Ketuhanan
Yang Maha Esa (sila pertama), nasionalisme (sila kedua), internasionalisme (sila ketiga),
demokrasi (sila keempat), dan keadilan sosial (sila kelima). Dan dari berbagai macam rumusan
Pancasila, yang sah dan benar adalah rumusan Pancasila yang terdapat dalam pembukaan UUD
1945 sesuai dengan Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 dan Ketetapan MPR
No.III/MPR/2000.
Dalam kehidupan kebersamaan antar bangsa di dunia, dalam era globalisasi yang harus
diperhatikan, pertama, pemantapan jati diri bangsa. Kedua, pengembangan prinsip-prinsip yang
berbasis pada filosofi kemanusiaan dalam nilai-nilai Pancasila, antara lain:
1) Perdamaian—bukan perang.
2) Demokrasi—bukan penindasan.
3) Dialog—bukan konfrontasi.
4) Kerjasama—bukan eksploitasi.
5) Keadilan—bukan standar ganda.
Namun saat ini betapa rapuhnya sistem dan penegakkan hukum (law enforcement) di
negeri ini dan karena itu merupakan salah satu kendala utama yang menghambat kemajuan
bangsa, sistem hukum yang masih banyak mengacu pada sistem hukum kolonial, penegakkan
hukum yang masih terkesan tebang pilih, belum konsisten merupakan mega pekerjaan rumah
serta jalan panjang yang harus ditempuh dalam bidang hukum, Kepercayaan masyarakat
terhadap supremasi hukum, termasuk lembaga-lembaga penegak hukum, kian terpuruk .
contohnya setelah putusan Kasasi Akbar Tanjung, sebagian besar masyarakat menganggap
putusan Mahkamah Agung itu mengusik keadilan masyarakat sehingga menimbulkan rasa
kekecewaan yang sangat besar. Akibatnya, kini ada kecenderungan munculnya sinisme
masyarakat terhadap setiap gagasan dan upaya pembaharuan hukum yang dimunculkan oleh
negara maupun civil society.
Sesungguhnya, Pancasila bukan hanya sekadar fondasi nasional negara Indonesia, tetapi
berlaku universal bagi semua komunitas dunia internasional. Kelima sila dalam Pancasila telah
memberikan arah bagi setiap perjalanan bangsa-bangsa di dunia dengan nilai-nilai yang berlaku
universal. Tanpa membedakan ras, warna kulit, atau agama, setiap negara selaku warga dunia
dapat menjalankan Pancasila dengan teramat mudah. Jika demikian, maka cita-cita dunia
mencapai keadaan aman, damai, dan sejahtera, bukan lagi sebagai sebuah keniscayaan, tetapi
sebuah kenyataan. Karena cita-cita Pancasila sangat sesuai dengan dambaan dan cita-cita
masyarakat dunia

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mengaktualisasikan Pancasila ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan


benegara adalah suatu keniscayaan, agar Pancasila tetap selalu relevan dalam fungsinya
memberikan pedoman bagi pengambilan kebijaksanaan dan pemecahan masalah dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar loyalitas warga masyarakat dan warganegara terhadap
Pancasila tetap tinggi. Di lain pihak, apatisme dan resistensi terhadap Pancasila bisa
diminimalisir.
Substansi dari adanya dinamika dalam aktualisasi nilai Pancasila dalam kehidupan praksis
adalah selalu terjadinya perubahan dan pembaharuan dalam mentransformasikan nilai Pancasila
ke dalam norma dan praktik hidup dengan menjaga konsistensi, relevansi, dan
kontekstualisasinya. Sedangkan perubahan dan pembaharuan yang berkesinambunga terjadi
apabila ada dinamika internal (self-renewal) dan penyerapan terhadap nilai-nilai asing yang
relevan untuk pengembangan dan penggayaan ideologi Pancasila.Muara dari semua upaya
perubahan dan pembaharuan dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila adalah terjaganya
akseptabilitas dan kredibilitas Pancasila oleh warganegara dan warga masyarakat Indonesia.

Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi


obyektif dan subyektif. Akualisasi Pancasila obyektif yaitu aktualisasi Pancasila
dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara
antara lain legislative, eksekutif maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-
bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi, hukum terutama dalam
penjabaran ke dalam undang-undang, GBHN, pertahanan keamanan, pendidikan
maupun bidang kenegaraan lannya. Adapun aktualisasi Pancasila Subyektif adalah
aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek moral dalam
kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat. Aktualisasi yang subjektif tersebut
tidak terkecuali baik warga negara biasa, aparat penyelenggara negara, penguasa
negara, terutama kalangan elit politik dalam kegiatan politik perlu mawas diri agar
memiliki moral Ketuhanan dan Kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam
Pancasila.
Para founding father kita dengan cerdas dan jitu telah merumuskan formula
alat perekat yang sangat ampuh bagi negara bangsa yang spektrum
kebhinekaannya teramat lebar (multfi-facet natio state) seperti Indonesia. Alat
perekat tersebut tiada lain daripada Pancasila yang berfungsi pula sebagai ideologi,
dasar negara serta jatidiri bangsa. Sampai kiniPancasila diyakini sebagai yang
terbaik dari sekian alternatif yang ada,merupakan ramuan yang tepat dan mujarab
dalam mempersatukan bangsa, sehinggaProf. Dr. Syafi’i Maarif menyebutnya
sebagai “Indonesia Masterpiece” (Karya Agung Bangsa Indonesia). Namun
demikian Pancasila tidak akan dapat memberimanfaat apapun manakala
keberadannya hanya bersifat sebagai konsep atau software belaka.
Untuk dapat berfungsi penuh sebagai perekat bangsa. Pancasila harus
diimplementasikan dalam segala tingkat kehidupan, mulai dari kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pancasila), dan dalam segala aspek
meliputi politik, ekonomi, sosial budaya, dan hukum sebagai berikut :
2.1.BIDANG POLITIK
Landasan aksiologis (sumber nilai) system politik Indonesia adalah dalam
pembukaan UUD 1945 alenia IV “….. maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-undang dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang Berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemasusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”. Sehingga system politik
Indonesia adalah Demokrasi pancasila.
Globalisasi merupakan sekutu masyarakat dan bukan lawan seperti terkesan
selama ini. Tetapi perlu diingat pula bahwa setiap agenda politik Indonesia di era
global harus sejalan dengan apa yang menjadi aspirasi dan kepentingan rakyat
Indonesia. Selama ini, sedang gencar-gencarnya Negara maju dalam melakukan
politik luar negeriny yang selalu mengintervensi Negara lain dengan tujuan
tertentu. Misalnya, menyangkut ekspolitasi sumber daya alam di Freeport,
pertambangan Blok Cepu, dan tempat-tempat yang melalui agenda politiknya.
Selain itu, terjadi intervensi politik berkaitan dengan isu demokrasi, hak
asasi manusia, terorisme, lingkungan hidup yang justru merugikan negara kuat.
Oleh karena itu, sebagai pengamalan dari Pancasila Indonesia perlu memosisikan
diri dalam mengambil sikap politik yang berorientasi pada kepentingan
nasionalnya, bukan pada kepentingan Negara lain.
Dimana demokrasi pancasila itu merupakan system pemerintahan dari rakyat
dalam arti rakyat adalah awal mula kekuasaan Negara sehingga rakyat harus ikut
serta dalam pemerintahan untuk mewujudkan suatu cita-cita. Organisasi sosial
politik adalah wadah pemimpin-pemimpin bangsa dalam bidangnya masing-
masing sesuai dengan keahliannya, peran dan tanggung jawabnya. Sehingga segala
unsur-unsur dalam organisasi sosial politik seperti para pegawai Republik
Indonesia harus mengikuti pedoman pengamalan Pancasial agar berkepribadian
Pancasila karena mereka selain warga negara Indonesia, juga sebagai abdi
masyarakat, dengan begitu maka segala kendala akan mudah dihadapi dan tujuan
serta cita-cita hidup bangsa Indonesia akan terwujud.
Sejak Republik Indonesia berdiri, masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme
selalu muncul ke permukaan. Bermacam-macam usaha dan program telah
dilakukan oleh setiap pemerintahan yang berkuasa dalam memberantas korupsi
tetapi secara umum hukuman bagi mereka tidak sebanding dengan kesalahannya,
sehingga gagal untuk membuat mereka kapok atau gentar. Mengapa tidak
diterapkan, misalnya hukuman mati atau penjara 150 tahun bagi yang terbukti.
