Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu fase ketika jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang muncul secara rinci direncanakan. Perencanaan promosi kesehatan
harus menggambarkan karakteristik sasaran, partisipasi masyarakat terhadap
program kesehatan masyarakat, penetapan pelaksanaan promosi kesehatan yang
direncanakan, antisipasi reaksi dari para profesional kesehatan lainnya, dan
perubahan perilaku akibat promosi kesehatan.

Sebelum membahas perencanaan lebih promosi kesehatan lebih lanjut, terlebih


dahulu kita pahami pengertian promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan.
Menurut Green & ottoson (1998) promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai
dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan, dan peraturan perundang
undangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan
kesehatan.

Pendidikan kesehatan sendiri adalah suatu proses intelektual, psikologikal, dan


sosial yang berhubungan dengan aktivitas yang dapat meningkatkan kemampuan
individu, keluarga, dan masyarakat untuk hidup sehat (Ella nurlaela Hadi dalam
notoatmodjo, 2005 ). Proses ini di dasarkan pada prinsip ilmiah , fasilitas proses
belajar, dan perubahan perilaku secara sukarela. Dalam promosi kesehatan, selain
pendidikan kesehatan, juga diperlukan intervensi pada faktor lingkungan politik,
ekonomi, dan organisasi) yang didesain untuk memfasilitasi perubahan perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Hal tersebut berdampak terhadap
operasionalisasi pendidikan kesehatan dan perencanaan promosi kesehatan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Perencanaan Promosi Kesehatan
2. Apa saja model-model dalam Perencanaan Promosi Kesehatan
3. Apa saja langkah-langkah Perencanaan Promosi Kesehatan

C. Tujuan
1. Memahami definisi dari Perencanaan Promosi Kesehatan
2. Mengetahui model-model dalam Perencanaan Promosi Kesehatan
3. Memahami langkah-langkah dalam Perencanaan Promosi Kesehatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perencanaan Promosi Kesehatan

Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah ,


penetapan prioritas, dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan.
Penting dalam perencanaan menetapkan dimensi kebutuhan dan prioritas kebutuhan
promosi kesehatan. Output fase ini adalah rumusan rencana, dan hal terpenting
adalah rumusan tujuan (yaitu, rumusan peningkatan perilaku yang diinginkan
setelah mengkaji fakta perilaku, faktor faktor internal dan eksternal), dan rumusan
kegiatan untuk melakukan intervensi terhadap faktor penyebab, yang diinventarisasi
dan disusun dalam kegiatan yang berurutan. (Heri D. J. Maulana, 2009)

B. Model Perencanaan Promosi Kesehatan

Berikut ini adalah beberapa model perencanaan promosi kese hatan yang sering
digunakan.

1. Model PERT

Model ini dikembangkan sejak tahun 1960 (Ross dan Mico) dan dalam beberapa
versi dan modifikasi, model ini masih digunakan enam aplikasi kegiatan atau
program. Model PERT terdiri atas enam fase, yaitu Initiation, Needs assessment,
goal settings, planning/ programming, Implementation, dan evaluation. Perhatian
langsung atau dimensi model ini adalah sebagai berikut:

a. Dimensi isi. Hal ini berarti diperlukan informasi untuk setiap fase.
b. Dimensi metode. Hal ini meliputi cara mendapatkan dan menganalisis informasi.
c. Dimensi proses. Hal ini menunjukkan adanya tahapan tertentu secara sistematis.

3
2. Model PRECEDE-PROCEED

Model yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter (1991) pada tahun 1980,
merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi
promosi kesehatan, yang dikenal dengan model PRECEDE (predisposing,
Reinforcing and Enabling Causes in and Educational Diagnosis and Evaluation).
PRECEDE merupakan kerangka untuk membantu perencana mulai dari kebutuhan
mengenal masalah, mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan
program. Pada tahun 1991, model ini disempurnakan menjadi model PRECEDE-
PROCEED. PROCEED merupakan singkatan dari policy, Regulatory and
organizational Contructs in educational and Environmental Development.

Dalam aplikasinya PRECEDE-PROCEED dilakukan bersama- sama dalam proses


perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada fase diagnosis
masalah penetapan prioritas dan tujuan program, sedangkan PROCEED digunakan
untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Menurut Schmidt dkk. (1990). Model ini paling banyak diterima dan telah berhasil
diterapkan dalam perencanaan program program komprehensif dalam banyak
susunan yang berlainan, serta model ini dianggap lebih berorentasi praktis. Gambar
6.1 meringkas gambaran model PRECEDE-PROCEED.

