Disusun Oleh:
Wening Putri Susanti 22020116120006
Sartika Rohmah 22020116120010
Ghaniyyah Dhiya Hanifah 22020116120017
Winda Odera Sinaga 22020116120020
Firdausa Aminah Maharani 22020116120036
Alma Savera 22020116130059
Sayekti Dwi Cahyani 22020116130071
Putri Kurnia Intansari 22020116140057
Rizqi Fitriyani 22020116140089
Haura Labibah Salsabil S 22020116140123
Kelompok VI
Kelas A16.2
I. PENGERTIAN
Triase adalah suatu cara untuk memilah korban berdasarkan kegawatan yang
dialami. Hal ini bertujuan untuk mempercepat pemberian pertolongan terutama pada
korban dalam kondisi kritis atau emergency sehingga nyawa korban dapat terselamatkan
(Tyas, 2016).
Triase biasanya digunakan di UGD setiap pelayanan kesehatan dan banyak
terdapat sistem triase yang dapat digunakan. Menurut Permenkes No 19 tentang Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, PSC (Publik Safety Center/Pusat Pelayanan
Keselamatan Terpadu) memiliki fungsi yaitu memberi pelayanan pada pasien gawat
darurat dan atau pelapor melalui proses triase tanpa ada penjelasan tentang standar sistem
triase yang digunakan. Kenyataannya sistem triase di Indonesia belum terstandar secara
nasional, sehingga pelaksanaan triase di Indonesia antar rumah sakit berbeda (Ainiyah,
Ahsan, & Fathoni, 2015).
Sebagian rumah sakit di Indonesia menggunakan sistem triase klasik. Sistem triase
ini sebenarnya mengadaptasi sistem triase bencana dengan membuat kategori cepat
dengan warna hitam, merah, kuning, dan hijau. Hitam adalah pasien meninggal, merah
adalah pasien gawat (ada gangguan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi), kuning
adalah pasien darurat, dan sisanya hijau. Sistem 3 level ini tidak cocok diaplikasikan
pada IGD rumah sakit modern yang perlu mempertimbangkan evidence based medicine
atau kedokteran berbasis bukti (Datusanantyo, 2013)
II. KLASIFIKASI
Klasifikasi Triase dibagi menjadi 3 (Tyas, 2016)
III. ALGORITMA
Algoritma Triase Klasik di UGD
2. Perfusion or Circulating
a. Bertujuan untuk mengecek apakah jantungnya masih memiliki kemampuan
untuk mensirkulasikan darah dengan adekuat, dengan cara mengecek denyut
nadi.
b. Jika denyut nadi lemah dan tidak teratur korban ditandai immediate.
c. Jika denyut nadi telah teraba segera lakukan obserbasi status mentalnya.
3. Mental status
a. Untuk mengetesnya dapat dilakukan dengan memberikan instruksi yang mudah
pada pasien tersebut dengan berkata “buka matamu” atau “ tutup matamu “.
b. Pasien yang mampu mengikuti instruksi tersebut dan memiliki pernafasan dan
sirkulasi yang baik, ditandai dengan Delayed.
c. Pasien yang tidak bisa mengikuti instruksi tersebut ditandai dengan Immediate.
d. Pasien ‘DEAD’ dikembalikan ke keluarga (keluarga menghendaki jenazah
dimandikan di RS atau langsung dibawa pulang) atau ditransfer ke kamar
jenazah
e. Pasien ‘IMMEDIATE’ diberikan tindakan life saving. Pasien ini merupakan
prioritas utama dalam penanganan karena korban ini memerlukan perawatan
medis lanjut secepatnya atau paling lambat dalam satu jam (golden hour).
f. Pasien ‘DELAY’ diberikan penanganan paliatif
g. Pasien ‘MINOR’ tidak ada pemberian tndakan segera (Group, 2006)
DAFTAR PUSTAKA
Ainiyah, N., Ahsan, & Fathoni, M. (2015). Analisis Faktor Pelaksanaan Triase di Instalasi
Gawat Darurat. Jurnal Ners Vol 10 No 1, 147-157.
Datusanantyo, R. A. (2013). Emergency Severity Indeks: Salah Satu Sistem Triase Berbasis
Bukti. RAD journal.
Group, M. T. ( 2006). Emergency Triage 2nd ed. Blackwell Publishing Ltd: USA.
Tyas, M. D. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan
Kegawatdaruratan dan Manajemen Bencana. Jakarta: Kemenkes RI.