Para elit politik dan golongan atas seharusnya konsisten memegang dan
mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap tindakan. Dalam era globalisasi
saat ini , pemerintah tidak punya banyak pilihan. Karena globalisasi adalah sebuah
kepastian sejarah, maka pemerintah perlu bersikap. ”Take it or Die” atau lebih
dikenal dengan istilah ”The Death of Government”. Kalau kedepan pemerintah
masih ingin bertahan hidup dan berperan dalam paradigma baru ini maka orientasi
birokrasi pemerintahan seharusnya segera diubah menjadi public services
management.
2.2.BIDANG EKONOMI
Seiring dengan kemajuan teknologi Informasi yang menghadirkan
kemudahan dalam melakukan akses informasi, aktifitas perekonomian berkembang
pesat melampaui batas Negara. Kemajuan tersebut telah mendorong globalisasi
ekonomi yang membentuk pasar bebas. Regionalisme dan aliansi ekonomi
berkembang pesat dengan adanya aliansi-aliansi ekonomi seperti Asia-Pasific
Economic Cooperation ( APEC ), ASEAN Free Trade Agreement ( AFTA ), North
American Free Trade Agreement ( NAFTA ), dan European Union ( EU).
Pemberlakuan pasar bebas dan perdagangan bebas menciptakan iklim kompetisi
yang ketat, mendorong setiap negara mendorong mengembangkan produk-produk
unggulan yang kompetitif.
Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan,
kekeluargaan artinya walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam kerangka
tujuan bersama sehingga tidak terjadi persaingan bebas yang mematikan. Dengan
demikian pelaku ekonomi di Indonesia dalam menjalankan usahanya tidak
melakukan persaingan bebas, meskipun sebagian dari mereka akan mendapat
keuntungan yang lebih besar dan menjanjikan. Hal ini dilakukan karena
pengamalan dalam bidang ekonomi harus berdasarkan kekeluargaan. Jadi interaksi
antar pelaku ekonomi sama-sama menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan.
Pilar Sistem Ekonomi Pancasila yang meliputi :
1. ekonomika etik dan ekonomika humanistik
2. nasionalisme ekonomi & demokrasi ekonomi
3. ekonomi berkeadilan sosial.
Namun pada kenyataannya, sejak pertengahan 1997 krisis ekonomi yang menimpa
Indonesia masih terasa hingga hari ini. Di tingkat Asia, Indonesia yang oleh sebuah
studi dari The World Bank (1993) disebut sebagai bagian dari Asia miracle
economics, the unbelieveble progress of development, ternyata perekonomiannya
tidak lebih dari sekedar economic bubble, yang mudah sirna begitu diterpa badai
krisis (World Bank, 1993).
Seorang pengamat Ekonomi Indonesia, Prof. Laurence A. Manullang,
mengatakan bahwa selama bertahun-tahun berbagai resep telah dibuat untuk
menyembuhkan penyakit utang Internasional, tetapi hampir disepakati bahwa
langkah pengobatan yang diterapkan pada krisis utang telah gagal. Fakta yang
menyedihkan adalah Indonesia sudah mencapai tingkat ketergantungan
(kecanduan) yang sangat tinggi terhadap utang luar negeri. Sampai sejauh ini
belum ada resep yang manjur untuk bisa keluar dari belitan utang. Penyebabnya
adalah berbagai hambatan yang melekat pada praktik yang dijalankan dalam sistem
pinjaman internasional, tepatnya negara-negara donor (Bogdanowicz-Bindert,
1993).
Keputusan pemerintah yang terkesan tergesa-gesa dalam mengambil
kebijakan untuk segera memasuki industrialisasi dengan meninggalkan agraris,
telah menciptakan masalah baru bagi national economic development. Bahkan
menurut sebagian pakar langkah Orde baru dinilai sebagai langkah spekulatif
seperti mengundi nasib, pasalnya, masyarakat Indonesia yang sejak dahulu
berbasis agraris Sebagai konsekuensinya, hasil yang didapat, setelah 30 tahun
dicekoki ideologi ‘ekonomisme’ itu justru kualitas hidup masyarakat Indonesia
semakin merosot tajam (dekadensia).