C. Langkah Langkah Perencanaan Promosi Kesehatan

Menentukan Kebutuhan Promosi Kesehatan:

1. Diagnosis Masalah

Dilakukan dengan menggunakan kerangka PRECEDE-PROCEED sesuai Gambar


6.1 dan 6.2
PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan
tujuan program.
Sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan,
serta implementasi dan evaluasi.

4
______
PRECEDE

Fase 5 fase 4 fase 3 fase 2 fase 1


Diagnosis diagnosis Diagnosis Diagnosis Diagnosis
Kebijakan dan pendidikan dan perilaku dan epidemiologi sosial
Administrasi organisasi lingkungan
_

PROMOSI Faktor
KESEHATAN
predisposisi
Perilaku dan
Pendidikan kebiasaan
kesehatan Faktor
penguat
Kualitas
Kesehatan
hidup
Kebijakan
regulasi Faktor Lingkungan
organisasi kemungkinan

Fase 6 Fase 7 Fase 8 Fase 9


Implementasi Evaluasi proses Evaluasi dampak Evaluasi hasil

Sumber : Green, Lawrence, and Marshall W. Kreuter, 1991 : 24


Gambar 6.1 kerangka PRECEDE-PROCEED. Sumber: Green, Lawrence and Marshall W. Kreuter, 1991:24

5
PROCEED ______
Fase 3 Fase 2 Fase 1
Diagnosis Diagnosis Diagnosis sosial
Lingkungan epidemiologi
Dan perilaku

Perilaku dan kebiasaan

Kualitas hidup
Kesehatan

Lingkungan

Indicator pelaku indicator indicator vital: masalah atau prioritas


Kepatuhan lingkungan: disabilitas, yang dirasakan oleh
Pasa konsumsi makan, ekonomi, ketidaknyamanan, individu atau komunitas
Koping, fisik, fertilitas,
Upaya pencegahan, layanan, kebugaran, indicator social:
Upaya pemeliharaan, social morbiditas, kemangkiran,
Kesehatan sendiri, mortalitas, prestasi,
Pemanfaatan pel kes. dimensi risiko fisiologis, estetika,
Access factor factor kenyamanan terasing,

Affordability kejahatan,
Dimensi : equity dimensi: kepadatan,
Frecuency distribusi, diskriminasi,
Persistence durasi, kebahagiaan,
Promptness tingkat fungsi, penyerangan,
Quality insiden , kegiatan ilegal
Range intensitas, kinerja, gangguan
Kelangsungan hidup, harga diri,
Prevalensi, pengangguran,

6
Pemilihan umum,
Kesejahteraan.
_
Sumber. Ela Nurfaela Hadi, dalam notoatmodjo.2005
Gambar 6.2 indikator dimensi, dan hubungan di antara factor factor yang didentifikasi pada fase 1,2,3, pada
kerangka PRECEDE-PROCEED.

Fase 1 (diagnosis social)


Diagnosis social adalah proses menentukan persepsi masyarakat terhadap
kebutuhannya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya,
melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya.
Untuk mengetahui masalah sosial, digunakan indikator sosial seperti pada 6.2.
Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus, vital statistik yang ada, atau
pengumpulan data secara langsung ke masyarakat. Apabila data langsung
dikumpulkan dari masyarakat, cara pengumpulan data yang dapat dilakukan adalah
wawancara dengan informan kunci, forum yang ada di masyarakat, Focus Groups
Discussion (FGD), nominal group process, dan survey.

Fase 2 (Diagnosis epidemiologi)

Pada fase ini, siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan (umur,
jenis kelamin, lokasi, dan suku) diidentifikasi. Di samping itu, dicari pula
bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas,
morbiditas, disabilitas tanda dan gejala yang timbul) dan cara menanggulangi
masalah tersebut (imunisasi, perawatan atau pengobatan, modifikasi lingkungan
atau perilaku). Informasi ini sangat penting untuk menetapkan prioritas masalah,
yang didasarkan pertimbangan besarnya masalah dan akibat yang ditimbulkan serta
kemungkinan untuk diubah. Prioritas masalah harus tergambar pada tujuan program
dengan ciri “who will benefit how much of what outcome by when”.

7
Fase 3 (Diagnosis perilaku dan lingkungan)

untuk fase ini, masalah perilaku dan lingkungan yang memengaruhi perilaku dan
status kesehatan atau kualitas hidup seseorang masyarakat diidentifikasi. Penting
bagi promotor kesehatan untuk membedakan masalah perilaku yang dapat dikontrol
secara individu atau harus dikontrol melalui institusi. Contohnya pasa kasus
malnutrisi yang disebabkan oleh ketidakmampuan membeli bahan makanan,
intervensi pendidikan tidak akan bermanfaat sehingga di perlukan pendekatan
perubahan sosial untuk mengatasi masalah lingkungan.

Indicator masalah perilaku yang memengaruhi status kesehatan seseorang adalah


pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization), upaya pencegahan (preventive
action), pola konsumsi makanan (consumption pattern kepatuhan (compliance dan
upaya pemeliharaan kesehatan sendiri (self care). Dimensi perilaku yang digunakan
adalah earliness, quality, persistence frequency, dan range Indikator lingkungan
yang digunakan adalah keadaan sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan,
sedangkan dimensi yang digunakan terdiri atas keterjangkauan, kemampuan, dan
pemerataan.

Langkah-langkah dalam melakukan diagnosis perilaku dan lingkungan, yaitu

1) memisahkan faktor perilaku dan nonperilaku sebagai penyebab masalah kesehatan


2) mengidentifikasi perilaku yang dapat dicegah dan perilaku yang berhubungan
dengan tindakan perawatan atau pengobatan. Untuk faktor lingkungan, melakukan
eliminasi faktor nonperilaku yang tidak dapat diubah misalnya, faktor genet dan
demografi)
3) mengurutkan masalah perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya pengaruh
terhadap kesehatan.
4) mengurutkan masalah perilaku dan lingkungan berdasarkan kemungkinan untuk
diubah.
5) menetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program. Setelah itu,
tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai program.

8
Fase 4 (Diagnosis pendidikan dan organisasional)

Identifikasi diagnosis pendidikan dan organisasional dilakukan berdasarkan


determinan perilaku yam memengaruhi status kesehatan seseorang atau masyarakat,
yaitu

1) factor predisposisi (predisposing factors ), meliputi pengetahuan sikap, persepsi,


kepercayaan dan nilai atau norma yang diyakini seseorang
2) faktor pendorong (enabling factors), yaitu faktor lingkungan yang memfasilitasi
perilaku seseorang, dan
3) faktor penguat (reinforcing factors) yaitu perilaku orang lain yang berpengaruh
(toma, toga, guru, petugas kesehatan, orang tua, pemegang kekuasaan) yang dapat
menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku.

Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai


berdasarkan faktor Posisi yang telah diidentifikasi, dan menetapkan tujuan
organisasional berdasarkan faktor penguat dan faktor pendorong yang telah
diidentifikasi melalui upaya pengembangan organisasi dan sumber daya.

Fase 5 (Diagnosis administrasi dan kebijakan)

Pada fase ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan per aturan yang
berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program
promosi kesehatan. Untuk diagnosis administratif, dilakukan tiga penilaian, yaitu
sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang
terdapat di organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksanaan program untuk
diagnosis kebijakan, dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis,
Peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program serta pengembangan
lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi
kesehatan.

Pada fase ini kita melangkah dari perencanaan dengan PRECEDE ke implementasi
dan evaluasi dengan PROCEED-PRECEDE digunakan untuk meyakinkan bahwa

9
program akan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu atau masyarakat
sasaran. Sebaliknya PROCEED untuk meyakinkan bahwa program akan tersedia,
dapat dijangkau, dapat diterima dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, penilaian
sumber daya dibutuhkan untuk meyakinkan keberadaan program, Perubahan
organisasional untuk meyakinkan program dapat dijangkau, perubahan politis dan
peraturan untuk meyakinkan program dapat diterima oleh masyarakat, dan evaluasi
untuk meyakinkan program dapat dipertanggungjawabkan kepada penentu
kebijakan, administrator, konsumen atau klien, dan stakeholder terkait, hal ini
dilakukan untuk menilai kesesuaian program dengan standar yang telah ditetapkan,