Jika hingga saat ini kualitas perekonomian belum menampakkan perubahan


yang signifikan, tidak menutup kemungkinan, akan mendapat pukulan mahadasyat
dari arus globalisasi. Kekhawatiran ini muncul, karena pemerintah dalam proses
pemberdayaan masyarakat lemah masih parsial dan cenderung dualisme, antara
kemanjaan (ketergantungan) pemerintah kepada IMF, sementara keterbatasan
akomodasi bentuk perekonomian masyarakat yang tersebar (diversity of economy
style) di seluruh pelosok negeri tidak tersentuh. Hal ini juga terlihat jelas pada
kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak proporsional, tidak mencerminkan
model perekonomian yang telah dibangun oleh para Founding Father terdahulu.
Hal ini dapat dilihat pada beberapa kasus, misalnya, pencabutan subsidi di tengah
masyarakat yang sedang sulit mencari sesuap nasi, mengelabuhi masyarakat
dengan raskin (beras untuk rakyat miskin), atau jaring pengaman sosial (JPS) lain
yang selalu salah alamat.
2.3.BIDANG SOSIAL BUDAYA
Perkembangan dunia yang tanpa batas dapat menimbukan dampak positif
maupun dampak negativ. Dari setiap dampak yang ditimbulkan, dalam bidang
sosial budaya tampak nyata berpengaruh dalam setiap aktivitas kehidupan
masyarakat Indonesia. Hal ini dapat ditunjukan adanya perubahan gaya hidup
masyarakat yang semakin modern dan konsumtif, bahkan menggeser nilai-nilai
lokal yang selama ini diprtahankan. Sikap yang harus ditunjukkan oleh masyarakat
Indonesia sebagai pengamalan dari Pancasila dalam menghadapi nilai-nilai
globalisasi, terutama dalam kehidupan sosial budaya.
Berikut sikap pengamalan dari pancasila dalam menghadapi kehidupan sosial saat
ini, yaitu :
1. Gaya hidup masyarakat harus diselaraskan dengan nilai, norma, estetika,
terutama yang berkaitan dengan mode pakaian, pergaulan dan kebiasaan hidup,
serta adat istiadat. Sikap yang harus ditunjukkan terhadap pengaruh tersebut ,
adalah dengan adanya himbauan, pendidikan, bahkan aturan yang tegas terhadap
fenomena tersebut dalam menjaga nilai-nilai yang selama ini dijaga oleh bangsa
Indonesia. Cara efektif dalam menangkalnya adalah dengan melalui pendidikan
formal maupun nonformal, baik disekolah, pendidikan keagamaan dan acara-acara
lain yang memberikan perhatian terhadap etika dan moral bangsa Indonesia.
2. Sikap individualisme yang memengaruhi budaya masyarakat Indonesia yang
biasa bergotong-royong dan kekeluargaan. Hal tersebut perlu diperhatikan dalam
kehidupan sosial masyarakat Indonesia.
3. pengaruh sikap materialistis dan sekularisme, yaitu sikap yang lebih
mementingkan nilai materi daripada yang lainnya sehingga dapat merusak sendi-
sendi kehidupan yang menjunjung keadilan dan moralitas. Selain itu, sekularisme
perlu juga diwaspadai karena Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi
nilai-nilai Ketuhanan.
Perubahan sosial berikutnya bahwa pluralitas tidak terfocus hanya pada
aspek SARA, tetapi dimasa yang akan datang kemajemukan masyarakt Indonesia
yang sangat heterogen ditandai dengan adanya sinergi dari peran, fungsi dan
profesionalisme individu atau kelompok. Sehingga kontribusi profesi
individu/kelompok itulah yang akan mendapat tempat dimanapun mereka
berprestasi.
Ini menunjukan bahwa filter Pancasila tidak berperan optimal, itu terjadi
karena pengamalan Pancasila tidak sepenuhnya dilakukan oleh bangsa Indonesia.
Oleh karena itu harus ada tindakan lanjut agar budaya bangsa Indonesia sesuai
dengan Pancasila. Pembudayaan Pancasila tidak hanya pada kulit luar budaya
misalnya hanya pada tingkat propaganda, pengenalan serta pemasyarakatan akan
tetapi sampai pada tingkat kemampuan mental kejiwaan manusia yaitu sampai
pada tingkat akal, rasa dan kehendak manusia.