Data yang dibutuhkan untuk perencanaan promosi kesehatan dapat diperoleh dari
berbagai sumber berikut

a. Dokumen yang ada


b. Langsung dari masyarakat, untuk mengetahui status kesehatan masyarakat, perilaku
kesehatan, dan determinan perilaku itu
c. Petugas kesehatan di lapangan.
d. Tokoh masyarakat.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a) Key informant approach

Cara ini cukup sederhana dan relatif murah, karena informasi yang diperoleh
mewakili berbagai perspektif dan selain untuk membuat perencanaan, data yang ada
juga dapat membantu pengimplementasian promosi kesehatan. Informasi yang
diperoleh dari informan kunci melalui Focus Groups Discussion sangat menolong
untuk memahami masalah yang ada.

10
b) Community forum approach

Data dikumpulkan melalui forum diskusi. Promotor kesehatan bersam masyarakat


mendiskusikan masalah yang ada dan jalan keluarnya. Jika dilihat dari sudut
program , cara ini sangat ekonomis dab promoter keseehatan memahami masalah
dari berbagai sudut pandang masyarakat.

c) sample survey approach

cara pengumpulan data kebutuhan masyarakat yang paling valid dan akurat, karena
estimasi kesalahan dapat diseleksi. Namun, cara ini sangat mahal. Metode yang
digunakan adalah wawancara dan observasi (terutama jika ingin melihat skill)

2. Menetapkan prioritas masalah

Langkah untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan meliputi hal-hal berikut

a. menentukan status kesehatan masyarakat.


b. menentukan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada.
c. Menentukan hubungan antara status kesehatan dan pelayanan kesehatan di
masyarakat.
d. Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat ( meliputi tingkat
pendidikan, umur, jenis kelamin, ras, letak geografis, kebiasaan atau perilaku
dan kepercayaan yang dianut).

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan prioritas masalah


antara lain beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan pertimbangan politis, dan
sumber daya yang ada di masyarakat.

11
Mengembangkan Komponen Promosi Kesehatan

1. Menentukan tujuan promosi kesehatan

pada dasarnya, tujuan utama promosi kesehatan mencakup tiga hal yaitu
peningkatan perilaku masyarakat dan peningkatan status kesehatan masyarakat.
Agar tujuan dapat dicapai dan dijalankan sesuai keinginan, penetapan tujuan harus
memenuhi syarat :specifie,Measurable, Appropriate, reasonable, time bound, dan
dinyatakan dalam bentuk performance, bukan effort.

Tujuan promosi kesehatan terdiri atas tiga tingkatan (Green 1991 ), yaitu tujuan
program, tujuan pendidikan dan tujuan perilaku.

a) Tujuan program (program objective).

Tujuan program merupakan refleksi dari fase sosial dan epidemiologi, berupa
pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan
dengan status kesehatan. Tujuan ini harus mencakup who will in how much of what
by when. Tujuan program juga sering disebut sebagai tujuan jangka panjang
(contohnya, mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50% setelah
promosi kesehatan benjalan lima tahun)

b) Tujuan pendidikan (educational objective).

Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku
yang diinginkan. Tujuan pendidikan disebut juga tujuan jangka menengah
(contohnya, cakupan angka kunjungan ke klinik perusahaan meningkat 75% setelah
promosi kesehatan berjalan tiga tahun)

c) Tujuan perilaku (behavioral objective).

Merupakan tujuan jangka pendek, yang merupakan gambaran perilaku yang aka
dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan perilaku berhubungan dengan

12
pengetahuan, dan tindakan (contohnya pengetahuan pekerja sikap, bahaya di tempat
kerja tentang tanda-tanda meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan enam
bulan).

2. Menentukan sasaran promosi kesehatan

Pada tahap ini, ditentukan sasaran langsung (primer) dan sasaran tidak langsung (
sekunder dan tersier). Sasaran promosi kesehatan adalah individu dan kelompok
atau keduanya.

3. Menentukan isi promosi kesehatan

Komponen isi promosi kesehatan berisi bahan yang akan disampaikan kepada
sasaran untuk meningkatkan pencapaian tujuan Adapun persyaratan isi promosi
kesehatan meliputi berorientasi pada tujuan, harus menunjang pencapaian tujuan
(khususnya tujuan jangka pendek), dan harus disusun berdasarkan masing masing
tujuan jangka pendek paling sedikit jumlahnya sama dengan tujuan jangka pendek
yang dirumuskan.