2.4.BIDANG HUKUM
Pancasila bukan mendadak terlahir pada saat Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945, tetapi melalui proses panjang sejalan dengan panjangnya perjalanan
sejarah bangsa Indonesia. Pancasila terlahir dalam nuansa perjuangan dengan
melihat pengalaman dan gagasan-gagasan bangsa lain, tetapi tetap berakar pada
kepribadian dan gagasan-gagasan bangsa Indonesia sendiri. Oleh sebab itu,
Pancasila bisa diterima sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Sejarah telah
mencatat, kendati bangsa Indonesia pernah memiliki tiga kali pergantian
UUD,tetapi rumusan Pancasila tetap berlaku didalamnya.
Kini, yang terpenting adalah bagaimana rakyat, terutama kalangan elite
nasional, melaksanakan Pancasila dalam segala sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Jangan lagi menjadikan Pancasila sekadar rangkaian kata-kata indah
tanpa makna. Jika begitu, maka Pancasila tak lebih dari rumusan beku yang
tercantum dalam Pembukaan UUD ’45. Pancasila akan kehilangan makna bila para
elite tidak mau bersikap atau bertindak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bila
Pancasila tidak tersentuh dengan kehidupan nyata, Pancasila tidak akan bergema.
Maka, lambat-laun pengertian dan kesetiaan rakyat terhadap Pancasila akan kabur
dan secara perlahan-lahan menghilang.
Di depan Sidang Umum PBB, 30 September 1960, Presiden Soekarno
menegaskan bahwa ideologi Pancasila tidak berdasarkan faham liberalisme ala
dunia Barat dan faham sosialis ala dunia Timur. Juga bukan merupakan hasil
kawinan keduanya. Tetapi, ideologi Pancasila lahir dan digali dari dalam bumi
Indonesia sendiri. Secara singkat Pancasila berintikan Ketuhanan Yang Maha Esa
(sila pertama), nasionalisme (sila kedua), internasionalisme (sila ketiga), demokrasi
(sila keempat), dan keadilan sosial (sila kelima). Dan dari berbagai macam
rumusan Pancasila, yang sah dan benar adalah rumusan Pancasila yang terdapat
dalam pembukaan UUD 1945 sesuai dengan Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966
dan Ketetapan MPR No.III/MPR/2000.
Dalam kehidupan kebersamaan antar bangsa di dunia, dalam era globalisasi
yang harus diperhatikan, pertama, pemantapan jati diri bangsa. Kedua,
pengembangan prinsip-prinsip yang berbasis pada filosofi kemanusiaan dalam
nilai-nilai Pancasila, antara lain:
1. Perdamaian—bukan perang.
2. Demokrasi—bukan penindasan.
3. Dialog—bukan konfrontasi.
4. Kerjasama—bukan eksploitasi.
5. Keadilan—bukan standar ganda.
Namun saat ini betapa rapuhnya sistem dan penegakkan hukum (law
enforcement) di negeri ini dan karena itu merupakan salah satu kendala utama
yang menghambat kemajuan bangsa, sistem hukum yang masih banyak mengacu
pada sistem hukum kolonial, penegakkan hukum yang masih terkesan tebang pilih,
belum konsisten merupakan mega pekerjaan rumah serta jalan panjang yang harus
ditempuh dalam bidang hukum, Kepercayaan masyarakat terhadap supremasi
hukum, termasuk lembaga-lembaga penegak hukum, kian terpuruk . contohnya
setelah putusan Kasasi Akbar Tanjung, sebagian besar masyarakat menganggap
putusan Mahkamah Agung itu mengusik keadilan masyarakat sehingga
menimbulkan rasa kekecewaan yang sangat besar. Akibatnya, kini ada
kecenderungan munculnya sinisme masyarakat terhadap setiap gagasan dan upaya
pembaharuan hukum yang dimunculkan oleh negara maupun civil society.
Sesungguhnya, Pancasila bukan hanya sekadar fondasi nasional negara Indonesia,
tetapi berlaku universal bagi semua komunitas dunia internasional. Kelima sila
dalam Pancasila telah memberikan arah bagi setiap perjalanan bangsa-bangsa di
dunia dengan nilai-nilai yang berlaku universal. Tanpa membedakan ras, warna
kulit, atau agama, setiap negara selaku warga dunia dapat menjalankan Pancasila
dengan teramat mudah. Jika demikian, maka cita-cita dunia mencapai keadaan
aman, damai, dan sejahtera, bukan lagi sebagai sebuah keniscayaan, tetapi sebuah
kenyataan. Karena cita-cita Pancasila sangat sesuai dengan dambaan dan cita-cita
masyarakat dunia

Anda mungkin juga menyukai