Isi pesan dapat dibuat dengan menggunakan gambar dan bahasa setempat
sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh sasaran sehingga meraka merasa
pesan tersebut benar-benar ditujukan untuk mereka dan diharapkan sasaran mau
melaksanakan isi pesan tersebut.

4. Menentukan metode yang akan digunakan

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan metode promosi


kesehatan adalah sebagai berikut.

a) Aspek yang akan dicapai

 Aspek pengetahuan. Metode yang dapat digunakan, misalnya penyuluhan


langsung, pemasangan poster, spanduk, dan penyebaran leaflet.

13
 Aspek sikap. Metode yang dapat digunakan berupa contoh konkret yang dapat
menggugah emosi, perasaan, dan sikap sasaran, misalnya memperlihatkan foto,
slide, film, atau video.
 Aspek keterampilan. Metode yang dapat digunakan berupa memberi kesempatan
kepada sasaran untuk mencoba keterampilan tersebut.

b) Sumber daya yang dimiliki masyarakat


c) Jenis atau jumlah sasaran

5. Menentukan media yang akan digunakan

Media dibuat untuk memudahkan pemahaman materi yang akan disampaikan.


Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran tingkat pendidikan sasaran,
aspek yang ingin dicapai metode yang digunakan, dan sumber daya yang ada.
Media dapat digunakan di berbagai tempat antara lain sebagai berikut:

a) Rumah tangga (leaflet, model buku bergambar, benda nyata seperti buah-buahan,
dan sayuran).
b) Tempat kerja dan sekolah (papan tulis, flipchart, poster, leaflet, buku cerita gambar,
kotak gambar gulung, dan boneka)
c) Masyarakat umum (poster, spanduk, leaflet, flannel graf, dan wayang)

6. Menyusun rencana evaluasi

Di tahap ini, dijabarkan kapan evaluasi akan dilaksanakan, di mana dilaksanakan,


kelompok sasaran yang mana yang akan di evaluasi , dan siapa yang akan yang
melaksanakan evaluasi.

7. Menyusun jadwal pelaksanaan

Merupakan penjabaran dari waktu, tempat dan pelaksanaan yang biasanya disajikan
dalam bentuk Gantt chart.

14
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah ,


penetapan prioritas, dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan.

Perencanaan promosi kesehatan harus menggambarkan karakteristik sasaran,


partisipasi masyarakat terhadap program kesehatan masyarakat, penetapan
pelaksanaan promosi kesehatan yang direncanakan, antisipasi reaksi dari para
profesional kesehatan lainnya, dan perubahan perilaku akibat promosi kesehatan.

Terdapat 2 model perencanaan promosi kesehatan yakni model PERT dan model
PRECEDE-PROCEED. Model PERT terdiri atas enam fase, yaitu Initiation, Needs
assessment, goal settings, planning/ programming, Implementation, dan evaluation.

Model yang kedua yakni dalam aplikasinya PRECEDE-PROCEED dilakukan


bersama- sama dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. PRECEDE
digunakan pada fase diagnosis masalah penetapan prioritas dan tujuan program,
sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Menurut Schmidt dkk. (1990).

Langkah Langkah Perencanaan Promosi Kesehatan terdiri dari 2 langkah yakni


pertama menentukan kebutuhan promosi kesehatan dan yang kedua
mengembangkan komponen promosi kesehatan.

Dalam menentukan kebutuhan promosi kesehatan terdapat 2 komponen yaitu


bagaimana cara dalam mendapatkan diagnosis masalah serta yang kedua
menetapkan prioritas masalah.

Langkah kedua yakni mengembangkan komponen promosi kesehatan. Ada 7 point


penting dalam langkah ini yakni: Menentukan tujuan promosi kesehatan,

15
Menentukan sasaran promosi kesehatan, Menentukan isi promosi kesehatan ,
Menentukan metode yang akan digunakan, Menentukan media yang akan
digunakan, Menyusun rencana evaluasi, dan Menyusun jadwal pelaksanaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Maulana D. J, Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta. EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Prilaku. Jakarta. Rineka Cipta

17

Anda mungkin juga menyukai